23
1 ANALISIS PERBANDINGAN LAMA HARI RAWAT, JUMLAH PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS DAN BIAYA PER PESERTA WAJIB PT ASKES SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN IUR BIAYA DI RS HAJI MEDAN ANALISIS OF COMPARISON AMONG LENGTH OF STAY, NUMBER OF ANXILLARY SERVICES, AND COST PER MEMBER BEFORE AND AFTER THE IMPLEMENTATION OF THE COST SHARING AT HAJI HOSPITAL, MEDAN Rita Nizmah Damanik¹, Ali Ghufron Mukti², Sigit Riyarto² ABSTRACT Background: The drastic increase of health service cost affects the management of health insurance, health service providers, and members.The difference of cost at Haji Hospital Medan and that of PT Askes makes it more difficult for the hospitals to provide optimum service for members. The implementation of the cost-sharing for members is a solution to the difference. The objective of the cost- sharing is to provide additional revenue for the hospital, however it is also expected that the cost-sharing may decrease the length of stay, number of ancillary services and cost per member. This study was aimed at finding out the comparison of the length of stay, number of ancillary services and cost per member before and after the implementation of the cost-sharing. Methods: This was a quasi-experimental study using before and after intervention with group of comparison. The location was Haji Hospital and PT Askes branch of North Sumatera. The samples were 1500 members within 10 months before and 1525 members and 10 months after the implementation of the cot-sharing. Results: The results showed there was decrease of the average length of stay up to 0,45 day (6,59%), number of anxillary services 1,91 time (27,4%) and the cost per member Rp 50,164, - (13,44%). There was a significant difference of the average the length of stay, number of anxillary services and cost per member before and after the implementation of the cost-sharing. The implementation of cost-sharing is usefull for Haji Hospital additional revenue, for member to have free choise of health facillities beside the government hospital and forPT Askes to provide the satisfaction and the improvement of services to the members. Conclution : The implementation of cost-sharing was decrease the average length of stay , number of anxillary services and cost per member. Keywords: cost sharing, length of stay, cost per member, managed care, health insurance ________________________ ¹Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara ²Minat Utama Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Askes/JPKM, Program Studi IKM-UGM

Naskah+publikasi+rita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Naskah+publikasi+rita

1

ANALISIS PERBANDINGAN LAMA HARI RAWAT, JUMLAH

PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS DAN BIAYA PER PESERTA

WAJIB PT ASKES SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN IUR BIAYA

DI RS HAJI MEDAN

ANALISIS OF COMPARISON AMONG LENGTH OF STAY, NUMBER

OF ANXILLARY SERVICES, AND COST PER MEMBER BEFORE AND

AFTER THE IMPLEMENTATION OF THE COST SHARING AT HAJI

HOSPITAL, MEDAN

Rita Nizmah Damanik¹, Ali Ghufron Mukti², Sigit Riyarto²

ABSTRACT

Background: The drastic increase of health service cost affects the management

of health insurance, health service providers, and members.The difference of cost

at Haji Hospital Medan and that of PT Askes makes it more difficult for the

hospitals to provide optimum service for members. The implementation of the

cost-sharing for members is a solution to the difference. The objective of the cost-

sharing is to provide additional revenue for the hospital, however it is also

expected that the cost-sharing may decrease the length of stay, number of

ancillary services and cost per member. This study was aimed at finding out the

comparison of the length of stay, number of ancillary services and cost per

member before and after the implementation of the cost-sharing.

Methods: This was a quasi-experimental study using before and after intervention

with group of comparison. The location was Haji Hospital and PT Askes branch

of North Sumatera. The samples were 1500 members within 10 months before

and 1525 members and 10 months after the implementation of the cot-sharing.

Results: The results showed there was decrease of the average length of stay up to

0,45 day (6,59%), number of anxillary services 1,91 time (27,4%) and the cost per

member Rp 50,164, - (13,44%). There was a significant difference of the average

the length of stay, number of anxillary services and cost per member before and

after the implementation of the cost-sharing. The implementation of cost-sharing

is usefull for Haji Hospital additional revenue, for member to have free choise of

health facillities beside the government hospital and forPT Askes to provide the

satisfaction and the improvement of services to the members.

Conclution : The implementation of cost-sharing was decrease the average length

of stay , number of anxillary services and cost per member.

