Nanga Siyai

Embed Size (px)

Citation preview

Lampiran Data wawancara terhadap penduduk di Desa Nanga Siyai pada inventarisasi potensi desa wisata di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya I. 1. POTENSI/DAYA TARIK OBYEK WISATA ALAM T : Apakah di desa ini terdapat obyek wisata alam/ tempat yang memiliki daya tarik keindahan alam (seperti air terjun, goa, sungai, keindahan alam, flora fauna, dsb) ? J : Ada T : Kalau ada, sebutkan apa saja ? Dimana lokasinya ? J : Air terjun (Cahai) Kuhui di hulu Sungai Kuhui Dusun Siyai Air terjun (Cahai) Tengkawang di Dusun Belaban Ella Air terjun (Cahai) Kumbai di Dusun Siyai Air terjun (Cahai) Kepuak di hulu Sungai Jelumpang Dusun Belaban Ella RT Sungkup Air terjun (Cahai) Landau Mumbung di Dusun Landau Mumbung Batu Kapal di Dusun Siyai Lokasi Arung jeram di sepanjang Sungai Ella dengan riam-riam yang menarik diantaranya Riam (Guhung) Bindang. T : Kenapa lokasi tersebut menarik untuk dikunjungi ? Jelaskan keunggulannya ? J : Masing-masing obyek memiliki daya tarik pemandangan yang indah dan keunikan tersendiri misal Cahai Kuhui memiliki tiga tingkatan terjunan air yang lumayan besar debitnya, tidak dipengaruhi musim, menantang untuk dipanjat sisi kanan kirinya hingga tingkat ketiga dan di sekitarnya biasa dijadikan tempat berkemah oleh kaum muda. Cahai Kumbai meskipun hanya memiliki satu tingkat terjunan air, akan tetapi air terjun ini memiliki 2 air terjun yang bersebelahan dengan air yang langsung jatuh ke tanah, konon air terjun ini angker dan dahulunya dijadikan tempat bersemedi. Sedangkan air terjun (Cahai Kepuak) merupakan air terjun tertinggi di desa ini yaitu mencapai 30 meter, lokasi di sekitarnya merupakan kawasan hutan. Obyek Batu Kapal lokasinya berdekatan dengan air terjun Kumbai dan terletak di tepi Sungai Ella yang dapat dijadikan lokasi arung jeram. Obyek Batu Kapal memiliki sejarah sendiri, dinamakan Batu Kapal karena bentuknya yang mirip kapal besar yang karam. Konon cerita dahulunya manusia di dalam kapal banyak menangkap dan membawa kera-kera di dalam kapal tersebut kemudian awak kapal melanggar aturan yang dianggap tabu/pemali yaitu memakaikan kera-kera tersebut pakaian dan disuruhnya kera-kera tersebut menghibur dengan menari-nari hingga awak kapal tertawa geli. Setelah itu datanglah musibah dan kutukan dan membuat karam kapal tersebut. Seluruh obyek air terjun memiliki air yang jernih dan masih banyak dijumpai ikan.

2.

3.

4.

T : Disaat apa biasanya tempat tersebut dikunjungi ? J : Biasanya dikunjungi oleh kaum muda di desa saat hari libur dan setiap selesai Hari Natal untuk berkemah dan sekedar rekreasi, santai melepas penat. Sedangkan unsur pemerintah dan pihak tertentu melakukan survey untuk dikembangkan menjadi pembangkit tanaga listrik alternatif yang hingga saat kegiatan ini dilakukan listrik masih menjadi barang langka yang diidam-idamkan masyarakat Desa Siyai. Bagaimana cara mencapainya ? T : Air terjun (Cahai) Kuhui di hulu Sungai Kuhui, dari pinggir jalan J : koridor PT. SBK tepatnya dari jembatan Sungai Kuhui Dusun Siyai berjalan kaki selama 1 jam 30 menit menyusuri Sungai Kuhui ke arah hulu. Air terjun (Cahai) Tengkawang dari Dusun Belaban Ella berjalan kaki 20 menit ke arah hulu Sungai Tengkawang, Lokasi ini berdekatan dengan Riam Bindang yang berjarak 3 menit berjalan kaki dari tepi jalan koridor PT. SBK di Km. 26 yang dapat dijadikan lokasi Arung jeram di sepanjang Sungai Ella dan tempat berenang. Air terjun (Cahai) Kumbai dan Batu Kapal dari Dusun Siyai kita dapat menggunakan motor air/klotok selama 15 menit melalui Sungai Ella menuju muara sungai kecil dan dilanjykan berjalan kaki selama 15 menit menuju Air Terjun Kumbai. Bila ingin menikmati Batu Kapal dari muara sungai kecil tadi bila kita kearah hulu sungai Ella selama 5 menit dengan menggunakan klotok maka kita akan sampai di lokasi Batu Kapal. Air terjun (Cahai) Kepuak di hulu Sungai Jelumpang Dusun Belaban Ella dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 3 jam dari RT Sungkup. Air terjun (Cahai) Landau Mumbung dari Dusun Landau Mumbung berjalan kaki selama 10 menit.

