24
1  NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA LANSIA YANG BERADA DI PANTI WREDA Oleh: Reni Setya Wardani Rina Mulyati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2014

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

1  

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA

LANSIA YANG BERADA DI PANTI WREDA

Oleh:

Reni Setya Wardani

Rina Mulyati

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

2  

Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

3  

 

 

Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

4  

RELATIONSHIP BETWEEN RESILIENCE AND ELDERLY’S STRESS

WHO LIVES IN NURSING HOME

Reni Setya Wardani

Rina Mulyati

ABSTRACT

This research aims to examine between resilience and elderly’s stress who lives in the nursing home. The hypothesis there is a relation between resilience and stress within the elderly who lives in nursing home. The more resilience, the lower stress they are, vice verse, the less they express resilience, the higher stress could be obtained in nursing home. Subjects of this research are 80 subjects, 38,8% male and 61,2% female in above 60 years old who lives in nursing home. This researh applies a theory of resilience scale. This scale is modified and translated by researcher before according to the aspecs which encountered by Grotberg, 1995 (16 items, α = 0,930) and stress scale, this scale is modified and translated researcher before according to the aspecs which encountered by Lovibond and Lovibond, 1995 (13 items, α = 0,898). Correlation test of product moment from the person shows that the number of correlations is r = -0,748 p = 0,000 ( p<0,01), which means there negative relationship between resilience and elderly’s stress who live in nursing home. Thus, the research hypothesis is proved.

Key words : Resilience, Stress

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

5  

PENGANTAR

Hasil sensus penduduk nasional tahun 2009 (dalam Amigo, 2012)

menunjukkan bahwa persebaran penduduk lansia menurut provinsi, yang

terbanyak terdapat di DIY yaitu 14,02%. Jumlah penduduk lansia di DIY berkisar

6,13% - 9,2% dari total jumlah penduduk (tahun 2005 - 2007). Kemudian diikuti

oleh propinsi Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,99%) dan Bali (10,79%).

Menurut WHO pada tahun 1995 bahwa tahun 2020 sampai 2050 diperkirakan

jumlah lansia di Indonesia sekitar 28 juta jiwa. Dibandingkan dengan tahun 1990

pertumbuhan penduduk lansia Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di

Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%, India 242% dan China 220% (Amigo,

2012). Hasil prediksi atau proyeksi tersebut tampak bahwa jumlah lansia akan

semakin banyak di Indonesia.

Peningkatan populasi para lansia tersebut diikuti berbagai persoalan-

persoalan bagi orang lanjut usia itu sendiri (Mariani dan Kadir dalam Sulandari,

2009). Persoalan yang dihadapi oleh para lansia yaitu perubahan yang dialami

lansia itu sendiri baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Oleh karena itu

dengan adanya berbagai persoalan bagi orang lansia, menyebabkan perlunya

perhatian pada orang lansia tersebut, agar orang lansia tidak hanya berumur

panjang, tetapi menikmati masa tuanya dengan bahagia, serta meningkatkan

kualitas hidup mereka. Perlunya perhatian yang lebih bagi para lansia tidak

terlepas dari peran keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

6  

Tidak sedikit lansia yang beruntung bisa dirawat oleh anaknya sendiri.

Adanya kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan bagi anak untuk merawat

orang tuanya membuat pemerintah menetapkan kebijakan untuk membantu dan

menyantuni para lansia dengan menyediakan panti wreda yang diperuntukkan

untuk para lansia di Indonesia (Nawawi, 2009). Panti ini disediakan untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para lansia,. Sehingga panti bisa sebagai

alternatif ketika ada kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan yang dialami oleh

para lansia.

Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di panti wreda Panti Sosial

Tresna Wreda Abiyoso yang beralamat di Jakal KM 17,5 Pakem, Sleman

Yogyakarta, rata-rata lansia yang masuk ke dalam panti memiliki latar belakang

masalah yang berbeda-beda. Ada 3 kelompok lansia yang masuk ke dalam panti.

