Upload
others
View
15
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
MODUL PEMBELAJARAN
ILMU DASAR KEPERAWATAN I
TIM PENYUSUN
Dr. HANY PUSPITA, dr., M.Kes., M.M
ELLY RUSTANTI, S. Si., M. Sc
ii
MODUL PEMBELAJARAN
ILMU DASAR KEPERAWATAN I
Tim Penyusun:
Dr. HANY PUSPITA, dr., M.Kes., M.M
ELLY RUSTANTI, S. Si., M. Sc
Penerbit: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkat dan karunia dan hidayahNya akhirnya Penulis mampu menyelesaikan penyusunan
modul Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I ) dengan metode pembelajaran Kurikulum
Berbasis KKNI 2015. Modul ini disusun sebagai salah satu media pembelajaran bagi
mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I ) yang menjelaskan
kepada mahasiswa tentang metode pembelajaran, penilain selama pembelajaran dan materi
pembelajaran. Dengan adanya modul ini diharapkan mahasiswa dapat belajar secara
mandiri dan mengerti akan tujuan pembelajaran.
Penyusunan modul ini belum sempurna, penulis dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan modul pembelajaran ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan memberikan perkembangan
positif dalam pendidikan keperawatan.
Jombang, Agustus 2019
Penulis
iv
Daftar isi
Halaman judul ............................................................................................... i
Kata pengantar ............................................................................................... ii
Daftar isi ........................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan ......................................................................................... 1
Deskripsi modul dan tujuan modul ................................................................ 1
Informasi mata kuliah .................................................................................... 1
Rancangan Program Pembelajaran ................................................................ 3
Bab II Materi Perkuliahan ............................................................................. 11
Daftar Pustaka ............................................................................................... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Modul
Modul ini sebagai panduan mahasiswa dalam materi Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I
) yang berisi tentang teori dan model keperawatan mahasiswa mampu memahami
tentang konsep profesi keperawatan, paradigma keperawatan, teori keperawatan dan
kebutuhan dasar manusia serta mengintegrasikannya ke dalam cabang ilmu keperawatan
lain dan memodifikasikan sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan dengan
metode pembelajaran Kurikulum disesuaikan dengan KKNI 2015.
B. Tujuan Modul
Setelah menggunakan modul ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori dan
model keperawatan mahasiswa mampu memahami tentang konsep profesi keperawatan,
paradigma keperawatan, teori keperawatan dan kebutuhan dasar manusia serta
mengintegrasikannya ke dalam cabang ilmu keperawatan lain dan memodifikasikan
sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatandengan metode pembelajaran
Kurikulum disesuaikan dengan KKNI 2015.
C. INFORMASI MATA KULIAH
Materi : Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I )
Sasaran : Mahasiswa keperawatan semester I
DESKRIPSI MATA KULIAH
Fokus pada pemahaman teori dan model keperawatan mahasiswa mampu memahami
tentang konsep profesi keperawatan, paradigma keperawatan, teori keperawatan dan
kebutuhan dasar manusia serta mengintegrasikannya ke dalam cabang ilmu keperawatan
lain dan memodifikasikan sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan. Dengan
pendekatan proses keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah keperawatan, dalam
menjalankan peran perawat sebagai care provider, advocacy dan educator dan
berlandaskan pada wawasan budaya.
STANDART KOMPETENSI :
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ilmu keperawatan dasar I mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan konsep paradigma keperawatan
2. Menjelaskan perkembangan keperawatan profesional, keperawatan sebagai profesi
dan profil perawat profesional
2
3. Menjelaskan konsep caring
4. Menjelaskan konsep kebutuhan dasar manusia
5. Menjelaskan konsep perawatan diri (Personal Hygiene)
3
RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
Minggu Kemampuan akhir
yang diharapkan
Bahan kajian Strategi
pembelaja
ran
Waktu Refrensi
I Hard skill
Mahasiswa mampu
menjelaskan konsep
paradigma
keperawatan.
Soft Skill
Mahasiswa memiliki
Tanggung jawab,
antusias,
Komunikasi,
menghargai
pendapat, kerjasama
kelompok, serta
mampu
1. Paradigma keperawatan
2. Konsep Manusia
3. Konsep Lingkungan
4. Konsep sehat sakit
5. Konsep keperawatan
6. Asuhan keperawatan
7. Teori dan Konsep Asuhan
keperawatan
Discovery
learning
2x50
menit
1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.
Pengantar Dokumentasi
Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta
2. Hidayat A. Aziz Alimul.
(2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
3. Asmadi.(2008). Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
EGC
4. Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009. Fundamental
4
mengaplikasikan
konsep–konsep dasar
keperawatan yang
telah diberikan dan
menunjukkan sikap
yang sesuai dengan
sikap perawatan
profesional.
of Nursing 7th Edition.
Singapore: Elsevier
5. BPPSDM Depkes RI. 2013.
Konsep Dasar Keperawatan
Kegiatan Belajar 2: Falsafah
dan Paradigma Keperawatan.
Jakarta: Depkes RI
6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.
Patricia. 2002. Fundamental
of Nursing: Standard and
Practice 2nd Edition. Delmar.
New York: Delmar
II Hard Skill
Mahasiswa mampu
menjelaskan
perkembangan
keperawatan
profesional,
keperawatan sebagai
1. Perkembangan keperawatan
profesional
Sejarah perkembangan
keperawatan di dunia
Perkembangan keperawatan
di Indonesia
Perkembangan organisasi
profesi keperawatan
2. Keperawatan sebagai profesi
Pengertian perawat dan
Discovery
learning
2x50
menit
1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.
Pengantar Dokumentasi
Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta
2. Hidayat A. Aziz Alimul.
(2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
5
profesi dan profil
perawat profesional
Soft Skill
Mahasiswa memiliki
Tanggung jawab,
antusias,
Komunikasi,
menghargai
pendapat, kerjasama
kelompok, serta
mampu
mengaplikasikan
konsep–konsep dasar
keperawatan yang
telah diberikan dan
menunjukkan sikap
yang sesuai dengan
sikap perawatan
profesional.
profesi
Ciri – ciri dan karateristik
profesi
Jakarta: Salemba Medika
3. Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
EGC
4. Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009. Fundamental
of Nursing 7th Edition.
Singapore: Elsevier
5. BPPSDM Depkes RI. 2013.
Konsep Dasar Keperawatan
Kegiatan Belajar 2: Falsafah
dan Paradigma Keperawatan.
Jakarta: Depkes RI
6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.
Patricia. 2002. Fundamental
of Nursing: Standard and
Practice 2nd Edition. Delmar.
New York: Delmar
6
III Hard Skill
Mahasiswa mampu
menjelaskan konsep
caring
Soft Skill
Mahasiswa memiliki
Tanggung jawab,
antusias,
Komunikasi,
menghargai
pendapat, kerjasama
kelompok, serta
mampu
mengaplikasikan
konsep–konsep dasar
keperawatan yang
telah diberikan dan
menunjukkan sikap
yang sesuai dengan
1. Definisi Konsep Caring
2. Teori caring dalam keperawatan
3. Konsep caring menurut para
ahli
4. Cara membangun caring
5. Penerpan teori caring pada
tatanan pelayanan kesehatan
Discovery
learning
2x50
menit
7. Aziz Alimul Hidayat , 2002.
Pengantar Dokumentasi
Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta
8. Hidayat A. Aziz Alimul.
(2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
9. Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
EGC
10. Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009. Fundamental
of Nursing 7th Edition.
