Upload
stikes-merangin-jambi
View
1.470
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS PERBANDINGAN LAMA HARI RAWAT, JUMLAH
PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS DAN BIAYA PER PESERTA
WAJIB PT ASKES SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN IUR BIAYA
DI RS HAJI MEDAN
ANALISIS OF COMPARISON AMONG LENGTH OF STAY, NUMBER
OF ANXILLARY SERVICES, AND COST PER MEMBER BEFORE AND
AFTER THE IMPLEMENTATION OF THE COST SHARING AT HAJI
HOSPITAL, MEDAN
Rita Nizmah Damanik¹, Ali Ghufron Mukti², Sigit Riyarto²
ABSTRACT
Background: The drastic increase of health service cost affects the management
of health insurance, health service providers, and members.The difference of cost
at Haji Hospital Medan and that of PT Askes makes it more difficult for the
hospitals to provide optimum service for members. The implementation of the
cost-sharing for members is a solution to the difference. The objective of the cost-
sharing is to provide additional revenue for the hospital, however it is also
expected that the cost-sharing may decrease the length of stay, number of
ancillary services and cost per member. This study was aimed at finding out the
comparison of the length of stay, number of ancillary services and cost per
member before and after the implementation of the cost-sharing.
Methods: This was a quasi-experimental study using before and after intervention
with group of comparison. The location was Haji Hospital and PT Askes branch
of North Sumatera. The samples were 1500 members within 10 months before
and 1525 members and 10 months after the implementation of the cot-sharing.
Results: The results showed there was decrease of the average length of stay up to
0,45 day (6,59%), number of anxillary services 1,91 time (27,4%) and the cost per
member Rp 50,164, - (13,44%). There was a significant difference of the average
the length of stay, number of anxillary services and cost per member before and
after the implementation of the cost-sharing. The implementation of cost-sharing
is usefull for Haji Hospital additional revenue, for member to have free choise of
health facillities beside the government hospital and forPT Askes to provide the
satisfaction and the improvement of services to the members.
Conclution : The implementation of cost-sharing was decrease the average length
of stay , number of anxillary services and cost per member.
Keywords: cost sharing, length of stay, cost per member, managed care, health
insurance
________________________ ¹Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara
²Minat Utama Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Askes/JPKM,
Program Studi IKM-UGM
2
PENGANTAR
Peningkatan biaya pelayanan kesehatan sesungguhnya sedang menjadi
masalah di berbagai negara. Di Indonesia peningkatan biaya pelayanan kesehatan
sudah terlihat bahkan sebelum krisis moneter. Peningkatan biaya pelayanan
kesehatan ini disebabkan karena semakin tingginya harga obat, bahan dan alat
habis pakai serta pemanfaatan pelayanan seperti pelayanan jantung, haemodialisis
dan pelayanan dengan teknologi canggih. Hal ini berdampak bagi PT Askes
sebagai lembaga pembayar, masyarakat (konsumen) dan Pemberi Pelayanan
Kesehatan (Sulastomo, 1997).
Adanya perbedaan tarif paket PT Askes dengan tarif RS Haji makin
menambah kesulitan RS Haji untuk melayani peserta wajib PT Askes dan
keluarganya. RS Haji sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat lanjutan PT
Askes merasa terus dirugikan dengan keadaan ini. Oleh karena itu PT Askes
berusaha mencari solusinya, dengan memutuskan menerapkan iur-biaya (cost-
sharing) mulai tanggal 1 Nopember 1999.
Sejak diterapkannya iur-biaya di RS Haji Medan belum pernah ada evaluasi
tentang penerapan kebijakan tersebut. Berbagai kemungkinan yang timbul dari
kebijakan penerapan iur-biaya adalah jumlah pasien rawat inap peserta PT Askes
menurun, tetap, dan bisa juga malah meningkat. Bila jumlah pasien menurun
kemungkinan karena pasien tidak mampu membayar iur-biaya atau bisa jadi tidak
ada perubahan kualitas pelayanan walaupun telah ada iur-biaya, sedangkan bila
jumlah pasien tetap atau meningkat kemungkinan karena selama ini pasien merasa
pelayanan lebih baik dan sanggup membayar iur-biaya. Dari data klaim RS Haji
3
diketahui bahwa jumlah peserta wajib PT Askes yang menjalani rawat inap
sebanyak 1697 orang 10 bulan sebelum dan 1675 orang 10 bulan sesudah
penerapan iur-biaya, terjadi penurunan sebanyak 22 orang.
