Muhammad Nugraha J3M112091 BP2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kjgjhbnbnjhghbn

Citation preview

  • Teknologi Pengelolaan & Hari/tanggal : Selasa, 30 Desember 2014

    Pemanfaatan Limbah Domestik Dosen : Ir. HarukiAgustina,Meng.Ev.Sc

    Bramtama Siahaan A,Md

    Beno A,Md

    Frisca A,Md

    PROSES PENGOLAHAN LIMBAH DI PG-KEBON AGUNG,

    MALANG, JAWA TIMUR

    Muhammad Nugraha

    J3M112091

    PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

    DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga proses penyusunan Laporan Pengolahan dan

    Pemanfaatan Limbah Domestikyang berjudul Proses Pengolahan Limbah di PG

    Kebon Agung telah selesai.

    Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada staff dosen dan Ir. HarukiAgustina,Meng.Ev.Sc selaku dosen mata

    kuliah pengolahan dan pemanfaatan limbah domestic Selain itu, Penulis juga

    mengucapkan terima kasih kepada ayah dan keluarga atas doa dan kasih sayangnya.

    Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan informasi dan manfaat

    semua pihak yang membutuhkannya.

    Bogor,Desember 2014

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

    I.PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

    1.1.Latar Belakang ................................................................................................................ 1

    1.2.Tujuan ............................................................................................................................. 2

    II.PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3

    2.1.Bahan Baku ..................................................................................................................... 3

    2.2.Bahan Pembantu ............................................................................................................. 4

    2.3.Proses Produksi ............................................................................................................... 5

    2.4.Limbah yang Dihasilkan ............................................................................................... 10

    2.5.Karakteristik Air Limbah .............................................................................................. 12

    2.5.1.Fisika ...................................................................................................................... 12

    2.5.2.Kimia ...................................................................................................................... 13

    2.5.3.Biologi .................................................................................................................... 14

    2.6.Tahapan Pengolahan Air Limbah ................................................................................. 14

    2.7.Desain IPAL.................................................................................................................. 16

    2.8.Limbah Setelah Diolah ................................................................................................. 17

    2.9.Perhitungan IPAL ......................................................................................................... 17

    III.PENUTUP.......................................................................................................................... 20

    3.1.Kesimpulan ................................................................................................................... 20

    3.2.Saran ............................................................................................................................. 20

    3.3.Dapus ............................................................................................................................ 20

  • 1

    I.PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan polusi terbanyak didunia.

    Sumber polusi yang paling utama adalah dari kendaraan bermotor dan limbah

    industry. Polusi ini terjadi akibat kurangnya penanganan limbah-limbah industry

    sedangkan semakin hari semakin banyak berdiri pabrik industry. Limbah merupakan

    hasil keseluruhan dan konsekuensi langsung dari berbagai aktivitas manusia

    (Afolayan dkk, 2012). Pencemaran yang disebabkan oleh polusi dan limbah-limbah

    ini menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap lingkungan.

    Salah satu kegiatan industri di Indonesia adalah pabrik gula. Gula merupakan salah

    satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, disamping masyarakat Indonesia yang

    menggemari makanan manis. Salah satu pabrik gula di Indonesia adalah PG-Kebon

    Agung ,Desa Kebon Agung, Malang, Jawa Timur. PG Kebon Agung sendiri didirikan

    seorang peng-usaha Tionghwa, Tan Tjwan Bie, pada 1905. Lokasi PG berada di desa

    Kebon Agung, kecamatan Pakisaji, kabupaten Malang atau tepatnya kira-kira 5 km

    selatan Kota Malang. Pada saat didirikan kapasitas giling PG hanya 5.000 kth atau

    500 tth (ton tebu per hari). Dalam sehari semalam PG hanya menggiling 500 ton tebu

    atau setara 50 truk yang masing-ma-sing mengangkut 10 ton tebu. Betapa kecilnya

    kapasitas tersebut jika dibandingkan dengan PG Kebon Agung sekarang, yang

    berkapasitas 6.000 tth atau 12 kali lebih banyak dibanding saat didirikan tempo dulu.

    Namun untuk ukuran pabrik gula pada waktu itu, kapasitas PG Kebon Agung

    tergolong besar. Dengan adanya PG Kebon Agung ini memberikan dampak positif

    dan negative bagi lingkungan sekitar pabrik.. Selain dampak positif yaitu membuka

    lapangan pekerjaan bagi masrakat sekitar, keberadaan pabrik juga dapat memberikan

    dampak negative dengan adanya limbah yang dikeluarkan dari hasil produksi gula.

