Mutlaq Dan Muqayyad

Embed Size (px)

Citation preview

MUTLAQ DAN MUQAYYAD; DALAM PEMBAHSAN KAIDAH TAFSIR

PAGE 20Kaidah Mut{laq dan Muqayyad__

KAIDAH MUT{LAQ DAN MUQAYYADOleh: Masyhuri dan Muhammad Yunan

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Fakta yang tak bisa dipungkiri bahwa ummat Islam telah mengaktualisasikan rasa antusias yang tinggi terhadap kajian Alquran di sepanjang sejarahnya. Ribuan kitab telah lahir dari goresan tangan para ulama yang diwariskan dan dikembangkan dari generasi ke generasi. Meskipun gerakan tersebut telah lama dilakukan, sedikitpun rasa bosan tidak menghinggapi para pengkajinya. Bahkan di sepanjang sejarah kajian tersebut tetap dianggap aktual dan mampu memberikan inspirasi yang tinggi bagi banyak kalangan. Penulis berani menyatakan bahwa sungguh dangkal pemikiran para pengkaji Alquran yang menganggap biasa fenomena sejarah ini, terlebih terhadap pandangan yang lebih rendah dari anggapan biasa ini.Fenomena luar biasa ini menunjukkan bahwa Alquran bukanlah hasil karya manusia, tetapi Alquran adalah kalam Tuhan yang menjadi panduan bagi hamba-Nya yang ingin mendapatkan anugrah keselamatan, kebahagiaan dan ketenangan hidup dari Allah. Karena kedudukannya sebagai panduan hidup, sehingga di dalamnya terdapat seperangkat aturan yang mengikat yang harus dipatuhi (hukum tasyri>).

Dalam Alquran, Allah menyapa hamba-Nya dengan retorika keindahan bahasa yang tidak tertandingi. Terkadang hukum tasyri tersebut disampaikan dalam bentuk keadaan yang berbeda-beda, dan terkadang pula disampaikan dalam bentuk kalimat yang bersyarat. Di kalangan para ulama tema tersebut dikenal dengan istilah mut}laq dan muqayyad.Kajian mut}laq dan muqayyad dalam kajian Alquran memiliki hubungan yang sangat erat dengan a>m dan kha>s}. Hal ini dapat diperhatikan dari beberapa tulisan para ulama yang mengelompokkan tema mut}laq dan muqayyad ini ke dalam sub pembahasan a>m dan kha>s}, di antaranya; Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d dalam kitabnya Mafhu>m al-Na>s} Dira>sah fi> Ulu>m al-Qura>n, begitu juga dengan Mukhtar Yahya dalam karyanya Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqhi Islam.

Meskipun kajian mut}laq dan muqayyad memiliki hubungan yang sangat erat dengan a>m dan kha>s}, namun bukanlah berarti kajian tersebut dapat dipersamakan. Muh}ammad Ba>qir al-S{adr, mengemukakan perbedaan dari kedua tema tersebut, beliau menjelaskan bahwa kajian a>m dan kha>s} adalah menyangkut suatu tatanan yang biasanya meliputi segala bentuk penerapan hukum yang berbeda-beda, yang sebagiannya karena alasan tertentu merupakan pengecualian dari yang umum. a>m dan kha>s} berkaitan dengan penerapan hukum. Sedangkan dengan mut}laq dan muqayyad, menurut beliau, berhubungan dengan hakikat dan watak dari kewajiban yang harus dilaksanakan oleh si pemikul kewajiban tersebut. Mut}laq dan muqayyad berhubungan dengan keadaan yang berbeda-beda dan sifat sifat hukum itu sendiri.

Lantas bagaimana keberadaan kajian tema mut}laq dan muqayyad tersebut dalam kajian Alquran, khususnya pembahasan kaidah-kaidah tafsir? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tulisan ini akan membahas tema mut}laq dan muqayyad tersebut, meskipun dalam wadah yang sangat sederhana.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa dan bagaimana penerapan kaidah-kaidah mut}laq dan muqayyad dalam pembahasan tafsir? Yang penulis urai dalam sub-sub masalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan mut}laq dan muqayyad?b. Bagaimana penerapan kaidah-kaidah mut}laq dan muqayyad dalam pembahasan tafsir?B. PEMBAHASAN1. Pengertian Mut}laq dan Muqayyada. Pengertian Mut}laqKata mut}laq () berasal dari akar kata yang terdiri dari huruf , dan asal keumuman hukumnya satu, yaitu menunjuk pada meninggalkan (membiarkan kosong) dan menyuruh (dengan mengutus utusan).