Penerapan iur-biaya bertujuan menciptakan pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang optimal, tidak berlebih dan tidak pula kurang dengan mencegah
terjadinya pemakaian yang berlebih, yang sesungguhnya tidak diperlukan
(unnecessary utilization / overutilization) dalam rangka pengendalian biaya (cost
containment) sehingga terjadi efisiensi pelayanan yang setinggi-tingginya.
(Sulastomo, 1998). Hal ini dapat dilihat dari perubahan lama hari rawat, jumlah
pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT Askes. Penerapan
iur-biaya sangat kompleks sehingga perlu dilakukan penelitian tentang
perbandingan lama hari rawat, jumlah pemeriksaan penunjang medis dan biaya
per peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan lama hari rawat, jumlah
pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT Askes sebelum dan
sesudah penerapan iur-biaya.
Dalam mengkomsumsi pelayanan kesehatan, seringkali konsumen tidak
banyak memiliki pengetahuan tentang apa yang akan dikonsumsinya
dibandingkan provider yang lebih jauh banyak tahu tentang manfaat dan kualitas
pelayanan yang dijualnya . Hal ini disebut asymetry of information, sebagaimana
dinyatakan oleh Evans (cit. Thabrany, 1998).
Provider dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien dibatasi
otoritasnya oleh kemampuan ekonomi dari pasien untuk membayar biaya – biaya
Comment [SI1]: Memuat uraian sistematis tentang hasil penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Struktur
tinjauan pustaka meliputi uraian mengenai
variabel dependen, variabel independen,
hubungan antara variabel dependen dan independen, dan metode penelitian yang
digunakan. Fakta yang dikemukakan
semaksimal mungkin diambil dari sumber aslinya, tidak diperbolehkan mengambil
dari modul perkuliahan. Minimal 3 artikel
penelitian digunakan dalam tinjauan
pustaka.
4
yang timbul akibat pelayanan itu. Di sini telah terjadi kesadaran biaya (cost
conciousness) baik oleh konsumen maupun provider. Tetapi ketika biaya - biaya
ini ditanggung oleh perusahaan tempat bekerja atau perusahaan asuransi
kesadaran akan biaya (cost conciousness) ini hilang oleh karena pasien tidak
merasa terbebani oleh biaya yang timbul akibat pelayanan kesehatan yang
dikomsumsinya.
Adanya jaminan biaya kesehatan tanpa disertai manajemen utilisasi
pelayanan kesehatan telah mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya kesehatan
yang cepat melalui munculnya moral hazard. Vaughan (1978) mengatakan bahwa
moral hazard adalah kerugian yang timbul akibat kelalaian yang disengaja peserta
asuransi untuk mendapatkan keuntungan dari polis asuransinya, dengan kata lain
niat jahat peserta asuransi dengan sengaja tidak menjaga kesehatannya. Moral
hazard dari sisi peserta dengan mengkomsumsi pelayanan kesehatan lebih banyak
dan dari sisi provider dengan memberikan pelayanan secara berlebihan pula.
Pengendalian utilisasi dan biaya kesehatan secara teori dapat dilakukan dengan
mengadakan intervensi pada sisi supply dan pada sisi demand. Intervensi pada sisi
demand (peserta asuransi) dapat dilakukan dengan menerapkan konsep resiko
ditanggung sendiri dalam bentuk deductible, coinsurance, limitasi dan
pengecualian (Thabrany, 1998). Intervensi pada sisi supply dapat dilakukan
dengan penerapan prospective payment system seperti kapitasi, tarif paket dan
diagnosis related group (Sulastomo, 1997).
Iur-biaya (cost-sharing) adalah pembebanan sebagian biaya pelayanan
kesehatan kepada peserta dan atau keluarganya (SKB Menteri Kesehatan dan
5
Menteri Dalam Negeri Nomor : 883/Menkes/SKB/VIII/1998, Nomor : 060.440-
915. Health Insurance Association of America (2000) mengatakan ada 3 bentuk
iur-biaya yaitu : deductible, coinsurance dan copayment.