Singapore: Elsevier
11. BPPSDM Depkes RI. 2013.
Konsep Dasar Keperawatan
Kegiatan Belajar 2: Falsafah
7
sikap perawatan
profesional.
dan Paradigma Keperawatan.
Jakarta: Depkes RI
12. DeLaune, Sue C, Ladner, K.
Patricia. 2002. Fundamental
of Nursing: Standard and
Practice 2nd Edition. Delmar.
New York: Delmar
IV Hard Skill
Mahasiswa mampu
menjelaskan Konsep
Kebutuhan Manusia
Maslow
Soft Skill
Tanggung jawab,
antusias,
Komunikasi,
menghargai
pendapat, kerjasama
kelompok, serta
Konsep Kebutuhan Manusia
Maslow :
Lima (5) kebutuhan dasar
Maslow
- Kebutuhan Fisiologis
- Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan
- Kebutuhan Sosial
- Kebutuhan Penghargaan
- Kebutuhan Aktualisasi Diri
Discovery
learning
2x50
menit
1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.
Pengantar Dokumentasi
Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta
2. Hidayat A. Aziz Alimul.
(2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
3. Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
EGC
8
mampu
mengaplikasikan
konsep–konsep dasar
keperawatan yang
telah diberikan dan
menunjukkan sikap
yang sesuai dengan
sikap perawatan
profesional.
4. Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009. Fundamental
of Nursing 7th Edition.
Singapore: Elsevier
5. BPPSDM Depkes RI. 2013.
Konsep Dasar Keperawatan
Kegiatan Belajar 2: Falsafah
dan Paradigma Keperawatan.
Jakarta: Depkes RI
6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.
Patricia. 2002. Fundamental
of Nursing: Standard and
Practice 2nd Edition. Delmar.
New York: Delmar
V Hard Skill
Mahasiswa mampu
menjelaskan
kebutuhan perawatan
diri (personal
Kebutuhan perawatan diri
(personal hygiene):
- Faktor yang mempengaruhi
praktik hygiene
- Tipe perawatan hygienis
- Perawatan kulit, kuku &
rambut
Discovery
learning
1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.
Pengantar Dokumentasi
Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta
2. Hidayat A. Aziz Alimul.
9
hygiene)
Soft Skill
Tanggung jawab,
antusias,
Komunikasi,
menghargai
pendapat, kerjasama
kelompok, serta
mampu
mengaplikasikan
konsep–konsep dasar
keperawatan yang
telah diberikan dan
menunjukkan sikap
yang sesuai dengan
sikap perawatan
profesional.
- Proses keperawatan &
perawatan kulit:
a. Pengkajian fisik kulit
b. Resiko kerusakan kulit
c. Dx. Keperawatan
d. Rencana tindakan:
Memandikan
Perawatan perineum
Massage
Perawatan kaki & kuku
Hygiene mulut
Perawatan rambut
Perawatan dasar mata
Membersihkan telingan
Perawatan hidung
Mempertahankan
kenyamanan (kebersihan &
penataan lingkungan sekitar
pasien ex. Bedmaking)
(2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
3. Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
EGC
4. Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009. Fundamental
of Nursing 7th Edition.
Singapore: Elsevier
5. BPPSDM Depkes RI. 2013.
Konsep Dasar Keperawatan
Kegiatan Belajar 2: Falsafah
dan Paradigma Keperawatan.
Jakarta: Depkes RI
6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.
Patricia. 2002. Fundamental
of Nursing: Standard and
10
Practice 2nd Edition. Delmar.
New York: Delmar
11
BAB II
MATERI PERTEMUAN PERTAMA
PARADIGMA KEPERAWATAN
1. Pengertian keperawatan
Cara pandang yang mendasar/cara kita melihat, memikirkan, memberi
makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada
dalam keperawatan.
2. Konsep Dasar Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan terdiri atas 4 konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
Manusia
Makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual
unik dan utuh
mempunyai kebutuhan dasar : keseimbangan bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual.
Mempunyai siklus hidup : tumbuh, kembang dan memberi
keturunan
Memiliki kemampuan mengatasi perubahan dunia
mempunyai kapasitas berpikir, belajar, bernalar, berkomunikasi
dan mengembangkan budaya dan nilai-nilai.
Berorientasi terhadap waktu
mampu berjuang untuk mencapai tujuan
12
mempunyai keingainan untuk mewujudkan diri
Berusaha mempertahankan keseimbangan melalui interaksi dengan
lingkungannya
berespon positif terhadap perubahan lingkungan melalui adaptasi
dan memperbesar potensi.
selalu mencoba mempertahankan kebutuhannya melalui
serangkaian peristiwa : belajar, menggali serta menggunakan
sumber-sumber yang diperlukan berdasarkan potensi dan
keterbatasannya
sebagai sasaran pelayanan keperawatan adalah manusia yang
berpotensi secara aktif terlibat dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya.
Dalam keperawatan disebut sebagai klien yang mencakup
individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Lingkungan
lingkungan dalam keperawatan adalah faktor yang bisa
mempengaruhi kesehatan manusia yang mencakup lingkungan internal dan
eksternal.
Lingkungan Internal adalah yang berasal dari dalam manusia itu
sendiri yang mencakup faktor genetik, mutasi biologi, jenis kelamin, emosi
(psikologis) dan predisposisi terhadap penyakit dan faktor perilaku.
Lingkungan Eksternal adalah lingkungan di sekitar manusia,
mencakup lingkungan fisik dan biologis, sosial, kultural dan spiritual.
Dapat juga diartikan sebagai lingkungan masyarakat :kumpulan individu
yang terbentuk karena interaksi antara manusia, budaya dan aspek spiritual
yang dinamis, mempunyai tujuan dan sistem nilai, serta berada dalam
suatu hubungan yang bersifat saling bergantung yang terorganisir.
13
Masyarakat
Masyarakat adalah sistem sosial dimana semua orang bersatu untuk
saling melindungi dan untuk kepentingan bersama, serta dalam
hubungannya dengan lingkungan atau mencapai tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar yang optimal.
Keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat. Unit -
unit di masyarakat terbagi menjadi individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas.
3. Konsep Sehat Sakit
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dalam rentang sehat sakit
yang dapat diartikan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan.
Kesehatan Diyakini sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi sesuai UU no 23/1992 tentang kesehatan.
Sehat berarti bukan hanya bebas dari penyakit tetapi meliputi
seluruh kehidupan manusia termasuk aspek, sosial, psikologis, spiritual,
faktor- faktor lingkungan, ekonomi, pendidikan dan rekreasi.
Sakit berarti kegagalan atau gangguan dalam proses tum- bang,
gangguan fungsi tubuh, dan penyelesaian diri manusia secara keseluruhan
atau gangguan salah satu fungsi tubuh.
Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang
untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada
skala yang bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan . Konsep sehat di gunakan sebagai
landasan untuk mencapai sasaran keperawatan.
Hal-hal yang mempengaruhi keyakinan dan praktek sehat :
a Variabel internal
14
– Tingkat perkembangan
– Latar belakang pendidikan
– Persepsi fungsional
– Faktor emosi dan spiritual
b Variabel eksternal
– Kebiasaan keluarga
– Faktor sosial ekonomi
– Latar belakang budaya
4. Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehansif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik
sakit maupun sehat.
Keperawatan mencakup seluruh siklus kehidupan manusia berupa
bantuan, yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan/atau mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada
penyediaan pelayanan kesehatan utama dalam usaha mengadakan
perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan setiap
orang mencapai hidup sehat dan produktif.
5. Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mencapai kemandirian
klien dalam meningkatkan status kesehatan secara optimal. Dimana tujuan
Asuhan keperawatan untuk pencegahan penyakit serta peningkatan
keadaan sehat.
Keperawatan memberikan pelayanan dan asuhan kesehatan yang
ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan
menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah yang
15
dihadapinya berupa tidak terpenuhinya KDM sbagai akibat
ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan.
6. Teori dan konsep keperawatan
Diimplemantasikan secara terpadu dalam tahapan yang
terorganisasikan dalam bentuk proses keperawatan. Dimana proses
keperawatan menggunakan metode penyelesaian masalah secara ilmiah,
meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan
tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi hasil tindakan
keperawatan.
16
MATERI PERTEMUAN KE DUA
SEJARAH KEPERAWATAN
1. Sejarah Keperawatan Internasional
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada
di bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan
peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke
abad terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di
dunia.
1. Sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia itu ada)/Zaman Purba
Di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri
untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu.
Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini
adalah menyusui anaknva sehingga harapan pada awal perkembangan
keperawatan, perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc)
kemudian bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini orang
masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang
dapat mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini dikenal
dengan nama animisme, di mana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib
sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapat
menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan
kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai ibu
yang merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan perawatan
fisik serta mengobati penyakit dengan menghilangkan pengaruh jahat.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa di
mana pada masa itu penyakit dianggap disebabkan karena kemarahan
dewa sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang
yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest
17
physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah
dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam
merawat orang sakit serta kelompok kasih sayang yang anggotanya
menjauhkan diri dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada
perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-
rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu
keperawatan.
2. Zaman keagamaan
Perkembangan keperawatan ini mulai bergeser ke arah spiritual di
mana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau
kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah,
sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut sebagai. tabib
yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati
adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap
sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di
mana pada saat itu banyak membentuk diakones (deaconesses), suatu
organisasi wanita yang bertujuan mengunjungi orang sakit sedangkan
orang laki-laki di berikan tugas dalam membrikan perawatan untuk
mengubur bagi orang yang meninggal, sehingga pada saat itu
berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu
rumah sakit di gunakan sebagai tempat merawat orang sakit,orang
cacat,miskin dan yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia,
khususnya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju
seiring dengan perkembangan agama Islam.
18
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama
islam di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana
dalam AlQuran di tuliskan pentingnya menjaga kebersihan diri,
makanan, lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan
tokoh Islam dalam keperawatan yang di kenal dengan nama Rufaidah.
4. Zaman permulaan abad 21
Pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah,
tidak lagi dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah
kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu adalah masa perang
dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan
pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan
untuk merawat sakit tidak lagi digunakan.
5. Zaman sebelum perang dunia kedua
Pada masa perang dunia kedua ini timbal prinsip rasa cinta sesama
manusia di mana saling membantu sesama manusia yang
membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh
keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari adanya
pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, Florence
Nightingale mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan
keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuan
jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha
Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar di pendidikan
perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat mnetapkan tujuan
pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus di
miliki para calon perawat.
Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan
membantu para korban akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma
dan Turki yang dirawat di sebuah barak rumah sakit (scutori)
19
yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah
sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan
dengan nama Nightingale Nursing School.
6. Masa selama perang dunia kedua
Selama masa selama perang ini timbal tekanan bagi dunia
pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan yang
panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat
mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
7. Masa pascaperang dunia dua
Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya
penderitaan yang panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan
perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat.
Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keperawatan pada masa itu
diawali adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,
pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan
masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang
mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran dengan diawali adanya
penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk memberikan
penyembuhan bagi pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan
kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga
terdapat kebijakan Negara tentang peraturan sekolah perawat.
Pada masa itu perekembangan perawat di mulai adanya sifat
pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan
yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat di akui sebagai profesi
sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian
penghargaan pada perawat atas tangung jawabnya dalam tugas.
8. Periode tahun 1950
20
Pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan
khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di
negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan
doktoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah mulai
dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan
adalah suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Sejarah Keperawatan Nasional
Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak
dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan
Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa
diantaranya:
A. Masa sebelum kemerdekaan,
Pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai Verpleger dengan
dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat
tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang
terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa
Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan
rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk
kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam
keperawatan.
Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka
memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik
manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam
memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran
21
secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan
jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada
tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun
1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal
dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian
diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi
kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang.
Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
B. Masa setelah kemerdekaan
Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta
balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada
tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan
diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan
keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di
Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan
dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka
menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun
kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di
berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta,
Surabaya dan lain-lain.
22
MATERI PERTEMUAN KE TIGA
KONSEP CARING
1. Definisi
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam
keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan.
Rubenfeld (1999), mendefinisikan caring: memberikan asuhan ,
dukungan emosional pada klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal
maupun non verbal. Jean Watson (1985), caring merupakan komitmen
moral untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan martabat
manusia.
2. Teori Caring Dalam Keperawatan
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat
pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua
orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita
penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989).
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang
berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.
Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan
perspektif etik .
Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut
Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari
23
upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri .
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh .
Lebih lanjut Mayerhoff memandang caring sebagai suatu proses yang
berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Mayerhoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring
seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring
sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai
suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari
orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan
pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai
seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat
melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect
yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati
terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada
dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien .
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik
dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999)
24
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,
psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja
bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian,
kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada
disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan
(Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para
perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk
memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring .
Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan
berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya
memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik,
tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat
memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien.
3. Konsep Caring Menurut Para Ahli
Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut
Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi
tersebut adalah;
1. caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara
interpersonal,
2. caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
3. caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan
keluarga,
4. caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya
saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang
tersebut nantinya,
25
5. lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam
memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
6. caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku
manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan
membantu klien yang sakit,
7. caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).
Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh
faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu
pengetahuan dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai
manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman
nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam
melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah;
1. Forming a humanistic – altruistic
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu
kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan
diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien,
2. Instilling faith & hope
Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu,
perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan
kesehatan,
3. Cultivating sensitivity to one’s self
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga
ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada
orang lain.
4. Developing a helping – trust relation
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan
sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga
26
karakter yang diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen,
empati, dan kehangatan.
