Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
NAMA :
NIM :
KELAS :
1
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan hidayah-Nya
sehingga buku panduan praktikum avertebrata air tahun 2018
dapat disusun dengan baik.
Atas terselesaikannya buku panduan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, diantaranya :
- Seluruh dosen pengampu mata kuliah Avertebrata
Air
- Keluarga besar asisten Avertebrata Air, atas
komitmen dan kerjasamanya
- Serta seluruh pihak yang belum sempat tercatat
dan telah memberikan dukungan serta bantuan
atas tersusunnya buku panduan ini.
Kami berharap dengan adanya buku panduan
praktikum Avertebrata Air ini, mahasiswa mampu
mengembangkan pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam buku ini, adanya kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
Malang, Agustus 2018
Tim Penyusun
2
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
TATA TERTIB PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR
1. Praktikan wajib datang maksimal 15 menit sebelum
praktikum dimulai
2. Dilarang menggunakan pakaian tanpa krah, wajib
bersepatu (tidak diperkenankan menggunakan sepatu
sandal atau sandal gunung)
3. Menggunakan jas laboratorium lengkap dengan identitas
masing-masing praktikan
4. Masuk dengan tertib dan menempati tempat sesuai
dengan kelompoknya masing-masing
5. Praktikan hanya diperbolehkan membawa alat tulis
(pensil, penghapus, bolpoint) serta buku panduan
praktikum dan dua lembar kertas A4 kosong, tas dan
perlengkapan lain diletakkan pada tempat yang telah
disediakan
6. Praktikan wajib mengerjakan Lembar Kerja Praktikum dan
dikumpulkan sesuai praktikum kepada asisten yang telah
ditentukan
7. Tidak diperkenankan mengganggu jalannya praktikum,
makan dan minum di dalam laboratorium, dan merokok
8. Menyerahkan tiket masuk yang telah ditentukan sesuai
kelompok kepada asisten yang telah ditentukan pada saat
akan masuk ke dalam laboratorium
9. Wajib meminta tanda tangan asisten pada kartu kendali
sebagai bukti telah mengikuti praktikum
10. Praktikan diwajibkan mengkonsultasikan hasil praktikum
kepada asisten yang telah ditentukan dan dilakukan dua
3
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
kali diluar praktikum serta tidak diperkenankan melebihi
batas waktu yang telah ditentukan
11. Bagi yang berhalangan mengikuti praktikum, melapor
pada koordinator asisten dengan surat yang sah dan
mengkonsultasikan penggantian waktu praktikum
12. Bagi praktikan yang in hole, seluruh biaya dan bahan
ditanggung oleh praktikan
13. Pelanggaran terhadap tata tertib ini akan diambil tindakan
semestinya
14. Ketentuan-ketentuan lain yang belum tercantum akan
ditentukan kemudian dengan kesepakatan bersama
4
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
PENDAHULUAN
Praktikum Avertebrata Air memperkenalkan kepada
mahasiswa tentang jenisjenis hewan Avertebrata yaitu jenis
hewan tanpa tulang belakang (notochord) yang hidup di dalam
air (tawar dan asin). Ruang Lingkup praktikum ini meliputi
taksonomi, anatomi dan ekologi/lingkungan hidup serta fungsi
organism Avertebrata ini di alam. Praktikum ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan mahasiswa tentang organism
Avertebrata perairan dan melengkapi teori yang pernah
diperoleh pada saat kuliah.
Materi dari praktikum ini mencakup Phylum yang ada
dalam kuliah, walaupun tidak semua organisme dapat dipelajari
mengingat sulitnya memperoleh sampel untuk dipelajari.
Materi dalam praktikum Avertebrata Air dibagi menjadi 3
pertemuan (tabel 1). Mahasiswa akan diberikan sampel
organisme sesuai bahasan, kemudian membahasnya mulai dari
nama spesies, klasifikasi, ciri umum maupun ciri khusus dari
masing-masing organisme sampel. Setiap informasi yang
didapatkan secara langsung dari pengamatan akan disesuaikan
dengan informasi atau sumber dari buku ataupun sumber
lainnya untuk menambah wawasan mahasiswa mengenal
Avertebrata Air.
Tabel 1. Materi Praktikum
PERTEMUAN MATERI PRAKTIKUM
I Phylum Arthropoda
II Phylum Coelenteratha dan Phylum
Echinodermata
5
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
III Phylum Porifera, Phylum Annelida dan
Phylum Branchiopoda
IV Phylum Mollusca kelas Bivalvia dan
Phylum Chepalopoda
V Mollusca kelas Gastropoda dan kelas
Polyplacopora
1. PHYLUM PORIFERA
Porifera (sponge) merupakan hewan multiseluler tingkat
rendah. Tubuhnya masih diorgansasi pada tingkat seluler,
artinya tersusun atas sel-sel yang cenderung bekerja secara
mandiri (differensiasi seluler), masih belum ada koordinasi
antara sel satu dengan sel yang lainnya.
Ada umumnya phylum porifera hidup di air laut, yaitu
tersebar atau terbentang dari daerah perairan (tide) yang
dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Fase dewasa bersifat
polyp, artinya menetap pada suatu tempat tanpa mengadakan
perpindahan. Bentuk tubuh sangat bervariasi, yaitu ada yang
menyerupai kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta,
terompet, dan lainnya (lihat Gambar 1).
6
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 1. Bentuk tubuh porifera
STRUKTUR
Struktur tubuh porifera berpori dengan berbagai
macam bentuk (Gambar 2) dan dapat dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu :
1. Asconoid
2. Syconoid atau Scypha
3. Rhagon atau Leuconoid
7
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 2. Tipe tubuh dari porifera
Tipe ascon yang berbentuk jambangan bunga merupakan
tipe sederhana dapat dilihat suatu rongga sentral yang disebut
spongocoel atau paragaster. Ujung atas dari jambangan
terdapat lubang besar yang disebut osculum. Pada dinding
tubuh hewan ini terdapat lubang-lubang kecil yang disebut
prosopyle atau sering juga disebut ostium. Lubang ini
merupakan pintu masuk aliran air yang menuju ke dalam
rongga paragaster.
FISIOLOGI
Dinding tubuh tersusun atas dua lapis : (1) lapisan luar yang
disebut lapisan epidermis/epithelium dermal. Menurut
Laubenfels sel-sel itu bukan sel-sel epithelium sebenarnya dan
sering disering disebut pinacocyt dan kadang-kadang
mempunyai satu flagellum, (2) lapisan dalam yang terdiri atas
jajaran sel-sel berleher yang disebut choanocyt yang berbentuk
botol dan memiliki flagellum. Diantara kedua lapisan itu
terdapat zat antara yang berbahan gelatin. Di dalam zat antara
terdapat : (a) sel Amoebocyte yang berfungsi mengedarkan zat-
zat makanan
ke sel lainnya dan menghasilkan gelatin, (b) Porocyte/sel pori
atau myocyt yang terletak disekitar pori, (c) Scleroblast yang
berfungsi membentuk spikula, (d) Archeocyt merupakan sel
amoebocyt embrional yang tumpul dan terdapat sel-sel
lainnya misalnya sel-sel reproduksi, (e) Spikula yang
merupakan unsur pembentuk tubuh. Macam-macam bentuk
spikula dapat di lihat pada gambar 3.
8
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 3. Macam-macam spikula sebagai endoskeleton
porifera
SISTEMATIKA
Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta
tipe spiculanya, porifera digolongkan menjadi 3 klas dan 12
ordo, sebagai berikut:
1. Klas Calcarea atau Calcispongiae
Merupakan porifera laut, gidup di daerah pantai yang
dangkal, bentuk tubuhnya sederhana, kerangka tubuh
terbuat dari CaCO3. Misalnya: Leucolsonia, Clatharina,
Grantia, Scypha, Sycon, dan lain- lain. Dibagi menjadi
dua ordo, yaitu Asconosa dan Syconosa.
