7
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN) 1 Perbandingan pH Saliva dan Derajat Karies Gigi Antara Siswa Perokok dan Bukan Perokok di SMK Warga Surakarta Comparison score of pH Saliva and the Degree of Dental Caries Among Smoking Students and non-Smoking Students in the Warga Vocational High School of Surakarta M. Faiz K. Anwar, Risya Cilmiaty, Pradipto Subiyantoro Faculty of Medicine, Sebelas Maret University ABSTRACT Background : Smoking as it is known nowadays is one of the causes of the occurrence of oral disease especially dental caries. Increased accumulation of plaque on the smokers can increase the production of acid by bacteria so that the pH decreases. The research aims to compare the pH of saliva and caries indexes between student smokers and non- smokers in the Warga Vocational High School of Surakarta. Method : This research is non-experimental with cross sectional design. Samples are Warga Vocational High School of Surakarta students that taken as many as 60 people were randomly divided into 2 groups with criteria of smokers as a sample of the research and non smokers as control research then pH saliva and caries index using DMF degrees measured. Data analysed using SPSS 20.0 for Windows with comparisons Mann- Whitney test and Spearman correlation test (α = 0.05). Result : There was no statistically meaningful difference in pH saliva and the degree of dental caries among students of smokers compared by non smokers which is shown by the correlation value is 0.25 at pH, and 0.222 in degree of caries (p > 0.05). But in the direction of the correlation obtained results showed decreased the pH of saliva and increase the degree of dental caries in students smokers compared with controls. Summary : There is a pH saliva decreases coupled with an increase of the degree of dental caries in smoker students compared with controls even though the difference was not statistically meaningful. PENDAHULUAN Saat ini, sekitar 1,1 milyar orang dewasa (29% orang dewasa) merupakan perokok aktif di seluruh dunia. Bahkan di negara berkembang lebih dari 50% pria merupakan perokok aktif (Vellappally et al., 2007). Hal ini seakan menjadi ironi di tengah masyarakat dengan berkembangnya informasi global tentang bahaya rokok, namun tidak diiringi dengan penurunan jumlah perokok secara signifikan. Secara umum, telah banyak informasi di pelbagai media tentang rokok yang bisa menyebabkan penyakit kronis seperti kelainan jantung, kanker, gangguan saluran pernapasan, gangguan kehamilan, dan merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi. Persentase terjadinya karies pada perokok yang mengonsumsi rokok antara 10-20 batang perhari adalah 42 % lebih berisiko dibanding yang bukan perokok

Naskah Publikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perbandingan pH saliva antara siswa perokok dan bukan perokok

Citation preview

  • NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

    1

    Perbandingan pH Saliva dan Derajat Karies Gigi Antara Siswa Perokok dan Bukan Perokok di SMK Warga Surakarta

    Comparison score of pH Saliva and the Degree of Dental Caries Among Smoking Students and non-Smoking Students in the Warga Vocational High School of Surakarta

    M. Faiz K. Anwar, Risya Cilmiaty, Pradipto SubiyantoroFaculty of Medicine, Sebelas Maret University

    ABSTRACT

    Background : Smoking as it is known nowadays is one of the causes of the occurrence of oral disease especially dental caries. Increased accumulation of plaque on the smokers can increase the production of acid by bacteria so that the pH decreases. The research aims to compare the pH of saliva and caries indexes between student smokers and non-smokers in the Warga Vocational High School of Surakarta.

    Method : This research is non-experimental with cross sectional design. Samples areWarga Vocational High School of Surakarta students that taken as many as 60 people were randomly divided into 2 groups with criteria of smokers as a sample of the research and non smokers as control research then pH saliva and caries index using DMF degreesmeasured. Data analysed using SPSS 20.0 for Windows with comparisons Mann-Whitney test and Spearman correlation test ( = 0.05).

