Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    1/27

    MAKALAH

    MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL

    Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 3

    Dosen Pengampu : Puspita Handayani, S.Ag. M.Pd.I

    Disusun Oleh :

    1.  Umi Ma’rifa  142010300191

    2.  Fitri Rohmawati 142010300219

    3.  Lutfi Indiyani 142010300235

    FAKULTAS EKONOMI / AKUNTANSI B.4

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

    2015/2016

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    2/27

    ii

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

     puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-

     Nya kepada penulis, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Muhammadiyah

    Sebagai Gerakan Sosial” yang diajukan sebagi tugas dari mata kuliah Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan 3 ini dengan baik.

    Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

    wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai nilai-nilai ajaran sosial kemanusiaan

    organisasi Muhammadiyah yang berangkat dari teologi Al-Maún serta revitalisasi

    gerakan social Muhammadiyah. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

    tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis

     berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,

    mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

    Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

    Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun

    orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan

    kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangundemi perbaikan di masa depan.

    Sidoarjo, 25 Oktober 2015

    Tim Penyusun

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    3/27

    iii

    ABSTRAK

    Organisasi “MUHAMMADIYAH” berdiri pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah

    bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta. Sebagai organisasi Islammodern terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, Muhammadiyah bergerak dalam

    berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi dan sosial. Teologi Al- Ma’un yangmenjadi dasar Muhammadiyah berkiprah di bidang sosial-kemanusiaan mengandungnilai-nilai ajaran yang tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, nilai-nilai

    keikhlasan dan kesediaan untuk menolong sesama dengan sekecil apapun bentuk

    bantuan yang dimiliki. Sebagai organisasi yang telah berdiri lebih dari dua abad, Muhammadiyah perlu merevitalisasi gerakan-gerakannya agar tetap mampu

    menjawab tantangan zaman. Revitalisasi tersebut harus dilakukan dalam berbagai

    aspek seperti aspek teologi, ideologi, pemikiran, kepemimpinan, organisasi, amal

    usaha dan aksi. Banyak kendala dan kritik yang harus dihadapi Muhammadiyah. Olehkarena itu, diperlukan solusi-solusi untuk menghadapi dan menjadikan kritikan

     sebagai cambuk penyemangat agar Muhammadiyah dapat terus memberikan

    kontribusi bagi umat.

     Kata kunci : Teologi Al- Ma’un, sosial, revitalisasi

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    4/27

    iv

    DAFTAR ISI

    Cover ..................................................................................................................... i

    Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

    Abstrak .................................................................................................................. iii

    Daftar Isi................................................................................................................ iv

    BAB I PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang ......................................................................................... 1

    B.  Rumusan Masalah .................................................................................... 2

    C.  Tujuan ...................................................................................................... 2

    D.  Manfaat .................................................................................................... 2

    BAB II PEMBAHASAN

    A.  Teologi Al-Maún ..................................................................................... 3

    B.   Nilai-nilai Ajaran Sosial-Kemanusiaan Muhammadiyah ........................ 10

    C.  Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah ..................................................... 12

    1.  Langkah-langkah Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah ................. 13

    2.  Aspek Revitalisasi Gerakan .............................................................. 14

    3.  Peneguhan Kembali Gerakan Muhammadiyah ................................ 17

    4. 

    Solusi dalam Revitalisai Gerakan Muhammadiyah .......................... 18

    5.  Kritik dan Kelemahan-kelemahan terhadap Gerakan Sosial

    Muhammadiyah ................................................................................ 18

    BAB III PENUTUP

    A.  Kesimpulan .............................................................................................. 21

    B.  Saran-saran ............................................................................................... 21

    C.  Penutup .................................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    5/27

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Organisasi “MUHAMMADIYAH” berdiri pada tanggal 18 November

    1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta.

    Sebagai gerakan sosial keagamaan, menurut (alm) Nurcholish Madjid

    Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern tebesar di dunia. Dilihat

    dari segi kelembagaannya, Muhammadiyah juga dikatakan sangat

    mengesankan. Karena itu, menurut Cak Nur, Muhammadiyah merupakan

    salah satu cerita sukses di kalangan Islam, tidak saja secara nasional, tapi juga

    internasional. Pernyataan Cak Nur ini merupakan sebagian dari pandangan

    yang bernada memuji dan optmistis terhadap kiprah Muhammadiyah.

    Sebagai gerakan tajrih  (pemurnian) dan tajdid   (pembaharu),

    Muhammadiyah banyak berkiprah baik di bidang akidah, ibadah, pendidikan,

    kesehatan, dan pelayanan sosial. Melalui teologi al-Maun (al-Maunisme)

    Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan yang sangat

    menekankan pentingnya amal saleh. Dengan menekuni wilayah praksis sosialkeagamaan berarti Muhammadiyah telah melaksanakan prinsip a faith with

    action. Dalam bahasa warga Muhammadiyah prinsip ini dikenal dengan

    dakwah bil hal   (mengajak dengan amalan dan tindakan konkret).

    Muhammadiyah juga mempraktikkan ajaran sedikit berbicara banyak bekerja,

     berdisiplin, bekerja keras, dan tanggung jawab secara organisasi.

     Namun, justru dengan amal usaha yang semakin banyak,

    Muhammadiyah dihadapkan pada berbagai persoalan. Misalnya, energiMuhammadiyah nyaris habis hanya untuk kegiatan rutin mengurus amal usaha.