    Setidaknya diperlukan pengolahan limbah terlebih sebelum dibuang ke lingkungan

    agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

  • 2

    1.2.Tujuan

    Untuk mengetahui proses pengolahan limbah dari. PG-Kebon Agung,Malang Jawa

    Timur.

    Untuk dapat membuat desain IPAL berdasarkan limbah yang dihasilkan dari PG-

    Kebon Agung, Malang, Jawa Timur.

    Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Domestik.

  • 3

    II.PEMBAHASAN

    Pabrik Gula Kebon Agung merupakan industri swasta yang bergerak pada bidang

    pengolahan tebu menjadi gula kristal. PG. Kebon Agung terletak di jl. Kebonagung,

    Malang. Wilayah pabrik meluputi 20 kecamatan. Waktu produksi pabrik 24 jam

    selama 180 hari. Setiap harinya PG. Kebon Agung dapat menggiling sampai 1100

    truk tebu/ hari.

    2.1.Bahan Baku

    Bahan baku utama proses pembuatan gula kristal adalah tanaman tebu. Tanaman tebu

    (Saccharum officinarium) merupakan tanaman perkebunan semusim atau disebut

    tanaman tropika yang digolongkan ke dalam famili rumput-rumputan dari

    Amdropogonae. Tanaman tebu ini memiliki karakteristik yang khas, yaitu memiliki

    kemampuan menghasilkan kandungan gula 10 % berupa sukrosa yang tersimpan di

    bagian batang tanamanan (Saccharum officinarium linn). Tanaman tebu dipanen saat

    kadar gula yang kandungannya mencapai optimal, yaitu ketika berumur 12 bulan.

    Tanaman tebu yang masak ketika menunjukan indikasi daun mengering dan berhenti

    tumbuh. Hal ini terjadi karena kadar gula semakin meningkat dan kadar air dalam

    batang tebu semakin berkurang. Secara umum, tebu terdiri atas nira dan serabut atau

    ampas (zat padat yang tidak larut). Di dalam nira mengandung brik yaitu zat padat

    yang dapat larut. Brik ini terdiri atas gula (sukrosa), bukan gula, dan air. Parameter

    yang digunakan pada tanaman tebu adalah kadar sukrosa yang terkandung di dalam

    niranya. Kadar sukrosa yang terkandung di dalam tebu berbeda-beda tergantung jenis

    tebu, keadaan tanaman, cara pemeliharaan, dan tingkat kemasakan tebu.Tanaman

    tebu di PG Jatitujuh diproduksi di perkebunan dengan areal seluas 11921.56 Ha.

    Pemanenan dengan proses tebang angkut dilakukan di musim giling (sekitar bulan

    Mei-Oktober) (Soemarno 1977).

  • 4

    2.2.Bahan Pembantu

    Bahan penunjang atau bahan pembantu merupakan bahan yang digunakan untuk

    membantu proses produksi gula agar menghasilkan kristal gula SHS yang berkualitas

    baik. Bahan-bahan penunjang ini berfungsi menjaga kandungan sukrosa dalam nira

    agar tidak rusak selama proses produksi, menjaga nilai pH nira agar tetap stabil,

    memisahkan nira dari kotoran dan kontaminan yang terbawa dalam proses produksi,

    dan menggumpalkan kotoran dalam nira. Penggunaan bahan tambahan dilakukan di

    masing-masing stasiun di pabrikasi pada proses produksi gula yaitu penambahan di

    stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, dan pengolahan air

    (water treatment) untuk proses produksi. Bahan pembantu itu sendiri terdiri dari batu

    kapur,belerang,asam phospat,floakulan,air imbibisi,mikrobiosida dan NaOH. Batu

    kapur berfungsi untuk menjernihkan nira. Masing-masing bahan pembantu ini

    memiliki fungsi dalam membantu proses produksi untuk mendapatkan gula

    berkualitas. Batu kapur digunakan sebagai bahan dasar pembuatan susu kapur.

    Belerang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gas SO2 yang digunakan untuk

    proses sulfitasi. Belerang ini berfungsi untuk menetralkan kelebihan kapur pada nira.