Keywords: cost sharing, length of stay, cost per member, managed care, health

insurance

________________________ ¹Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

²Minat Utama Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Askes/JPKM,

Program Studi IKM-UGM

Page 2: Naskah+publikasi+rita

2

PENGANTAR

Peningkatan biaya pelayanan kesehatan sesungguhnya sedang menjadi

masalah di berbagai negara. Di Indonesia peningkatan biaya pelayanan kesehatan

sudah terlihat bahkan sebelum krisis moneter. Peningkatan biaya pelayanan

kesehatan ini disebabkan karena semakin tingginya harga obat, bahan dan alat

habis pakai serta pemanfaatan pelayanan seperti pelayanan jantung, haemodialisis

dan pelayanan dengan teknologi canggih. Hal ini berdampak bagi PT Askes

sebagai lembaga pembayar, masyarakat (konsumen) dan Pemberi Pelayanan

Kesehatan (Sulastomo, 1997).

Adanya perbedaan tarif paket PT Askes dengan tarif RS Haji makin

menambah kesulitan RS Haji untuk melayani peserta wajib PT Askes dan

keluarganya. RS Haji sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat lanjutan PT

Askes merasa terus dirugikan dengan keadaan ini. Oleh karena itu PT Askes

berusaha mencari solusinya, dengan memutuskan menerapkan iur-biaya (cost-

sharing) mulai tanggal 1 Nopember 1999.

Sejak diterapkannya iur-biaya di RS Haji Medan belum pernah ada evaluasi

tentang penerapan kebijakan tersebut. Berbagai kemungkinan yang timbul dari

kebijakan penerapan iur-biaya adalah jumlah pasien rawat inap peserta PT Askes

menurun, tetap, dan bisa juga malah meningkat. Bila jumlah pasien menurun

kemungkinan karena pasien tidak mampu membayar iur-biaya atau bisa jadi tidak

ada perubahan kualitas pelayanan walaupun telah ada iur-biaya, sedangkan bila

jumlah pasien tetap atau meningkat kemungkinan karena selama ini pasien merasa

pelayanan lebih baik dan sanggup membayar iur-biaya. Dari data klaim RS Haji

Page 3: Naskah+publikasi+rita

3

diketahui bahwa jumlah peserta wajib PT Askes yang menjalani rawat inap

sebanyak 1697 orang 10 bulan sebelum dan 1675 orang 10 bulan sesudah

penerapan iur-biaya, terjadi penurunan sebanyak 22 orang.

Penerapan iur-biaya bertujuan menciptakan pemanfaatan pelayanan

kesehatan yang optimal, tidak berlebih dan tidak pula kurang dengan mencegah

terjadinya pemakaian yang berlebih, yang sesungguhnya tidak diperlukan

(unnecessary utilization / overutilization) dalam rangka pengendalian biaya (cost

containment) sehingga terjadi efisiensi pelayanan yang setinggi-tingginya.

(Sulastomo, 1998). Hal ini dapat dilihat dari perubahan lama hari rawat, jumlah

pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT Askes. Penerapan

iur-biaya sangat kompleks sehingga perlu dilakukan penelitian tentang

perbandingan lama hari rawat, jumlah pemeriksaan penunjang medis dan biaya

per peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan lama hari rawat, jumlah

pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT Askes sebelum dan

sesudah penerapan iur-biaya.

Dalam mengkomsumsi pelayanan kesehatan, seringkali konsumen tidak

banyak memiliki pengetahuan tentang apa yang akan dikonsumsinya

dibandingkan provider yang lebih jauh banyak tahu tentang manfaat dan kualitas

pelayanan yang dijualnya . Hal ini disebut asymetry of information, sebagaimana

dinyatakan oleh Evans (cit. Thabrany, 1998).

Provider dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien dibatasi

otoritasnya oleh kemampuan ekonomi dari pasien untuk membayar biaya – biaya

Comment [SI1]: Memuat uraian sistematis tentang hasil penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan

penelitian yang akan dilakukan. Struktur

tinjauan pustaka meliputi uraian mengenai

variabel dependen, variabel independen,

hubungan antara variabel dependen dan independen, dan metode penelitian yang

digunakan. Fakta yang dikemukakan

semaksimal mungkin diambil dari sumber aslinya, tidak diperbolehkan mengambil

dari modul perkuliahan. Minimal 3 artikel

penelitian digunakan dalam tinjauan

pustaka.

Page 4: Naskah+publikasi+rita

4

yang timbul akibat pelayanan itu. Di sini telah terjadi kesadaran biaya (cost

conciousness) baik oleh konsumen maupun provider. Tetapi ketika biaya - biaya

ini ditanggung oleh perusahaan tempat bekerja atau perusahaan asuransi

kesadaran akan biaya (cost conciousness) ini hilang oleh karena pasien tidak

merasa terbebani oleh biaya yang timbul akibat pelayanan kesehatan yang

dikomsumsinya.

