Upload
taufik-salumpu
View
92
Download
32
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pendekatan dan Metodologi yang ditawarkan Konsultan kepada Pemberi Tugas dalam mengerjakan penyusunan Master Plan dan DED Sistem Pengembangan Penyediaan Air Minum merupakan kunci penilaian Pemberi Tugas terhadap strategi konsultan dalam penyusunan Master Plan dan DED ini. Metodologi yang digunakan Konsultan adalah metodologi kualitatif maupun kuantitatif didasarkan pada kondisi daerah studi, peraturan yang berlaku, dan kebijakan.
Citation preview
F-1
F.1 Pendekatan Umum
Pengertian Dan Istilah Yang Digunakan
Pengertian dan istilah yang digunakan dalam Perencanaan Pembangunan Jalan Beton,
Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan
Pipa Desa serta Jaringan Pipa Relokasi Desa meliputi :
Air minum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan, No. 907 Tahun
2002 adalah air yang sudah melalui proses pengolahan atau tanpa melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik dari Prasarana dan Sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah
BUMN/BUMD, koperasi, badan usaha swasta dan atau kelompok masyarakat
yang melakukan penyelenggaraan pengembangan SPAM.
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau
dan atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non teknik penyediaan air
minum.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan
jaringan perpipaan (non perpipaan).
SPAM PERPIPAAN meliputi UNIT AIR BAKU, UNIT PRODUKSI, UNIT DISTRIBUSI, UNIT
PELAYANAN DAN UNIT PENGELOLAAN.
SPAM NON PERPIPAAN meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampung air hujan, terminal air, mobil tanki air, instalasi kemasan air atau
bangunan perlindungan mataair.
UNIT AIR BAKU merupakan sarana pengambilan dan atau penyedia air baku
terdiri dari bangunan penampungan air baku (raw water reservoar),
bangunan pengambilan/ penyadapan (raw water intake), alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan atau bangunan sarana
pembawa serta perlengkapannya.
Pendekatan dan Metodologi yang ditawarkan Konsultan kepada Pemberi Tugas dalam mengerjakan penyusunan Master Plan dan DED Sistem Pengembangan Penyediaan Air Minum merupakan kunci penilaian Pemberi Tugas terhadap strategi konsultan dalam penyusunan Master Plan dan DED ini. Metodologi yang digunakan Konsultan adalah metodologi kualitatif maupun kuantitatif didasarkan pada kondisi daerah studi, peraturan yang berlaku, dan kebijakan.
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
USTEK
F-2
Air Baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan atau air hujan yang memenuhi BAKU MUTU tertentu sebagai air
baku untuk air minum.
UNIT PRODUKSI merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan
untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimia dan
biologis.
UNIT DISTRIBUSI merupakan prasarana dan sarana pembawa air hasil
pengolahan untuk didistribusikan kepada konsumen. Unit distribusi terdiri
jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan
pemantauan.
Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas dan kon
kontinuitas pengaliran.
UNIT PELAYANAN merupakan prasarana dan sarana pelayanan air kepada
konsumen yang meliputi sambungan rumah (SR), hidran umum (HU) dan hidran
kebakaran.
UNIT PENGELOLAAN terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan non teknis.
Pengelolaan teknis yaitu kegiatan operasional, pemeliharaan dan
pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Pengelolaan
non teknis terdiri dari kegiatan administrasi dan pelayanan.
F.1.1 Pendekatan Kebijakan
Dalam kontek pengembangan SPAM, saat ini terdapat kebijakan strategis yang berkaitan
dengan pengembangan SPAM yaitu Kebijakan yang tertuang dalam Millennium
Development Goals (MDGs) dimana target Pemerintah berkaitan dengan pelayanan air
minum adalah tercapainya cakupan pelayanan (akses air minum) sebesar minimal
setengah dari jumlah penduduk yang belum terlayani air minum. Jadi kalau saat ini
Kabupaten/Kota di Wilayah PKN Metro sudah memberikan pelayanan air minum melalui
PDAM dengan cakupan pelayanan rata-rata 30%, maka pada Tahun 2015 diharapkan
cakupan pelayanan meningkat menjadi ± 70%. Percepatan
peningkatan akses air minum kepada masyarakat diperlukan
setiap tahunnya sebesar ± 10%. Untuk pelayanan air minum non
perpipaan seperti di pedesaan diharapkan pada tahun 2015
minimal cakupan pelayanan mencapai sebesar 50%.
Selain MDGs 2015, dalam kontek pembangunan pengembangan
SPAM wilayah PKN Metro perlu mengacu kepada Visi Misi Jawa
Barat 2010 dimana salah satunya tercapainya Indek
Pembangunan Manusia (IPM) 80. Salah satu komponen yang
dianggap berpengaruh terhadap rendah nilai IPM Jawa Barat
adalah tingkat kesehatan masyarakat oleh karena itu upaya-upaya pembangunan yang
dapat meningkatkan kesehatan masyarakat menjadi prioritas di Jawa Barat ini. Salah satu
sektor yang dianggap mendukung kesehatan masyarakat adalah Sistem Penyediaan Air
Bersih. Disini jelas menunjukkan peran penting Pemerintah upaya akselerasi tersebut.
Dalam implementasinya Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai
batasan-batasan atau koridor pembangunan sistem penyediaan air bersih.
F-3
F.1.2 Pendekatan Teknis SPAM
A. Aspek Pelayanan
Pelayanan air minum kepada masyarakat dapat dilakukan dengan cara sistem
perpipaan (piping network) atau tanpa jaringan pipa.
Pelayanan air minum ke masyarakat dengan jaringan perpipaan harus
mempertimbangkan model dan pola jaringan sesuai dengan kondisi daerah
pelayanan. Untuk mengetahui kondisi daerah pelayanan dan prediksi
pengembangan daerah dimasa datang perlu mempelajari (review) dan mengkaji
(evaluasi) konsep penataan ruang yang sudah disetujui.
Perencanaan sistem penyediaan air minum skala kota dengan pelayanan sistem
perpipaan perlu mempertimbangkan banyak aspek baik teknis maupun non teknis.
Aspek non teknis adalah peraturan dan undang-undang seperti yang diuraikan di
atas. Sedangkan aspek teknis meliputi :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah
b. Kondisi Sosial Ekonomi, Budaya masyarakat daerah pelayanan
c. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang adalah rencana penataan dan pengembangan ruang
yang berkelanjutan sangat menentukan dalam perencanaan SPAM. Rencana
Tata Ruang memberikan informasi arah pelayanan air minum dan dapat dijadikan
acuan untuk rencana jaringan pipa distribusi, pembebanan kebutuhan air dan
penentuan zoning pelayanan.
Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya
Pembangunan sistem penyediaan air minum membutuhkan biaya investasi dan
biaya operasi. Untuk kelanjutan operasional pelayanan air minum kepada
masyarakat maka pelanggan dikenakan retribusi air minum. Besarnya retribusi/tarif
air seharusnya didasarkan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Survey
lapangan dan kajian terhadap kondisi sosial (sosek) ini dimaksudkan untuk
mengetahui secara nyata berapa kebutuhan air minum setiap harinya dan
berapa kesanggupan membayar air setiap bulannya. Kemudian masih
dimungkinkan ada masyarakat yang belum atau tidak mau berlangganan air
minum PDAM karena sudah memiliki sumber air yang mencukupi, sehingga perlu
disurvey dan dikaji berapa banyak masyarakat yang tidak mau berlangganan air
minum PDAM.
Dengan kata lain kondisi sosial ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap
perencanaan sistem penyediaan air minum perpipaan karena menentukan
besarnya standar konsumsi air minum per orang per hari dan menentukan tingkat
pelayanan yang diperlukan serta rasio antara sambungan rumah (SR) dan Hidran
Umum (HU).
F-4
Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Untuk memenuhi kebutuhan air minum dalam jumlah (kuantitas) yang relatif besar
seperti kebutuhan air minum skala kota diperlukan sumber air baku yang memadai
baik segi kuantitas, kualitas, kontinuitas dan aksesibilitas. Umumnya sumber air
yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah sumber air
permukaan seperti sungai, danau dan sumber air mataair. Perlu dilakukan kajian
terhadap sumber air tersebut agar sumber air baku terpilih adalah memenuhi
kriteria kualitas, kuantitas, kontinuitas dan aksesibilitas.