5.

II. POTENSI WISATA BUDAYA 1. T : Apakah di desa ini masih melakukan upacara-upacara adat/ritual untuk suatu kegiatan (misal : Upacara penyambutan tamu, pernikahan, musim tanam, panen, melahirkan, kematian ) ? J : Masih, seperti upacara kematian (habis pemali), Nyemen Kuburan, Gawai Panen, Upacara Pernikahan dan Musim Tanam. 2. T : Bisakah saudara menceritakan proses upacara adat tersebut ? J : Bisa, Habis Pemali ; saat ada orang meninggal di suatu kampung maka penduduk di kampung tersebut termasuk tamu selama 3 minggu atau 1 bulan dilarang berteriak-teriak, main gitar, memukul gong, membawa senjata tajam dan berkelahi. Maka setelah 3 minggu atau 1 bulan kemudian keluarga yang ditinggalkan melaksanakan upacara adat Habis Pemali. Yaitu dengan menyembelih babi dan membaca

mantra-mantra (Angkana) Ntongis, kemudian dilanjutkan dengan minum-minum. Setelah upacara ini dilakukan larangan-larangan tadi tidak berlaku lagi. Nyemen Kuburan Ngen Sudah ; maknanya adalah benar-benar tidak ada lagi ikatan (hari terakhir perpisahan) antara keluarga yang ditinggalkan dengan arwah yang meninggal, biasanya dilakukan berbarengan dengan pesta panen. Keluarga yang meninggal memotong sapi atau babi, sapi diikat dan orang-orang (laki-laki dan perempuan) menari mengelilingi sapi selama 2 jam sambil nyirih dan minum tuak baru kemudian sapi atau babi tadi disembelih. Nyirih dan minum wajib bagi semua yang hadir termasuk penonton. Dahulunya upacara dilakukan oleh keluarga yang meninggal dengan melakukan kayau memotong kepala manusia, akan tetapi seiring perkembangan jaman maka manusia yang dipotong kepalanya digantikan sapi atau babi tadi. Setelah sapi/babi dipotong kepalanya, kegiatan menari sambil diiringi gong (musik) dan gendang mengelilingi kepala sapi terus dilanjutkan. Selanjutnya acara buka tuak pemali yaitu dengan menyediakan tempayan berisi tuak diberi bambu 3 buah sebagai pipet/sedotan untuk menghisap tuak. Mereka yang boleh minum tuak ditempayan tersebut hanyalah keluarha lain yang ditunjuk oleh keluarga yang meninggal. Begitupun bila nantinya keluarga yang minum tuak ini ada yang meninggal maka keluarga yang saat ini sedang berduka wajib meminum tuak tempayan. Mereka yang menari dan minum mengelilingi kepala sapi yang telah disembelih dan digantung adalah kaum perempuan. Upacara pernikahan ; Kedua mempelai duduk bersanding diatas gong, sebelum bersanding harus melalui tahapan melamar Bilang Ricit yaitu membicarakan perincian adat dan perhitungan adat yang harus dibayarkan oleh pihak laki-laki ke perempuan. Perlengkapan yang digunakan dalam upacara ini adalah Piring putih porselin, kain tapis 1 lembar, 1 buah baju (tutup ricit) dan kayu ricit dari bahan kayu belian sepanjang 25 cm sebesar jari kelingking. Berjumlah 21 batang untuk menghitung adat perempuan yang harus dibayar lakilaki. Perinciannya adalah : 1. Piring penantai ricit yaitu piring melegon retak 1000 2. Kain sapit ricit 1 lembar disebut kain penucuk pauh yaitu kain yang kena hujan 1 haripun tidak bocor. 3. Kain penutup ricit 1 lembar disebut kain tudung sarat yaitu disimpan 100 tahunpun tidak bisa dimakan ngangat/rusak. 4. Ricit minta emas penungsit berupa uang Rp. 10.000,00 5. Pembuka suara berupa uang Rp. 10. 000,00 6. Minta ayam sengkelan ricit berupa 1 ekor ayanm jantan (ayam kampung) Manuk Denangkao yaitu kokoknya terdengar sampai ke Pulau Jawa,ekornya dapat mengelilingi nusa/pulau, tajinya menusuk mata. Ayam ini kemudian disembelih dan darahnya disimpan untuk acara saat