    Result : There was no statistically meaningful difference in pH saliva and the degree of dental caries among students of smokers compared by non smokers which is shown by the correlation value is 0.25 at pH, and 0.222 in degree of caries (p > 0.05). But in the direction of the correlation obtained results showed decreased the pH of saliva and increase the degree of dental caries in students smokers compared with controls.

    Summary : There is a pH saliva decreases coupled with an increase of the degree of dental caries in smoker students compared with controls even though the difference was not statistically meaningful.

    PENDAHULUANSaat ini, sekitar 1,1 milyar orang

    dewasa (29% orang dewasa) merupakan

    perokok aktif di seluruh dunia. Bahkan di

    negara berkembang lebih dari 50% pria

    merupakan perokok aktif (Vellappally et

    al., 2007). Hal ini seakan menjadi ironi di

    tengah masyarakat dengan

    berkembangnya informasi global tentang

    bahaya rokok, namun tidak diiringi dengan

    penurunan jumlah perokok secara

    signifikan.

    Secara umum, telah banyak

    informasi di pelbagai media tentang rokok

    yang bisa menyebabkan penyakit kronis

    seperti kelainan jantung, kanker, gangguan

    saluran pernapasan, gangguan kehamilan,

    dan merupakan salah satu penyebab

    terjadinya penyakit gigi dan mulut terutama

    karies gigi.

    Persentase terjadinya karies pada

    perokok yang mengonsumsi rokok antara

    10-20 batang perhari adalah 42 % lebih

    berisiko dibanding yang bukan perokok

  • NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

    2

    yaitu 30%. Karies gigi yang khas pada

    perokok adalah 4,3 kali lebih banyak

    dibandingkan bukan perokok (Natamiharja

    dan Butar, 2001).

    Kebiasaan merokok dapat

    menyebabkan peningkatan akumulasi plak

    sebagai media pelekat bakteri pada

    polisakarida, yang dapat meningkatkan

    produksi asam bakteri, sehingga pH saliva

    menjadi menurun (Cawson, 1994).

    Penurunan efek buffering serta pH

    perokok yang lebih rendah dan tingginya

    jumlah Lactobacilli dan Streptococcus

    mutans dapat mengindikasikan

    kecenderungan terhadap karies gigi

    (Vellappally et al., 2007).

    Dalam keadaan normal, gigi geligi

    selalu dibasahi oleh saliva. Saliva di dalam

    rongga mulut mempunyai pH yang dapat

    berubah setiap saat, hal ini dipengaruhi

    oleh beberapa faktor antara lain irama

    siang dan malam, diet, dan perangsangan

    kecepatan sekresi. pH saliva juga dapat

    dipengaruhi oleh berubahnya polisakarida

    menjadi asam di dalam rongga mulut

    (Dikri et al., 2003). pH saliva yang rendah

    dan mencapai suatu angka kritis dapat

    menyebabkan terjadinya karies gigi,

    sehingga penurunan pH yang berulang

    ulang dalam waktu tertentu akan

    mengakibatkan demineralisasi permukaan

    gigi. Proses terjadinya karies gigi

    disebabkan oleh 4 faktor yang saling

    mempengaruhi dan berinteraksi satu sama

    lain. Keempat faktor tersebut adalah gigi

    dan saliva, mikroorganisme, substrat

    terutama sukrosa yang menyebabkan

    turunnya pH saliva serta waktu lamanya

    makanan berkontak dengan gigi. Pada

    lingkungan asam, proliferasi dari zat asam

    dan bakteri kariogenik akan menyebabkan

    hilangnya struktur dari gigi yang biasa

    disebut karies gigi. (Tarigan, 1993).

    Atas dasar uraian di atas, penulis

    kemudian mengangkat sebuah topik

    penelitian tentang hubungan antara nilai pH

    saliva dan peningkatan derajat penyakit

    karies gigi pada perokok.

    SUBJEK DAN METODEPenelitian ini bersifat observative

    dengan desain penelitian cross sectional.