5. Expressing & feeling
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua
keluhan dan perasaan klien.
6. Using creative problem-solving caring process
Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk
pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses
keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
7. Promoting interpersonal teaching – learning
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan
asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
8. Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical
sociocultural & spiritual environment
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal
dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
9. Assisting with the gratification of human needs
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke
tingkat selanjutnya.
10. Allowing for existential-phenomenologic forces
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-
kadang seorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran
yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).
27
Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan tiga faktor
karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga faktor karatif
tersebut adalah: pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik,
memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas
terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995).
Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar
semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan
profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan
faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri
sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006).
Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang
dikemukakan oleh Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani
dan kebutuhan pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan demikian,
perawat dituntut untuk mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan
menerapkannya dalam profesi keperawatan dalam memberikan perawatan
dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring menurut Watson dapat
disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual
dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008)
Lima C dari caring, Roach (1984) :
1. Compassion (Kasih sayang)
2. Competence (Kompetensi)
3. Conscience (Kesadaran)
4. Confidence (Kepercayaan)
5. Commitment (Komitmen)
Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa
komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu :
1. Terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan
kepada klien
2. Adanya hubungan perawat - klien yang terapeutik,
28
3. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain,
4. Kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien,
5. Kegiatan jaminan mutu (quality assurance).
Sikap Caring
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai
apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam
memberikan asuhan, perawat menggunakan;
1. Keahlian,
2. kata-kata yang lemah lembut,
3. Sentuhan,
4. Memberikan harapan,
5. Selalu berada disamping klien,
6. Bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan.
Spirit Caring
Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat
diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring.
Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal
dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan
apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga
mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat
memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada klien.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Sikap ini diberikan memalui
kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Prilaku caring menolong klien
meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan
sosial. Diyakini, bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan
klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
29
Karakteristik “caring” (menurut Wolf dan Barnum, 1998);
1. Mendengar dengan perhatian,
2. Memberi rasa nyaman,
3. Berkata Jujur,
4. Memiliki kesabaran,
5. Bertanggung jawab,
6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan,
7. Memberi sentuhan,
8. Memajukan sensitifitas,
9. Menunjukan rasa hormat pada klien,
10. Memanggil klien dengan namanya.
Komponen utama “caring” (menurut Mayer, 1971);
1. Pengetahuan,
2. Kesabaran,
3. Kejujuran,
4. Kepercayaan,
5. Kerendahan Hati,
6. Harapan,
7. Keberanian.
Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity and
universality”, beberapa konsep yang didefinisikan antara lain;
1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai,
kepercayaan, norma, dan gaya hidup antar kelompok yang dapat
mempengaruhi cara berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak
dalam pola-pola tertentu,
2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi
dan perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care
30
antara sekelompok orang yang berhubungan, mendukung, atau
perbedaan dalam mengekspresikan human care,
3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas
dalam pembelajaran dan pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup
yang mendukung dan memfasilitasi individu atau kelompok dalam
upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi sejahtera,
mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan,
4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama,
aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah
dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku manusia
dalam lingkungan yang berbeda,
5. care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan
konkrit yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau
perilaku lain yang berkaitan untuk orang lain dalam meningkatkan
kondisi kehidupannya,
6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan
untuk membimbing, mendukung, dan ada untuk orang lain guna
meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam menghadapi kematian,
7. caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan
kognitif dan formal mengenai pengetahuan care serta keterampilan
dan keahlian untuk mendampingi, mendukung, membimbing, dan
memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka meningkatkan
kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau
dalam bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus
dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang
optimal untuk klien. Lydia Hall mengemukakan perpaduan tiga aspek
tersebut dalam teorinya. Care merupakan komponen penting yang berasal
dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri
dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga
31
kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).
Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring
dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat
sebagai disiplin ilmu dan profesi. Kemampuan caring tumbuh di sepanjang
hidup individu, namun tidak semua perilaku manusia mencerminkan caring
(Julia, 1995).
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan
signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah
hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada
bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan
dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien
untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
4. Care sebagai sebuah ide moral
Care adalah semangat, tindakan penting dari inti keperawatan, kekuatan
yang menyatakan, proses dinamik dan intisari struktural. Care adalah nilai,
caring adalah sebuah kebaikan. Mayerhoff (1971) memberikan informasi
yang berhubungan dengan nilai care. Dalam konteks kehidupan manusia,
caring sebagai salah satu cara mengatur nilai-nilainya yang lain dan aktivitas
sekitarnya. Bila pengaturan ini komprehensif, karena keterlibatan caring-nya
terdapat stabilitas dasar dalam kehidupannya. Dengan melayani caring,
seseorang manusia hidup dalam kehidupan sendiri yang berarti.
Carper (1979) “caring” sebagai nilai profesional dan nilai pribadi adalah
pusat penting dalam memberikan standar normatif yang mengatur tindakan
dan sikap kita untuk care kepada siapa. Dalam suatu dunia ketika ada
kesepakatan yang besar tentang kesendirian, nyeri, penderitaan, kesakitan,
dan tragedi ketika itu pula kebutuhan care menjadi penting.
Kita harus secara serius bercermin pada apa yang kita inginkan dan apa
yang kita cari. Dan ini adalah dasar dari caring kita. Berdasarkan Greene
32
(1990) caring adalah dasar keberadaan etik. Ia menyatakan bahwa “Praktek
yang digambarkan dalam pelayanan manusia harus dimulai dari kesadaran
terhadap situasi, khususnya perasaan dan kepedulia. Harapannya adalah
bahwa makin dan makin banyak praktisi akan berespons terhadap pentingnya
caring imperatif dan berpikir apa artinya memilih diri mereka sendiri dalam
kaitannya dengan kebutuhannya.
Olsen (1993) “baik caring dan keadilan berbicara tentang rasa moral
kebaikan kita”. Mungkin saja tidak ada kebaikan yang tidak dapat
mensintesis kedua konsep tersebut, memahami dan menghormati orang lain
adalah penting dalam tugas ini. Ini mengikuti bahwa faktor yang lebih luas
atau dasar seorang menggunakan care terhadap orang lain, orang lain akan
lebih care.
5. Membangun Pribadi Caring
Untuk membangun pribadi caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan
tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang
terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan
manusia. Bukan berarti kalau pengetahuan perawat tentang caring meningkat
akan menyokong perubahan perilaku perawat.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja
perawat dalam merawat pasien. Secara teoritik ada tiga kelokmpok variabel
yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya;
a) Variabel Individu
b) Variabel Psikologis
c) Variabel Organisasi.
Menurut Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah
kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografi. Variable
psikologi merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Dan
variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan
desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi caring perawat harus
33
menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan caring. Pendekatan organisasi dapat dilakukan
melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan
kepuasan kerja perawat dan serta adanya effektive leadership dalam
keperawatan. Peran organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja
yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang efektif,
perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan system
remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja
perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi dan
kinerja perawat dalam caring.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang
singkat. Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang.