Jenis dan karakteristik sumber air yang dapat dijadikan air baku SPAM dapat
diuraika rinci sebagai berikut :
a. Sumber Air Permukaan
Sumber air permukaan seperti sungai secara umum debit (kuantitas) relatif besar
namun pengguna sumber air ini juga cukup banyak. Umumnya sungai dijadikan
sumber air irigasi/pengairan, air kebutuhan industri dan sebagai badan air
penerima effluent pengolahan limbah.
Walau menurut Undang-Undang No
7 Tahun 2004 bahwa Pemerintah
menjamin ketersediaan air baku
untuk kebutuhan air minum melalui
SPAM tetap saja pemetaan
tataguna perairan diperlukan untuk
mengetahui debit andalan atau
debit sisa yang masih bisa
digunakan untuk kebutuhan sistem
penyediaan air minum (SPAM). Oleh karena itu kajian hidrogeologi dan tataguna
perairan terhadap sungai itu dibutuhkan untuk memastikan sumber air tersebut
layak digunakan sebagai sumber air baku SPAM jangka panjang.
Ditinjau dari fungsi sungai sebagai badan air penerima pembuangan limbah
domestik dan industri, maka sudah dapat dipastikan kalau sungai memiliki kualitas
air jauh menyimpang dari standar kualitas air sehingga untuk menjadikan air ini air
minum diperlukan pengolahan lengkap.
b. Sumber Air Mataair
Sumber air ini sering dikatakan sebagai sumber air ekonomis, karena umumnya
memiliki kualitas air yang sangat baik sehingga untuk menjadikan air minum cukup
dengan pengolahan sebagian misalnya desinfeksi. Selain secara kualitas juga
umumnya lokasi mataair berada pada elevasi yang menguntungkan untuk
pengaliran air secara gravitasi sehingga tidak membutuhkan energy cost.
Namun secara kuantitas jarang ditemukan mataair yang memiliki debit relatif
besar sehingga tidak bisa diandalkan sebagai sumber air baku penyediaan air
minum jangka panjang untuk skala perkotaan.
F-5
c. Sumber Air Tanah Dalam
Sumber air tanah dalam jarang digunakan untuk SPAM skala perkotaan.
Umumnya sumber air tanah dalam digunakan untuk SPAM di komplek-komplek
perumahan dengan pelayanan maksimum 1000 KK. Atau digunakan untuk sistem
penyediaan air bersih pabrik-pabrik.
Secara kualitas, sumber ini memiliki kualitas air relatif baik dan cukup pengolahan
sebagian untuk menjadikan air minum yaitu CO2 & Fe removal dan desinfeksi.
Namun pengambilan air tanah dalam ini relatif mahal karena harus dilakukan
pengeboran sumur dalam (Deep well).
d. Sumber Air Tanah Dangkal
Sumber air ini hanya digunakan untuk penyediaan air minum rumah tangga
(individu) karena debitnya relatif kecil. Namun secara kualitas air tanah dangkal
dapat diandalkan sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga dengan konstruksi sumur yang sesuai persyaratan.
Untuk daerah terpencil yang tidak memiliki sumber air mataair dan jauh dari
jangkauan pelayanan air minum PDAM, maka penggunaan sumber air tanah
dangkal dapat dipertimbangkan.
No Jenis Sumber Kualitas air
Fisik Kimia Bacteriologis
1 Air Permukaan TMS TMS TMS
2 Air Tanah Dalam MS TMS TMS
3 Air Tanah Dangkal MS/TMS TMS TMS
4 Mataair MS MS TMS
Keterangan
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat
Sumber air untuk menjadi sumber air baku SPAM harus memenuhi persyaratan
kualitas air baku seperti telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
F-6
Standar kualitas air baku tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
TABEL F.1 STANDAR KUALITAS AIR BAKU PP 82/2001
PARAMETER SATUAN KELAS
KETERANGAN I II III IV
FISIKA
Temperatur ºC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5
Deviasi
Temperatur dari
keadaan
alamiah
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 1000
Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400
Bagi Pengolahan
Air Minum secara
konvensional,
residu tersuspensi
≤ 5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 - 9
Apabila secara
alamiah diluar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas
minimum
Total Fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5
NO 3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-)
Bagi perikanan,
kandungan
amonia bebas
untuk ikan yang
peka ≤ 0,02 mg/L
sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Cu
≤ 1 mg/L
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Fe
≤ 5 mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Pb
≤ 0,1 mg/L
Mangan mg/L 1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Zn
≤ 5 mg/L
F-7
PARAMETER SATUAN KELAS
KETERANGAN I II III IV
Khlorida mg/L 1 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional,
NO2-N ≤ 1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan
Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform jml/
100 ml 100 1000 2000 2000
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional,
Fecal Coliform ≤
2000 jml/100 ml
dan total
coliform ≤ 10000
jml/100 ml
Total Coliform jml/
100 ml 1000 5000 10000 10000
RADIOAKTIVITAS
Gross-A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B bg/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)
Detergen sebagi
MBAS ug/L 200 200 200 (-)
Senyawa Fenol
sebagai Fenol ug/L 1 1 1 (-)
BHC ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor dan
Heptachlor epoxide ug/L 18 (-) (-) (-)
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)
B. Unit Produksi
Unit produksi sistem penyediaan air minum dengan pengolahan lengkap (sumber ai
sungai) meliputi :
a. Koagulasi adalah proses pencampuran zat kimia koagulan dengan air baku.
b. Flokulasi Proses pembentukan flok akibat pencampuran koagulan.
c. Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel diskrit dengan partikel
flokulen.
d. Filtrasi adalah unit pengolahan dimana terjadi proses penyaringan terhadap
partikel yang lolos dari bak pengendap (bak sedimentasi).
e. Desinfeksi adalah proses pembubuhan desinfektan untuk proses pengolahan
biologis sehingga air terbebas dari bakteri pathogenis.
F-8
Diagram pengolahan lengkap sebagai berikut :
Unit produksi sistem penyediaan air minum dengan pengolahan sebagian
(sumber air mataair) meliputi :
- Sumber Air mataair
- Sumber Air tanah dalam
Intake Bak
Pengumpul
Pompa Koagulasi
Flokulasi Bak
Pengendap
Filter
Cepat
Reservoar
Jaringan Pipa
Distribusi
Koagulan
Al2(SO4)3
Netralisator
Ca (OH)2 Desinfektan
Ca(OCl)2
SUNGAI
Jaringan Pipa
Distribusi
Desinfektan Ca(OCl)2
MATAAIR
Broncaptring
Desinfektan Ca(OCl)2
F-9
C. Unit Distribusi
Pengaliran Air bersih ke konsumen dilakukan dengan
menggunakan sistem jaringan perpipaan. Pengaliran air
dalam pipa dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan
pompa.
Untuk memastikan apakah pengaliran air dilakukan secara
gravitasi atau pompa perlu terlebih dahulu diketahui
perbedaan elevasi antara unit produksi dengan daerah
pelayanan. Oleh karena itu diperlukan pengukuran topografi sepanjang jalur pipa
distribusi.
Jaringan pipa distribusi pelayanan air harus dapat mengalirkan air bersih dengan
debit sesuai kebutuhan jam puncak (kebutuhan peak) dan tekanan pada setiap
tapping pelayanan minimal 10 mka.
Jenis pipa yang digunakan sebagai pipa distribusi harus disesuaikan dengan
kondisi daerah pelayanan dan kondisi sepanjang jalur pipa.
Jenis pipa yang dapat dipakai meliputi :
- Pipa Plastik (PVC)
- Pipa Besi (Pipa Galvanise, Pipa Steel dsb)
- Pipa HDPE
Sepanjang jalur pipa distribusi dimungkinkan diperlukan kelengkapan-
kelengkapan seperti :
- Jembatan Pipa
- Siphon
- Crossing Jalan
DEEPWELL
AERASI
RESRVOAR
F-10
- Wash Out
- Air Release Valve
- Dsb
F.2 Metodologi
F.2.1 Metoda Pengumpulan Data Dan Survey Lapangan
Data yang dibutuhkan untuk penyusunan Master Plan SPAM ini meliputi data primer dan
data sekunder.
Data primer maupun data sekunder diperoleh dari kunjungan ke instansi terkait di wilayah
PKN Metro dan hasil survey lapangan.