    Asam Phospat (H3PO4) berfungsi sebagai penggumpal kotoran-kotoran pada nira

    mentah, sehingga pemisahan kotoran dari nira jernih akan lebih mudah. Asam

    phospat berfungsi apabila bereaksi dengan susu kapur, membentuk trikalsium

    phospat. Flokulan adalah zat yang dapat mengikat partikel-partikel kecil menjadi

    sekumpulan partikel dalam ukuran yang lebih besar sehingga kotoran yang terlarut

    lebih mudah mengendap. Tujuan dari penggunaan flokulan antara lain untuk

    memperoleh nira yang jernih sebanyak-banyaknya dan mempercepat waktu

    pengendapan. Air imbibisi digunakan untuk mengekstrak nira yang masih terkandung

    dalam tebu saat proses penggilingan. Mikrobiosida adalah bahan yang digunakan

    untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang menyebabkan kehilangan sukrosa. NaOH

    (Caustic soda) merupakan bahan yang digunakan untuk menghilangkan kerak pada

    pipa-pipa di dalam evaporator. Kerak dalam evaporator akan mengurangi transfer

    panas dari evaporator ke nira sehingga penguapan yang terjadi kurang maksimal.

    Pembersihan pipa dalam evaporator dilakukan dengan memasak zat NaOH.

  • 5

    2.3.Proses Produksi

    Dalam pabrik gula dikenal section-section yang disebut stasiun, mulai dari

    emplasement, stasiun gilingan sampai pengarungan. Emplasement (Halaman Pabrik)

    Halaman pabrik berfungsi untuk menimbun tebu yang datang dari kebun. Biasanya di

    sekitarnya terdapat pohon-pohon besar yang berfungsi untuk menahan panasnya

    matahari. Suhu halaman pabrik yang panas akan menyebabkan temperatur tebu naik

    dan akan barakibat mempercepat proses tebu menjadi layu (wayu). Layunya tebu

    akan dibarengi dengan inversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini

    disebabkan karena nira dalam tebu bersifat asam dan proses inversi lebih cepat

    apabila temperatur tinggi. Idealnya, halaman pabrik dilengkapi dengan timbangan

    tebu, baik berupa jembatan timbang atau crane yang dilengkapi dengan timbangan.

    Hal ini bertujuan untuk mengetahui bobot tebu yang masuk ke pabrik dan selanjutnya

    digunakan untuk pengawasan proses. Halaman pabrik juga harus mempunyai alat

    untuk bongkar muatan baik dari truk atau dari lori. Yang terpenting adalah,

    persediaan tebu di halaman pabrik harus dapat memenuhi kapasitas giling.

    Sebenernya, sisa tebu kemarin dalam halaman pabrik, semakin kecil semakin baik.

    Untuk menjamin kelancaran proses penggilingan sisa tebu yang baik yaitu pada jam

    06.00 sampai 18.00 sebanyak 12 dikali kapasitas giling perjam, dan pada jam 18.00

    06.00 sebenyak 15 dikali kapasitas giling perjam. Literature lain juga menyebutkan

    sisa tebu kemarin yang baik adalah sebesat 25-30% dari kapasitas giling perhari

    dihitung pada jam 06.00 pagi. Stasiun gilingan dibagi menjadi dua bagian yaitu:

    bagian pertama persiapan. Tebu yang dibongkar dari truk atau lori diletakkan diatas

    meja tebu. Meja tebu dilengkapi dengan alat yang berfungsi untuk mendorong tebu ke

    krepyak tebu (carrier). Setelah diatas carrier, tebu dibawa melewati cutter untuk

    dipotong menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya tebu terpotong dihancurkan

    dengan menggunakan shredder atau unigrator. Setelah itu masuk ke gilingan. Proses

    persiapan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan tebu yang akan digiling sehingga

    proses pemerahan bisa maksimal. Efektifitas dari alat-alat persiapan ditunjukkan

    dengan angka preparation index yang besarannya berbeda-beda tiap pabrik. Pada

    umumnya angka preparation index lebih kurang sebesar 90.

  • 6

    Bagian kedua yaitu gilingan. Gilingan berfungsi untuk mengambil nira dalam tebu.

    Optimalnya gilingan dengan cepat dapat diketahui dengan melihat pol ampas.

    Semakin kecil pol ampas, akan semakin baik. Dalam stasiun gilingan diberikan air

    panas (added water) yang biasa disebut imbibisi (dari bahasa belanda imbibitie).