Pertama adalah kelompok lansia yang terlantar (terkena garukan), lansia yang

berinisiatif memasukkan dirinya ke dalam panti, dan lansia yang dengan sengaja

dimasukkan oleh keluarganya sendiri ke dalam panti.

Kelompok lansia yan terlantar (terkena garukan) biasanya adalah para lansia

yang memiliki masalah sosial di dalam lingkungan masyarakat. Seperti

kemiskinan, tidak mau berbaur dengan warga, menarik diri dari orang lain,

ataupun terlantar karena tidak ada yang merawat akibat adanya kondisi-kondisi

yang tidak memungkinkan untuk lansia tinggal sendiri. Seperti ditinggalkan orang

yang disayangi seperti anak dan suami atau istri, kondisi anak yang tidak

memungkinkan seperti kemiskinan, anak berkebutuhan khusus dan lain

sebagainya. Kemudian masyarakat sekitar menghubungi dinas sosial untuk

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

7  

memasukkan lansia tersebut ke dalam panti. Kedua adalah lansia yang berinisiatif

memasukkan dirinya ke dalam panti dengan alasan bahwa dirinya merasa

kesepian di rumah karena istri ataupun suaminya telah meninggal dunia, sehingga

lansia tersebut memilih untuk tinggal di panti karena menurut dia di panti lansia

tersebut akan memiliki banyak teman mengobrol, berkaktifitas dan lain

sebagainya. Terkahir adalah lansia yang dengan sengaja dimasukkan oleh

keluarganya sendiri ke dalam panti karena alasan keselamatan dan kesejahteraan

lansia itu sendiri, karena lansia tersebut merasa terancam oleh anaknya sendiri.

Kelompok lansia yang terlantar (terkena garukan) biasanya lebih rentan

stres dibandingkan kelompok lansia yang berinisiatif memasukkan dirinya ke

dalam panti dan lansia yang dengan sengaja dimasukkan oleh keluarganya sendiri

ke dalam panti dengan alasan keselamatan dan kesejahteraan orang tuanya.

Kelompok lansia yang terkena garukan, terpaksa menjani kehidupannya di dalam

panti. Mereka menjalani semua aktifitas sehari-harinya tanpa mereka inginkan.

Berbeda dengan para lansia yang memutuskan untuk tinggal di dalam panti karena

keinginan mereka sendiri ataupun dengan sengaja dimasukkan oleh keluarganya

sendiri, mereka melakukan semua kegiatan dalam panti secara suka rela dan tidak

terpaksa, sehingga mereka cenderung tidak mengalami stres.

Adanya lansia yang mengalami stres memberikan dampak yang negatif pada

kehidupan lansia itu sendiri, dari segi fisik, emosi, dan perilaku. Lansia Yang

mengalami stres menjadi menarik diri dari lingkungan sekitar panti, jarang

mengobrol dengan lansia lain, tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di

panti, seperti pengajian, keterampilan dan seni, tidak mau melakukan check up

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

8  

berkala di poliklinik yang disediakan pihak panti, mudah tersinggung. Senada

dengan Lovibond dan Lovibond (dalam Willemsen, Markey, dkk 2011) bahwa

stres berpengaruh pada kondisi emosional yang negatif pada diri seseorang dan

dapat berpengaruh pada kondisi fisik, emosi, dan perilaku seperti sulit bersantai,

mudah gelisah, mudah marah, dan tidak sabaran.

Adanya dampak negatif yang muncul pada lansia mengakibatkan kualitas

hidup mereka menurun dan kesejahteraan sosial mereka juga menurun. Untuk

tetap menjaga kualitas hidup lansia bagus dan tidak hanya berumur panjang, tetapi

menikmati masa tuanya dengan bahagia dan terhindar dari stres. Hal tersebut tidak

terlepas dari kapasitas lansia itu sendiri dalam menanggapi ataupun menangani

peristiwa-peristiwa yang membuatnya stres.