    Dengan meminjam istilah beberapa intelektual muda, Muhammadiyah seperti

    gajah gemuk yang semakin lamban dalam memberikan respons terhadap

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    6/27

    2

    tantangan zaman. Akibatnya, kontribusi pemikiran Muhammadiyah di bidang

    sosial keagamaan terasa sangat kurang. Pada konteks inilah Muhammadiyah

     perlu merevitalisasi ideologi agar mampu menampilkan diri sebagai gerakan

    amal sekaligus gerakan ilmu. Buya Syafii Maarif merupakan salah satu tokoh

    yang konsisten menyuarakan agar Muhammadiyah mampu menyandingkan

    gerakan praksisme dan gerakan intelektualisme.1 

    Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas apa saja nilai-nilai

    ajaran sosial-kemanusiaan dalam teologi Al-Maún (Al-Maunisme) dan

     bagaimana Muhammadiyah merevitalisasi gerakannya.

    B.  Rumusan Masalah

    Dari uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa pokok permasalahan dalam

    makalah ini adalah “Apa nilai-nilai ajaran sosial-kemanusiaan dalam teologi

    Al-Maún dan bagaimana revitalisasi gerakan Muhammadiyah?” 

    C.  Tujuan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang apa

    saja nilai-nilai ajaran sosial-kemanusiaan dalam teologi Al-Maún dan bagaimana Muhammadiyah merevitalisasi gerakannya.

    D.  Manfaat

    Manfaat dari makalah ini adalah untuk memperluas wawasan pembaca

    tentang nilai-nilai ajaran sosial-kemanusiaan Muhammadiyah dan bagaimana

    Muhammadiyah merevitalisasi gerakannya agar dapat dipahami, dan dapat

    diterapkan dalam kehidupan sehari –  hari.

    1 Biyanto, Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah Biyanto November 2009.pdf  

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    7/27

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. 

    Teologi Al-Maún (Al-Maunisme)

    Teologi berasal dari kata Yunani “theos” yang berarti Tuhan dan “logia”

    yang berarti kata-kata, ucapan, atau wacana. Teologi adalah wacana yang

     berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan2. Websterds New

    Word Dictionary (dalam https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/),

    mendefinisikan teologi sebagai studi tentang doktrin-doktrin agama dan

    ketuhanan, studi tentang Tuhan, dan hubungan-Nya dengan manusia dan alam

    (“The study of religious doctrines and matter of divinity, the study of God and

    the relations between God, mankind and the universe”).  Frank Whalling

    menyimpulkan tiga pengertian teologi, yaitu pertama, teologi berkaitan erat

    dengan masalah Tuhan atau transendensi; kedua, teologi berkait dengan

    masalah doktrin; dan ketiga, teologi berkait dengan aktivitas ( second-order

    activity) yang muncul dari keimanan dan penafsiran atas keimanan.

    Dalam wacana pemikiran keagamaan Islam kontemporer, term teologi

    ini sering digandengkan dengan term-term lain yang lebih bernuansa sosial-

    antropologis. Misalnya, teologi kebudayaan, teologi pembangunan, teologi

    transformatif, teologi kaum tertindas, teologi perdamaian, teologi pembebasan

    dan sebagainya. Dalam konteks ini, teologi terkadang diidentikkan dengan

    agama (al-din atau religiusitas) sebagai landasan moral dan spiritual. Munir

    Mulkhan misalnya mendefinisikan teologi kebudayaan sebagai upaya

    menempatkan pengembangan keberagamaan dan religiusitas yang fungsional

    terhadap kehidupan obyektif dan sebagai realisasi ibadah.

    2 https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    8/27

    4

    Surat Al-Maun

    “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang

    menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang

    miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai

    terhadap shalatnya, yang berbuat riya’, dan enggan (memberikan) bantuan.” 

    (Al-Ma’un:1-7)

    Surat Al-Ma’un termasuk dari surat-surat pendek yang ada di juz 30.

    Surat yang terdiri dari tujuh ayat tersebut termasuk Makkiyah (diturunkan diMekkah). Adapun mengenai surath tersebut, salah satu ulama tafsir, seperti

    Syeikh Jamaluddin Abdur Rahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzi (W.597)

    dalam kitabnya “Zaadal Masiir fi Ilmi Tafsir”; ayat tersebut turun berkenaan

    dengan orang-orang munafiq (Pendapat Ibnu Abbas), Umar bin A’idz

    (Pendapat Ad-Dzihak), Walid bin Al-Mughirah (Pendapat As-Sidi), Ash bin

    Wa’il (Pendapat Ibnu Sa’ib), Abi Sufyan bin Harb (Pendapat Ibnu Jarij), Abi

    Jahal (Pendapat Al-Mawardi).3 

    Ketika menjelaskan tafsir surat ini, Prof. Dr. H. Quraish Shihab dalam

    Tafsir Al-Misbah, Volume 15 hal.643 sd 658 (Abdul Rahman,

    http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/), menjelaskan bahwa

    asbabun nuzul  surat Al-Maun ini sehubungan dengan kebiasaan Abu Sofyan

    dan Abu Jahal yang konon tiap minggu menyembelih seekor unta. Suatu ketika

    seorang anak yatim datang meminta sedikit daging yang telah disembelih itu,

    namun bukannya diberi daging oleh Abu Jahal dan Abu Sofyan, tetapi anak

    3 http://htq.uin-malang.ac.id/2015/03/08/kajian-tafsir-al-quran-1-surat-al-maun/

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    9/27

    5

    yatim itu malah dihardik dan diusir. Inilah peristiwa yang melatar belakangi

    turunnya surat Al-Ma`un.