2. Klas Hexactinellida atau Hyalospongiae
Merupakan porifera laut yang hidup di perairan dalam,
kerangka tubuhnya terbuat dari bahan silikat dan
spikulanya berduri enam (hexaxon). Contohnya :
9
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Euplectella, Hyalonema dan lain-lain. Terbagi dalam
dua ordo, yaitu Hexastropora, dan Amphidiscophora.
3. Klas Demospongiae
Umumnya hidup di laut, tetapi ada beberapa jenis
yang hidup di perairan tawar, kerangka tubuhnya ada
yang terbuat dari bahan silikat, dan ada yang dari
bahan spongin, ada yang campuran. Mempunyai 8
ordo, yaitu : Carnosa, Choristida, Epipolasid,
Hadromerina, Halichondrina, Poeciloclerina,
Haplosclerina, dan Keratosa.
2. PHYLUM COELENTERATA
Coelenterate berasal dari bahasa latin ; koilos = rongga,
enteron = usus, sering disebut sebagai hewan berongga.
Coelenterata merupakan hewan yang tidak mempunyai usus
yang sesungguhnya. Pemberian nama hewan berongga
sebenaranya kurang tepat karena hewan ini tidak mempunyai
rongga tubuh yang sebenarnya (coelon). Coelenterate
memiliki sebuah rongga sentral di dalam tubuh yang disebut
coelenteron yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat pencerna
makanan dan sebagai alat pengedar sari-sari makanan
keseluruh bagian tubuh.
Dinding tubuhnya secara essensial hanya tersusun atas
dua lapisan jaringan yaitu : lapisan epidermis dan lapisan
gastrodermos / endodermis. Diantara kedua lapisan tersebut
diketemukan lapisan non seluler yang bentuknya sebagai agar-
agar disebut lapisan mesoglea.Lapisan ini merupakan hasil
sekresi dari lapisan epidermis maupun lapisan gastrodermis.
10
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
BENTUK TUBUH
Hampir semua coelenterate hidup di air laut, hanya
beberapa yang hidup di air tawar. Ada yang hidup terikat pada
suatu obyek, ada yang berenang-renang bebas( Gambar 4 ).
Gambar 4.Beberapa jenis anggota phylum coelenterata
Pada coelenterate ada dua bentuk tubuh dalam satu siklus
hidupnya yaitu :Polyp. Tubuh berbentuk silindris, bagian
proksimal melekat, bagian distal mempunyai mulut yang
dikelilingi oleh tentakel. Biasanya terdapat dalam koloni.
Gonad berada di daerah eksternal atau internal. Medusa,
umumnya berbentuk seperti payung atau seperti lonceng.
Mulut terdapat pada manubrium, yaitu semacam
kerongkongan pendek.Terdapat menggantung pada
permukaan payung.Gonad menggantung di bawah saluran
radial.
11
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
SISTEMATIKA
Coelenterata dapat di bagi dalam tiga kelas, yaitu :
1. Klas Hydrozoa
Dalam siklus hidupnya berbentuk polyp maupun medusa,
memiliki ukuran yang beragam. Hidup di perairan tawar
maupun tawar maupun laut.Misalnya hydra, Obelia,
Gonionemus, Physalia.
2. Klas scyphozoan
Sering disebut sebagai jelly fishes. Bentuk polyp tereduksi
atau tidak memiliki. Sel-sel berada di mesoglea, tidak
memiliki velum. Contoh hewan ini adalah Pelagia, Cynea.
3. KlasAnthozoa
Lebih dikenal sebagai sea peans, sea anemone, atau
coral.Hanya terdiri dari polyp yang soliter maupun
berkoloni. Memiliki septa, mesentrium dan tentakel yang
menarik.
KLAS I, HIDROZOA
Pada pembahasan kelas ini diwakili oleh hydra,
merupakan polyp yang hidup soliter dalam arti tidak berkoloni,
hidup diperairan tawar (kolam, empang, danau).Dapat
berpindah tempat, tetapi biasanya melekat pada suatu obyek
(batuan,kayu,tanaman air dan lain-lain).
STRUKTUR DAN FUNGSI
Ujung bawah tubuh merupakan bagian yang tertutup dan
disebut cakram basal yang berfungsi sebagai alat gerak dan
alat perekat.Ujung atas tubuh merupakan bagian-bagian yang
12
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
berbentuk konus (jantunbg) dan ujungnya terbuka disebut
mulut (dilengkapi 6 atau 10 buah tentakel).Bagian tubuh yang
terletak antara mulut dan cakram basal disebut tangkai tubuh.
Mulut bermuara kedalam suatu rongga yang disebut rongga
gastrovaskuler atau enteron yang berfungsi untuk mencerna
makanan dan sekaligus mengedarkan sari-sari makanan ke
seluruh tubuh. Rongga vaskuler berhubungan pula dengan
rongga yang terdapat di dalam tentakel (Gambar 5)
Gambar 5. Struktur tubuh hydra (anggota klas hydrozoa)
KLAS II, SCYPHOZOA
Merupakan hewan yang mempunyai bentuk tubuh seperti
mangkok. Scyphozoa juga menunjukan gejala metagenesis
atau pergiliran keturunan, antara fase polyp dengan fase
medusa namun dalam penampilan fase medusanyaa yang
lebih dikenal.
13
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
STRUKTUR DAN FUNGSI
Sebagai contoh pembahasan yaitu ubur-ubur Aurelia
(gambar 6). Ubur-ubur ini mempunyai saluran pencernaan
makanan bersifat gastrovaskuler. Pada tengahtengah
permukaan tubuh sebelah dalam (permukaan oral atau sub
umbrella) akan muncul semacam kerongkongan menggantung
ke bawah yang disebut mambrium.
Pada ujung distal manubrium tersebut terdapat cabang
mulut yang bersisi empat, setiap sisi atau sudut mulut
dilengkapi semacam juluran pita yang disebut oral arm.
Keempat tangan mulut tersebut tersebar sedemikian rupa
sehingga mengelilingi rongga atau lubang mulut.
Selanjutnya rongga mulut ini akan bersambung dengan
saluran manubrium dan bermuara ke dalam rongga perut yang
terbagi atas sebuah rongga sentral dan empat buah kantong
gastric. Masing – masing kantong tersebut dilengkapi dengan
tentakel internal endodermal lengkap dengan nematocyts yang
dapat digunakan untuk menyengat mangsa. Dari kantong ini
pula akan menjulur saluran mesoglea untuk berhubungan
dengan saluran cicin yang ada di bagian tepi ubur – ubur.
14
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 6. Struktur tubuh jellyfish, Aurelia ( klas Scyphozoa )
KLAS III, ANTHOZOA
Merupakan klas terbesar dalam coelenterata. Semua
anggota klas ini hidup di laut, dati daerah pantai sampai
kedalaman 6.000 meter. Merupakan polyp yang menetap
dengan melekatkan diri pada suatu obyek yang terdapat di
dasar laut. Fase medusa pada klas ini mengalami reduksi.
Beberapa anggota klas anthozoa yang terkenal adalah
anemone laut, koral batu, atau koral kapur dan koral tanduk.
Anemone Laut
Merupakan polyp yang hidup soliter dengan warna yang
beranekaragam. Tentakel-tentakel yang teratur sedemikian
rupa mengelilingi celah mulut seperti daun mahkota bunga.
Biasanya anemone menempelkan diri pada batukarang, bekas
cangkang moluska atau membenamkan diri di pasir atau
lumpur. Menempelkan diri pada suatu obyek dengan bagian
15
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
tubuh yang disebut cakram kaki (pedal disc. Sebagaicontoh :
Metridium senile.
Koral Batu atau Bunga Karang
Tubuhnya menyerupai anemone laut, perbedaannya
terletak pada kerangka tubuh. Eksoskeletonnya terbuat dari
bahan CaCo3 yang disekresikan oleh lapisan epidermis.
Umumnya hidup berkoloni, berkembang biak secara aseksual,
yaitu dengan membentuk kuncup.