Adanya jaminan biaya kesehatan tanpa disertai manajemen utilisasi

pelayanan kesehatan telah mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya kesehatan

yang cepat melalui munculnya moral hazard. Vaughan (1978) mengatakan bahwa

moral hazard adalah kerugian yang timbul akibat kelalaian yang disengaja peserta

asuransi untuk mendapatkan keuntungan dari polis asuransinya, dengan kata lain

niat jahat peserta asuransi dengan sengaja tidak menjaga kesehatannya. Moral

hazard dari sisi peserta dengan mengkomsumsi pelayanan kesehatan lebih banyak

dan dari sisi provider dengan memberikan pelayanan secara berlebihan pula.

Pengendalian utilisasi dan biaya kesehatan secara teori dapat dilakukan dengan

mengadakan intervensi pada sisi supply dan pada sisi demand. Intervensi pada sisi

demand (peserta asuransi) dapat dilakukan dengan menerapkan konsep resiko

ditanggung sendiri dalam bentuk deductible, coinsurance, limitasi dan

pengecualian (Thabrany, 1998). Intervensi pada sisi supply dapat dilakukan

dengan penerapan prospective payment system seperti kapitasi, tarif paket dan

diagnosis related group (Sulastomo, 1997).

Iur-biaya (cost-sharing) adalah pembebanan sebagian biaya pelayanan

kesehatan kepada peserta dan atau keluarganya (SKB Menteri Kesehatan dan

Page 5: Naskah+publikasi+rita

5

Menteri Dalam Negeri Nomor : 883/Menkes/SKB/VIII/1998, Nomor : 060.440-

915. Health Insurance Association of America (2000) mengatakan ada 3 bentuk

iur-biaya yaitu : deductible, coinsurance dan copayment.

Hasil penelitian Newhouse (1993) menunjukkan bahwa tingkat utilisasi,

lama hari rawat dan biaya pelayanan kesehatan peserta asuransi tanpa coinsurance

secara umum lebih tinggi dari pada peserta asuransi yang dikenakan coinsurance.

Hasil penelitian Fahs (1992) menunjukkan bahwa pada kelompok pekerja

tambang yang dibebani iur-biaya, total biaya per episode penyakit menurun

sebesar 10% dan jumlah hari opname juga menurun sebesar 23%, sedangkan

pada kelompok non pekerja tambang yang tidak dibebani iur-biaya, total biaya,

per episode penyakit mengalami kenaikan sebesar 17% dan jumlah hari opname

meningkat juga sebesar 96%. Hasil penelitian Anderson (1998) menunjukkan

bahwa iur-biaya ber pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan patologi dan tidak

berpengaruh terhadap pemanfaatan radiologi pada anak. Pada orang dewasa iur-

biaya tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan patologi dan

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan radiologi.

Pada dasarnya penerapan kebijakan iur-biaya tidak boleh keluar atau

menyimpang dari hal-hal berikut : 1) Iur-biaya tidak boleh berakibat menjadi

penghalang seorang peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan karena tidak

mampu membayar iur-biaya itu. 2) Iur-biaya yang ditetapkan juga harus

menimbulkan rasa adil bagi peserta. 3) Iur-biaya dalam jumlah tertentu dapat

mengurangi sedikit prinsip ketidakpastian (uncertainty) menjadi suatu kepastian

(certainty). 4) Iur-biaya merupakan sumber dana tambahan bagi Penyelenggara

Page 6: Naskah+publikasi+rita

6

Pelayanan Kesehatan, meskipun tidak boleh menjadi penghalang untuk

memperoleh pelayanan kesehatan (Sulastomo, 1998).

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan sebelum dan

sesudah intervensi menggunakan kelompok pembanding yang dilengkapi dengan

pendekatan kualitatif. Sampel penelitian adalah 1500 peserta wajib PT Askes 10

bulan sebelum dan 1525 peserta wajib PT Askes 10 bulan sesudah penerapan iur-

biaya. Cara pengambilan sampel dengan purposive sampling. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah iur-biaya dan variabel terikatnya adalah lama hari

rawat, jumlah pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT

Askes. Test Normalitas dilakukan untuk menjadikan data terdistribusi secara

normal, selanjutnya data di analisis dengan menggunakan uji statistik Independent

Sample t-test. Seluruh proses ini di lakukan di Laboratorium Komputer dan

Statistika Ilmu Kesehatan Masyarakat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perbedaan rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT Askes sebelum dan

sesudah penerapan iur-biaya.