    Fungsinya untuk membilas ampas gilingan antara agar fungsi pemerahan gula bisa

    maksimal. PG-Kebon Agung dalam proses penggilingannya menggunakan peralatan

    Cane Cutter dan Unigrator yang berfungsi sebagai pencacah tebu menjadi serpihan

    sebelum diperoleh di penggilingan. Pada PG ini terdapat lima buah unit gilingan yang

    berfungsi sebagai memerah tebu supaya dihasilkan nira mentah sebanyak-banyaknya.

    a. Stasiun Pemurnian

    Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan kotoran-kotoran bukan

    gula yang terdapat dalam nira mentah. Proses yang dilakukan baik berupa proses fisik

    ataupun kimia. Proses dalam stasiun pemurnian dilakukan sedemikian rupa sehingga

    kerusakan sukrosa dapat ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama dilakukan dalam

    stasiun pemurnian adalah menyaringan dengan menggunakan saringan parabolis

    (DSM). Setelah itu nira mentah dipanasi sampai suhu 75 C. Nira mentah yang telah

    dipanasi ditambahkan Ca(OH)2 sampai pH tertentu. Setelah itu pada nira

    ditambahkan SO2 sampai pH netral. Nira dipanaskan kembali sampai suhu 105 C,

    ditambahkan flokulan dan diendapkan di clarifier. Setelah mengendap, nira jernih

    disaring lagi dan menghasilkan nira encer, setelah itu, dipanaskan sampai suhu 115 C

    dan selanjutnya diproses ke tehap evaporasi. Nira kotor yang ada di clarifier

    selanjutnya disaring menggunakan vacuum filter. Proses filtrasi ini menghasilkan

    filtrat dan blotong. Filtrat akan dikembalikan lagi ke awal proses pemurnian dan

    blotong diangkut truk menuju tempat penimbunan. Di PG Kebon Agung proses

    pemurnian nira yang dipakai adalah sistem sulfitasi sehingga bahan kimia yang

    dipakai adalah larutan kapur tohor serta gas SO2 yang berasal dari pembakaran

    belerang padat. PG-Kebon Agung menggunakan beberapa peralatan yaitu pemanas

    pendahuluan, berfungsi untuk memanaskan nira mentah pada suhu tertentu. Reaktor

    defikasi dan sufitasi, berfungsi mereaksikan nira mentah dengan kapur dan gas SO2.

  • 7

    Peti pengendapan, berfungsi mengendapkan nira mentah setelah direaksikan dengan

    kapur dan SO2 yang akan menghasilkan nira encer dan nira kotor. Rotari vacuum

    filter, berfungsi sebagai penyaring nira kotor yang berasal dari proses pengendapan

    kemudian akan menghasilkan nira tapis dan blotong. Tobong belerang, berfungsi

    membakar belerang sehingga menghasilkan gas SO2.

    b. Stasiun Penguapan

    Fungsi dari stasiun penguapan adalah meningkatkan konsentrasi larutan gula dalam

    nira. Nira encer dari stasuin pemurnian diuapkan dengan menggunakan evaporator

    multi effect. Nira dipanaskan dengan menggunakan uap panas yang berasal dari uap

    bekas penggerak turbin gilingan. Nira encer yang mempunyai brix 15 diuapkan

    airnya sampai mencapai brix 60. setelah itu akan dihasilkan material yang dinamakan

    nira pekat. Selanjutnya nira pekat ditambah SO2 sehingga dicapai pH tertentu.

    Peralatan yang digunakan ialah pemanas pendahuluan, berfungsi memanaskan nira

    encer pada suhu tertentu dan bejana penguapan, berfungsi menguapkan iar yang

    terkandung dalam nira encer.

    c. Stasiun Kristalisasi/stasiun masakan

    Sistem kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem kristalisasi bertingkat,

    baik berupa A-D, A-C-D, A-B-D, atau A-B-C-D, dengan ketentuan A dan B adalah

    produk (berlaku untuk pabrik gula tebu di jawa). Nira pekat hasil dari stasiun

    penguapan diuapkan lagi airnya sehingga akan terbentuk kristal dengan sendirinya.

    Metode lain kristalisasi adalah dengan menggunakan bibit gula berupa fondan yang

    selanjutnya kristal bibit itu dibesarkan. Proses kristalisasi harus dilakukan sedemikian

    rupa sehingga kristal yang terbentuk mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya

    ukuran kristal gula akan dicapai apabila konsentrasi larutan dalam bejana kristalisasi

    dijaga pada konsentrasi tertentu. Setelah ukuran kristal yang diinginkan tercapai,

    maka kristal yang masih bercampur dengan larutan (masakan /massecuit) diturunkan

    ke bejana penampung.

