Upload
lamdien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI
PEMBINA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DWI ISNAINI
11108087
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama : Dwi Isnaini
NIM : 11108087
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
JudulSkripsi : MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH
LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 14 Maret 2015
Penulis
Dwi Isnaini
NIM: 11108087
iii
SKRIPSI
MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI
PEMBINA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012
DISUSUN OLEH
DWI ISNAINI
NIM : 11108087
Telah dipertahan di depan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 11
September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Siti Rukhayati, M. Pd. ………………..
Sekretaris Penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si. ………………..
Penguji I : Drs. Bahroni, M. Pd. ……………......
Penguji II : Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. ……………….
Salatiga, 29 Agustus 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 3 Ekslempar
Hal : PengajuanSkripsi
Kepada
Yth.Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersamaini
kami kirimkan naskah Skripsi mahasiswi:
Nama : Dwi Isnaini
NIM : 11108087
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul : MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DISEKOLAH
LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA
TAHUN 2013
Telah kami setujui untuk dimunaqasyah.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Salatiga,..Maret 2015
Pembimbing
Dra.Hj. Lilik Sriyanti, M.Si
NIP: 199608141991032003
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini untuk:
Orang tuaku tercinta bapak Budi Wiyono & Ibu Muahniati, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doanya yang tak pernah putus
bagi putrinya.
Kakakku mbak Olif, Mas Pendi terimakasih atas motivasinya.
Pendamping hidupku, mas Akbar dan anakku azra alwa dzakiya kau lah
semangat hidupku.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tempat memohon pertolongan
dan ampunan, tempat berlindung dari segala kejahatan diri dan keburukan amal
perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh-Nya, maka tidak akan ada yang
mampu menyesatkan dan barang siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang
mampu member petunjuk.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah diutus untuk membawa risalah dan membebaskan umat Islam
dari belenggu kebodohan.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
berjasa dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, dan motivasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
dihaturkan rasa terimakasih, terutama kepada:
1. Bapak ibu tercinta yang senantiasa merelakan seluruh jiwa raga nya kepada
ku.
2. Bapak Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat
Hariyadi, M. Pd.
3. Bapak Suwardi, M. Pd, selaku Dekan FTIK Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M. Ag. Selaku Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan pengarahanya.
5. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
viii
6. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. atas bimbingan, arahan, dan
motivasi yang diberikan.
7. Bapak Rejokirono, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SLB Negeri Pembina
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
ix
8. Ibu Neti Herawati, S.Ag, M.S.I selaku guru Pendidikan Agama Islam Negeri
Yogyakarta, terimasih atas bimbinganya sehingga penelitian ini dapat penulis
selesaikan.
9. Mbk olif,mz pendi, rara arin, mbk roh, mbk hida, ibuk tarmi, bapak
eko,simbah, muslim, mz sigit, mz iyan, mz gogon dan semua keluarga,
terimakasih atas dukunganya.
10. Pendamping hidupku mz Muhammad jihad akbar dan anakku azra yang telah
memberikan dukungan awal hingga akhir terselesaikanya skripsi ini.
11. Semua teman-teman PAI C yang telah mendahului aku, tapi tetap menberikan
semangat kepadaku, puput, halimah, heri, ranita afah mia, afika , arista, yuni
yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga semua amal dan kebaikan
semua pihak dapat diterima dan dicatat disisi Allah sebagai amal yang sholeh dan
mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Akhirnya penulis hanya bisa berdoa,
semoga semua amal dan kebaikansemua pihak dapat diterima dan dicatat disisi
Allah sebagai amal yang sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Dia yang Maha
Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pada semua pihak
untuk memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini. Dan penulis
berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, Februari 2015
Penulis
x
ABSTRAK
Isnaini, Dwi. 2015. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak
Tunagrahita Di Sekolah Negeri Pembina Yogyakarta Tahun 2012. Skripsi
Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Institud Agama
Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing :Dra. Hj. LilikSriyanti, M.Si.
Kata Kunci : Model Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Anak
Tunagrahita
Pendidikan Agama Islam adalah sarana untuk menumbuh kembangkan
kepribadian anak, baik secara fisiologis maupun psikologis, hal tersebut tidak
terkecuali bagi anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada anak tunagrahita, faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung
dalam memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita,
serta bagaimana tingkat keberhasilan model pembelajaran Pendidikanan Agama
Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif analisis
Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan
penelaahan dokumen. Sedangkan data penelitian dianalisis menggunakanan
analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Model
Pembelajaran PAI di SLB Negeri Pembina Yogyakarta menerapkan model
pembelajaran PAI Adaftif, dengan menggunakan metode praktik, ceramah,
pembiasaan, dan demontrasi. Sedangkan Materi Pembelajaran Agama Islam
disederhanakan oleh pembimbing PAI sesuai prinsip-prinsip pembelajaran tanpa
mengabaikan standar kompetensi, yaitu shalat, wudhu, hafalan surat pendek dan
membaca iqro’. Adapun faktor penghambat dan pendukung Model pembelajaran
PAI adalah kelas yang majemuk, inteligensi anak, PAI yang tidak diawasi oleh
kemenag, bahkan tenaga pengajar masih kurang. Adapun faktor pendukung
diantaranya, semangat guru yang tinggi, fasilitas sekolah yang dimaksimalkan,
serta kemauan keluarga untuk selalu mendampingi anaknya dalam mengikuti
pembelajaran.
Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Negeri Yogyakarta disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan mengenai Pendidikan
Agama Islam pada anak tunagrahita mengalami perkembangan yang baik, artinya
ada perbedaan perilaku yang awalnya masih perlu arahan dalam melakukan
shalat, wudhu sekarang mampu melakukan sendiri, dan perilaku anak tidak
mengganggu orang lain lagi. Saran penulis dari sehubungan dengan hasil
penelitian diharapkan SLB Negeri Pembina Yogyakarta dapat mengatur jadwal
pembelajaran khusus untuk studi pembelajaran agama Islam diperbanyak, Guru
Pendidikan Agama Islam supaya memberikan pembelajaran yang lebih kreatif
lagi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami agama
Islam. Adapun untuk orangtua harus lebih sabar dan telaten dalam mendampingi
dan membimbing.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian .................................................................. 7
E. Penegasan Istilah ....................................................................... 8
F. Metode Penelitian ...................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 20
A. Pendidikan Agama Islam ........................................................... 20
B. Pembelajaran Adaptif ............................................................... 28
C. Anak Tunagrahita ...................................................................... 34
xii
D. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam......................... 45
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN .................................................. 54
A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Yogyakarta................................................................................. 54
B. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta ............................................ 66
C. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta................................................................................. 69
D. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta................................................................................. 71
E. Tingkat Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta ............................... 72
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 73
A. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta ............................................ 73
B. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta................................................................................. 75
C. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta................................................................................. 79
D. Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SLB Negeri Pembina Yogyakarta ......................................... 81
xiii
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 84
A. Kesimpulan ............................................................................... 84
B. Saran .......................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Riwayat Hidup
Lampiran 2. Daftar Nilai SKK
Lampiran 3. Permohonan Ijin
Lampiran 4. Foto Kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SLB
Negeri Yogyakarta
Lampiran 5. VERBALTIM
Lampiran 6. Pedoman Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk hidup
yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragama serta
beradaptasi dengan lingkunganya. Untuk itu manusia membutuhkan bantuan
orang lain untuk mengembangkan beberapa potensi yang dimilikinya agar
berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara.
Salah satu bentuk bantuan yang bisa diperoleh adalah melalui proses
pendidikan, karena dengan pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab IV pasal 5ayat 1 yang berbunyi: Setiap warga
Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Maka setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Melalui
pendidikan itulah diharapkan setiap anak dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan fitrahnya.
Fitrah disini adalah faktor kemampuan dasar perkembangan manusia
yang terbawa sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
Manusia diberi kelebihan berupa akal yang tidak dimiliki oleh mahluk lain.
Dengan akal itu manusia dapat mengembangkan potensinya, dapat berfikir,
dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
2
Potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut harus
diaktualisasikan dan ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu dalam
kehidupan nyata melalui melalui proses pendidikan sepanjang hayat. Sehingga
kelak dapat dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.
Pendidikan adalah sarana untuk menumbuh kembangkan kepribadian
anak, baik secara fisiologis maupun psikologis. Pendidikan artinya memberi
pembelajaran kepada anak didik, yang mencakup fungsi kognitif
(pengetahuan), afektif (perasan), dan psikomotorik (perubahan tingkah laku).
Hal tersebut tidak terkecuali bagi anak-anak yang memiliki
keterbelakangan mental atau Tunagrahita. Dimana anak Tunagrahita atau
dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan
kecerdasanya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti progam
pendidikan di sekolah biasa secara klasikal. Anak Tunagrahita mempunyai
kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Karena kekurangan itulah sehingga
anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental memerlukan perhatian
khusus.
Anak Tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian
rupa dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, adanya keterbatasan
dalam perkembangan tingkah laku pada masa pekembangan, terlambat atau
terbelakang dalam perkembangan mental dan sosial, mengalami kesulitan
dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehinga menyebabkan kesulitan
dalam berbicara dan berkomunikasi.
3
Anak Tunagrahita mengalami masalah persepsi yang menyebabkan
kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda, keterlambatan yang
dialami Tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku sesuai
dengan usianya.
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang- undang No.20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab IV pasal 5 ayat 2 yang
berbunyi: Warga yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan / atau sosial berhak berhak memperoleh pendidikan khusus. Ketetapan
dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang
kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak
berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang
diberikan anak normal lainya dalam pendidikan dan pengajaran.
Selain itu dalam • QS. Al Hujurat ayat 13 :
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعىبا وقبائل لتعارفىا إن أكرمكم عند للا
عليم خبير أتقاكم إن للا
artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa –
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dan
menjadikannya dalam berbagai suku bangsa agar manusia tersebut saling
mengenal. Potongan ayat tersebut bermakna bahwa manusia dianjurkan untuk
dapat saling mengenal dan bergaul dengan manusia lain dengan tidak mem
4
beda-bedakan satu dengan lainnya. Dalam potongan ayat tersebut tidak
dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia dan menjadikan manusia
tersebut dalam berbagai suku dan bangsa untuk saling mengenal, kecuali yang
buta, tuli, atau jenis kecacatan lainnya. Tak ada istilah diskriminasi dalam
potongan ayat tersebut. Potongan ayat selanjutnya adalah bahwa
sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang
paling bertaqwa. Tidak pula dikatakan dalam potongan ayat tersebut bahwa
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang baik rupanya
atau hal-hal yang bersifat inderawi lainnya. Artinya bahwa setiap orang baik
yang berkebutuhan khusus maupun tidak berkebutuhan khusus harus
senantiasa meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Sama halnya sebagai warga negara, seseorang yang mengalami
kelainan cacat fisik maupun mental (abnormal), tidak didiskriminasikan
untuk memperoleh pendidikan. Kelainan ini menjadi penting untuk
diperhatikan dalam pemberian layanan pendidikan dan pengajarannya, oleh
karena itu sangat dibutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus yaitu
Sekolah Luar Biasa (SLB) yang disesuaikan dengan kondisi objektivitasnya.
Disamping hak-hak yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki
kecenderungan abnormal dalam memperoleh layanan pendidikan dan
pengajaran, juga sebagai anggota masyarakat yang hidup dan berinteraksi
dengan lingkungan, keluarga dan sosial kemasyarakatan. Untuk itu sangat
diperlukan adanya adaptasi sosial sebagai konsekuensi logis dari masing-
masing individu sebagai makhluk sosial.
5
Anak luar biasa pada dasarnya mempunyai kebutuhan yang sama
dengan anak-anak normal pada umumnya. Anak luar biasa hanya sedikit
berbeda dari anak normal. Pendidikan luar biasa, bertujuan membantu peserta
didik yang menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu
mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pribadi, maupun
sebagai anggota masyarakat dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan
dalam dunia kerja atau dapat mengikuti pendidikan lanjutan.
Tujuan pendidikan anak berkelainan adalah bagaimana anak
berkelainan tersebut menentukan tempat mereka dimasyarakat berdasarkan
kemampuan dan ketrampilan yang ada pada mereka (Sapariadi,1982:18).
Pendidikan luar biasa merupakan salah satu lembaga pendidikan,
maka mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga diajarkan pada peserta
didik yang beragama Islam. Dengan tujuan menghasilkan manusia yang
berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan
dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan
dengan manusia sesamanya, dan untuk kepentingan dunia kini dan di akhirat
nanti.
Pendidikan luar biasa adalah pendidikan dengan cara yang khusus
yang disesuaikan dengan jenis dan taraf kelainannya, dengan demikian
“dalam mengajar pendidikan Agama Islam, pendidikan dan guru Pendidikan
Agama Islam menggunakan metode khusus, dan kurikulum yang khusus
pula”(Fuad, 2001:128) terutama dalam proses pembelajaran terhadap anak
6
berkebutuhan khusus, para pengajar kemungkinan besar akan menghadapi
banyak masalah. Hal ini menarik untuk di teliti lebih lanjut, agar berbagai
permasalahan yang timbul dapat diatasi, sehingga pendidikan Agama Islam
bagi anak Tunagrahita dapat terlaksana secara maksimal dan tepat guna. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang, “Model Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa
Negeri Pembina Yogyakarta Tahun 2012”.
B. Fokus Penelitian
Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapatlah penulis rumuskan
beberapa masalah yaitu
1. Bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak
Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta?
2. Materi-materi apa yang diberikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Yogyakarta?
3. Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung dalam memberikan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah
Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta?
4. Bagaimana tingkat keberhasilan model pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta?
7
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa
Negeri Pembina Yogyakarta.
2. Materi-materi yang diberikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
3. Faktor-faktor penghambat dalam memberikan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
4. Tingkat keberhasilan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta.
D. Kegunaan Penelitian
Ada beberapa hal yang membuat penelitian ini menjadi cukup
signifikan untuk dilakukan yaitu:
1. Bagi Penulis
Guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana strata
satu (S1) pada program Studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi
Negeri Islam Salatiga dan menambah pengetahuan diri sendiri tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita disekolah
luar biasa negeri Pembina Yogyakarta
2. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
Memperkaya khasanah pustaka ilmu tentang pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada anak Tunagrahita.
8
3. Bagi Orang tua
Mengetahui cara memberikan pendidikan Agama pada anaknya
yang berkebutuhan khusus.
E. Penegasan Istilah
Perbedaan persepsi pasti akan selalu ada, maka untuk menghindari
kesalah pahaman dalam menginterprestasikan makna kata-kata maka yang
terdapat dalam judul diatas kiranya perlu penulis berikan batasan dan arah
yang jelas, sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh para pembaca sesuai
dengan pengertian dan pemahaman penulis baik dari sudut pandang maupun
makna tulisan.