bersanding. Kemudian batang-batang ricit diangkat dan disengkelan (diolesi) darah ayam tadi dengan disapu-sapukan darahnya ke batang ricit. 7. Minta babi Rumpak Rimpung yaitu taringnya memutari tanjung dan lemaknya bisa untuk masak tepung. 8. Minta piring ambur yaitu bila pihak laki-laki mampu maka memberi 1 sampai 2 lusin piring. Bila tidak mampu boleh lusin piring untuk dibagikan ke anggota keluarga perempuan yang lain seperti semua adik perempuan dan bibi (Khusus untuk wanita). 9. Mangkok Ambur, sama seperti point 8 (piring ambur). 10. Minta Isau Parang Sanggar yaitu parang bertatah 5 ludan (5 ukiran), jumlah ukiran sesuai dengan saudara kandung. 11. Minta kepala saling babar yaitu berupa uang Rp. 30.000,00. 12. Minta ekor saling babar yaitu berupa uang Rp. 20.000,00. 13. Marit Umbang Ricit seperti perhiasan 14. Emas palet pipi, berupa darah ayam yang disentuhkan ke pipi saat bersanding, sekarang disesuaikan dengan ajaran agama. 15. Ati tokok ati tungau yaitu Secupu Cawan Ijau jika mampu mencari kutu sebanyak 1 gelas, sekarang dapat digantikan dengan beras 1 canting atau 1 karung. 16. Minta Garam Sebidu Tawang berupa 1 bungkus garam. 17. Beras Pesuman berupa beras untuk orang pesta jumlahnya tergantung pihak laki-laki sesuai kemampuan. 18. Kain Pemali berupa uang Rp. 200.000,00 yaitu bila pasangan yang baru menikah hendak bersetubuh maka yang laki-laki wajib membayar kain 1 ulun untuk membuka baju perempuan yang masih perawan. 19. Bunga Pinang berupa uang Rp. 200.000,00 (1 ulun) 20. Kain Kapat Dinding Padong yaitu minta 1 tempayan untuk pesta 21. Kelebes langit luar berupa seperangkat alat tidur termasuk kasur, bantal guling, sprei, kelambu lengkap, kain dinding. 22. Minta adat ganti duduk berupa 1 buah gong kelilingnya 6 kilan (jengkal) atau uang Rp. 200.000,00. 23. Minta Pesalin berupa kesupan orang tua yaitu gong kelilingnya 7 jengkal atau uang Rp. 400.000,00 seharga pakaian orang tua lengkap. Kemudian sebanyak 7 buah ricit yang ditandai (bentuknya lain) maknanya Sorga 5, Nyangkau ulun 7 adat terpisah. 24. 4 buah ricit maknanya gong keliling 8 jengkal untuk bayar adat batang adat perempuan ulun 4 berupa uang Rp. 800.000,00. 25. 3 buah ricit berati ujung adat tempayan, berupa 3 buah tempayan sebagai harga perempuan ulun 3 yaitu uang Rp. 600.000,00.