STRUKTUR DAN FUNGSI
Metridium spp bentuk tubuh silindris dengan bagian oral
agak melebar seperti corong yang dihiasi dengan rangkaian
tentakel-tentakel yang membentuk seperti daun bunga. Tubuh
terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu : (1) pedal disc atau
bagian kaki (2) Kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh
dan (3) oral disc atau kapitulum.
Antara bagian pedal disc dengan skapus dihubungkan oleh
bagian yang disebut Lumbus, sedangkan antara skapus dengan
oral disc dihubungkan oleh collar. Sistem gastrovaskular
dimulai dari mulut yang dihubungkan oleh stomadeum atau
kerongkangan kecoelenteron. Saluran stomadeumini
dilengkapi alur cincin bersilia di sepanjang sisinya yang disebut
siphonoglyph. Alurini merupakan jalan masuknya aliran air
kedalam coelenteron. Rongga coelenteron dibagi menjadi
bersekat-sekat oleh 6 buah septa primer atau mesenterisse
hingga terbentuk 6 ruang. Air dapat mengalir dari ruang satu
keruang lainnya melalui celah yang disebut ostia. Selain itu
terdapat septa sekunder yang merupakan septa kecil yang
16
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
menjorok dari dinding stomodeum. Diantara septa primer
dengan septa sekunder terdapat septa tersier. Pada bagian
tepi (ujung distal) daripada septa (dalam coelenteron) atau di
bagian bawah stomedeum, berkembang menjadi bentuk yang
tebal disebut filament pencernaan yang di dalam filament
tersebut terdapat sel-sel kelenjar penghasil getah pencernaan
yang mengandung enzim. Didekat bagian dasar dari filament
ditemukan benang-benang akonsia yang di dalamnya
dilengkapi sel-sel kelenjar dan nematocyst (lihat gambar 7).
Metridium spp seperti coelenterate yang lain juga tidak
mempunyai alat khusus untuk pernapasan maupun
pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal pernapasan baik
pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air maupun
pengeluran gas karbondioksida berlangsung secara difusi
melalui seluruh permukaan tubuh. Begitu pula pengeluaran zat
zat sampah sebagai sisa metabolism juga berlangsung secara
difusi.
Gambar 7. Struktur tubuh anemone, metridium spp (klas
anthozoa )
17
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Anemone laut umumnya bersifat karnivora. Makananya
berupa hewan invertebrate kecil-kecil dan ikan kecil. Beberapa
jenis ikan justru bersimbiosis yaitu dari genus Amphirion.
Makanan atau mangasa terlebih dulu dilumpuhkan dengan
racun yang dihasilkan oleh nematocytsnya, baru kemudian di
tarik dengan bantuan tentakelnya. Selanjutnya ditelan melalui
stomodeum dan masuk rongga gastrovaskuler.
3. ECHINODERMATA
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani : Echinos =
duri, derma = kulit. Semua anggota phylum ini terdapat di laut
dan memiliki bentuk tubuh simetri radia yang dilengkapi
penguat tubuh dari zat kapur dengan tonjolan-tonjolan duri.
Merupakan hewan pemakan detritus, soliter namun kadang-
kadang nampak berkelompok. Bergerak lambat dengan kaki
tabung. Gerakannya diatur oleh system hidrostatis yang
disebut sistem vaskuler air. Tetapi terbagi menjadi 5 klas :
Asteroidea (Bintang laut), Ophiuroidea (Bintang mengular),
Echinoidea (Landak laut), Holothuroidea (Ketimun laut), dan
Crinoidea (Lili laut atau bakung laut). Aneka bentuk tubuh
Echinodermata dapat dilihat pada gambar 8.
18
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 8. Aneka bentuk tubuh Echinodermata a.) Luidia, b.)
Antedon c.) Cucumaria d.) Stronggylcentrotus
KLAS I, ASTEROIDEA
Tubuh berbentuk pentagonal (bintang) dengan 5 lengan.
Pada bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri dengan
berbagai ukuran. Sekitar dasar duri terdapat pedicellaria yaitu
semacam duri kecil yang ujungnya terdapat 2 jepitan, berguna
untuk menghilangkan benda-benda asing pada permukaan
tubuhnya. Pada salah satu bagian antara dua bagian arm
terdapat lempeng saringan (madreporit) sebagai tempat keluar
masuknya air dalam system ambulakral groove. Ditengah-
tengah tubuh sebelah dorsal terdapat lubang anus. Sedangkan
pada sisi ventral atau oral termasuk bagian arm terdapat mulut
yang dikelilingi oleh membran peristom dengan 5 ambulakral
groove.Pada setiap ujung arm terdapat bintik mata (eye spot)
dan tentakel kecil.
19
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Tubuh diperkuat oleh lapisan kapur (ossiculus) yang
terikat oleh muskulus atau jaringan ikat. Arm dapat dikeluarkan
oleh otot berserat yang terdapat dalam dinding tubuh.
Pembuluh-pembuluh kaki juga dilengkapi dengan otot
berserat. System vaskuler air dimulai dari madreporit yang
menuju ke saluran cincin. Kemudian dari saluran ini muncul 5
saluran radial pada masing-masing arm. Pada bagian sebelah
dalam dari saluran arm terdapat 9 tonjolan yang disebut badan
Tiedman berfungsi sebagai tempat berkembangnya sel
amoeboid dalam system vaskuler air (Gambar 9).
Gambar 9. Anatomi bagian dalam dan sistem vaskuler air pada
bintang laut (Asteroidea).
KLAS II. OPHIUROIDEA
Hewan-hewan ophiuroidea mempunyai cakram yang jelas
muncul dari lima armnya. Setiap arm terdiri atas ruas yang
sama, masing-masing terdapat dua garis tempat melekatnya
ossicula yang meliputi 4 macam lempeng. Pada bagian lateral
terdapat duri. Bagian dalam dari ruas sebagian besar berisi
20
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
ossicula yang silindris dan tertanam pada bagian proksimal dan
cembung pada bagian distal, sehingga penyokong tubuh
tersebut bersendi dengan lainnya. Terdapat 4 otot antara 2
ossicula silindris sehingga memungkinkan arm dapat
dibengkokkan.
Pada arm terdapat coelom kecil, batang syaraf, pembuluh
darah dan cabangcabang system vaskuler. Tube feet terletak
ventrolateral tanpa ada alat penghisap atau ampulae. Tube
feet berfungsi untuk melewatkan makanan ke mulut. Semua
system pencernaan dan reproduksi terdapat dalam cakram.
Mulut terletak di tengah-tengah cakram dan dikelilingi oleh 5
lempeng kapur yang berfungsi sebagai rahang. Mempunyai
lambung namun tidak ada caeca maupun anus. Sisa makanan
dikeluarkan melalui mulut. Terdapat 5 pasang kantong kecil
menuju ke bursa. Bursa ini berguna untuk bernapas dan
sebagai saluran gonad. Madreporit terletak di daerah oral
(Gambar 10 ).
Gambar 10. Struktur bidang oral pada klas Ophiuroide.
21
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KLAS III, ECHINOIDEA
Salah satu anggota dari klas ini adalah landak laut ( sea
urchin ) gambar, berbentuk bundar, tidak memiliki arm, namun
memiliki duri yang dapat digerakkan. Bagian viscelar tersimpan
dalam cangkang yang tersusun atas 10 jajaran lempengan
kapur yang tersambung membentuk bola dan terselang oleh
daerah interambulakral ( tanpa kaki ) . Pada cangkang ( sering
disebut test = kulit rumah ) terdapat tonjolan atau tuberculum
sebagai tempat persendian duri-duri yang terbentuk dari
Kristal CaCO3. Pangkal duri terikat dengan otot sehingga dapat
digerakkan .
