12
PANDUAN PESERTA Modul no: 3 Kolegium Ilmu Orthopaedi & Traumatologi PENATALAKSANAAN DISLOKASI PANGGUL AKUT ICOPIM: 8-209, 5- 796 Keterkaitan dengan Modul lain Modul reduksi tertutup dan imobilisasi 1. WAKTU Modul ini untuk tingkat bedah dasar dan bedah lanjut pertama. 2. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini peserta program mampu memahami dan mengerti tentang anatomi, patofisiologi-biomekanik, cara mendiagnosa, cara penatalaksanaan terapi non- operatif/operatif, komplikasi penatalaksanaan terapi non- operatif/operatif, rehabilitasi pasca tindakan. 3. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mengikuti sesi ini peserta program akan memiliki kemampuan untuk: 1. Manpu menjelaskan tipe dan klasifikasi dislokasi panggul akut (tingkat kompetensi 2. mampu menjelaskan gejala klinis dan patologi dan masing- masing tipe dan klasifikasi dislokasi panggul akut 3. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien dan atau keluarga mengenai fraktur dislokasi tertutup dan penatalaksanaanya serta hal-hal yang mungkin terjadi selama atau sesudah penatalaksanaan 4. melakukan penatalaksanaan pre-operatif, operatif dan pasca operatif sesuai dengan tipe dan klasifikasinya termasuk indikasi mutlak dan kontra indikasi operatif 5. Melakukan tindakan reduksi tertutup dislokasi panggul akut dan mampu melakukan reduksi terbuka bila dislokasi panggul tidak bisa direduksi 1

Modul 3 Panduan Peserta

  • Upload
    anamsel

  • View
    260

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

modul

Citation preview

PENANGANAN FRAKTUR RADIUS ULNA

PANDUAN PESERTA

Modul no: 3

Kolegium Ilmu Orthopaedi & Traumatologi

PENATALAKSANAAN DISLOKASI PANGGUL AKUT

ICOPIM:

8-209, 5-796

Keterkaitan dengan

Modul lain

Modul reduksi tertutup dan imobilisasi

1. WAKTU

Modul ini untuk tingkat bedah dasar dan bedah lanjut pertama.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mengikuti sesi ini peserta program mampu memahami dan mengerti tentang anatomi, patofisiologi-biomekanik, cara mendiagnosa, cara penatalaksanaan terapi non-operatif/operatif, komplikasi penatalaksanaan terapi non-operatif/operatif, rehabilitasi pasca tindakan.

3. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mengikuti sesi ini peserta program akan memiliki kemampuan untuk:

1. Manpu menjelaskan tipe dan klasifikasi dislokasi panggul akut (tingkat kompetensi

2. mampu menjelaskan gejala klinis dan patologi dan masing-masing tipe dan klasifikasi dislokasi panggul akut

3. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien dan atau keluarga mengenai fraktur dislokasi tertutup dan penatalaksanaanya serta hal-hal yang mungkin terjadi selama atau sesudah penatalaksanaan

4. melakukan penatalaksanaan pre-operatif, operatif dan pasca operatif sesuai dengan tipe dan klasifikasinya termasuk indikasi mutlak dan kontra indikasi operatif

5. Melakukan tindakan reduksi tertutup dislokasi panggul akut dan mampu melakukan reduksi terbuka bila dislokasi panggul tidak bisa direduksi

6. Mampu mendeteksi dan menangani komplikasi dini yang terjadi pasca tindakan.

7. Melaksanakan penanganan rehabilitasi pasca tindakan melalui kerjasama tim

4. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

WAKTU & METODE

A. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui metode:

1) Pengajaran dan Kuliah (2 x 30 menit)

2) Small group discussion (4 x 30 menit)

3) Video Assited (2 x 20 menit )

4) Bedside teaching (7 round)

5) Observer pada tindakan dan Asistensi (3 kali)

6) Tindakan dengan bimbingan (3 kali)

7) Mandiri (1 kali)

B. Peserta program paling tidak sudah harus mempelajari:

1. bahan acuan wajib (referensi)

2. ilmu dasar yang berkaitan dengan topik pembelajaran

3. ilmu klinis dasar

C. Penuntun belajar (learning guide) terlampir

D. Tempat belajar (training setting): bangsal bedah,

kamar operasi, bangsal perawatan pasca operasi.

