Upload
chouko-cat
View
603
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
Modul 2 “Merokok”
Kelompok 4A
* Darma (110 208 0006)
* Taufiq Ramadhan (110 210 0010)
* Nirma Rahayu HS (110 211 0054)
* Oktafira Eka Anggirawaty (110 211 0058)
* M. Tanthowi darwis (110 211 0087)
* Andi Muhammad Defrial Cafsario (110 211 0099)
* Muhammad Husrang (110 211 0111)
* Fajar Hidayat (110 211 0119)
* Wiwin wijayangsih (110 211 0129)
* Andi Suryani Tenri awaru (110 211 0135)
* Nafila (110 211 0146)
Pembimbing : dr. Yani Sodiqah
Skenario
Seorang laki-laki 56 tahun datang ke rumah sakit karena batuk hebat dan sesak napas. Ia memiliki riwayat sesak berulang sejak 3 tahun lalu dan semakin memburuk terutama selama 3 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan tanda vital: suhu 37oC, denyut nadi adalah 104 X/ menit, dan pernapasan 34X/menit yang tampak terengah-engah pada pemeriksaan dada. Dokter melakukan tes spirometry dan hasilnya menunjukkan PEF 50% dari nilai prediksi. Tes oksimetri 84%. Dia adalah seorang perokok berat yang mulai merokok sejak ia berusia 15 tahun. Dia biasanya merokok 2 bungkus rokok per hari, tapi sejak gejala penyakitnya makin berat ia hanya merokok 1 bungkus per hari.
Kata Sulit
Spirometry : mengukur secara objektif kapasitas atau fungsi paru pada pasien
PEF : kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal respirasi
Oksimetri : tes yang dilakukan untuk mengukur kada O2
Terengah-engah : keadaan dimana seorang mengalami peningkatan respirasi
Kata dan Kalimat Kunci
• Pria, 56 tahun• Batuk hebat• Sesak napas berulang sejak 3 tahun• Memburuk 3 bulan terakhir• Tes spirometry, PEF 50% dari nilai prediksi• Tes oksimetri 84 %• Perokok berat sejak usia 15 tahun• Biasanya 2 bungkus perhari• Sejak gejala penyakitnya muncul 1 bungkus perhari
Pertanyaan
1. Penyakit apa – apa saja secara umum yang bisa di akibatkan dari merokok
2. Apa kandungan dari rokok serta hubungannya dengan penyakit respirasi dan jelaskan progresifitasnya !
3. Apa patomekanisme rokok dari gejala yang ada di scenario ?
4. Kenapa efek baru di rasakan sejak 3 tahun yang lalu dan memberat sekarang ?
5. Apa indikasi di lakukan tes pemeriksaan respirasi pada scenario tersebut ?
6. Kenapa perokok pasif yang mendapat efek pada saluran napas, dan apakah perokok pasif lebih rentan terkena daripada prokok aktif ?
7. Proses imunologi ?
8. DD ?
9. Bagaimana pencegahan dan upaya penghentian yang dapat di lakukan ?
Jawaban
1. Penyakit paru
Penyakit jantung
Gastrointestinal
Kulit
Reproduksi
Sumber : Ariyadin. Relakah Mati Demi Sebatang Rokok.
Yogyakarta: Manyar Media. Halaman: 19, 69, 85
2. Kandungan rokok dan bahayanya :
* Nikotin * Karbon monoksida
* Tar * Arsenic
* Amonia * Formic acid
* Acrolein * Hidrogen Cyanide
* Nitrous oksida * Formaldehyde
* Phenol * Acetol
* Hydrogen sulfide * Pyridine
* Methyl chloride * Methanol
3. Patofisiologi gejala pada skenario :
• Batuk
Iritasi Inspirasi Kompresi Ekspulsi
• Sesak Napas
obstruksi stifflung difusi venosus asmixture
4. Kenapa Efek baru di rasakan setelah 3 tahun ?
• Perubahan pada saluran napas sentral dan napas tepi.