Kemudian saat upacara pernikahannya ricit diestafetkan tukar bolakbalik sambil dibaca mantra oleh perempuan-perempuan yang ahli membaca mantra. 3. T : Apakah masyarakat desa ini masih memiliki/mempertahankan kesenian-kesenian dan tari-tarian tradisional asli ? J : Ada, tapi saat ini sudah tidak dimainkan lagi dan orang-orang yang memainkan masih ada. T : Pada saat apa biasanya kesenian tersebut dipertunjukkan ? J : Kesenian dalam bentuk musik dan tarian hanya dimainkan pada saat pesta. T : Selain jenis-jenis kesenian tersebut, apakah ada jenis permainan rakyat tradisional yang masih dimainkan oleh masyarakat ? Melibatkan siapa saja ? J : Masih ada, seperti main gasing. Melibatkan anak-anak. T : Apakah anggota masyarakat desa ini masih bisa memainkan dan melakukannya ? J : Masih bisa T : Apakah di desa ini masih ada kegiatan pesta rakyat (gawai) ? J : Masih ada T : Pada saat apa biasanya pesta tersebut dilakukan ? J : Biasanya 3 kali setahun dilaksanakan pesta/gawai yaitu saat : 1. Selesai panen pada bulan Mei atau Juni 2. Pesta daun padi dengan memasang benda/alat adat saat padi berumur 3 bulan. 3. Pesta buah padi Ngumpin saat bulir padi berusia muda. T : Apakah di desa ini terdapat bangunan bersejarah (seperti rumah betang, sandong, bangunan bekas perang) ? J : Masih ada, seperti Rumah Betang, Temadu dan Sandong. T : Apakah masih digunakan ? Untuk apa? J : Saat ini Rumah Betang masih digunakan untuk tempat tinggal bagi keluarga yang belum punya rumah tinggal sendiri (sekarang dihuni 12 KK) dan digunakan saat pesta/gawai besar. Temadu merupakan tugu berupa patung kayu belian atau berupa tempayan di atas kayu belian, dulunya merupakan pertanda peringatan keberadaan leluhur. Sedangkan Sandong digunakan untuk menyimpan sisa-sisa jasad seperti tulang-tulang dan abu leluhur setelah 3 tahun. T : Apakah saudara memiliki alat-alat atau benda-benda pusaka

4.

5.

6.

7. 8.

9.

10.

11.

J

peninggalan leluhur ? : Masih, seperti Parang berukir, Gong, Tempayan, Tepok (tempat menyimpan bahan-bahan menyirih ; sirih, pinang, tembakau, dan gambir).

12.

T : Masih digunakan ? Untuk apa? J : Parang hanya disimpan, kecuali bila ada musuh menyerang dan bila parang sudah keluar dari sarungnya maka harus mendapatkan darah (misal harus menyembelih ayam). Gong dibunyikan pada saat pesta/gawai. Tepok digunakan saat menghidangkan sirih. T : Apakah di desa ini ada tempat atau wilayah khusus yang dikeramatkan (misal tembawang, gupong, kelokak) ? Apa saja yang ada di dalamnya? J : Ada T : Mengapa dan untuk apa ? J : Temadu, merupakan tugu peringatan tempat orang mati. Tembawang, daerah yang dikeramatkan berisi pohon tengkawang dan buah-buahan. Gupong Kubur, daerah keramat tempat kuburan orang meninggal dengan berbagai larangan adat. Bila melanggar adat maka akan kena sanksi. T : Apakah orang luar desa (asing) bisa mengikuti dan menyaksikan acara-acara adat tersebut? J : Bisa, akan tetapi juga harus bersedia mengikuti ritual adat yang disyaratkan. T : Jika ada pengunjung yang ingin mengikuti dan mengetahui kegiatan tersebut (semua atraksi budaya) apa saudara bersedia menyertakannya ? J : Bersedia T : Apa ada anggota masyarakat yang bisa menjelaskan atau menceritakan makna-makna dan proses-proses ritual adat dan fungsi benda-benda adat tersebut? J : Ada, belasan orang (orang tua).

13.

14.

15.

16.

17.

III. OBYEK WISATA EKONOMI 1. T : Apakah di desa ini memiliki pasar tradisional ? Hari apa biasanya ada pasar ? J : Tidak ada pasar. Penduduk bisanya menjual hasil perkebunan dan pertanian atau membeli barang kebutuhan harus ke Desa Nanga Nuak atau ke Ella.

2.

