Upload
hoangxuyen
View
228
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 1
NEGOSIASI IDENTITAS PADA PEREMPUAN DENGAN SKOLIOSIS
PASCA TINDAKAN OPERASI
Disusun Oleh:
IQLIMATUS SHOFIYAH
NIM:071411431074
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 2
Semester Genap 2017/2018
NEGOSIASI IDENTITAS PADA PEREMPUAN DENGAN SKOLIOSIS
PASCA TINDAKAN OPERASI
Iqlimatus Shofiyah
NIM : 071411431074
Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univresitas Airlangga
Email : [email protected]
Semester Genap 2017/2018
ABSTRAK
Skoliosis merupakan sebuah bentuk ketidaknormalan tulang belakang yang
membengkok ke kiri atau ke kanan yang membuat penampilan tubuh
penyandangnya terlihat berbeda. Skoliosis lebih banyak dialami oleh perempuan
dengan perbandingan 2:1 lebih banyak daripada laki-laki. Tindakan operasi
merupakan upaya terakhir yang dilakukan guna mengoreksi derajat kelengkungan
skoliosis pada tingkat parah, selain itu hasil akhir operasi dapat mengubah bentuk
tubuh penyandang skoliosis terlihat lebih baik. Perubahan tubuh pasca operasi
secara langsung maupun tidak langsung memberi pengaruh pada identitas diri
yang ditampilkan oleh perempuan dengan skoliosis kepada lingkungan sekitarnya
melalui serangkaian proses negosiasi identitas.
Studi ini meneliti tentang proses negosiasi identitas yang dilakukan oleh
perempuan dengan skoliosis pasca tindakan operasi dengan analisis menggunakan
teori interaksionisme simbolik, tubuh sosial serta negosiasi identitas. Metode
penelitian kualitatif dengan proses pengumpulan data melalui observasi dan
wawancara mendalam bersama tujuh orang informan, terdiri dari perempuan
skoliosis yang sudah melakukan operasi, pendiri grup Skolioser Jawa Timur serta
orang tua penyandang skoliosis.
Proses negosiasi identitas menjadikan perempuan dengan skoliosis mampu
menyatakan identitas dirinya secara utuh dan terbuka pada lingkungan sekitarnya
pasca menjalani operasi. Bentuk negosiasi identitas pasca operasi meliputi
keterbukaan diri kepada lingkungan dalam menampilkan tubuh yang baru, tetap
menjalankan peran yang harus dijalankan dengan segala keterbatasan atas
pantangan dokter, menjadikan tubuh baru bukan sebagai penghalang untuk
melakukan interaksi dan komunikasi dengan lingkungan sosialnya, serta berfikir
positif atas peran sebagai perempuan yang harus dihadapi pada masa mendatang.
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 3
Kata Kunci : negosiasi identitas, perempuan dengan skoliosis, tubuh sosial
ABSTRACT
Scoliosis is a form of spinal abnormalities that bend to the left or right which
makes the appearance of the body of the person looking different. Scoliosis is
more common in women with a ratio of 2:1 more than men. The surgical action is
the last attempt made to correct the degree of severe scoliosis curvature, but the
end result of surgery can change the shape of the body of a person with scoliosis
looks better. Post-operative body changes directly or indirectly affect the self-
identity that women display with scoliosis to the surrounding environment
through a series of identity negotiation processes.
This study examines the processes of identity negotiation undertaken by
women with postoperative scoliosis with analysis using the theory of symbolic
interactionism, social body and identity negotiation. Using qualitative research
with the process of collecting data through observation and in-depth interviews
with seven informants, consisting of female scoliosis who have performed the
operation, founder of the Skolioser group of East Java and parents of people with
scoliosis.
The process of identity negotiation makes women with scoliosis able to
express their identity as a whole and open to the surrounding environment after
undergoing surgery. The form of post-operative identity negotiation involves the
openness of the self to the environment in presenting the new body, still
performing the role that must be carried out with all the limitations of the doctors
taboo, making the new body not as a barrier to interaction and communication
with its social environment, and positive thinking about the role as women to be
faced in the future.