Hasil penelitian Newhouse (1993) menunjukkan bahwa tingkat utilisasi,
lama hari rawat dan biaya pelayanan kesehatan peserta asuransi tanpa coinsurance
secara umum lebih tinggi dari pada peserta asuransi yang dikenakan coinsurance.
Hasil penelitian Fahs (1992) menunjukkan bahwa pada kelompok pekerja
tambang yang dibebani iur-biaya, total biaya per episode penyakit menurun
sebesar 10% dan jumlah hari opname juga menurun sebesar 23%, sedangkan
pada kelompok non pekerja tambang yang tidak dibebani iur-biaya, total biaya,
per episode penyakit mengalami kenaikan sebesar 17% dan jumlah hari opname
meningkat juga sebesar 96%. Hasil penelitian Anderson (1998) menunjukkan
bahwa iur-biaya ber pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan patologi dan tidak
berpengaruh terhadap pemanfaatan radiologi pada anak. Pada orang dewasa iur-
biaya tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan patologi dan
berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan radiologi.
Pada dasarnya penerapan kebijakan iur-biaya tidak boleh keluar atau
menyimpang dari hal-hal berikut : 1) Iur-biaya tidak boleh berakibat menjadi
penghalang seorang peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan karena tidak
mampu membayar iur-biaya itu. 2) Iur-biaya yang ditetapkan juga harus
menimbulkan rasa adil bagi peserta. 3) Iur-biaya dalam jumlah tertentu dapat
mengurangi sedikit prinsip ketidakpastian (uncertainty) menjadi suatu kepastian
(certainty). 4) Iur-biaya merupakan sumber dana tambahan bagi Penyelenggara
6
Pelayanan Kesehatan, meskipun tidak boleh menjadi penghalang untuk
memperoleh pelayanan kesehatan (Sulastomo, 1998).
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan sebelum dan
sesudah intervensi menggunakan kelompok pembanding yang dilengkapi dengan
pendekatan kualitatif. Sampel penelitian adalah 1500 peserta wajib PT Askes 10
bulan sebelum dan 1525 peserta wajib PT Askes 10 bulan sesudah penerapan iur-
biaya. Cara pengambilan sampel dengan purposive sampling. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah iur-biaya dan variabel terikatnya adalah lama hari
rawat, jumlah pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT
Askes. Test Normalitas dilakukan untuk menjadikan data terdistribusi secara
normal, selanjutnya data di analisis dengan menggunakan uji statistik Independent
Sample t-test. Seluruh proses ini di lakukan di Laboratorium Komputer dan
Statistika Ilmu Kesehatan Masyarakat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Perbedaan rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT Askes sebelum dan
sesudah penerapan iur-biaya.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 3025 orang, terdiri dari 1500
peserta wajib PT Askes 10 bulan sebelum dan 1525 peserta wajib PT Askes 10
bulan sesudah penerapan iur-biaya. Rata-rata lama hari rawat (length of stay)
peserta wajib PT Askes dari seluruh kelas perawatan mengalami penurunan
sesudah penerapan iur-biaya. Kelas I menurun sebesar 1,10 hari, jika tarif paket
PT Askes kelas I per hari Rp. 30.000,- maka biaya yang bisa dihemat sebesar Rp.
7
447.000,- per peserta per hari. Kelas II menurun sebesar 0,60 hari, jika tarif
paket PT Askes kelas II per hari Rp. 20.000,- maka biaya yang bisa dihemat
sebesar Rp. 176.000,- per peserta per hari. Kelas III menurun sebesar 0,10 hari,
jika tarif paket PT Askes kelas III per hari Rp. 16.000,- maka biaya yang bisa
dihemat sebesar Rp. 23.840,- per peserta per hari. Peserta wajib PT Askes paling
banyak menggunakan kelas II, yaitu 839 orang.