Keadaan dimana seseorang sukses dan mampu beradaptasi pada keadaan

yang sulit dan mampu bangkit kembali dari peristiwa-peristiwa yang membuat

individu tersebut terpuruk biasa disebut dengan resiliensi. Menurut Grotberg

(1995) resiliensi merupakan kapasitas penting bagi kehidupan manusia dalam

menjalani kehidupan, terutama menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup.

Kapasitas penting tersebut tidak terlepas dari faktor pelindung dan faktor resiko

dari resiliensi itu sendiri. Hal ini juga dijelaskan oleh Garmezy bahwa seseorang

yang resilien tidak terlepas dari ciri individu itu sendiri dalam mengatasi kesulitan

pada kehidupan yang menantang dan penuh dengan faktor resiko (Rutter, 1984;

Werner, 1992; dalam Sun & Stewart, 2007).

Beberapa penelitian telah mengeksplorasi hubungan antara resiliensi dan

kelangsungan hidup. Penelitian sebelumnya memperoleh perbandingan bahwa

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

9  

lansia yang resilien lebih baik kesehatan mentalnya dan fungsi fisiknya Wagnild

dan Youn (dalam Shen & Zen, 2004). Resiliensi dianggap sebagai komponen

penting dalam pemulihan dari penyakit dan stres (Hardy & Gill 2002; Lamind

dkk. 2009; dalam Shen & Zeng, 2004). Ketika orang mencapai tingkat lanjut usia,

lansia akan banyak mengalami kondisi yang negatif pada seluruh proses penuaan,

seperti kesehatan dan kehilangan anggota keluarga yang dicintai, ini mewakili

tantangan yang serius. Lansia yang resiliensinya baik mungkin memiliki kapasitas

yang lebih kuat dan berpotensi berhasil dalam menangani kesulitan tersebut (Jopp

& Rott, 2006; dalam Shen & Zeng, 2004 )

Major (dalam Zur & Gilbar, 2011) mengungkapkan bahwa resiliensi dapat

mengurangi tekanan setelah mengalami beberapa peristiwa yang membuat stres.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang hubungan antara resiliensi dengan stres pada lansia yang tinggal

di panti wreda.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres

Menururt Lovibond dan Lovibond 1995 (dalam Willemsen, Markey,

Declercq, dan Vanheule, 2011) mengungkapkan bahwa stres adalah sebuah

perasaan emosional negatif yang terdapat pada diri seseorang dan dapat

berpengaruh pada kondisi fisik, emosi, dan perilaku seperti sulit bersantai,

mudah gelisah, mudah marah, dan tidak sabaran. Sarafino (1990)

menjelaskan bahwa stres merupakan kondisi yang disebabkan ketika

perbedaan seseorang atau lingkungan yang berhubungan dengan individu,

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

10  

yaitu antara situasi yang diinginkan dengan keadaan bilologis, psikologis atau

sistem sosial individu tersebut.

Menurut Lovibond dan Lovibond (1995) ada tiga aspek stres yaitu

aspek fisik, aspek emosi, dan aspek perilaku. Selain itu indikator stres yang

diungkapkan oleh Lovibond dan Lovibond (1995) yaitu fisik seperti

ketegangan otot, peningkatan tekanan darah, gelisah, sakit kepala, sakit perut,

gangguan pencernaan, dan lain-lain; emosi seperti murung, tidak fokus, ragu-

ragu, mudah marah, kaku berfikir tidak ada rasa humor, mudah tersinggung,

dan lain-lain ; perilaku seperti insomnia, perubahan nafsu makan, menarik

diri dari orang lain, kurang kontrol diri, dan lain-lain.

2. Resiliensi

Menurut Maneerat, Isaramalai dan Boonyasopun (2011) membedakan

antara kata resilience dan reseliency yaitu resilience mengacu pada keadaan

dimana seseorang sukses beradaptasi pada keadaan sulit, sedangkan resiliency

menyiratkan adanya ciri kepribadian.

