24
III. PEMBAHASAN 3.1. Hasil Pengamatan Terlampir. 3.2. Pembahasan Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri, seperti minyak nilam, sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil, akar wangi, pala, kenanga, daun cengkeh dan cendana. Beberapa daerah produksi minyak atsiri adalah daerah Jawa Barat (Sereh wangi, akar wangi, daun cengkeh, nilam), Bengkulu (nilam), Aceh (nilam, pala), Nias, Tapanuli dan Sumatera Barat (Manurung, 2003). Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu secara fisika dan kimia. Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang teriri dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al., 2006). Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan menistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Untuk

minyak eugenol

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Eugenol banyak terdapat pada minyak cengkeh yang dimbil ketika dipanaskan

Citation preview

III.PEMBAHASAN3.1.Hasil PengamatanTerlampir.

3.2.PembahasanIndonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri, seperti minyak nilam, sereh wangi yang dikenal sebagaiJava cittronellal oil, akar wangi, pala, kenanga, daun cengkeh dan cendana. Beberapa daerah produksi minyak atsiri adalah daerah Jawa Barat (Sereh wangi, akar wangi, daun cengkeh, nilam), Bengkulu (nilam), Aceh (nilam, pala), Nias, Tapanuli dan Sumatera Barat (Manurung, 2003).

Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu secara fisika dan kimia. Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang teriri dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Daviset al., 2006). Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan menistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit, arang aktif, zeolit, 2) menghilangkan senyawa terpen (terpenless) untuk meningkatkan efek flavouring, sifat kelarutan dalam alkohol encer, kestabilan dan daya simpan dari minyak, dan 3) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat, asam tartarat (Sait dan Satyaputra, 1995).

Pada proses distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswasty dan Wuryaningsih, 2001). Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya. Adsorpsi adalah proses difusi suatu komponen pada suatu suatu permukaan atau antar partikel. Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul lainnya (Anon, 2000). Untuk proses tersebut, bisa digunakan adsorben, baik yang bersifat polar (silika, alumina dan tanah diatomae ataupun non-polar (arang aktif) (Putra, 1998).Adsorben yang digunakanpada praktikum isolasi minyak atsiri berikutialah bentonit. Bentonit memiliki warna dasar putih dengan sedikit kecoklatan atau kemerahan atau kehijauan tergantung dari jenis dan jumlah fragmen mineralnya. Bentonit bersifat sangat lunak, ringan, mudah pecah, terasa seperti sabun, mudah menyerap air dan dapat melakukan pertukaran ion (Siregar, 2009).

AdsorpsiAdsorpsi adalah proses fisik atau kimia dimana senyawa berakumulasi di permukaan (interface) antar dua fase. Interface merupakan suatu lapisan yang homogen antara dua permukaan yang saling berkontak. Substansi yang diserap disebut adsorbat sedangkan material yang berfungsi sebagai penyerap disebut adsorben.

Mekanisme yang terjadi pada proses adsorpsi yaitu:

1.Molekul-molekuladsorben berpindah dari fase bagian terbesar larutan ke permukaan interface, yaitu lapisan film yang melapisi permukaan adsorben atau eksternal.

2.Molekul adsorben dipindahkan dari permukaan ke permukaan luar dari adsorben (exterior surface).

3.Molekul-molekul adsorbat dipindahkan dari permukaan luar adsorben menyebar menuju pori-pori adsorben. Fase ini disebut dengan difusi pori.

4.Molekul adsorbat menempel pada permukaan pori-pori adsorben.

Ada dua metode adsorpsi yaitu adsorpsi fisikadan adsorpsi kimia. Perbedaan dasar antara adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia adalah sifat dari gaya-gaya yang menyebabkan ikatan adsorspi tersebut:

1. Adsorpsi fisika

Ikatan Van der Walls,reversible, karena proses penyerapan dapat lepas kembali ke dalam pelarut, kalor adsorpsi kecil yaitu 5-10 kkal/mol. Kecepatan pembentukan ikatan cukup tinggi, regenerasi dapat dilakukan, terjadi pada suhu rendah, makin tinggi suhu tingkat penyerapan semakin kecil.

2. Adsorpsi kimia

Ikatan kimia, Irreversible, karena proses penyerapan tidak dapat dilepas kembali ke dalam pelarut, kalor adsorpsi besar yaitu 10-100 kkal/mol, kecepatan pembentukan ikatan bisa lambat bisa cepat, tergantung besarnya energi aktivasi. Regenerasi tidak dapat dilakukan, terjadi suhu tinggi, makin tinggi suhu tingkat penyerapan semakin besar.