    Sampel penelitian menggunakan 2

    kelompok sampel yakni siswa yang punya

    kebiasaan merokok, dan siswa yang tidak

    mempunyai kebiasaan merokok.

    Preparasi sampel dilakukan dengan

    cara pemisahan sampel dari populasi SMK

    Warga Surakarta dengan teknik Purposive

    Random Sampling dengan kriteria inklusi:

    pria, 16 18 tahun, memiliki kebiasaan

    merokok, tidak sedang dalam kondisi sakit,

    dan tidak makan, minum, selama 1 jam

    sebelum pemeriksaan. Populasi akan

    dikeluarkan dari sampel jika terdapat salah

    satu kriteria eksklusi : menderita penyakit

    mulut, mengalami kelainan morfologi

    mulut, dan memakai alat orthodnti maupun

    gigi palsu.

    Responden sebagai sampel

    penelitian yang telah didapat kemudian

  • NAMA JURNA

    dilakukan wawancara singkat mengenai

    identitas dan kesehatan umum, serta

    riwayat kesehatan mulut. Sampel yang

    telah memenuhi persyaratan kemudian

    diminta untuk menampung saliva dalam

    suatu tempat tertentu kemudian diukur

    pH salivanya menggunakan pH indicator

    strip. Responden yang telah selesai

    penampungan saliva kemudian

    dikondisikan untuk kemudian diperiksa

    derajat karies giginya menggunakan

    indeks penghitungan DMF.

    pengukuran pH saliva dan indeks DMF

    kemudian dianalisa secara statistik

    menggunakan program SPSS 20.0

    Windows. Metode uji statistika yang

    digunakan adalah uji normalitas

    menentukan uji parametrik yang dipakai,

    kemudian dilakukan uji komparasi

    Mann-Whitney, lalu yang terakhir diuji

    korelasinya dengan uji korelasi

    Spearman.

    HASILHasil pengumpulan data yang

    didapat pada pemeriksaan pH saliva dan

    derajat karies gigi menunjukkan sebaran

    nilai pH dan indeks DMF tidak merata.

    Sebagaimana ditunjukkan pada tabel

    berikut.

    RNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

    dilakukan wawancara singkat mengenai

    identitas dan kesehatan umum, serta

    an mulut. Sampel yang

    telah memenuhi persyaratan kemudian

    diminta untuk menampung saliva dalam

    suatu tempat tertentu kemudian diukur

    pH salivanya menggunakan pH indicator

    strip. Responden yang telah selesai

    penampungan saliva kemudian

    mudian diperiksa

    derajat karies giginya menggunakan

    indeks penghitungan DMF. Hasil

    pengukuran pH saliva dan indeks DMF

    kemudian dianalisa secara statistik

    menggunakan program SPSS 20.0 for

    . Metode uji statistika yang

    digunakan adalah uji normalitas untuk

    menentukan uji parametrik yang dipakai,

    kemudian dilakukan uji komparasi

    Whitney, lalu yang terakhir diuji

    korelasinya dengan uji korelasi

    pengumpulan data yang

    didapat pada pemeriksaan pH saliva dan

    menunjukkan sebaran

    nilai pH dan indeks DMF tidak merata.

    Sebagaimana ditunjukkan pada tabel

    Tabel 1. Distribusi nilai pH saliva pada sampel

    penelitian

    Tabel 2. Distribusi indeks DMF pada sampel penelitian

    Dari hasil uji normalitas nilai p yang

    didapat menunjukkan angka kurang dari

    0.05 yang bermakna distribusi data tidak

    normal sehingga uji statistik non parametrik

    yang dipakai adalah Mann-Whitney dan uji

    korelasi spearman untuk pengolahan data

    menjadi suatu informasi.

    Tabel 3. Hasil uji normalitas data primer

    Penghitungan statistik selanjutnya

    adalah uji komparasi Mann Whitney yaitu

    perbandingan pH saliva dan indeks DMF

    antara sampel perokok dan kontrol bukan

    perokok.

