31
KASUS

Missed Abortion

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Missed Abortion

LAPORAN KASUS

Page 2: Missed Abortion

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinNya penulis dapat

menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “ Missed Abortion”

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan

Kepanitriaan Klinik Senior dibagian Ilmu Obstetri dan Ginekology yang dilaksanakan di

RSU.DR.R.M.Djoelham Binjai.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.Arusta

Tarigan.Sp.OG selaku dokter pembimbing dan dokter-dokter di SMF obgyn yang telah

membimbing :

1.Dr.Anwar Affandi.H.Sp.OG

2.Dr.Sugianto.Sp.OG

3. Dr.Marwan Indamirsyah.Sp.OG

4.Dr.Herizal.Sp.OG

Yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan agar laporan

kasus ini lebih akurat dan bermanfaat.

Tentunya penulis menyadari bahwa laporan kasus ini banyak kekurangan untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar

kedepannya penulis dapat meperbaiki dan menyempurnakan kekurangan tersebut.

Besar harapan penulis agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta

dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan keilmuannya.

Binjai, 22 Mei 2011

Rahmi Fitriana

Page 3: Missed Abortion

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………... 2

Pendahuluan…………………………………………………………………………. 3

Definisi……………………………………………………………………………….. 3

Etiologi ………………………………………………………………………………. 3

Patologi ……………………………………………………………………………… 5

Klasifikasi ………………………………………………………………………...... 6

Missed aborsi ……………………………………………………………………….. 9

Diagnostik abortus ……………………………………………………………......... 10

Penanganan Abotrus …………………………………………………………………11

Komplikasi…………………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 14

STATUS PASIEN…………………………………………………………………………. 15

Page 4: Missed Abortion

BAB I

MISSED ABORTUS

1. Pendahuluan

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan

tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup diluar kandungan.

Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat obstetric seperti seperti kelahiran

normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan

genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan sebelum usia

kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi

karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi

pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada

kromosom. 4,7

2. Definisi Abortus

Abortus adalah Istilah untuk semua kehamilan yang berahir sebelum periode viabilitas

janin, yaitu lahir sebelum berat janin 500 gr atau bila usia kehamilan kurang dari 20 minggu.4

3. Etiologi Abortus

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya pada

kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang

dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:

A. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan

muda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai

berikut:

Page 5: Missed Abortion

a. Kelainan kromosom.

Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan

kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

b. Lingkungan kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinggga

pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

c. Pengaruh dari luar.

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun

lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat

teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

d. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu,

sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi

sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

e. Penyakit ibu.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,

dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga

menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.

f. Kelainan endokrin

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada

trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus,

dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi

hipotiroidism yang nyata.

Page 6: Missed Abortion

g. kelainan traktus genitalia

retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi,

harus diingat bahwa hanya retroversion uteri gravid inkarserata atau mioma submukosa yang

memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks inkompeten

yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada seviks, dilatasi serviks berlebihan,konisasi,

amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

4. Patologi Abortus

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis

jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau

seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus

berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi

biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales  belum menembus desidua lebih dalam,

sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales

menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang

dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang

dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta. Pedarahan jumlahnya

tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong

amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum)

atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion).

Apabil mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya, maka akan menjadi mola karneosa.

Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul

memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang telah berdegenerasi tersebar

diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat

dinding bekuan darah lama yang tebal. Bentuk lainnya adalah mola tuberosa, dalam hal ini

amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Page 7: Missed Abortion

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi.

Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat diserap,

kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin dapat

menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat dikeluarkan adalah terjadinya maserasi.

Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah.

Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan. Organ-organ dalam

mengalami degenerasi dan nekrosis.