Sedangkan pengertian mut}laq menurut istilah para ulama adalah sebagai berikut:

1) Menurut al-Amidi>, sebagaimana yang dikutip oleh Mohammad Nor Ichwan, mut}laq adalah suatu lafaz yang menujukkan atas dalil-dalil yang mencakup seluruh jenis.

2) Menurut Abd al-Rah}ma>>n bin Ju>dilla>h al-Bana>ni> al-Ma>liki>, sebagaimana yang dikutip oleh Mohammad Nor Ichwan, mut}laq adalah suatu lafaz yang menunjukkan kepada sesuatu yang maknanya tidak terikat oleh batasan tertentu.

3) Menurut Manna al-Qat}t}a>n, mut}laq adalah suatu lafaz yang menunjukkan atas suatu hakikat tanpa ada batas.

4) Menurut Abd al-Wahha>b Khala>f, mut}laq adalah lafaz yang menunjukkan kepada satuan yang tidak dibatasi secara lafaz dengan batasan apa saja.

5) Menurut Muh}ammad Jawad Mug}niyyah, sebagaimana yang dikutip oleh Romli SA, mut}laq adalah suatu lafaz yang menunjukkan kepada sesuatu pengertian tanpa diikat oleh batasan tertentu.

6) Menurut Khalid bin Us\\ma>n, mut}laq adalah lafaz yang diterima untuk satuan yang tidak ditetapkan gambaran hakikat sempurna untuk jenisnya.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ulama di atas, dapat ditarik satu benang merah bahwa yang dimaksud dengan mut}laq adalah suatu lafaz yang menunjukkan kepada satu satuan tertentu tetapi dan tidak memiliki pembatasan. Contohnya:

((((((((((( (((((((((((( ((( ((((((((((((( (((( (((((((((( ((((( (((((((( ((((((((((( (((((((( (((( (((((( ((( ((((((((((( ( ((((((((( (((((((((( ((((( ( (((((( ((((( ((((((((((( ((((((( (((

Terjemahnya: Dan mereka yang menzhihar isterinya, kemudian menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Muja>dilah/ 58: 3)

Lafaz di dalam ayat di atas termasuk kategori mut}laq, sebab tidak adanya batasan baik berupa sifat tertentu, atau keadaan yang lainnya. Sehingga makna mudak yang dimaksud mencakup budak yang beriman dan budak yang kafir. b. Pengertian MuqayyadKata muqayyad () berasal dari akar kata terdiri dari huruf , dan , yang berarti sesuatu yang dikenal atau diketahui. Istilah ini kemudian digunakan untuk segala sesuatu yang terikat. Jadi pada wilayah ini, muqayyad (sesuatu yang terikat) adalah antonim dari mutlak (sesuatu yang tidak terikat).

Sedangkan muqayyad menurut istilah adalah sebagai berikut:

1) Menurut Kha>lid bin Us\ma>n, muqayyad adalah lafaz yang diberikan kepada sesuatu yang telah ditentukan atau kepada sesuatu yang tida ditentukan yang disifatkan dengan perintah tambahan atas hakikat yang melengkapi jenisnya.

2) Menurut Abd al-Wahha>b Khala>f, muqayyad adalah lafaz yang menunjukkan kepada satuan yang dibatasi secara lafaz dengan batasan apa saja.

3) Menurut Syaikh Khud}ari Beik, sebagaimana yang dikutip oleh Romli SA, muqayyad adalah lafaz yang menunjukkan kepada suatu objek atau beberapa objek ( atau ) yang dibatasi oleh lafaz tertentu.

4) Menurut Manna al-Qat}t}a>n, muqayyad adalah lafaz yang menunjukkan atas suatu hakikat dengan adanya batasan.