    Tabel 4. Hasil uji komparasi pH saliva

    Tabel 5. Hasil uji komparasi indeks DMF

    Tabel 4 dan tabel 5 di atas

    menunjukkan bagaimana nilai rerata dari

    penghitungan masing-masing variabel dan

    ketika dibandingkan, nampak perbedaan

    Tabel 1. Distribusi nilai pH saliva pada sampel

    pada sampel

    Dari hasil uji normalitas nilai p yang

    didapat menunjukkan angka kurang dari

    0.05 yang bermakna distribusi data tidak

    non parametrik

    Whitney dan uji

    untuk pengolahan data

    Hasil uji normalitas data primer

    Penghitungan statistik selanjutnya

    adalah uji komparasi Mann Whitney yaitu

    perbandingan pH saliva dan indeks DMF

    antara sampel perokok dan kontrol bukan

    komparasi pH saliva

    Hasil uji komparasi indeks DMF

    Tabel 4 dan tabel 5 di atas

    menunjukkan bagaimana nilai rerata dari

    masing variabel dan

    ketika dibandingkan, nampak perbedaan

  • NAMA JURNA

    hasil rata-rata yang didapatkan. Pada nilai

    rata-rata pH saliva didapatkan hasil nilai

    rata-rata sebesar 7,127 0,4623

    bukan perokok, dan 6,947 0,4547

    sampel perokok. Pada nilai indek DMF

    yang didapatkan nilai rata-

    sebesar 0,90 1,423 pada kontrol bukan

    perokok, dan 1,37 1,45 pada sampel

    perokok.

    Hasil yang telah diuraikan di atas

    menunjukkan terdapat perbedaan nilai

    rata-rata pH saliva dan indeks DMF

    ketika dibandingkan antara siswa

    perokok dengan siswa bukan perokok.

    Namun ketika diuji korelasinya dengan

    uji korelasi spearman, didapatkan

    perbedaan derajat kemaknaan antara

    perokok dan bukan perokok tidak

    bermakna secara statistik. Hal ini

    ditunjukkan oleh tabel berikut

    Tabel 6. Hasil uji korelasi perokok dan bukan

    perokok

    Interpretasi hasil uji korelasi

    Spearman untuk variabel pH saliva

    penelitian ini adalah p = 0,054

    memenuhi syarat p < 0,05 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa korelasi

    dan kebiasaan merokok adalah

    signifikan. Kemudian untuk variabel

    indeks DMF juga menunjukkan

    signifikansi sebesar 0,088 sehingga

    RNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

    rata yang didapatkan. Pada nilai

    rata pH saliva didapatkan hasil nilai

    7,127 0,4623 pada

    6,947 0,4547 pada

    sampel perokok. Pada nilai indek DMF

    -rata DMF

    pada kontrol bukan

    pada sampel

    Hasil yang telah diuraikan di atas

    menunjukkan terdapat perbedaan nilai

    rata pH saliva dan indeks DMF

    ketika dibandingkan antara siswa

    perokok dengan siswa bukan perokok.

    Namun ketika diuji korelasinya dengan

    man, didapatkan

    perbedaan derajat kemaknaan antara

    perokok dan bukan perokok tidak

    bermakna secara statistik. Hal ini

    Hasil uji korelasi perokok dan bukan

    Interpretasi hasil uji korelasi

    Spearman untuk variabel pH saliva pada

    54 dan belum

    memenuhi syarat p < 0,05 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa korelasi pH saliva

    adalah tidak

    Kemudian untuk variabel

    indeks DMF juga menunjukkan nilai

    signifikansi sebesar 0,088 sehingga

    korelasi antara kenaikan indeks DMF

    tidak berpengaruh secara statistik dengan

    kebiasaan merokok.