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 3025 orang, terdiri dari 1500

peserta wajib PT Askes 10 bulan sebelum dan 1525 peserta wajib PT Askes 10

bulan sesudah penerapan iur-biaya. Rata-rata lama hari rawat (length of stay)

peserta wajib PT Askes dari seluruh kelas perawatan mengalami penurunan

sesudah penerapan iur-biaya. Kelas I menurun sebesar 1,10 hari, jika tarif paket

PT Askes kelas I per hari Rp. 30.000,- maka biaya yang bisa dihemat sebesar Rp.

Page 7: Naskah+publikasi+rita

7

447.000,- per peserta per hari. Kelas II menurun sebesar 0,60 hari, jika tarif

paket PT Askes kelas II per hari Rp. 20.000,- maka biaya yang bisa dihemat

sebesar Rp. 176.000,- per peserta per hari. Kelas III menurun sebesar 0,10 hari,

jika tarif paket PT Askes kelas III per hari Rp. 16.000,- maka biaya yang bisa

dihemat sebesar Rp. 23.840,- per peserta per hari. Peserta wajib PT Askes paling

banyak menggunakan kelas II, yaitu 839 orang.

Rata-rata lama hari rawat (length of stay) peserta wajib PT Askes pada

kelompok bedah mengalami kenaikan sebesar 0,7 hari. Hal ini kemungkinan

disebabkan kasus bedah yang ada sangat bervariatif dan memerlukan perawatan

yang agak lama, sebagaimana diungkapkan oleh Malik et al. (1993) bahwa lama

hari rawat pasien tergantung pada berat ringannya penyakit serta komplikasi yang

ada pada pasien tersebut. Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit maka

semakin mahal biaya yang harus dibayar pasien tersebut atau oleh asuransi yang

menanggungnya.

Rata-rata lama hari rawat (length of stay) peserta wajib PT Askes pada

kelompok non bedah justru mengalami penurunan sebesar 0,65 hari. Hal ini

kemungkinan disebabkan penyakit yang diderita peserta wajib PT Askes tidak

serius sehingga dokter tidak perlu melakukan perawatan yang lama. Secara

keseluruhan tanpa memandang kelas perawatan dan kelompok penyakit telah

terjadi penurunan rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT Askes sebesar 0,45

hari sesudah penerapan iur-biaya.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata –

rata lama hari rawat peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-

Page 8: Naskah+publikasi+rita

8

biaya pada kelas I, II, kelompok bedah dan kelompok non bedah, sedangkan di

kelas III tidak ada perbedaan yang bermakna rata – rata lama hari rawat peserta

wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Hal ini terjadi

disebabkan pengaruh faktor-faktor antara lain kondisi kesehatan peserta sendiri,

keparahan penyakit yang diderita dan ketepatan pengobatan, di mana peserta

wajib PT Askes golongan I dan II tergolong kurang mampu dari segi ekonomi.

Oleh karenanya menjalani perawatan di RS Haji yang menerapkan iur-biaya

merupakan hal yang sangat memberatkan, sehingga semakin tertunda penanganan

penyakit yang diderita peserta akan semakin memperparah penyakit dan secara

tidak langsung dapat memperpanjang lama perawatan.

Secara keseluruhan tanpa memandang kelas perawatan dan kelompok

penyakit ada perbedaan yang bermakna rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT

Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya, dimana p < 0,01. Hasil ini

diperkuat oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Rasell (1995) menemukan

bahwa iur-biaya mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama

melalui perubahan utilisasi (didefinisikan sebagai jumlah kunjungan rawat jalan

atau jumlah hari rawat opname). Newhouse (1993) menemukan bahwa lama hari

rawat peserta asuransi tanpa coinsurance secara umum lebih tinggi dari pada

peserta yang dikenakan coinsurance. Fahs (1992) menemukan bahwa lama hari

rawat peserta asuransi (pekerja tambang) yang dibebani iur-biaya menurun. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh pendapat dokter C yang disimpulkan

berdasarkan hasil wawancara, bahwa penerapan iur-biaya dapat menurunkan lama

hari rawat oleh karena pasien tidak akan menunda pulang jika dokter telah

Page 9: Naskah+publikasi+rita

9

menyatakan boleh pulang, karena konsekuensinya jika pasien tidak segera pulang

maka dia harus membayar lagi iur-biayanya dan biaya perawatan yang dibayar PT

Askes untuk pesertanya akan bertambah besar pula.

2. Perbedaan rata-rata jumlah pemeriksaan penunjang medis peserta wajib PT

Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya

Rata-rata jumlah pemeriksaan patologi dan radiologi peserta wajib PT Askes

dari seluruh kelas perawatan mengalami penurunan sesudah penerapan iur-biaya.