Keywords : identity negotiation, the body social, woman with scoliosis
A. PENDAHULUAN
Memiliki tubuh yang sehat
merupakan faktor utama dalam
mendukung aktivitas keseharian
temasuk di dalamnya beraktivitas
sosial dalam masyarakat yang luas,
Dukungan dari kesehatan tubuh
mampu memberikan dorongan dan
semangat dalam bertindak serta
menampilkan diri sesuai dengan
harapan pribadi dan harapan
kelompok. Konsep tentang tubuh
ideal perempuan didefinisikan
sedemikian rupa oleh media massa
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 4
sehingga membuat para perempuan
berlomba mendapatkan body goals
akibat ketidakpuasan terhadap
tubuhnya sendiri (Cikita, 2013).
Tubuh bagi penyandang
skoliosis merupakan suatu hal yang
istimewa, dikatakan istimewa karena
keadaan tulang punggung mereka
yang berbeda dari orang normal. Pada
tahap awal terindikasi skoliosis
penyandang mungkin tidak
sepenuhnya mau menerima kondisi
tubuhnya, beberapa diantaranya
menjadi murung dan menganggap
skoliosis merupakan suatu kutukan
yang harus dibawa seumur hidupnya,
namun perlahan negosisasi terhadap
tubuh membuat mereka sadar dan
mau berdamai hidup bersama
skoliosis.
Perempuan diidentikkan
dengan keindahan tubuhnya yang
berbeda dengan laki-laki, pandangan
tentang bentuk tubuh yang indah
menjadi hal yang dilematis dan sulit
untuk dicapai bagi perempuan
penyandang skoliosis, bagaimanapun
juga lingkungan mereka melihat
tubuh mereka dalam bentuk yang
aneh dan bengkok, sebagian mencoba
menyembunyikannya dibalik pakaian
yang longgar, adapula yang dalam
masa pengobatan sehingga harus
menggunakan penyokong / brace
yang semakin menjadi penanda tubuh
mereka yang berbeda.
Seiring berjalannya waktu
bahwa skoliosis tidak dapat dianggap
sebagai masalah yang sepele bagi
penyandangnya, jalan operasi
merupakan pilihan terakhir untuk
mengupayakan kesembuhan guna
meningkatkan harapan hidup mereka
kedepannya. Identitas adalah
kesadaran akan diri, kedirian, tentang
sosok yang seperti apa dirinya, lebih
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 5
lanjut adanya kecenderungan untuk
melihat identitas sebagai suatu yang
tetap atau terberi (Abercrombie, dkk,
2010). Bagi perempuan dengan
skoliosis kasus idiopatik, kondisi
tubuh yang dimiliki merupakan
sebuah identitas yang terberi sejak
lahir dan akan melekat pada dirinya
seumur hidup, identitas tersebut
mempengaruhi cara mereka dalam
berhubungan dengan orang terkait
dengan rasa kepercayaan diri yang
rendah.
Meskipun telah menjalani
operasi, identitas baru sebagai
perempuan titanium tidak akan bisa
melepaskan penyandang dari
skoliosis, bagaimanapun juga operasi
tidak dapat mengoreksi tulang
belakang hingga benar-benar lurus,
namun hanya mengurangi dari total
derajat kemiringan tulang belakang.
Pada lain sisi identitas sebagai
perempuan titanium dapat
meningkatkan rasa kepercayaan diri
bagi perempuan dengan skoliosis,
koreksi pada tulang belakang dapat
memperbaiki postur tubuh menjadi
lebih seimbang sehingga penampilan
fisiknya menjadi lebih menarik dari
sebelumnya. Dalam hal ini identitas
sebagai perempuan titanium tidak
hanya sekedar fenomena fisik namun
juga memiliki dimensi sosial.
Penelitian ini penting diteliti
karena banyak dari orang awam
belum mengetahui apa itu skoliosis,
serta perlu diketahui bahwa ada
sebagian dari anggota masyarakat
menyatakan identitasnya sebagai
perempuan titanium. Proses negosiasi
terhadap identitas menjadi menarik
untuk digali terkait dengan
kemampuan melakukan adaptasi
terhadap lingkungan sosial bagi para
perempuan penyandang skoliosis
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 6
yang telah melakukan operasi, proses
dinamika yang panjang untuk
menerima kondisi tubuh dan
menampilkan identitas sosial yang
baru menjadi hal yang penting untuk
dipahami sebagai variasi dari
kehidupan sosial yang terdapat dalam
masyarakat mengenai sekelompok
orang yang mengalami situasi yang
khusus dan rumit untuk melakukan
strategi adaptasi menggunakan
identitas tubuh baru pada dimensi
sosial agar diterima dalam kelompok
dan lingkungan sosialnya.