Pedicellariae pada echinoidea mempunyai 3 anak penjepit
dan tangkai yang panjang. Pada sisi aboral terdapat anus yang
terletak diantara lempengan kapur besar yang mengandung 2-
5 gonophore dan satu madreporit. Mulut terletak di bagian oral
dikelilingi oleh 5 buah gigi yang disokong oleh 5 rangka samping
di sebelah dalam cangkang yang terkenal sebagai Lentera
Aristoteles.
Memiliki saluran pencernaan yang panjang, dimulai dari
mulut, oesophagus, lambang yang diperluas dengan kantong-
kantong, intestinum, rectum, dan berakhir pada anus.
Oesophagus dilengkapi dengan saluran siphon yang
menghubung oesophagus dengan intestinum. Siphon ini
berfungsi untuk membawa air secara langsung ke usus, yang
diduga untuk membersihkan residu yang tidak dicerna.
Terdapat 10 insang yang menjorok dari membrane peristom.
Anatomi landak laut dapat dilihat pada gambar 11.
22
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 11. Anatomi landak laut (klas Echinoidea)
KLAS IV. HOLOTHUROIDEA
Mempunyai tubuh yang bulat memanjang dengan garis
oral ke aboral sebagai sumbu. Tubuh dibungkus oleh kulit yang
mengandung ossicula mikroskopis. Padabagian anterior,
terdapat mulut yang dikelilingi oleh 10-30 tentakel yang dapat
dijulurkan dan ditarik kembali. Holothuroidea meletakkan diri
dengan bagian dorsal di sebelah atas. Pada beberapa spesies di
bagian dorsalnya dilengkapi dengan kaki ambulakral yang
dapat berkontraksi dan berfungsi sebagai alat respirasi. Daerah
ventral memiliki 3 baris kaki ambulakral yang dilengkapi
dengan alat penghisap, berfungsi untuk bergerak dan
melekatkan diri.
Dalam tubuh Holothuroidea terdapat coelom berisicairan
yang mengandung selamoebocyte. Kulit tubuhnya terdiri atas
kutikula yang menutupi epidermis dan tidak bersilia di
bawahnya terdapat dermis yang mengandung ossicula, selapis
23
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
otot melingkar dan 5 berkas otot memanjang ganda yang kuat.
Otot tersebut dapat dipanjang pendekkan sehingga
menimbulkan gerakan seperti cacing.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut yang
disambungkan oleh esophagus pendek kelambung.
Selanjutnya makanan disalurkan keintestinum yang panjang,
ditopang oleh mesenteris, dihubungkan dengan kloaka berotot
dan berakhir di anus yang terdapat padabagian posterior
tubuh. Mempunyai dua saluran bercabang disebut pohon
respirasi yang merupakan perluasan dari kloaka kedalam
coelon. Saluran ini berfungsi sebagai alat respirasi dan ekskresi.
System vaskuler meliputi madreporit dalam coelom, saluran
cincin dikelilingi oesophagus dan 5 saluran radial yang
berhubungan dengan kaki buluh, yang masing-masing kaki
memiliki otot (Gambar 12).
Gambar 12. Anatomi ketimun laut, Cucumaria sp (klas
Holothuroidea).
KLAS V, CRINOIDEA
Mempunyai bentuk tubuh seperti bunga lili atau bunga
bakung dan seperti bulu burung. Hidup di perairan menengah
dengan kedalaman ± 3848 meter. Contoh adalah Metacrinus
24
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
sp, mempunyai bentuk seperti cangkir yang disebut calyx
tersusun dari lempengan kapur. Pada calyx ini akan tersembul
5 arm yang lentur, bertentakel pendek dan masing-masing
tentakel mempunyai pinullae yang banyak, sehingga mirip
sekali dengan bulu burung yang terurai. Pada beberapa jenis lili
mempunyai tangkai ( stalk ) yang berasal dari daerah aborax
calyx. Tangkai tersebut melekat pada dasar laut, seolah-olah
sebagai batang dengan akar (cerri).
Berbeda dengan jenis echinodermata yang lain, mulut dan
anus terletak bersebelahan. Pada anus sering ditandai dengan
bentuk kerucut yang menonjol. Pada bidang oral setiap arm
memiliki ambulakral yang ditandai dengan garis bersilia dan
berisi tentakel seperti kaki buluh, coelom pada crinoidea
sempit, tidak memiliki madreporit dan gonad biasanya terletak
di bagian pinnulae (Gambar 13).
Gambar 13. Bagian-bagian tubuh lili laut (klas crinoidea).
25
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
4. MOLLUSCA
Mollusca berasal dari bahasa latin mollis yang berarti
lunak. Hewan-hewan yang termasuk dalam phylum moluska
memiliki tubuh lunak, tidak bersegmen, terdapat kaki dan
memiliki massa vicelar pada bagian dorsal. Sebuah lapisan
daging tipis atau mantel membungkus seluruh atau sebagian
dari tubuhnya dan umumnya mempunyai cangkang luar yang
terbuat dari kapur. Secara umum bentuk tubuhnya berbeda-
beda untuk masing-masing klas. Terdapat 6 klas ( meskipun ada
beberapa ahli yang membagi 8 klas ) yaitu : Monoplacophora,
Gastropoda, Scaphopoda, pelecypoda, polyplacopora,
chaetodermomorpha, dan Neomineomorpha.
KLAS I, POLYPLCOPHORA
Salah satu anggota klas ini adalah chiton. Seluruh
anggotanya hidup di laut di daerah pasang surut sampai di
kedalaman menengah. Tubuh berbentuk elip, pipih, bilateral
simetri yang di tutupi 8 lempeng kapur sebagai cangkang.
Mempunyai mantel tebal yang disebut girdle, sebuah kaki yang
besar sehingga memudahkan untuk melekat dan merayap di
batuan.
Memiliki sebuah cekungan dangkal (pallial groove)
diantara mantel dan kakinya yang dilengkapi dengan 60 sampai
80 pasang insang berbentuk tabung. Kepala tereduksi, tidak
mempunyai mata dan tentakel. Mulut dilengkapi gigi parut
(redula). Mempunyai pharynk pendek, lambung melingkar
yang berhubungan usus yang panjang dan berakhir di anus.
Jantung terletak di bagian posterior terdiri dari, dua
aurikel dan satu ventikel yang dihubungkan dengan sebuah
aorta anterior. Pada sisi sebelahnya terdapat organ ekskresi
26
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
yang merupakan perluasan dari pericardial cavity yang
berakhir pula di pallial groove. Terdapat sebuah cincin syaraf
(nerve ring) di sekitar mulut. Organ seksualnya terpisah dimana
masing-masing gonad memiliki 2 saluran reproduksi di bagian
lateral yang berakhir pula di pallial groove (lihat gambar14).
Gambar 14. Bagian–bagian tubuh chiton (Klas Amphinoura).
KLAS II . GASTROPODA
Sering disebut sebagai hewan berkaki peut, kebanyakan hidup
di laut dan beberapa jenis hidup di darat dan air tawar.
Mempunyai anggota terbanyak ± setengah dari anggota
moluska. Cangkang gastropoda pada pertumbuhannya
mengalami torsi 180 derajat. Mempunyai kepala, mata dan
umumnya mempunyai radula. Pernapasan menggunakan
insang, paru-paru atau keduanya.
Pembahasan mengenai gastropoda ditekankan pada jenis-
jenis gastropoda laut (Gambar 15). Fisiologi gastropoda telah
dibahas dalam perkuliahan. (Gambar 16) menunjukkan
anatomi dari siput air tawar (Helix aspera) untuk mewakili
anatomi gastropoda laut.
27
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 15. Beberapa jenis gastropoda yang hidup di laut.