    Kata al-ma`un  yang terdapat, dalam bahasa Arab berarti: bantuan,

    membantu dengan bantuan yang jelas (baik dengan alat-alat maupun dengan

    fasilitas), yang memudahkan tercapainya sesuatu yang diharapkan.  Al-ma`un 

     juga bisa bermakna: zakat, harta benda, alat-alat rumah tangga, air, keperluan

    sehari-hari, seperti periuk, piring, pacul, dan sebagainya. Dalam makna yang

    lebih luas al-ma`un  dimaknai membantu dengan sesuatu yang kecil dan

    dibutuhkan oleh orang lain.

    Dalam www.khazanahalquran.com dijelaskan, pada awal surat ini, Allah

    memulainya dengan sebuah pertanyaan. Sebenarnya, bisa saja Allah langsung

    mengabarkan tentang orang-orang yang mendustakan agama, seperti

    “Ketahuilah orang-orang yang mendustakan agama”.  Tapi Allah tidak

    menggunakan cara itu, Allah memakai bentuk pertanyaan sebagai cara

    menggugah pendengar agar lebih siap menerima informasi. Tentu berbeda

    ketika kita mendengar “Ada seorang yang berbuat keji” dengan “Tahukah

    engkau, ada orang yang berbuat keji”.

    Kata Ad-Din dalam ayat ini memiliki banyak arti. Ada yang memberi arti

    agama secara mutlak, yaitu orang-orang yang mendustakan agama Islam itu

    sendiri. Walau dhohir nya terlihat muslim, tapi dia sedang mendustakan

    agamanya sendiri. Ada pula yang mengartikannya sebagai Hari Pembalasan.

    Yaitu orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat dan Hari Pembalasan.

    Walaupun mengingkari Kiamat sama dengan mengingkari agama. Karena

    Percaya pada Hari Akhir termasuk dalam Ushuluddin yang harus diyakini.

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    10/27

    6

    Tipe-tipe Orang Yang Mendustakan Agama (Surat Al-Ma’un)

    a.  Orang yang Menghardik dan Berlaku Keras Kepada Anak Yatim

    “ Maka itulah orang yang menghardik anak yatim” (Al-Maun:2)

    Tipe pertama yang mendustakan agama yakni orang yang berlaku

    sewenang-wenang terhadap anak yatim, menganiaya haknya dan tidak

    memberinya makan serta tidak memperlakukannya dengan perlakuan

    yang baik (Ibnu Katsir, 2015). Menurut Quraish Shihab

    (http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/), terjemahan

     yadu`-u  bukan hanya menghardik tetapi juga “mendorong dengan keras”.

    Kata ini tidak harus dimaknai sebatas dorongan fisik, tetapi juga

    mencakup segala macam penganiayaan, gangguan, dan sikap tidak

     bersahabat dengan mereka. Yang jelas ayat ini melarang membiarkan dan

    meninggalkan mereka dalam kondisi apapun dan dimanapun, termasuk

    mengabaikan anak yatim.

    Kata al- yatim berarti kesendirian. Kematian ayah membuat mereka

    kesendirian, atau dalam kesendirian, sebatang kara, oleh karena itu

    mereka disebut anak yatim. Walaupun ayat ini membahas tentang anak

    yatim, namun maknanya bisa diperluas sehingga semua orang yang lemah

    dan membutuhkan pertolongan adalah termasuk kelompok terpinggirkan

    dalam kesendirian, yang perlu mendapat perhatian.

     b.  Orang yang Tidak Saling Menganjurkan Untuk Memberi Makan Orang

    Miskin

    “Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”. (Al-

    Maun:3)

    - ا تم

     

    عد 

     

    ذي ا

     

    ك ف ذ 

    -٣- نسا    

    ط

     

    ى

     

     

    حض

     

     

     

    و

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    11/27

    7

    Tipe kedua yang termasuk mendustakan agama adalah mereka yang

    tidak saling menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Menurut

    Quraish Shihab (http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-

    agama/), kata yahuddhu yang bermakna menganjurkan, memberi isyarat

     bahwa setiap orang (muslim) walaupun tidak memiliki kelebihan apapun

    tetap dituntut perannya dimanapun berada, minimal sebagai penganjur

     pemberi makan. Peran ini bisa dilakukan oleh siapa pun, selama dia

    mempunyai hati nurani dan merasakan penderitaan orang lain. Ayat ini

     juga menutup peluang sekecil apapun bagi setiap orang untuk tidak

     berpartisipasi dan merasakan betapa perhatian lebih harus diberikan

    kepada orang yang lemah dan sangat membutuhkan.

    Mementaskan kemiskinan bukan hanya tanggung jawab orang-orang

    kaya. Semua muslim punya tanggung jawab kepada orang-orang miskin.