Sebagai contoh ayat Alquran sebagai berikut:((((( ((((( (((((((((( ((( (((((((( ((((((((( (((( ((((((( ( ((((( (((((( ((((((((( ((((((( ((((((((((( (((((((( (((((((((( (((((((( (((((((((( (((((( (((((((((( (((( ((( ((((((((((( ( ((((( ((((( ((( (((((( ((((((( (((((( (((((( (((((((( ((((((((((( (((((((( (((((((((( ( ((((( ((((( ((( (((((( (((((((((( ((((((((((( ((((((((( (((((((( (((((((((( (((((( ((((((((( ((((((((((( (((((((( (((((((((( ( ((((( (((( (((((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((((((( (((((((( ((((( (((( ( ((((((( (((( (((((((( (((((((( ((((

Terjemahnya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Nisa>/ 4: 92)

Pada ayat di atas terdapat beberapa lafaz yang muqayyad, yaitu: 1)Lafaz (membunuh) di-taqyid-kan dengan lafaz (karena salah), sehingga kewajiban membayar kafarat hanya berlaku pada kasus pembunuhan secara tidak sengaja atau lalai, bukan yang lainnya;

2)Lafaz (hamba sahaya) di-taqyid-kan dengan lafaz (yang beriman), sehingga budak yang selain mukmin tidak termasuk di dalamnya;3)Lafaz (denda) di-taqyid-kan dengan lafaz (yang diserahkan). Maksudnya denda itu harus diserahkan langsung kepada keluarga yang terbunuh.2. Kaidah-Kaidah Mut}laq dan Muqayyad dalam Pembahasan TafsirDi dalam kitab Qawa>id al-Tafsi>r Jaman wa Dira>sah karya Kha>lid bin Us\ma>n, disebutkan empat macam kaidah yang berkenaan dengan mut}laq dan muqayyad, yaitu:

1-

2-

3- , ,

4-

Artinya: a. Pada asalnya yang mutlak di tetapkan atas kemutlakannya, hingga ada yang memuqayyadkannya;

b.Yang mut}laq itu mengantarkan pada (makna) sempurna;

c.Apabila pada yang mut}laq terdapat dua taqyid yang berbeda, dan memungkinkan mentarjih salah salah satu dari keduanya, maka yang paling ra>jih} harus diambil;

d.Yang mutlak itu menetapkan persamaan.Berikut penjelasan kaidah-kaidah yang dimaksud:a. Kaidah pertama

Artinya: Pada asalnya yang mutlak ditetapkan atas kemutlakannya, hingga ada yang me-muqayyad-kannya.Dari kaidah di atas dipahami bahwa setiap lafaz yang dikehendaki oleh nas-nas mut}laq, maka pengamalannya didasarkan pada kemutlakannya, kecuali terdapat dalil yang menunjukkan muqayyad-nya. Misalnya:(((((( ((((((((( (((((((( ((((((( ((((( ((((((((((((( ((((( ((((((((( (((((((((((( ((((( (((((((((( ((((((((((((((( ( ((((( (((((( ((((((( ((((((((( (((((((((((( ( ((((( ((((( (((((((( (((( (((((( (((((( (((((((( ((((( ((((((( (((((( ( ((((((( (((( (((((( (((((((((( (((( ((((((( (((((( (((((((((( ((((((((((((((( (((((((((( (((((((((((((((( (((( (((((( ((( ((((((((( (((((((((((( ((((((((((( (((((

Terjemahnya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. al-Baqarah/ 2: 185)

di dalam ayat di atas adalah mut}laq, dan tidak ada muqayyad di dalamnya yang menunjukkan harus dilakukan secara berurutan ataukah harus secara terpisah. Sehingga seseorang yang meng-qad}a puasanya hanyalah mencukupkan jumlah harinya saja, dan tidak ada nas lain yang menunjukkan ke-muqayyad-annya. Sedang untuk contoh sebaliknya, yaitu muqayyad, dapat dilihat pada halaman sebelumnya.