A.Heteropod; B.Pteropod; C.Limpet; D.Whelk; E.Sea hare; F.Abalone;
G.Nudlbranch; H.Turban; I.Slipper; J.Rock
Gambar 16. Anatomi siput air ( Helix aspersa ) mewakili klas
gastropoda
28
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KLAS III, PELECYPODA
Kelas ini sering disebut kelas bivalvia yang artinya memiliki
dua katup (2 cangkang), pelecypoda secara umum disebut
kerang karena mempunyai kaki seperti kapak. Katup tersebut
dihubungkan oleh engsel elastis yang disebut hinge ligament
dan mempunyai satu atau dua buah otot adductor di dalam
cangkangnya yang berfungsi untuk membuka atau menutup
kedua katup tersebut. Tidak mempunyai mata, kepala, dan
radula. Banyak pula yang mempunyai sepasang insang.
Kaki berotot, pipih ventrolateral, berguna menggali
lumpur/pasir. Makanan disaring oleh insang kemudian masuk
ke mulut dan esophagus dengan getah pencernaan ke usus dan
sisa makanan dikeluarkan dari anus. Insang selain berfungsi
untuk menyaring makanan juga untuk bernapas dan pada
beberapa jenis pelecypoda berguna untuk mengerami telur.
Gambar pelecypoda dapat dilihat pada Gambar 17.
29
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 17. Anatomi kerang air tawar, Anodonta sebagai
wakil dari klas Pelecypoda.
KLAS IV CEPHALOPODA
Klas cephalopoda berkaki kepala, anggotanya antara lain
cumi-cumi (Loligo sp.), Gurita (Octopus sp.), Sotong ( Sepia sp.),
Argonauta dan Nautilus (Gambar 18). Mempunyai mata,
kepala, dan radula. Kepala nampak jelas, mata besar dikelilingi
dengan tentakel-tentakel yang merupakan kaki termodifikasi.
Kakinya terdiri dari 10 lengan dimana 8 adalah lengan (arm)
pendek, sedangkan 2 adalah tangan panjang. Permukaan
sebelah dalam dari lengan dilengkapi alat penghisap (suckep
cup). Pada sisi ventral terdapat alat penyemprot (siphon) yang
dapat digunakan sebagai kemudi maupun alat pertahanan diri.
Mantel membungkus bagian visceral dan rongga mantel
yang akan membentuk krah atau leher pada batas kepala dan
bagian visceral. Air dapat masuk ke dalam mantel melalui tepi
krah dengan jalan membesarkan mantel. Selanjutnya air
disemprotkan ke luar lewat siphon dengan jalan kontraksi.
Sebelah kanan dan kiri dilengkapi sirip (fin) yang berfungsi
sebagai pendayung untuk bergerak ke depan dan belakang.
Alat pencernaan terdiri atas rongga mulut (buccal cavity)
dengan kelanjar ludah, kemudian pharynx. Oseophagus,
lambung caecum, intestinum, rectum dan anus. Selain itu
terdapat kelenjar hati dan pancreas. Di dalam pharynx terdapat
rahang chitine yang dapat digerakkan oleh otot juga terdapat
radula (Gambar 19).
30
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 19. Beberapa anggota klas Cephalopoda
5. PHYLUM ARTHROPODA
Merupakan phylum terbesar dari kerajaan hewan. Jumlah
spesies dalam arthropoda lebih banyak daripada semua
spesies dari phyla lain. Arthres = bersendisendi,poda = kaki.
Hewan-hewan yang tercakup dalam phylum ini memiliki
anggota badan atau extremitas yang bersendi-sendi. Ciri-ciri
umum dari arthopoda sebagai berikut :
1. Mempunyai appendage yang beruas.
2. Tubuh bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas.
3. Tubuh dibungkus oleh zat chitine sebagai eksoskeleton.
4. Diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak
berchitine sehingga ruas-ruas tersebut mudah
digerakan.
5. System saraf tangga tali.
6. Coelom pada hewan dewasa kecil dan merupakan
suatu rongga berisi darah dan disebut haemocoel
31
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Anggota phylum arthopoda menempati semua type
habitat sehingga pembahasan dalam praktikum ini dibatasi
pada beberapa klas yang memiliki sebagian atau seluruh siklus
hidupnya didalam air. Phylum arthopoda yang dibahas dalam
praktikum ini meliputi :
1. Udang-udangan (Crustacea dan Macrura)
2. Kepiting (Brachyura)
3. Mimi (Xiphosura)
4. Serangga (Insecta)
KLAS I, CRUSTACEA
Berasal dari bahasa latin Crusta = cangkang keras,
anggotanya termasuk udang, kepiting, lobster, kelomang.
Sebagai bahan contoh pembahasan yaitu lobster dan udang air
tawar.
Tubuh udang dibagi menjadi dua bagian besar yaitu,
cephalotorax (kepala dan dada) yang dilanjutkan dengan
abdomen (perut) dimana mempunyai eksoskeleton yang
mengandung chitine dan pada bagian tertentu tipis dan lembut
sehingga memudahkan dalam pergerakan. Seluruh tubuh
beruas-ruas (kepala = 5 , dada = 8 , perut = 6) yang masing-
masing dilengkapi oleh sepasang appendage.
Ruas-ruas pada cephalothorax ditutup oleh sebuah
cangkang bersambung yang menutupisisi lateral dan dorsal
yang disebut carapace. Antara kepala dan dada dibatasi oleh
sebuah lekukan yang disebut cervical groove. Pada bagian
kepala tedapat penguatan carapace yang disebut rostrum. Di
bawahnya terdapat sepasang mata majemuk bertangkai.
Mulut terletak dibagian ventral, dikelilingi oleh organorgan
32
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
mulut tambahan. Anus berada pada sisi ventral antara telson
dan abdomen. Insang berada pada kedua sisi bawah carapace
bagian dada. Untuk fisiologi dari udang akan dibahas lebih
lengkap dalam perkuliahan. Morfologi lobster dapat dilihat
pada Gambar 20.
Gambar 20. Morfologi Udang lobster (klas Crustacea)
Kelomang atau umang-umang (Kepiting Pertapa) adalah
krustasea dekapod dari superfamili Paguroidea. Sebagian
besar dari 1100 spesies memiliki perut asimetris yang
bersembunyi dalam cangkang siput laut yang telah kosong dan
dibawa oleh nya. Sebagian besar spesies ini memiliki perut
spiral melengkung yang panjang dan lembut, tidak seperti
kalsifikasi perut keras yang terlihat pada krustasea terkait.
Perut Kelomang sangat rentan sehingga perlu dilindungi dari
predator oleh cangkang kerang kosong yang digunakan oleh
33
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
kepiting ini sebagai rumah, di mana seluruh tubuhnya dapat
ditarik masuk kedalam cankang tersebut.
Kelomang biasannya memanfaatkan cangkang gastropod,
hal ini karena bagian belakang tubuh kelomang darat
(abdomen alias perut yang lunak) sangat mudah terluka.
Abdomen tersebut bergelung sesuai perputaran rongga
cangkang siput dan mempunyai fleksibilitas seperti pegas,
sehingga dapat berkontraksi atau memanjang dan mengerut
sesuai keperluan. Bagian bawah perut kelomang juga berfungsi
mirip insang, yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal
daricadangan air dalam cangkang.
Gambar 21. Morfologi Kelomang
34
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KLAS II, BRANCIURA
Branchiura adalah athropoda dari golongan kepiting
seperti kepiting, rajungan, yuyu dan lain sebagainya. Bagian
tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Morfologi Kepiting ( klas Brachiura )
KLAS III, XISPHOSURA
Xiphosura adalah kelompok arthrotopda dari golongan
mimi. Bagian tubuh organism ini dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 23. Bagian-bagian tubuh Mimi (Limulus
polyphemus)
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
KLAS IV, INSECTA
Insecta merupakan hewan darat, sebagian kecil dalam air
tawar dan sangat jarang yang hidup di dalam air laut.
Mempunyai ukuran tubuh yang bervariasi . Kurang lebih
terbagi dalam 34 ordo dan hanya beberapa saja yang sebagian
atau seluruh siklus hidupnya menempati habitat perairan.
Misalnya ordo Odonata, Trichoptera, Ephimerotera, dan
Diptera. Dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 24. Beberapa insekta yang hidup diperairan.