Tindakan operasi koreksi
tulang belakang yang dijalani oleh
perempuan penyandang skoliosis
memiliki fungsi positif maupun
dampak negatif bagi kelangsungan
kehidupan perempuan titanium di
masa mendatang, hidup dengan
sesuatu yang baru yang melekat pada
tubuh seumur hidup membutuhkan
sebuah pembentukan identitas baru
melalui proses negosiasi dari identitas
semulanya. Dari pemaparan diatas
fokus penelitian yang ingin diketahui
oleh peneliti adalah: Bagaimana
proses renegosiasi identitas
perempuan titanium pasca melakukan
tidakan operasi?
B. TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi simbolik didasarkan
pada ide-ide tentang individu dan
interaksinya dalam masyarakat.
Esensi interaksi simbolik adalah
suatu aktivitas yang merupakan ciri
manusia, yakni komunikasi atau
pertukaran simbol yang diberi
makna. Perspektif interaksi simbolik
berusaha memahami perilaku
manusia dari sudut pandang subjek.
Pokok perhatian interaksionisme
simbolik yaitu, dampak makna dan
simbol pada tindakan dan interaksi
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 7
manusia. Menurut Ritzer dan Douglas
(2007) manusia mempelajari simbol-
simbol dan juga makna didalam
interaksi sosial. Makna dan simbol
memberi karakteristik khusus pada
tindakan sosial dan interaksi sosial.
Orang sering menggunakan simbol
untuk mengkomunikasikan sesuatu
tentang diri mereka, misalnya
mengkomunikasikan gaya hidup
tertentu. Simbol sangat penting dalam
memungkinkan orang bertindak
didalam cara-cara manusiawi yang
khas.
Pada perempuan titanium
tubuh yang baru dan lebih tegak
merupakan sebuah simbol untuk
membangun identitas baru melalui
serangkaian tahapan negosiasi. Tubuh
baru yang lebih ideal memberikan
simbol berbeda guna ditampilkan dan
ditangkap untuk mendapatkan respon
lain dari orang lain daripada
sebelumnya, meskipun demikian ada
konsekuensi lain berupa penjagaan
yang lebih ketat terhadap tubuh
tersebut sebagai dampak dari sebuah
tindakan operasi tulang belakang.
Tubuh sosial menurut
Anthony Synnott sendiri merupakan
hasil kegamangannya tentang
manusia yang tidak mengenali
tubuhnya sendiri bahwa tubuh kini
menjadi pembeda antara satu individu
dengan individu lainnya, tubuh
menjadi simbol dan identitas dalam
lingkup sosial. Tubuh manusia
dikeluarkan dari ranah privat menjadi
ranah sosial, bahwa tubuh kini juga
berasal dari konstruksi masyarakat.
Tubuh yang ingin dicapai
melalui apa yang dikonstruksikan
baik bertentangan dengan kondisi
tubuh yang terberi dari Tuhan,
sehingga identitas diri yang muncul
berbeda dari orang lain yang normal
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 8
sebagai hasil dari konsep diri yang
tercipta dari sebuah penerimaan.
Adapun tindakan operasi
merupakan upaya untuk
meminimalkan efek dari skoliosis
yang jika dibiarkan akan bertambah
buruk bahkan mengancam tubuh
hingga pada kematian. Pada akhirnya
upaya menjalani operasi merupakan
perubahan diri secara khusus dengan
hasil akhir ketika identitas tubuh baru
tercipta maka tercipta pula identitas
diri yang baru.
Teori negosiasi identitas
menurut kamus besar Indonesia
kontemporer: negosiasi didefinisikan
sebagai perihal, cara atau proses
tawar-menawar melakukan
perundingan untuk memberi atau
menerima dengan mencapai
persetujuan bersama antara satu pihak
atau kelompok dengan pihak lain atau
kelompok lain (dalam Ervin, 2002).