Yang terbaik adalah membentuk caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada
dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring
perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan
harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan
pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang
lain dan berbagai unsur caring yang lain harus ada dalam pendidikan
perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada system yang bisa
menemukan bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan
membuat perbedaan yang mendasar antara perawat sekarang dan yang akan
datang dalam perilaku caring – nya.
34
PERTEMUAN KE EMPAT
KONSEP KEBUTUHAN MANUSIA MASLOW
I. PENGERTIAN
Kebutuhan Dasar Manusia adalah kebutuhan yang diburuhkan oleh semua
manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup.
Dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia dapat memenuhi secara mandiri
ataupun dengan bantuan orang lain. Terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar sseoraang menentukan tingkat kesehatan seseorang dan posisinya dalam
rentang sehat-sakit.
II. HIRARKI MASLOW
Dalam memberikan asuhan keperawatan hams memperhatikan kebutuhan
bio-psiko-sosio-kultural klien. Abraham Maslow (1968) mengembangkan sebuah
hirarki kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk menentukan prioritas
kebutuhan klien. Kebutuhan tertentu dapat lebih penting daripada kebutuhan dasar
yang lain. Hirarki Maslow disusun berdasarkan teori bahwa sesuatu dikatakan
kebutuhan dasar bila :
Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dapat menimbulkan sakit
Jika kebutuhan tersebut terpenuhi dapat mencegah sakit
Kebutuhan tersebut merapakan indikator seseorang dikatakan sehat
Ada perasaan kehilangan jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
Ada kepuasan jika kebutuhan tersebut terpenuhi
Dengan adanya hirarki Maslow membantu dalam memahami hubungan di
antara kebutuhan dasar manusia dan menentukan prioritas diantara kebutuhan-
kebutuhan dasar tersebut. Seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut,
minimal kebutuhan yang paling utama sebelum memenuhi kebutuhan yang berada
di tingkat berikutnya.
Hirarki Maslow menggambarkan lima tingkat kebutuhan dasar manusia,
yairu :
35
Tingkat I: Kebutuhan fisiologi
Tingkat II: Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Tingkat III: Kebutuhan mencintai dan memiliki
Tingkat IV : Kebutuhan harga diri
Tingkat V : Kebutuhan aktualisasi diri
Secara ilustrasi hirarki Maslow dapat digambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan harga diri
Kebutuhan mencintai dan memiliki
Higher level needs
Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Kebutuhan fisiologi
Lower level needs
Hirarki Maslow memberikan kerangka dalam pengkajian keperawatan dan
memahami kebutuhan klien pada semua tingkatkebutuhan sehingga dalam
mengembangkan rencana keperawatan, perawat harus memasukkan intervensi
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Contoh : pada saat perawat dinas di UGD dan merawat pasien AMI, selain
perawat memperhatikan kebutuhan fisiologi klien (misal memasang O2),perawat
juga memperhatikan kebutuhan mencintai dan memiliki klien (dengan
membiarkan klien ditunggu keluarga)
KEBUTUHAN FISIOLOGI
Kebutuhan fisiologi berada pada tingkat yang pahng dasar dalam hirarki
Maslow. Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang paling essensial, penting
agar seseorang dapat bertahan hidup sehingga menempati prioritas yang tertinggi.
Kebutuhan fisiologi meliputi:
- Oksigenasi
36
- Cairan
- Nutrisi
- Temperatur
- Ehminasi
- Tempat tinggal/perlindungan
- Istirahat
- Seksualitas
Kebutuhan fisiologi tersebut minimal harus terpenuhi untuk mempertahankan
Hidup.
KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
Kebutuhan keamanan dan keselamatan menempati tingkat kebutuhan yang
kedua dalam hirarki Maslow. Kebutuahn keamanan dan keselamatan meliputi
keamanan dan keselamatan fisik dan emosi. Keselamatan fisik berarti melindungi
seseorang dari bahaya yang aktual maupun potensial.
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk menjamin keamanan
dan keselamatan klien, diantaranya:
- Cuci tangan dan penggunaan tehnik steril yang benar
- Memberikan pengobatan dengan prinsip 5 benar
- Menggunakan skill yang tepat saat memindahkan klien
Keamanan dan keselamatan emosi ditunjukkkan dengan adanya rasa
percaya kepada orang lain,adanya perasaan bebas dari rasa takut dan cemas.
Seringkali klien niasuk ke rumah sakit merasa ketakutan ataupun kecemasan
karena banyak hal-hal yang tidak ia ketahui baik tentang penyakitnya, prosedur
yang akan dijalani, dan sebagaianya sehingga akan membutuhkan keamanan dan
keselamatan secara emosi. Perawat yang selama 24 jam bersama klien dapat
membantu memenuhi kebutuhan klien tersebut denagn mengajak klien berdoa
sebagai cara untuk memberikan kekuatan dan support pada klien.
37
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI
Kebutuhan mencintai dan memiliki merapakan kebutuhan dasar yang
berada pada level yang lebih tinggi. Kebutuhan mencintai dan memiliki meliputi
adanya bagaimana kita memahami dan menerima orang lain, bagaimana
seseorang ingin dimengerti dan diterima oleh orang lain, termasuk juga adanya
perasaan memiliki orang yang berarti seperti teman, keluarga, tetangga dan
lingkungan masyarakat.
Orang yang kebutuhan mencintai dan memilikinya tidak terpenuhi akan
mersakan kesepian dan merasa terisolasi. Sehingga mereka akan menarik diri
secara fisik dan emosi, atau mungkin saja mereka menjadi pribadi yang sensitif
dan sering mengkritik.
Berikut ini adalah tindakan-tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
mencintai dan memiliki :
melibatkan keluarga maupaun teman klien dalam asuhan kepearwatan
klien
Membina hubungan perawat-klien berdasarkan saling memahami dan
saling percaya
KEBUTUHAN HARGA DIRI
Tingkat kebutuhan selanjutnya dari hirarki Maslow adalah kebutuhan
harga diri. Kebutuhan harga diri adalah keinginan seseorang untuk dihargai.
Seseorang yang terepenuhi kebutuhan harga dirinya akan merasa percayaan diri
dan mandiri. Jika tidak terpenuhi makan seseorang akan merasa helpless dan
rendah diri Banyak faktor yang mempengamhi harga diri seseorang diantaranya
perubahan peran, perubahan gambaran diri.
Perawat dapat memenuhi kebutuhan harga diri klien dengan cara
menerima nilainilai dan keyakinan klien, memberikan support pada klien untuk
mencapai apa yang diinginkannnya dan memfasilitasi agar keluarga ataupun
orang-orang yang berarti bagi klien senantiasa mendukung klien.
38
KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI
Tingkat kebutuhan yang menempati tingkat yang paling tinggi adalah
kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisai diri adalah kebutuhan individu
untuk dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuan yang
dimilikinya.
Proses aktualisasi diri berjalan sepanjang kehidupan. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan aktualisai diri klien, perawat harus berfokus pada
kemampuan dan kesempatan yang dimiliki klien.