Sebelum dilakukan kegiatan pengumpulan data dan survey lapangan, konsultan akan
melakukan kerjaan persiapan yang meliputi :
a. Konsolidasi Tim
b. Penyusunan Penugasan Personil
c. Penyusunan Work Plan
d. Penyusunan Checklist Kebutuhan Data
e. Review Dokumen Terdahulu terkait
f. Pembuatan surat ijin survey lapangan
g. Pengurusan Surat Pengantar ke Instansi terkait
h. Koordinasi dengan Pemberi Tugas (Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi
Jawa Barat)
i. Penyusunan Draft Laporan Pendahulun
Secara rinci data yang dibutuhkan dan instansi terkait yang akan dikunjungi dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel F.2 Data Yang Dibutuhkan Dari Instansi Terkait
NO INSTANSI YANG
DIKUNJUNGI LOKASI DATA YANG DIBUTUHKAN
1 Bapeda Kantor
BKDH Tk. II
a. Dokumen RTRK/RTRW.
b. Renstra
c. Peta-peta
2 Pu Cipta Karya
/ Pengairan
a. Data Curah Hujan
b. Data Infrastruktur
c. Data Sumber air
d. Dok Studi Terkait
e. Dafta Harga Satuan
3 Statistik/
Bangda
a. Data Penduduk (Kabupaten/Kota
Dalam Angka)
b. Potensi Desa
4 PDAM a. Laporan Teknis Bulanan/Tahunan
b. Corporate Plan
c. Peta Jaringan Pelayanan
d. Dokumen Studi yang ada
e. Data SPAM eksisting
5 PSDA a. Data Sumber air baku
b. Data Tata Guna Perairan
F-11
c. Peta-peta
d. Kebijakan
Tabel F.3 Data Yang Dibutuhkan Dari Survey Lapangan
NO SURVEY
LAPANGAN LOKASI DATA YANG DIBUTUHKAN
1 Unit Produksi
Eksisting
a. Kinerja unit produksi eksisting
b. Pengambilan sampel air dari
outlet hasil pengolahan dan
sampel air mata air.
c. Dokumentasi
2 Jaringan
Distribusi
Daerah
Pelayanan
a. Data jalur pipa induk, pipa
sekuner dan pipa pelayanan
b. Perlengkapan yang ada
c. Dokumentasi
3 Unit Pelayanan Daerah
Pelayanan
a. Jenis sambungan langganan
b. Lokasi-lokasi HU
c. Masyarakat pengguna SPAM
non Perpipaan.
d. Pengambilan sampel air sumur
dangkal
e. Wawancara dengan
pelanggan
f. Dokumentasi
4 Sumber Air Baku Sungai
Mataair
a. Pengukuran debit
b. Pendataan tataguna perairan
c. Pengambilan sampel air
d. Pengukuran elevasi secara
GPS
e. dokementasi
5 Sosial ekonomi
masyarakat
Wilayah
pelayanan
a. penyebaran kuesioner sosek
b. dokumentasi
6 Rencana
pengembangan
SPAM
a. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat
b. Penggunaan air bersih sehari-
hari
c. Peta Kecamatan/Desa
F.2.2 Metoda Evaluasi dan Analisis
A. EVALUASI
A.1 Metoda Evaluasi SPAM eksisting Non Perpipaan
Untuk masyarakat wilayah yang menggunakan air dari sumur dangkal atau sumber lain
tanpa pengolahan akan diambil sampel airnya untuk diperiksa di laboratorium. Kualitas
F-12
air sumur dangkal yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum dibuatkan
rekomendasi pengolahan sederhana yang mudah dioperasikan dan murah harganya.
Umumnya masyarakat yang telah mendapat pelayanan air minum non perpipaan yang
dibangun oleh Pemda memiliki kualitas relatif baik. Namun cakupan pelayanan tersebut
masih sangat rendah. Umumnya akses air minum non perpipaan yang dibangun dan
dimiliki oleh penduduk tidak terjamin baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
Konsultan akan mengevaluasi sistem penyediaan air minum non perpipaan untuk
memperoleh gambaran kualitas sistem apakah dapat diandalkan bisa memenuhi
kebutuhan air minum sehari hari masyarakat.
A.2 Metoda Evaluasi SPAM Eksisting Perpipaan
Unit Air Baku
Evaluasi terhadap sumber air baku yang dijadikan SPAM eksisting untuk
mengetahui kondisi sumber saat ini baik debitnya, kualitas air dan kuantitasnya.
Evaluasi terhadap debit (kuantitas) dilakukan dengan melakukan pengukuran
debit di lapangan (debit sesaat).
Evaluasi terhadap kualitas air baku dilakukan dengan pemeriksaan sampel air. Dari
hasil pemeriksaan kualitas air dapat diketahui kinerja instalasi pengolahan air (WTP)
yang digunakan.
Evaluasi dilakukan juga terhadap unit intake bila menggunakan pompa. Karena
kinerja pompa dapat berpengaruh pada debit inlet WTP dan debit produksi yang
dihasilkan.
Unit Produksi
Evaluasi terhadap unit produski dilakukan dengan pengukuran debit inle dan out
let untuk mengetahui kapasitas operasi.
Selain itu dilakukan pemeriksaan terhadap sampel air hasil pengolahan untuk
mengetahui kinerja WTP. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar kualitas
air minum.
Unit Distribusi
Evaluasi terhadap jaringan pipa induk distribusi air minum dilakukan dengan
menghitung keseimbangan antara debit dan tekanan hidrolis berdasarkan
pembebanan pelayanan saat ini.
Hasil perhitungan akan terlihat kondisi/kinerja sistem jaringan pipa distribusi apakah
masih layak mengalirkan air dengan debit dan tekanan yang memadai sampai
titik terjauh pelayanan.
Unit Pelayanan
F-13
Evaluasi unit pelayanan dilakukan terhadap kondisi meteran air pelanggan.
Akurasi meteran air berpengaruh terhadap uncounted For Water (UFW) atau
kebocoran air. Juga evaluasi terhadap aliran air baik debit dan tekanan di
pelanggan.
Evaluasi SPAM eksisting secara jelas dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :
Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku
DIAGRAM METODA EVALUASI SPAM EKSISTING
START
Survey Lapangan Ke Unit Produksi Eksisting
Pengukuran Debit Inlet dan Outlet Unit Produksi
Pemeriksaan Kualitas Air Inlet dan Oulet Unit Produksi
Pemeriksaan Fisik Konstruksi
Unit Produksi
SesuaiQ Desain
Kinerja Sistem Unit Produksi Sudah Baik
- Kajian/Evaluasi
Bangunan Intake- Cek Fisik IPA
Kualitas Inlet dengan Persyaratan
Kualitas Air Baku
Unit Produksi Masih Dapat Dioperasikan
Perlu PenambahanUnit Pratreatment
Kinerja Sistem SudahMenurun sehingga
Perlu Evalusasi
Kualitas Outlet Dengan Persyaratan Kualitas Air Bersih
Kinerja Sistem Masih DapatDioperasikan
IPA ReservoirSesuaiQ Desain
OK
Sistem Masih
Dapat Dioperasikan
OKRehabYa
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya Ya
Tdk Tdk
KAJIAN UNIT PRODUKSISISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
EKSISTING
Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku
START
Kunjungan Ke Lokasi Sumber Air Baku Pada SPAB
Eksisting
Pengukuran Debit Pemeriksaan Kualitas
Pengembangan Sistem SPAB Eksisting
Q Minimum Lebih Besar Q unit
Produksi Eksisting ?
Layak DijadikanSumber Air Baku
Untuk Pengembangan
?
Cari Sumber Air BakuPotensi
Kajian Sumber
Air Baku
Sistem SPAB EksistingSudah Optimal
Optimalisasi
PengembanganPelayanan Baru
Sesuai denganPersyaratan KualitasInput Unit Produksi
Eksisting ?
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
KAJIAN SUMBER AIR BAKUUNTUK SISTEM EKSISTING
F-16
Unit Pengelolaan
Pengelolaan SPAM umumnya dilakukan oleh PDAM. Evaluasi pengelolaan atau
manajemen PDAM ditujukan terhadap jumlah dan kualifikasi SDM yang ada dan
sistem manajemen kerja berdasarkan struktur organisasi yang sudah dibentuk.
Evaluasi terhadap kualifikasi manajemen dan SDM dengan mengkaji TUPOKSI akan
memperoleh gambaran kinerja PDAM saat ini.
Permasalahan yang umum terjadi di PDAM adalah kualifikasi SDM yang kurang
menunjang terhadap kebutuhan sehingga kinerja operasional tidak maksimal.
Contohnya adalah kurangnya jumlah tenaga ahli Teknik Lingkungan setingkat
sarjana. Jabatan strategis dalam operasional teknis masih dipegang oleh personil
yang memiliki latar belakang pendidikan tidak memadai.