Negosiasi dilakukan sebagai
suatu proses untuk dapat menemukan
identitas. Negosiasi identitas akan
terjadi ketika sebuah interaksi sosial
dengan individu lain maupun
community berlangsung dan adanya
komunikasi didalamnya. Yang
dinegosiasikan kepada orang lain
adalah sebuah identitas tentang diri
yaitu siapakah saya dalam budaya
tertentu.
Tindakan operasi pemasangan
titanium merupakan momentum
untuk melakukan negosiasi ketika
perempuan sebagai skolioser ingin
menyatakan, memodifikasi, atau
menantang identifikasi-identifikasi
yang melekat pada dirinya. Tentu saja
alasan utama proses operasi adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kesehatan penyandang skoliosis,
namun proses tersebut dapat menjadi
titik balik untuk menegosiasikan diri
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
baik kepada diri sendiri maupun
kepada orang lain dalam membentuk
dan membangun sebuah identitas
baru tentang diri yaitu siapakah saya
dalam budaya tertentu.
C. METODE PENELITIAN
Orientasi peneliti pada
penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan
paradigma definisi sosial. Paradigma
definisi sosial lahir sebagai respon
atas paradigma fakta sosial yang
menganalisis fenomena sosial secara
komperehensif (Ritzer, 2011).
Analisis paradigma ini
menitikberatkan pada tindakan sosial
yang dilakukan berdasarkan atas
kesadaran penuh seseorang yang
mengandung makna bagi dirinya
sendiri dan tindakan tersebut
diarahkan pada pihak lain.
Subjek penelitian dipilih
menggunakan cara snowball, dalam
hal ini dipilih lima informan
perempuan penyandang skoliosis
yang sudah menjalani tindakan
operasi pemasangan titanium dari
total subjek 67 peserta anggota grup
WhatsApp Masyarakat Skoliosis
Indonesia regional Jawa Timur.
Peneliti memilih dua informan
pendukung sebagai informan non-
subjek yang menjadi saksi mata
proses negosiasi identitas perempuan
titanuim yang terdiri dari anggota
keluarga serta peserta anggota grup
lainnya yang belum menjalani operasi
guna sebagai variasi data dari
penyandang yang belum menjalani
operasi dalam melihat perubahan
identitas baik secara tubuh maupun
identitas diri perempuan titanium.
Penelitian ini menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
yaitu, observasi dilakukan dengan
melihat aktivitas sasaran informan
melalui keaktifan yang ditunjukkan di
media sosialnya, hal ini menunjukkan
keterbukaan informan untuk bersedia
menujukkan identitasnya sebagai
perempuan titanium yang sudah
menjalankan operasi skoliosis,
wawancara terstruktur dengan
menggunakan pedoman wawancara
pertanyaan disusun dan dikategorikan
untuk selanjutnya ditanyakan secara
mendalam kepada informan
mengenai proses negosiasi identitas
pada perempuan titanium, dan
dokumentasi berupa pemberian atau
pengumpulan bukti dan keterangan
berupa buku, gambar, foto juga dapat
berbentuk arsip.
Proses analisis data dilakukan
sejalan dengan proses pengumpulan
data (Sugiyono, 2015). Menurut
Miles dan Huberman (1984, dalam
Sugiyono, 2015) aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan
dengan melakukan pemilihan dan
pemilahan data dari hasil transkrip
wawancara dengan memfokuskan
pada hal-hal yang dianggap penting
yang selanjutnya dikategorikan
berdasarkan tema dan pola data yang
diperoleh. dengan informan, serta
hubungan antar kategori dan
sejenisnya yang dijelaskan dalam
deskripsi naratif. Tahap akhir yakni
penarikan kesimpulan yang dilakukan
secara induktif.
D. PEMBAHASAN
Perspektif interaksi simbolik
berusaha memahami perilaku
manusia dari sudut pandang subjek.