Jumlah pemeriksaan patologi di kelas I menurun sebesar 1,25 kali, kelas II

menurun sebesar 1,66 kali dan kelas III menurun sebesar 1,08 kali, dan jumlah

pemeriksaan radiologi di kelas I menurun sebesar 0,41 kali, kelas II menurun

sebesar 0,34 kali serta kelas III menurun sebesar 0,33 kali. Hal ini

menggambarkan bahwa penerapan iur-biaya merupakan beban bagi peserta,

peserta merasa berat membayar walaupun pemeriksaan tersebut atas anjuran

dokter dalam rangka menegakkan diagnosa, Jika iur-biaya tersebut tidak terlalu

mahal peserta masih mau melakukan pemeriksaan patologi atau radiologi dan

masih mampu membayar iur-biaya, namun jika terlalu mahal peserta menolak.

Rata-rata jumlah pemeriksaan patologi dan radiologi peserta wajib PT

Askes pada kelompok bedah dan kelompok bedah mengalami penurunan. Pada

kelompok bedah jumlah pemeriksaan patologi menurun sebesar 0,86 kali dan

jumlah pemeriksaan radiologi menurun sebesar 0,36 kali, dan pada kelompok non

bedah jumlah pemeriksaan patologi menurun sebesar 1,47 kali serta jumlah

pemeriksaan radiologi menurun sebesar 0,32 kali. Hal ini disebabkan secara tidak

langsung karena menurunnya lama hari rawat dan sifat perkembangan penyakit

Page 10: Naskah+publikasi+rita

10

tersebut, jika tidak terlalu parah atau tidak terjadi komplikasi dokter tidak akan

melakukan berbagai macam pemeriksaan. Dari sisi peserta, penerapan iur-biaya

menjadi beban, oleh karenanya peserta akan berpikir dua kali untuk menggunakan

pelayanan pemeriksaan patologi atau radiologi. Secara keseluruhan tanpa

memandang kelas perawatan dan kelompok penyakit telah terjadi penurunan rata-

rata jumlah pemeriksaan penunjang medis (patologi dan radiologi) peserta wajib

PT Askes sebesar 1,91 kali sesudah penerapan iur-biaya.

Hasil uji statistik menujukkan bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah

pemeriksaan patologi dan radiologi dari seluruh kelas perawatan dan kelompok

penyakit sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Secara keseluruhan tanpa

memandang kelas perawatan dan kelompok penyakit ada perbedaan yang

bermakna rata-rata jumlah pemeriksaan penunjang medis peserta wajib PT Askes

sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya, dimana p < 0,01. Hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian Anderson (1998) yang menyimpulkan bahwa iur-biaya

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan patologi pada anak dan pelayanan

radiologi pada orang dewasa.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Anderson (1998) yang sama yang

mengatakan bahwa iur-biaya tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan

radiologi pada anak, dan terhadap pemanfaatan patologi pada orang dewasa.

Adanya perbedaan disebabkan oleh karena subjek dalam penelitian ini tidak

dikelompokkan berdasarkan umur dan tingkat keparahan penyakit. Hasil

penelitian ini juga berbeda dengan pendapat dokter A, B dan C yang

disimpulkan berdasarkan hasil wawancara bahwa ketiga dokter tidak ada

Page 11: Naskah+publikasi+rita

11

membedakan pelayanan yang diberikan, baik kepada pasien peserta PT Askes

maupun pasien non PT Askes, namun dalam hal ini adanya perbedaan jumlah

pemeriksaan patologi dan radiologi sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya

disebabkan pengaruh tidak langsung penurunan lama hari rawat dan penolakan

peserta wajib PT Askes sendiri untuk dilakukan pemeriksaan patologi atau

radiologi karena merasa iur-biaya yang ditetapkan masih terlalu mahal dan

mengharapkan tidak dibebani lagi iur-biaya, kalaupun ada disesuaikan dengan

kemampuan peserta atau golongannya, jangan disamakan semuanya sebagaimana

diungkapkan oleh 7 orang (70%) peserta wajib PT Askes yang diwawancarai

penulis.

Besaran iur-biaya ditetapkan oleh PT Askes bersama RS Haji secara flat rate

(tetap) dan sama untuk semua golongan Pegawai Negeri Sipil, (dapat lihat pada

lampiran 3), namun tidak mengacu kepada salah satu bentuk-bentuk iur-biaya

seperti deductible, coinsurance dan copayment, sebagaimana dinyatakan oleh.