b. Kaidah kedua Artinya: Yang mut}laq itu mengantarkan pada (makna) sempurna.Kaidah ini sering kita jumpai dalam wilayah hadis dan Alquran, yaitu sesuatu lafaz yang mutlak, tetapi dipahami dengan makna yang jelas lagi sempurna. Seperti lafaz yang dipahami sebagai seruan muaz\in, seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:

. : " " Sedang dalam Alquran misalnya:(((((((( (((((((( (((( (((((((( (((( ((((((( (((((((((((( ((((((( ((((((((( ((((((( (((( (((((( ( (((((((((( (((( ((((((( (((( ((((((((((((((( ((((

Terjemahnya: Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. al-Naml/ 27: 91)

Yang dimaksud dengan lafaz dalam ayat di atas adalah Makkah al-Mukarramah. Hal ini dipahami dari kalimat ( ).c. Kaidah ketiga , , Artinya: Apabila pada yang mut}laq terdapat dua taqyid yang berbeda, dan memungkinkan mentarjih salah salah satu dari keduanya, maka yang paling rajih harus diambil.Maksud dari kaidah ini adalah apabila terdapat dua taqyid yang berbeda, maka terdapat dua alternatif yang bisa ditempuh, yaitu; pertama, kedua taqyid tersebut ditarjih, dan taqyid yang lebih dekat kepada yang mut}laq-lah yang diambil. Kedua, apabila keduanya mempunyai kedudukan yang sama (tidak ada yang lebih rajih), maka keduanya tidak ada yang ditetapkan kepada yang mut}laq. Contoh:

1) Memilih salah satu dari dua taqyid yang lebih dekat kepada yang mut}laqKafarat sumpah yang memberikan muqqayyad dalam firman Allah dalam QS. al-Ma>idah/ 5: 89 ( ). dan kafarat z}iha>r dalam QS. al-Muja>dilah/ 58: 4 ( ). Dalam ayat lain dibicarakan pula tentang puasa dalam masalah haji tamattu yang me-muqayyad-kan secara berbeda, yaitu QS. al-Baqarah/ 2: 196 ( ).

Dalam kasus di atas, tidak diragukan lagi bahwa kafarat sumpah lebih dekat kepada kafarat z}iha>r dibandingkan dengan masalah haji tamattu, karena keduanya sama-sama kafarat. Sehingga puasa kafarat sumpah harus dilakukan dengan cara berurutan ( ) karena di-muqayyad-kan oleh kafarat z}iha>r yang di-muqayyad-kan dengan cara berurutan ( ).

2) Dua taqyid yang mempunyai kedudukan sama (tidak ada yang lebih ra>jih}), maka keduanya tidak ada yang ditetapkan kepada yang mut}laq.Sedangkan dalam kasus yang kedua ini dapat kita lihat dalam kasus meng-qad}a puasa Ramadhan dari aspek kemutlakannya dalam firmanAllah QS. al-Baqarah/ 2: 185 ( ) dengan taqyid puasa kafarat z}iha>r yang dilakukan secara berurutan dalam QS. al-Muja>dilah/ 58: 4 ( ). Begitu pula dengan taqyid puasa haji tamattu yang secara terpisah QS. al-Baqarah/ 2: 196 ( ).

Dalam masalah meng-qad}a puasa Ramadhan di atas sedikitpun tidak mempunyai hubungan yang dekat dengan salah satu dari dua taqyid di atas. Olehnya itu, pelaksanaan puasa qada tersebut tetap pada kedudukan mut}laq-nya, dan terserah kepada orang yang berpuasa untuk melakukannya secara berurutan ataukah secara terpisah.

d. Kaidah keempat

Artinya: Yang mutlak itu menetapkan persamaan.

Kaidah ini menjelaskan bahwa sesuatu yang mut}laq itu menetapkan persamaan, atau tidak membeda-bedakan. Contoh:1) Firman Allah tentang kafarat sumpah dalam QS. al-Ma>idah/ 5: 89 ( ). Waktu pelaksanaannya baik itu di awal bulan, di pertengahan ataupun di akhirnya sama saja tanpa ada perbedaan.