Pada praktikum, minyak yang telah dicampurkan bentonit diaduk selama 20 menit dengan tujuan agar kontak antara minyak dengan adsorben menjadi lebih efektif sehingga dapat menghasilkan efek adsorbs yang optimal. Daya penyerapan terhadap warna juga dipengaruhi oleh bobot jenis adsorbennya. Semakin rendah bobot jenis adsorben, maka semakin efektif penyerapan terhadap warna. Selain bobot jenis, faktor lainnya yang berpengaruh ialah pH adsorben. Pada hasil adsorbsi, untuk metode pemucatan untuk minyak lemon digunakan arang aktif sebanyak 0,5 gr dengan hasilnyaberupaminyak yang lebih jernih.Metode adsorbsi selanjutnya ialah metode penarikan air. Penarikan minyak atsiri dengan metode penarikan air merupakan metode yang paling sederhana, ekonomis dan murah dalam pengerjaannya (Guenther, 1987). Penambahan natrium sulfat anhidrat ini dimaksudkan untuk menarik air yang masih terdapat dalam minyak atsiri dimana air akan ditarik oleh natrium sulfat anhidrat hingga dihasilkan minyak atsiri dengan kemurnian yang tinggi. Adapun sesuai data golongan P1, minyak lemon yang dihasilkan menjadi lebih jernih.FlokulasiFlokulasi ataupengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawapengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat (Ekholmet al.,2003). Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat. Senyawa pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri, antara lain asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan EDTA (Karmelita, 1991; Marwatiet al., 2005; Moestafaet al.,1990).

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada, jenis pengkelat, kecepatan dan cara pengadukan, waktu kontak dan teknik penyaringan (Karmelita, 1991).

Senyawa fenol murni dapat mengikat ion logam sehingga warna menjadi lebih gelap (Sastrihamidjojo, 2002). Penambahan flokulan berupa asam sitrat pada proses pengkhelatan yang dilakukan pada praktikum kali ini dapat melepas ion logam dari senyawa fenol, sehingga ion logam ini dapat terikat pada senyawa asam sitrat yang ditambahkan. Hal ini dapat membuat minyak yang awalnya berwarnalebih gelap menjadi lebih jernih karena telah terikatnya senyawa logam pada asam sitrat dan senyawa fenol yang terkandung lebih murni.Pada praktikum yang dilakukan diperoleh nilai flokulasi untuk minyak sereh sebesar0,6986 gr.Hal ini membuktikan bahwa kandungan logam yang ada pada minyak telah terikat pada asam sitrat. Asam sitrat tersebut membentuk endapan dan pada akhir proses asam sitrat tersebut disaring menggunakan kertas saring.PengkelatanPengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat (Ekholmet al., 2003).Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat. Senyawa pengkelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri, antara lain asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan EDTA (Karmelita, 1997; Marwati et al., 2005;Moestafa et al., 1990).

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada. Secara umum kesembangan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

L-+S- LS

L = logam

S = senyawa pengkelat

LS = kompleks logam-senyawa pengkelat

Senyawa pengkhelat yang digunakan adalah EDTA yang bersifat asam dengan ion negatif (-), sedangkan logam akan diikat bersifat positif karena adanya perbedaan muatan tersebut menyebabkan logam yang terdapat di dalam minyak atsiri dapat diikat dengan senyawa tersebut, sehingga minyaklemonbebas dari logam. Proses flokulasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kecepatan pengadukan, jenis flokulan dan banyaknya flokulan yang ditambahkan.

Pada pemucatan minyak lemon, digunakan arang aktif seberat 0,5 gram untuk membuat minyak lemon tersebut menjadi murni. Masa arang aktif yang digunakan diperoleh dari 2% volume minyak atsiri yang digunakan. Karena penambahan arang aktif ini, warna minyak lemon menjadi lebih jernih dari sebelum penambahan arang aktif. Hal ini dikarenakan arang aktif dapat menyerap zat-zat pengkotor minyak atisiri tersebut. Pada penarikan air, digunakan Na2SO4seberat 1% dari volume minyak atsiri. Pada praktikum ini digunakan Na2SO4seberat 0,25 gram dari volume minyak lemon 25 ml. Dengan penarikan air ini menjadikan minyak lemon tampak lebih jernih. Hal ini disebabkan Na2SO4dapat menyerap kandungan air yang terdapat di dalam minyak atsiri.