1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
utuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar (Ahmadi, 2011:8).
Pendidikan agama Islam adalah suatu Usaha untuk membina dan
pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup
(Daradjat, 1987:87).
9
Dalam buku model pembelajaran pendidikan luar biasa yang
dikeluarkan oleh direktorat pembinaan sekolah luar biasa mengatakan
bahwa Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
ditunjukan untuk menciptakan situasi belajar berdasakan teori-teori dan
cara mengorganisasi pembelajaran yang digunakan (Diretorat pembinaan
SLB, 2008:7).
Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis sebagai pedoman dalam melakukan
upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, terdorong untuk
belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari Agama
Islam.
2. Anak Tunagrahita
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki
perkembangan inteligensi yang terlambat. Setiap klasifikasi selalu diukur
dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi menjadi tiga kelas yakni
Tunagrahita ringan, Tunagrahita sedang dan Tunagrahita berat.
Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana
perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak
mencapai tahap perkembangan yang optimal (Somantri, 2006:105) . Anak
Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental
karena keterbatasan kecerdasanya mengakibatkan dirinya sukar untuk
mengikuti program pendidikan disekolah biasa, oleh karena itu anak
10
keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus
yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri, 2006:103).
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya Anak Tunagrahita adalah
anak-anak dengan keterbatasan mental atau intelektual, keterbatasan
tersebut menyebabkan mereka kesulitan memahami informasi dari luar
sehingga mereka sering gagal dalam bidang akademik pada pembelajaran
konvensional. Termasuk dalam pembelajaran agama Islam mereka juga
sering mengalami kegagalan yang mendasar, baik untuk mengerti ataupun
untuk menghafalkan sehingga mendemonstrasikan apa yang telah
diajarkan.
3. Sekolah luar biasa
Sekolah Luar Biasa (SLB) Yaitu sekolah yang di rancang khusus
untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan
http://Zalfabio.wordpress.com/2010/01/14.
Di Indonesia kita mengenal bermacam-macam
SLB,antara lain:
a. SLB bagian A (Khusus untuk anak Tunanetra)
b. SLB bagian B (Khusus untuk anak Tunarungu)
c. SLB bagian C (Khusus untuk anak Tunagrahita)
Penulis meneliti anak Tunagrahita jadi penulis mengabil lokasi
penelitian pada SLB bagian C. di SLB Negeri Pembina yang penulis teliti
terdapat banyak jenjang pendidikan, maka penulis memilih meneliti pada
jengjang pendidikan SMP nya.
11
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Sekolah luar biasa
merupakan sekolah yang menangani anak yang mengalami penyimpangan
dalam segi fisik, sosial, dan emosional sehingga tidak mampu
memanfaatkan program sekolah biasa.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan Analisis kualitatif yang pada umumnya
menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta
penelaahan dokumen studi documenter yang antara satu dengan yang lain
saling melengkapi, memperkuat, dan menyempurnakan (Sukmadinata,
2005:108). Lebih spesifiknya penelitian ini mengadopsi pendekatan
Grounded Teory, menurut (Daimon dan Holloway, 2008:180-181) yaitu
sebuah pendekatan yang refleksif terbuka dimana pengumpulan data,
pengembangan konsep teoritis serta ulasan literature berlangsung dalam
proses berkelanjutan. Dalam laporan ini data memungkinkan berasal dari
naskah wawancara, cacatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi lainya.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian dan pengumpulan data-data di SLBN Pembina
Yogyakarta dimulai dari pada pembuatan Proposal sampai dengan
selesainya penelitian yang disertai dengan kegiatan akhir berupa
penyusunan skripsi.
12
3. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Sekolah luar Biasa Negeri
Pembina Yogyakarta yang berada di Jl. Imogiri Timur 224 Giwangan
Umbulharjo, Yogyakarta. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian di
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta adalah karena disekolah
tersebut merupakan sekolah yang menjadi tolak ukur dari sekolah-sekolah
luar biasa di Yogyakarta.
4. Sumber Data
Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang
diteliti. Menurut Lofland dalam Moleong, (2007:157) sumber data utama
dalam kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
atau tambahan seperti dokumen dan sumber data tertulis, foto dan
statistik.
Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua)
a. Data Primer
Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman
dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interprestasi
data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari
orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan
bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan.
13
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian
adalah Guru Agama Islam, dan yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah wali murid SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber selain data data primer. Diantaranya buku-buku
reference, internet, majalah atau journal ilmiah, arsip, dokumen
pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan
penelitian ini.
5. Prosedur pengumpulan data
Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lesan dari seorang sasaran penelitian (responden), atau
bercakap-cakap dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2002: 102).
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang
model pembelajaran pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita
di lokasi penelitian, jadi dari data tersebut diperoleh langsung dari
responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Objek yang
diwawancari dalam penelitian ini adalah Guru Agama Islam, Wali
murid dan siswa-siswi SMP SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
14
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan
pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:
164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi
lingkungan SLB Negeri Pembina Yogyakarta baik keadaan bagi
penyandang Tunagrahita serta proses pembelajaran Agama Islam.
Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
proposional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong,
2007:174).
Dalam bukunya “Metodologi Research”, Sutrisno Hadi,
(1989:136) mengatakan bahwa observasi bisa dikatakan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena
yang diselidiki.
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data mengenai
kondisi sekolah, letak geografisnya, sarana dan prasarana di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat
diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian
(Rumidi, 2004:131). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh
data mengenai informasi sekolah yang meliputi data Sejarah SLB
15
Negeri Pembina Yogyakarta, Struktur Organisasi, keadaan para guru,
keadaan siswa, dan kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam
serta macam-macam layanan yang dimiliki SLB Negeri Pembina
Yogyakarta dan data-data dan informasi lain yang menunjang.
6. Metode Analisis Data
Menurut Bogden & Biklen dalam Moleong, (1989:248) Analisis
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, menggorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mengsintesiskanya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Maka dalam hal ini penulis menggunakan analisi data kualitatif,
dimana data dialasis dengan metode deskriptif analisis nonstatistik yang
meliputi cara berfikir induktif yaitu penulis berangkat dari pengetahuan
yang bersifat khusus untuk menilai suatu kejadian secara umum.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap
beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara
tepat, teknik pemeriksaanya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat
adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, trianggulasi, pengecekan sejawat kecukupan
referensi, adanya kriteria kepastiandengan teknik uraian rinci dan audit
kepastian.
16
Untuk mengetaui apakah data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan
pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin
validitas data akan dilakukan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2006:330).
Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang ada dilapangan atau tidak. Dengan demikian data
yang diperoleh daari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari
sumber yang berbeda.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang berkaitan
dengan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak
Tunagrahita.
b. Pengembangan Desain
Setelah mengetahui banyak hal tentang model pembelajaran
PAI pada anak Tunagrahita, kemudian penulis melakukan Observasi
ke objek penelitian untuk melihat secara langsung model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta. Tak lupa peneliti juga wawancara langsung terhadap guru
Pendidikan Agama Islam.
17
c. Penelitian Sebenarnya
Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku
mengenai Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan data
yang diperoleh di lapangan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dan mencerna masalah yang dibahas dalam
penelitian ini. Perlu dibuat urutan-urutan pembahasan yang sistematis. Oleh
karena itu, peneliti mengetengahkan sistematika penelitian ini sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan Meliputi:
Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika
Penulisan.
2. Bab II Kajian Pustaka Meliputi :
a. Pendidikan Agama Islam yang meliputi:
1) Pengertian Pendidikan Agama Islam.
2) Tujuan Pendidikan Agama Islam
3) Peran dan fungsi Pendidikan Agama Islam.
4) Metode Pendidikan Agama Islam.
b. Anak Tunagrahita
1) Pengertian Tunagrahita (Gangguan mental).
2) Klasifikasi Tunagrahita
3) Karakteristik Tunagrahita.
4) Faktor penyebab KeTunagrahitaan.
18
5) Masalah Anak Tunagrahita.
c. Model Pembelajaran
1) Pengertian model pembelajaran
2) Model pembelajaran Pendidikan Agama
3) Faktor-faktor dalam memilih model pembelajaran.
4) Model pembelajaran Pendidikan Agama.
3. Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian:
Paparan Data:
a. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
b. Gambaran umum Objek Penelitian
c. Gambaran Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Luar Biasa Negeri Yogyakarta.
d. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta.
e. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta.
f. Faktor Pendukung Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
g. Faktor Penghambat Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
h. Tingkat Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
4. Bab IV Pembahasan yang berisi tentang:
19
a. Kompetensi beragama yang ingin dicapai dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa
Negeri Yogyakarta.
b. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita
di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
c. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Yogyakarta.
5. Bab V Penutup, meliputi:
Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan
skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan
kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi
dalam meningkatkan pelaksanaan pembelajaran baik sesuai dengan model
metode yang telah diterapkan di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Yogyakarta.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:232) kata
pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapatkan awalan pe
dan akhiran an sehingga menjadi pendidikan, yang artinya “ Proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
mendewasakan manusia, melalui upanya pengajaran dan pelatihan, atau
proses perbuatan, cara mendidik”.
Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam dalam (Kurikulum
PAI, 3: 2002) seperti yang dikutip oleh Abdul Majid, (2004:9)
mengatakan pengertian pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
Menurut (Daradjat, 1987:87) pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang
21
pada akhirya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Sedangkan (Yusuf, 1986:35) mengartikan pendidikan agama Islam
sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak
menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya
pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik
dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami
dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran
atau pelatian yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan Pembelajaran Penidikan Agama Islam
Menurut (Daradjat, 2011:29) tujuan ialah sesuatu yang diharapkan
tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan telah selesai. Dalam
(Kurikulum PAI : 2002) seperti yang telah dikutip oleh Abdul Majid dan
Dian Adayani, pendidikan disekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjudkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
22
Ada beberapa tujuan pendidikan agama Islam yang dipaparkan
oleh (Daradjat, 2011:30-33)
a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik pengajaran, baik dengan pengajaran atau dengan cara
lain menuju menjadi Insan Kamil.
b. Tujuan akhir adalah menjadi Insan Kamil yang mati dan akan
menghadap Tuhanya.
c. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal.
d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam di SMPLB bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman
peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah
SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (Direktorat Pembinaan SLB 2003: 8).
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya
tujuan pendidikan agama Islam adalah menghasilkan manusia yang
23
berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar
mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dan untuk kepentingan
dunia kini dan di akhirat nanti.
3. Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan
dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, sebagai
penyempurna pendidikan agama yang telah diberikan oleh orangtuanya.
Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter akhlakul karimah
bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana pergaulan yang baik
dan mana yang tidak baik. Khususnya terhadap para siswa, pendidikan
agama sangat penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak
baik. Pendidikan agama yang diberikan sejak kecil, akan memberikan
kekuatan yang akan menjadi benteng moral dan polisi yang mengawasi
tingkah laku dan jalan hidupnya dan menjadi obat anti penyakit/ganguan
jiwa (Daradjat, 2009:131).
Pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik
tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, dengan
kesopanan yang tinggi, rasa fadilah (keutamaan), mempersiapkan mereka
untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas dan jujur. Pada akhirnya tujuan
pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang menciptakan
manusia Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Dalam al-Qur'an sudah terang dikatakan bahwa manusia itu diciptakan
24
untuk mengabdi kepada Allah Swt. Hal ini terdapat dalam Al-qur’an Surat
Adz-zariyat : 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali
supaya mereka menyembah-Ku”. Pendidikan agama yang menyajikan
kerangka moral sehingga seseorang dapat dapat membandingkan tingkah
lakunya. Pendidikan agama yang terarah dapat menstabilkan dan
menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini.
Pendidikan agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya
bagi para siswa dalam menghadapi lingkungannya. Agama merupakan
salah satu faktor pengendalian terhadap tingkah laku anak-anak didik hari
ini. Hal ini dapat dimengerti karena agama mewarnai kehidupan
masyarakat setiap hari. Dari uraian di atas jelaslah peran pendidikan
agama sangat besar pengaruhnya bagi para siswa sebagai alat pengontrol
dari segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan agama mengarahkan kepada setiap siswa untuk komitmen
terhadap ajaran agamanya.
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau
dimadrasah yang dituliskan (Majid & Andayani, 2004:134), yakni sebagai
berikut :
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan
ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak
25
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian
hidup didunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
system dan fungsional.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
4. Macam-Macam Model Pembelajaran
26
Pembelajaran merupakan suatu cara dan sebuah proses
hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif
melakukan kegiatan. Berikut ini adalah macam-macam model
pembelajaran yang terbaru:
a. Model Ceramah
Adalah sebuah model pembelajaran dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
Model pembelajaran ini bisa dikatakan sebagai model
pembelajaran yang paling ekonomis dalam menyampaikan
informasi serta paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literature.
b. Model Diskusi
Model pembelajaran diskusi merupakan model
pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah.
Model pembelajaran ini sering disebut sebagai diskusi kelompok
dan resitasi/pelafalan bersama.
c. Model Demonstrasi
Adalah model pembelajaran dengan cara memperagakan
benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan.
27
d. Model Ceramah Plus
Model pembelajaran ceramah plus adalah model
pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu model, yakni
model ceramah yang dikombinasikan dengan model yang lain.
Terdapat 3 jenis model pembelajaran ceramah plus, yaitu: model
ceramah plus tanya jawab dan tugas, model ceramah plus diskusi
dan tugas, dan model ceramah plus demosntrasi dan latihan.
e. Model Resitasi
Model pembelajaran resitasi adalah suatu model
pembelajaran yang mengharuskan siswa membuat resume
dengan kalimat sendiri
f. Model Eksperimental
Sering juga disebut sebagai model pembelajaran
percobaan. Model pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran dengan metode pemberian kesempatan kepada para
peserta didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan
suatu proses atau percobaan. Model pembelajaran ini
menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari 1x.
g. Model Teileren
Merupakan model pembelajaran dengan cara
memberikan materi secara bertahap/sebagian-sebagian. Misalnya
paragraf per paragraf kemudian dilanjutkan lagi dengan paragraf
lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
28
h. Model Global (Ganze Model)
Merupakan suatu model pembelajaran dengan meminta
peserta didik membaca keseluruhan materi kemudian membuat
resume atau kesimpulan dari apa yang mereka baca.
(http://carapedia.com.>home.>
B. Pembelajaran Adaptif
1. Pengertian Pembelajaran Adaptif
Masalah utama dalam pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan
pendidikan khusus adalah penggunaan metode atau model pembelajaran
dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi
kebutuhan siswa, sehinga potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang
seoptimal mungkin.
Metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) yang
terkesan kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung
lebih dominan one way method dimana aktivitas guru lebih dominan dari
pada siswa. Hal tersebut sangat merugikan siswa karena yang belajar
adalah siswa bukan guru, kondisi seperti ini disebabkan guru mengajar
lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir.
Berdasarkan kepentingan siswa, pembelajaran harus berlangsung dalam
suasana yang demokratis, tidak otoriter, harus fleksibel tidak kaku,
berorientasi kepentingan siswa bukan guru, lebih banyak memberi
kebebasan bukan membelenggu, pelayanan lebih pada individual sedikit
29
klasikal, tidak hanya tekstual tetapi kontekstual (mengaitkan dengan
kenyataan kehidupan), tidak reseptif tetapi mendorong kontruktivisme
siswa, serta secara simultan mengembangkan kecerdasan intelektual,
emosional dan spiritual.
Untuk menghadapi hal tersebut di atas, suatu model pembelajaran
yang efektif dan efisien sebagai alternatif, yaitu model pembelajaran yang
diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses
pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik siswa, serta secara fisik dan mental melibatkan semua
pihak dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki suatu kebebasan
berpikir, berpendapat, aktif dan kreatif.
Berbicara tentang anak dengan kebutuhan pendidikan khusus,
maka dalam proses pembelajarannyapun harus disesuaikan dengan kondisi
siswa tersebut, oleh karena itu lahirlah istilah pembelajaran adaptif. Bila
kita merujuk pada kata adaptif yang merupakan kata dari bahasa Inggris
”adapt” yang mempunyai arti ”menyesuaikan dengan”, maka
pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan pendidikan khusus
merupakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa.
Artinya yang menyesuaikan adalah pembelajaran itu sendiri, baik metode,
alat/media pembelajaran, dan lingkungan belajar, bukan siswanya.
Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas Irham Hosni,(2003:67)
menyebutkan bahwa pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa
yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
30
dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif
bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab
didalam pembelajaran adaptif bagi ABK yang dirancang adalah
pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Jadi pembelajaran adaptif pada intinya adalah modifikasi aktivitias,
metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk
menyediakan peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti
program pembelajaran dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan.
Prinsip utama dalam modifikasi aktivitas adalah penyesuaian aktivitas
pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi siswa dalam melakukan
aktivitias tersebut
2. Ciri-ciri Pembelajaran Adaptif
Sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)
pembelajaran adaptif mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Memperhatikan perbedaan individu siswa, pada dasarnya setiap
manusia tidak ada yang sama, oleh karena itu dalam pembelajaran
yang adaptif, guru sangat memperhatikan perbedaan dari setiap
siswanya yang implikasinya dalam proses pembelajaran di kelas hal
tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki
oleh siswa. Program pengajaran adaptif harus sesuaikan dengan jenis
dan karakteristik kelainan siswa, sehingga siswa mendapatkan
31
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin dengan tepat, cepat, dan aman bagi siswa tersebut.
b. Sebagai alat untuk memperbaiki atau meminimalkan dampak dari
kelemahan yang siswa miliki. Dengan pembelajaran adaptif ini harus
dapat memperbaiki dan atau meminimalkan dampak dari kelainan
yang dimiliki siswa, bukan memperburuk kondisi siswa.
Contoh Anak dengan gangguan penglihatan namun masih mempunyai
sisa penglihatan (low vision) yang menetap, maka dalam proses
pembelajarnya jangan dipaksakan menggunakan hurup braille untuk
baca tulisnya, namun gunakanlah hurup awas yang disesuikan dengan
tingkat penglihatnnya.
c. Sebagai alat untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Pembelajaran adaptif harus
dapat mengakomodasi untuk pengembangan potensi yang dimiliki
anak dengan kebutuhan khusus. Contoh: anak dengan kemampuan IQ
yang di atas rata-rata (gifted) maka dalam proses pembelajaranya
jangan disamakan dengan siswa yang lainnya, namun berikanlah
pengayaan baik dengan materi sama yang mempuyai tingkat
kesulitannya lebih tinggi atau melanjutkan pada materi
selanjutnya.(http://banura.edublogs.org/2011/08/27pembelajaran
adaptif.html.
32
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Adaptif
Pada dasarnya prinsip pembelajaran adaptif sama dengan prinsip
pembelajaran pada umumnya, yaitu:
a. Kesempatan Belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin
pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami
proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan
b. Motivasi, Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa
agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti
kegiatan belajar-mengajar.
c. Latar/Konteks, Guru perlu mengenal siswa secara mendalam,
menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di
lingkungan sekitar, dan semaksimal mungkin menghindari
pengulangan-pengulangan materi pengajaran yang sebenarnya tidak
terlalu penting bagi anak.
d. Keterarahan, Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru
harus merumuskan tujuan secara jelas. menetapkan sasaran dan alat
yang sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
e. Menyenangkan, kegiatan belajar perlu menyediakan pengalaman
belajar yang menyenangkan bagi siswa.
f. Hubungan sosial, Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru perlu
mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan
siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah.
33
g. Belajar sambil bekerja, Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus
banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek
atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan,
penelitian, dan sebagainya.
h. Individualisasi, Guru perlu mengenal kemampuan awal dan
karakteristik setiap anak secara mendalam baik dari segi kemampuan
maupun ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran.
kecepatan maupun kelambatannya dalam belajar, dan perilakunya,
sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapat
perhatian dan perlakuan yang sesuai.i. Menemukan, Guru perlu
mengembangkan strategi pembela-jaran yang mampu memancing anak
untuk terlihat secara aktif baik fisik, mental, sosial, dan/atau emosional
(Endang. 2008:68).
4. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus
diantaranya adalah :
a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
34
(http://banura.edublogs.org/2011/08/27pembelajaran adaptif.html.
Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima
model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran,
yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran
berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
C. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Menurut Mangungsong (2009:129) dilihat dari asal katanya
Tunagrahita berasal dari kata Tuna yang berarti merugi, sedangkan
grahita yang berarti pikiran. Tunagrahita merupakan kata lain dari
Retardasi Mental (Mental Retardation) yang artinya terbelakang
mental.
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang
menjelaskan kondisi anak yang kecerdasanya jauh di bawah rata-rata
dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam
interaksi sosial. Anak Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah
terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasanya
mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan
di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang
mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni
35
disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri, 2006:
103).
Sedangkan definisi anak Tunagrahita yang dikembangkan
oleh AAMD (American Association Of Mental Deficiency) adalah
sebagai berikut: “keterbelakangan mental menunjukkan fungsi
intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai
ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa
perkembangan (Somantri, 2006: 104).
Jadi Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi
di mana perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga
tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian dari anak
Tunagrahita, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian anak
Tunagrahita adalah anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan dibawah rata-rata, sehingga memerlukan bantuan
atau layanan khusus untuk mengoptimalkan potensinya.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita
Menurut (Somantri, 2006:106) ada beberapa karakteristik
Tunagrahita, yaitu:
a. Keterbatasan Inteligensi
Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan
keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-
36
masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman
masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis,
menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan
kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak Tunagrahita
memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. kapasitas belajar anak
Tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan
berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan
belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan
membeo.
b. Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak Tunagrahita
juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam
masyarakat. Oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.
Anak tunagrhita cenderung berteman dengan anak yang lebih
muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar. Tidak
mampu memikul tanggungjawab sosial dengan bijaksana, sehingga
mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya.
c. Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainya
Anak Tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk
menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka
memperhatikan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan
37
secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak Tunagrahita tidak
dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka yang
lama.
Anak Tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan
bahasa. Mereka bukanya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi
pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi
sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan kata-
kata konkret yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan
persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan
sederhana seperti megajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah,
pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang
konkret.
Selain itu, anak Tunagrahita kurang mampu untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang
buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Ini semua karena
kemampuanya terbatas sehingga anak Tunagrahita tidak dapat
membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.
Sedangkan berdasarkan tinggi rendahnya kecerdasan
intelegensi yang diukur dengan menggunakan tes Stanford Binet dan
Skala Wescheler (WISC), Tunagrahita digolongkan menjadi empat
golongan antara lain :
38
1) Kategori Ringan (Moron atau Debil)
Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil.
Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan
menurut Skala Weshler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih
dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan
bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental
ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk
dirinya sendiri.
Anak terbelakangan mental ringan dapat dididik menjadi
tenaga kerja, namun anak terbelakangan mental ringan tidak
mampu melakukan penyesuaian secara sosial secara independen.
2) Kategori Sedang (Imbesil)
Anak Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok
ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala
Weschler(WISC). Anak terbelakangan mental sedang bisa
mencapai perkembangan MA sampai kurang 7 tahun. Mereka
dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari
bahaya.
Anak Tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat
belajar secara akademik seperti belajar menulis membaca dan
berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara social.
39
3) Kategori Berat (Severe)
Anak Tunagrahita berat disebut juga severe. Kelompok ini
memiliki IQ 20-25 sampai 35-45. Menurut hasil tes Binet IQ- nya
32-20, sedangkan menurut tes WISC, IQ- nya 39-25. Penderita
memiliki abnormalitas fisik bawaan dan kontrol sensori motor
yang terbatas.
4) Kategori Sangat Berat (Profound)
Anak Tunagrahita sangat berat disebut profound.
Kelompok ini memiliki IQ yang sangat rendah. Menurut hasil
Skala Binet IQ penderita di bawah 19. Sedangkan menurut tes
WISC IQ-nya dibawah 24. Banyak penderita yang memiliki cacat
fisik dan kerusakan saraf.tak jarang pula penderita yang meninggal
(Somantri, 2006:106-108).
3. Faktor Penyebab
Menurut (Efendi, 2006:90) faktor-faktor yang menyebabkan anak
menjadi Tunagrahita adalah sebagai berikut:
a. Sebab terjadinya kurun waktu
1) Dibawa sejak lahir (faktor endogen)
2) Fator dari luar (faktor eksogen)
b. Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan
1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada jenis plasma
2) Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyeburan telur
3) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi
40
4) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio
5) Kelainan atau ketunaan yang dari luka saat kelahiran
6) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin
7) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak
c. Tunagrahita terjadi karena
1) Radang otot
2) Gangguan fisiologis
3) Faktor hereditas (keturunan)
4) Pengaruh kebudayaan
d. Penyebab lainnya
1) Usia Ibu lebih dari 40 th dan kurang dari 16 th
2) Selama kehamilan ibu jatuh atau sakit
3) Selama persalinan
a) Sukar atau lama
b) Kembar
c) Kurang bulan (prematur)
4) Sesudah lahir
a) Jatuh atau cidera kepala
b) Panas tinggi + radang
c) Sakit barat dan lama
d) Panas tinggi + tidak sadar
e) Epilepsi
41
Sedangkan menurut (Smart, 2010:52) mengemukakan penyebab
keterbelakangan mental adalah sebagai berikut antara lain:
a. Anomali genetic atau kromosom
b. Penyakit infeksi, terutama pada trisemester pertama karena janin
belum memiliki system kekebalan dan merupakan saat kritis bagi
perkembangan otak.
c. Kecelakaan dan menimbulkan trauma dikepala.
d. Prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya / kurang dari 9 bulan).
e. Bahan kimia yang berbahaya, keracunan pada ibu berdampak pada
janin, atau polutan lainya yang terhirup oleh anak.
Berkaitan dengan hal tersebut (Smith, 1998:14) terjemahan dari
Denis juga menuliskan bahwasanya penyebab keterbelakangan mental
antara lain :
a. Penyebab dari genetik dan kromosom.
b. Penyebab pada pra kelahiran.
c. Penyebab pada saat kelahiran, dan
d. Penyebab-penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan
remaja.
4. Masalah-masalah anak Tunagrahita
Hambatan fungsi kecerdasan yang dimiliki anak Tunagrahita dapat
menimbulkan masalah -masalah lainnya seiring dengan perkembangannya.
Menurut (Astati&Mulyati, 2010:22), masalah yang dihadapi oleh anak Tunagrahita
ringan dalam konteks pendidikan adalah sebagai berikut :
42
a. Masalah Kesulitan dalam Kehidupan Sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri
dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi keterbatasan anak-anak
dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan
apalagi yang termasuk kategori berat dan sangat berat; pemeliharaan
kehidupan sehari-harinya sangat memerlukan bimbingan. Karena
itulah di sekolah diharapkan sekali dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam melatih dan membiasakan anak didik untuk merawat
dirinya sendiri. Masalah-masalah yang sering ditemui diantaranya
adalah : cara makan, menggosok gigi, memakai baju, memasang
sepatu dan lain-lain.
b. Masalah Kesulitan Belajar
Dapat disadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan berfikir
mereka, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka sudah tentu
mengalami kesulitan belajar, yang tentu pula kesulitan tersebut
terutama dalam bidang pengajaran akademik, sedangkan untuk bidang
non-akademik mereka tidak banyak mengalami kesulitan belajar.
Masalah-masalah yang sering dirasakan dalam kaitannya dengan
proses belajar mengajar diantaranya : kesulitan menangkap pelajaran,
kesulitan dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat,
kemampuan berpikir abstrak yang terbatas, daya ingat yang lemah, dan
sebagainya.
c. Masalah Penyesuaian Diri
43
Masalah ini berkaitan dengan masalah-masalah atau kesulitan
dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu di sekitarnya.
Disadari bahwa kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan
sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan. Karena tingkat kecerdasan
anak Tunagrahita berada di bawah rata-rata (normal) maka dalam
kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan. Di samping itu mereka
ada kecenderungan diisolir (dijauhi) oleh lingkungannya, apakah itu
masyarakat atau keluarganya. dapat juga terjadi anak ini tidak diakui
secara penuh sebagai individu yang berpribadi dan hal tersebut
berakibat fatal terhadap pembentukan pribadi, sehingga mengakibatkan
suatu kondisi pada individu itu ketiakmampuannya di dalam
menyesuaikan diri baik terhadap tuntutan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan bahkan terhadap dirinya sendiri.
d. Masalah Penyaluran ke Tempat Kerja
Secara empirik dapat dilihat bahwa kehidupan anak
Tunagrahita cenderung banyak yang masih menggantungkan diri
kepada orang lain terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih
sedikit sekali yang sudah dapat hidup mandiri, inipun perlu disadari
betapa pentingnya masalah penyaluran tenaga kerja Tunagrahita ini
dan untuk itu perlu dipikirkan matang-matang dan secara ideal dapat
diwujudkan dengan penanganan yang serius.
e. Masalah Pemanfaatan Waktu Luang.
44
Adalah wajar bagi Tunagrahita dalam tingkah lakunya sering
menampilkan tingkah laku nakal. Dengan kata lain bahwa anak-anak
ini berpotensi untuk mengganggu ketenangan lingkungannya, apakah
terhadap benda-benda ataupun manusia di sekitarnya, apalagi mereka
yang hiperaktif.