Definisi resiliensi menurut Masten (Yi, Smith dan Vitaliano, 2005)

adalah kapasitas individu untuk mempertahankan kesejahteraan psikologis

dan fisik dalam menghadapi kesulitan. Wolin dan Wolin (dalam Kartika,

2010) menjelaskan resiliensi juga sebagai keterampilan coping saat

dihadapkan pada tantangan hidup atau kapasitas individu untuk tetap sehat

dan memperbaiki diri. Hal ini juga dijelaskan oleh Maneerat, dkk (2011)

dimana resilensi digunakan untuk menggambarkan kemampuan untuk

beradaptasi secara positif dalam menghadapi kesulitan dan melanjutkan

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

11  

kehidupannya dengan baik. Wagnild dan Young (1995) mendefinisikan

resiliensi sebagai karakteristik personal yang dapat meningkatkan adaptasi

positif seseorang saat mengalami stres dan berada dalam kesengsaraan

sehingga orang tersebut mampu segera pulih atau bangkit kembali dan

memberikan manfaat bagi diri serta lingkungan sosialnya. Menurut Grotberg

(1995) resiliensi merupakan kapasitas penting bagi kehidupan manusia dalam

menjalani kehidupan, terutama menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup.

Resiliensi memungkinkan individu untuk tetap fokus pada persoalan yang

sesungguhnya dan tidak menyimpang ke dalam perasaan dan pikirann yang

negatif (Grotberg, 1995). Aspek-aspek dari resiliensi itu sendiri ada aspek I

Am, I Have, I Can.

METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah orang lanjut usia berusia lebih dari 60

tahun dan subjek tinggal di panti wreda. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 80

orang, dimana subjek penelitian ini ditambahkan dari subjek try out sebelumnya

yang berjumlah 45 orang dan subjek data penelitian yang berjumlah 35 orang.

Subjek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Masih mampu merespon dan

memahami aitem yang dibuat oleh peneliti. Pengambilan subjek dilakukan

dengan teknik purposive sampling yaitu menentukan subjek yang sesuai,

berdasarkan pada ciri-ciri tertentu yang dipandang memiliki hubungan erat dengan

ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

12  

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Teknik pengumpulan

data menggunakan dua skala yaitu skala stres dan skala resiliensi. Skala stres yang

digunakan merupakan adaptasi dari skala stres yaitu Depression Anxiety Stress

Scale (DASS) yang dikemukakan oleh Lovibond dan Lovibond (1995). Sedangkan

skala resiliensi yang digunakan merupakan adaptasi dari penelitian sebelumnya

yang mengacu pada skala resiliensi Grotberg (1995).

Metode analisis data dalam penelitian ini memakai koofisien korelasi

Pearson atau sering disebut korelasi product moment dimana korelasi product

moment ini digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji hubungan), yaitu

untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan stres pada lansia yang berada

di panti wreda. Untuk mempermudah proses perhitungan statistik serta analisisnya

digunakan program statistik SPSS for Windows versi 18.00.

HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas yang dilakukan pada kedua variabel

menunjukkan distribusi yang normal. Dari hasil pengolahan data untuk

variabel Resiliensi, diperoleh nilai p = 0,200; (p>0,05). Hasil uji

normalitas tersebut menunjukkan bahwa data resiliensi terdistribusi

secara normal. Selain itu, dari hasil pengolahan data untuk variabel stres,

diperoleh nilai p = 0,053; (p>0,05) sehingga distribusi dinyatakan

normal. Hasil uji normalitas kedua variabel tersebut dapat dilihat sebagai

berikut:

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

13  

Tabel 1 Hasil Uji Normalitas

Variabel Signifikansi (p) Normalitas Resiliensi 0,200 Normal Stres 0,053 Normal

b. Uji Linearitas

Hasil pengolahan data menunjukkan nilai F = 126,325 dengan p =

0,000; (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara resiliensi

dan stres memenuhi asumsi linearitas atau mengikuti satu garis lurus.