Rata-rata lama hari rawat (length of stay) peserta wajib PT Askes pada
kelompok bedah mengalami kenaikan sebesar 0,7 hari. Hal ini kemungkinan
disebabkan kasus bedah yang ada sangat bervariatif dan memerlukan perawatan
yang agak lama, sebagaimana diungkapkan oleh Malik et al. (1993) bahwa lama
hari rawat pasien tergantung pada berat ringannya penyakit serta komplikasi yang
ada pada pasien tersebut. Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit maka
semakin mahal biaya yang harus dibayar pasien tersebut atau oleh asuransi yang
menanggungnya.
Rata-rata lama hari rawat (length of stay) peserta wajib PT Askes pada
kelompok non bedah justru mengalami penurunan sebesar 0,65 hari. Hal ini
kemungkinan disebabkan penyakit yang diderita peserta wajib PT Askes tidak
serius sehingga dokter tidak perlu melakukan perawatan yang lama. Secara
keseluruhan tanpa memandang kelas perawatan dan kelompok penyakit telah
terjadi penurunan rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT Askes sebesar 0,45
hari sesudah penerapan iur-biaya.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata –
rata lama hari rawat peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-
8
biaya pada kelas I, II, kelompok bedah dan kelompok non bedah, sedangkan di
kelas III tidak ada perbedaan yang bermakna rata – rata lama hari rawat peserta
wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Hal ini terjadi
disebabkan pengaruh faktor-faktor antara lain kondisi kesehatan peserta sendiri,
keparahan penyakit yang diderita dan ketepatan pengobatan, di mana peserta
wajib PT Askes golongan I dan II tergolong kurang mampu dari segi ekonomi.
Oleh karenanya menjalani perawatan di RS Haji yang menerapkan iur-biaya
merupakan hal yang sangat memberatkan, sehingga semakin tertunda penanganan
penyakit yang diderita peserta akan semakin memperparah penyakit dan secara
tidak langsung dapat memperpanjang lama perawatan.
Secara keseluruhan tanpa memandang kelas perawatan dan kelompok
penyakit ada perbedaan yang bermakna rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT
Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya, dimana p < 0,01. Hasil ini
diperkuat oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Rasell (1995) menemukan
bahwa iur-biaya mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama
melalui perubahan utilisasi (didefinisikan sebagai jumlah kunjungan rawat jalan
atau jumlah hari rawat opname). Newhouse (1993) menemukan bahwa lama hari
rawat peserta asuransi tanpa coinsurance secara umum lebih tinggi dari pada
peserta yang dikenakan coinsurance. Fahs (1992) menemukan bahwa lama hari
rawat peserta asuransi (pekerja tambang) yang dibebani iur-biaya menurun. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh pendapat dokter C yang disimpulkan
berdasarkan hasil wawancara, bahwa penerapan iur-biaya dapat menurunkan lama
hari rawat oleh karena pasien tidak akan menunda pulang jika dokter telah
9
menyatakan boleh pulang, karena konsekuensinya jika pasien tidak segera pulang
maka dia harus membayar lagi iur-biayanya dan biaya perawatan yang dibayar PT
Askes untuk pesertanya akan bertambah besar pula.
2. Perbedaan rata-rata jumlah pemeriksaan penunjang medis peserta wajib PT
Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya
Rata-rata jumlah pemeriksaan patologi dan radiologi peserta wajib PT Askes
dari seluruh kelas perawatan mengalami penurunan sesudah penerapan iur-biaya.
Jumlah pemeriksaan patologi di kelas I menurun sebesar 1,25 kali, kelas II
menurun sebesar 1,66 kali dan kelas III menurun sebesar 1,08 kali, dan jumlah
pemeriksaan radiologi di kelas I menurun sebesar 0,41 kali, kelas II menurun
sebesar 0,34 kali serta kelas III menurun sebesar 0,33 kali. Hal ini
menggambarkan bahwa penerapan iur-biaya merupakan beban bagi peserta,
peserta merasa berat membayar walaupun pemeriksaan tersebut atas anjuran
dokter dalam rangka menegakkan diagnosa, Jika iur-biaya tersebut tidak terlalu
mahal peserta masih mau melakukan pemeriksaan patologi atau radiologi dan
masih mampu membayar iur-biaya, namun jika terlalu mahal peserta menolak.