Perspektif ini menyatakan bahwa
perilaku manusia harus dilihat
sebagai proses yang memungkinkan
manusia membentuk dan mengatur
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
perilaku mereka dengan
mempertimbangkan ekspektasi orang
lain yang menjadi mitra interaksi
mereka. Perempuan dengan skoliosis
mengalami rasa ketidak percayaan
terhadap dirinya yang dikarenakan
tubuh yang berbeda, mereka
membayangkan ekspektasi orang lain
jika tahu bahwa mereka menyandang
skoliosis maka respon yang diberikan
orang lain akan tidak sesuai dengan
apa yang mereka harapkan. Informan
EN dan ES keduanya pernah
mendapat celetukan pertanyaan
ketika teman sebangkunya tanpa
sengaja memegang punuk di
punggung merka yang menonjol, dan
seketika itu pula mereka terdiam
karena enggan menjelaskan apa yang
sebenaranya terjadi dengan tubuh
mereka karena takut akan mendapat
respon negatif berupa penolakan
ataupun pandangan jijik terhadap
tubuh mereka yang berbeda.
Adanya ketakutan untuk
menampilkan simbol berupa tubuh
yang berbeda membuat para
perempuan penyandang skoliosis ini
melakukan serangkaian upaya untuk
menutupi dan menyembunyikan
bentuk tubuhnya. Interaksi simbolik
didasarkan pada ide-ide tentang
individu dan interaksinya dalam
masyarakat. Esensi interaksi
simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri manusia, yakni
komunikasi atau pertukaran simbol
yang diberi makna. Dalam hal ini
keenam informan mengaku bahwa
ada perasaan takut jika menampilkan
tubuh mereka secara utuh seperti
orang lain yang bebas dalam
mengekspresikan diri lewat gaya
berpakaian, ketika mereka tahu
bahwa mereka mengalami skoliosis
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 12
akan ada cara-cara yang mereka
lakukan agar orang tidak tahu dan
tidak menangkap tubuh mereka
sebagai simbol yang dapat
memberikan makna serta respon
negatif.
Dalam usaha menutupi bentuk
tubuh tetap saja ada beberapa orang
yang tahu dan menangkap gerak-
gerik yang berbeda dari tubuh
perempuan penyandang skoliosis,
informan OT pernah mendapatkan
ejekan dari temannya karena
tubuhnya yang terlihat bungkuk
sehingga teman-temanya
mengejeknya seperti nenek-nenek.
Usaha yang dilakukan untuk
menutupi dan menyembunyikan
tubuh yang berbeda menurut hasil
data yang didapat dari wawancara
kepada perempuan penyandang
skoliosis antara lain yakni memakai
baju yang longgar, memakai baju
yang bertumpuk, memakai pakaian
panjang, memakai pakaian syar’i dan
juga memakai kerudung panjang
yang melewati punggung. Upaya itu
mereka lakukan karena adanya
perasaan takut akan respon negatif
yang diberikan orang lain sebagai
lawan berinterasi mereka ketika tahu
bahwa tubuh mereka berbeda.
Meskipun letak punggung
tersembunyi didalam tubuh dan
tertutup pakaian yang seharusnya
menjadi bagian tubuh yang bernilai
privat, namun tulang punggung yang
menjadi poros penegak badan mampu
memberikan dampak besar bagi
keseluruhan penampilan tubuh secara
umum yang dapat terlihat jelas oleh
indera visual. Hal tersebut
membuatnya dapat mempengaruhi
identitas fisik penyandang skoliosis
dalam ranah personal sekaligus
sosial.
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 13
Negosiasi identitas
merupakan sebuah proses panjang
yang dialami oleh perempuan dengan
skoliosis, sejak awal diagnosa yang
diberikan oleh dokter ketika tahu
mengalami skoliosis, mencoba
menerima kondisi tubuh, melakukan
serangkain pengobatan dengan tujuan
kesembuhan hingga memilih jalur
operasi membutuhkan waktu yang
panjang untuk itu semua dapat yakin
dilaksanakan. Pun pasca operasi
mereka akan menerima identitas
tubuh yang baru sebagai perempuan
titanium yang membutuhkan berbagai
macam bentuk penyesuaian,
penawaran yang berujung pada
persetujuan, hingga yakin akan
identitas yang akan ditampilkan
kepada lingkungan sosialnya.