Untuk lebih jelasnya, hasil uji linearitas penelitian ini dapat dilihat ada

tabel berikut:

Tabel 2 Hasil Uji Linearitas Variabel Koefisien Linearitas

(F) Signifikasi

(p) Keterangan

Resiliensi terhadap Stres

126,325 0,000 Linear

2. Uji Hipotesis

Dari uji hipotesis yang dilakukan, didapat nilai koefisien korelasi (r)

sebesar -0,748dengan p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

negatif antara resiliensi dengan stres pada lansia yang berada di panti wreda,

sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Disamping itu, nilai

koefisien determinasi (r2) sebesar 0,559, dimana hal tersebut menunjukkan

bahwa resiliensi memberi sumbangan sebesar 55,9% terhadap stres pada

lansia yang artinya 44,1% hasil stres dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dibahas dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, hasil uji hipotesis

penelitian ini dapat dilihat ada tabel berikut:

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

14  

Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Variabel r r2 p Keterangan Resiliensi terhadap Stres

-0,748 0,559 0,000 Signifikan

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan negatif antara

resiliensi dengan stres pada lansia yang tinggal di panti wreda. Dari hasil

penelitian serta analisis yang telah dilakukan, uji korelasi menunjukkan nilai

koefisien korelasi (r) sebesar -0,748 dengan p = 0,000, dimana hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara resiliensi dengan

stres pada lansia yang tinggal di panti wreda. Nilai r sebesar -0,748 menunjukkan

korelasi negatif antara kedua variabel tersebut. Hal itu berarti semakin tinggi

resiliensi yang dimiliki para lansia, maka semakin rendah stres pada diri mereka.

Sebaliknya, semakin rendah resiliensi yang dimiliki para lansia, maka semakin

tinggi stres pada diri mereka. Selain itu, berdasarkan hasil analisis data

penelitian, ditemukan nilai r2 = 0,559, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa

variabel resiliensi memberi sumbangan sebesar 55,9% bagi variabel stres pada

lansia yang berada di panti wreda, yang artinya 44,1% hasil stres dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Wagnild dan Young (dalam Shen & Zeng, 2004) memperoleh perbandingan

bahwa lansia yang resilien, lebih baik kesehatan mentalnya dan fungsi fisiknya.

Hal ini membuktikan bahwa lansia yang mempunyai resilien yang baik akan lebih

sehat dan mampu mengerjakan aktifitasnya sendiri. Selain itu lansia yang resilien

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

15  

akan lebih sehat mentalnya, sehingga terhindar dari stres. Menurut Hardy dan Gill

(Lamind dkk. 2009, dalam Shen & Zeng, 2004) resiliensi dianggap sebagai

komponen penting dalam pemulihan dari penyakit dan stres. Major

mengungkapkan bahwa resiliensi dapat mengurangi tekanan setelah mengalami

beberapa peristiwa yang membuat stres (dalam Zur & Gilbar, 2011). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa resiliensi yang di miliki oleh para lansia yang

tinggal di panti wreda cenderung pada tingkat tinggi yakni sebesar 48,8% dari

seluruh subjek penelitian. Sedangkan stres yang dimiliki oleh para lansia yang

tinggal di panti wreda cenderung pada tingkat sedang yakni sebesar 38,8% dari

seluruh subjek penelitian.

Menurut Luthar (Luthar & Cicchetti, 2000; dalam Sun & Stewart, 2007)

resiliensi digambarkan sebagai interaksi antara faktor pelindung dan faktor resiko.