    Jika tidak mampu untuk membantu secara langsung, seorang muslim

    masih punya kewajiban untuk mendorong orang-orang kaya agar

    membantu yang miskin. Tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk

    tidak ikut serta membantu orang yang membutuhkan.4 

    Kata tha`am  berarti makanan atau pangan. Pengertian memberi

    makan atau pangan dalam ayat ini adalah memberikan hak pangan orang

    lain yang ada di tangan orang kaya, bukan karena unsur hibah atau

    kasihan, tetapi memang hak pangan mereka ada di tangan orang yang

     berpunya. Karena zakat pada hakekatnya adalah mengembalikan hak

    orang miskin minimal sebesar 2,5% yang ada di tangan orang kaya.

    Demikian juga memberi makanan dan pangan kepada orang miskin atau

    orang yang meminta-minta, pada dasarnya adalah mengembalikan hak-

    hak mereka yang masih ada di tangan orang-orang kaya. Jika masih ada

    4 http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-1

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    12/27

    8

    orang-orang yang yang belum memberikan zakatnya, berarti pada

    hartanya masih ada hak orang miskin dan orang-orang yang meminta-

    minta. Kalau harta ini tidak dikeluarkan, sama saja dia telah memakan

    harta orang miskin dan orang-orang yang meminta-minta.

    c.  Orang yang Lalai Terhadap Salatnya

    “ Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai

    terhadap shalatnya.”(Al-Maun:4-5)

    Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang

    dimaksud ialah orang-orang munafik yang mengerjakan salatnya terang-

    terangan, sedangkan dalam kesendiriannya mereka tidak salat. (Ibnu

    Katsir, 2015). Hal ini adakalanya mengandung pengertian tidak

    mengerjakannya sama sekali atau mengerjakannya bukan pada waktu

    yang telah ditetapkan baginya menurut  syara’ , bahkan mengerjakannya

    diluar waktunya, sebagaimana yang dikatakan oleh Masruq dan Abud

    Duha.

    Dalam ayat ini Allah menyebut orang-orang yang celaka adalah

    yang lalai terhadap salatnya bukan yang lalai di dalam salatnya. Atau

    dalam bahasa arab Allah menyebutkan

    dan bukan . Hal ini dapat ditafsirkan

    dengan adakalanya karena tidak menunaikan salat di awal waktunya,

    melainkan menangguhkannya sampai akhir waktunya secara terus-

    menerus atau sebagian besar kebiasaannya. Dan adakalanya karena dalam

    menunaikannya tidak memenuhi rukun-rukun dan persyaratannya sesuaidengan apa yang diperintahkan. Dan adakalanya saat mengerjakannnya

    tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya. Maka pengertian ayat

    ini mencakup semua itu. Orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat

    -٥- نوه 

    تم س

     

     

    ذن هم ن ص ن -٤- ا 

    ص

    ل 

     

    و

     

    ف

     

    هون

     

    تم س

     

     

    ذن هم ن ص ا

     

    هون

     

    س

     

    تم

     

     

    ص

     

    ف

     

    هم

     

    ذن ا

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    13/27

    9

    tersebut berarti telah mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh

    ayat ini. Dan barang siapa yang menyandang semua dari sifat-sifat

    tersebut, maka telah sempurnalah baginya bagiannya dan jadilah dia

    seorang munafik dalam amal perbuatannya.

    d.  Orang yang Riya’ 

    “yang berbuat riya’.”(Al-Maun:6)

     Riya’  adalah melakukan sesuatu perbuatan bukan diniatkan karena

    Allah, melainkan agar orang lain yang melihatnya akan merasa takjub

    dengan perbuatannya (Ibnu Katsir, 2015). Setiap manusia suka dan ingin

    disanjung orang. Oleh karena itu, seorang muslim harus bisa menata niat

    agar amal ibadahnya hanya ditujukan untuk Allah semata.

    Orang yang riya’   termasuk dalam golongan orang yang

    mendustakan agama. Karena mereka tidak yakin dengan balasan Allah

    SWT, hingga harus berharap dilihat oleh orang lain. Jika dia yakin, pasti

    ia akan beramal hanya untuk-Nya.5 

    e. 

    Orang yang Enggan Memberikan Bantuan

    “Dan enggan (memberikan) bantuan.”(Al-Maun:7)

    Tipe pendusta agama yang terakhir dalam surat Al-Maun adalah

    mereka yang enggan memberi bantuan walaupun berupa hal-hal yang

    remeh.  Al- Ma’un  dalam bahasa arab bermakna sesuatu yang kecil dan

    remeh. Sesuatu yang tidak berharga yang bisa dipinjamkan kepada orang

    lain. Menurut Ibnu Katsir (2015), makna ayat ini yakni mereka yang tidak

    5 http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-2

    -٦- نوؤا 

    ذن هم ر ا

    -٧- نو 

    ا نو

     

     

     

    و

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    14/27

    10

    menyembah Allah SWT dengan baik dan tidak mau pula berbuat baik

    dengan sesama makhluk-Nya, sehingga tidak pula memperkenankan

    dipinjam sesuatunya yang bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain

    dengannya.

    B.  Nilai-nilai Ajaran Sosial-Kemanusiaan Muhammadiyah

    Surat al-Ma`un walaupun hanya terdiri dari 7 ayat, tetapi pesan yang

    terkandung di dalamnya pada hakekatnya sangat penting. Antara lain:

    a.  Menjelaskan secara tegas dan jelas bahwa ajaran Islam tidak pernah

    memisahkan ibadah ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan

    ukhrowi, atau membiarkan ibadah tersebut berjalan sendiri-sendiri.