Health Insurance Association of America (2000). Kelemahan iur-biaya model PT

Askes ini pertama, besaran iur-biaya sangat bervariatif dan mahal, kedua dapat

menjadi penghalang bagi peserta wajib PT Askes golongan I dan II yang secara

ekonomi memang tidak mempunyai kemampuan membayar iur-biaya tersebut.

3. Perbedaan rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah

penerapan iur-biaya

Rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes dari seluruh kelas perawatan

mengalami penurunan sesudah penerapan iur-biaya. Di kelas I menurun sebesar

sebesar Rp. 49.489,84. Kelas II menurun sebesar Rp. 69.592,83. Kelas III

Page 12: Naskah+publikasi+rita

12

menurun sebesar Rp. 20.352,19. Rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes pada

kelompok bedah mengalami penurunan sebesar Rp.17.544,82 dan pada kelompok

non bedah mengalami penurunan juga sebesar Rp.51.493,58. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan iur-biaya memberatkan peserta sehingga peserta

mengurangi penggunaan pemeriksaan patologi dan radiologi, juga secara tidak

langsung akibat menurunnya lama hari rawat yang secara otomatis mengurangi

biaya perawatan.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata –

rata biaya per peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya

pada kelas II dan kelompok non bedah, sedangkan di kelas I, kelas III dan

kelompok bedah tidak ada perbedaan yang bermakna rata – rata biaya per peserta

wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Tidak adanya

perbedaan biaya per peserta wajib PT Askes di kelas I sebelum dan sesudah

penerapan iur-biaya secara logis dapat diterima, oleh karena secara ekonomi

mereka mampu membayar iur-biaya dan merasa tidak memberatkan, di samping

itu juga disebabkan adanya asymetry of information dalam mengkomsumsi

pelayanan kesehatan, dimana peserta wajib PT Askes golongan IV ini akan

merasa lebih puas dan lebih yakin apabila lebih banyak menggunakan

pemeriksaan penunjang medis (patologi dan radiologi) walaupun mereka

tidak mengerti dan tidak mengetahui apakah pemeriksaan penunjang medis

tersebut memang benar-benar diperlukan. Hal ini juga ditemukan oleh Zulfarman

(1998) bahwa semakin tinggi kelas perawatan peserta semakin rendah tingkat

kepuasannya terhadap pelayanan rumah sakit.

Page 13: Naskah+publikasi+rita

13

Tidak adanya perbedaan rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes di kelas

III dan kelompok bedah sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya disebabkan

peserta wajib PT Askes golongan I dan II secara ekonomi tidak mampu membayar

iur-biaya, hal ini juga mengakibatkan mengurangi usaha peserta mencari

pengobatan atau perawatan sehingga penyakit yang diderita bertambah parah dan

biaya perawatan akan bertambah besar pula. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Wong et al. (2001) yang menemukan bahwa iur-biaya mengurangi pemanfaatan

pelayanan untuk keluhan yang tidak serius dan menurunkan usaha mencari

perawatan/ pengobatan untuk keluhan yang serius.

Secara keseluruhan tanpa memandang kelas perawatan dan kelompok

penyakit ada perbedaan yang bermakna rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes

sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya, dimana p < 0,01. Hasil ini didukung

oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Fahs (1992) menemukan bahwa total

biaya perawatan peserta asuransi (pekerja tambang) yang dibebani iur-biaya

menurun. Newhouse (1993) yang menemukan bahwa biaya pelayanan kesehatan

peserta asuransi tanpa coinsurance secara umum lebih tinggi dari pada peserta

yang dikenakan coinsurance. O’grady et al. (1985) menemukan bahwa kelompok

peserta asuransi yang tidak dibebani iur-biaya menghabiskan biaya di Unit Gawat

Darurat (UGD) 42% lebih tinggi dari dari kelompok peserta asuransi yang

dibebani dengan iur-biaya. Keeler et al. (1983) menemukan bahwa peserta

asuransi yang dibebani iur-biaya menghabiskan biaya lebih sedikit dalam

perawatan medis, namun rata-rata biaya per kasus antara peserta asuransi dengan

Page 14: Naskah+publikasi+rita

14

iur-biaya dan peserta asuransi tanpa iur-biaya hampir sama jika keparahan

penyakit yang diobati sama.

Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Newhouse et al. (1981) yang

menemukan bahwa pengaruh iur-biaya terhadap biaya opname per pasien tidak

ada karena pelayanan tambahan di rumah sakit yang dianjurkan oleh dokter

biasanya tidak bertujuan untuk iur-biaya. Adanya perbedaan dengan hasil

penelitian ini oleh karena subyek tidak dikategorikan berdasarkan jumlah/berapa

kali peserta dirawat di rumah sakit.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Kepala Cabang PT Askes.