5. Klasifikasi abortus

Secara umum abortus dibagi menjadi 2 yaitu:

A.Abortus spontan

Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun factor medisinalis semata-

mata disebabkan oleh factor alamiah.2

B.Abortus provokatus

Adalah abortus yang disengaja,baik dengan memakai alat-alat atau menggunakan obat-obatan.2

Klinis abortus spontan dibagi menjadi beberpa bagian yaitu:

1. Abortus imminens

Abortus imminens ialah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana

hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Page 8: Missed Abortion

2. Abortus insipiens

Abortus insipiens ialah peristiwa peradrahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya

dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules

menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan

dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12

minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya

proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.

3. Abortus inkompletus

Abortus inkomplitus ialah pengeluaran sebagan hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus inkomplitus dapat banyak sekali ,

sehingga menyebabkan syokj dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa konsepsi dikeluarkan.

4. Abortus kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan

sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.

Page 9: Missed Abortion

5. Missed abortion

Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan

selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormon

progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan

missed abortion.

6. Abortus habitualis

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologinya pada

dasarnya sama dengan etiologi abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu

kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Sistem TLX ini

merupakan cara untuk melindungi kehamilan.

7. Abortus infeksiosus, abortus septic

Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik ialah abortus

infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke daam peredaran darah atau peritoneum.6

Penyebab dari abortus ada beberapa factor seperti:

Page 10: Missed Abortion

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering dijumpai pada abortus spontan

. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan disekitar endometrium kurang sempurna

sehingga bisa mengganggu pertumbuhan janin

. Pengaruh dari luar. Radiasi,virus,obat-obatan. Pengaruh ini disebut sebagai pengaruh teratogen

a. Kelainan pada plasenta

Bila oksigenasi plasenta terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga janian

akan mati. Kelainana ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun

b. Penyakit ibu

Penyakit seperti pneumonia,tifus abdominalis, pielonefritis dan malaria dapat menyebabkan

abortus.Toksin dari bakteri,virus atau plasmodium dapat menembus plasenta dan masuk kedalam

tubuh janin sehingga terjadi abortus

c. Kelainan genetalia ibu

Misalnya ibu menderita hipoplasia uteri,uterus yang letaknya tidak normal,tidak sempurnanya

persiapan uterus dalam menerima hasil konsepsi.2,3

Dari berbagai macam abortus diatas maka penulis hanya menerangkan tentang Missed Abortus.

1. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum

kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan di dalam kandungan.

Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan

pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu

sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda

kehamilan sekunder pada patudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali

dengan abortus imminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.

Pada pemeriksaaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya

Page 11: Missed Abortion

pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong

gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan yang disertai gambaran feus yang tidak ada

tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan

kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga

perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

A. Diagnosis Abortus.

Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan

pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan

ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara

biologis (Galli Mainini) atau imunologik (Pregnosticon, Gravindex).

Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain harus dipikirkan kehamilan ektopik terganggu, mola

hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks.

Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit dibedakan dengan

abortus dimana uterus posisi retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorea disertai perdarahan

pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus. Tetapi keluhan nyeri

biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala menunjukan kehamilan

ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk memastikan diagnosanya. Pada

molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea dan muntah lebih sering.

Apabila ada kecurigaan terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Karsinoma serviks uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan

dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan

sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.

Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan

waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan mengecilnya uterus yang

kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang,

mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi

negatif, serta denyut jantung janin menghilang. Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera

apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed

Page 12: Missed Abortion

abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga

pemerikaan kearah ini perlu dilakukan

B. Penanganan Abortus

1. Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :

Keadaan umum pasien

Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi >

112 x/menit

Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam

cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.

Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut

bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.

Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan

setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)

2. Penanganan spesifik

Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :

Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan

lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.

Page 13: Missed Abortion

Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan

batang laminaria selama 12 jam.

Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan

darah.

Pengelolaan missed abortion harus diutarakan pada pasien dan keluarganya secara baik karena resiko

tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya

evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena umumnya

penderita merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau mati. Pada umur kehamilan kurang

dari 12 minggu, tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan

kuretase serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20

minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih

dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan

antara lain dengan pemberian infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc

dekstrose 5 % tetesan 20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan

dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita

diistirahatkan satu hati dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin ataupun

jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih

mungkin.

Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau sintetisnya untuk

melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan

pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6

jam. Dengan obat ini kan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks

sehingga tindakan evakuasi ataupun kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.

Kemungkinan penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang

menempel pada dinding kavum uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia

perlu disiapkan transfuse darah segar atau fibrinogen. Pascatindakan jika perlu dilakukan pemberian infus

intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.

C. Komplikasi Abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.

Perdarahan

Page 14: Missed Abortion

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu

diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan pada waktunya.

Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.

Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu

segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka

perforasi atau perlu histerektomi.

Infeksi

Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi berat

(syok endoseptik).

Page 15: Missed Abortion

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijanegara,Hidayat,dkk. Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP Dr.

Hasan SadikinBagian II Ginekologi. Bandung :  Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1997.

2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kandungan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.

3. Wibowo, Budiono. Ilmu Kebidanan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

4.Taber Ben-Zion,Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi,EGC,Jakarta,1994

Page 16: Missed Abortion

STATUS PASIEN

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny. Nuriani

Umur : 21 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA

Alamat : Dusun III Perk. Amal Tani Langkat

Nama Suami : Sendi Ariandi

Tgl. Masuk :17 juni 2011 pukul 10:00 Wib

ANAMNESA PENYAKIT

KU : Perdarahan pervagina

Telaah : Os datang ke RSUD.DR.R.M.DJOELHAM dengan keluhan keluar

darah dari vagina (+) sejak tadi malam ,Stoel Cell (-), 1x ganti duk,nyeri perut

bagian bawah(+). Sebelumnya os ada periksa USG dan diagnosa dokter IUFD.

Riwayat mentruasi sebelumnya:

Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 hari

Banyak : 2 kali ganti duk

Lamanya : 5-7 hari

HPHT : 17 Maret 2011

Page 17: Missed Abortion

TTP : 22 Desember 2011

Riwayat persalinan:

Hamil ini dengan abortus iminens

RPT : (-)

RPO : (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

1. Keadaan Umum

Sensorium : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70mmHg

Respirasi Rate : 20x/menit

Heart Rate : 80x/menit

Suhu : 36,5 0 C

2. Keadaan Penyakit

Anemia : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Ikterus : (-)

Edema : (-)

Status Lokalisata

Page 18: Missed Abortion

1. Kepala

Mata : conjungtiva palpebra superior pucat (-/-)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Leher : pembesaran kelenjar getah brning (-/-)

2. Thorax

Inspeksi : simetris

Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-)

3. Abdomen

Inspeksi : Massa (-), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

Palpasi : Hati tidak teraba, Lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltic usus normal

4. Ektremitas

Superior : dbn

Inferior : dbn

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

Inspeksi : Besar abdomen sesuai dengan usia kehamilan.

Page 19: Missed Abortion

Palpasi : Fundus uteri teraba 2 jari diatas simpisis, nyeri tekan abdomen(-)

Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi : Denyut jantung janin (-)

2. Genetalia Ekterna

Inspeksi :Perdarahan (+),Massa (-),Udem (-),Lesi (-)

3. Genetalia Interna

Vaginal Thoucer : Tidak ada pembukaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG

Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011 (Os melakukan USG sebelum masuk rumah sakit)

hasilnya adalah :

Bayangan janin (+)

GS (+)

Gerakan janin (-)

DJJ (-)

Usia kehamilan 9 minggu

Kesan : IUFD (Intra Uteri Fetal Death)

2. Laboratorium

Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011

Darah rutin: Hb : 12,7 gr/dl

Leukosit : 10,8 mm3

Hematokrit : 30,9%

Trombosit : 163.000 mm3

Golongan Darah : “B”

Urin rutin : Negatif

Page 20: Missed Abortion

RESUME

ANEMNESA

KU : Perdarahan pervagina

Telaah : Os datang ke RSUD.DR.R.M.DJOELHAM dengan keluhan keluar

darah dari vagina (+) sejak tadi malam, Stoel Cell (-), 1x ganti duk,nyeri perut

bagian bawah(+).Sebelumnya os ada periksa USG dan diagnosa dokter IUFD.