    Sebagai contoh orang yang rajin sholat tetapi tidak peduli dengan

    tetangganya dan penderitaan orang lain, orang ini juga belum dikatakan

    sempuna imannya, sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa

    siapa saja yang beriman kepada Allah SWT hendaklah dia berbuat dengan

    tetangga atau tamunya.

     b.  Keikhlasan. Ikhlas memang sulit didefenisikan. Beda orang, beda pula

    definisi. Banyak orang mengatakan ikhlas berarti tanpa pamrih, atau

    mengerjakan sesuatu hanya mengharap ridho Allah Swt. Apa pun defenisi

    ikhlas dikembalikan kepada kita semua, karena keihklasan seseorang, yang

    tahu hanya orang yang bersangkutan dan Allah SWT. Ikhlas ini adalah

     puncaknya ibadah atau kenikmatan suatu ibadah. Orang yang ikhlas adalah

    orang yang tidak pernah menghitung-hitung kebaikan yang dilakukannya

    kepada orang lain, atau mungkin dia melupakan sama sekali kalau dia telah

     berbuat baik kepada orang lain, baik secara nyata atau pun tidak nyata.Orang yang ihklas adalah orang yang tidak pernah mendongkol kalau tidak

    diberi, atau menyebut-nyebut kebaikan yang telah dilakukannya kepada

    orang lain dan seterusnya.

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    15/27

    11

    c.  Kesediaan mengulurkan bantuan kepada orang-orang lemah yang

    membutuhkan dalam bentuk apa pun dan sekecil apapun. Membantu tidak

    mesti menunggu kaya terlebih dahulu, atau menunggu menjadi

     pejabat/penguasa. Membantu dilakukan kapan pun dan dimana pun.

    Membantu bisa dengan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, nasehat dan

    sebagainya.

    Menurut Sayyid Quthub yang dikutip oleh Quraish Shihab bahwa

    mungkin jawaban al-Qur`an tentang siapa yang mendustakan agama atau “hari

    kemudian” yang dikemukakan dalam surat al-Ma`un ini cukup mengagetkan

     jika dibandingkan dengan pengertian iman secara tradisional (iman berarti

     percaya), tetapi yang demikian itulah inti persoalan dan hakekatnya. Hakekat

     pembenaran ad-din  tidak cukup dengan lidah, tetapi perlu perubahan nyata

    dalam jiwa yang mendorong kepada kebaikan dan kebajikan terhadap manusia

    lain yang membutuhkan pelayanan dan perlindungan.6 

    Kiai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923), pendiri Muhammadiyah pada 8

    Dzulhijjah 1330/18 November 1912, pernah membuat murid-muridnya

     bertanya-tanya keheranan saat memberi pelajaran tafsir. Ketika menafsirkan

    surah Al-Ma’un (Alquran surah 107) secara berulang-ulang tanpa diteruskan

    dengan surah-surah lain, Dahlan sebenarnya sedang menguji kepekaan batin

     para muridnya dalam memahami Al-Quran, apakah sekadar untuk dibaca atau

    langsung diamalkan.

    Baru para murid itu paham bahwa Al-Quran tidak saja menyangkut

    dimensi kognitif, tetapi sekaligus sebagai pedoman bagi aksi sosial. Mulailah

     para murid itu mencari orang-orang miskin dan anak yatim di sekitar

    Yogyakarta untuk disantuni dan diperhatikan. Maka, berdirinya Panti-Panti

    6 Rahman, Abdul, http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    16/27

    12

    Asuhan dan Rumah Sakit PKU tahun 1923 adalah salah satu perwujudan dari

    aksi sosial ini.

    Surat Al-Ma’un adalah salah satu di antara surat-surat Makkiyah. Surat

    ini tidak tanggung-tanggung mengategorikan sebagai pendusta terhadap

    agama mereka yang tidak peduli atas nasib anak yatim dan orang miskin.

    Rupanya Ahmad Dahlan telah menangkap isyarat Al-Quran itu sehingga kajian

    tafsirnya perlu diulang-ulang sampai para muridnya benar-benar memahami

     betul tentang apa tujuan pengulangan itu.7 

    C.  Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah

    Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan

    (transformasi) yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan

    terhadap aspek-aspek yang selama ini dimiliki (proses potensial) maupun

    dengan melakukan pengembangan (proses aktual) menuju pada keadaan yang

    lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Revitalisasi sebagai proses

     perubahan yang direncanakan meliputi tahapan-tahapan penataan,

     pemantapan, peningkatan dan pengembangan yang dilakukan secara

     berkesinambungan.

    Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses

     penguatan kembali sistem paham dan jati diri sesuai dengan prinsip-prinsip

    ideal gerakan menuju pada tercapainya kekuatan mMuhammadiyah sebagai

    gerakan Islam yang menjalankan fungsi dakwah dan tajdid   menuju

    terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

    7 Ma’arif, Ahmad Syafi’i, http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/12/08/07/m8dxq8-

    teologi-almaun-muhammadiyah-1

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    17/27

    13

    1.  Langkah-langkah Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah

    Melakukan penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan

    segenap potensi Muhammadiyah dalam menjalankan amanat

    Muktamar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a.  Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan

    masyarakat di atas lokal, nasional, dan global dengan menjalankan

    fungsi dakwah dan tajdid   serta mengembangkan ukhuwah dan

    kerjasama dengan semua pihak yang membawa pada pencerahan

    dan kemaslahatan hidup.

     b.  Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan

     paham agama dalam Muhammadiyah yang mengedepankan uswah

    hasanah dan menjadi rahmat bagi kehidupan.

    c.  Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj

    Tarjih dan ijtihad yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.

    d.  Pengembangan infrastruktur dan perbaikan sistem pengelolaan

    organisasi yang mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan

    semakin mengarah pada pencapaian tujuan Muhammadiyah.

    e. 