Selain evaluasi terhadap kondisi manajemen juga akan dilakukan evaluasi terhadap
aspek keuangan PDAM.
Pendekatan pada aspek keuangan akan menguraikan 3 (tiga) pokok penting yaitu :
Pendapatan (Revenue)
Pengeluaran (Expenditure)
Kinerja Keuangan
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan PDAM berasal dari retribusi air yang dibayar setiap bulannya oleh
pelanggan dan pendapatan dari biaya penyambungan (BP).
Besarnya retribusi yang dibayar oleh pelanggan tergantung dari volume pemakaian
air setiap bulannya, biaya abodemen dan tarif dasar air yang ditetapkan PDAM.
Besarnya volume pemakaian air didasarkan kepada hasil pembacaan meter air oleh
petugas PDAM. Jadi bila terjadi kesalahan pembacaan meter air maka berdampak
kepada besarnya pembayaran rekening air. Atau, mungkin yang terjadi bukan
kesalahan pembacaan meter air melainkan kondisi meter airnya sudah tidak
akurat/rusak, sehingga tidak mampu mengukur dengan benar pemakaian air.
Dengan demikian besarnya pendapatan PDAM sangat tergantung dari volume air
yang terjual setiap bulannya. Sedangkan volume air yang terjual sangat tergantung
dari volume air yang disitribusikan dan kebocoran air.
Oleh karena itu, semakin besar kebocoran air semakin kecil volume air yang terjual
dan otomatis semakin kecil pendapatan PDAM. Kondisi demikian dapat dipastikan
kinerja PDAM menjadi tidak optimal karena rendahnya kemampuan PDAM dalam
membiaya operasional dan pemeliharaan.
Pengeluaran (Expenditure)
Pengeluaran rutin PDAM dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran operasional dan
pengeluaran pemeliharaan.
Besarnya pengeluaran PDAM secara umum tergantung dari besar dan jenis sistem
penyediaan air bersih yang dikelolanya. Pengeluaran untuk sistem penyediaan air
F-17
dengan sistem pemompaan lebih besar dari sistem penyediaan air bersih sistem
grafitasi. Selain itu juga permasalahan pada operasional seperti kebocoran air
merupakan penyebab tingginya pengeluaran PDAM
Pengeluaran PDAM dapat berupa pembelanjaan untuk kebutuhan operasional dan
pemeliharaan unit produksi dan unit distribusi dan dapat berupa pembayaran seperti
energi listrik instalasi, gaji pegawai.
Data penerimaan dan pengeluaran dapat memberikan informasi tentang kondisi
keuangan PDAM atau tingkat likuiditas sehingga PDAM dapat dikategorikan sebagai
perusahaan sehat atau tidak.
Karena kondisi keuangan PDAM sangat berpengaruh terhadap kinerja operasional
PDAM, maka Konsultan perlu melakukan pengkajian terhadap sistem keuangan
PDAM terutama kepada sistem manajemen keuangan.
Metoda analisis terhadap kondisi keuangan akan dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari data keuangan dengan standar yang ada yaitu :
- Current Ratio : minimal 200%
- Cash Ratio : Minimal 50%
- Cash ratio atas 3 bulan
biaya operasi tunai : Minimal 100%
- ROI atas aktiva : Minimal sebesar bunga
pinjaman
- Efisiensi Penagihan : minimal 80%
Kinerja kauangan adalah tolok ukur keuangan suatu perusahaan, yang didasarkan
pada Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, sehingga
termasuk dalam kondisi Sehat Sekali; Sehat; Kurang Sehat; atau Tidak Sehat.
Parameter-parameter yang diukur, meliputi :
Likuiditas (Rasio Lancar dan Rasio Cair)
Leverage (Rasio Utang terhadap Harta dan Rasio Bunga terhadap EBIT)
Solvabilitas
Aktivitas (Umur Piutang dan Perputaran Harta Tetap)
Profitabilitas (Marjin Laba atas Pendapatan)
Likuiditas Perusahaan
Adalah parameter tentang kemampuan PDAM untuk seketika dapat menyediakan
alat pembayaran yang diperlukan guna melunasi semua kewajiban utang yang
telah jatuh tempo dan yang akan jatuh tempo. Parameter Likuiditas PDAM, dilihat
dari Rasio Lancar (yaitu Rasio Harta Lancar terhadap Utang Lancar) dan Rasio Cair
(yaitu Rasio Harta Cair terhadap Utang Lancar).
F-18
Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89 tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio
Likuiditas adalah sebagai berikut :
- Sehat Sekali : > 150 %
- Sehat : 100 – 150 %
- Kurang Sehat : 75 – 100%
- Tidak Sehat : < 75 %
Leverage PDAM
Adalah parameter yang dipergunakan untuk mengukur produktivitas struktur
permodalan, dengan cara membandingkan dana modal kerja yang disediakan
oleh Pemerintah terhadap kebijakan manajemen PDAM. Parameter Leverage diukur
dari Rasio Utang (Rasio Total Utang terhadap Total Harta) dan Rasio Bunga (Rasio
Biaya Bunga terhadap EBIT). EBIT adalah Earning Before Interest and Tax atau Rasio
Laba sebelum bunga dan pajak (Laba Kotor).
Solvabilitas
Solvabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat kemampuan PDAM dalam menjamin
pembayaran kembali utang yang diperoleh. Solvabilitas adalah Rasio Jumlah Harta
terhadap Jumlah Utang.
Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio
Solvabilitas adalah sebagai berikut :
- Sehat Sekali : > 200 %
- Sehat : 150 – 200 %
- Kurang Sehat : 100 – 150%
- Tidak Sehat : < 100 %
Aktivitas PDAM
Evaluasi terhadap parameter Rasio Aktivitas adalah penilaian keseimbangan antara
tingkat Pendapatan dengan tingkat Investasi dalam berbagai Aktiva, seperti Piutang
(tunggakan tagihan) serta Aktiva Tetap lainnya. Rasio Aktivitas ini mengukur tingkat
efektivitas manajemen PDAM dalam menggerakan Aset yang dimiliki.
Aspek yang dievaluasi pada parameter Aktivitas Perusahaan meliputi :
- Umur Piutang (Tunggakan Taguhan Air)
- Perputaran Harta Tetap PDAM
Umur Piutang (Average Collection Period) diperoleh dari Rasio Jumlah Piutang
(Tunggakan Tagihan Air) terhadap Pendapatan Harian.
Perputaran Harta Tetap (Fix Asset Tunover) dilakukan evaluasi dengan tujuan melihat
intensitas tingkat Perputaran Harta Tetap terhadap Pendapatan. Nilai Perputaran
Harta Tetap yang Rendah dapat diartikan bahwa terdapatnya kelebihan modal
kerja yang kurang produktif.
F-19
Profitabilitas
Nilai Profitabilitas merupakan ikhtisar penilaian atas seluruh tindakan manajemen
PDAM disepanjang periode Tahun Usaha berjalan. Parameter-parameter yang
ditinjau adalah Rasio Hasil Pengembalian atas Rentabilitas Modal Sendiri.
Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio
Rentabilitas adalah sebagai berikut :
- Sehat Sekali : > 12 %
- Sehat : 8 – 12 %
- Kurang Sehat : 5 – 8 %
- Tidak Sehat : < 5 %
B. ANALISIS
B.1 Analisis Perkembangan Penduduk
Komponen utama yang berperan dalam menentukan atau menggambarkan kondisi suatu
wilayah adalah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk akan mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan jumlah dan jenis kegiatan dalam suatu wilayah. Begitu juga
sebaliknya, kegiatan yang ada akan mempengaruhi jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Perhitungan proyeksi penduduk sampai 20 tahun kedepan digunakan rumus sebagai
berikut :
a. Aritmatik
b. Geometrik
c. Tren Exponensial
Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu perencanaan
yang disusun untuk keperluan pada massa datang didasari oleh pengetahuan tentang
masalah yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan kehidupan dan semua
aktivitas merupakan hal yang penting dalam sistem Penyediaan Air Minum.
Angka pertambahan penduduk tidak lepas dari data–data penduduk sebelumnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi angka pertambahan penduduk seperti masalah
kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan lain–lain. Populasi berubah dengan angka–
angka kematian, kelahiran dan perpindahan penduduk. Jadi faktor–faktor seperti
kelahiran, kematian dan migrasi. Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan
kebutuhan air di masa akan datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat
pemakain air tersebut, dengan demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan
perkiraan pembiyaan pembangunan.