Rata-rata jumlah pemeriksaan patologi dan radiologi peserta wajib PT
Askes pada kelompok bedah dan kelompok bedah mengalami penurunan. Pada
kelompok bedah jumlah pemeriksaan patologi menurun sebesar 0,86 kali dan
jumlah pemeriksaan radiologi menurun sebesar 0,36 kali, dan pada kelompok non
bedah jumlah pemeriksaan patologi menurun sebesar 1,47 kali serta jumlah
pemeriksaan radiologi menurun sebesar 0,32 kali. Hal ini disebabkan secara tidak
langsung karena menurunnya lama hari rawat dan sifat perkembangan penyakit
10
tersebut, jika tidak terlalu parah atau tidak terjadi komplikasi dokter tidak akan
melakukan berbagai macam pemeriksaan. Dari sisi peserta, penerapan iur-biaya
menjadi beban, oleh karenanya peserta akan berpikir dua kali untuk menggunakan
pelayanan pemeriksaan patologi atau radiologi. Secara keseluruhan tanpa
memandang kelas perawatan dan kelompok penyakit telah terjadi penurunan rata-
rata jumlah pemeriksaan penunjang medis (patologi dan radiologi) peserta wajib
PT Askes sebesar 1,91 kali sesudah penerapan iur-biaya.
Hasil uji statistik menujukkan bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah
pemeriksaan patologi dan radiologi dari seluruh kelas perawatan dan kelompok
penyakit sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Secara keseluruhan tanpa
memandang kelas perawatan dan kelompok penyakit ada perbedaan yang
bermakna rata-rata jumlah pemeriksaan penunjang medis peserta wajib PT Askes
sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya, dimana p < 0,01. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Anderson (1998) yang menyimpulkan bahwa iur-biaya
berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan patologi pada anak dan pelayanan
radiologi pada orang dewasa.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Anderson (1998) yang sama yang
mengatakan bahwa iur-biaya tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan
radiologi pada anak, dan terhadap pemanfaatan patologi pada orang dewasa.
Adanya perbedaan disebabkan oleh karena subjek dalam penelitian ini tidak
dikelompokkan berdasarkan umur dan tingkat keparahan penyakit. Hasil
penelitian ini juga berbeda dengan pendapat dokter A, B dan C yang
disimpulkan berdasarkan hasil wawancara bahwa ketiga dokter tidak ada
11
membedakan pelayanan yang diberikan, baik kepada pasien peserta PT Askes
maupun pasien non PT Askes, namun dalam hal ini adanya perbedaan jumlah
pemeriksaan patologi dan radiologi sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya
disebabkan pengaruh tidak langsung penurunan lama hari rawat dan penolakan
peserta wajib PT Askes sendiri untuk dilakukan pemeriksaan patologi atau
radiologi karena merasa iur-biaya yang ditetapkan masih terlalu mahal dan
mengharapkan tidak dibebani lagi iur-biaya, kalaupun ada disesuaikan dengan
kemampuan peserta atau golongannya, jangan disamakan semuanya sebagaimana
diungkapkan oleh 7 orang (70%) peserta wajib PT Askes yang diwawancarai
penulis.
Besaran iur-biaya ditetapkan oleh PT Askes bersama RS Haji secara flat rate
(tetap) dan sama untuk semua golongan Pegawai Negeri Sipil, (dapat lihat pada
lampiran 3), namun tidak mengacu kepada salah satu bentuk-bentuk iur-biaya
seperti deductible, coinsurance dan copayment, sebagaimana dinyatakan oleh.
Health Insurance Association of America (2000). Kelemahan iur-biaya model PT
Askes ini pertama, besaran iur-biaya sangat bervariatif dan mahal, kedua dapat
menjadi penghalang bagi peserta wajib PT Askes golongan I dan II yang secara
ekonomi memang tidak mempunyai kemampuan membayar iur-biaya tersebut.