Sebenarnya sebagian dari mereka cenderung suka berdiam diri
dan menjauhkan diri dari keramaian sehingga hal ini dapat berakibat
fatal bagi dirinya, karena dapat saja terjadi tindakan bunuh diri. Untuk
mengimbangi kondisi ini sangat perlu adanya imbangan kegiatan
dalam waktu luang, sehingga mereka dapat terjauhkan dari kondisi
yang berbahaya, dan pula tidak sampai mengganggu ketenangan
masyarakat maupun keluarganya sendiri.
Sedangkan permasalahan penyadang cacat menurut Pola Dasar
Pembangunan Bidang kesejahteraan Sosial DEPSOS RI yang dikutip
oleh (Mangungsong, 2009:141) antara lain:
1) Kecanggungan/hambatan fisik mobilitas dalam melakukan
kegiatan sehari-hari
2) Kecanggungan/gangguan ketrampilan kerja produktif
3) Rawan kondisi social ekonomi
4) Hambatan/kecanggungan mental psikologis
5) Kecanggungan/hambatan melaksanakan fungsi sosial
Selain itu orang yang paling banyak menanggung beban akibat
keTunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh
45
sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak Tunagrahita merupakan
resiko psikiatri keluarga. Keluarga anak Tunagrahita berada dalam
resiko, mereka menghadapi resiko yang berat. Saudara-saudara anak
tersebut pun menghadapi hal-hal yang bersifat emosional ( Soemantri,
2006:117).
Dari sini terlihat jelas bahwa permasalahan penyandang
Tunagrahita, bukan semata-mata masalah medis yang hanya
menyangkut penderita dan keluargnya saja, tetapi sudah berkembang
menjadi masalah yang sangat luas dan kompleks, meliputi segi-segi
medis, psikologis, social, ekonomi, pendidikan dan pekerjaan.
D. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
Model pembelajaran menurut Nurulwati dalam lifkhoiru
(2011:8) adalah” kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar utuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian
aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan
yang tertata secara sistematis.
Sedangkan Dalam buku model pembelajaran pendidikan luar
biasa yang dikeluarkan oleh direktorat pembinaan sekolah luar biasa
mengatakan bahwa Model pembelajaran merupakan suatu bentuk
46
pembelajaran yang ditunjukan untuk menciptakan situasi belajar
berdasakan teori-teori dan cara mengorganisasi pembelajaran yang
digunakan.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model
pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, startegi
atau metode pembelajaran (http//belajarpsikologi.com/2011/02/17).
Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai model
pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak
kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam
penerapannya. Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara
khusus diantaranya adalah :
a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai (http//belajarpsikologi.com/2011/02/17).
47
Berikut ini prinsip-prinsip pemilihan model pembelajaran
bagi anak berkebutuhan khusus yang dituliskan oleh (Mangungsong,
2009:31) antara lain:
a. Tipe kecacatan dan tingkat keparahan anak
b. Tingkatan usia anak
Selaian itu (Smart, 2010:79) juga menuliskan prinsip-prinsip
pembelajara khusus sesuai dengan kelainan anak antara lain:
a. Prinsip Motivasi
b. Prinsip latar/Konteks
c. Prinsip Keterarahan
d. Prinsip Hubungan sosial
e. Prinsip Belajar sambil Bekerja
f. Prinsip Individualisme
g. Prinsip menemukan
h. Prinsip Pemecahan Masalah
Dalam pemilihan model pembelajaran perlu ditempuh
langkah-langkah secara sistematis. Menurut penentuan model
pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh (Mangungsong,
2009:34) langkah-langkah dalam pemilihan model pembelajaran
sebagai berikut :
a. Identifikasi atribut-atribut (identify attributes)
b. Menentukan tujuan-tujuan pengajaran (specify objectives)
c. Pemilihan strategi (select strategy)
48
d. Pemilihan materi/bahan (select materials)
e. Uji strategi dan materi (test strategy and materials)
f. Evaluasi performansi (performance evaluation)
2. Model Pembelajaran
Perlu disadari bahwa tak ada satu pun pendekatan dijamin
berhasil untuk semua anak atau untuk anak-anak dengan
berkebutuhan khusus tertentu. Untuk itu perlu dipilih pendekatan-
pendekatan yang sejalan dengan keyakinan keyakinan yang
menggunakan perencanaan. Guru yang baik adalah guru yang
membuat perencanaan-perencanaan yang teliti, membuat catatan
yang tepat bagi setiap kemajuan anak dan peka terhadap
kemampuan dan kebutuhan masing-masing anak (Mangungsong,
2009:38).
Adapun pendekatan-pendekatan dan strategi-strategi
intruksional yang bisa digunakan untuk anak-anak berkebutuhan
khusus yang dikuti oleh Mangungsong (2009:39) dari Cartwright, et,
al, 1984;Hallahan & Kauffman, 2006;Ormrod, 2008) antara lain :
a. Pendidikan remedial dan pendidikan tambahan/kompetensi (remedial
education & compensatory education).
Secara teknik pendidikan remedial mengacu pada proses
peningkatan atau perbaikan mengenai bidang tertentu. Remedial
merupakan penyebuhan atau perbaikan, peningkatan kecakapan-
kecakapan seseorang menjadi normal atau mendekati normal.
49
Sedangkan konpensasi berarti penyeimbangan, penggantian
suatu kecakapan yang lain.
b. Pengajaran Langsung (direct instruction)
Yaitu pengukuran langsung peformansi siswa atas suatu
tugas belajar dan pengetahuan program-program dan prosedur-
prosedur pengajaran setian anak. Dengan kata lain pengajaran
langsung adalah menyarankan pemilihan tujuan-tujuan yang
tepat dan bisa diukur untuk setiap anak, dan menentukan
kemungkinan–kemungkinan dan proedur-prosedur belajar
sedemikian rupa sehingga anak dan guru bisa mengetahui dengan
pasti apa yang akan dipelajari serta kriteria penilaianya.
c. Analisis tugas (task analysis)
Analisis tugas sangatlah penting bagi pengajaran
langsung. Analisis tugas meliputi memecah-mecah tugas belajar
ke dalam bagian-bagian komponennya sehingga kecakapan-
kecakapan yang tercakup dalam tugas bisa diidentifiksi.
Kecakapan-kecakapan prasarat harus diidentifikasi, yaitu
kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki anak sebelum perilaku
lain bisa dilaksanakan dengan berhasil.
Yang terutama dalam analisis tugas adalah gagasan
bahwa belajar bersifat kumulatif artinya kecakapan-kecakapan
terbentuk atas kecakapan-kecakapan lain. Dengan demikian
tugas-tugas belajar dianalisis ke dalam perilaku-perilaku khusus
50
sehingga penjenjangan belajar bisa diterapkan pada situasi kelas.
Analisi tugas digunakan untuk memastikan pengurutan yang
tepat bagi pengajaran dan diagnosis kebutuhan-kebutuhan
khusus.
d. Pengajaran bertahap
Yaitu memberikan pembelajaran diurutkan dari tingkatan
yang termudah menuju ke tingkat kecakapan yang lebih tinggi.
e. Latian persepsi-motorik (perceptual motor-trayning)
Masalah-masalah koordianasi mata-tangan dan pesepsi
motorik sering dikaitkan dengan masalah-masalah membaca,
menulis, pada anak-anak terbelakangan mental dan anak dengan
gangguan belajar. Pendekatan yang digunakan untuk mengajar
adalah dengan memusatkan pada masalah-masalah perceptual
mereka yaitu kecakapan-kecakapan motorik kasar, motorik
halus, persepsi bentuk, pengurutan ingatan, pendekatan visual,
dan auditif. Latian persepsi tidak hanya memperingan problem-
problem persepsual dan akademis yang terkait, tetapi deficit
perilaku, terutama kurangnya perhatian.
f. Strategi-strategi yang lain.
1) Modeling
Dengan modeling seseorang belajar mengikuti
kelakuan orang lain sebagai model, modelling dapat
51
digunakan untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan
akademis dan motorik.
2) Pengajaran terprogram
Pengajaran terprogram merupakan suatu sistem
belajar (learning strategi) yang memungkinkan siswa untuk
mempelajari materi-materi tertentu, yang telah terbagi atas
bagian-bagian kecil yang memungkinkan secara berurutan,
demi mencapai tujuan tertentu.
3) Permainan edukatif
Bermain sambil belajar merupakan daya tarik
permainan-permaina edukatif. Dengan menggunakan
permainan yang mengandung nilai pendidikan akan lebih
mudah dipahami oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
4) Pengajaran dengan bantuan dan pengaturan computer
Yaitu pengajaran dengan bantuan computer mengacu
pada penggunaan computer untuk memberikan pengajaran
langsung kepada peserta didik.
5) Program holtikultura
Yaitu suatu terapi dan pendidikan dimana anak-anak
berkebutuhan khusus dilatih untuk merawat tanaman hidup.
3. Faktor-faktor Pemilihan Model Pembelajaran
Pendidikan khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan
yang khusus di peruntukan bagi mereka yang mengalami hambatan
52
dalam belajarnya, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan
pelayanan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu sebagai seorang guru harus mampu memilih
model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam
memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan
atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar
yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan
secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat
pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut
(Sardiman, 2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang
mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini
memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru
mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka
dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya,
memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru
menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Pendapat serupa dikemukakan oleh (Colin Marsh,1996 : 10)
yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar,
memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola
kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan
53
mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan
guru dalam mengajar.
Selain itu setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif
terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di
bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas
pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan
prestasi belajar peserta didiknya.
Menyadari bahwa anak Tunagrahita adalah individu yang
unik. Keunikan ini mengandung pengertian bahwa anak Tunagrahita
mempunyai sifat-sifat khusus atau karakteristik yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya, baik dalam segi kemampuan, bakat,
minat maupun gaya belajarnya.
Mendidik siswa di sekolah luar biasa tidak sama dengan
mendidik siswa di sekolah umum. Yang perlu dipahami oleh
pendidik yang memiliki siswa Tunagrahita antara adalah guru harus
memahami karakter anak Tunagrahita yang memiliki keunikan
tersendiri yaitu bersifat pelupa, susah memahami perintah yang
kompleks, perhatian mudah terganggu, dan susah memahami hal-hal
yang kompleks. Oleh karena itu guru siswa Tunagrahita harus sabar,
penyayang, mengajar dengan kata-kata sederhana dan gambar yang
nyata.
54
BAB III
PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
SLB Negeri Pembina merupakan lembaga pendidikan yang
pada awalnya menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak yang
mengalami cacat mental, baik yang mampu didik maupun mampu
latih. SLB Negeri Pembina didirikan melalui keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 051/O/1083
tentang organisasi dan tata kerja sekolah luar biasa Pembina Tingkat
Propinsi dengan nama SLB-C Pembina Tingkat Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Dalam perkembangannya, sejalan dengan berlakunya
Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah yang telah ditindaklanjuti dengan PP. 25 tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom, SLB Negeri Pembina Yogyakarta
menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta No.126/tahun 2003 tentang struktur Organinasi dan Tata
55
kerja SLB, SLB-C Pembina Tingkat Propinsi berubah menjadi SLB
Negeri Pembina Yogyakarta. Dengan berubahnya nama tersebut
memiliki implikasi yang sangat luas. Khususnya terhadap
penerimaan peserta didik, yang sebelumnya hanya menerima siswa
tuna grahita, sekarang menerima dari berbagai jenis kekhususan.
Sejak tahun 2006 SLB Negeri Pembina menjadi salah satu
Sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (Sentra
PK-PLK). Sentra PK-PLK adalah salah satu program dari Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa dengan program utamanya
pengembangan ketrampilan anak berkebutuhan khusus dalam rangka
menyiapkan anak berkebutuhan khusus untuk dapat kembali ke
masyarakat dengan penerimaan yang wajar.
2. Visi, Misi dan Fungsi Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
a. Visi Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
memiliki visi “ Terwujudnya Lulusan Anak Berkebutuhan
Khusus yang Mandiri, Beriman dan Bertaqwa”
Indikator Visi:
1) Terlaksana pembelajaran berbasis CTL.
2) Tersusun silabus untuk jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB.
3) Terlaksana pembelajaran berbasis teknologi
4) Tersusun kurikulum ketrampilan.
56
5) Tersedianya tempat pemagangan dengan kerjasama dunia industri.
6) Tersedianya paket-paket pendidikan keterampilan.
7) Tersusunnya standar kompetensi keterampilan yang berbasis
masyarakat.
8) Adanya jaringan kerjasama dengan pihak non pemerintah/asosiasi
9) Terciptanya iklim kondusif untuk meningkatkan profesionalitas
kerja.
b. Misi Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta
1) Memberdayakan tenaga pendidik
2) Mengoptimalkan kemampuan siswa 3M (membaca, menulis,
menghitung).
3) Menyelenggarakan pendidikan inklusi.
4) Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan.
5) Memperluas kesempatan pendidikan, pelatihan serta pelayanan
bagi ABK.
6) Menyelenggarakan manajemen sekolah secara profesional
7) Menjalin kerjasama dengan semua pihak.
8) Menyelenggarakan layanan bagi alumni atau lulusan SLB.
c. Fungsi Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta
SLB Negeri Pembina Yogyakarta mempunyai fungsi
menyelenggarakan, mengkaji, mengembangkan pendidikan luar
biasa, dan pelatihan penyegaran bagi pendidik dan tenaga
kependidikan.
57
Tugas Pokok Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut di atas,
SLB Negeri Pembina Yogyakarta mempunyai tugas pokok:
1) Penyusunan Program SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
2) Pengkajian dan pengembangan pendidikan luar biasa serta
pelatihan penyegaran bagi pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya.
3) Penyelenggaraan pelayanan pendidikan luar biasa dari tingkat
persiapan (TKLB), tingkat dasar (SDLB), tingkat lanjutan
(SMPLB) dan tingkat menengah (SMALB).
4) Penyelenggaraan rehabilitasi dan pelayanan khusus bagi anak-anak
luar biasa.
5) Publikasi yang menyangkut pendidikan luar biasa.
6) Penyelenggaraan latihan kerja bagi anak luar biasa dari berbagai
ketunaan dalam persiapan memasuki dunia kerja.
7) Penyelenggaraan ketatausahaan SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
8) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program SLB
Negeri Pembina Yogyakarta.
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan
10) Fungsinya.
58
3. Struktur Organisasi
Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang
mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah
organisasi melalui adanya struktur organisas.
Adapun struktur organisasi SLB Negeri Pembina Yogyakarta
sebagai berikut:
BAGAN 3.1
STRUKTUR ORGANISASI
SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA
Manajer
Sentra PK-PLK
( Drs Edy Dwi
Koord. Akomodasi (Sri Widodo)
Tim Ahli
Komite Sekolah (Sudarman)
Kepala SLB N Pembina Yk (Rejokirono, M. Pd.)