F-20
Adapun cara–cara yang diambil untuk menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh
beberapa hal berikut, diantaranya :
Keadaan dan jenis kota.
Rencana pengembangan kota.
Data kependudukan yang ada.
Dalam memproyeksikan penduduk digunakan beberapa metode yang cukup
resprensentatif. Akan tetapi perhitungan – perhitungan tersebut tidak
memperhatikan faktor – faktor migrasi, natalitas, mortalitas dan keadaan –
keadaan tertentu lainnya. Dari data yang ada, dapat dikatakan kota ini adalah
kota yang masih berkembang dilihat dari prosentase jenis rumah non permanen
yang masih cukup tinggi.
Metode yang digunakan dalam proyeksi penduduk adalah Metode Aritmatika,
Geometrik, dan Metode Tren Exponensial.
Metode Aritmatika
Biasanya digunakan untuk :
Untuk Kota-kota tua, tidak berkembang dan luas.
Untuk Kota-kota yang memilik Industri.
Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :
Pn = Po + Ka . x
Ka = (Pn – Po) / t
Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk di tahun akhir data.
Po = Jumlah Penduduk di tahun awal data.
t = Interval waktu tahun data.
x = Jumlah Tahun Proyeksi.
Ka = Angka pertumbuhan penduduk.
Metode Geometrik
Biasanya digunakan untuk :
Untuk Kota-kota muda yang cenderung ke industri yang sedang berkembang.
Untuk Kota-kota tua yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan
penduduk 20 – 30 % per- tahun.
Persamaan Yang digunakan dalam metode geometrik adalah
F-21
Pn = Po ( 1 + r )n
Ka = (Pt / Po)1/t
Dimana :
Pn = Jumlah Populasi pada tahun yang diinginkan.
Po = Jumlah Populasi pada tahun awal data.
Pt = Jumlah Penduduk ada tahun akhir data.
t = Jumlah Data.
n = Interval atau selang waktu.
r = Rasio pertambahan penduduk.
Metode Tren Exponensial
Biasanya digunakan untuk :
Untuk Kota-kota tua berukuran luas.
Pertumbuhan ekonomi.
Sistem transportasi.
Persamaan yang digunakan dalam metode Tren Exponensial :
Y = Log a + Logb.x
Dimana :
Y = Proyeksi Penduduk.
X = Variable Waktu.
a, b = Koefisien Regresi.
n = Jumlah Data.
Log a = Log
Log b = Log
Diagram analisa perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat pada gambar berikut :
)xi()xi . n(
yi.xi . xixi . yi2
2
2
)xi()xi . n(
yi . xi yi.xi . yi . n2 2
START
Data Penduduk
5 Tahun Terakhir BPS
Metode Aritmatik Metode Geometrik Metode Eksponensial
Prosentase
Pertumbuhan
Penduduk Mendekati
Perkembangan
Sebenarnya
?
Perhitungan Proyeksi
Penduduk s/d 20 Tahun
METODOLOGI ANALISIS PROYEKSI
PENDUDUK TAHUN 2009 - 2029
Prosentase
Pertumbuhan
Penduduk Mendekati
Perkembangan
Sebenarnya
?
Prosentase
Pertumbuhan
Penduduk Mendekati
Perkembangan
Sebenarnya
?
Perhitungan Proyeksi
Penduduk s/d 20 Tahun
Perhitungan Proyeksi
Penduduk s/d 20 Tahun
Selesai Selesai Selesai
Tdk Tdk
Ya Ya Ya
F-22
START
Data Sosek
Berdasarkan Kuesioner
Analisa Kebutuhan Air
Per Orang Per HariAnalisa Kemampuan
MembayarAnalisa Kemauan
Membayar
Standar Konsumsi Air
l/org/hari - Tarif SR & HU
- Ratio SR & HUTingkat Pelayanan
Pedoman
PU ?
Ketentuan
Tarif
PDAM ?
PP 16/2005
MDGs 2015
Visi/Misi
Jabar ?
Justifikasi JustifikasiMemperhitungkan
SPAM Non Perpipaan
Standar Konsumsi
Air Minum Definitive
Tarif SR & HU
Ratio SR & HU
YA
END
YA
END
YA
END
TIDAK TIDAK TIDAK
METODOLOGI ANALISIS SOSEK
B.2 Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat
Metoda analisis sosial ekonomi masyarakat daerah pelayanan dilakukan dengan cara
melakukan penyebarab kuesioner secara acak. Yang didata adalah kebiasaan masyarakat
menggunakan air bersih sehari hari, penghasilan bulanan, sumber air yang dimiliki dan
kemauan berlangganan menggunakan air minum PDAM.
Metoda Analisis dapat digambarkan seperti diagram sbb:
F-23
B.3 Analisis Kebutuhan Air Minum (kuantitas)
Kriteria Standar Konsumsi air minum:
a. Hasil Analisis Sosial ekonomi Masyarakat
b. Hasil kajian Data Sambungan Meter Air Langganan (DSML)
c. Berdasarkan Pedoman PU/Cipta Karya
Tabel F.4 Pedoman Standar Konsumsi Air Minum Rumah Tangga
NO URAIAN
STANDAR KONSUMSI AIR BERDASARKAN SKALA KOTA
DAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
> 1000000
METRO
500000 s/d
1000000
BESAR
100000 s/d
500000
SEDANG
20000 s/d
100000
KECIL
< 20000
DESA
1 Konsumsi unit Sambungan
Rumah (SR) L/o/h 190 170 150 130 30
2 Konsumsi unit Hidran
Umum (HU) L/o/h 30 30 30 30 30
3 Konsumsi unit 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
F-24
Perhitungan kebutuhan air :
Qrkd = Qsk x P
Qrk = Debit kebutuhan rata-rata (liter/detik)
Qsk = standar konsumsi air minum (liter/org/hari)
P = Jumlah Penduduk Daerah Pelayanan
Qrd = Qrk + Qrnd + Qufw
Qrd = Kebutuhan rata-rata design (liter/detik)
QRnd = Kebutuhan rata-rata non domestik (liter/detik)
Qufw = Kebocoran air (asumsi) (liter/detik)
Qmd = fmd x Qrd Qmd = Kebutuhan air harian maksimu (liter/detik)
Fmd = faktor fluktuasi maksimum harian
Qp = fp x Qrd Qp = Kebutuhan air jam puncak (liter/detik)
Fp = Faktor fluktuasi jam puncak
Diagram langkah dalam menghitung kebutuhan air minum dapat dilihat secara jelas pada
diagram dibawah ini,
non domestik
4 Kehilangan air (%) 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20
5 Faktor maksimum day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
6 Faktor peak - hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
7 Jumlah jiwa per SR 5 5 6 6 10
8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 - 200 200
9 Sisa tekan dijaringan
distribusi (mka) 10 10 10 10 10
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
11 Volume reservoir
(%) (maks day demand) 20 20 20 20 20
12 SR : HU 50 : 50 s/d 80 :
20
50 : 50 s/d 80
: 20 80 : 20 70 : 30 70 : 30
START
Data Hasil
Analisis SosekData DSML
PDAMPedoman PU Standar
Konsumsi Air Minum
STANDAR KONSUMSI AIR MINUM
Qkp (l/o/hari)
Domestik
Qd (l/o/hari)
Data Proyeksi
Penduduk
KEBUTUHAN AIR
Non Domestik
Qd (l/o/hari)
Data Proyeksi
Fasilitas Non Domestik
Qrd (l/o/hari) Qrnd (l/o/hari)
Qr = (Qrd + Qrnd) l/det
Asumsi Kebocoran
(Qufw)
Qrd = Qr + Qufw
Faktor Fluktuasi
Pemakaian (fmd & fp)
Qmd = Qrd x fmd Qpeak = Qrd x fp
F-25
.2.3 Metoda Perencanaan
a. Unit Air Baku
Bangunan pengambilan air baku dapat dilakukan dengan cara gravity intake atau
dengan sistem pemompaan. Cara pengambilan ini sangat ditentukan jenis dan
kondisi dari sumber air. Bangunan pengambilan air baku (Raw Water Intake) harus
dilengkapi dengan saringan sampah (screen), pintu operasional mulut intake, bak
lumpur, ruang pompa dan alat ukur debit.
F-26
Kapasitas design bangunan intake didasarkan pada kebutuhan maksimum harian
(Qmd).