Dimana interaksi antara kedua faktor tersebut adalah proses yang dihasilkan dari

reaksi individu untuk faktor resiko atau kerentanan yang ada dalam

lingkungannya. Individu yang mengalami stres biasanya tidak bisa menghadapi

faktor-faktor resiko tersebut, dimana faktor resiko adalah bahaya-bahaya yang

bekaitan dengan individu, lingkungan individu yang meningkatkan terjadinya

permasalahan. Namun individu yang resilien akan mampu melawan dan

menghadapi faktor resiko tersebut dengan baik. Faktor-faktor yang mampu

meningkatkan kemampuan individu untuk melawan dan menghadapi tekanan

hidup (faktor resiko) adalah faktor pelindung. Adapun faktor-faktor pelindung

yang dapat meningkatkan resiliensi seseorang yaitu faktor individual, faktor

Page 16: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

16  

keluarga, dan faktor masyarakat di sekitarnya (faktor lingkungan) (dalam Davis,

1999).

Pertama adalah faktor individual dibuktikan dengan adanya beberapa lansia

yang sering mengunjungi wisma lain untuk bermain, mengobrol dan berkeluh

kesah. Selain itu lansia yang resilien mempunyai kepercayaan diri yang cukup

baik, ini dibuktikan pada lansia yang selalu ikut dalam kegiatan-kegiatan yang

diadakan pihak panti, seperti karaoke, keterampilan gamelan,dan lain sebagainya.

Menurut Andrew Steptoe pada University College London, menjelaskan orang

yang lebih sering berhubungan sosial cenderung panjang umur karena akan lebih

mungkin bertahan hidup jika ada orang disekitar kita untuk meminta bantuan.

Faktor-faktor keluarga. di dapatkan bahwa ada beberapa lansia yang secara

berkala dijenguk oleh keluarganya dan sering ditelepon kelurganya dari jauh.

Selain itu ada juga lansia yang sering dikirimi uang setiap bulannya oleh

keluarganya. Ini didukung oleh peneliatian sebelumnya (Rinajumita, 2011)

mengatakan bahwa sebagian besar keluarga dapat menghargai dan menghormati

lansia sebagai orang tua mereka, jika orang tua jauh mereka dapat menjenguk

ataupun menanyakan kondisi orang tua mereka melalui telepon. Dalam penelitian

ini juga.

Faktor dari masyarakat yang memberikan pengaruh terhadap resiliensi pada

individu, yaitu mendapat perhatian dan lingkungan, aktif dalam organisasi

kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan juga berperan

penting dalam meningkatkan faktor pelindung dari resilinsi. Penelitian

sebelumnya (Sun & Stewart, 2007) mengatakan bahwa resiliensi tidak hanya

Page 17: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

17  

terdiri dari karakteristik individu itu sendiri, namun juga mencakup faktor

pelindung yang terdapat dalam lingkungan seperti dukungan orang dewasa di

sekolah, dukungan orang dewasa di rumah dan dukungan orang sebaya. Berbeda

dengan penelitian sebelumnya bahwa faktor pelindung pada lansia yang tinggal di

panti wreda berbeda, dimana faktor pelindung yang berada di panti wreda berasal

dari lingkungan sekitar panti seperti perawat, para lansia lain, psikolog, dan lain

sebagainya.

Berdasarkan kategorisasi yang diperoleh pada skala resiliensi yang diterima,

dari total 80 subjek ditemukan 37 subjek yang berada pada kategori sangat rendah

dengan persentase sebanyak 46,2%. Pada kategori sedang terdapat 1 subjek

dengan persentase sebanyak 1,2%. Pada kategori tinggi terdapat 3 subjek dengan

persentase sebanyak 3,8% dan sisanya 39 subjek berada pada kategori sangat

tinggi dengan persentase sebanyak 48,8%.