SUB.BAG. TATA USAHA
(Dra. Juwaryani)
WM ISO (Sri Widodo, S.
Pd.)
Wa.Ka.Ur Sarana
Prasarana
( Tuparman)
Wa.Ka.Ur. Pengajaran
( Drs. Muhandis M)
Wa.Ka.Ur Kesiswaan
( Nanik Ruzini, SPd)
Wa.Ka.Ur.
Humas
(Widyaningrum )
Koord. Resource Center
( Sri Widodo, S.Pd)
Koord. BP ( Hartanto, SPsy)
Koord. Klinik/Assesmen ( Sukardi, S. Pd.)
Kood. Asrama ( Sumardijah, SPd)
Koord. Perpus
( Purwanti)
KOORDINATOR DIKDAS
Kelompok Tenaga Fungsional
KOORDINATOR DIKMEN
Kelompok Tenaga Fungsional
Siswa Siswa
59
4. Keadaan Siswa
Dalam perspektif pembelajaran agama Islam, anak didik
merupakan subyek dan obyek dalam pendidikan. Aktivitas
pendidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh
karena itu, guru dan anak didik sebagai dwi tunggal, artinya
keduanya tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kependidikan.
Ketiadaan salah satunya menjadi penyebab tidak adanya kegiatan
pendidikan ( Bahri, 2004: 92)
Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang
perkembangan siswa 3 tahun terakhir di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta, dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 daftar Peserta Didik
Ketunaan
Jenjang
Jml Obs TKLB SDLB SMPLB SMALB
KELAS
K
E
T
R
A
M
P
Tunarungu - - - - - 2 2
TGR - - 18 27 14 22 81
TGS - 6 40 19 13 9 87
AUTIS - - 7 9 1 2 19
Jumlah - 6 65 55 28 35 189
5. Keadaan Guru
60
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung
jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara
individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah.
Dipundaknya terletak tugas dan tanggungjawab yang berat dalam
upaya mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang di cita-
citakan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik (Bahri,
2004:87)
Guru-guru di SLB Negeri Pembina Yogyakarta mendapat
tugas dan tanggungjawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik guru-guru yang ada di SLB Negeri Pembina Yogyakarta
tidak pernah merasa mengeluh, menjalankan tugasnya dengan penuh
semangat, sabar dan ikhlas dalam membimbing anak yang
berkebutuhan khusus mulai dari anak tuna grahita ringan sampai
dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental, dan anak
autis.
Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel
tenaga pengajar di SLB Negeri Pembina sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kepegawaian
Status
Jenis
Edukati
p
TU/Pelaksan
a
Jm
l
Peg.Neg.Sipi
l
(
P
47 8 55
61
N
S
)
CPNS 10 4 14
Non
P
N
S
/
H
o
n
o
r
e
r
4 7 11
Jumlah 61 19 80
SLB Negeri Pembina mempunyai keadaan guru dan karyawan sbb:
Table 3.3 Data Guru Dengan Status Kepegawaian
No Status kepegawaian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil/CPNS 69
2 Guru Tidak Tetap/PTT 11
JUMLAH 80
6. Progam Pelayanan yang dikembangkan Sekolah Luar Biasa Negeri
Pembina Yogyakarta
a. Klinik Rehabilitasi
Klinik Rehabilitasi merupakan layanan bagi anak
berkebutuhan khusus yang bertujuan agar kelainan yang
menyertai dapat diminimalisir atau dihilangkan sehingga mereka
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
1) Layanan Klinik Rehabilitasi meliputi:
a) Pemeriksaan Kesehatan
62
b) Konsultasi Psikologis
c) Layanan Terapi
2) Layanan terapi meliputi:
a) Terapi Perilaku
b) Terapi Wicara
c) Terapi Edukasi
d) Fisioterapi
e) Hidroterapi
b. Center Workshop
Center Workshop disebut juga Shelter Workshop, sebagai
pusat latihan kerja bagi siswa /tamatan SLB dari berbagai jenis
ketunaan dan lain-lain, dari SLB Pembina maupun dari SLB lain.
Center Workshop ini meliputi:
1) Ketrampilan Kayu
2) Ketrampilan Keramik
3) Ketrampilan Tanaman hias
4) Ketrampilan Tata Boga
5) Ketrampilan Tata Busana
6) Ketrampilan Tekstil
7) Ketrampilan Otomotif
8) Ketrampilan Tata Rias
63
c. Resource Center
Resource Center (Pusat Sumber) merupakan inovasi
program SLB Pembina sesuai Tugas Pokok dan Fungsi SLB
Pembina. Kegiatan Resource Center meliputi:
1) Penelitian/Evaluasi Hasil Pembelajaran
2) Pengkajian masalah ke PLB dan atau masalah Pendidikan Khusus
3) Penyelenggaraan Pelatihan dan Penyegaran Guru SLB
4) Pusat penyebarluasan informasi PLB /Pendidikan Khusus
d. Asrama/Panti
Menampung anak-anak yang memerlukan tempat tinggal
di lingkungan sekolah. Asrama SLB Negeri Pembina dengan
Sistem Wisma (Cotage System) yang terdiri dari 10 wisma, 5
wisma untuk putra dan 5 wisma untuk putri. Masing-masing
wisma terdiri dari 4 kamar tidur dilengkapi dengan kamar mandi
/ wc, dapur.
Pembinaan anak di asrama menekankan pada pembinaan
kepribadian dan kemandirian dengan kegiatan rutinitas dan
kegiatan ekstra kurikuler.
Program unggulan layanan panti/asrama adalah
"Pelayanan sistem kelompok kegiatan keluarga" dan Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) sesuai dengan ketrampilan yang
dimiliki.
e. Perpustakaan
64
Perpustakaan SLB Negeri Pembina menyediakan buku-
buku pelajaran untuk anak SLB, buku ke PLB an, buku tentang
kesehatan, kamus, buku psikologi dan lain-lain.
f. Ruang Komputer dan Internet
Ruang komputer dan internet SLB Negeri Pembina
merupakan tempat untuk pembelajaran komputer dan layanan
akses internet gratis bagi siswa, guru, dan karyawan. Dengan
fasilitas komputer pentium 4.
g. Kios Pemasaran dan Showroom
Tempat untuk mempublikasikan dan memasarkan hasil
karya siswa agar dikenal oleh masyarakat luas. Baik berupa
barang dan jasa yang meliputi: tata boga, tata busana, akupresur,
salon kecantikan, teknologi informasi, hasil perkayuan, keramik,
dan jasa perbengkelan.
h. Fasilitas Pendukung Lain
1) Playground satu-satunya taman bermain sekolah yang terlengkap di
DIY yang sangat diminati anak-anak.
2) Resource room (ruang sumber). Terdapat berbagai macam alat
peraga sebagai sumber belajar, alat peraga tsb sebagian besar
buatan Australia.
3) Auditorium atau aula yang biasa digunakan untuk tempat
pertemuan, seminar, penataran dsb. Dapat pula dimanfaatkan oleh
masyarakat umum sebagai gedung pertemuan/hajatan.
65
4) Penginapan/Asrama Penataran digunakan tempat untuk menginap
para peserta penataran atau pertemuan semacam.
5) Masjid sebagai tempat ibadah, yang cukup untuk menampung 60
orang.
7. Sarana dan Prasarana
SLB Negeri Pembina memiliki sarana dan prasarana yang
dibangun di atas tanah seluas 2,5 hektar sehingga sangat memadai
dan mendukung proses pendidikan, diantaranya:
a. 27 Ruang kelas untuk KBM.
b. 1 Ruang TU
c. 1 Ruang Kepala sekolah
d. 1 Ruang Guru
e. 1 Perpustakaan
f. 1 laboratorium IPA
g. 1 Ruang ICT (dilengkapi dengan 20 unit computer dan ber AC)
h. 1 Ruang Seni tari
i. 1 Ruang Musik (dilengkapi alat music band dan gamelan serta
drumband)
j. 10 unit Asrama (masing-masing unit memiliki ruang tamu dan ruang
makan)
k. 6 Unit wisma (setiap wisma dapat menampung 10 orang)
l. 6 Unit Rumah dinas
m. 1 Mushola
66
n. 1 Ruang Resource Center
o. 1 Ruang UKS
p. 1 Ruang BP/Bimbingan Konseling
q. 1 Ruang Pengajaran / Wa.Ka.Ur.
r. 2 Ruang Pertemuan
s. 1 Ruang aula
t. 9 Ruang Ketrampilan meliputi busana, tekstil/ batik, kayu, otomotif,
keramik, boga, Salon/kecantikan, IT dan Tanaman Hias/Pertanian.
Selain gedung yang cukup memadai tersebut, di lengkapi
juga dengan berbagai alat bantu pendidikan dan peralatan
keterampilan yang lengkap.
8. Tata kerja dan Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Yogyakarta
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dalam merealisasikan
misi yang telah ditetapkan, disusun tata kerja yang masing-masing di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sekolah.
a. Pengajaran
b. Kesiswaan
c. Sarana Prasarana
d. Humas
e. Sentra PK dan PLK
f. Bimbingan Konseling
g. Resource Center
67
h. Perpustakaan
i. Asrama
j. Klinik Rehabilitasi dan Assesment
k. Bengkel Kerja
l. Tata Usaha
B. Gambaran Umum Objek Penelitian
Informan adalah orang yang diperlukan dan dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penilitian. Informan
ditetapkan secara sengajadan dipilih berdasarkan kriteria tertentu atau
pertimbangan-pertimbangan tertentu ( Faisal,1995:97).
Informan dalam penelitian ini adalah:
a. IN : Adalah seorang guru Pendidik Agama Islam di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta.
b. PKS : Adalah Kepala Sekolah SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
c. WM : Adalah wali murid di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
d. SS : Siswa – Siswi SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Jadi ada 4 informan dalam penelitian ini. Dari keempat informan
tersebut didapatkan berbagai macam informasi mengenai
pembelajaran PAI di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
C. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta
Tentunya dalam suatu proses pembelajaran pendidikan agama
Islam disekolah manapun mempunyai kurikulum yang sama di seluruh
68
Indonesia hanya memang cara dan penyampainnya pasti bervareasi.
Tentunya sekolah normal berbeda dengan sekolah berkebutuhan khusus
seperti di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Model pembelajaran agama
Islam, metode pembelajaran, waktu dan jadwal pembelajaran agama
Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Belajar itu sangat
diperlukan, apalagi sebagai seorang muslim mencari ilmu itu hukumnya
wajib. Seperti halnya pembelajaran yang dilakukan di SLB ini,
memondasikan anak-anak dengan pondasi agama yang mereka anut
yaitu agama Islam, dari dasar yang baik maka anak-anak akan memiliki
jiwa yang tangguh dan kuat, tidak hanya untuk anak yang normal tetapi
juga kita lakukan untuk anak yang khusus seperti anak Tuna grahita
disini. Hasil penelitian mengenai pelaksanaan model pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dapat di
lihat dari wawancara seperti yang akan dijelaskan di bawah ini:
Sesuai dengan pembelajaran di sekolah-sekolah umum lainnya,
bahwasanya suatu pendidikan agama Islam menjadi salah satu
pembelajaran yang wajib diikuti oleh siswa dan siswi yang beragama
Islam, ini juga dilakukan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta bahwa
pembelajaran agama Islam diterapkan disini.
Pelaksanaan pembelajaran agama itu sangat penting karena
sebagai seorang muslim kita dituntut untuk selalu menjalankan apa yang
selalu diperintakan oleh ALLAH SWT dan menjauhi segala larangan-
Nya. Dalam pernyataan IN yaitu :
69
(“Kegiatan pembelajaran Agama Islam adalah salah satu mata ajar yang
penting, karena pondasi kehidupan yang tertata dan bersinergi
yang dimulai dari suatu kepercayaan akan adanya Zat pencipta
atau ALLAH SWT akan mengarahkan kita kedalam disiplin
berkehidupan. Sesuai dengan sekolah pada umunya di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta mengajarkan pendidikan agama
Islam yang dilakukan setiap seminggu sekali dengan 2 jam
pertemuan dan 1 jam pertemuan selama 45 menit, dikarenakan
pada bulan puasa jadi setiap 1 jam pertemuan selama 30
menit”).
Hal itu sama dengan apa yang diungkapkan oleh PKS yaitu :
(“Ada satu kali pertemuan dalam satu minggunya”).
Dengan demikian dari pernyatan yang dikemukakan oleh IN dan
PKS diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran
agama Islam di SLB ini dilakukan secara baik dan terjadwal, karena
metode pembelajaran agama Islam sangatlah penting.
Berbicara tentang anak dengan kebutuhan pendidikan khusus,
maka dalam proses pembelajarannyapun harus disesuaikan dengan
kondisi siswa tersebut, oleh karena itu lahirlah istilah pembelajaran
adaptif. Bila kita merujuk pada kata adaptif yang merupakan kata dari
bahasa Inggris ”adapt” yang mempunyai arti ”menyesuaikan dengan”,
maka pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan pendidikan khusus
merupakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tantang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lain ialah
teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
70
bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual atau
secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik cara mengajarnya,
makin efektif pula pencapaian tujuannya (Haryati, 2011: 67).
Pembiasaan yaitu memeberikan kesempatan pada peserta didik
untuk membiasakan sikap dan perilku yang sesuai dengan ajaran agama
Islam (Majid & Andayani, 2004:170). Ceramah adalah penyampaian
materi dengan memaparkan materi-materi tertentu yang disampaikan
oleh pembimbing yang berguna untuk memahamkan siswanya.
Sementara demontrasi adalah sistem pengajaran yang dilakukan
seseorang dengan cara memraktekkan suatu materi, dengan gerak atau
cara-cara terlatih, untuk memperlihatkan secara nyata.
Dari hasil penelitian mengenai model dan metode pembelajaran
agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dapat dilihat dari
wawancara seperti yang akan dijelaskan oleh IN di bawah ini:
(“Seperti yang pernah anda lihat mbak, saya menggunakan model PAI
adaptif dengan metode pembiasaan, demonstrasi, dan ceramah.
Dari pembelajaran yang saya terapkan ini saya mengharapkan
anak-anak dapat lebih mudah menerima materi dan bisa
melakukan apa yang sudah saya ajarkan mbak. Sebenarnya
tidak jauh beda dengan pembelajaran di sekolah umum mbak
secara teknik maupun teori tapi tentunya dilapangan nanti akan
sangat berbeda”).
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa model yang
dilaksanakan adalah PAI adaptif dengan metode pembiasaan, ceramah,
dan demonstrasi, yang digunakan dalam pembelajaran agama Islam di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta memudahkan para siswanya untuk
71
memahami dan melakukan apa yang telah diajarkan oleh gurunya.
Meskipun dalam pelaksanaanya dalam lapangan tentunya ada
perbedaan.
D. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Setiap anak di SLB Negeri Pembina Yogyakarta ini tidak
terlewatkan dalam setiap pemberian materi yang diberikan oleh
pembimbing. Kebiasaan kami setiap ada pelajaran agama apabila anak-
anak belum lengkap kita belum mulai pemberian materi, kecuali ada
anak yang tidak masuk atau memang ada kepentingan yang tidak bisa
ditinggalkan. Karena untuk anak dengan kebutuhan khusus tentunya
sangatlah beda dengan anak yang normal, jadi setiap ketinggalan
mereka tidak dapat mengikuti dengan baik. Dari hal itulah begitu
pentingnya penyampaian materi ini dapat diikuti oleh semua siswa.
Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang
pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Shobron, 2004:
243). Seperti halnya kita akan memasak memerlukan bahan-bahan dasar
yang sesuai dengan menu yang akan kita sajikan, tidak jauh beda dengan
pembelajaran yang membutuhkan suatu bahan dasar atau materi serta
metode untuk menyampaikan suatu inti sari dari sebuah materi supaya
bisa disajikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Materi disini sudah
sesuai kurikulum yang ada, dimana materi tidak jauh berbeda dengan
72
sekolah umum, ataupun SLB lainya tetapi di SLB tentunya ada materi
khusus tersendiri dibandingkan dengan sekolah umum.
Dari hasil penelitian mengenai materi pendidikan agama Islam
dapat dilihat dari hasil wawancara dengan IN di bawah ini:
(“Untuk materi disini hanya sebatas yang pokok-pokok saja mbak, seperti
wudhu, sholat, surat-surat saja, itu saja butuh waktu yang
lama mbak buat anak-anak memahami dan menghafalkan.
Sebenarnya juga sudah ada standar kompetensinya mbak, tapi
standar kompetensinya sangat tinggi, yang saya ajarkan ini saja
mereka sering lupa, apalagi dengan standar kompetensi yang
ditentukan pasti sangat sulit buat mereka”).
Hal itu sejalan dengan yang diutarakan oleh ibu WM yaitu :
(“ hemm, belum hafal mbk bacaan sholatnya, paling hanya surat
alfatihahnya saja, sedangkan gerakanya maih saya ingatkan”).
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa materi Pembelajaran
Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dilakukan sesuai
standar yang ditetapkan, tetapi dalam pelaksaan belum bisa dilakukan
sesuai dengan
standar itu sendiri secara baik, hanya beberapa yang baru bisa dilaksanakan,
seperti whudu, shalat, shalawat, mebaca iqra’ dan hanya
surat-surat pendek.
E. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran pendidikan agama Islam
di SLB Negeri Pembina Yogyakarta tentunya tidak terlepas dari
halangan dan hambatan serta faktor yang mendukung untuk
73
terlaksananya pembelajaran pendidikan agama Islam. Faktor
penghambat adalah faktor yang mempersulit tahapan pembelajaran yang
menjadikan apa yang disampaikan pembimbing keseluruhan tidak
masuk secara keseluruhan kepada siswa. Sementara faktor pendukung
adalah faktor yang memeperlancar tahapan pembelajaran, sehingga
sistem pengajaran berjalan sesuai rencana dan secara optimal apa yang
kita sampaikan dapat masuk secara maksimal. Berdasarkan hasil
penelitian mengenai faktor pendukung dan penghambat serta faktor yang
mendukung pembelajaran dapat dilihat dari hasil wawancara dengaan IN
sebagai berikut:
(”Kendalanya banyak sekali mbak salah satunya materi mbak, dimana materi
yang disampaikan tidak sesuai dengan peraturan yang telah
ditentukan. Kita harus mencari materi-materi yang mudah dan
disederhanakan sendiri dan diambil yang kongkrit-kongkrit
saja mbak, selain itu PAI disini diawasi Kemendiknas mbak,
seharusnyakan ikutnya Kemenag. Selain itu juga kekurangan
guru serta terlalu tingginya standar kompetensi, mengingat
kemampuan anak yang rendah dan kelas yang majemuk. Serta
untuk faktor yang mendukung ya hanya dari diri sendiri mbak,
dimana di Al’Quran sudah dijelaskan yang intinya seperti ini
mbak “Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia”
dengan ayat ini saya yakin mbak kalau anak-anak itu dididik
denga benar dan tekun pasti bermanfaat, walaupun hanya
untuk dirinya sendiri mbak dan mereka tidak merugikan orang
lain”).
Pendapat IN itu sejalan dengan PKS yaitu :
("Ya pastinya ada mb, seperti anak yang kadang waktunya pelajaran malah
tidak masuk kelas tapi malah jajan”).
Dilihat dari hasil wawancara terdapat beberapa faktor penghambat dan
pendukung dalam pelaksanaan model pembelajaran
pendidikan agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
74
F. Tingkat Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta
Pencapaian akhir dari suatu misi adalah suatu keberhasilan,
tentunya keberhasilan pembelajaran yang sesuai standar kompetensi
yang ada. Tapi bukan berarti keberhasilan itu menuntut sempurna,
keberhasilan disini adalah adanya perubahan dan perkembangan serta
perubahan perilaku. Ini adalah motivasi untuk memenuhi suatu standar
kompetensi. Tingkat keberhasilan dalam metode pembelajaran
pendidikan agama Islam khususnya di SLB Negeri Pembina Yogyakarta
tentunya ingin merujuk kepada standar kompetensi yang ada atau yang
sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat
keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil wawancara dari IN
sebagai berikut:
“Hem…untuk tingkat keberhasilan mbak sudah ada perkembangan dan
kemajuan dibanding dulu waktu awal-awal masuk sini. Anak-
anak bisa bermanfaat dan tidak mengganggu orang lain saja
sudah cukup mbak.”
Hal itu sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh WM yaitu :
(“iya alhamdulilah sekarang mau mbk,tapi masih tergantung dengan
saya,kalau saya ingatkan baru dia mau sholat”).
Sejalan juga dengan PKS yaitu :
(“Ya sudah ada kemajuan mb, lama kelamaan anak juga bisa sendiri, yang
penting anak bisa memanfaatkan waktunya untuk hal-hal
yang positif”).
75
Dari hasil wawancara bisa disimpulkan bahwa ada
perkembangan dan kemajuan yang terjadi walaupun belum memenuhi
stadar kompetensi. Perubahan perilaku pada anak-anak di SLB sudah
mencerminkan keberhasilan pengajaran yang dilakkukan oleh
pembimbing di SLB ini.
76
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta
Kegiatan belajar mengajar atau pendidikan agama Islam yang
dilaksanakan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dilaksanakan dalam satu
minggu sekali dengan 2 jam pelajaran, dan 1 jam pertemuan selama 45 menit,
dikarenakan pada bulan puasa jadi setiap 1 jam pertemuan selama 30 menit.
Model yang digunakan adalah dengan cara PAI adaptif menyesuaikan
dengan kemampuan siswa, dimana siswa dengan keadaan Tunagrahita tidak
mudah memahami dengan apa yang diaajarkan. Sementara metode yang
digunakan ada beberapa metode antara lain, Metode ceramah yaitu guru
menyampaikan pelajaran atau materi secara langsung dan murid
mendengarkan.
Metode pembiasaan yaitu guru memberikan pelajaran dengan cara
membiasakan anak agar mudah mengingat apa yang telah disampaikan.metode
pembiasaan digunakan untuk materi seperti shalat dan whudu, jadi ketika
masuk kelas anak-anak harus berwudhu dahulu dengan arahan dan bimbingan
guru. Metode pembiasaan ini juga dugunakan untuk penyampaian materi,
Baca Tulis Alquran (BTA), setiap habis shalat anak-anak melakukan ngaji
bersama gurunya walapun ingatan bacaannya terbatas, selain itu pembiasaan
ketika bertemu guru-guru harus berjabat tangan.
77
Metode demonstrasi juga digunakan dalam PAI untuk materi seperti
shalat dan whudu, hal ini dilakukan agar anak-anak bisa mempraktekan
dengan apa yang sudah dicontohkan. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh IN yaitu:
(“Seperti yang pernah anda lihat mbak, saya menggunakan model PAI
adaptif dengan metode pembiasaan, demonstrasi, dan
ceramah., serta disini lebih menekankan prakteknya dibanding
dengan teorinya, kalau langsung praktek kan anak-anak lebih
mudah mengingatnya. Dari pembelajaran yang saya terapkan
ini saya mengharapkan anak-anak dapat lebih mudah menerima
materi dan bisa melakukan apa yang sudah saya ajarkan
mbak”).
Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas menyebutkan bahwa
pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan
memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan
demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar
Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK yang dirancang
adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Sesuai yang tersirat dalam kutipan berikut ini bahwa model Pendidikan
dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik tetapi maksudnya adalah
mendidik akhlak dan jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadilah
(keutamaan), mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas
dan jujur. Pada akhirnya tujuan pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan
nasional yang menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang
kehidupan duniawi dan ukhrawi.
78
Sedangkan dalam buku model pembelajaran pendidikan luar biasa
yang dikeluarkan oleh direktorat pembinaan sekolah luar biasa mengatakan
bahwa model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
ditunjukan untuk menciptakan situasi belajar berdasakan teori-teori dan cara
mengorganisasi pembelajaran yang digunakan.
Jadi dalam paparan wawancara dan kutipan diatas dapat kita
simpulkan, bahwa model pembelajaran yang diterapkan di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta ada beberapa metode tetapi lebih menekankan pada
model praktiknya yang lebih dominan dari pada teorinya, mendidik akhlak dan
jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadilah (keutamaan),
mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas dan jujur,
dengan metode praktik anak tunagrahita akan lebih mudah menirunya secara
langsung sehingga menjadi pengalaman. Pada akhirnya tujuan pendidikan
Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang menciptakan manusia
Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan ukhrawi. Baik
dilakukan pada manusia yang mempunyai kesempurnaan secara fisik maupun
yang mengalami kelemahan dalam fisiknya. Meskipun ada perbedaan anatara
pembelajaran secara umum dengan pembelajaran di SLB, namun hal ini tidak
mengurang minat belajar siswa di SLB.
B. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Materi yang digunakan di SLB ini adalah materi yang dianggap
pokok-pokok saja menurut pembimbing agama Islam. Seperti halnya shalat,
79
wudhu, membaca Iqrok’, dan surat-surat pendek saja. Materi yang diberikan
tidak terpaku dengan standar dan kurikulum yang berlaku. Materi yang
diberikan juga berbeda dengan materi yang diberikan disekolah-sekolah
umum lainya.
Sesuai dengan beberapa teori yang dikemukakan, materi adalah bahan-
bahan yang harus diberikan atau disajikan kepada peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan (Shobron, 2004: 243). Dimana pendidikan agama
Islam di SLB bertujuan untuk menumbuh kembangkan akidah melalui
pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak
mulia yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi
(tasamuh), serta menjaga harmoni secara personal dan sosial (Kemenag RI,
2010).
Sesuai dalam prinsip-prinsip khusus yang dikemukakan dalam
(Kemenag RI, 2010) bahwa problema mendasar bagi peserta didik
Tunagrahita adalah memiliki inteligensi dibawah rata-rata. Oleh karena itu
pendidikan hendaknya selalu memperhatikan prinsip-prinsip khusus agar
materi pendidikan agama Islam lebih fungsional, aplikatif, dan bermanfaat
bagi peserta didik. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain, 1)
Menyederhanakan materi (downgrade) bila terdapat tinggi dan sulit dengan
mempertimbangkan kemampuan peserta didik dalam menerima materi dan
80
tidak memaksakan kepada peserta didik bila tidak mampu, 2) Menghindari
penyampaian materi PAI secara abstrak, teoritis dan verbal, 3) penyampaian
materi PAI secara kontekstual, praktis, mudah, visual, bertahap,
berkesinambungan, dan berulang-ulang, agar peserta didik dapat menerima
dan memahami, 4) mengoptimalkan potensi afektif dan psikomotor daripada
kognitifnya, 5) Pendekatan individual lebih utama dari pada klasikal, 6)
Gunakan media, dan metode yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Materi disini lebih sederhana, mengingat intelegensi anak yang sangat
rendah dan sulit untuk menerima materi bahkan mengingatnya. Di sini materi
disederhanakan agar dapat lebih mudah diterima dan dipahami. Kegiatan
bimbingan ibadah shalat yang dilaksanakan di SLB ini dilaksanakan setiap
hari selasa dan kamis dibimbing langsung oleh pembimbing PAI. Seperti
halnya yang disampaikan oleh IN nyaitu :
(“Untuk materi disini hanya sebatas yang pokok-pokok saja, seperti wudhu,
sholat, membaca iqro’, dan surat-surat pendek saja, itu saja
butuh waktu yang lama buat anak-anak memahami dan
menghafalkan. Sebenarnya juga sudah ada standar
kompetensinya, tapi standar kompetensinya sangat tinggi, yang
saya ajarkan ini saja mereka sering lupa, apalagi dengan
standar kompetensi yang ditentukan pasti sangat sulit buat
mereka”).
Hal itu sejalan dengan apa yang dilakukan oleh wali murid dirumah
bahwa anak-anak juga diajarkan sholat puasa dan ngaji, seperti yang
disampaikan oleh salah satu wali murid WM yaitu:
(“iya mbk alhamdulilah mau sholat, tapi perlu diingatkan begitu juga
waktu puasa mb, dulu juga mau ngaji tapi diejekin temennya sekarang jadi
gak mau lagi, tapi dirumah saya ajari ngaji sendiri”).
81
Berkaitan dengan hal diatas model pembinaan shalat pada penyandang
Tunagrahita secara holistik-komperhensif. Maksudnya bahwa dengan
pelaksanaan bimbingan shalat dilakukan secara holistik-komperhensif tersebut
proses pembinaan pada penyandang Tunagrahita dilakukan secara
menyeluruh, yang tidak berpusat satu metode saja tetapi semuanya dibutuhkan
agar penyandang Tunagrahita dapat menjalakan ibadah shalat dengan baik dan
dapat menjalankan kembali fungsi-sungsi kehidupan yang baik.
Didalam proses kegiatan, pembinaan ibadah shalat para pembimbing
Agama Islam memberikan arahan para penyandang Tunagrahita untuk dapat
mengenal shalat, mengenal gerakan shalat dan dapat menghafal baca-bacaan
shalat seperti surat al-fatihah, serta melakukan shalat. Selain itu para
penyandang Tunagrahita juga dibimbing untuk mengenal tata cara berwudhu
serta menghafal surat-surat pendek seperti surat al iklas dan membaca iqro’.