    PEMBAHASANHasil penelitian nilai pH saliva dan

    indeks karies gigi di SMK Warga Surakarta

    pada bulan April 2014 menunjukkan bahwa

    secara statistik tidak terdapat perbedaan

    bermakna ketika dinilai pH saliva antara

    siswa perokok dan siswa bukan perokok di

    SMK Warga Surakarta. Hal ini ditunjukkan

    oleh nilai signifikansi sebesar

    nilai p > 0,05.

    Secara statistik memang tidak

    terdapat perbedaan berarti pada hasil

    pemeriksaan pH saliva, namun ketika

    dinilai reratanya terdapat perbedaan nilai

    pH saliva antara perokok dan bukan

    perokok yang bisa dilihat dari jumlah

    sampel perokok yang pH salivanya kur

    dari 7 yaitu 15 orang atau 50% dari sampel

    perokok dibandingkan dengan 6 orang atau

    hanya 20% sampel kontrol bukan perokok.

    Dari gambaran tersebut menunjukkan

    bahwa peran dari konsumsi rokok secara

    terus menerus dengan durasi lebih dari 1

    tahun terhadap penurunan pH saliva dapat

    berpengaruh terhadap keseimbangan asam

    basa dalam rongga mulut. Hal ini

    menimbulkan efek yang tidak hanya

    mempengaruhi suasana asam yang terjadi

    dalam rongga mulut, namun lebih jauh bisa

    mempengaruhi kesehatan mulut secara

    umum meskipun pada kenyataannya

    banyak faktor yang mempengaruhi

    ntara kenaikan indeks DMF

    tidak berpengaruh secara statistik dengan

    BAHASANHasil penelitian nilai pH saliva dan

    indeks karies gigi di SMK Warga Surakarta

    menunjukkan bahwa

    secara statistik tidak terdapat perbedaan

    bermakna ketika dinilai pH saliva antara

    siswa perokok dan siswa bukan perokok di

    SMK Warga Surakarta. Hal ini ditunjukkan

    oleh nilai signifikansi sebesar 0,054 atau

    Secara statistik memang tidak

    terdapat perbedaan berarti pada hasil

    pemeriksaan pH saliva, namun ketika

    dinilai reratanya terdapat perbedaan nilai

    pH saliva antara perokok dan bukan

    perokok yang bisa dilihat dari jumlah

    sampel perokok yang pH salivanya kurang

    dari 7 yaitu 15 orang atau 50% dari sampel

    perokok dibandingkan dengan 6 orang atau

    hanya 20% sampel kontrol bukan perokok.

    Dari gambaran tersebut menunjukkan

    bahwa peran dari konsumsi rokok secara

    terus menerus dengan durasi lebih dari 1

    p penurunan pH saliva dapat

    berpengaruh terhadap keseimbangan asam

    basa dalam rongga mulut. Hal ini

    menimbulkan efek yang tidak hanya

    mempengaruhi suasana asam yang terjadi

    dalam rongga mulut, namun lebih jauh bisa

    mempengaruhi kesehatan mulut secara

    meskipun pada kenyataannya

    banyak faktor yang mempengaruhi

  • NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

    5

    keseimbangan asam basa saliva itu sendiri

    seperti perangsangan saliva dan irama

    sirkadian dari tubuh (Hutagalung, 2007).

    Nilai signifikansi dari perbedaaan

    pH saliva antara perokok dan kontrol

    (bukan perokok) yang tidak signifikan

    membuktikan bahwa tidak hanya

    konsumsi rokok yang mempengaruhi

    keseimbangan asam basa dari saliva.