  • 8

    d. Stasiun Pemutaran

    Untuk memisahkan kristal dan larutan setelah proses kristalisasi dilakukan langkah

    pemutaran. Dengan gaya centrifugal, kristal akan tertahan di saringan (basket) dan

    larutan akan melewati saringan tersebut. Langkah proses pemutaran yang baik akan

    menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air yang kecil. Di stasiun

    putaran terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan continue. Putaran continue disebut low

    grade centrifugal dan putaran batch biasa disebut hi grade centrifugal (putaran untuk

    produk). Selanjutnya gula produk hasil pemutaran di angkut dengan talang goyang

    (grasshopper) menuju pengering.

    e. Stasiun Pengeringan dan Pendinginan

    Pengeringan berfungsi untuk mengurangi mengurangi kadar air dalam gula sehingga

    meningkatkan ketahanan dalam penyimpanan. Cara pengeringan dilakukan dengan

    cara pemanasan menggunakan udara kering dan dikontakkan dengan gula. Alat yang

    digunakan bermacam macam ada yang berupa talang getar atau rotary dryer.

    Gula yang dikeringkan dalam keadaan panas, untuk itu perlu didinginkan agar tidak

    terjadi proses kimiawi yaitu browning pada saat penyimpanan. Pendinginan

    dilakukan dengan menghembuskan udara dingin baik dari udara sekitar ataupun udara

    dingin dari alat pendingin udara.

    f. Stasiun Pengarungan

    Gula yang sudah dingin selanjutnya ditampung di sugar bin. Setelah itu dilakukan

    pengarungan atau pengemasan dengan berat 50 Kg. Untuk suplai langsung ke

    konsumen, pabrik biasanya juga membuat kemasan 1 Kg. Peralatan yang digunakan

    oleh PG-Kebon Agung dalam stasiun pengarungan adalah Packer gula, berfungsi

    memasukkan gula ke karung dengan berat 50 kg. Mesin jahit, berfungsi menjahit

    karung yang telah diisi gula 50 kg. Conveyor gula, berfungsi sebagai alat akomodasi

    gula yang telah dijahit.

  • 9

    g. Gudang Gula

    Gudang gula berfungsi untuk menimbun gula yang telah dikemas. selanjutnya gula

    siap untuk didistribusikan ke penyalur atau konsumen.

    h. Stasiun PLTU

    Di stasiun PLTU dilakukan proses perubahan tenaga uap dari stasiun ketel menjadi

    tenaga listrik. Turbin PLTU (3 buah), berfungsi menghasilkan listrik dari tenaga uap.

    i. Stasiun Ketel

    Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai mendidih

    (menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu. Ketel, berfungsi

    menghasilkan uap pada tekanan tertentu. Conveyor ampas, berfungsi sebagai alat

    akomodasi ampas dari stasiun gilingan yang digunakan untuk bahan bakar ketel. Dust

    Collector, berfungsi menangkap debu-debu hasil pembakaran ampas di dalam dapur

    ketel.

  • 10

    Gambar 1.skema pembuatan gula PG-Kebon Agung

    2.4.Limbah yang Dihasilkan

    Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping, antara lain

    ampas, blotong dan tetes. Ampas berasal dari tebu yang digiling dan digunakan

    sebagai bahan bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan dari nira kotor

    yang di tapis di rotary vacuum filter, sedangkan tetes merupakan sisa sirup terakhir

    dari masakan yang telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi berulangkali

    sehingga tak mungkin lagi menghasilkan Kristal.

    a. Limbah blotong

    Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong,

    limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat mengandung air dan masih ber

    temperatur cukup tinggi < panas >, berbentuk seperti tanah, sebenarnya adalah serat

    tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Komposisi blotong terdiri

    dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu,SiO2, CaO, P2O5 dan

    MgO. Komposisi ini berbeda prosentasenya dari satu PG dengan PG lainnya,

    bergantung pada pola prodkasi dan asal tebu. Blotong dihasilkan dari proses

    pemurnian nira pada stasiun pemurnian. PG ini menggunakan sistem sulfitasi dalam

  • 11

    proses pemurnian. Nira mentah dipanaskan dan direaksikan dengan susu kapur

    (Ca(OH)2) dalam defaktor kemudian diberi gas belerang (SO2) dalam peti sulfitasi

    dan dipanaskan lagi kemudian diendapkan. Endapan terbanyak berupa garam

    merupakan kotoran nira tertahan yang banyak mengandung Ca-Sulfit uang disaring

    dengan Rotary vacuum filter sehingga dapat dipisahkan antara endapan padat berupa