Tubuh insecta terbagi menjadi kepala, thorax, dan
abdomen. Ruas thorax selalu tiga buah, masing-masing
mempunyai sepasang kaki jalan. Abdomen terdiri atas sebelas
ruas, adakalanya beberapa ruas tubuh menyatu, sehingga
jumlahnya kurang dari sebelas. Pada ruas abdomen tidak ada
kaki jalan, namun seringkali terdapat beberapa bentuk apendik
abdomen. Semua hexapoda mempunyai dua pasang maxilla
dan kebanyakan mempunyai ocellus maupun mata majemuk.
Subfilum Hexapoda dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
Apterygota yang merupakan kelompok serangga tidak
36
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
bersayap dan pterygota yang merupakan kelompok serangga
bersayap.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari selalu berhubungan
dengan serangga, baik sengaja maupun tidak sengaja,
menguntungkan atau merugikan, disadari atau tanpa disadari .
Serangga yang menguntungkan antara lain lebah penghasil
madu, ulat sutera, Serangga pembantu penyerbukan bunga
dan pemakan bangkai. Larva serangga air sebagai makanan
penting bagi ikan, katak, dan burung.
Tapi tidak sedikit juga yang merugikan, misalnya, hama
tumbuh-tumbuhan, hama pada kolam pembenihan ikan.
Semut, kecoa dan lalat pengganggu makanan dirumah,
ngengat pemakan buku dan pakaian wol/ketun. Beberapa
serangga merupakan inang perantara penyakit, misalnya
nyamuk pembawa malaria, demam berdarah, kaki gajah dan
demam kuring, lalat tsetse pembawa penyakit tidur, dan lalat
pembawa penyakit tifus dan disentri.
Demikian banyaknya spesies serangga yang berguna
maupun yang menimbulkan masalah dalam kehidupan
manusia dan perekonomiannya, sehingga terdapat ilmu yang
khusus mempelejari dan mendalami tentang serangga, yaitu
entomologi.
Umumnya anggota dari klas insecta bermanfaat bagi
dunia perikanan ketika pada stadia telur sampai larva, dapat
digunakan sebagai :
1. Penyeimbang ekosistem perairan dimana
menempati trofik tertentu dalam rantai makanan.
2. Indikator kualitas perairan.
3. Pakan alami yang berprotein tinggi bagi ikan.
37
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Perkembangan serangga dari telur sampai dewasa dan
contoh insecta plecoptera dapat dilihat pada Gambar 25. Serta
perkembangan nyamuk Aedes dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 25 (a). Perkembangan serangga dari
telur sampai dewasa pada ordo Ephemeroptera. A, telur ; B, nimfa ; C,
dewasa.
Gambar 25 (b). Perkembangan serangga dari telur sampai dewasa
pada ordo Plecoptera. A, dewasa; B, nimfa; t,
insang trachea; C, cercus
38
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 26. Perkembangan nyamuk Aedes, ordo Diptera, dari telur
sampai menetas. A, telur; B, larva; C, kepompong; D,
dewasa.
6. PHYLUM ANNELIDA
Phylum annelida mencakup berbagai jenis cacing yang
menpunyai ruas sejati, seperti nereis, cacing tanah, dan lintah.
Annelida berasal dari bahasa latin annelus yang berarti cincin
kecil-kecil dan oidos berarti bentuk, karena bentuk cacing
seperti sejumlah besar cincin kecil yang diuntai. Annelida
terdapat di laut, air payau, air tawar, dan beberapa di darat.
Ciri khas Phylum Annelida adalah tubuh terbagi menjadi
ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu anterior posterior.
Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama ialah metamere,
somite, atau segment. Bagian tubuh paling anterior disebut
prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula bagian di ujung
posterior yang disebut pigidium, terdapat anus.Segmentasi
pada annelida tidak hanya membagi otot dinding tubuh saja,
39
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom dengan
sekatan yang disebut septum. Tiap septum terdiri atas dua lapis
peritoneum, masing-masing berasal dari ruas dimuka dan
dibelakangnya. Gambar struktur annelida dapat dilihat di
Gambar 27.
Sistem pencernaan pada annelida lengkap, lebih kurang
lurus, memanjang dari mulut ke anterior usus dan anus di
posterior. Pencernaan ekstraseluler. Alat ekskresi adalah
nephridia, terutama metanephridia yang terdapat sepasang
tiap ruas (Gambar 28a). Peredaran darah tertutup, sistem
syaraf terdiri atas sepasang ganglion atau otak pada
prostomium, syaraf penghubung melingkari pharynx, sebuah
atau sepasang benang syaraf ventral sepanjang tubuh yang
dilengkapi sebuah ganglion dan sepasang syaraf lateral pada
tiap ruas (Gambar 28b). Disamping itu, terdapat alat indra atau
sel indra yang berfungsi sebagai alat peraba, perasa dan
penerima cahaya.
Gambar 27. Garis besar struktur annelida
40
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 28. a. Nereis, tampak dorsal. b. Sistem saraf
dari Nereis
Phylum Annelida terdiri dari sekitar 75.000 spesies,
meliputi tiga kelompok besar, yaitu Poychaeta, Oligochaeta,
41
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
dan Hirudinea, serta dua kelompok kecil yaitu Acolosamata dan
Branchiobdella.
KLAS I, POLYCHAETA
Cacing polychaeta terutama hidup di laut, meskipun
beberapa jenis nereid mempunyai toleransi terhadap salinitas
rendah dan telah beradaptasi untuk hidup di air payau dan
estuaria. Beberapa terdapat di air tawar sampai 60 km dari
laut, seperti Bogor. Terdiri atas sekitar 8.000 spesies. Berasal
dari bahasa Yunani poly berarti banyak dan chaeta berarti
setae atau sekat. Umumnya berukuran panjang 510 cm dengan
diameter 2-10 mm dengan morfologi yang sangat beragam.
ANATOMI
Pada tiap sisi lateral ruas tubuh polychaeta, kecuali kepala
dan ujung posterior biasanya terdapat sepasang parapodia
dengan sejumlah besar setae (Gambar 29). Parapodia
merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih dan pada
dasarnya biramus dan bebera pada yang uniramus; terdiri atas
notopodium dan neuropodium, masing-masing disangga
(ditunjang) oleh sebuah batang khitin yang disebut acicula.
Pada notopodium terdapat cirrus, pada neuropodium terdapat
cirrus ventral.
Bentuk parapodia dan setne pada setiap jenis tidak sama,
sehingga dipakai untuk identifikasi jenis-jenis polychaecta.
Berbagai bentuk parapodia dapat dilihat pada Gambar 30. Pada
pada prostomium terdapat mata, antena, dan sepasang palp.
Sesuadah prostomium terdapat peristomium, yaitu ruas pada
mulutnya. Kecuali beberapa jenis , peristomium merupakan
42
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
ruas pertama, tetapi ada kalanya gabungan antara dua atau
tiga ruas. Biasanya ruas peristomium mengalami modifikasi
dengan adanya alat indera seperti peristomial cirri (cirrus
peristomium). Prostomium dan peristomium dianggap sebagai
kepala polychaeta. Peristomium jenis errantia biasanya tidak
mengandung parapodia, kalau ada bentuk parapodia mengecil.
Gambar 29. Beberapa macam tipe setae pada beberapa family
polychaeta A. Aphroditida; B. Glyceridae; C
dan D. Nereidae; E. Spintheridae; F.
Orbinidae; G. Sabellariidae; I. Serpulidae; J.
Sabellidae.
Klas polychaeta dibagi menjadi dua sub kelas, yaitu
errantia yang berkeliaran bebas dan sedentaria menetap.
Termasuk Errantia antara lain jenis pelagis, merayap, pada
celah batu dan karang , membuat lubang atau lorong dalam
pasir dan lumpur, ada pula yang membentuk selubung. Cacing
43
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
sedentaria kebanyakan tinggal di dalam selubung permanen,
tidak pernah meninggalkan liang, dan halnya kepalanya saja
yang keluar masuk mencari makan. Beberapa macam bentuk
cacing jenis Errantia dan Sedentaria dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Berbagai bentuk parapodia. A. Polynoidae; B.