    Meskipun hal ini sudah diminimalisir

    dengan pembatasan-pembatasan sampel

    dengan kriteria inklusi dan eksklusi,

    namun tetap saja ada kemungkinan adanya

    variabel perancu seperti irama sikardian

    dari sampel (sampel diambil pada pagi

    hari), konsumsi makanan atau obat

    sebelumnya, maupun perangsangan

    sekresi saliva (Amerongen, 1992). Selain

    kemungkinan tersebut, besar sampel yang

    relatif kecil juga mempengaruhi hasil

    signifikansi perhitungan (Arief, 2008)

    Pada penilaian karies gigi dengan

    penghitungan indeks DMF diperoleh hasil

    signifikansi sebesar 0,088 atau nilai p >

    0,05 yang bermakna bahwa perbedaan

    secara statistik dari indeks karies gigi yang

    didapat antara siswa perokok dan bukan

    perokok tidak signifikan. Hal ini bisa

    dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya

    faktor kebersihan mulut, konsumsi makan

    sehari-hari, durasi lamanya merokok,

    struktur anatomis gigi, serta faktor agen

    pejamu atau mikroorganisme (Kidd,

    1992).

    Pada variabel indeks karies gigi ini,

    faktor-faktor lain bisa secara statistik

    membuat penilaian menjadi rancu. Namun

    jika diteliti lebih jauh lewat tabel 4.2 di

    atas, nampak bahwa nilai karies positif

    (negatif ditunjukkan dengan angka 0) pada

    perokok lebih tinggi dibandingkan pada

    bukan perokok, meskipun terdapat

    pengecualian pada nilai 6 pada DMF.

    Perbedaan ini salah satunya bisa

    diakibatkan oleh konsumsi rokok yang

    dikonsumsi lebih dari 1 tahun pada sampel

    siswa perokok.

    Pada analisis lebih lanjut tentang

    korelasi dari nilai signifikansi pH saliva dan

    indeks DMF pada sampel perokok maupun

    kontrol bukan perokok, tidak ditemukan

    korelasi kuat antara penurunan nilai pH

    saliva dengan kenaikan indeks DMF pada

    sampel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

    korelasi sebesar 0,222 atau r0,05 (H0

    diterima H1 ditolak). Nilai korelasi yang

    lemah tersebut tidak sesuai dengan teori

    yang telah ada bahwa konsumsi rokok

    secara terus menerus dapat mempengaruhi

    keseimbangan pH dalam saliva (Loos,

    2003) dan keseimbangan pH dari saliva

    secara langsung mempengaruhi proses

    demineralisasi dari gigi yang

    mengakibatkan karies gigi (Amerongen,

    1992). Hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak

    faktor diantaranya tidak meratanya durasi

    serta intensitas merokok dari sampel yang

    diperiksa, kondisi kesehatan umum dan

  • NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

    6

    juga terbatasnya pengendalian perlakuan

    sampel dikarenakan penelitian memang

    didesain secara cross sectional, sehingga

    ada keterbatasan dalam perlakuan sampel

    serta kontrol.

    Namun untuk arah korelasi yang

    didapatkan dalam penelitian ini, sudah

    sesuai dengan hipotesa awal dari penulis

    bahwa terdapat penurunan pH saliva

    disertai dengan peningkatan indeks DMF

    pada siswa perokok dibandingkan dengan

    siswa bukan perokok yang ditunjukkan

    dengan arah korelasi yang sesuai meski

    nilai korelasi yang dihasilkan tidak

    signifikan.

    SIMPULAN

    Meskipun terdapat penurunan pH

    saliva disertai dengan peningkatan derajat

    karies gigi pada siswa perokok ketika

    dibandingkan dengan siswa bukan

    perokok, namun secara statistik nilai

    kemaknaan dari perbedaan tersebut tidak

    signifikan yang ditunjukkan dengan nilai p

    > 0,05 (0,054 pada pH saliva, dan 0,888

    pada derajat karies

    Perlunya penelitian lebih lanjut

    mengenai korelasi antara pH saliva dan

    indeks karies gigi pada perokok dengan

    desain penelitian yang lebih akurat dalam

    pengendalian sampel serta besaran sampel

    yang lebih besar agar faktor perancu dapat

    lebih ditekan.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terimakasih

    kepada Widia Susanti,drg.,M.Kes dan

    Margono, dr., M.Kes. yang telah

    memberikan bimbingan, kritik, dan saran

    yang sangat membantu selama penelitian

    hingga penulisan naskah publikasi ini.