Qmd = Fmd x Qrd (liter/detik)
Q = V A
V = 1/n R 2/3 S 1/2
TP = µgQmd/η
Dimana :
Qmd : Kebutuhan maksimum harian (liter/detik)
Fmd : Faktor harian maksimum
Qrd : Kebutuhan rata-rata design
Q : Debit masuk mulut intake (liter/detik)
V : Kecepatan aliran air pada (m/detik)
A : Luas Basah saluran (m2)
n : Koefisien Manning
R : Jari jari hidrolis (m)
S : Kemiringan saluran (m/m)
GAMBAR BANGUNAN INTAKE POMPA
Metoda perencanaan unit air baku dalam rencana pengembangan penyediaan air minum
dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
L
Muka Tanah
MA Min
Sumber Air
Ruang Pompa
Dan Panel
Ke IPA
Pompa Submersible
Pipa Buis Beton
METODE PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM
a. Unit Air Baku
START
Pengukuran Debit
(Qs)Pemeriksaan Sampel
Air
Kontinuitas Berdasarkan
Analisis Hidrogeologi
Qs >> Qmd
?
Kualitas
PP 82/2001
?
Kontinuitas
?
Sumber Air Alternatif
Pengolahan
Ya
Tdk
Kualitas Air
MinumKepMenKes
907/2002
?
END
Ya
END
Tdk
Ya
Ya
Tdk
F-27
b. Unit Produksi
Unit produksi SPAM dengan pengolahan lengkap sekurang-kurangnya harus meliputi
unit pengolahan sebagai berikut :
- Unit Koagulator dan Flokulator
- Unit Sedimentasi
- Unit Filter (Saringan Pasir Cepat)
Unit Flokulator
Unit Flokulator direncanakan berbentuk Hexa colodial
Kriteria Perencanaan :
- Jumlah Kompartemen = 6 unit
- Kriteria Td = 20 menit – 30 menit
- Pola aliran = Up - Down Flow
- Nilai “G”secara berurut untuk = 90; 80; 70; 50; 30; 10; det –1
kompartemen N0. 1 s/d No. 6
- Debit pengolahan total (Q) = 50 l/det (0,05 m3/det)
- Bentuk kompartemen = Segi enam beraturan (Hexagonal)
Metoda Perhitungan :
Volume total unit Flokulator :
F-28
C = Q.td
Volume tiap kompartemen,
V = C/6
Bentuk Kompartemen Segi Enam beraturan (Hexagonal)
Dasar Perhitungan
H diperoleh dari Head loss aliran melalui sluice gate yang di pasang pada setiap
kompartemen.
Debit melalui sluice gate :
Hg20,6
AQ
21
2.V.td.G
0,6xQA
Tinjau Segitiga Limas
6
PermukaanLuasLimasSegitigaLuas
II
I
III
IV
V VI
1
2
3 4
5
6
g
2V.td.G
H
F-29
PermukaanTinggi
nKompartemeTiapVolumePermukaanLuas
Sudut Segitiga Sama Sisi
TASegitigaLuas ..
2
1
3
2
1.
2
1A
Bentuk Unit dapat di lihat pada Gambar di Bawah ini :
600
X
Tampak atas
1 2 3 4 5 6
F-30
Design Unit Sedimentasi
Kriteria Perencanaan :
- Kecepatan pengendapan Flok (S) = 0,00445 m/det (Literatur)
- Efisien pengendapan (Y/Yo) = 0,9
- Performance Bak (n) = 1/8
- Ratio kecepatan pengendapan Flok terhadap Surface Loading (Q/A)
- Jarak antar plat setler = 5 cm = 0,05 m ( w ).
Metoda Perhitungan :
2,671
1/8
1/80,91
Q/A
S
1n
11YoY/1
Q/A
S
/jam/mm6
/det/mm0,00167
2,67
m/det0,00445
2,67
S (Q/A) Loading Surface -
23
23
- Surface Loading melalui plat Settler,
Potongan Melintang
F-31
/det2
/m3
m4
10.1,229
20,05(0,5)(0,5)1
0,05x0,00167
a,2CoswaCosH
wxQ/A)So
- Luas Permukaan tiap Bak
aCoswaCosH
wx
SO
QA
2
- Kecepatan Aliran
m/det0,0019
m/det310.9
(0,866).(15)
0,025
aSinA
Q
- Waktu Detensi
menit35,10
detik621
0019,0
18,1
0019,0
)732,1/05,0()866,0/1(
Vo
a)(w/Tana)(H/SinTd
Dimensi Bak Sedimentasi
Untuk menentukan lebar Bak sedimentasi tiap kompartemen, maka di sesuaikan
dengan lebar plat settler yang ada di pasaran.
Dimensi tiap lembar Corrugated Plat Settler :
aSin
H miring Tinggi
Jumlah Plate (N) :
F-32
aSin
d
aSin
w
aSin
wP
N
- Viskositas Kinematik ( V ) : 8,04 x 10-7 m2/det
- Bilangan Reynold ( Re ) :
v
VoRe
2
- Bilangan Froude (Fr) :
2
2
g.R
VoFr
- Kontrol Aliran :
Re < 2000, memenuhi
Fr > 10-5 , memenuhi
Menentukan Tinggi Ruang V Settling :
As
Q Vs
Ruang Lumpur :
Volume Ruang Lumpur :
3
3
1 V mTxLxP
Perencanaan Inlet Pada Sedimentasi
Inlet sedimentasi direncanakan berupa pipa berlubang (“perforated Pipe”),
lubang-lubang direncanakan sedemikian rupa agar tidak menghasilkan G>10 det-
1
Maka, lubang orifice :
L = n x + w (n-1)
F-33
Dimana :
L = Panjang Pipa
W = Jarak antar lubang
n = Jumlah lubang
n = n X Dia. + W ( n - 1)
Kecepatan pada lubang orifice :
n
QorificeQφ
A = ¼ . 3,14 D2
A
QV
Head loss pada orifice :
2.g
V0,6 HL
2
Check terhadap G :
TdV
HLg
.
.G
Gambar Pipa Inlet :
Pipa Orifice
L
Pipa Manifol ,L cm
F-34
Bak Sedimentasi
Dimensi V – Notch pada Gutter
QV-notch = 1,39 h5/2
Sehingga Banyaknya V-notch yang di butuhkan untuk satu gutter adalah :
L = ( x a) + (y x b) + (2 x c)
= Jumlah V-notch
y = Jumlah antar V-notch
z = Jumlah sisi V-notch
a = Jarak V-notch
b = Jarak antar V-notch
c = Jarak pinggir ke v-notch
Dimensi Gutter :
L m
L m
X m
P m
L = 16 + 2y
L cm
F-35
A = b x h . , dimana b = 2h
A = 2h2
Gambar Dimensi Gutter dan V-notch :
Sloope yang dibutuhkan untuk Gutter :
1/22/3 sxRxn
1V dimana :
P
AR
b)hx2P
Kehilangan Tekanan (Hf) pada Gutter :
Hf = S x L
Perencanaan Gillet
Gullet B
Gullet A
Beton
Pembatas
Gu
tte
r
Gu
tte
r
Gu
tte
r
Gu
tter
Gu
tter
Gu
tter
F-36
Ba
k P
en
gu
mp
ul
Gambar Bak Pengumpul
Design Unit Filter
Kriteria Perencanaan :
Jenis Media :
Pasir Silika dengan Spesifikasi :
Kadar silika = 90 %
Diameter Butir Efektif = 0,8 mm
Diameter Butir Terbesar = 1,2 mm
Densitas Butiran = 2,65 gram/cm2
Pororitas (P) = 40 %
Tinggi Media = 75 cm
Antrasit dengan Spesifikasi :
Diameter rata-rata = 1,2 mm
Densitas Butiran = 1,8 gram/cm3
Pororitas (P) = 60 %
Tinggi Media = 25 cm
Metoda Perhitungan :
Head Loss Pada Saat Filtrasi :
Gullet
Gullet
Gullet
F-37
Lx
do
Vtx
Po
Po1x
g
180vHf
22
2
Dimana :
V = 8,04 .10-7 m2/det
Vf = 1,67 . 10-3 m3/m2/det
Po = 0,4
G = 9,81 m/det2
do = 0,8 mm = 0,8 . 10-3 m
L = 1 m
Proses Pencucian filter dilakukan dengan prinsip “Self Backwash”, artinya proses
pencucian dilakukan satu demi satu unit dengan memanfaatkan air hasil filtrasi sebagai
pencuci, Sehingga diperlukan tinggi air yang cukup di bak pengumpul untuk mengatasi
head yang di butuhkan dalam proses pencucian.