Phyllocidae, uniramus; C dan D. Eumeidae; E.
Nephtydae; F. Glyceridae; H. Aricidae; d,c. cirrus
dorsal; el, elytrophore; eln, elytron; g, insang; neur, neuropodium; not,
notopodium; ret.g, insang tetraktil; v. c, cirrus central
Bentuk kepala sedentaria biasanya mengalami berbagai
modifikasi sesuai dengan fungsinya sebagai ciliary feeder.
Dalam beberapa hal, kepala berfungsi sebagai alat pertukaran
gas, jadi semacam insang. Acapkali prostomium kecil sekali,
hingga seperti bibir, misalnya pada Arenicola. Pada Sabellidae
dan Serpulidae, prostomium tumbuh menjadi semacam
44
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
mahkota bunga gebra, disebut radiole. Radiole tersebut
seluruhnya dapat digulung masuk ke dalam liang atau
selabungnya.
NILAI EKONOMIS
Cacing polychaeta merupakan makanan alami yang baik
bagi udang windu, Peneus Monoden di tambak, menjadikan
warna udang lebih cemerlang, sehingga meningkatkan mutu
udang windu. Jenis-jenis Sabellidae seperti Sabella pavonina
terkenal keindahannya karena berbentuk seperti bunga gebra
dengan warna seperti bulu burung merak, sehingga di
perdagangkan untuk akuarium laut.
Gambar 31. a. Beberapa macam bentuk cacing jenis Errentia yang
sering dijumpai dalam filum a, Nereidae; b,
Glyceridae; c, Eunicididae; d, Phyliodocidae; e,
Aphoditidae; f, Tomopteridae; g, Polynoidae
45
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 31. b. Beberapa macam bentuk cacing jenis Sedentaria yang
sering dijumpai dalam filum a, Cirratulidae; b, Capitellidae; c, Arenicilodae; d, Terebellidae; e, Sabellidae; f, Pectinariidae; g, Serpulidae
KLASS II, CLITELLATA
Ciri dari klas ini ruas tubuhnya tampak jelas; clitellum
dorsal; parapodia dan cilia tidak ada. Dibagi menjadi 3 sub
kelas, yaitu Oligochaeta, Branchiobdella dan Hirudinoidea.
1. Subkelas Oligochaeta
Oligochaeta yang terkenal adalah cacing tanah dan
tubifex. Berbeda dengan polychaeta, bentuk tubuh oligochaeta
tidak banyak variasinya. Terdapat lebih dari 31.000 spesies,
kebanyakan terdapat di air tawar, beberapa dilaut, air payau
dan darat. Jenis akuatik umumnya terdapat pada daerah yang
dangkal yang kurang dari 1 meter, beberapa membuat lubang
dalam lumpur, atau sebagian aufwuch pada tumbuhan dalam
air, ada pula yang membuat selubung menetap atau yang
dapat dibawa-bawa. Gambar aneka bentuk oligochaeta dapat
dilihat pada Gambar 32.
46
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 32. Aneka Oligochaeta tipe microdrille. A. Ripstes
parasitica; B, Nais; C, Paranais
Kebanyakan spesies laut merupakan fauna interstisial,
hidup dalam lubang di bawah batu atau pada rumput laut.
Semua jenis yang terdapat di darat hidup dalam lubang di
tanah lembab. Melimpahnya jenis oligochaeta tertentu dapat
dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran organik
diperairan.
Berasal dari bahsa yunani oligo berarti sedikit dan chaeta
berarti setae atau sikat. Secara fungsional dan ekologi,
oligochaeta dibagi menjadi 2 tipe, yaitu microdrile dan
megadrile. Microdrile merupakan spesies akuatik, berukuran
1-30 mm, ndinding tubuh tipis, agak transparan. Megadrile
merupakan spesies darat, dinding tubuh tebal, umumnya
panjang antara 5-30 cm, bahkan megascolides di Australia
47
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
dapat mencapai 3 meter. Bentuk cacing dapat dilihat pada
Gambar 33.
Gambar 33. Bentuk tubuh cacing, Lumbricus
terrestris,tampak ventral
ANATOMI
Ruas-ruas tubuh cacing dewasa dapat dikatakan sama
bentuk dan ukurannya kecuali bagian anterior dan posterior.
Lumbricus terrestis digunakan sebagai contoh morfologi dan
anatomi oligochaeta pada umumnya. Setengah dari ruas ujung
paling anterior merupakan prostomium, yang adakalanya
memanjang seperti belalai. Pada umumnya jumlah ruas tidak
tetap, bervariasi sekitar 25%. Jumlah ruas atau somit pada
cacing dewasa antara 115-200 buah, dan spesies dari famili
Haplotaxidae sampai 500 buah. Ruas pertama adalah
peristomium yang mengandung mulut, dan ruas terakhir
terdapat anus.
Pada tiap ruas terdapat 4 rumpun setae; 2 rumpun pada
dorso-lateral dan 2 rumpun pada ventro-lateral. Tergantung
jenisnya, jumlah setae dalam satu rumpun antara 1-25 buah.
48
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Bentuk dan ukuran setae ada beberapa macam, dan dipakai
untuk identifikasi.
NILAI EKONOMIS
Keberadaan cacing tubificied disungai tercemar dan
saluran pembuangan dari pemukiman adakalanya sangat
banyak, sehingga menjadi mata pencaharian bagi pedagang
pengumpul cacing untuk dijual ke pengusaha ikan hias dengan
sebutan cacing rambut atau cacing sutera.
Cacing akuatik acapkali merupakan inang perantara
beberapa parasit ikan, misalnya Aulophorus furcatus dan Dero
limosa. Keduanya dari famili Naididae, merupakan inang
perantara bagi cacing pita, Lytocestus parvulus yang menjadi
parasit pada anak ikan lele dumbo, Clarias sp.
2. Subkelas branchiobdellida
Semua jenis branchiobdella hidup sebagai ektoparasit
atau komersal pada insang atau permukaan tubuh udang-
udangan sejenis lobster air tawar, Cherax
(crayfish) family Astacidea. Merupakan cacing kecil dengan
ukuran antara 1-12 mm.
Tubuh terdiri atas 14 – 16 ruas; empat ruas pertama tumbuh
menyatu menjadi kepala sebagai alat penghisap yang dikelilingi
tonjolan-tonjolan panjang di tepinya. Tidak mempunyai setae.
Padarongga mulut terdapat dua buah gigi. Beberapa ruas
posterior tumbuh menjadi alat penghisap untuk menempel
padainang. Hanya terdapat satu ordo yaitu Branchiobdella.
Contoh Branchiobdella dapat dilihat pada Gambar 34.
49
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 34. A. Stephanodrilus. B. Aulophoruscarteri
3. Sub kelas hirudenae (hirudinoidea)
Biasa disebut lintah. Terdapat di laut, air tawar dan darat.
Lintah mudah dikenal dari bentuknya yang khas, yaitu adanya
dua buah alat penghisap, anterior dan posterior, sehingga
lintah dapat menempel dengan erat pada kedua ujungnya.
Lintah tidak mempunyai parapodia maupun setae, tetapi
mempunyai clitellum yang menghasilkan kokon. Panjang tubuh
lintah dalam keadaan tenang antara 1 – 5 cm, kecuali beberapa
spesies seperti Hirudo medicinalis dapat mencapai 20 cm, dan
Haementari aghiham dari amazon sampai 30 cm.