    Mendinamisasi kepemimpinan Persyarikatan di semua tingkatan

    (Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting).

    f.  Peningkatan kualitas dan memperluas jaringan amal usaha

    Muhammadiyah menuju tingkat kompetisi dan kepentingan misi

    Persyarikatan yang tinggi, serta menjadikannya sebagai pelaksana

    usaha yang terikat dan memiliki ketaatan pada kepemimpinan

    Persyarikatan.

    g. 

    Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif

    terhadap kepentingan-kepentingan aktual/nnyata umat, masyarakat,

    dan dunia kemanusiaan dengan pengelolaan yang lebih konsisten.

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    18/27

    14

    h.  Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi

    otonom Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan

    Persyarikatan.

    i. 

    Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh

    tingkatan pimpinan dan warga Muhammadiyah.

     j.  Menggerakkan kembali Ranting dan jama’ah sebagai basis gerakan

    Muhammadiyah

    2.  Aspek Revitalisasi Gerakan

    a.  Revitalisasi Teologis

    Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau

    menafsir ulang pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman)

    dalam Muhammadiyah sebagaimana prinsip-prinsipnya tentang agama

    Islam, dunia, ibadah sabilullah dan ijtihad. Dalam revitalisasi teologis

    ini dapat dikaji ulang dan dirumuskan epistemologi keislaman

    Muhammadiyah seperti tentang kalam (falsafah) atau pandangan ke-

    Tuhanan, pandangan tentang Fiqh, dan pemikiran-pemikiran keislaman

    lainnya.

     b.  Revitalisasi Ideologis

    Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan

     penguatan sistem paham disertai langkah-langkah pelembagaannya

    yang menjadi landasan membangun kesadaran dan ikatan kolektif

    dalam memperjuangkan gerakan Muhammadiyah. Pemikiran dasar

    Kyai Dahlan, dua belas langkah dari Kyai Mas Mansur, muqaddimah 

    anggaran dasar, kepribadian Muhammadiyah, matan keyakinan dan

    cita-cita hidup Muhammadiyah, khittah  perjuangan Muhammadiyah,

    dan pedoman hidup islami warga Muhammadiyah merupakan rujukan

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    19/27

    15

    dasar sekaligus perlu disistematisasi dalam konsep terpadu sehingga

    menjadi basis ideologi gerakan Muhammadiyah yang mengikat seluruh

    anggota Muhammadiyah dalam melaksanakan gerakan. Ketika

    dirasakan adanya krisis kemuhammadiyahan, maka krisis tersebt harus

    dibaca dalam konteks pelemahan ideologis di kalangan

    Muhammadiyah karena tuntutan-tuntutan dan pertimbangan-

     pertimbangan yang biasanya serba pragmatis.

    c.  Revitalisasi Pemikiran

    Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan

    wawasan pemikiran seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin,

     baik mengenai format pemikiran Muhammadiyah sebagai gerakan

    Islam yang bercorak dakwah dan tajdid , maupun dalam memahami

     permasalahan-permasalahan dan perkembangan kehidupan tingkat

    lokal, nasional, dan global. Dikotomi yang keras tentang pemikiran

    literal versus liberal, pemurnian versus pembaruan atau

     pengembangan, ekslusif versus inklusif, organisasi versus alam

     pikiran, struktural versus kultural menggambarkan masih

    terperangkapnya sebagian kalangan dalam Muhammadiyah mengenai

    orientasi pemikiran pada wilayah orientasi atau paradigma yang sempit

    atau terbatas. Sejauh menyangkut pemikiran perlu dijelaskan domain

    relativitas setiap pemikiran agar tidak terjadi pengabsolutan setiap

     pemikiran, lebih-lebih jika klaim pemikiran tertentu dijadikan alat

     pemukul dan saling menegaskan terhadap pemikiran yang lain,

    sehingga yang terjadi ialah perebutan dominasi dan bukan sikap

    tasamuh.

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    20/27

    16

    d.  Revitalisasi Organisasi

    Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan

    sistem pengelolaan kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut

     penataan struktur dan fungsi organisasi, birokrasi, pengelolaan dan

     pelayanan administrasi, hingga pengembangan organisasi yang

    mengarah pada peningkatan kualitas, efisiensi-efektivitas, dan

    menjadikan organisasi sebagai instrument gerakan untuk kemajuan dan

     pencapaian tujuan Muhammadiyah.

    e.  Revitalisasi Kepemimpinan

    Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas

    fungsi efektivitas pimpinan persyarikatan diseluruh lini, termasuk di

    lingkungan organisasi otonom dan amal usaha, yang secara langsung

    menjadi kekuatan dinamik dalam menggerakan Muhammadiyah.