Sumatera Utara yang disimpulkan berdasarkan hasil wawancara bahwa dengan

adanya penerapan iur-biaya dapat mencegah terjadinya moral hazard Pemberi

Pelayanan Kesehatan yang berdampak pada kenaikan biaya pelayanan yang

tinggi. Perlunya diberikan insentif (reward system) bagi Pemberi Pelayanan

Kesehatan yang dapat mengendalikan biaya (cost effective) akan dapat

mengurangi moral hazard Pemberian Pelayanan Kesehatan. Selain itu adanya

insentif akan merangsang Pemberi Pelayanan Kesehatan untuk memberikan

pelayanan yang optimal dan efisien. Namun jika tidak ada insentif bagi Pemberi

Pelayanan Kesehatan akan menghambat keberhasilan penerapan iur-biaya oleh

karena Pemberi Pelayanan Kesehatan merasa tidak ada keuntungan atau tidak ada

perubahan terhadap jumlah jasa medis yang diterima.

4. Manfaat penerapan iur-biaya bagi RS Haji, Peserta Wajib dan PT Askes

Manfaat iur-biaya dirasakan terutama dirasakan oleh RS Haji, di mana iur-

biaya menjadi sumber tambahan dana dan merupakan solusi bagi kerugian rumah

Page 15: Naskah+publikasi+rita

15

sakit selama ini karena tarif paket PT Askes yang tidak memadai. Hal ini

didukung oleh pendapat Direktur RS Haji yang disimpulkan berdasarkan hasil

wawancara bahwa dengan penerapan iur-biaya peserta wajib PT Askes tetap dapat

terlayani dengan baik.

Manfaat iur-biaya bagi peserta wajib PT Askes, di mana peserta

mempunyai kebebasan dalam memilih fasilitas pelayanan selain selain rumah

Sakit Pemerintah, selama ini peserta merasakan pelayanan di rumah sakit

pemerintah kurang mutunya dibandingkan rumah sakit swasta. Sebagian besar

(50%) peserta wajib PT Askes merasa iur-biaya pantas diterapkan oleh karena RS

Haji adalah RS swasta dan mengharapkan besaran iur-biaya disesuaikan dengan

kemampuan peserta (golongan peserta), namun ada juga sebagian kecil (30%)

peserta wajib PT Askes yang tidak setuju diterapkannya iur-biaya.

Manfaat iur-biaya bagi PT Askes adalah dalam rangka memberikan

kepuasan dan merupakan wujud peningkatan pelayanan kepada pesertanya. Untuk

meningkatkan keberhasilan penerapan iur-biaya ini perlu ditingkatkan pula

pengetahuan dan pemahaman peserta terhadap iur-biaya. Pemberian informasi

yang jelas oleh petugas RS Haji maupun petugas Askes sangat membantu

pemahaman dan pengetahuan peserta terhadap penerapan iur-biaya. Selama ini

peserta wajib PT Askes tidak mengetahui RS Haji menerapkan iur-biaya. Dari

pengamatan penulis peserta wajib PT Askes mengetahui informasi iur-biaya dari

formulir pernyataan bersedia membayar iur-biaya yang didapatkan pada saat

peserta masuk rumah sakit melalui Unit Gawat Darurat (UGD), walaupun peserta

sudah menandatangani surat pernyataan tersebut namun tidak pernah membaca

Page 16: Naskah+publikasi+rita

16

secara rinci dan jelas, akibatnya peserta sering mengeluh dengan rekening tagihan

yang terlalu besar.

KESIMPULAN

1. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT

Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya.

2. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah pemeriksaan penunjang medis

peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya.

3. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes

sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya.

4. Penerapan iur-biaya dapat menurunkan rata-rata lama rawat, jumlah

pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT Askes.

5. Penerapan iur-biaya terutama bermanfaat bagi RS Haji sebagai sumber dana

tambahan.

6. Bagi peserta merupakan kebebasan dalam memilih fasilitas pelayanan selain

RS Pemerintah

7. Bagi PT Askes dalam rangka memberikan kepuasan dan meningkatkan

pelayanan kepada pesertanya.