3. Perbedaan rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah
penerapan iur-biaya
Rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes dari seluruh kelas perawatan
mengalami penurunan sesudah penerapan iur-biaya. Di kelas I menurun sebesar
sebesar Rp. 49.489,84. Kelas II menurun sebesar Rp. 69.592,83. Kelas III
12
menurun sebesar Rp. 20.352,19. Rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes pada
kelompok bedah mengalami penurunan sebesar Rp.17.544,82 dan pada kelompok
non bedah mengalami penurunan juga sebesar Rp.51.493,58. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan iur-biaya memberatkan peserta sehingga peserta
mengurangi penggunaan pemeriksaan patologi dan radiologi, juga secara tidak
langsung akibat menurunnya lama hari rawat yang secara otomatis mengurangi
biaya perawatan.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata –
rata biaya per peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya
pada kelas II dan kelompok non bedah, sedangkan di kelas I, kelas III dan
kelompok bedah tidak ada perbedaan yang bermakna rata – rata biaya per peserta
wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya. Tidak adanya
perbedaan biaya per peserta wajib PT Askes di kelas I sebelum dan sesudah
penerapan iur-biaya secara logis dapat diterima, oleh karena secara ekonomi
mereka mampu membayar iur-biaya dan merasa tidak memberatkan, di samping
itu juga disebabkan adanya asymetry of information dalam mengkomsumsi
pelayanan kesehatan, dimana peserta wajib PT Askes golongan IV ini akan
merasa lebih puas dan lebih yakin apabila lebih banyak menggunakan
pemeriksaan penunjang medis (patologi dan radiologi) walaupun mereka
tidak mengerti dan tidak mengetahui apakah pemeriksaan penunjang medis
tersebut memang benar-benar diperlukan. Hal ini juga ditemukan oleh Zulfarman
(1998) bahwa semakin tinggi kelas perawatan peserta semakin rendah tingkat
kepuasannya terhadap pelayanan rumah sakit.
13
Tidak adanya perbedaan rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes di kelas
III dan kelompok bedah sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya disebabkan
peserta wajib PT Askes golongan I dan II secara ekonomi tidak mampu membayar
iur-biaya, hal ini juga mengakibatkan mengurangi usaha peserta mencari
pengobatan atau perawatan sehingga penyakit yang diderita bertambah parah dan
biaya perawatan akan bertambah besar pula. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Wong et al. (2001) yang menemukan bahwa iur-biaya mengurangi pemanfaatan
pelayanan untuk keluhan yang tidak serius dan menurunkan usaha mencari
perawatan/ pengobatan untuk keluhan yang serius.
Secara keseluruhan tanpa memandang kelas perawatan dan kelompok
penyakit ada perbedaan yang bermakna rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes
sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya, dimana p < 0,01. Hasil ini didukung
oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Fahs (1992) menemukan bahwa total
biaya perawatan peserta asuransi (pekerja tambang) yang dibebani iur-biaya
menurun. Newhouse (1993) yang menemukan bahwa biaya pelayanan kesehatan
peserta asuransi tanpa coinsurance secara umum lebih tinggi dari pada peserta
yang dikenakan coinsurance. O’grady et al. (1985) menemukan bahwa kelompok
peserta asuransi yang tidak dibebani iur-biaya menghabiskan biaya di Unit Gawat
Darurat (UGD) 42% lebih tinggi dari dari kelompok peserta asuransi yang
dibebani dengan iur-biaya. Keeler et al. (1983) menemukan bahwa peserta
asuransi yang dibebani iur-biaya menghabiskan biaya lebih sedikit dalam
perawatan medis, namun rata-rata biaya per kasus antara peserta asuransi dengan
14
iur-biaya dan peserta asuransi tanpa iur-biaya hampir sama jika keparahan
penyakit yang diobati sama.
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Newhouse et al. (1981) yang
menemukan bahwa pengaruh iur-biaya terhadap biaya opname per pasien tidak
ada karena pelayanan tambahan di rumah sakit yang dianjurkan oleh dokter
biasanya tidak bertujuan untuk iur-biaya. Adanya perbedaan dengan hasil
penelitian ini oleh karena subyek tidak dikategorikan berdasarkan jumlah/berapa
kali peserta dirawat di rumah sakit.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Kepala Cabang PT Askes.