Berdasarkan kategorisasi yang diperoleh pada skala stres yang diterima, dari

total 80 subjek ditemukan 3 subjek yang masuk dalam kategori rendah dengan

persentase sebanyak 3,8%. Pada kategori rendah terdapat 19 subjek dengan

persentase sebanyak 23,8%. Pada kategori sedang terdapat 31 subjek dengan

persentase sebanyak 38,8%. Sedangkan pada kategori tinggi terdapat 27 subjek

dengan persentase sebanyak 33,8%

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan,

dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara

Page 18: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

18  

resiliensi dengan stres pada lansia yang berada di panti wreda. Semakin tinggi

resiliensi maka semakin rendah stres yang akan dialami oleh para lansia yang

berada di panti wreda. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah resiliensi

maka semakin tinggi stres yang akan dialami oleh para lansia yang berada di

panti wreda.

2. Saran

a. Bagi Subjek

1) Para lansia yang berada di panti wreda diharapkan dapat menghadapi

kesulitan-kesulitan dalam dirinya seperti stres. Para lansia diharapkan

mampu meningkatkan adaptasi positif, sehingga para lansia mampu

menghadapi stres ataupun kesulitan-kesulitan dalam hidupnya dan

mampu melanjutkan kehidupannya dengan baik.

2) Para lansia yang berada di panti wreda diharapkan meninggalkan hal-

hal yang merugikan sendiri dan oran lain seperti mencela orang lain,

berbicara kasar dengan orang lain, berbohong, tidak memperdulikan

orang lain dan lain sebagainya.

b. Bagi Pihak Panti

1) Memberikan informasi yang tepat mengenai stres bagi lansia baik itu

dampak maupun cara menangani stres yang baik dan benar.

2) Sebaiknya pihak panti memanfaatkan ruang poliklinik untuk sharing

antara ahli dan individu minimal satu minggu sekali dilakukan kepada

individu yang bermasalah sehingga pihak panti mampu melihat

Page 19: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

19  

permasalahan yang dihadapi para lansia dan dapat memberikan solusi

yang tepat.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan memakai alat ukur resiliensi yang

tepat untuk lansia, agar pengukuran resiliensi lebih akurat.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian

mengenai stres dengan menggunakan faktor-faktor lain yang mungkin

dapat mempengaruhi munculnya stres, misalnya status, jumlah anak,

alasan lansia masuk panti wreda, sudah berapa lama lansia berada di

panti wreda dan seberapa besar faktor tersebut berpengaruh pada

munculnya stres dan karakteristik lansia itu sendiri.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

20  

DAFTAR PUSTAKA

Amigo, T. A. E. (2012). Hubungan Karakteristik dan Pelaksanaan Tugas Keperawatan Kesehatan Keluarga dengan Status Kesehatan pada Aggregate Lansia dengan Hipertensi di Kecamatan Jetis Yogyakarta. Tesis (Diterbitkan). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Depok

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Calkins, S. D., Blandon, A. Y., Williford, A. P. & Keane, S. P. (2007). Biological, Behavioral, and Relational Levels Of Resilience In The Context Of Risk For Early Childhood Behavior Problems. Development and Psychopathology, 19, 675-700.

Davis, N. J. 1999. Subtance Abuse and Mental Health Services Administration Center for Mental Health Services Division of Program Development, Special Populations & Projects Special Programs Development Branch (301), pp.443-2844. Status of Research and Research-based Programs

Devi, P. S., Sawitri, K. A. & Nurhesti, P. O. Y. (2012). Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Stres Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Wana Seraya Denpasar. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Grotberg, E. H. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. The Bernard van Leer Foundation

Hamilton, A. (2007). The Power of Stress. Menciptakan Stres ditempat Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Indriana, Y., Kristiana, I. F., Sonda, A. A. & Intanirian, A. (2010). Tingkat Stres Lansia di Panti Wredha “Pucang Gading” Semarang. Jurnal Psikologi Undip, 8(2).