    Kepemimpinan Muhammadiyah juga tidak cukup dikonstruksi dengan

    idealis normatif semata seperti mengenai hak akhlaq dan standar-

    standar ideal kepemimimpinan, tetapi juga harus disertai format

    aktualisasi kepemimpinan yang nyata (bukan kepemimpinan yang berumah diatas angin tetapi harus membumi), karena kepemimpinan

    Muhammadiyah merupakan kepemimpinan sistem dan bukan

    kepemimpinan figur. Faktor figur pun tidak dapat dikonstruksikan

    sekadar dari kejauhan sebagaimana konsep kepemimpinan pesona Ratu

    adil. Kepemimpinan Muhammadiyah juga bukan sekadar domain

    diniyyah (aspek-aspek kemampuan aktual dalam mengelola kehidupan

    yang dipimpin), sehingga dapat menjalankan misi kerisalahan islam.

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    21/27

    17

    f.  Revitalisasi Amal Usaha

    Revitalisasi amal usaha menyangkut pengembangan kualitas amal

    usaha Muhammadiyah diberbagai bidang yang dapat tumbuh diatas

    misi dan visi gerakan sekaligus dapat memenuhi hajat hidup

    masyarakat. Amal usaha Muhammadiyah bukan ladang mencari

    nafkah bagi para penghuninya, tetapi harus menjadi sarana atau media

    dakwah dan perwujudan misi Persyarikatan.

    g.  Revitalisasi Aksi

    Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model

    kegiatan atau aktivitas gerakan Muhammadiyah yang secara langsung

    dapat memenuhi kepentingan masyarakat luas dengan misi dakwah dan

    tajdid   seperti dalam pemberdayaan ekonomi kaum miskin, advokasi

    kaum marjinal dan tertindas, memperkuat, potensi dan peran

    masyarakat madani, advokasi lingkungan hidup, resolusi konflik

    gerakan anti kekerasan, gerakan anti korupsi, kegiatan-kegiatan

     pembinaan umat yang bercorak partisipatif, dan aktivitas sosial

    masyarakat lainnya semangat etos Al-Ma’un.

    3.  Peneguhan Kembali Gerakan Muhammadiyah

    Peneguhan kembali gerakan Muhammadiya dikarenakan adanya

    masalah perserikatan antara lain,

    a.  Longgarnya penjagaan identitas dan ideologi gerakan, sehingga

    lemah dalam ikatan organisasi dan kolektivitas.

     b. 

    Lemahnya dinamika organisasi.c.  Mulai dirasakan kekurangan kader potensi untuk memenuhi

    kebutuhan kepemimpinan

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    22/27

    18

    d.  Terjadi perpindahan aktivitas-warga-kader persyarikatan ke jamaah

    lain

    e.  Amal usaha cenderung jalan sendiri / lepas kendali dari misi otoritas

     persyarikatan

    f.  Beberapa amal usaha terutama pendidikan keadaannya amat

    memprihatinkan.

    4.  Solusi dalam Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah

    a.  Menggerakkan kembali Ranting dan jama’ah sebagai basis gerakan

    Muhammadiyah

     b.  Menggerakkan kembali pengajian persyarikatan yang terstruktur

    (terprogram), kurikulum jelas dan tersedia narasumber yang

    kompeten.

    c.  Optimalisasi masjid wakaf Muhammadiyah sebagai basis

     pembinaan warga persyarikatan.

    d.  Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi

    otonom Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan

    Persyarikatan.

    e. 

    Pendataan kebutuhan kader (termasuk kader pengelola) cross cek

    dengan ketersediaan/potensi yang ada.

    f.  Meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan pengkaderan formal.

    5.  Kritik dan Kelemahan-kelemahan terhadap Gerakan Sosial

    Muhammadiyah

    Muhammadiyah sering menuai kritik sebagai gerakan sosial yang

    mulai terjangkit penyakit elitisme. Perkembangan Muhammadiyah yangkian pesat dari hari ke hari dalam banyak hal menyebabkan terjadinya

     pergeseran orientasi, termasuk orientasi gerakan sosialnya. Jika pada

    mulanya, amal usaha Muhammadiyah, khususnya dalam bidang sosial

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    23/27

    19

    lebih banyak “berbicara” pada bidang-bidang sosial yang berorientasi

    voulentaire, kini hampir bisa dipastikan bahwa seluruh amal usaha

    Muhammadiyah berorientasi pada persoalan ekonomi dan sampai batas-

     batas tertentu cenderung profit oriented.

    . Hal itu tidak sepenuhnya salah, karena sebagai sebuah organisasi,

    Muhammadiyah harus profesional, dan profesionalitas itu antara lain

    harus diwujudkan dalam bentuk-bentuk seperti itu, sedangkan pola-pola

    volunteerism  tentu memiliki potensi yang kontra produktif dengan

    kenyataan tersebut. Tetapi hal itu sekaligus menimbulkan dilema: pada

    satu sisi Muhammadiyah memang harus terus mengembangkan

     profesionalitasnya, tetapi yang juga harus diingat adalah, jangan sampai

     profesionalitas yang hendak dicapai itu melupakan fungsi-fungsi sosial

    Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan.

    Jika dikaitkan dengan teori gerakan, maka Muhammadiyah

    cenderung berada pada posisi peripheral, tidak “Kiri” tidak juga “Kanan”.