T : Kalau ada, barang-barang apa saja yang diperjualbelikan ? J : -, penduduk menjual hasil kebun berupa sayur mayur dan lauk-pauk berupa daging, ikan hasil berburu ke Camp perusahaan PT. SBK T : Apakah di desa ini masyarakatnya masih membuat kerajinan tangan tradisional ? J : Masih, seperti anyaman dan ukiran. T : Barang-barang apa saja yang dibuat dan dihasilkan ? Sebutkan ! J : Tikar kasuh, tikar pandan, tengkalang, bubu, takin, tuyung, tanggui, patung dan peti mati. T : Terbuat dari apa saja benda tersebut ? Darimana sumber bahan bakunya ? J : Kebanyakan dari bahan rotan atau pandan (tikar dan tanggui), sedangkan patung dari bahan kayu serta peti mati dari bahan kayu belian. Bahannya didapat dari kebun dan hutan di sekitar kampung. T : Untuk apa benda-benda tersebut dibuat ? Apakah untuk dijual atau untuk keperluan sehari-hari ? J : Tikar kasuh dan tikar pandan, tengkalang, bubu, takin, tuyung dan tanggui hanya sebatas keperluan sehari-hari, tidak untuk dijual kecuali ada pengunjng yang berminat. Sedangkan patung dan peti mati merupakan pesanan untuk dijual. T : Apakah bisa (berpotensi) dikembangkan ? Kenapa ? J : Berpotensi, bentuknya unik dan khas dan bahan bakunya mudah didapat. T : Selain tersebut bisakah masyarakat desa ini menghasilkan barang/benda lainnya yang unik dan khas yang dapat dijadikan cinderamata ? J : Bisa, seperti patung dan ukiran. T : Apakah saudara bersedia mengajarkan jika ada pengunjung yang ingin mengetahui dan belajar cara pembuatannya ? J : Bersedia T : Apakah desa ini memiliki koperasi desa ? Masih aktif ? Siapa saja anggotanya ? J : Tidak ada koperasi, tetapi ada kelompok tani.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

IV. POTENSI WISATA MINAT KHUSUS 1. T : Apakah desa ini memiliki sungai yang dapat dikembangkan untuk olahraga air (seperti arung jeram, bersampan ria, berkano ria) ? J : Ada, Sungai Ella bisa dijadikan obyek wisata arung jeram.

2. 3.

T : Dimana lokasi dan bagaimana cara mencapainya ? Berapa jaraknya ? J : Dimulai dari hulu di Dusun Belaban Ella, 6 km dari Desa Siyai. T : Apakah terdapat bukit atau gunung yang dapat dijadikan tempat pendakian/berkemah/penelitian ? J : Ada, tempat berkemah. T : Apakah ada anggota masyarakat yang bersedia untuk menjadi tenaga pemandu kegiatan tersebut ? J : Banyak. T : Apakah masyarakat ini masih berburu ? adakah cara khusus dalam berburu ? J : Masih berburu, pakai jerat, senapan lantak dan tombak T : Dalam mencari ikan apakah masih mempergunakan cara-cara dan alat tradisional ? bagaimana caranya ? J : Masih, memakai jala, pukat, pancing, bubu, pasang tajur dan menyelam dengan menombak ikan. Penggunaan racun potas dan cara setrum memang dilarang di desa ini. T : Bisakah pengunjung ikut mencari ikan? J : Bisa T : Apakah di desa ini terdapat pohon buah-buahan dan ladang, yang bila ada pengunjung bisa ikut memetik atau memanen ? J : Ada dan bisa

4.

5.

6.

7. 8.

V. POTENSI SOSIAL MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN 1. T : Apakah desa ini memiliki perangkat desa (seperti dewan adat, temengung adat, kepala desa dan perangkatnya, karang taruna dan ibu-ibu pkk) ? J : Lembaga formal seperti Temenggung Adat dan Dewan Adat masih ada. Lembaga formal seperti Kepala Desa dengan perangkatnya sampai tingkat dusun dan RT ada. Ibu-ibu PKK dan karang taruna dulunya ada akan tetapi sekarang tidak aktif lagi. Kelompok tani ada. 2. T : Apakah masih aktif dan berfungsi ? J : Semuanya masih aktif dan berfungsi kecuali PKK dan Karang Taruna tidak aktif lagi karena penggeraknya dan kegiatannya tidak berjalan lagi, masing-masing anggotanya sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. T : Apa perannya dalam kehidupan masyarakat desa ? J : Tumenggung Adat dan Dewan Adat menyelesaikan perkara-perkara