SARAN

1. Untuk Manajemen PT Askes Cabang Sumatera Utara

a. Meningkatkan pemberian informasi tentang iur-biaya kepada peserta agar

peserta lebih mengetahui dan memahami tentang pelayanan yang

dikenakan iur-biaya

Page 17: Naskah+publikasi+rita

17

b. Mengupayakan reward system bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan yang

cost effective

c. Perlu dipikirkan untuk masa yang akan datang besaran iur-biaya tidak

disamaratakan untuk semua golongan Pegawai Negeri Sipil.

d. Perlu dipikirkan untuk pengembangan iur-biaya di masa yang akan datang

berdasarkan prinsip – prinsip deductible, coinsurance atau copayment.

e. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang penerapan iur-biaya pada

peserta wajib PT Askes yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan.

2. Untuk RS Haji Medan

a. Meningkatkan pemberian informasi tentang penerapan iur-biaya kepada

peserta agar peserta lebih mengetahui dan memahami tentang pelayanan

yang dikenakan iur-biaya.

b. Mencari alternatif yang lebih baik dari Unit Gawat Darurat tempat

untuk memberikan informasi tentang iur-biaya.

c. Meningkatkan pembinaan terhadap dokter dan perawat dalam rangka

memberikan pelayanan yang optimal dan efisien bagi peserta wajib PT

Askes yang telah dikenakan iur-biaya

d. Bekerja sama dengan pihak PT Askes Kantor Cabang Sumatera untuk

meningkatkan kemampuan petugas dalam menjelaskan atau memberi

keterangan tentang iur-biaya.

Page 18: Naskah+publikasi+rita

18

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, G. M., 1988 The Effects of Cost-sharing and Physical Specialty on the

Costs of Office-Based Medical Care, Doctoral Dissertation, The RAND

Corporation, Santa Monica.

Fahs, M.C., 1992 Physician Response to the United Mine Worker’s Cost-sharing

Program : The Other Side of Coin, Journal of Health Services Research,

27(1):25 - 45.

HIAA, 2000 Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian B, Terjemahan Bahasa

Indonesia, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI dan PT (Persero)

Askes Indonesia, Jakarta.

Keeler, E.B., Rolph, J.E., 1983 How Cost-sharing Reduced Medical Spending of

Participants in the Insurance Experiment, Journal of American Medical

Association, 249(16):2220 - 2223.

Malik, M., Vacani, P., Rasquinhaj, Dovey P., 1993 Managerial Issues in the

Reformed NHS 2nd

ed, Jhon Wiley And Sons, New York.

Menkes dan Mendagri, 1998 Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri

dalam Negeri RI, Tarif dan Tatalaksana Pelayanan Kesehatan Bagi

Peserta PT Askes Indonesia, Jakarta.

Newhouse, J.P., 1993 Free for All : Lessons from the Rand Health Insurance

Experiment. Harvard University Press, Cambridge.

Newhouse, J.P., Manning, W.G., Morris, C.N., Orr, L.L., Duan, N., Keeler, E.B.,

Leibowitz, A., Marquis, K.H., Marquis, M.S., Phelps, C.E., Brook, R.H.,

1981 Some Interim Results from A Controlled Trial of Cost-sharing in

Health Insurance, The New England Journal of Medicine, 305(25):1501 -

1507.

O’Grady, K.F., .Manning, W.G., Newhouse, J.P., Brook, R.H., 1985 The Impact

of Cost-sharing on Emergency Departemen Use, The New England Journal

of Medicine, 313(8):484 – 489.

Rasell, M.E., 1995 Cost-sharing in Health Insurance : A Reaxamination, The New

England Journal of Medicine, 332(17):1164 - 1168.

Sulastomo, 1998 Cost-sharing, PT (Persero) Askes Indonesia, Jakarta.

Sulastomo, 1997 Asuransi Kesehatan dan Managed Care, PT (Persero) Askes

Indonesia, Jakarta.

Page 19: Naskah+publikasi+rita

19

Thabrany, Hasbullah, 1998 Pembayaran Kapitasi, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Vaughan, E.J., 1987 Fundamentals of Risk and Insurance, 2nd

, Jhon Willey and

Sons, New York

Wong, M.D., Andersen, R., Sherbourne, C.D., Hays, R.D., Shapiro, M.F., 2001

Effects of Cost-sharing on Care Seeking and Health Status : Results from

the Medical Outcomes Study, American Journal of Public Health,

91(11):1889 - 1894.

Zulfarman, 1998 Analisis Tingkat Kepuasan Terhadap selisih Biaya Rawat Inap

Peserta PT Askes di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Jurnal Manajemen

Pelayanan Kesehatan, 01(03): 45-53.

Page 20: Naskah+publikasi+rita

20

Page 21: Naskah+publikasi+rita

21

Page 22: Naskah+publikasi+rita

22

Page 23: Naskah+publikasi+rita

23