5. KOMPETENSI

Tahapan Bedah Dasar (semester I-III)

1. Persiapan praoperasi

Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, Informed consent

2. Follow up dan rehabilitasi

Tahapan Bedah Lanjut (semester IV-VII) dan chief resident (semester VIII-IX)

1. Persiapan praoperasi

Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, Informed consent

2. Melakukan penganganan non operatif (bimbingan, mandiri) setelah sebelumnya pernah manjadi asisten

3. Penanganan komplikasi

4. Follow up dan rehabilitasi

5. Tata cara merujuk pada spesialis Orthopaedi dan Traumatologi

6. REFERENSI

1. SalterR. Textbook of disorder and injuries of the musculoskeletal system. 3rd ed, Baltimore: Williams and Wilkins, 1999.

2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 8th ed. Great Britain, Arnold. 2001.

3. Canale ST. Campbell's Operative Orthopaedics. 10th ed. Baltimore. Mosby. 2001.

4. Rockwood and Greens Fractures in Adults and in Children.

5. Hoppenfeld S. Surgical Exposure in Orthopaedic the anatomic approach. 2nd ed. Philladelphia. Lipincott William and Wilkins. 1994.

7. GAMBARAN UMUM

Besarnya insiden dislokasi panggul berhubungan langsung dengan insiden kecelakaan lalu-lintas, yang berhubungan erat dengan mekanisme cedera. Lebih dari 50% kejadian disertai fraktur di tempat lain. Dislokasi panggul anterior terjadi sekitar 10-15% dari keseluruhan dislokasi panggul, sisanya berupa dislokasi panggul posterior.

Sendi panggul terdiri dari konfigurasi bola dan kantongnya dengan stabilitas yang ditentukan oleh ligamen dan tulang yang terkait. Acetabulum dibentuk dari pertemuan antara os ischium, ileum dan pubis pada kartilago triradiata. Kapsul sendi panggul dibentuk dari serat longitudinal tebal yang merupakan kondensasi dari beberapa ligamen (ligamen iliofemoral, pubofemoral, dan ischiofemoral) yang tersusun secara spiral, untuk mencegah ekstensi panggul yang berlebihan.

Dislokasi panggul hampir selalu berhubungan dengan trauma yang disertai enegi besar, seperti kecelakaan motor, jatuh dari ketinggian, atau kecelakaan kerja di lokasi perindustrian. Arah dislokasi, anterior atau posterior, ditentukan berdasarkan arah energi benturan dan posisi ekstremitas pada saat cedera

Inspeksi trauma secara menyeluruh sangat penting mengingat bahwa dislokasi sendi panggul selalu diakibatkan oleh hantaran energi yang besar. Pasien sering dalam keadaan tidak sadar. Trauma pada intraabdominal, toraks, atau fraktur pada acetabulum, pelvis atau tulang belakang sering terdapat bersamaan dengan dislokasi sendi panggul. Pasien mengeluh tidak mampu menggerakkan ekstremitas bawah dan nyeri. Tampilan klasik dari pasien dengan dislokasi panggul posterior adalah nyeri hebat dengan posisi sendi panggul dalam keadaan fleksi, rotasi internal, dan adduksi. Sementara pasien dengan dislokasi anterior menahan panggul dalam keadaan rotasi eksternal, fleksi dan abduksi.

Reduksi dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya osteonekrosis caput femoris. Rekomendasi dilakukannya reduksi dengan metode terbuka ataupun tertutup masih kontroversial. Sebagian besar pendapat merekomendasikan reduksi tertutup yang segera dilakukan. Sedangkan sebagian merekomendasikan segera dilakukannya reduksi terbuka dengan pembedahan pada dislokasi disertai fraktur, dengan tujuan untuk membuang fragmen dan merekonstruksi tulang yang fraktur.

Prognosis memburuk dengan bermakna bila reduksi baik terbuka maupun tertutup ditunda selama lebih dari 12 jam. Fraktur asetabulum dan caput femoris dapat ditatalaksana kemudian pada fase subakut.

8. PENUNTUN BELAJAR

Penuntun belajar tindakan terapi non operatif

No.