Adapun model pelaksanaan ibadah shalat yang dikembangkan di SLB
ini dalam pendidikan Agama Islam bagi para penyandang Tunagrahita melalui
ibadah shalat yang menggunakan model ceramah, Tanya jawab, doa (Dzikir),
dan praktek/demonstrasi. Dari sinilah dapat dipahami bahwa metode yang
dipakai sesuai dengan teori dari zainal arifin dalam bukunya yang berjudul
“Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama”.
Penggunaan metode ini merupakan cara untuk menyampaikan ajaran agama
dan kewajiban seorang muslim serta nasihat-nasihat atau materi kepada
penyandang Tunagrahita dengan menuntun dan melatihnya. Berdoa dan
82
berdzikir untuk menanamkan dan mengingat atau menghafal bacaan-bacaan
ibadah shalat.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kegiatan pelaksanaan pendidikan sholat
dan wudhu sangat penting bagi anak Tunagrahita walaupun hanya sekedar
gerakan dan surat al fatihahnya saja dengan itu, anak bisa terbiasa melakukan
sendiri tanpa arahan dari guru pembimbing. untuk materi hafalan anak-anak
dibiasakan membaca surat al-iklas setiap kali ada pembelajaran PAI agar pada
saat anak mengimplementasikan dalam melakukan shalat. Sedangkan dalam,
bacaan iqro’, anak diberikan pengenalan huruf hijaiyah seperti A, BA, TA,
TSA. selain itu materi yang disampaikan disederhanakan oleh pembimbing
PAI sesuai prinsip-prinsip pembelajaran tanpa mengabaikan standar
kompetensi, serta anak-anak bisa mengikuti dengan cukup baik. Hal ini
tentunya berbeda dengan sekolah secara umum, mengingat SLB adalah tempat
bagi anak-anak yang mempunyai kecerdasan dibawah rata-
rata/keterbelakangan mental, jadi daya serap mereka tentunya berbeda. Inilah
yang menjadikan sekolah secara umum dan SLB berbeda, baik secara
pembelajaran maupun kurikulumnya.
C. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam kepustakaan
bahasa asing digunakan istilah-istilah Mental Retardation, Mentally Reterdet,
83
Mental Deficiency, Mental Detective, dan lain-lain. Tentunya bagi para
penyandang Tunagrahita mereka mengalami banyak hal yang sulit, tidak
seperti orang normal lainya yang mudah melakukan aktifitas sehari-hari
dengan normal. Tetapi hal itu tidak menjadikan pembelajaran jadi terhenti,
karena anak Tunagrahita juga membutuhkan pembelajaran untuk
mengembangkan potensi yang ada, walaupun seminimal mungkin potensi
yang mereka miliki. Meskipun ada faktor penghambat serta faktor
pendukungnya. Dimana faktor penghambatnya adalah adanya kelas yang
majemuk, tentunya intelegensi anak yang rendah atau dibawah rata-rata, PAI
yang tidak diawasi oleh kemenag, melainkan oleh kemendiknas jadi guru lebih
susah mencari materi yang sesuai dengan keadaan anak. Selain itu fasilitas
yang kurang, seperti halnya tenaga pengajar, alat-alat pembelajaran ini juga
sangat menghambat dalam proses pendidikan yang baik.
Faktor pendukung yang ada untuk model pembelajaran di SLB ini
antara lain, semangat guru yang tinggi dalam memberikan pembelajaran,
beberapa fasilitas sekolah untuk menunjang pembelajaran yang
dimaksimalkan walaupun sedikit, serta kemauan keluarga untuk selalu
mendampingi anaknya dalam mengikuti pembelajaran. Tentunya orang tua
yang peduli akan perkembangan anaknya, orang tua yang rela menyisihkan
waktunya untuk menemani anaknya sangat membatu dalam pelaksanaan
pendidikan yang baik.
84
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh IN yaitu:
(”Kendalanya banyak sekali salah satunya materi, dimana materi yang
disampaikan tidak sesuai dengan peraturan yang telah
ditentukan. Kita harus mencari materi-materi yang mudah dan
disederhanakan sendiri dan diambil yang kongkrit-kongkrit
saja,selain itu kendala dari ketidak sempurnaan fisik anakanya
juga. Serta kekurangan guru dan terlalu tingginya standar
kompetensi, mengingat kemampuan anak yang rendah dan
kelas yang majemuk. Serta untuk faktor yang mendukung ya
hanya dari diri sendiri, dimana di Al’Quran sudah dijelaskan
yang intinya seperti ini “Allah menciptakan sesuatu tidak ada
yang sia-sia” dengan ayat ini saya yakin kalau anak-anak itu di
didik dengan benar dan tekun pasti bermanfaat, walaupun
hanya untuk dirinya sendiri dan mereka tidak merugikan orang
lain”).
Sama halnya dengan apa yang diungkapan oleh PKS yaitu
(“kita disini kekurangan guru agama, tapi walaupun kekurangan
guru beliau-beliau tetap memberikan yang terbaik untuk murid-
muridnya”).
Sedangkan permasalahan penyandang cacat menurut Pola Dasar
Pembangunan Bidang kesejahteraan Sosial DEPSOS RI yang dikutip oleh
(Mangungsong, 2009:141) antara lain: Kecanggungan/hambatan fisik
mobilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari, Kecanggungan/gangguan
ketrampilan kerja produktif, Rawan kondisi social ekonomi,
Hambatan/kecanggungan mental psikologis, Kecanggungan/hambatan
melaksanakan fungsi sosial.
Selain itu orang yang paling banyak menanggung beban akibat
keTunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh sebab itu
dikatakan bahwa penanganan anak Tunagrahita merupakan resiko psikiatri
keluarga. Keluarga anak Tunagrahita berada dalam resiko, mereka
85
menghadapi resiko yang berat. Saudara-saudara anak tersebut pun menghadapi
hal-hal yang bersifat emosional (Soemantri, 2006:117).Hal itu juga sejalan
dengan yang diungkapkan oleh wali murid WM yaitu:
(“anak gampang lupa mb, jadi harus diingatkan trus ketika sholat, trus
mertua saya yang tidak bisa menerima kondisi anak saya, selain itu
tetangga saya yang mengejek anak saya sehingga dia tidak mau TPA
lagi”).
Dari sini terlihat jelas bahwa permasalahan penyandang Tunagrahita,
bukan semata-mata masalah medis yang hanya menyangkut penderita dan
keluargnya saja, tetapi sudah berkembang menjadi masalah yang sangat luas
dan kompleks, meliputi segi-segi medis, psikologis, sosial, ekonomi,
pendidikan dan pekerjaan.
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala
atau penghambat yang terjadi untuk memberikan pendidikan agama Islam bagi
anak-anak Tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, baik dari anaknya
sendiri, dari fasilitas yag ada di sekolahan, bahkan sampai tenaga pengajar
masih kurang, serta orang tua yang berperan , meskipun ada faktor pendukung
untuk anak-anak mendapatkan pendidikan agama Islam yang jauh lebih dalam
lagi.
D. Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta
Di setiap sekolah baik sekolah umum maupun sekolah khusus tentunya
tingkat keberhasilan peserta didiknya sudah menjadi hal yang wajib, itu juga
berlaku untuk Sekolah luar biasa Negeri Pembina Yogyakarta. Meski
86
berkebutuhan khusus tingkat keberhasilan dalam pembelajaran tentunya
menjadi harga mati buat sekolah ini, walaupun tingkat keberhasilan itu tidak
seperti pada sekolah-sekolah umum, tetapi anak mulai berkembang dari awal
masuk sampai saat ini, itu sudah dikatakan berkembang baik , anak dapat
mengingat gerakan sholat, tata cara berwudhu, menghafal sedikit surat-surat
pendek yang diajarkan itu juga sudah merupakan hasil yang baik untuk anak
berkebutuhan khusus, anak juga merasa senang saat melakukan pembelajaran
dengan metode yang diterapkan, itu juga merupakan hasil yang baik. Hal ini
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh IN yaitu :
(“untuk tingkat keberhasilan mbak sudah ada perkembangan dan kemajuan
dibanding dulu waktu awal-awal masuk sini. Anak-anak bisa
bermanfaat untuk dirinya sendiri seperti terbiasa dalam
melaksanakan shalat dan menghafal ayat-ayat pendek serta
tidak mengganggu orang lain saja sudah cukup mbak”).
Hal itu juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh WR yaitu:
(“alhamdulilah nilai nya bagus mbk, yang penting mau masuk kelas
pas pelajaran agam mbk”).
Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh PKS yaitu :
(“Ya sudah ada kemajuan mb, lama kelamaan anak juga bisa sendiri,
yang penting anak bisa memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang
positif seperti extra robana”).
Hasil pembelajaran agama Islam merupakan barometer bagi baik atau
buruknya pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah sudah berjalan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau belum. Indikasi
keberhasilan dari prose. pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Pembina
antara lain: kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah berkurang, siswa
87
dapat menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik
sesama guru, teman, dan orang tua, siswa dapat melakukan sholat dan wudlu
sesuai dengan syari’at agama, serta siswa dapat menulis dan menghafal
pelajaran sedikit demi sedikit namun hanya terbatas pada kalimat sederhana,
hal ini dikarenakan keterbatasan intelektual mereka.
Ada beberapa tujuan pendidikan agama Islam yang dipaparkan oleh
(Daradjat, 2011:30-33) antara lain : Tujuan Umum adalah tujuan yang akan
dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik pengajaran, baik dengan
pengajaran atau dengan cara lain menuju menjadi Insan Kamil, Tujuan Akhir
Adalah menjadi Insan Kamil yang mati dan akan menghadap Tuhanya,
Tujuan Sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal, Tujuan Operasional adalah tujuan praktis yang akan
dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Tentunya tujuan inilah
yang akan mengarahkan kepada suatu keberhasilan dimana jika tujuan itu
tercapai, artinya dengan kata lain tujuan tercapai maka misi berhasil.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan
mengenai pendidikan agama Islam pada anak Tunagrahita di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta mengalami perkembangan yang baik, artinya ada
perbedaan perilaku yang awalnya belum bisa dan masih perlu arahan dari guru
pembimbing untuk melakukan gerakan sholat, tata cara berwudhu sekarang
terbiasa melakukan sendiri. Selain itu anak-anak juga dapat menghafal surat-
surat pendek, serta anak-anak tidak menggangu kehidupan orang lain lagi.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model Pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta adalah dengan
menggunakan model pembelajaran PAI Adaptif dengan menggunakan
metode antara lain:
a. Pembelajaran praktik
b. Ceramah
c. Model Pembiasaan dan,
d. demonstrasi
2. Materi
Materi yang diberikan merupakan materi yang disederhanakan oleh
guru Pendidikan Agama Islam sendiri yaitu :
a. Pendidikan shalat
Bagi anak tunagrahita pendidikan shalat hanya ditekankan
pada gerakan shalat dan bacaan alfatihahnya saja.
b. Wudhu
Tentunya dalam melaksanakan kegiatan shalat, wudhu adalah
hal yang wajib dilakukan karena wudhu merupakan syarat sah shalat.
89
Dan pada anak tunagrahita materi wudhu juga hanya ditekankan pada
gerakan dan urut-urutanya saja.
c. Hafalan surat pendek
Untuk hafalan surat pendek hanya surat al-iklas saja yang
dibacakan setiap ada pelajaran PAI sehingga dengan pembiasaan itu,
anak bisa menghafal dengan baik.
d. Membaca iqro’
Membaca iqro’ juga diberikan untuk anak tunagrahita di SLB
Negeri Pembina, agar anak-anak mengenal huruf hijaiyah seperti a,
ba, ta, dan tsa saja.
3. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam memberikan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Sekolah
Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
a. Faktor yang menghambat
1) Kelas yang majemuk
2) Inteligensi anak yang rendah atau dibawah rata-rata
3) PAI yang tidak diawasi oleh kemenag melainkan oleh
kemendiknas jadi guru lebih susah mencari materi yang sesuai
dengan keadaan anak
4) Tenaga pengajar yang masih kurang
b. Faktor yang mendukung
1) Motivasi dan semangat guru yang tinggi dalam memberikan
pembelajaran.
90
2) Fasilitas sekolah untuk menunjang pembelajaran yang
dimaksimalkan
3) Kemauan keluarga untuk selalu mendampingi anaknya dalam
mengikuti pembelajaran
4. Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta
Dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pendidikan agama
Islam pada anak tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta sesuai
dengan indikator yaitu anak mengalami perkembangan yang baik, ada
perbedaan perilaku yang awalnya masih perlu arahan dari guru dalam
melaksanakan shalat dan wudhu sekarang sudah bisa melakukan sendiri
sebatas gerakan dan bacaan fatehah nya saja,selain itu anak mampu
menghafal surat al-iklas dan anak mulai dapat membaca iqro’ hanya huruf
a, ba, ta,tsa. Selain itu anak-anak perilakunya tidak mengganggu
kehidupan orang lain .
B. Saran
1. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
Jadwal pembelajaran khusus untuk studi pembelajaran agama
Islam diperbanyak lagi, agar para siswa dapat meningkatkan kemampuan
dan pemahamanya bahwa pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi
para Tunagrahita.
91
2. Pembimbing / Guru Pendidikan Agama Islam
Supaya memberikan pembelajaran yang lebih kreatif lagi,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami agama
Islam.
3. Orang Tua
Orangtua harus lebih sabar dan telaten dalam mendampingi dan
membimbing anaknya yang berkebutuhan khusus.
92
DAFTAR PUSTAKA
AbdulMajid & Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Ahmadi, lif khoiru. 2011. Paikem Gembrot. Jakarta : PT Prestasi
Puspakarya
Astati, Mulyati. 2010. Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur
Karya
Anwar Prabu Mangku Negoro. 2002. Perkembangan Intelejensi Anak dan
Pengukurannya. Bandung : Angkasa Bandung
Bahri, Syaiful. 2004. Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Darodjat, Zakiah. 1979. Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung
Daradjat, Zakiah. 2009. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Daradjat, Zakiah. 1987. Pendidikan Islam dalam Perspektif Psikologi
Agama. Jakarta: Bina Aksara.
Depag. 2003. Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam (Di Sekolah Umum
Tingkat Menengah dan Sekolah Luar Biasa). Jakarta: direktorat
jendral Kelembagaan Agama Islam.
Diretorat Pembinaan SLB. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Khusus Tuna
Grahita (SLB-C). 2008.
Efendi, Mohamad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta : Bumi Aksara
Fuad, Sugiato. 2001. Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:Gramedia.
Faisal, Sanapiah.1995. Merancang Penyelenggaraan Penelitian Kualitatif.
Malang:Proyek OPF IKIP Malang.
Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Alfabeta.
Hosni, Irham. 2003. Pengantar Pendidikan Tunanetra. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Istanti, Surviani. 2004. Membimbing Anak Memahami Masalah Seks
(Panduan Praktis Untuk Orang Tua). Bandung: Pustaka Ulumuddin.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.1994.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Mangungsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineke
Cipta
Saifudin Azwar, MA. 2001. Pengantar Psikologi Intelegensi.