    Maka tidak ada salahnya jika Muhammadiyah mengambil peran gerakan

    Kiri, bukan dalam bentuk, tetapi dalam fungsi, untuk melakukan

    keberpihakan ulang terhadap kaum proletar seperti pada masa-masa awal

     berdirinya organisasi ini. Secara umum, Kiri diartikan sebagai kelompok

    yang cenderung radikal, sosialis, “anarkis”, reformis, progresif atau

    liberal. Dengan kata lain, Kiri selalu menginginkan kemajuan ( progress)

    yang memberikan inspirasi bagi keunggulan manusia atas “takdir sosial” 

    yang dialaminya. Kelemahan Muhammadiyah dalam bidang gerakan

    sosial lainnya adalah pendasaran pembinaan sosial pada jenis kelamin dan

    usia yang pada gilirannya menjadikan Muhammadiyah seolah-olah tidak

     peduli dengan interest group, seperti petani, buruh, nelayan kalangan

     proletar lainnya. Akibatnya, Muhammadiyah seolah-olah membiarkan

    warganya yang menjadi buruh berbondong-bondong ke organisasi lain

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    24/27

    20

    yang dirasa lebih aspiratif dengan kepentingannya, seperti APSI, atau

     petani yang ke HKTI dan sebagainya. Maka proletarisasi Muhammadiyah,

    nampaknya merupakan suatu persoalan yang sangat urgen untuk

    dilakukan dalam diri Muhammadiyah. Mau tidak mau harus diakui, bahwa

    apapun yang dilakukan oleh Muhammadiyah kurang menyentuh massa di

    kalangan grass root .

    Jika hal ini terus berlanjut, maka sedikit demi sedikit

    Muhammadiyah akan mulai kehilangan basis massa pendukungnya,

    khususnya dari kalangan kelas menengah ke bawah. Kecuali jika

    Muhammadiyah memang sudah puas dengan basis massa kalangan

    menengah ke atas yang saat ini dimilikinya.8 

    8 Ahmad, Bojes. Makna Muhammadiyah dalam Gerakan Sosial  

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    25/27

    21

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. 

    Kesimpulan

    Teologi Al-Maun yang merupakan dasar ajaran nilai sosial-kemanusiaan

    Muhammadiyah mengajarkan bahwa ajaran Islam tidak pernah memisahkan

    ibadah ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan ukhrowi, atau

    membiarkan ibadah tersebut berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, teologi Al-

    Ma’un juga mengajarkan arti keikhlasan, dan k esediaan untuk mengulurkan

     bantuan kepada orang-orang lemah yang membutuhkan dalam bentuk apa pun

    dan sekecil apapun. Bahkan KH Ahmad Dahlan merasa perlu harus

    mengulang-ulang tafsir dari surat Al-Ma’un tersebut agar murid-muridnya

     benar-benar memahami ajaran dalam surat Al-Ma’un, apakah sekadar untuk

    dibaca atau langsung diamalkan sebagai aksi sosial.

    Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara

    yang telah berdiri selama dua abad dan memiliki banyak bidang yang

    dijalankan, Muhammadiyah dihadapkan pada berbagai persoalan.

    Muhammadiyah diibaratkan seperti gajah gemuk yang semakin lamban dalam

    memberikan respons terhadap tantangan zaman. Oleh karena itu,

    Muhammadiyah perlu merevitalisasi gerakannya diberbagai aspek antara lain

    aspek teologi, ideologi, pemikiran, organisasi, kepemimpinan, amal usaha dan

    aksi agar terus dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat luas.

    3.2. Saran-saran

     Nilai-nilai ajaran sosial-kemanusiaan dalam teologi Al-Ma’un (Al-

    Maunisme) perlu benar-benar dihayati dan diamalkan oleh seluruh

    masyarakarat pada umumnya dan anggota Muhammadiyah pada khususnya

    agar tercipta masyarakat yang sejahtera dan memiliki jiwa sosial dan nilai-nilai

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    26/27

    22

    moral dalam membangun masyarakat. Selain itu, Muhammadiyah juga harus

    terus merevitalisasi gerakannya agar dapat menghadapi tantangan

     perkembangan zaman dan terus berkontribusi positif bagi memaslahatan umat.

    3.3. Penutup

    Demikian penjelasan yang dapat penulis sampaikan mengenai materi

    yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan

    kelemahan dalam penulisan disebabkan kerena terbatasnya pengetahuan,

    kurangnya rujukan atau juga mungkin referensi yang penulis peroleh.

    Diharapkan dengan makalah ini, para pembaca yang budiman dapat

    memberikan kritik maupun saran yang membangun demi sempurnanya

    makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

    khususnya pada diri penulis sendiri.

  • 8/19/2019 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir.2015.Tafsir Ibnu Kasir Terj. Cet

     Ke-6 .Bandung:Sinar Baru Algensindo

    Ahmad,Bojes. Makna Muhammadiyah dalam Gerakan Sosial .www.academia.edu

    Batutah, Ridwan.   Makalah Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah Kel.12. 

    http://dokumen.tips/documents/makalah-revitalisasi-gerakan-muhammadiyah-

    kel12.html

    Biyanto. Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah Biyanto November 2009.pdf . 

    http://eprints.uinsby.ac.id/47/

    https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/

    http://htq.uin-malang.ac.id/2015/03/08/kajian-tafsir-al-quran-1-surat-al-maun/

    https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi

    http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/

    http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-1

    http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-2