Karnadi, J. (1999). Stres dalam Kehidupan Sehari-hari. Jakarta: Cermin Dunia

Kedokteran No 123

Page 21: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

21  

Kartika, D. A. (2011). Resiliensi pada Single mother Pasca Perceraian. Skripsi (Diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Kartika, D. R. A. (2012). Resiliensi Pada Penderita Gagal Ginjal Terminal Ditinjau dari Dukungan Sosial dan Kebermaknaan Hidup. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Lovibond, S. H. & Lovibond, P.f. (1995). Manual for the Depression Anxiety Stress Scales. (2nd Ed) Sydney: Psychology Foundation

Mahsun. (2004). Bersahabat dengan Stres. Yogyakarta: Prisma Media

Maneerat, S., Isaramalai, S. & Boonyasopun, U. (2011). A conceptual structure of resilience among Thai elderly. Journal of behavioral science, 6(1) 25-40.

Nawawi, U. (2009). Sehat dan Bahagia di Usia Senja. Yogyakarta: Dianloka

Permana, C. A. (2013). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Stres Pada Lansia Andropause di Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Skripsi (Diterbitkan). Jember: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. (Edisi 4). Jakarta: EGC

Rinajumita (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Thesis (Diterbitkan). Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

Rosenthal, M. S. 2002. 50 Cara Mencegah dan Menghadapi Stres. Jakarta: Prestasi Pustaka

Saputri, M. A. W. & Indrawati, E. S. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip. Vol.9, No.1, 2011

Page 22: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

22  

Sarafino, E. P. (1990). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. 2nd Edition. United States of America: John Wiley and Sons, Inc

Segarahayu. R. D. 2013. Pengaruh Manajemen Stres Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Narapidana Di LPW Malang. Jurnal Psikologi Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negri Malang, 2-5

Shen, K. & Zeng, Y. 2004. The association between resilience and survival

among Chinese elderly. Demographic Research, 23(5).

Siebert, A. (2005). The Resiliency Advantages. San Fransisco: Berret-Koehler Pubhliser Inc

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo

Sulandari, S. 2009. Penyesuaian Diri Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Wredha. Skripsi (Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sun, J. & Stewart, D. 2007. Development of population-based resilience measures in the primary school setting. Health education, 107(6), 575-599

Surbakti, E.P. 2008. Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008. Skripsi (Diterbitkan). Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

Suryabrata, S. (1998). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: C. V Andi Offset

Taylor, S.E. 2009. Health Psychology. New York: McGraw-Hill

Tugade, M. M. & Frederickson, B. L. (2004). Resilient Individuals use Positive Emotions to Bounce Back from Negative Emotional Experience. Journal of Personality and Social Psychology, 24(2), 320 -333

Wagnild, G. M. & Young, H. M. (1993). Development and Psychometric Evaluation of the Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement, 1(2), 1993

Page 23: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

23  

Widya, S. (2012). Inilah Daftar Panti Wreda di Provinsi DIY. TRIBUN JOGJA, 23 Juli 2012

Willemsen, J., Markey, S., Declercq, F. & Vanheule, S. (2010). Negative Emotionality in a Large Community Sample of Adolescents: The Factor Structure and Measurement Invariance of the Short Version of the Depression Anxiety Stress Scales (DASS-21). Stress and Health, 27: e120 – e128

Yenni, 2007. Hubungan Dukungan Keluarga dan Karakteristik Lansia dengan Kejadian Srtoke pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Bukit Tinggi. Tesis (Diterbitkan). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Pascasarjana Ilmu Keperawatan

Yi, J. P., Smith, R. E. & Vitaliano, P. P. 2005. Stress-resilience, illness, and coping: A person-focused investigation of young women athletes. Journal Of Behavioral Medicine, 28(3), 0160-7715.

Zur, H. B. & Gilbar, O. 2011. Resilience and Distress: Israelis Respond to the Disengagement from Gaza and the Second Lebanese War. Journal of Community Mental Health, 47, 551-559.

 

Page 24: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI …

24  

Nama : Reni Setya Wardani

Alamat : Tegalmanding No. 3A, Jl. Kaliurang KM 14

Sleman, Yogyakarta

No HP : 085755521799

Email : [email protected]