93
Sardiman. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : CV Rajawali Bumi
Aksara.
Sapariadi, dkk. 1982. Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat
Pendidikan. Jakarta : Balai Pustaka
Smart, Aqila. 2010, Anak cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Smith, J. David. Editor ahli : Mohammad Sugiarmin, Mif Baihaqi. 2009.
Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung : Nuansa
Somantri, T Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika
Aditama.
Sukmadinata, Nana. 2005. Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Rosa
Karya.
Rumidi, Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Peneliti
Pemula. Yogyakartaa: Gadjahmada
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Ilmiah dan Dasar Metode Teknik.
Bandung: Tarsito
Sutrisno, Hadi.1989.Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Publiser
Yusuf. Muri. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Zakiah Daradjat, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Zakiah, dkk. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara
http//belajarpsikologi.com/2011/02/17).
http://banura.edublogs.org/2011/08/27pembelajaran adaptif.html
94
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Dwi Isnaini
Tempat Tanggal Lahir : Kab Semarang, 02 Desember 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Siroto, candirejo RT 03 RW 01 Ungaran barat.
Jenjang Pendidikan :
1. SD Candirejo 02, Ungaran Barat, lulus tahun 2002
2. MTs. Al – Uswah, Kec Bergas, Kab Semarang , lulus
tahun 2005
3. MAN Wonokromo, Bantul,Yogyakarta, lulus tahun
2008
4. STAIN Salatiga sampai sekarang
Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenar-benarnya.
Ungaran, Maret 2015
Penulis
96
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Wawancara hari/tanggal :
5. Waktu :
B. Sasaran Wawancara
1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita.
2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada Anak Tuna grahita.
3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak
Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan
Daftar pertanyaan wawancara Kepala Sekolah Sekolah Luar
Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
1. Bagaiamana sejarah berdirinya SLB Negeri Pembina Yogyakarta?
2. Apa saja Visi dan Misi SLB Negeri Pembina Yogyakarta?
3. Kurikulum apa yang dterapkan diSLB Negeri Pembina Yogyakarta?
97
4. Apakah peserta didik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta pada setiap
tahunya mengalami peningkatan? Kalau iya berapa jumlahnya?
5. Berapa jumlah murid di SLB Negeri Pembina Yogyakarta?
6. Tata tertip apa sajakah yang berlaku di SLB Negeri Pembina Yogyakarta?
7. Di SLB Negeri Pembina apakah hanya khusus untuk anak tuna grahita
atau untuk semua peserta didik yang berkebutuhan khusus?
8. Berapa jumlah kelas yang yang ada di SLB Negeri Pembina ini?
9. Untuk anak tuna grahita dibagi menjadi berapa kelas?
10. Ada berapa kali pertemuan untuk pelajaran PAI di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta?
11. Adakah progam tambahan PAI untuk peserta didik tuna grahita ? kalau
ada
12. Adakah kendala yang dihadapi dalam menjalakan progam tersebut?
13. Bagaimana tingkat kesuksesan progam tersebut?
98
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Wawancara hari/tanggal :
5. Waktu :
B. Sasaran Wawancara
1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita.
2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada Anak Tuna grahita.
3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak
Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan
Daftar pertanyaan wawancara Guru Pendidikan Agama Islam SLB Negeri Pembina
Yogyakarta.
1. Ada berapa kelas bagi peserta didik tuna grahita?
2. Bagaimana cara pembagian kelas untuk anak tuna grahita?apakah
dikelompokan menurut klasifikasinya atau tidak?
3. Berapa jumlah peserta didik tuna grahita setiap kelasnya?
99
4. Materi PAI apa saja yang diberikan pada anak tuna grahita?
5. Apakah materi yang diberikan sama antara tuna grahita sedang, ringan dan
berat?
6. Model pembelajaran seperti apa yang diterapkan untuk menyampaikan
materi pelajaran PAI?
7. Apakah sama model pembelajaran yang digunakan utuk peserta tuna
grahita ringan, sedang dan berat?
8. Apakah ada kendala dalam menggunakan model pembelajaran seperti itu?
9. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang dihadapi?
10. Bagaiamana tingkat keberhasilan model pembelajaran tersebut?
100
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Wawancara hari/tanggal :
5. Waktu :
B. Sasaran Wawancara
1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita.
2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada Anak Tuna grahita.
3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak
Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan
Daftar pertanyaan wawancara orangtua wali murid tuna grahita di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta.
1. Anak anda kelas berapa?
2. Bagaimana nilai mata pelajaran PAI pada anak ibuk?
3. Apakah anak ibuk mau melakukan sholat dirumah?
4. Bagaimana cara ibuk mengajak anak anda agar mau melakukan sholat?
101
5. Apakah anak ibuk mau mengaji?
6. Bagaimana cara ibuk mengajak anak anda agar mau mengaji?
7. Apakah ada kendala dalam mengajari anak anda agar mau melakukan
sholat?
8. Kalau ada kendala, dengan cara apa ibuk mengatasi kendala tersebut?
9. Setiap kali anak anda mau melaksanakan sholat apakah ada hadiah yang
diberikan untuk anak anda?
10. Hadiah seperti apa yang anda berikan?
11. Setelah mendapat hadiah apa anak anda akan mau mengulangi
melaksanakan sholat setiap harinya,,meskipun tanpa ada hadiah?
12. Jika anak tidak melaksanakan sholat, apa anda memberikan hukuman pada
anak anda?
102
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Wawancara hari/tanggal :
5. Waktu :
B. Sasaran Wawancara
1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita.
2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada Anak Tuna grahita.
3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak
Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan
Daftar pertanyaan wawancara siswa-siswi di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta.
1. Anda kelas berapa?
2. Bagaimana nilai mata pelajaran PAI?
3. Apakah anda melakukan sholat dirumah?
4. Kalau iya, hafal tidak gerakan dan bacaan sholatnya?
103
5. Apakah anda mau mengaji?
6. Siapa yang mengajari anda mengaji?
7. Sudah sampai iqro’ berapa?
8. Apakah anda diberi hadiah oleh ibu/bapak ketika anda melakukan
sholat/ngaji?
9. Apakah anda dimarahi ketika tidak ngaji/ sholat?
10. Senang tidak dengan pelajaran agama Islam?
104
VERBATIM WAWANCARA KEPADA PEMBIMBING AGAMA
ISLAM
A. Identitas Informan
1. Nama informan : IN
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Alamat : Melati, Sleman, Yogyakarta
4. Waktu wawancara : Kamis, 26 juli 2012 dan senin,30 juli 2012
B. Hasil Wawancara
No Pertayaan Jawaban Keterangan
1 Model pembelajaran
seperti apa yang
diterapkan ibu dalam
memberikan
pelajaran PAI ?
Model pembelajaran yang
digunakan untuk
menyampaikan pelajaran
PAI adalah dengan
menggunakan PAI adaptif
, yaitu menyesesuaikan
kebutuhan anak dengan
berbagai metode seperti
metode pembiasaan,
ceramah dan demontrasi.
Model
Pembelajaran.
2. Apakah materi yang
ibu diberikan sama
dengan materi
disekolah umum?
Materi yang diberikan
jelas beda mbk, karena
tingkat intelegenci anak
tunagrahita yang rendah
tidak mungkin diberikan
materi yang sama seperti
anak umum. Materinya
pun tidak sesuai dengan
kurikulum yang
Materi
105
ditentukan mbk hanya
mencakup materi-materi
yang pokok seperti sholat,
wudhu dan surat-surat
pendek serta sholawat
saja.
3 Apakah anak-anak
juga bisa
melaksanakan shalat
dengan bacaan shalat
yang benar?
Belum bisa mbk, Anak-
anak melaksakan shalat
masih perlu adanya
bimbingan karena mereka
masih lupa, wudhunyapun
juga masih dengan
bimbingan mbk, tapi
setidaknya mereka mau
melakukan sholat.
4 Untuk pembelajaran
yang lain selain
shalat, seperti
membaca iqra,
shalawatan, dan
menghafalkan surat-
surat pendek apakah
sudah benar bu?
Mereka sudah mengikuti
semua tetapi masih
banyak yang kurang
bahkan kadang-kadang
ada yang lupa sama
seperti sholat dan wudhu
tadi.
5 Apakah ada kendala
yang dihadapi
dengan model
pembelajaran yang
ibuk gunakan?
Kendala yang dihadapi
dengan model tersebut
adalah penyerderhanaan
materi,
ketidaksempurnaan fisik
anak serta tingginya
standar kompetensi yang
Faktor
penghambat
106
ditentukan.
6 Selain kendala
dengan
model,apakah ada
kendala lain yang
dihadapi dalam
pembelajaran PAI?
Kendala umum yang
dihadapi adalah
kurangnya guru dan PAI
yang tidak diawasi
dengan kemenak
melainkan diawasi oleh
kemendiknas.
7 Menurut ibu adakah
faktor pendukung
dalam pembelajaran
PAI?
Faktor pendukung dalam
PAI adalah dari diri
sendiri untuk selalu
bersemangat memberikan
pembelajaran kepada
anak-anak agar bisa
bermanfaat untuk dirinya
sendiri dan tidak
mengganggu orang lain.
Faktor
pendukung
8 Bagaimana tingkat
keberhasilan dengan
menggunakan model
pembelajaran yang
ibu terapkan?
Tingkat keberhasilan
dengan model yang
diterapkan antara lain
adalah anak-anak dapat
bermanfaat bagi dirinya
sendiri seperti terbiasa
melaksanakan sholat, dan
menghafal ayat-ayat
pendek serta tidak
mengganggu orang lain.
Tingkat
keberhasilan
107
VERBATIM WAWANCARA KEPADA WALI MURID SLB
NEEGERI PEMBINA
A. Identitas Informan
1. Nama informan : WM
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Alamat : Imogiri Yogyakarta
4. Waktu wawancara : Selasa, 31 juli 2012
B. Hasil Wawancara
NO Pertanyaan Jawaban Keterangan
1 Apakah anak ibuk mau
melakukan shalat dirumah
tanpa diingatkan olehh
ibu?
Iya, mbk alhamdulilah
mau mbk, tapi masih
tergantung dengan saya
mbk, kalau saya
ingatkan” dek udah
waktunyashalat” gitu
dulu baru mau shalat
mbk.
2 Kalau untuk gerakan dan
bacaan shalanya, apakah
sudah hafal buk?
Hemm,belum mbk,
bacaanya pun hanya
suratfatehahnya
aja,sedangkan gerakan
anak saya masih saya
ingatkan juga mbk.
3 Apakah anak ibuk mau
mengaji buk?
Dulu mau mengaji di
Tpa mbk, tapi diejekin
teman-temanya,ahirnya
dia gak mau ngaji lagi
mbk.
108
4 Kalau untuk puasa mau
berpuasa tidak ibuk?
Puasa mau mbk, tapi
hanya setengah hari aja,
mbk, kadang jam 10
udah buka kulkasmakan
mbk, tapi nanti saya
ingatkan kalau dia
sedang berpuasa
5 Bagaimana nilai PAI anak
ibuk?
Alhamdulilah nilainya
bagus mbk, yang
penting mau masuk
kelas pas pelajaran
agama mbk.
6 Apakah ada hadiah untuk
anak jika dia mau
melakulan shalat maupun
puasa?
Iya mbk ada, biar anak
mau untuk melakukan
shalat dan puasa itu
mbk.
7 Apakah keluarga ibuk
juga membantu dalam
memberikan pembelajaran
agama pada anak ibuk?
Ya paling Cuma saya,
ayah nya dan kakaknya
saja mbk, diajarin ngaji
iqro’ gitu mbk
8 Apakah ada kesulitan
yang dihadapi ibu ketika
memberikan pengajaran
kepada anak?
anak gampang lupa mb,
jadi harus diingatkan
trus ketika sholat, trus
mertua saya yang tidak
bisa menerima kondisi
anak saya, selain itu
tetangga saya yang
mengejek anak saya
sehingga dia tidak mau
TPA lagi
109
VERBATIM WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH
SLB NEGERI PEMBINA
A. Identitas Informan
1. Nama informan : PKS
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Alamat : Sleman, Yogyakarta
4. Waktu wawancara : Selasa, 31 juli 2012
B. Hasil Wawancara
NO Pertanyaan Jawaban Keterangan
1 Ada berapa guru untuk
pelajaran PAI disini pak?
Disini Cuma ada 2 guru
PAI, 1 untuk jenjang
SD dan 1 nya untuk
SMP dan SMA.
2 Apakah dengan 2 orang
guru pembelajaran dapat
berjalan dengan baik?
Sebetulnya tidak mbk,
kita disini kekurangan
guru agama, tapi
walaupun kekurangan
guru beliau-beliau tetap
memberikan yang
terbaik untuk murid-
muridnya.
3 Ada berapa kali
pertemuan untuk pelajaran
PAI di SLB ini pak?
Ada satu kali pertemuan
dalam satu minggunya.
110
4
Adakah Program
Tambahan untuk Pelajaran
PAI?
Ada mb. Disini ada
extra seni robana, selain
itu disini juga ada
asrama untuk anak yang
mana disitu juga
diajarkan tentang ilmu
agama.
5 Apakah ada kendala
dalam tambahan program
tersebut?
Ya pastinya ada mb,
seperti anak yang
kadang waktunya extra
malah tidak masuk
kelas tapi malah jajan,
kadang juga lupa
tepukan robananya.
6 Bagaimana tingkat
keberhasilan program
tersebut
Ya sudah ada kemajuan
mb, lama kelamaan
anak juga bisa sendiri,
yang penting anak bisa
memanfaatkan
waktunya untuk hal-hal
yang positif seperti
extra robana.
111
VERBATIM WAWANCARA KEPADA SISWA-SISWI
SLB NEGERI PEMBINA
A. Identitas Informan
1. Nama informan : SS
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Alamat : Imogiri, Bantul
4. Waktu wawancara : Sabtu, 4 Agustus 2012
B. Hasil Wawancara
NO Pertanyaan Jawaban Keterangan
1 Anda kelas berapa? Kelas 1 SMP TI
2 Apakah anda
melak
ukan
sholat
dirum
ah?
Iya kadang-kadang
sholat kadang tidak.
3
Kalau iya, hafal
tidak
gerak
an
dan
bacaa
n
Aku hafal gerakanya,
tapi kadang aku lupa,
baca nya fatehah.
112
sholat
nya?
4 Apakah anda mau
meng
aji?
Iya saya ngaji
5 Siapa yang
meng
ajari
anda
meng
aji?
Kadang ibu kadang
ngaji sendiri.
6 Dimarahi ibu tidak
kalau
tidak
sholat
atau
ngaji?
Iya ,dimarai
7 Suka pelajaran PAI
tidak?
Suka, gurunya lucu.