Berikut ini adalah ciri-ciri kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi:
- Memecahkan masalah sendiri
- Membantu orang lain memecahkan masalah
- Menerima saran orang lain
- Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai pendengar dan
komunikator
- Menikmati privacy
- Mencari pengalaman dan pengetahuan baru
- Memiliki kepercayaan dalam kemampuan dan mengambil keputusan
- Mengantisipasi masalah dan berhasil Menyenangi diri sendiri
PENERAPAN TEORI MASLOW
Hirarki kebutuhan dasar menurut Masloow dapat diterapkan dalam proses
keperawatan baik itu dalam pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Hiraraki Maslow juga dapat diterapkan pada berbagai usia, di berbagai tempat
pelayanan kesehatan, dapat diterapkan baik dalam kondisi sehat maupaun sakit.
Dalam mengaplikasikan teori kebutuhan dasar menurut Maslow, perawat harus
memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga
bisa saja pada satu klien kebutuhan fisiologi menempati kebutuhan prioritas
dibandingkan kebutuhan keamanan dan keselamatan tetapi pada klien yang lain
sebaliknya. Hal ini menjadi dasar mengapa kita harus melibatkan klien dan
keluarga dalam menentukan prioritas masalah.
39
Dalam memenuhi kebutuhan dasar khen, perawat tidak hanya
memperhatikan kebutuhan yang paling dasar, tetapi juga menmenuhi kebutuhan
yang ada di tingkat berikutnnya.Jadai bisa saja, pereawat memenuhi dua
kebutuhan dasar atau lebih dalam satu waktu. Contoh : saat merawat klien dengan
sesak nafas, perawat memberikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan
fisiologinya tetapi juga memasaang pengaman tempat tidur untuk memenuhi
kebutuhan keaman dan keselamatnnya.
Ada beberapa hal yang peri diperhatikan dalam menerapan teori kebutuhan
dasar menurut Maslow yaitu :
a Hubungan diantam kebutuhan
Adakalanya dalam memenuhi kebutuhan dasar seseorang, kita tidak mengikuti
sesuai urutan hirarki Maslow, karena pada individu yang berbeda pendapatan
atau perbedaan tingkat kebutuhan. Sehingga pada saat melakukan asuhan
keperawtan , perawat jangan berasusi bahwa kebutuhan tingkat yang lebih
bawah selalu menjadi prioritas. Jelaslah bahwa asuhan keperawatn yang
diberikan bersifat individu. Contoh : seorang janda yang tinggal sendiri di
kawasan rawan kejahatan dirawat di rumah sakit karena tidak dapat bauang air
kecil. Dia mengealuh kahwatir dengan keamanan rumahanya. Pada saat itu,
kebutuhan eliminasi tidak menjadi prioritas tetapi kebutuhan kealaman dan
keselamatan yang menjado lenbih prioritas untk menghilangkan rasa cmas
klien tersebut.
b Simultan dalam memenuhi kebutuhan
Dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, setelah mengindentifikasi kebutuhan
klien, prawat bersama klien menyususn prioritas.Menyususn prioritsa bukan
berarti perawat hanya memenuhi satu kebutuhan pada satu waktu, teteapi
kebutuhan yang lain juga dipenuhi secara simuoltan. Pada contoh kasus diatas,
pada saat yang bersamaan selain perawat memeberikan ketenanagn pada janda
tersebut, perawat juga memasang kateter untuk menagatasimsalah tidak dapat
buang air kecilnya .
c Faktor yang mempengaruhiprioritas kebutuhan dasar
40
Adanya berbagai macam tingkat kebutuhan dasar manusia, mengharuskan
perawat menyusun prioritas agar asuhahn keperawatan yang diberikan lebih
fokus dan lebih efektif. Situasi yang mengancam kehidupan tentunya
menempati prioritas yang tertinggi. Dalam menentukan prioritas kebutuhan,
perawat harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
- Kepribadian dan mood
- Persepsi klien
- Struktut keluarga
- Pertimbangkan hubungan di antara kebutuhan dasar
Satu hal yang penting adalah dalam menyusun prioritas dan perencamnaan
kebutuhan dasar manusia, perawat harus melibatkan klien dan keluarga.
PENUTUP
Hirarki Maslow merapakan penuntun dalam menentukan prioritas kebutuhan
dasar seseorang. Asuhan keperawatan klien yang holistik mempertimbangkan
semua dimensi yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia dalam rentang
sehat sakit.
41
PERTEMUAN KE LIMA
PERAWATAN DIRI
( PERSONAL HYGIENE )
I. PENGERTIAN PERSONAL HYGIENE
Personal Hygiene berasal dari bahasaYunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihanseseorang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihandan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis.
Menurut beberapa ahli :
a. Sjarifuddin
Personal hygiene adalah kesehatan pada seseorang atau perseorangan.
Sjarifudin. 1979 (dalam Basyar.2005)
b. Efendy
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan halyang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihanakan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihanitu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu
dan kebiasaan.Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya
kebudayaan,sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap
kesehatan, serta tingkat perkembangan. (dalam Astutiningsih, 2006)
c. Depkes
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, kliendinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes
2000).
d. Nurjannah
Defisit perawatan diri adalah gangguankemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias,makan, toileting)
e. Poter. Perry
42
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatutindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisidimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (dalam Tarwoto dan
Wartonah 2006 )
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal
ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi
kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu berusaha
supayapersonal hygiennya dipelihara dan ditingkatkan. Kebersihan
dankerapian sangat penting dan diperlukan agar seseorang disenangidan
diterima dalam pergaulan, tetapi juga karena kebersihan diperlukan agar
seseorang dapat hidup secara sehat.
II. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
a. Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada
orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali
maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan
keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan
tentang bagaimana memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh klien
dapat berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus
membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
b. Praktik social.
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-
kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan
keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air
43
mengalir hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan
kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi
sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi
dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-
produk ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh
kelompok social klien.
d. Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-
diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien
untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan
dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi
seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e. kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting
bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk
mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
f. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk
yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan
pribadi.
g. kondisi fisik.
44
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.
III. Tipe personal hygiene
a Kesehatan Gigi dan Mulut
Mulut beserta lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencerna
makanan. Mulut berupa suatu rongga yangdibatasi oleh jaringan lunak,
dibagian belakang berhubungandengan tengggorokan dan didepan ditutup
oleh bibir. Lidahterdapat didasar rongga mulut terdiri dari jaringan yang
lunakdan ujung-ujung syaraf pengecap. Gigi terdiri dari jaringan kerasyang
terdapat di rahang atas dan bawah yang tersusun rapidalam lengkungan
(Depdikbud, 1986:33).
Makanan sebelum masuk ke dalam perut, perludihaluskan, maka
makanan tersebut dihaluskan oleh gigi dalam rongga mulut. Lidah berperan
sebagai pencampur makanan,penempatan makanan agar dapat dikunyah
dengan baik danberperan sebagai indera perasa dan pengecap.