Pada proses pengkelatan minyak atsiri digunakan EDTA sebanyak 0,5 ml untuk mengikat logam yang terdapat di dalam minyak lemon sebanyak 25 ml. Dari hasil percobaan pengkelat minyak lemon ini dihasilkan minyak lemon jernih sebesar 18,444 ml. Sehingga logam yang terikat dengan EDTA dapat dihitung dari jumlah minyak ditambah dengan jumlah EDTA dikurangi dengan jumlah minyak jernih yang dihasilkan, sebanyak 7,056 ml. Dengan demikian logam terikat yang diikat oleh EDTA sebanyak 6,556 ml dari minyak lemon. Dengan proses pengkelatan ini menjadikan minyak lemon menjadi lebih jernih dari sebelumnya karena logam yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh senyawa-senyawa pengkelat, diantaranya adalah EDTA.

DeterpenasiDeterpenasi merupakan salah satu pemurnian minyak atsiri yaitu dengan memisahkan komponen minyak atsiri berupa terpen, karena banyaknya terpen yang terkandung dalam suatu minya atsiri akan menurunkan kualitas minyak atsiri berupa bau yang kurang mantap. Metode umum pemisahan atau pengurangan terpen yang digunakan menurut Wakayabashi (1961) dalam Djuanita (1995), yaitu destilasi bertingkat dalam kondisi vakum, ekstraksi secara selektif dengan menggunakan pelarut (cair-cair), dan kromatografi menggunakan gel silica. Namun, yang paling banyak digunakan adalah metode ekstraksi cair-cair atau menggunakan pelarut. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut polar dan non polar, dimana fraksi terpen akan terlarut dalam pelarut non polar dan fraksi terpen-o akan terlarut dalam pelarut polar. Metode penghilangan senyawa terpen atauterpenlessbiasa dilakukan terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pemuatan parfum, karena minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al., 2002; Sait dan Satyaputra, 1995). Ada dua cara penghilangan terpen, yaitu dengan adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentu dan ekstraksi menggunakan alkohol encer.

Pada praktikum ini, deterpenasi dilakukan dengan menggunakan pelarut ethanol. Ethanol merupakan pelarut polar. Tujuan dihilangkannya terpen dari minyak atsiri adalah untuk menguapkan aroma khas dari minyak lemon. Minyak lemon dicampur dengan pelarut ethanol dengan perbandingan 1:4 dan dimasukkan ke dalam erlenmeryer. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu pemisah dan didiamkan selama 24 jam. Hal ini ditujukan untuk memisahkan fraksi terpen dengan terpen-o.

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau kriteria-kriteria tertentu. Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari masing-masing minyak tersebut. Dari sifat fisika kita akan mengetahui keasliannya, sedangkandarisifat kimianya yangmeliputi komponen kimia pendukung minyak secara umum bisa diketahui, terutama komponen utamanya. Adanya bahan-bahan asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut. Oleh karena itu, cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya bahan-bahan asing, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. (Pardede, 2003).

Deterpenasi merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan berupa pelarut organik seperti alkohol, hexan, eter, dan sebagainya. Deterpenasi adalah pemisahan minyak atsiri dengan terpen. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan senyawa atau flavor yang lebih kuat. Proses ini sangat berguna dalam menghasilkan minyak essens bermutu tinggi. Proses pemisahan menggunakan prinsip perbedaan massa jenis minyak dengan terpen. Minyak yag digunakan pada praktikum kali ini adalah minyak lemon dan pelarut yang digunakan adalah alkohol 90%. Minyak lemon yang digunakan adalah sebanyak 25 ml dan dilarutkan dalam 100 ml etanol serta ditambahkan air sebagai pelarut non-polar. Setelah dilakukan pencampuran dilakukan pemisahan sehingga terbagi menjadi 2 fasa, yaitu fasa polar dan non-polar. Fase ini terdiri atas minyak atsiri yang terlarut dalam senyawa nonpolar, sedangkan terpen terlarut dalam hidrokarbon-O (senyawa polar). Fase polar merupakan terpen yang terbentuk dan tidak diproses lanjut. Fasa yang diambil adalah fase non-polar yang selanjutnya dilakukan evaporasi dengan menggunakanrotary evaporatoruntuk memisahkan minyak dengan air. Terbentuknya 2 fasa ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ketaren (1986) karena minyak atsiri pada minyak pala terdiri dari campuran senyawa non-polar (hidrokarbon) dan polar (hidrokarbon-O), maka pelarut yang digunakan terdiri dari kombinasi pelarut-pelarut polar dan non-polar sehingga fraksi hidrokarbon akan terdistribusi di lapisan pelarut non-polar, sedangkan fraksi hidrokarbon-O terdistribusi pada pelarut polar.