2) Dalam QS. al-Muja>dilah/ 58: 4 disebutkan ( ). Persamaan di dalam ayat ini nampak dari tidak dibedakannya jenis antara laki-laki dan wanita, besar dan kecilnya. C. PENUTUP1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Kata mut}laq () berasal dari akar kata yang terdiri dari huruf , dan asal keumuman hukumnya satu, yaitu menunjuk pada meninggalkan (membiarkan kosong) dan menyuruh (dengan mengutus utusan). Sedangkan pengertian mut}laq menurut istilah adalah suatu lafaz yang menunjukkan kepada satu satuan tertentu tetapi dan tidak memiliki pembatasan.

b. Kata muqayyad () berasal dari akar kata terdiri dari huruf , dan , yang berarti sesuatu yang dikenal atau diketahui. Istilah ini kemudian digunakan untuk segala sesuatu yang terikat. Jadi pada wilayah ini, muqayyad (sesuatu yang terikat) adalah antonim dari mutlak (sesuatu yang tidak terikat). Sedangkan muqayyad menurut istilah adalah lafaz yang menunjukkan kepada satuan yang dibatasi secara lafaz dengan batasan apa saja.

c. Di dalam kitab Qawa>id al-Tafsi>r Jaman wa Dira>sah karya Kha>lid bin Us\ma>n, disebutkan empat macam kaidah yang berkenaan dengan mut}laq dan muqayyad, yaitu: Pertama, Pada asalnya yang mutlak di tetapkan atas kemutlakannya, hingga ada yang me-muqayyad-kannya; kedua, yang mut}laq itu mengantarkan pada (makna) sempurna; ketiga, apabila pada yang mut}laq terdapat dua taqyid yang berbeda, dan memungkinkan men-tarji>h} salah salah satu dari keduanya, maka yang paling ra>jih} harus diambil; dan keempat, yang mutlak itu menetapkan persamaan.

2. Implikasi

Demikianlah apa yang dapat penulis tuangkan dalam tulisan ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun tetap penulis nantikan, utamanya dari Bapak Dosen Pembina Mata Kuliah Qawa>id al-Tafsi>r, untuk perbaikan di waktu mendatang. Semoga tulisan ini membawa manfaat, dan kesempurnaan hanya milik Tuhan.

DAFTAR PUSTAKAAbu> Zaid, Nas}r H}a>mid, Mafhu>m al-Na>s} Dira>sah fi> Ulu>m al-Qura>n, diterjemah oleh Khoiron Nahdliyyin dengan judul, Tekstualitas Alquran; Kritik terhadap Ulumul Quran, Cet. II; Yogyakarta: LKiS, 2002.

Bukha>ri, Ima>m, S{ah}i>h} Bukha>ri, Mausu>ah al-H{adi>s\ al-Syari>f.

Depertemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, t.c.; Bandung: PT Syaamil Cipta Media, t.th.

Ibn Fa>ris, Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mujam Maqa>yis al-lug{ah, Juz VI, Cet. III; t.tp.: Da>r al-Fikr, 1972.

Khala>f, Abd al-Wahha>b, Ilm Us}u>l al-Fiqh, diterjemah oleh Noer Iskandar al-Barsany dan Muh. Tolchac Mansoer dengan judul, Kaidah-Kaidah Hukum Islam; Ilmu Ushul Fiqh, Cet. IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.

Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, Cet. 14; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Al-Qat}t}a>n, Manna, Maba>his\ fi> Ulu>m al-Qura>n, diterjemah oleh Mudzakkir AS dengan judul, Studi Ilmu-Ilmu Alquran, Cet. VIII; Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004.

Romli SA, Muqa>anah Maz\a>hib fi> al-Us}u>l, Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.

Al-Sabt, Kha>lid binUs\ma>n, Qawa>id al-Tafsi>r Jaman wa Dira>sah, Cet. I; Madi>nah: Da>r al-Affa>n, 1421 H.

Al-S{adr, Muh}ammad Ba>qir dan Murtad}a Mut}ahhari>, A History of ilmul Ushul & Jurispudence and its Principles, diterjemah oleh Satrio Pinandito dan Ahsin Muhammad dengan judul, Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh Perbandingan, Cet. I; Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993.