7. PHYLUM BRACHIOPODA 1. Phylum Brachiopoda
Phylum Brachiopoda berasal dari bahasa latin, yaitu
Bracchium yang berarti lengan (arm) dan Poda yang berarti
kaki (foot). Jadi, Phylum Brachiopoda adalah hewan yang
merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai
kaki dan lengan. Brachiopoda adalah bivalvia yang berevolusi
pada zaman awal periode Cambrian yang masih hidup hingga
50
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
sekarang. Mereka seringkali disebut dengan “lampu cangkang”
yang merupakan komponen penting organisme benthos pada
zaman Palaeozoic.
Phylum ini merupakan salah satu phylum kecil dari benthic
invertebrates. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari
phylum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000 fosilnya
telah dinamai. Phylum Brachiopoda mempunyai 2 buah
cangkang yang mirip Pelecypoda, tetapi perbedaannya bahwa
cangkang Brachiopoda tidak sama satu dengan yang lain.
2. Anatomi Tubuh Phylum Brachiopoda
Brachiopoda mempunyai 2 cangkang (valve), yaitu Pedicle
atau Ventral Valve dan Brachial atau Dorsal Valve. Tubuh
tertutup oleh 2 cangkang, satu ke arah dorsal dan yang lainnya
ke arah ventral. Biasanya melekat pada substrat dengan
pedicile.
Cangkang dilapisi oleh mantle yang dibentuk oleh
pertumbuhan dinding tubuh dan membentuk rongga mantle.
Cangkang Brachiopoda tersusun oleh senyawa karbonat, atau
khitin dan kalsium fosfat. Cangkangnya biasanya mempunyai
hiasan, berupa garis tumbuh, costae atau costellae. Kedua
buah cangkang dihubungkan oleh gigi pertautan (pada
Brachiopoda artikulata) atau sistem otot (Brachipoda
inartikulata).
Pada pertangkupan kedua cangkang terdapat lubang
tempat keluarnya pedicle yaitu Pedicle opening atau
Forament. Pedicle merupakan juluran otot yang berfungsi
untuk menempelkan tubuhnya pada tempat hidupnya. Bagian
lain pada cangkang adalah Lophophore, berupa dua buah
tentakel berbulu getar, berfungsi untuk menggerakkan air di
51
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
sekitarnya. Lophophore mebentuk kumparan dengan atau
tanpa didukung oleh skeletal internal. Usus Brachiopoda
berbentuk U. Sistem peredaran darahnya terbuka. Anatomi
pada Brachiopoda dapat dilihat pada Gambar 35 dan 36.
Gambar 35. Anatomi Eksternal Phylum Brachiopoda
52
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 36. Anatomi Internal Phylum Brachiopoda
3. Cara Hidup Phylum Brachiopoda
Secara umum, cara hidup Brachiopoda meliputi tempat
atau lingkungan dia tinggal, cara dia beradaptasi atau hidup
dengan lingkungannya, cara makannya, dan cara
reproduksinya. Berbagai macam poin yang mencirikan cara
hidup dari Brachiopoda adalah sebagai berikut :
a. Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar
laut, lewat suatu juluran otot yang disebut pedicle
(Gambar 37).
53
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 37. Cara Hidup Secyl (Tertambat)
b. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan oksigen,
Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi
menggerakkan air di sekitarnya, sehingga sirkulasi
oksigen ke dalam dan ke luar tubuh dapat berlangsung
(Gambar 38 dan 39). Begitu pula dengan makanan.
54
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 38. Cara Makan Brachiopoda
55
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Gambar 39. Lophophore
c. Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang.
d. Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 m secara
benthos secyl.
e. Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis atau
hangat dengan kedalaman maksimal 40 m
f. Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari
Brachiopoda.
g. Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata
dari 5 mm hingga 8 cm.
h. Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan
proses Bioconose dan Thanathoconose.
i. Cara reproduksi Brachiopoda adalah terpisah antara
jantan dan betina.
j. Fertilisasi secara ekternal.
k. Sebagian ada yang “mengandung” dan melahirkan larva
lobate.
56
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
4. Klasifikasi Phylum Brachiopoda
Klasifikasi phylum Brachiopoda dibagi menjadi dua, yaitu
:
4.1. Brachiopoda Inartikulata
Ciri-cirinya adalah tidak mempunyai gigi pertautan
(hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line). Cangkang
atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot
dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan
selaput pengikat. Pertautan kedua cangkangnya dilakukan
oleh sistem otot, sehingga setelah mati cangkang
langsung terpisah. Cangkang umumnya berbentuk
membulat atau seperti lidah, tersusun oleh senyawa
fosfat atau khitinan. Mulai muncul sejak Jaman Cambrian
awal hingga masa kini. Contoh : Lingula (Gambar 40).
Gambar 40. Lingula
4.2. Brachiopoda Artikulata
Ciri-cirinya adalah cangkang dipertautkan oleh gigi
dan socket. Cangkang umumnya tersusun oleh material
karbonatan. Tidak mempunyai lubang anus. Mempunyai
keanekaragaman jenis yang besar. Banyak yang berfungsi
57
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
sebagai fosil index. Dan mulai muncul sejak zaman Kapur
hingga kini. Contoh : Terebratulid (Gambar 41)
Gambar 41. Terebratulid
Macam-macam ordo dari Brachiopoda Artikulata
adalah sebagai berikut : a. Ordo Orthida
Ciri-ciri :
• Umur Ordovician
• Bentuk ½ lingkaran, hinge line lurus, hiasan
bersifat radial. Contoh genus : Hebertella dan
Platystrophia.
b. Ordo Strophomenida
• Umur Ordovician
• Bentuk pipih, hinge line lurus, hiasan radial berupa
costellae halus. Contoh genus : Sowerbyella dan
Rafinesquina.
c. Ordo Spiriferida
• Umur Devon
58
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
• Bentuk sperti kumparan/spiral, tersusun
oleh material gampingan
mengelilingi lophophore.
Contoh genus : Muscrospirifer dan Platyrachella.
d. Ordo Rhynchonellida
Cangkang berbentuk segitiga atau bulat, hinge
line pendek, beak kuat disertai lipatan bentuk
accordeon.
Contoh genus : Pugnoides dan Rhynchotreta.
e. Ordo Terebratulida
• Permukaan cangkang halus
• Lubang pedicle terletak pada beak yg menggantung.
Contoh genus : Terebratula dan Dielasma.
4.3. Rentang Hidup Phylum Brachiopoda
Pada akhir jaman Perm, terjadi kepunahan massal yang
melibatkan hampir semua golongan Brachiopoda. Hanya
sedikit takson yang selamat, seperti golongan
Trebratulid dan Lingula, dan masih terdapat hingga masa kini
(Holosen).
Brachiopoda ditemukan melimpah pada kurun Paleozoik (543
hingga 248 juta tahun lalu). Brachiopoda masa kini selalu
ditemukan dalam keadaan tertambat dengan menggunakan
pedikelnya, baik pada batuan keras maupun cangkang
binatang yang telah mati.
Rekaman Phylum brachiopoda dalam kurun waktu geologi
adalah seperti di bawah ini :
• Phylum Brachiopoda (Cambrian-Recent)
• Class Inarticulata (Cambrian-Recent)
59
Tim Pengajar Avertebrata Air, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
• Class Articulata (Cambrian-Recent)
• Order Orthida (Cambrian-Permian)
• Order Strophomenida (Ordovician-Jurassic)
• Order Pentamerida (Cambrian-Devonian)
• Order Rhynchonellida (Ordovician-Recent)
• Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
• Order Terebratulida (Devonian-Recent)
4.4. Fosil Brachiopoda dan Kegunaannya dalam Geologi
Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk
fosil indeks (index fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang
luas. Contoh kegunaan fosil brachiopoda dalam geologi :
Brachiopoda dari Klas Inarticulata; Genus Lingula merupakan
penciri dari jenis brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower
Cambrian. Jenis ini ditemukan pada batuan Lower Cambrian
dengan kisaran umur 550 juta tahun yang lalu. Secara garis
besar, jenis Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan
yang hidup pada Masa Paleozoikum, sehingga kehadirannya
sangat penting untuk penentuan umur batuan sebagai Index
Fossils.