Isolasi EugenolMinyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang dipeoleh dari tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb). Minyak atsiri ini dapat diperoleh dari bunga, gagang, dan daun tanaman cengkeh. Kualitas minyaknya dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Kandungan eugenol dalam minyak bunga, gagang dan daun cengkeh sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan baku, metode penyulingan minyak dan pengambilan eugenol dari minyak. Kadar eugenol dalam minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal minyaknya. Kadar terbanyak dan kualitas yang baik dapat dihasilkan oleh minyak yang diperoleh dari bunga dan gagang cengkeh.

Sifat fisiko kimia minyak cengkeh yang pernah diteliti oleh Rusli et. al. (1980) dapat dilihat pada tabel berikut.

KarakteristikNilai

Berat Jenis pada 250C

Indeks bias pada 250C

Putaran Optik

Kelarutan dalam etanol 70%

Kadar Eugenol % (v/v)1.309

1.5312

-10180

1:1 larut jernih

81.0

Mutu minyak cengkeh yang baik adalah minyak yang mepunyai bobot jenis, indeks bias dan putaran optik yang tinggi, serta memiliki kelarutan dalam alkohol yang baik.Eugenol reaktif terhadap basa kuat khususnya NaOH dan KOH. Sifat ini dimanfaatkan untuk memungut eugenol dari minyak daun cengkeh. Eugenol dapat berupa zat cair berbentuk minyak tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan. Larut dalamalcohol, kloroform, eter dan sedikit larut dalam air, berbau tajam minyak cengkeh, berasa membakar dan panas di kulit. Eugenol memiliki titik didih 255oC dan tekanan uap 10 mmHg pada 123oC (Poucher, 1974), densitas 1,064 - 1,068 g/ml dan indeks bias 1,541 pada 20oC (NTP, 2001). Menurut Guenter (1990) kandungan eugenol minyak cengkeh yang berasal dari bunga berkisar antara 90-95%, gagang berkisar antara 83-95% sedangkan minyak dari daun cengkeh memiliki kandungan eugenol berkisar antara 82-87%.

Eugenol, sebagai bagian terbesar dari minyak cengkeh merupakan senyawa dari golonganoxygenated hydrocarbondengan rumus molekul C10H12O2,dan mempunyai bobot molekul 164,2. Eugenol adalah cairan berbentuk minyak, tidak berwarna atau agak kekuningan dan akan menjadiberwarnacoklat jika kontak dengan udara.Kekentalan dan warna eugenol akan meningkat apabila selama penyimpanan mengalami kontak dengan udara dan sinar. Eugenol tidak mempunyai sifat memutar bidang polarisasi. MenurutGesner dan Hawley (1977), nama lain dari eugenol adalah 4-etil 2-metoksi fenol, 1-hidroksi 2-metoksi 4-alil benzene atau 4-alil guaiacol, yang tidak bersifat optis aktif.Dalam praktikum ini dilakukan isolasi eugenol dari minyak cengkeh. Hal ini dilakukan dengan penambahan NaOH 5% untuk selanjutnya didiamkan selama satu malam. Selanjutnya lapisan yang mengandung Eugenolat-Na ditambahkan eter lalu dilakukan pencucian dan pemisahan. Langkah selanjutnya adalah penambahan HCl 3%. Selanjutnya, bagian eugenol dipisahkan dari larutan NaCl dengan corong pemisah sedangkan sisa eter diuapkan dengan penangas air. Selanjutnya ditambahkan dengan Na2SO4kering lalu dipisahkan bagian eugenol dari Na2SO4dengan cara disaring sehingga didapatkan isolate eugenol.

Menurut Gennaro(1985),pengambilan eugenol dari minyak daun cengkeh dapat dilakukan dengan empat tahap. Tahap pertama, minyak daun cengkeh direaksikan dengan NaOH ekses sehingga membentuk natrium eugenolat yang larut dalam air. Pada reaksi ini hanya eugenol yang bereaksi dengan NaOH. Reaksi antara eugenol dengan NaOH merupakan reaksi yang cepat mencapai kesetimbangan (Sastrohadmijojo, 2004). Reaksinya adalah sebagai berikut.