Proses-proses backwash akan terjadi ekspansi media pasir. Untuk menghitung ekspansi,
perlu dipertimbangkan laju pengendapan butiran pasir terbesar, agar media pasir tidak
ikut terbuang.
Kecepatan Pengendapan butiran pasir :
Vs = 177,76 d,1,143
Dimana :
d = Diameter butiran pasir terbesar
Tinggi media saat ekspansi :
cm125,80,5231
)0,41(100
)Pe1(
)P1(LLe
Head Loss di media pada saat Pencucian :
)Pe1(xLexD
DDpHe
dimana :
Dp = 2,65 gram/cm3
D = 1,0 gram/cm3
Le = 125,8 cm
Pe = 0,523
Ruang Back Wash
F-38
Dimensi Ruang Back Wash :
Debit Back Wash = Debit Pengolahan
V Filtrasi = 6 m3/m2//jam
Kecepatan pada Pintu Back Wash :
m/det.AS
QbV
(Pintu)
(Pintu)
Dimana As Pintu :
Head Loss pada Pintu :
cm9,81.2
PintuV0,6HL
2
Tinggi Bak Filter :
H = Tinggi dasar Under Drain + Tinggi Tee pee Kerikil + Tinggi media + Tinggi
ekspansi media + Tinggi Gutter pelimpah Back Wash + Head Back Wash + Head
Loss Maksimum Filtrasi (Mampat) + Free Board + Tebal Beton
Pintu Clear Well
L m
P m
+
+ 3,776
He
He
+ 2,936
+ 3,326
+ 3,236
F-39
cmb.g
QHC
3
1
2
2
Q = Debit Pengolahan m3/det.
g = 9,81
b = 0,6 m
Hc = m
Dimensi Clear Well :
Perhitungan Tee Pee Underdrain Filter :
Underdrain filter menggunakan bentuk Tee Pee yang terbuat dari beton bertulang.
Kriteria luas bukaan Underdrain = 1,2 % dari luas media
Luas Bukaan Setiap Orifice
m
m
mm
m
Clear Well
Ruang Back Wash
F-40
OrificeBukaanLuas
)1,2%xFilterMediaLuas(OrificeLubangJumlah
2m
2D
4
1A
Underdrain Tee Pee
Instalasi Pengolahan Air Minum (WTP) yang digunakan untuk kapasitas kecil mungkin
adalah WTP Paket baja, maka dimensi setiap unit/kompartemen harus sesuai dengan
kriteria yang sudah diuraikan diatas dan memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
L cm
F-41
Telah memiliki standar SNI
Dapat dipabrikasi di lapangan
Unit WTP dilengkapi dengan unit pengolah kimia yang sesuai.
Ketebalan Baja minimal 10 mm
Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan tertinggi sesuai dengan hasil
pemeriksaan laboratorium
Kualitas efluen memenuhi standar air minum DEP KES RI
Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku
METODA PERENCANAAN UNIT PRODUKSI
START
Kualitas Sumber Air
(KepMenKes 907/2002)Jenis & Kondisi
Sumber Air BakuElevasi
Kimia ? Biologi ?Fisik ?
Siap Minum
PENGOLAHAN LENGKAP
Ya Ya Ya
Tdk TdkTdkSistem Intake
Sistem Pengaliran
METODE PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM
b. Unit Produksi
Deep Well Intake Sungai Broncaptering
dh OK ? Gravitasi
Pompa
Ya
Tdk
Pengolahan Sebagian
F-43
Design Unit Reservoar
Reservoar distribusi akan dihitung volumenya berdasarkan pemakaian air maksimum
harian dengan asumsi besarnya fluktuasi pemakaian sebesar ± 20%.
Kriteria Perencanaan :
Qdesign = Qmaxday
Fluktuasi Pemakaian air per hari = 15 – 20%
Disediakan zone lumpur dan pipa penguras.
Dilengkapi ventilasi udara
Disediakan tangga/fasilitas maintenance
Dilengkapi sekat untuk memberikan waktu kontak desinfektan
Dilengkapi pipa overflow
Detention Time, td = 24 jam/hari
Metoda Perhitungan :
V = 20% x Qmd x td
Dimana :
V = Volume air yang dipakai m3
Qmd = Debit kebutuhan maksimum harian, m3/detik
Td = waktu detensi, 86400 detik
Pada implementasinya volume reservoar akan dibangun dengan volume lebih besar
dari V tersebut misalnya saja 1.40 x V.
Reservoar distribusi air bersih umumnya dibangun dengan material beton bertulang
sehingga biayanya relatif mahal, oleh karena itu volume reservoar harus
memperhitungkan volume efektif dan bentuk reservoar harus bentuk ekonomis.
Perhitungan Kebutuhan Pompa
Kebutuhan pompa untuk sistem pengaliran pada sistem penyediaan air minum sesuai
dengan hasil perhitungan hidrolis jaringan pipa distribusi.
Pompa yang digunakan dalam perencanaan ini meliputi :
- Pompa submersible untuk pompa intake
- Pompa Centrifugal untuk pompa distribusi
F-44
Pompa yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis baik debit (Q) dan Head (H)
sesuai kebutuhan. Demikian juga pompa yang dipasang harus dilengkapi pompa
cadangan (standby).
Design Perpipaan Distribusi
Kriteria Perencanaan :
Qdesign = Qpeak
Koefisien HW untuk PVC, C = 130 – 140
Koefisien HW untuk Pipa besi, C = 100 – 120
Sisa tekan di ujung pelayanan minimal 10 mka
Pipa yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan tekanan
Jenis pipa yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Metoda Perhitungan :
Dalam perencanaan jaringan pipa distribusi air bersih digunakan rumus
Mr. Hazen William sebagai berikut :
Dimana :
Q = debit air yang mengalir, m3/detik
C = Koefisien Hazen William
Hf = Kehilangan tekanan, meter
L = Panjang pipa, meter
Perhitungan keseimbangan antara diameter dan debit air yang mengalir akan
digunakan simulasi komputer dengan program EPAnet 2.0
54,0
63,22785,0
L
hfDxCxQ
F-45
METODA PERENCANAAN UNIT DISTRIBUSI
Metodologi Pengukuran Topografi
Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi dimaksudkan untuk membuat peta situasi detail terbaru,
lengkap dan sesuai dengan kondisi kekinian lapangan sebenarnya, berikut trase dan
penampang yang diperlukan sebagai data masukan untuk penyusunan Pola Jaringan
Pipa Pelayanan Air Bersih
Inventarisasi dan Pemasangan Bench Mark Baru
Inventarisasi Bench Mark dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi Bench Mark
eksisting di lapangan untuk referensi koordinat (x,y,z) terhadap pengukuran yang
akan dilakukan ( pengikatan). Berdasarkan hasil inventarisasi tersebut dapat
diperoleh kepastian Bench Mark yang dapat digunakan sebagai referensi, dan
apabila diperlukan akan dibuat Bench Mark baru yang akan dipasang sesuai
dengan ketentuan spesifikasi teknis, yaitu terbuat dari besi beton dengan dimensi
minimal 6 inchi dan diberi penulisan kode/nomornya.
START
Kebutuhan Air
(Qpeak)Topografi Pola Pengembangan
Loop
METODE PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM
c. Unit Distribusi
EPAnet
Cabang
Diameter Pipa
Zona Pelayanan
Elevasi
?
Gravitasi
Jangkauan Pelayanan
Pompa
Booster
Tdk
Ya
F-46
Jika BM eksisting dapat dipergunakan sesuai fungsinya, kalau perlu
direnovasi supaya dapat dipakai.
BM baru dipasang di lokasi yang diperlukan dan ditentukan direksi
sehingga merata dan memenuhi syarat pemasangan.
BM dipasang di tempat yang aman dari jalur / rencana galian / timbunan
dan dihindari dari kelongsoran dengan membuat jarak dari sungai, saluran,
tanggul / jalan sesuai ketentuan.
BM dipasang stabil (tidak goyah) supaya tidak mudah lepas/rusak.
BM diberi nomor / kode, dan mudah dibaca.
Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan
Kerangka dasar pemetaan selain berfungsi sebagai penyebaran titik-titik kontrol
geodesi, juga berfungsi sebagai batas daerah pengukuran. Kerangka dasar
pemetaan ini dilakukan dengan pengukuran poligon sebagai kontrol horisontal dan
pengukuran sipat datar (waterpass) sebagai kontrol vertikal (ketinggian) yang akan
diikatkan pada titik referensi yang ada di lapangan (Bench Mark Eksisting) atau titik lain
yang akan ditentukan oleh Pemberi Tugas. Kerangka dasar pemetaan ini dibagi
dalam loop/kring yang disesuaikan dengan keadaan lapangan, kerangka dasar
pemetaan adalah sebagai berikut :
Arah/azimut ditentukan dengan pengamatan astronomi atau
menentukan azimut metode gyro dengan memakai alat Theodolith T0, T2
dan Gyro Attrachman atau sederajat.