Sumatera Utara yang disimpulkan berdasarkan hasil wawancara bahwa dengan
adanya penerapan iur-biaya dapat mencegah terjadinya moral hazard Pemberi
Pelayanan Kesehatan yang berdampak pada kenaikan biaya pelayanan yang
tinggi. Perlunya diberikan insentif (reward system) bagi Pemberi Pelayanan
Kesehatan yang dapat mengendalikan biaya (cost effective) akan dapat
mengurangi moral hazard Pemberian Pelayanan Kesehatan. Selain itu adanya
insentif akan merangsang Pemberi Pelayanan Kesehatan untuk memberikan
pelayanan yang optimal dan efisien. Namun jika tidak ada insentif bagi Pemberi
Pelayanan Kesehatan akan menghambat keberhasilan penerapan iur-biaya oleh
karena Pemberi Pelayanan Kesehatan merasa tidak ada keuntungan atau tidak ada
perubahan terhadap jumlah jasa medis yang diterima.
4. Manfaat penerapan iur-biaya bagi RS Haji, Peserta Wajib dan PT Askes
Manfaat iur-biaya dirasakan terutama dirasakan oleh RS Haji, di mana iur-
biaya menjadi sumber tambahan dana dan merupakan solusi bagi kerugian rumah
15
sakit selama ini karena tarif paket PT Askes yang tidak memadai. Hal ini
didukung oleh pendapat Direktur RS Haji yang disimpulkan berdasarkan hasil
wawancara bahwa dengan penerapan iur-biaya peserta wajib PT Askes tetap dapat
terlayani dengan baik.
Manfaat iur-biaya bagi peserta wajib PT Askes, di mana peserta
mempunyai kebebasan dalam memilih fasilitas pelayanan selain selain rumah
Sakit Pemerintah, selama ini peserta merasakan pelayanan di rumah sakit
pemerintah kurang mutunya dibandingkan rumah sakit swasta. Sebagian besar
(50%) peserta wajib PT Askes merasa iur-biaya pantas diterapkan oleh karena RS
Haji adalah RS swasta dan mengharapkan besaran iur-biaya disesuaikan dengan
kemampuan peserta (golongan peserta), namun ada juga sebagian kecil (30%)
peserta wajib PT Askes yang tidak setuju diterapkannya iur-biaya.
Manfaat iur-biaya bagi PT Askes adalah dalam rangka memberikan
kepuasan dan merupakan wujud peningkatan pelayanan kepada pesertanya. Untuk
meningkatkan keberhasilan penerapan iur-biaya ini perlu ditingkatkan pula
pengetahuan dan pemahaman peserta terhadap iur-biaya. Pemberian informasi
yang jelas oleh petugas RS Haji maupun petugas Askes sangat membantu
pemahaman dan pengetahuan peserta terhadap penerapan iur-biaya. Selama ini
peserta wajib PT Askes tidak mengetahui RS Haji menerapkan iur-biaya. Dari
pengamatan penulis peserta wajib PT Askes mengetahui informasi iur-biaya dari
formulir pernyataan bersedia membayar iur-biaya yang didapatkan pada saat
peserta masuk rumah sakit melalui Unit Gawat Darurat (UGD), walaupun peserta
sudah menandatangani surat pernyataan tersebut namun tidak pernah membaca
16
secara rinci dan jelas, akibatnya peserta sering mengeluh dengan rekening tagihan
yang terlalu besar.
KESIMPULAN
1. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata lama hari rawat peserta wajib PT
Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya.
2. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah pemeriksaan penunjang medis
peserta wajib PT Askes sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya.
3. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata biaya per peserta wajib PT Askes
sebelum dan sesudah penerapan iur-biaya.
4. Penerapan iur-biaya dapat menurunkan rata-rata lama rawat, jumlah
pemeriksaan penunjang medis dan biaya per peserta wajib PT Askes.
5. Penerapan iur-biaya terutama bermanfaat bagi RS Haji sebagai sumber dana
tambahan.
6. Bagi peserta merupakan kebebasan dalam memilih fasilitas pelayanan selain
RS Pemerintah
7. Bagi PT Askes dalam rangka memberikan kepuasan dan meningkatkan
pelayanan kepada pesertanya.