Ada dua fenomena sekaligus yang terlibat dalam reaksi pengambilan eugenol dari minyak cengkeh, yaitu ekstraksi dan reaksi kimia. Eugenol berpindah dari fasa kariofilin ke fasa air sebagai proses ekstraksi dan selanjutnya eugenol dalam air akan bereaksi dengan NaOH. Proses yang melibatkan ekstraksi dan reaksi kimia disebut dengan ekstraksi reaktif. Pada tahap kedua, campuran reaksi diekstraksi dengan eter untuk menghilangkan komponen lain dalam minyak. Tahap ketiga, campuran diasamkan dengan larutan HCl sampai pH 3. Pengasaman ini bertujuan untuk memperoleh eugenol kembali dari larutan natrium eugenolat.

Tahap keempat adalah pemurnian eugenol yang dapat dilakukan dengan destilasi vakum.

Eugenol dapat diisolasi dengan cara minyak daun cengkeh hasildestilasi ulang ditambah dengan larutan NaOH. Jumlah mol NaOH yang digunakan harus proporsional dengan kandungan eugenol dalam minyak daun cengkeh. Reaksi ini hanya eugenol yang bereaksi dengan NaOH membentuk Na-eugenolat yang larut dalam air. Setelah reaksi berlangsung akan diperoleh dua lapisan. Lapisan atas merupakan senyawa atau komponen dalam minyak daun cengkeh selain eugenol. Lapisan bawah yang mengandung eugenol dipisahkan dari lapisan atas. Eugenol dapat diperoleh dengan mengasamkan larutan eugenolat denga menambahkan HCl hingga pH 3. Pada akhir reaksi ini terjadi dua lapisan, dimana lapisan atas mengandung eugenol (Sastohamidjojo, 2004).

Menurut literaturSastohamidjojo (2004),nilai rendemen eugenol sebesar 82-95%. Prinsip isolasi eugenol yaitu memisahkan senyawa eugenol dari senyawa non-eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh dengan mentode ekstraski menggunakan basa (NaOH). Ion Na dari basa mengikat eugenol membentuk kompleks eugenolat-Na, selanjutnyadiputuskan ikatannya dengan menambahkan larutan asam klorida sehingga diperoleh eugenol bebas dan garam. Berdasarkan data praktikum golongan P1, tidak dijelaskan volume akhir minyak cengkeh yang dihasilkan sehingga tidak dapat diketahui total rendemen yang dihasilkan. data isolasi eugenol mengacu pada data praktikum golongan P2 dimana minyak cengkeh hasil isolasi yang terbentukadalah sebanyak 15 ml dari total volume cengkeh awal adalah sebesar 50 ml. Dengan demikian hasil rendemen minyak cengkeh yang dihasilkan adalah sebesar 30%Hasil ini menunjukkan rendemen yang sangat rendah dibandingkan literature yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak factor, terutama pengaturan kondisi saat penyimpanan bahan (sampel) seperti pengaturan suplai udara dan cahaya sehingga kadar eugenol yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

IV.PENUTUPA.KesimpulanAdsorbsi merupakan suatu peristiwa fisik pada permukaan suatu bahan yang tergantung dari spesifik affinity antara adsorben dan zat yang diadsorbsi. Adsorbsi terdiri atas dua metode yaitumetode pemucatan dan penarikan air. Metode pemucatan yaitu menggunakan komponen pigmen dan pengotor dalam minyak dengan menggunakan tanah pemucat atau adsorben sintetik.Semakin rendah bobot jenis adsorben, semakin efektif penyerapan terhadap warna. Hasil menunjukkan warna minyak lemon menjadi lebih cerah. Adapun metode penambahan air ialah penambahan natrium sulfat anhidrat yang dimaksudkan untuk menarik air yang masih terdapat dalam minyak atsiri dimana air akan ditarik oleh hingga dihasilkan minyak atsiri dengan kemurnian yang tinggi. Hasil menunjukkan minyak lemon yang dihasilkan menjadi lebih jernih.Flokulasi adalah proses pengikatan logam yaitu merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa pengkelat.Senyawa fenol murni dapat mengikat ion logam sehingga warna menjadi lebih gelap.Pada praktikum yang dilakukan diperoleh nilai flokulasi untuk minyak sereh sebesar0,6986 gr.Hal ini membuktikan bahwa kandungan logam yang ada pada minyak telah terikat pada asam sitrat. Asam sitrat tersebut membentuk endapan dan pada akhir proses asam sitrat tersebut disaring menggunakan kertas saringPengkhelatan atau flokulasi merupakan proses pemurnian minyak atsiri dengan pemisahan senyawa flokulan. Senyawa pengkhelat yang digunakan adalah EDTA yang bersifat asam dengan ion negatif (-), sedangkan logam akan diikat bersifat positif karena adanya perbedaan muatan tersebut menyebabkan logam yang terdapat di dalam minyak atsiri dapat diikat dengan senyawa tersebut, sehingga minyak lemon bebas dari logam. Proses flokulasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kecepatan pengadukan, jenis flokulan dan banyaknya flokulan yang ditambahkan.