Setiap sudut poligon diukur dua kali (double seri) memakai alat ukur
Theodolith T2/T0 atau sederajat dengan ketelitian 8”/30” setiap sudut
poligon dan maksimum 20”/60” salah penutup sudut antar dua kontrol
azimut.
Pengukuran jarak poligon diukur memakai pita ukur (100 m) minimum dua
kali kemuka dan kebelakang dengan ketelitian 1:2.500
Pengukuran sipat datar dilakukan memakai alat ukur Waterpass Ni2 atau
sederajat. Jarak pengukuran dibagi dalam seksi-seksi 1 – 2km. Pengukuran
pulang pergi / double stand. Jarak setiap patok sipat datar maksimum
100 m. Ketelitian sipat datar 10”D mm dimana D = jarak dalam km.
Pengukuran Situasi Detail
Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan data-data / detail
lapangan sesuai fungsi, kegunaan dan kebutuhan yang diperlukan dalam survai dan
pemetaan ini. Data-data / detail lapangan tersebut ini dihitung dan diproses melalui
persyaratan dan tingkat ketelitian yang dikehendaki untuk dapat disajikan dalam
bentuk suatu peta / gambar-gambar yang memenuhi syarat dengan tingkat
ketelitian tertentu juga, sehingga peta dan gambar-gambar tersebut dapat mewakili
keadaan lapangan sesuai fungsi dan kegunaannya dengan suatu skala peta /
gambar yang ditentukan. Adapun tujuan kegiatan ini agar peta / gambar-gambar
sebagai produk akhir dari kegiatan ini akurat terhadap detail-detail dan keadaan
lapangan yang diwakilinya sehingga dapat menunjang dalam rangka kegiatan
pekerjaan sistem air bersih. Metode dan peralatan yang akan digunakan untuk
pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut:
F-47
Referensi pengukuran ditentukan dari titik tetap yang ada di sekitar lokasi
pengukuran, mempunyai identitas (kode) serta harga atau dimensi
koordinat yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan ataupun titik
referensi ditentukan / ditetapkan Pemberi Tugasn.
Pengukuran situasi detail / rinci dilakukan dengan metode Trigonometri /
Tachimetri dimana pangkal dan ujung jalur pengukuran terikat / terkontrol
terhadap kerangka dasar pengukuran / pemetaan. Dari titik-titik tersebut
diukur detail-detail lapangan dengan rinci. Titik-titik rinci / detail-detail
diukur dengan kerapatan titik yang disesuaikan dengan skala peta yang
digunakan dan tersebar dengan kerapatan titik maksimum 1 cm pada
peta. Peralatan yang digunakan Theodolite T0 dengan ketelitian
pengukuran 10 cm.
Penyebaran titik detail yang diukur di lapangan akan diusahakan merata,
seperti pada:
- Setiap perubahan permukaan serta vegetasi yang ada di areal
pengukuran.
- Situasi batas-batas tata guna lahan antara lain ladang, sawah,
kampung, lahan usaha I, lahan usaha II dan lain-lain.
Pengukuran Jalur Pipa
Pengukuran trase dilakukan sepanjang jalan yang akan menjadi jalur pipa sesuai
dengan rencana pelayanan. Prosedur, metode dan peralatan yang akan
digunakan untuk pengukuran trase saluran adalah sebagai berikut:
Uitzet trase yang dikontrol dengan ukuran poligon terikat terhadap titik kontrol (x,y)
kerangka pemetaan dengan ketelitian setiap sudut 1’ (menit) dan ketelitian antara
dua titik kontrol kerangka pemetaan 2’ (menit) yang diukur dengan alat ukur
Theodolite T0, dengan interval jarak maksimum 100 m, pada trase lurus dan 25 / 50
m pada tikungan.
Pengukuran sipat datar berfungsi sebagai dasar penampang memanjang trase,
terikat pada (z) kerangka pemetaan dengan ketelitian 15”D mm dimana D =
jarak dalam km.
Penampang melintang trase diukur dengan metode Tachimetri / Trigonometri
memakai alat ukur Theodolite T0 dengan ketelitian pengukuran 10 cm
dengan interval jarak 100 m (untuk saluran primer) tepat pada titik trase atau
penampang memanjang serta posisinya tegak lurus terhadap jalur trase.
Metode Analisa Data Topografi
Perhitungan Poligon
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan dalam
spesifikasi teknis adalah :
1. Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth 20" n. Koreksi setiap titik poligon
maksimum 20" n dimana n adalah jumlah titik poligon pada setiap kring.
2. Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000.
Berdasarkan kriteria toleransi diatas, proses analisis perhitungan sementara
poligon akan dilakukan menggunakan metode perataan Bowdith dengan
prosedur sebagai berikut :
Salah Penutup Sudut
F-48
nxnSfn
i
is "20180)2(1
Salah Penutup Koordinat
000.2:1df
Dalam hal ini :
n
i
n
i
iiiid ddf1 1
22 )cos.()sin.(
1801 iii s
Dimana : S : Sudut ukuran poligon
d : Jarak ukuran poligon
: Azimuth
i : Nomor titik Poligon ( i = 1,2,3, ..... n )
Proses perhitungan data definitif hasil pengukuran poligon kerangka kontrol horizontal
akan dilakukan dengan metode perataan Bowditch. Formula perataan poligon cara
Bowditch adalah sebagai berikut :
xd
dfx i
i
.
yd
dfy i
i
.
Dimana :
fxi : Koreksi absis
fyi : Koreksi ordinat
di : Jarak yang dikoreksi
d : Jumlah jarak
x : Jumlah kesalahan absis
y : Jumlah kesalahan ordinat
Perhitungan Waterpass
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis yakni tiap
seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm D (D = panjang seksi
dalam Km ). Berdasarkan kriteria tersrbut dapat diformulasikan cara analisis data ukur
waterpass pada setiap kring sebagai berikut :
n
i
ih Dmmhf1
10
dimana :
fh : salah penutup beda tinggi tiap kring waterpass
h : beda tinggi ukuran
i : nomor slag pengukuran waterpass ( i = 1,2,3....n )
Setelah dianalisis keseluruhan data waterpass kerangka kontrol vertikal memenuhi
persyaratan toleransi akan dilakukan proses perhitungan definitif dengan
menggunakan metode Bowditch seperti pada poligon.
Perhitungan Azimuth Matahari
F-49
Formula perhitungan Azimuth arah dengan metode pengamatan tinggi matahari
adalah sebagai berikut :
cos.cosh
sin.sinhsinsin
dA
SA
dimana : A : azimuth matahari
: azimuth arah ke target
S : sudut horizontal antara matahari dan target
: deklinasi
h : tinggi matahari
: lintang tempat pengamatan.
Apabila hasil perhitungan data pengamatan data pengamatan matahari tersebut tidak
memenuhi kriteria ketelitian 15" yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis, maka akan dilakukan
pengamatan ulang.
Penggambaran
Kriteria teknis dan prosedur penggambaran hasil survai Topografi tetap mengacu pada
Kerangka Acuan Kerja dan Standar Teknis Produk Perencanaan
- Gambar / peta situasi dibuat denga skala 1 : 2.000 dengan interval
kontur 0,5 m.
- Gambar / peta situasi rencana tapak bangunan skala 1 : 200
dengan interval kontur 0,5 m.
- Gambar situasi trace / rencana trace dilengkapi situasi sekitarnya
dengan kontur interval 0,5 m. Gambar penampang memanjang
digambar di bawah gambar situasi trace dengan skala yang sama 1 :
2.000 untuk skala jarak, sedangkan untuk skala tinggi 1 : 100.
- Gambar penampang melintang dibuat dengan skala jarak 1 : 100 dan
skala tinggi 1 : 100. (Untuk lokasi-lokasi tertentu).
- Garis silang Grid baik horisontal maupun vertikal dibuat dengan interval
10 cm. Pembuatan jaringan Grid dengan toleransi sesuai dengan
ketelitian peta.
- Tiap titik tetap (Bech Mark) yang diplotkan akan dilengkapi dengan
koordinat planimetris dan ketinggiannya