3.

di desa sesuai hukum adat. Sedangkan Kepala Desa dan perangkatnya mengurusi pemerintahan desa. 4. 5. T : Apakah desa ini masih memiliki aturan adat ? J : Masih ada aturan adat. T : Apakah masih dijunjung tinggi oleh masyarakat ? J : Masih berlaku hingga saat ini dan dijunjung tinggi oleh penduduk desa. T : Apakah aturan adat tersebut berlaku juga bagi pengunjung dan orang luar desa ? J : Berlaku juga bagi siapapun yang berada di wilayah desa baik itu warga asli, pendatang maupun pengunjung. T : Bagaimana sikap masyarakat jika ada pengunjung yang datang ke desa ini ? J : Biasa saja, menerima dengan tangan terbuka dan ramah serta dilayani sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangannya. T : Tahukah saudara mengenai sejarah desa ini ? Jelaskan ! J : Pada tahun 1903 Orang-orang tua kami yang laki-laki datang dari daerah Tebidah (Sungai Kayan) menyusuri dari daerah hilir Sungai Ella hingga ke hulu di Dusun Belaban Ella dan membentuk wilayah wilayah pemukiman di pinggir sungai, sedang orang tua perempuan berasal dari daerah Sungai Man di hulu nanga Pinoh. Suku-suku yang mendiami desa ini sebagian besar adalah Dayak yaitu Dayak Limbai, Kubin, Kenyilu, Ransa dan sebagian kecil Melayu.

6.

7.

8.

VI. POTENSI SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG 1. T : Apakah desa ini memiliki bangunan khusus untuk pengunjung menginap ? J : Ada, berupa rumah betang. 2. T : Apakah saudara bersedia bila ada pengunjung yang menginap di rumah saudara ? J : Bersedia dengan senang hati. T : Bagaimana kondisi jalan/jalur untuk mencapai obyek wisata alam tersebut ? J : Jalan setapak (jalan rintisan) dan sebagian melalui jalur air. T : Apakah perlu mempergunakan alat transportasi khusus (seperti sampan, longboat) ? J : Beberapa obyek (Cahai Kumbai dan Batu Kapal) memerlukan

3.

4.

kendaraan air berupa klotok sedang obyek lainnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. 5. T : Apakah masyarakat desa ini memiliki alat tersebut untuk dipakai atau disewa pengunjung ? J : Ada dan bersedia di sewa pengunjung. T : Apakah desa ini memiliki sarana kesehatan (seperti polides, pustu) ? J : Puskesmas pembantu di Dusun Belaban Ella RT Sungkup. T : Adakah tenaga kesehatannya ? apakah cukup memadai ? J : Pustu dikelola oleh seorang mantri kesehatan. Kurang memadai, lebih bagus bila ada dokternya. T : Adakah dukun kampung ? J : Dukun Kampung ada. T : Jika pengunjung ingin mendapatkan bahan makanan dimana bisa di dapat (warung, pasar, penduduk langsung) ? J : Di warung-warung yang ada di setiap dusun menyediakan sembako. T : Apakah saudara bersedia menjadi pemandu bagi pengunjung ? Apa ada anggota masyarakat lain yang bisa menjadi pemandu ? J : Bersedia, banyak. T : Apakah desa ini aman untuk dikunjungi ? J : Aman.

6. 7.

8. 9.

10.

11.

VII. TANGGAPAN MASYARAKAT 1. T : Bagaimana tanggapan masyarakat apabila desa ini dijadikan atau dikembangkan menjadi desa tujuan wisata ? J : Sangat setuju. 2. T : Upaya apa yang saudara lakukan untuk mendukung agar desa ini dapat dijadikan desa tujuan wisata ? J : Siap bekerjasama sesuai kondisi. T : Apa yang saudara perlukan dan harapkan agar desa ini dapat dijadikan desa tujuan wisata ? J : Kembangkan sarana dan prasarana di desa dan menuju obyek wisata serta mengembangkan budidaya bahan-bahan kerajinan seperti rotan. T : Usaha-usaha apa yang sudah dilakukan dalam upaya mempromosikan dan menjadikan desa ini agar dikunjungi wisatawan? J : Mempertahankan budaya dan adat istiadat.