Penampilanwajah sebagian ditentukan oleh tata letak gigi. Disamping itu juga
sebagai pembantu pengucapan kata-kata dengan jelas danterang (Soenarko,
1984: 28).Seperti halnya dengan bagian tubuh yang lain, makamulut dan gigi
juga perlu perawatan yang teratur danseyogyanya sudah dilakukan sejak
kecil. Untuk pertumbuhangigi yang sehat diperlukan sayur-sayuran yang
cukup mineralseperti zat kapur, makanan dalam bentuk buah-buahan
yangmengandung vitamin A atau C sangat baik untuk kesehatan gigidan
mulut. Gosok gigi merupakan upaya atau cara yang terbaikuntuk perawatan
gigi dan dilakukan paling sedikit dua kali dalamsehari yaitu pagi dan pada
waktu akan tidur. Denganmenggosok gigi yang teratur dan benar maka plak
yang adapada gigi akan hilang. Hindari kebiasaan menggigit benda-benda
yang keras dan makan makanan yang dingin dan terlalupanas (Depdikbud,
1986: 30).Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya,gigi tidak
45
berlubang dan didukung oleh gusi yang kencang danberwarna merah muda.
Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut.
b Kesehatan Rambut dan kulit rambut
Rambut berbentuk bulat panjang, makin ke ujung makinkecil dan
ujungnya makin kecil. Pada bagian dalam berlubangdan berisi zat warna.
Warna rambut setiap orang tidak samatergantung zat warna yang ada
didalamnaya.
Rambut dapattumbuh dari pembuluh darah yang ada disekitar
rambut(Depdikbud, 1986:23).
Rambut merupakan pelindung bagi kulit kepala dari sengatan matahari
dan hawa dingin. Dalam kehidupan sehari-hari sering nampak pemakaian alat
perlindungan lain sepertitopi, kain kerudung dan masih banyak lagi yang
lain.Penampilan akan lebih rapi dan menarik apabila rambutdalam keadaan
bersih dan sehat. Sebaliknya rambut yangdalam keadaan kotor, kusam dan
tidak terawat akan terkesan jorok dan penampilan tidak menarik.
Rambut dan kulit kepala harus selalu sehat dan bersih,sehingga perlu
perawatan yang baik. Untuk perawatan rambutdapat ditempuh dengan
berbagai cara namun demikian carayang dilakukan adalah cara pencucian
rambut.
Rambut adalah bagian tubuh yang paling banyak mengandung minyak.
Karenaitu kotoran, debu, asap mudah melekat dengan demikian
makapencucian rambut adalah suatu keharusan. Pencucian rambutdengan
shampoo dipandang cukup apabila dilakukan dua kalidalam seminggu
(Depdikbud, 1986:12).
Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan patah,tidak terlalu
berminyak dan terlalu kering serta tidak berketombedan berkutu.
Tujuan bagi klien yang membutuhkan perawatan rambut dan kulit
kepala meliputi sebagai berikut:
1. Pola kebersihan diri klien normal
2. Klien akan memiliki rambut dan kulit kepala bersih yang sehat
46
3. Klien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri
4. Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
5. Klien akan berpartisipasi dalam praktik perawatan rambut.
c Kesehatan kulit
Kulit terletak diseluruh permukaan luar tubuh. Secara garis besar kulit
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian luar yang disebut kulit ari dan
bagian dalam yang disebut kulit jangat. Kulit ari berlapis-lapis dan secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu lapisan luar
yangdisebut lapisan tanduk dan lapisan dalam yang disebut lapisanmalpighi.
Kulit jangat terletak disebelah bawah atau sebelahdalam dari kulit ari
(Depdikbud, 1986:16).Kulit merupakan pelindung bagi tubuh dan jaringan
dibawahnya. Perlindungan kulit terhadap segala rangsangan dariluar, dan
perlindungan tubuh dari bahaya kuman penyakit. Sebagai pelindung kulitpun
sebagai pelindung cairan-cairantubuh sehingga tubuh tidak kekeringan dari
cairan. Melaluikulitlah rasa panas, dingin dan nyeri dapat dirasakan. Guna
kulit yang lain sebagai alat pengeluaran ampas-amps berupa zatyang tidak
terpakai melalui keringat yang keluar lewat pori-pori(Soenarko, 1984:4).Kulit
yang baik akan dapat menjalankan fungsinyadengan baik sehingga perlu
dirawat. Pada masa yang modernsekarang ini tersedia berbagai cara modern
pula berbagai perawatan kulit. Namun cara paling utama bagi kulit,
yaitupembersihan badan dengan cara mandi. Perawatan kulitdilakukan
dengan cara mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.Tentu saja dengan air
yang bersih. Perawatan kulit merupakankeharusan yang mendasar
(Depdikbud, 1986:23).Kulit yang sehat yaitu kulit yang selalu bersih, halus,
tidak ada bercak-bercak merah, tidak kaku tetapi lentur (fleksibel)
d Kesehatan Telinga
Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagianpaling luar, bagian
tengah, dan daun telinga. Telinga bagian luar terdiri dari lubang telinga dan
daun telinga. Telinga bagiantengah terdiri dari ruang yang terdiri dari tiga
47
buah ruang tulangpendengaran. Ditelinga bagian dalam terdapat
alatkeseimbangan tubuh yang terletak dalam rumah siput(Depdikbud, 1986 :
30).Telinga merupakan alat pendengaran, sehingga berbagaimacam bunyi-
bunyi suara dapat didengar. Disamping sebagai alat pendengaran telinga juga
dapat berguna sebagai alatkeseimbangan tubuh. Menjaga kesehatan telinga
dapat dilakukan dengan pembersihan yang berguna untuk mencegah
kerusakan dan infeksi telinga. Telinga yang sehat yaitu lubang telinga selalu
bersih,untuk mendengar jelas dan telinga bagian luar selalu bersih.
e Kesehatan Kuku
Kuku terdapat di ujung jari bagian yang melekat pada kulit yang terdiri
dari sel-sel yang masih hidup. Bentuk kuku bermacam-macam tergantung
dari kegunaannya ada yangpipih, bulat panjang, tebal dan tumpul
(Depdikbud, 1986:21).Guna kuku adalah sebagai pelindung jari,
alatkecantikan, senjata , pengais dan pemegang (Depdikbud ,1986:22). Bila
untuk keindahan bagi wanita karena kuku harusrelatif panjang, maka harus
dirawat terutama dalam halkebersihannya. Kuku jari tangan maupun kuku jari
kaki harus selalu terjaga kebersihannya karena kuku yang kotor dapat
menjadisarang kuman penyakit yang selanjutnya akan ditularkan kebagian
tubuh yang lain.
f Kesehatan Mata
Perawatan Mata :
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan
pembersihan dengan washlap bersih yang dilembabkan kedalam air. Sabun
yang menyebabkan panas dan iritasi biasanya dihindari. Perawat menyeka
dari dalam ke luar kantus mata untuk mencegah sekresi dari pengeluaran ke
dalam kantong lakrimal. Bagian yang terpisah dari washlap digunakan sekali
waktu untuk mencegah penyebaran infeksi. Jika klien memiliki sekresi kering
yang tidak dapat diangkat dengan mudah dengan menyeka, maka perawat
dapat meletakkan kain yang lembab atau kapas pada margin kelopak mata
48
pertama kali untuk melunakkan sekresi. Tekanan langsung jangan digunakan
diatas bola mata karena dapat meyebabkan cedera serius.