SARAN
1. Untuk Manajemen PT Askes Cabang Sumatera Utara
a. Meningkatkan pemberian informasi tentang iur-biaya kepada peserta agar
peserta lebih mengetahui dan memahami tentang pelayanan yang
dikenakan iur-biaya
17
b. Mengupayakan reward system bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan yang
cost effective
c. Perlu dipikirkan untuk masa yang akan datang besaran iur-biaya tidak
disamaratakan untuk semua golongan Pegawai Negeri Sipil.
d. Perlu dipikirkan untuk pengembangan iur-biaya di masa yang akan datang
berdasarkan prinsip – prinsip deductible, coinsurance atau copayment.
e. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang penerapan iur-biaya pada
peserta wajib PT Askes yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan.
2. Untuk RS Haji Medan
a. Meningkatkan pemberian informasi tentang penerapan iur-biaya kepada
peserta agar peserta lebih mengetahui dan memahami tentang pelayanan
yang dikenakan iur-biaya.
b. Mencari alternatif yang lebih baik dari Unit Gawat Darurat tempat
untuk memberikan informasi tentang iur-biaya.
c. Meningkatkan pembinaan terhadap dokter dan perawat dalam rangka
memberikan pelayanan yang optimal dan efisien bagi peserta wajib PT
Askes yang telah dikenakan iur-biaya
d. Bekerja sama dengan pihak PT Askes Kantor Cabang Sumatera untuk
meningkatkan kemampuan petugas dalam menjelaskan atau memberi
keterangan tentang iur-biaya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, G. M., 1988 The Effects of Cost-sharing and Physical Specialty on the
Costs of Office-Based Medical Care, Doctoral Dissertation, The RAND
Corporation, Santa Monica.
Fahs, M.C., 1992 Physician Response to the United Mine Worker’s Cost-sharing
Program : The Other Side of Coin, Journal of Health Services Research,
27(1):25 - 45.
HIAA, 2000 Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian B, Terjemahan Bahasa
Indonesia, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI dan PT (Persero)
Askes Indonesia, Jakarta.
Keeler, E.B., Rolph, J.E., 1983 How Cost-sharing Reduced Medical Spending of
Participants in the Insurance Experiment, Journal of American Medical
Association, 249(16):2220 - 2223.
Malik, M., Vacani, P., Rasquinhaj, Dovey P., 1993 Managerial Issues in the
Reformed NHS 2nd
ed, Jhon Wiley And Sons, New York.
Menkes dan Mendagri, 1998 Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
dalam Negeri RI, Tarif dan Tatalaksana Pelayanan Kesehatan Bagi
Peserta PT Askes Indonesia, Jakarta.
Newhouse, J.P., 1993 Free for All : Lessons from the Rand Health Insurance
Experiment. Harvard University Press, Cambridge.
Newhouse, J.P., Manning, W.G., Morris, C.N., Orr, L.L., Duan, N., Keeler, E.B.,
Leibowitz, A., Marquis, K.H., Marquis, M.S., Phelps, C.E., Brook, R.H.,
1981 Some Interim Results from A Controlled Trial of Cost-sharing in
Health Insurance, The New England Journal of Medicine, 305(25):1501 -
1507.
O’Grady, K.F., .Manning, W.G., Newhouse, J.P., Brook, R.H., 1985 The Impact
of Cost-sharing on Emergency Departemen Use, The New England Journal
of Medicine, 313(8):484 – 489.
Rasell, M.E., 1995 Cost-sharing in Health Insurance : A Reaxamination, The New
England Journal of Medicine, 332(17):1164 - 1168.
Sulastomo, 1998 Cost-sharing, PT (Persero) Askes Indonesia, Jakarta.
Sulastomo, 1997 Asuransi Kesehatan dan Managed Care, PT (Persero) Askes
Indonesia, Jakarta.
19
Thabrany, Hasbullah, 1998 Pembayaran Kapitasi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
Vaughan, E.J., 1987 Fundamentals of Risk and Insurance, 2nd
, Jhon Willey and
Sons, New York
Wong, M.D., Andersen, R., Sherbourne, C.D., Hays, R.D., Shapiro, M.F., 2001
Effects of Cost-sharing on Care Seeking and Health Status : Results from
the Medical Outcomes Study, American Journal of Public Health,
91(11):1889 - 1894.
Zulfarman, 1998 Analisis Tingkat Kepuasan Terhadap selisih Biaya Rawat Inap
Peserta PT Askes di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan, 01(03): 45-53.
20
21
22
23