3.

4.

VIII. PENGELOLAAN DAN PELAYANAN 1. T : Apakah desa ini memiliki rencana tata ruang wilayah desa dan rencana pengelolaan ? J : Belum ada 2. T : Selain bahasa daerah bahasa apa saja yang saudara kuasai (Indonesia, asing) ? J : Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Malaysia, Bahasa China dan Bahasa Daerah Dayak Ahe.

VII.

DATA DATA PENDUKUNG 1. Data aksesibilitas (biaya, frekwuensi, waktu tempuh, kondisi jalan, alat transportasinya)Jarak (Km) 80 85 19 6 Sarana Tranportasi Bus Speed Boat Kendaraan Darat Kendaraan Darat Waktu Tempuh (Jam) 1,5 3 0,5 0,25 Keterangan Jalan Raya Sungai Jalan Angkutan PT. SBK Jalan Angkutan PT. SBK

No 1. 2. 3. 4.

Rute Sintang Ng. Pinoh Ng. Pinoh Logpond PT. SBK Nanga Nuak Logpond PT. SBK Nanga Nuak Desa Siyai di Dusun Siyai Desa Siyai - Resort Siyai di Belaban Ella

2.

Data kependudukan desa (umur, agama, pendidikan, jenis kelamin) Jumlah KK 95 214 53 64 404

Data Jumlah Penduduk Desa Nanga Siyai terakhir (tahun 2004) Penduduk Dusun Jumlah Laki-laki Perempuan 1. Siyai 178 146 324 2. Belaban Ella 437 410 847 3. Nanga Apat 102 84 186 4. Landau Mumbung 131 130 261 Jumlah 840 635 1.475 Data Jumlah penduduk berdasarkan agama tahun 2004 Dusun Islam Katolik

Protestan

1. 2. 3. 4.

Pria 12 6 3 21

Prmpn 14 2 3 19

26 8 6 40

Pria 146 416 94 124 777

Prmpn 112 274 79 114 567

258 690 173 238 138 8

Pria Prmpn 51 48 51 48

99 99

Data Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2004 Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan TK SD 325 124 SMP 28 12 SMA 11 2 3. Data sarana pendidikan ; SD 3 buah ; 2 negeri; 1 swasta, SMP dan SMA belum ada. 4. Data sarana kesehatan ; Pustu 1 buah di Belaban Sungkup 5. Data jumlah pengunjung 6. Jadwal tahunan aktifitas masyarakatKalender Musim Pengelolaan Sumberdaya Alam Di Desa SiyaiNo. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. JENIS KEGIATAN Berladang Persiapan benih Persiapan lahan Nebas Nebang Bakar Tanam Padi (Nugal) Membuat Langkau Merumput Selamatan Padi Panen (Ngotom) Pesta Adat Berternak Berburu Cari ikan Golek Menanam sayuran Dulang Emas Cari Rotan Cari Damar Cari Gaharu Bertukang 1 2 3 4 5 BULAN 6 7 8 9 10 11 12

KET : sawah : ladang

Setiap saat Disaat-saat tertentu tergantung kebutuhan dan kemauan Disaat-saat tertentu tergantung kebutuhan dan kemauan Tidak pernah Tidak pernah Disaat-saat tertentu tergantung kebutuhan dan kemauan Tidak pernah Tidak pernah Disaat-saat tertentu tergantung keperluan dan borongan

L. M. N. O.

Noreh Karet Berkebun Kopi Membuat Kerajinan Membuat Perahu

Setiap pagi Disaat-saat panen Tergantung kebutuhan dan bahan baku Tergantung kebutuhan Saat senggang

Sumber : Hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat

7. Data mata pencaharian penduduk, tingkat pengganguran pendapatan perkapita Mata Pencaharian Jumlah PNS 6 Wiraswasta 10 ABRI/TNI/POLRI 1Swasta 36 Tani 743+363 8. Data jumlah lembaga masyarakat (koperasi karang taruna) Nihil 9. Tata ruang wilayah desa (sket desa) 10. Sejarah dan suku-suku di desa 11. Data sarana prasarana listrik, air bersih, telpon, jembatan 12. Data iklim dan jenis tanah 13. Hubungan dengan obyek wisata lainnya

dan