.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

Inspeksi : Besar abdomen sesuai dengan usia kehamilan.

Palpasi : Fundus uteri teraba 2 jari diatas simpisis, nyeri tekan abdomen(-)

Auskultasi : Denyut jantung janin (-)

2. Genetalia Ekterna

Inspeksi : Tampak perdarahan

3. Genetalia Interna

Vaginal Thoucer : Tidak ada pembukaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG

Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011 (Os melakukan USG sebelum masuk rumah sakit)

hasilnya adalah :

Page 21: Missed Abortion

Bayangan janin (+)

GS (+)

Gerakan janin (-)

DJJ (-)

Usia kehamilan 9 minggu

Kesan: IUFD (Intra Uteri Fetal Death)

2. Laboratorium

Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011

Darah rutin : Normal

Golongan Darah : “B”

DIAGNOSA BANDING

Abortus Inkomplit + MG + KDR + ( 9 minggu)

KET + MG + KDR + ( 9 minggu)

DIAGNOSA KERJA

Missed Abortion + PG + KDR ( 9 minggu)

PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 20 gtt/ menit

- Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 Jam

- Inj. Tramadol 1

- Inj.Metergin 1 amp

- Inj. Kaltropen sub

- Pemasangan Laminaria

- Diet MB + air putih

RENCANA

- Pemasangan Laminaria dan kurretage.

Page 22: Missed Abortion

FOLLOW UP

FOLLOW

UP

Tgl 17 Juni 2011 pukul

10:50 Wib

Tgl 17 Juni 2011 pukul

13:30 Wib

Tgl 17 Juni 2011 pukul

19.30 Wib

KU Baik Baik Baik

Kesadaran CM CM CM

Keluhan Nyeri perut (+)

Mules (-)

Mual (-)

Nyeri Perut (+)

Pusing (-)

Nyeri perut (+)

Vital Sign TD :110/80 mmhg

RR :24 x/i

HR :84 x/i

T : 36,5 0 C

TD :110/70 mmHg

RR :32 x/i

HR :80 x/i

T : 36,5 0 C

TD :110/70 mmHg

RR :24 x/i

HR :100 x/i

T : 36,5 0 C

Terapi -IVFD RL 20 gtt/menit

- Laminaria terpasang

baik .

-IVFD RL 20 gtt/menit

- Laminaria Terpasang

baik

IVFD RL 20 gtt/menit

-Inj.cefotaxim 1 gr /12

jam

- Inj. Tramadol 1 amp

- laminaria terpasang

dengan baik.

Page 23: Missed Abortion

FOLLOW UP

FOLLOW

UP

Tgl 18 Juni 2011 pukul

05:30 Wib

Tgl 18 Juni 2011 pukul

13:30 Wib (post

Curretage)

KU Baik Baik

Kesadaran CM CM

Keluhan Nyeri perut (+) Tidak ada keluhan

Vital Sign TD :110/70 mmhg

RR :20 x/i

HR :100 x/i

T : 37,4 0 C

TD :120/90 mmHg

RR :24 x/i

HR :80 x/i

T : 36,5 0 C

Terapi -IVFD RL1 fls + 1 amp

synto 30 gtt/menit

- Inj metergin 1 amp

- Inj.cefotaxim 1 gr /12

jam

- Laminaria terpasang

baik .

Page 24: Missed Abortion

KESIMPULAN

1.Pada tanggal 18 Juni 2011 pukul 13:00 wib dilakukan kuretage dengan hasil :

- Jaringan (+), 15 gr

- Kesan Bersih

- Evaluasi perdarahan (+)

- KU ibu pada kuretage baik.

2.Pada tanggal 18 juni 2011 pukul 17.00 wib pasien PBJ.

Terapi PBJ adalah

Ciprofloxacin 3x1

Metronidazol 3x1

Asam Mefenamat 3x1

Fiverron 1x1

Pasien PBJ dalam kondisi baik dan tidak ada keluhan.