• Perubahan fungsi imunologis • Munculnya gejala penyakit yang dipandng dari
beberapa etiologi :
* Gen
* Paparan
* Usia
5. Indikasi pemeriksaan respirasi• Spirometri
mengukur volume paru secara statis dan dinamik menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
0
5
1
4
2
3
Lit
er
1 65432
FVC
FVC
FEV1
FEV1
Normal
COPD
3.900
5.200
2.350
4.150 80 %
60 %NormalCOPD
FVCFEV1 FVCFEV1/
Seconds
• Oksimetri
mengukur kadar saturasi oksigen dalam darah.
6. Perokok aktif dan perokok pasif
• Asap rokok yang langsung dihisap oleh para perokok (mainstream).
• Asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang terbakar (sidestream)
Perokok pasif dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti perokok aktif namun pasif lebih parah.
Karena, kandungan racun pada asap yang terbakar saat tidak dihisap ini jauh lebih tinggi dan lebih kotor sehingga dapat menurunkan fungsi paru.
7. Proses Imunologis terhadap antigen (rokok)
• Imunitas humoral• lisis oleh antibodi dan komplemen• opsonisasi melalui antibodi dan komplemen• hilangnya adhesi oleh antibodi
• Imunitas selular• destruksi oleh sel Tc• destruksi oleh makrofag yang diaktifkan• destruksi oleh sel NK
8. Differential Diagnose
Asma
* Etiologi : Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan Simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).
• Gejala klinis : sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
* Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam posisi duduk.
Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi
Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.
Palpasi : vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Hipersonor
Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
* Pemeriksaan penunjang : Spirometri, Uji provoksi bronkus, pem. Sputum, analisis gas darah, pulse oximetry, foto thoraks,
Foto Thoranks :
Penatalaksanaan : Penyuluhan kepada pasien, Oksigen,dan obat-obatan (Β2-agonis, Antikolinergik, Kortikosteroid, Teofilin, Magnesium Sulfat, Hellox, Anatagonis leukotrin)
CA Paru
• Etiologi : Hematogen, Limfogen, Penyebaran langsung(direct spread), Penyebaran intrabronkial
• Gejala Klinis : batuk, hemoptisis, obstruksi saluran napas dengan wheezing atau stridor, sesak
• Pemeriksaan fisik : bisa dijumpai tanda-tanda efusi pleura, perikard, obstruksi saluran napas,sindrom vena cava superior. Harus dilakukan pemeriksaan rectum, pelvis, payudar
Radiologi : gambaran linier
interstitial atau gambaran
garis yang memancar dari
kelenjar hilus/mediastinum,
nodul atau massa halus dan
berbatas tidak jelas, massa
berkavitas,massa dengan
kalsifikasi
• Penatalaksanaan :
• Medic : Umumnya paliatif. Metastatis dari curable carcinoma harus diterapi adekua. Contohnya : germ cell tumor testis dan ovarium,neuroblastoma, LNH, LH.
• Operasi : reseksi dianjurkan pada isolated pulmonary metastis.
Emfisema
Etiologi• Smoking
• the primary risk factor• Long-term smoking is
responsible for 80-90 % of cases.
• Prolonged exposures toharmful particles and gases from: • passive smoke, • Industrial smoke, • Chemical gases, vapors,
mists & fumes• Dusts from grains, minerals &
other materials• Alpha 1-antitrypsin deficiency
>>emphysemaGeneticsBronchitisAsthma
• Gejala Kilnis : Sesak napas dengan karakteristik berhubungan dengan aktifitas (dipneu on effort), bila penyakit tambah berat sudah terasa sesak walau hanya aktifitas ringan. Batuk dengan dahak tidak banyak.
• Pemeriksaan Fisik : toraks hiperinlasi. Haus diwaspadai sebab bias dijumpai pada asma bronchial. Hiperinflasi menimbulkan barrel chest, suara ketok hipersonor dan suara napas menurun.