    DAFTAR PUSTAKAAmerongen, A.V.N. 1991. Ludah dan

    Kelenjar Ludah. Arti Bagi Kesehatan Gigi. Alih Bahasa : Prof.drg.Rafiah Abyono. Ed-1.UGM. Yogyakarta. Hal.2,3,23,36,37

    Annex, L. 1998. Scientific Committee on Tobacco and Health Technical Advisory Group Review of Emissions in Cigarette Smoke. [cited 2010 mar. 17] Available from:http:/www.archive.officialdocuments.co.uk.

    Arief, Mochammad T.Q. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: LPP UNS

    Armstrong, S. 1995. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan. Alih Bahasa : Meitasari Tjandiasa. penerbit ARCAN. Jakarta. Didalam Rokok. [cited 2013 aug. 28] Available from : http://.moh.gov.bn.

    Cawson, R. A. 1994. Atlas Bantu kedokteran Gigi : Patologi. Alih Bahasa : Sherley, Hipokrates. Jakarta. Hal.2-3.

    Darussalam. 2004. Bahan-Bahan Lain Didalam Rokok. [cited 2010 nov. 8] Available from : http://www.moh.gov.bn/prmo/tembakau/tembakau2.htm.

    Dewi D..Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Mukosa Mulut.Dentika Dental Jurnal,vol 10,no.2,2005,Hal.132-133,135

  • NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

    7

    Dikri, I., Soetanto, S., Widjiastuti, I. 2003. Kelarutan Kalsium Pada Enamel Setelah Direndam Saliva Buatan pH 5,5 dan Ph 6,5. Dental Jurnal.Vol. 36. No.1. Hal.7.

    Guyton, A.C., Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa : Irawati dll. Cetakan-1. EGC. Jakarta. Hal.835-836.

    Hastono S.P, Sabri L., 2006, Statistik kesehatan, Jakarta: Radja grafindo persada

    Hutagalung, Rossa N., 2007. Perbandingan pH Saliva Sebelum dan Sesudah Kumur-Kumur Dengan Larutan Sukrosa, Sorbitol, dan Xylitol Pada Mahasiswa FKG USU. USU e-Repository

    Kelley, L.L., Petersen, C. M. 2007. Sectional Anatomy for Imaging Professionals. Second Edition. Mosby. Elsevier. USA. Hal.242.

    Kidd, E.A.M., Bechal, S.J. 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulanganya. Alih Bahasa : Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk. EGC. Jakarta. Hal.2,65-67.

    Martin, T. 2008. The Effects of Smoking on Human Health Smoking Effect. [cited 2010 mar. 17] Available from: http:// quitsmoking.about.com.

    Natamiharja, L., Gronyeke. 2004. Indeks Periodontal dan Hubunganya Dengan Kebiasaan Merokok Pada Pegawai Dinas Pertanian Tingkat I Sumatera Utara. Dentika Dental Jurnal. Vol. 9. No. 1. Hal.6-12.

    Roeslan, B.U. 2002. Imunologi Oral. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta. Hal.114-116.

    Sari, Ni Nyoman. 2011. Permen Karet Xylitol Yang Dikunyah selama 5 Menit Meningkatkan dan

    Mempertahankan pH Saliva Perokok Selama 3 Jam

    Sherwood, L. 2001. Fisologi Manusia. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Ed-2. EGC. Jakarta. Hal.545-548.

    Tarigan, R. 1995. Karies Gigi. cetakan IV. Hipokrates. Jakarta. Hal.17-18.

    Vellappally S., Fiala, Z., Smejkalova, J., Jacob, V., Shriharsa, P. 2007. Influence of Tobacco Use in Dental Caries Development. Cent Eur J Public Healh. Vol. 15. No. 3. Hal.116-120.