    blotong dan filtrate berupa nira bersih yang dapat diproses lagi dengan dicampur nira

    mentah. Blotong yang dihasilkan pabrik gula bervariasi tergantung pada bahan baku,

    proses dan peralatan yang digunakannya. Blotong pabrik gula sulfitasi bervariasi

    antara 2-6 % tebu dan gula karbonatasi 6.5-8.5% tebu. Blotong merupakan kotoran

    yang berasal dari bahan baku dan terbawa dalam nira (larut/tidak larut) sebagian

    besar terdiri dari Ca-fosfat (defekasi), Ca-fosfat dan Ca-sulfit (Sulfitasi) dan atau Ca-

    fosfat dan Ca-karbonat (Karbonatasi). Di samping itu juga terbawa kotoran tidak larut

    (ampas halus, lilin), dan bahan-bahan organik/anorganik lainnya. Blotong yang

    terbentuk dari hasil penyaringan mempunyai kadar air yang masih tinggi, oleh karena

    itu perlu ditambahkan sedikit ampas tebu kemudian ditekan dengan alat putar

    sehingga blotong yang dihasilkan bersifat padat dan remah dengan kadar air 30 %

    yang langsung dapat ditampung dalam dump truck. Kadar air ini dipengaruhi pula

    oleh proses pemurnian nira.

    b. Limbah tetes

    Tetes atau molasses merupakan produk sisa (by product) pada proses pembuatan

    gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam sirop

    tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Pada pemrosesan gula tetes yang dihasilkan

    sekitar 5 6 % tebu, sehingga untuk pabrik dengan kapasitas 6000 ton tebu per hari

    menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari. Walaupun masih

    mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung

    kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan kesehatan. Penggunaan tetes

    sebagian besar untuk industri fermentasi seperti alcohol, pabrik MSG, pabrik pakan

    ternak dll. Secara umum tetes yang keluar dari sentrifugal mempunyai brix 85 92

    dengan zat kering 77 84 %. Sukrosa yang terdapat dalam tetes bervariasi antara 25

    40 %, dan kadar gula reduksi nya 12 35 %. Untuk tebu yang belum masak

  • 12

    biasanya kadar gula reduksi tetes lebih besar daripada tebu yang sudah masak.

    Komposisi yang penting dalam tetes adalah TSAI ( Total Sugar as Inverti ) yaitu

    gabungan dari sukrosa dan gula reduksi. Kadar TSAI dalam tetes berkisar antara 50

    65 %. Angka TSAI ini sangat penting bagi industri fermentasi karena semakinbesar

    TSAI akan semakin menguntungkan, sedangkan bagi pabrik gula kadar sukrosa

    menunjukkan banyaknya kehilangan gula dalam tetes.

    c. Limbah gas dan kebisingan

    Limbah gas dari proses produksi gula dihasilkan dari mesin-mesin yang

    menimbulkan asap. Begitu juga kebisingan timbul dari mesin mesin yang digunakan

    untuk memproduksi gula.

    2.5.Karakteristik Air Limbah

    Limbah- limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan gula harus diolah terlebih

    dahulu sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak berbahaya dan mencemari. Maka

    dipelukan IPAL yng sesuai dengan karakteristik limbah- limbah tersebut baik dari

    segi fisik, kimai maupun biologi.

    2.5.1.Fisika

    Karaktersitik dari limbah yang dihasilkan dari produksi pembuatan gula terdiri dari

    limbah padat dan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan dai PG antara lain berasal

    dari :

    1. Stasiun Gilingan Limbah caimya berasal dari proses pendinginan. Air

    digunakan untukmenyemprot alat-alat yang panas pada stasiun ini supaya

    dingin dan air bekaspenyemprotan mesin ini merupakan limbah cair, karena

    tidak tertutupkemungkinan tercampur dengan kotoran-kotoran mesin, minyak

    pelumas yangmenetes karena kebocoran alat, serta tumpahan nira.

    2. PengepakanLimbah cairnya berasal dari gula yang tumpah pada saat

    pengepakan yangdibersihkan dengan air.

    3. Stasiun Putaran. Limbah caimya berasal dart stroop dan kondensat yang

    tumpah.