• Radiologi : Diafragma datar
dan letak rendah, sinus prenico –
costalis tumpul, ruang retrosternal
melebar, volume bertambah besar),
Penipisan vesikuler dan hiperlusen
• Penatalaksanaan :
• Edukasi untuk penderita dan keluarga• Berhenti merokok, hindari paparan factor iritan• Rehabilitasi• Terapi oksigen• Bronkodilator• Antikolinergik (ipratropium bromide 40meg sehari 3-4
kali)• Golongan xanthine (ainophyline/theophyline sehari 3
x 1 tablet)• Agonis beta2, salbutamol 200meg sehari 3-4 kali,
fenoterol 200meg sehari 3-4 kali• Nutrisi
Bronchitis
* Etiologi :
Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytialvirus (RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain, faktor lingkungan (merokok)
Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella).
Jamur
Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain
• Gejala Klinis :
Demam (biasanya ringan)
Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).
Sesak napas, rasa berat bernapas,
Bunyi napas mengi atau ± ngik
Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada
Kadang Hemoptosis
• Pemeriksaan Fisik :
Denyut jantung > 100 kali per menit
Frekuensi napas > 24 kali per menit
Suhu > 38°C
tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas.
Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea. Mungkin ada nasofaringitis
Paru:ronki basah kasaryg tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk),wheezing dan krepitasi
• Foto Thoraks X-ray
Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
• Pemeriksaan Laboratorium :
Leukosit > 17.500
tes C-reactive protein
kultur pernafasan, kultur darah, kultur sputum
tes serum aglutinin
pemeriksaan sekresi nasofaringeal
pengukuran serum immunoglobulin total, subkelas IgG, dan produksi antibodi spesifik
• Penatalaksanaan :
Antitusif, ekspektorant, antipiretik, bronkodilator, antibiotika
Bronkiektasis
• Etiologi : Kelainan kongenital, kelainan yang di dapat (Infeksi, obstruksi bronkus).
• Gejala klinis : Batuk kronik, hemoptisis, dispnea, Demam berulang
• Pemeriksaan fisik : di temukan ronki basah pada lobus bawah, retraksi dinding dada, berkurangnya gerakan dada.
• Radiologi : pada foto thoraks biasanya di temukan kista-kista kecil dengan fluid level, mirip dengan gambaran sarang tawon (honey comb appearance)
• Penatalaksanaan : Pengobatan koservatif (pengelolaan umum, pengelolaan khusus, pengobatan simptomatis) dan Pengobatan pembedahan
Differntial Diagnose
Gejala pada Skenario
Batuk Sesak
Asma(+)
Berdahak(+)
Suara nafas wheezing
Ca Paru(+)
Hemoptisis
(+)Suara nafas wheezing,
biasanya stridor
Emfisema(+)
Dengan dahak sedikit(++)
Walau aktifitas ringan
Bronchitis(+)
berdahak/tdk. Berdahak(+)
Suara nafas Mengi
Bronchiektasis(+)
Kronik(+)
Suara nafas ronki
9. Terapi Pencegahan dan Upaya Penghentian
• Pendekatan 5 A’S• Pendekatan 5R’s
• Relevance • Risk • Reward • Roadblock• Repetition
• Terapi farmakologi• NRT • Bupropion SR • Varenecline
Daftar pustaka
• Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2001. Halaman: 256.
• Sabarguna A. Atlas Alur untuk Diagnosis dan Terapi. Jakarta: UI. 2006. Halaman: 209-215.
• Yuwono S. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: UNAIR. 2010. Halaman: 9, 55, 111, dan 149.
• Wiyadi. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: UNAIR. 2005. Halaman: 10, 15, 31, 56, 70, 84, dan 94.
• Winariani K. Dasar-dasar Diagnostik Fisik Paru. Surabaya: UNAIR. 2012. Halaman: 4, dan 9-13.
• Prince, Sylvia & Wilson, Lorraine. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC. Halaman: 664, 688, dan 745
• Ariyadin. Relakah Mati Demi Sebatang Rokok. Yogyakarta: Manyar Media. Halaman: 19, 69, dan 85.
• Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Halaman: 114-150.
TERIMA KASIH