3
Mutiara Hikmah Ulama Salaf 20 Keadilan dan Kezaliman Dalam Berinteraksi Dengan Allah [211] Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata, “Apabila hal-hal yang tersembunyi [amalan hati dan sesuatu yang tidak tampak di mata manusia, pent] sesuai dengan apa yang tampak secara terang- terangan, maka itulah keadilan. Apabila hal-hal yang tersembunyi itu justru lebih baik daripada apa yang tampak, maka itu adalah keutamaan. Dan apabila yang tampak secara terang-terangan lebih baik daripada yang tersembunyi maka itulah ketidakadilan.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 14) Apa Yang Membedakan Kita Dengan Mereka? [212] Abdullah bin Mubarak menceritakan: Ada seseorang yang berkata kepada Hamdun bin Ahmad, “Mengapa ucapan salaf itu lebih bermanfaat daripada ucapan kita?”. Beliau menjawab, “Karena mereka berbicara demi kemuliaan Islam, keselamatan jiwa, dan demi menggapai ridha ar-Rahman. Adapun kita hanya berbicara demi kemuliaan diri sendiri, mencari dunia dan membuat ridha makhluk.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 14) Nasehat Untuk Diri Sendiri [213] al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Wahai orang yang malang. Engkau berbuat buruk sementara engkau memandang dirimu sebagai orang yang berbuat kebaikan. Engkau adalah orang yang bodoh sementara engkau justru menilai dirimu sebagai orang berilmu. Engkau kikir sementara itu engkau mengira dirimu orang yang pemurah. Engkau dungu sementara itu engkau melihat dirimu cerdas. Ajalmu sangatlah pendek, sedangkan angan-anganmu sangatlah panjang.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 15) Menangisi Diri Sendiri [214] Qabishah bin Qais al-Anbari berkata: adh-Dhahhak bin Muzahim apabila menemui waktu sore menangis, maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Beliau menjawab, “Aku

Mutiara Hikmah Ulama Salaf 20

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mutiara Hikmah Ulama Salaf 20

Mutiara Hikmah Ulama Salaf 20Keadilan dan Kezaliman Dalam Berinteraksi Dengan Allah

[211] Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata, “Apabila hal-hal yang tersembunyi [amalan hati dan sesuatu yang tidak tampak di mata manusia, pent] sesuai dengan apa yang tampak secara terang-terangan, maka itulah keadilan. Apabila hal-hal yang tersembunyi itu justru lebih baik daripada apa yang tampak, maka itu adalah keutamaan. Dan apabila yang tampak secara terang-terangan lebih baik daripada yang tersembunyi maka itulah ketidakadilan.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 14)

Apa Yang Membedakan Kita Dengan Mereka?

[212] Abdullah bin Mubarak menceritakan: Ada seseorang yang berkata kepada Hamdun bin Ahmad, “Mengapa ucapan salaf itu lebih bermanfaat daripada ucapan kita?”. Beliau menjawab, “Karena mereka berbicara demi kemuliaan Islam, keselamatan jiwa, dan demi menggapai ridha ar-Rahman. Adapun kita hanya berbicara demi kemuliaan diri sendiri, mencari dunia dan membuat ridha makhluk.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 14)

Nasehat Untuk Diri Sendiri

[213] al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Wahai orang yang malang. Engkau berbuat buruk sementara engkau memandang dirimu sebagai orang yang berbuat kebaikan. Engkau adalah orang yang bodoh sementara engkau justru menilai dirimu sebagai orang berilmu. Engkau kikir sementara itu engkau mengira dirimu orang yang pemurah. Engkau dungu sementara itu engkau melihat dirimu cerdas. Ajalmu sangatlah pendek, sedangkan angan-anganmu sangatlah panjang.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 15)

Menangisi Diri Sendiri

[214] Qabishah bin Qais al-Anbari berkata: adh-Dhahhak bin Muzahim apabila menemui waktu sore menangis, maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Beliau menjawab, “Aku tidak tahu, adakah diantara amalku hari ini yang terangkat naik/diterima Allah.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 18)

Meninggalkan Sholat

[215] Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Barangsiapa meninggalkan sholat maka sungguh dia telah kafir. Tidak ada suatu perkara amal yang ditinggalkan menjadikan kafir kecuali sholat. Orang yang meninggalkannya adalah kafir…” (lihat ‘Aqa’id A’immah as-Salaf, hal. 26)

Tatkala Bid’ah Bertebaran

Page 2: Mutiara Hikmah Ulama Salaf 20

[216] Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun kecuali mereka mengada-adakan bid’ah padanya dan mematikan sunnah. Sehingga merajalela lah bid’ah dan matilah sunnah-sunnah.” (lihat al-I’tisham [1/39])

Syahwat Yang Samar

[217] Imam Ibnul Atsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya syahwat yang samar adalah suka orang lain melihat amal yang dilakukan.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilmi, hal. 21)

Bukan Ciri Orang Yang Bertakwa

[218] Bisyr bin al-Harits rahimahullah berkata, “Bukanlah orang yang bertakwa kepada Allah orang yang cinta dengan popularitas.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilmi, hal. 22)

Apalah Artinya Pujian Manusia

[219] Suatu ketika Imam Ahmad berkata kepada muridnya setelah mendengar pujian orang kepada dirinya, “Wahai Abu Bakr, apabila seorang telah mengenal dirinya maka tidaklah bermanfaat baginya ucapan orang.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilmi, hal. 22)

Hakikat Anak Adam

[220] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam. Sesungguhnya engkau adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu maka hilanglah sebagian dari dirimu.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilmi, hal. 35)

Hakikat Ilmu

[221] Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ilmu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi ia adalah cahaya yang Allah berikan ke dalam hati. Syaratnya adalah ittiba’/setia mengikuti tuntunan dan meninggalkan hawa nafsu/penyimpangan dan membuat-buat bid’ah.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilmi, hal. 40)