    4. Stasiun Masakan. Limbah caimya berasal dari stroop dan fetes yang tumpah.

  • 13

    5. Ketel Mesin yang menghasilkan uap untuk membangkitkan listrik. Ketel ini

    menghasilkan abu yang berwarna hitam dan terkadang tercampur dalam air

    limbah.

    6. Stasiun pemurnian. Limbah cairnya berasal dari alat juice heater pada stasiun

    pemurnian. Pada alat ini akan dilakukan pembersihan dengan air.

    Pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan sikat baja dan setelah itu

    dilakukan penggelontoranmenggunakan air. Air gelontoran Mil merupakan

    limbah cair dan mengandungbahan-bahan yang terkandung dalam nira yang

    diproses dalam juice heater seperti belerang, phosphat, kapur, dan sebagainya.

    Sedangkan limbah padat yang dihasilkan berupa blotong dan ampas dari kegaiatan

    pemurnian dan penggilingan tebu.

    2.5.2.Kimia

    Karaktersitik kimia dari limbah PG berbeda beda sesuai dengan bahan baku dan

    bahan pemabantu yang digunakannya. Limbah blotong yang dihasilkan dapt diolah

    dan dimafaatkan kembali salah satunya menjadi pupuk kompos. Karaktersitik kimia

    pada limbah bolotong dapat dilihat pada tabel1sedangkan karakteristik limbah tetes

    dapat dilihat pada tabel2.

    Tabel1.karaktersitik kimia limbah blotong Pabrik Gula

    Analisis Blotong

    Ph 7.53

    Karbon (C) % 26.51

    Nitrogen (N)% 1.04

    Nisbah C/N % 25.62

    Fosfat (P2O5) % 6.142

    Kalium (K2O)% 0.485

    Natrium (Na2O)% 0.082

    Kalsium (Ca)% 5.785

    Magnesium (Mg) % 0.419

  • 14

    Besi (Fe)% 0.191

    Mangan (Mn)% 0.115

    Sumber : PG-Kebon Agung

    Tabel 2.Karakteristik limbah tetes Pabrik Gula

    2.5.3.Biologi

    Tabel 3. Karakteristik biologi limbah pabrik gula

    Parameter Biologi

    Hasil

    Sebelum Diolah Setelah diolah

    BOD (mg/l) 550 75

    COD (mg/l) 792,23 94.56

    TSS (mg/l) 325 70

    2.6.Tahapan Pengolahan Air Limbah

    Limbah yang dikeluarkan oleh pabrik gula saat dikeluarkan ke lingkungan haruslah

    lebih kecil atau sama dengan baku mutu yang ditetapkan agar tidak mencemari

  • 15

    lingkungan. Bahkan jika bisa limbah yang dihasilkan dimanfaatkan kembali sehingga

    limbah yang keluar pada akhirnya lebih sedikit.

    Tabel4.Baku mutu limbah cair pabrik gula

    Sumber: Keputusan Menteri LH Lampiran A.VII.

    Limbah cair di sini memerlukan 2 tahap pengelolaan, yaitu dikelola di:

    1. Inhouse keeping

    Inhouse keeping di sini sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk

    mengontrol dan mencegah kebocoran-kebocoran di setiap unit, sehingga

    meminimalisasi bahan-bahan cair penting yang terbuang dan mengurangi beban

    pencemaran pada limbah cair. Misalnya dengan memasang pembatas semenpada

    peralatan proses produksi sehingga dapat membendung material yang bocor atau

    tumpah. Pengelolaan di inhouse keeping bertujuan untuk:

    a. Pemantauan dan menekan kebocoran

    b. Menghindari kebocoran air panas

    Inhouse keeping yang telah dilakukan pada PG. Pesantren Kediri adalah dengan

    membuat bak penangkap minyak yang berfungsi untuk memisahkan minyak pelumas

    yang ada dalam inhouse keeping, agar air limbah yang nantinya menuju ke IPAL

    tidak mengandung minyak sehingga minyak tersebut tidak menjadi penghalang

    fotosintesis bakteri yang ada di dalam IPAL. Bahan yang bocor akan ditahan oleh

    inhouse keeping kemudian beberapa jenis bahan yang bocor ada yang dikembalikan

  • 16

    ke dalam proses produksi. Inhouse keeping dapat dilakukan misalnya dengan

    membangun pembatas di sekitar alat/mesin sehingga material yang tumpah akan

    tertahan oleh pembatas tersebut dan material tersebut dikembalikan ke dalam proses

    produksi.