Ichwan, Mohammad Nor, Memahami Bahasa Alquran; Refelksi atas Persoalan Linguistik, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

KAIDAH MUT}LAQ DAN MUQAYYAD

MAKALAH REVISI

Telah disampaikan dalam Seminar Kelas

Mata Kuliah Qawa>id al-Tafsi>r Konsentrasi Tafsir Hadis Semester II

Makassar, Selasa 30 Juni 2009Disusun oleh:

MASYHURI

NIM. 80100208071

MUHAMMAD YUNAN

NIM. 80100208078

Dosen Pemandu:

DR. H. KAMALUDDIN, M.Ag.

DR. H. BAHARUDDIN HS, M.Ag.

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2008-2009

1

Lihat struktur Daftar Isi. Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Mafhu>m al-Na>s} Dira>sah fi> Ulu>m al-Qura>n, diterjemah oleh Khoiron Nahdliyyin dengan judul, Tekstualitas Alquran; Kritik terhadap Ulumul Quran (Cet. II; Yogyakarta: LKiS, 2002). h. xxi.

Mohammad Nor Ichwan, Memahami Bahasa Alquran; Refelksi atas Persoalan Linguistik (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 205.

Muh}ammad Ba>qir al-S{adr dan Murtad}a Mut}ahhari>, A History of ilmul Ushul & Jurispudence and its Principles, diterjemah oleh Satrio Pinandito dan Ahsin Muhammad dengan judul, Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh Perbandingan (Cet. I; Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993), h. 160.

Abu> al-H}usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mujam Maqa>yis al-Lug{ah, Juz VI (Cet. III; t.tp.: Da>r al-Fikr, 1972), h. 420. Lihat juga Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Cet. 14; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 239.

Nama lengkapnya adalah Saif al-Di>n ibn Ali ibn Ali ibn Muh}ammad ibn Sa>lim al-S|alabi> al-Ami>di> al-H{anbali>. Lihat Mohammad Nor Ichwan, op. cit., h. 217.

Ibid., h. 206.

Ibid.

Manna al-Qat}t}a>n, Maba>his\ fi> Ulu>m al-Qura>n, diterjemah oleh Mudzakkir AS dengan judul, Studi Ilmu-Ilmu Alquran (Cet. VIII; Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), h. 350.

Abd al-Wahha>b Khala>f, Ilm Us}u>l al-Fiqh, diterjemah oleh Noer Iskandar al-Barsany dan Muh. Tolchac Mansoer dengan judul, Kaidah-Kaidah Hukum Islam; Ilmu Ushul Fiqh (Cet. IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), h. 319.

Romli SA, Muqaranah Maz\a>hib fi> al-Us}u>l (Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 215.

Kha>lid binUs\ma>n Al-Sabt, Qawa>id al-Tafsi>r Jaman wa Dira>sah (Cet. I; Madi>nah: Da>r al-Affa>n, 1421 H.), h. 619.

Depertemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (t.c.; Bandung: PT Syaamil Cipta Media, t.th.), h. 542.

Ibn Fa>ris, Mujam Maqa>yis al-Lug{ah, Juz III, op. cit., h. 44. Lihat jugaAbd al-Wahha>b Khala>f, loc. cit.

Kha>lid bin Us\ma>n, op. cit. h. 620.

Abd al-Wahha>b Khala>f, loc. cit.

Romli SA, op. cit. h. 216.

Manna al-Qatta>n, op. cit.

Depertemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, op. cit. h. 93.

Kha>lid bin Us\ma>n, op. cit. h. 621.

Ibid., h. 622.

Ibid., h. 623.

Ibid., h. 625.

Depertemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, op. cit. h. 28.

Kha>lid bin Us\ma>n, op. cit. h. 622.

Ibid., h. 622-623.

Ima>m Bukha>ri, S{ah}i>h} Bukha>ri, Nomor hadis: 579, Mausu>ah al-H{adi>s\ al-Syari>f.

Depertemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, op. cit. h. 385.

Kha>lid bin Us\ma>n, op. cit. h. 623-624

.

Depertemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, op. cit. h. 122.

Ibid., h. 542.

Ibid., h. 30.

Kha>lid bin Us\ma>n, loc. cit.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Ibid. h. 625.

Oleh: Masyhuri dan Muhammad Yunan