Deterpenasi merupakan salah satu pemurnian minyak atsiri yaitu dengan memisahkan komponen minyak atsiri berupa terpen. Banyaknya terpen yang terkandung dalam suatu minya atsiri akan menurunkan kualitas minyak atsiri berupa bau yang kurang mantap.

Kualitas minyak atsiri dapat dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Kandungan eugenol dalam minyak bunga, gagang dan daun cengkeh sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan baku, metode penyulingan minyak dan pengambilan eugenol dari minyak. Kadar eugenol dalam minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal minyaknya. Kadar terbanyak dan kualitas yang baik dapat dihasilkan oleh minyak yang diperoleh dari bunga dan gagang cengkeh. Dalam praktikum ini,hasilisolasi eugenolmenunjukkan nilai sangat rendah sibandingkan literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan pengaturan kondisi pada penyimpanan produk seperti pengadaan cahaya dan udara yang sangat berpengaruh pada peningkatan kadar eugenol bahan.

A.SaranSelama praktikum, sampel (minyak lemon , mawar, kayu putih, sereh, ataupun cengkeh) sebaiknya tidak digunakan untuk keperluan diluarpraktikum, sebabpengadaansampel atau bahan bakumembutuhkan cost yang tinggi.Selain itu, kurangnya peralatan (wadah) seperti gelas piala selama praktikum yang dibagikan per kelom pok karena dapat menghambat kelancaran kinerja praktikum karena harus mengantri sehingga adaidle timeyang tinggi.

DAFTAR PUSTAKAAnon. 2000.Adsorption. Microsoft Corporation.[Terhubung berkala]http://encarta.msn.com/find/consice.asp?ti=01AFA000[18 April 2012]

Davis, E; J. Hassler; P. Ho; A. Hover and W. Kruger. 2006. Essential Oil.[Terhubung berkala]http://wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433oil-webpages/essence/essence-oils [18April 2012]

Djuanita, Nilla. 1995.Mempelajari Proses Deterpenasi Minyak Lemon dan Aplikasinypada Deterjen Cair[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ekholm P., L. Virkki, M. Ylinen, and L. Johanson. 2003.The effect of phytic acidand some natural chelating agents on solubility of mineral elemets in aotbran. Food Chem.

Guenther, E. 1990.Minyak Atsiri Jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta.

Hernani, Munazah dan Mamun. 2002.Peningkatan Kadar Patchouli Alkohol dalamMinyak Nilam (Pogestemon cublin Benth.) melalui Proses Deterpenisasi.Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. LIPI,Bogor.

Karmelita, L. 1991.Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L.) dengan asam aspartat. Bogor: IPB Bogor.

Ketaren, S. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta

Manurung, T.B. 2003.Usaha Pengolahandan Perdagangan Minyak Atsiri Indonesiadan Permasalahannyadalam Menghadapi Era Perdagangan Global. Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak Atsiri. Jakarta: Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan.

Sait, S dan I. Satyaputra. 1995.Pengaruh Proses Deterpenasi Terhadap Mutu Obat Minyak Biji Pala. Yogyakarta.

Pardede, J.J. 2003.Peningkatan Mutu Minyak Atsiri dan Pengembangan ProdukTurunannya. Jakarta: Deperindag.

Poucher, W.A. 1924Perfumes, Cosmetics and Soaps.London: Chapman and Hall

Putra, R.S.A. 1998.Desain Alat Pemucat Minyak Akar Wangi Skala Industri Kecil. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2004.Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press :YogyakartaSiregar, Sri Rachmawati Hidayah. 2009.Flokulasi.[Terhubung berkala]http://envist2.blogspot. com/flokulasi.html [24 Maret 2012]