    Limbah padat yang dihasilkan PG-Kebon Agung diolah denga dua cara aitu

    1. Penimbunan yaitu limbah padat pabrik gula dtimbun di halaman panrik yang

    disediakan

    2. Pengumpulan/ pengomposan, limbah padat blotong dikumpulkan untuk

    dilakukan pengomposan.

    2.7.Desain IPAL

    Gambar 1.Diagram Alir IPAL PG

  • 17

    Gambar2. Desain IPAL Pabrik Gula Kebon Agung

    2.8.Limbah Setelah Diolah

    Limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan diolah sehingga dapat dan

    dimanfaatkan kembali dan sebagian yang dibuang ke lingkungan berada di bawah

    ambang baku mutu. Limbah blotong setelah diolah dapat dimanfaatkan kembali

    seperti menjadi kompos yang dapat digunakan para petani di wilayah tersebut untuk

    tanam padi. Namun tanpa diolah sebelumnya blotong juga dapat digunkaan langsung

    menjadi pupuk karena mengandung unsure hara yang dibutuhkan tanah. Sedangkan

    limbah tetes yang teah diolah dapat digunakan oleh industri farmasi sebagai alcohol

    atau pabrik MSG, dan sebagai pakan ternak.

    2.9.Perhitungan IPAL

    1. Beban Pencemaran

    BpBOD = Q x C

    = 40 m3/hr x 550.84 mg/l

    = 400 liter/hr x 550,84 mg/l

    = 220,36 mg/hr x 30 hari/1 blan x 1 kg/1000000 mg

  • 18

    = 6,61008 kg/blan

    BpCOD = 40 m3/hr x 792,23 mg/l

    = 400 liter/hr x 792,23 mg/l

    = 316,892 mg/hr

    = 9,50676 kg/blan

    BpTSS = 40 m3/hr x 325 mg/l

    = 400 liter/hr x 325 mg/l

    = 130.000 mg/hr

    = 3,9 kg blan

    2. Efisiensi IPAL

    Effisiensi IPAL COD = Inlet Outlet / inlet x 100 %

    = 792,23 mg/l 94,56 mg/l / 792,23 mg/l x 100%

    = 88,06 %

    Efisiensi IPAL BOD = 550,84 mg/l - 75 mg/l / 550,84 mg/l x 100%

    = 86,38 %

    Efisiensi BM BOD = BM Outlet / BM x 100 %

    = 100 mg/l 94,56 mg/l / 100 mg/l x 100%

    = 5,44 %

    Efisiensi BM COD = 250 mg/l 94,56 mg/l / 250 mg/l x 100%

    = 62,176 %

  • 19

    1. Bak Equalisasi

    Vol = 3 m3 /jam

    Waktu tinggal = 8 jam

    Va = 3 m3 /jam X 8 jam

    = 24 m3

    Ve = Va + 20% Va

    = 24 m3 + (20% X 24)

    = 28.8 m3

    2. Aerasi

    Volume (Q) = 3 m3 /jam

    Waktu tinggal (Rt) = 8 jam

    Kedalaman bak (h) = 2 m

    Volume bak = Q X Rt

    = 3 m3 /jam X 8 jam

    = 24 m3

  • 20

    III.PENUTUP

    3.1.Kesimpulan

    Bedasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa limbah yang dihasilkan dari

    kegiatan PG-Kebon Agung terdiri dari limbah padat, cair dan gas. PG-Kebon Agung

    untuk limbah cair telah dioalh dalam sistem IPAL, sedangkan penangana limbah

    padat dengan menimbun dan memanfaatkan menjadi pupuk.

    3.2.Saran

    Segala keberhasilan yang telah dicapai dalam pengolahan dan pemanfaatan limbah

    harus dipertahankan dan diusahakan pemnafatan limbah dapat melibatkan masyarakat

    sekitas sehingga dapat menjadi salah satu pemberdayaan masyrakat sekitar.

    3.3.Dapus

    Adham agil dkk. 2012. Pabrik GulaKebon Agung, Malag, Jawa Tmur. UB.

    Press.Malang.

    Anonymous. 2009. Penelitian Gula.

    http://www.ipard.com/%20penelitian%20/penelitian_gula.asp. [terhubung

    berkala] 28Desember 2014.

    Fadjari. 2009. Memanfaatkan Blotong, Limbah Pabrik Gula.

    http://kulinet.com/baca/%20memanfaatkan-blotong-limbah-pabrik-gula/536

    Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press. Jakarta