Klien yang tidak sadar memerlukan perawatan mata yang lebih sering.
Sekresi bisa berkumpul sepanjang margin kelopak mata dan kantus sebelah
dalam bila refleks berkedip tidak ada atau ketika mata tidak dapat menutup
total. Mata dapat dibersihkan dengan kapas steril yang diberi pelembab
normal salin steril. Air mata buatan bisa diperlukan, dan pesanan untuk itu
harus diperoleh dai dokter. Tindakan pencegahan harus digunakan jika
potongan kecil digunakan pada mata karena dapat meyebabkan cedera
kornea.
g Kesehatan Hidung
Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan
membersihkan ke dalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian
yang diperlukan. Perawat mencegah klien jangan mengeluarkan kotoran
dengan kasar karena mengakibatkan tekanan yang dapat mencenderai
gendang telinga, mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif.
Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi
mukosa, atau kekeringan.
Jika klien tidak dapat membuang sekresi nasal, perawat membantu
dengan menggunakan washlap basah atau aplikator kapas bertangkai yang
dilembabkan dalam air atau salin. Aplikator seharusnya jangan dimasukkan
melebihi panjang ujung kapas. Sekresi nasal yang berlebihan dapat juga
dibuang dengan pengisap. Pengisap nasal merupakan kontraindikasi dalam
pembedahan nasal atau otak.
h Jenis personal hygiene
Berdasarkan waktu pelaksanaannya :
Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan waktu
pelaksanaannyadibagi menjadi empat yaitu:
1) Perawatan dini hari
49
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktubangun tidur,
untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam
pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan
pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak
mampu ambulasi, mempersiap kanpasien dalam melakukan sarapan atau
makan pagi dengan melakukan tindakan personal hygiene, seperti
mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut,
2) Perawatan pagi hari
merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan
atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut,
melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung,
membersihkan mulut, kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
Hal ini sering disebut sebagai perawatan pagi yang lengkap.
3) Perawatan siang hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelahmelakukan berbagai
tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siangdimana
pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali menjalani banyak tes
diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai tindakan
personal hygiene yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan
tangan, membersihkanmulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan
pemeliharaan kebersihan lingkungankesehatan pasien.
4) Perawatan menjelang tidur
Merupakan personal hygiene yang dilakukanpada saat menjelang tidur
agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengantenang.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan
kebutuhaneliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka,
membersihkan mulut, danmemijat daerah punggung.
50
IV. Tujuan Personal Hygiene
Tujuan perawatan personal hygiene adalah
Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang
mati dan bakteri
Menghilangkan bau badan yang berlebihan
Memelihara integritas permukaan kulit
Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit
klien.
Meningkatkan percaya diri seseorang
Menciptakan keindahan
Meningkatkan derajat kesehatan sesorang
V. Dampak yang sering ditimbulkan
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yangsering
terjadi adalah:Gangguan intergritas kulit,gangguan membranemukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga,dan gangguan fisik padakuku.
2.Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri,dan gangguan interaksisosial.
VI. Askep personal hygiene
1 Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pola kebersihan tubuh
2) Perlengkapan personal hygiene yang dipakai
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
b. Pemeriksaan fisik
51
1) Rambut
a) Keadaan kesuburan rambut
b) Keadaan rambut yang mudah rontok
c) Keadaan rambut yang kusam
d) Keadaan tekstur
2) Kepala
a) Botak/alopesia
b) Ketombe
c) Berkutu
d) Adakah Eritema
e) Kebersihan
3) Mata
a) Apakah sklera ikterik
b) Apakah kunjungtiva pucat
c) Kebersihan mata
d) Apakah gatal/mata merah
4) Hidung
a) Adakah pilek
b) Adakah elergi
c) Adakah pendarahan
d) Adakah perubahan penciuman
e) Kebersihan hidung
f) Bagaimana membran mukosa
g) Adakah septum deviasi
5) Mulut
a) Keadaan mukosa mulut
b) Kelembapannya
c) Adakah lesi
d) Kebersihan
6) Gigi
a) Adakah karang gigi
52
b) Adakah karies
c) Kelengkapan gigi
d) Pertumbuhan
e) Kebersihan
7) Telinga
a) Adakah kotoran
b) Adakah lesi
c) Bagaimana bentuk telinga
d) Adakah infeksi
8) Kulit
a) Kebersihan
b) Adakah lesi
c) Keadaan turgor
d) Warna kulit
e) Suhu
f) Teksturnya
g) Pertumbuhan bulu
9) Kuku tangan dan kaki
a) Bentuknya bagaimana
b) Warnanya
c) Adakah lesi
d) Pertumbuhannya
10) Genetalia
a) Kebersihan
b) Pertumbuhan rambut pubis
c) Keadaan kulit
d) Keadaan lubang uretra
e) Keadaan skrotum, testis pada pria
f) Cairan yang dikeluarkan
11) Tubuh secara umum
a) Kebarsihan
53
b) Normal
c) Keadaan postur
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan integritas kulit
Definisi : keadaan di mana kulit seseorang tidak utuh.Kemungkinan berhubungan
dengan :
1) Bagian tubuh yang lama tertekan
2) Imobilitasi
3) Terpapar zat kimia
Kemungkinan data yang ditemukan
1) Kerusakan jaringan kulit
2) Gangrene
3) Dekubitus
4) Kelemahan fisik
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1) Stroke
2) Fraktur femur
3) Koma
4) Trauma medulla spinalis
Tujuan yang diharapkan
1) Pola kebersihan diri pasien normal
2) Keadaan kulit, rambut kepala bersih
3) Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
b. Gangguan membrane mukosa mulut
Definisi : kondisi dimana mukosa mulut pasien mengalami luka
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Trauma oral
2) Pembatasan intake cairan
3) Pemberian kemoterapi dan radiasi pada kepala dan leher
Kemungkinan data yang ditemukan
54
1) Iritasi atau luka pada mukosa mulut
2) Peradangan atau infeksi
3) Kesulitan dalam makan dan menelan
4) Keadaan mulut yang kotor
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada
1) Stroke
2) Stomatitis
3) Koma
Tujuan yang diharapkan
1) Keadaan mukosa mulut, lidah dalam keadaan utuh, warnamerah muda
2) Inflamasi tidak terjadi
3) Klien mengatakan rasa nyaman
4) Keadaan mulut bersih
c. Kurangnya perawatan diri / kebersihan diri
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Kemungkinan data yang ditemukan.
a. Badan kotor dan berbaub.
b. Rambut kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Bau mulut dan motor
55
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat , 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta
Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Potter A. Patricia and Anne G. Perry. 2009. Fundamental of Nursing 7th Edition.
Singapore: Elsevier
BPPSDM Depkes RI. 2013. Konsep Dasar Keperawatan Kegiatan Belajar 2:
Falsafah dan Paradigma Keperawatan. Jakarta: Depkes RI
DeLaune, Sue C, Ladner, K. Patricia. 2002. Fundamental of Nursing: Standard
and Practice 2nd Edition. Delmar. New York: Delmar