Daftar cek penuntun belajar prosedur non operasi

Sudah

dikerjakan

Belum

Dikerjakan

PERSIAPAN TINDAKAN

1

Informed consent

2

Laboratorium

3

Pemeriksaan tambahan

ANASTESI

1

Narcose dengan general anesthesia, regional, lokal

TINDAKAN REDUKSI

1

Penderita diatur dalam posisi telentang

2

Teknik reduksi

3

Imobilisasi pasca reduksi

PERAWATAN PASCA REDUKSI

1

Komplikasi dan penanganannya

2

Pengawasan terhadap arteri perifer

3

Perawatan traksi kulit

Catatan: Sudah/belum dikerjakan beri tanda

9. CONTOH KASUS

Kasus 1

Keluhan Utama : nyeri pinggang kanan sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

3 jam sebelummasuk rumah sakit, pasien naik sepeda motor dan menabrak gerobak, pasien jatuh dengan lutut kanan membentur trotoar. Riwayat pingsan disangkal, mual (-), muntah (-), pasien kemudian dibawa ke rumah sakit

Pemeriksaan Fisik;

Primary Survey

Airway: clear

Breathing: spontan 22 x/menit, simetris

Circulation: akral hangat, Nadi 104 x/menit

Disability:Alert

Regio Sendi panggul kanan

L: luka (-), deformitas (+), fleksi (+), adduksi (+), endorotasi (+)

F: nyeri tekan (+), sensory (+), a. femoralis (+)

M: terbatas

X Ray Hip Joint dekstra :

Dislokasi caput femur ke anterior terhadap acetabulum

Pertanyaan :

1. Bagaimana manajemen panatalaksanan kasus diata

2. Ada berapa tipe untuk mereposisi dislokasi hip join, sebutkan

Kasus 2

Keluhan Utama : nyeri pinggang kiri sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

10 jam sebelummasuk rumah sakit, pasien naik sepeda motor dan menabrak motor lain, pasien jatuh dengan lutut kiri membentur trotoar. Riwayat pingsan disangkal, mual (-), muntah (-), pasien kemudian dibawa ke rumah sakit

Pemeriksaan Fisik;

Primary Survey

Airway: clear

Breathing: spontan 22 x/menit, simetris

Circulation: akral hangat, Nadi 104 x/menit

Disability:Alert

Regio Sendi panggul kiri

L: luka (-), deformitas (+), fleksi (+), adduksi (+), endorotasi (+)

F: nyeri tekan (+), sensory (+), a. femoralis (+)

M: terbatas

X Ray Hip Joint Sinistra :

Dislokasi caput femur ke anterior terhadap acetabulum

Pertanyaan :

1. Bagaimana manajemen panatalaksanan kasus diatas

2. Apa komplikasi dari kasus diatas

10. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk, MCQ, essay dan oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta program dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas;

Anatomi

Cara penegakan diagnosis

Komunikasi bersifat empatik (diberikan dalam kuliah bedah dan praktek bedah pada umumnya.

Terapi non operatif/ operatif

Komplikasi dini

Follow up

2. Selanjutnya dilakukan "small group discussion" bersama dengan fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.

3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, peserta program diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk role-play dengan teman-temannya (peer assisted learning) atau kepada SP (standardized patient), Pada saat tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi (peer assisted evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metoda bedside teaching di bawah pengawasan fasilitator, peserta program mengaplikasikan penuntun belajar kepada nodel anatomik dan setelah kompetensi tercapai peserta program akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut:

Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan

Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien

Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien)

4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditenrakan.

5. Self assessment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar

6. Pendidik/fasilitas:

Pengamatan langsung dengan memakai Daftar Tilik

Penjelasan lisan dari peserta program / diskusi

Kriteria penilaian keseluruhan: cakap / tidak cakap / lalai.

7. Di akhir penilaian peserta program diberi masukan. dan bila diperlukan. diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical education)

Bentuk Ujian / test latihan:

Ujian Bedah Dasar

Ujian akhir stase, setiap diisi/unit kerja oleh masing-masing pendidikan.

Ujian kognitif pendidikan program percepatan pelayanan orthopaedi dan traumatologi oleh IPDS-IOT disahkan oleh Kolegium lmu Orthopaedi dan Traumatologi

11. PRESENTASI

Bahan 1: Anatomi dan Surgical Approach

Bahan 2: Power Point Materi Baku

Bahan 3: Video Assisted, Teknik reduksi tertutup

Bahan 1. anatomi dan reduksi

Gambar 1. Klasifikasi dislokasi panggul menurut Thomson dan Eipstein

Gambar 2. Klasifikasi dislokasi panggul anterior menurut Eipstein

Gambar 3. Klasifikasi dislokasi panggul menurut Orthopaedic Trauma Association (OTA)

Gambar 4. Teknik Allis

Gambar 5. Teknik Bigelow

Gambar 6. Teknik Stimson

Bahan 2: Power Point Materi Baku

Bahan 3: Video Assisted, Teknik reduksi tertutup

Anterior (30-D10)

Posterior (30-D11)

Obturator (30-D30)

PAGE

9