Negosiasi identitas
merupakan interaksi antara dimensi
diri dengan dimensi sosial yang
digambarkan melalui rangkaian
empat tingkatan atau lapis, jika
diterapkan dalam proses negosiasi
identitas yang dilakukan oleh
perempuan dengan skoliosis pasca
tindakan operasi, maka bentuk
negosiasi identitas yang terbagi
dalam empat tingkatan tersebut
adalah sebagai berikut :
1.Personal layer merupakan rasa
akan keberadaan diri dalam situasi
sosial dimana diri dalam sebuah
masyarakat, bagaimana kita
berinteraksi dalam sebuah
masyarakat. Seperti menghadiri
gereja, bermain dengan teman
ataupun bepergian dengan keluarga.
Setelah menjalani operasi tulang
belakang, skolioser akan
membutuhkan waktu untuk
pemulihan paling tidak satu sampai
tiga bulan untuk menyesuaikan diri
dengan tubuh yang baru. Pada
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
kondisi ini dalam lingkungan sosial
terdapat perubahan situasi dimana
orang-orang sekitar yang
sebelumnya tidak tahu bahwa
mereka penyandang skoliosis
menjadi tahu. Hal itu tdak menjadi
penghambat mereka melakukan
interaksi dan komunikasi dengan
sekitarnya, namun tentunya ada
situasi berbeda dimana mereka
masih lemah dan membutuhkan
banyak pertolongan dari orang
terdekat untuk melakukan beberapa
aktivitas yang masih sulit dilakukan
sendiri hingga pada kondisi
tubuhnya sudah siap melakukan
aktiitas normal.
2.Enactment layer merupakan
pengetahuan orang lain tentang diri
anda berdasarkan pada apa yang
anda lakukan, apa yang anda miliki,
dan bagaimana anda bertindak
penampilan merupakan simbol-
simbol aspek yang lebih mendalam
tentang identitas anda serta orang
lain akan mendefinisikan dan
memahami melalui penampilan
tersebut. Pasca operasi pra skolioser
masih disarankan untu
menggunakan brace atau
pengangga tubuh guna membantu
mereka menopang tubuh baru yang
masih lemah. Penggunaan brace
yang berada diluar tubuh
merupakan bentuk simbol
penampilan yang akan
mempengaruhi penilaian orang lain.
3.Relational atau siapa diri anda
dalam kaitannya dengan individu
lain. Identitas dibentuk dalam
interaksi anda dengan individu lain.
Identitas dibentuk dalam interaksi
anda dengan mereka. Disini
identitas menurut Hecht terbentuk
dari interaksi yang menjadi terikat
kepada peran tetentu yang
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 15
berhadapan dengan peran lain.
Interaksi yang disampaikan kepada
orang lain setelah operasi membuat
lawan dari interaksi tersebut tahu
bahwa perempuan titanium suah
menjalani operasi dan kini
menyesuaikan dengan tubuh yang
baru. Beberapa orang disekitar
mereka akan menjadi lebih
perhatian dan protektif karena tidak
ingin sesuatu hal buruk terjadi
kepada mereka, namun perempuan
titanium juga menyadari peran apa
yang mereka jalani dan berusaha
sebisa mungkin agar peran-peran
tersebut dapat berjalan beriringan.
Informan EN yang sudah memiliki
anak seringkali diingatkan ibunya
untuk tidak melakukan aktivitas
karena tubuh yang baru masih
rawan, namun ia tidak bisa
sepenuhnya menuruti nasehat
ibunya karena ia ingin menjalankan
perannya sebagai ibu bagi putra-
putrinya. Sedangkan informan
lainnya mengaku mendapatkan
perlakuan serupa namun mereka
tidak ingin menjadikan hal tersebut
menjadi penghambat dalam
menjalankan peran yang dimilliki.
4.Communal yang diikat pada
kelompok atau budaya yang lebih
besar. Tingkat identitas ini sangat
kuat dalam banyak budaya Asia.
Meskipun mereka tahu bahwa kini
ada pen yang melekat pada
tubuhnya, namun dekimian tidak
mengurangi peran-peran sebgai
perempuan seperti yang
dikonstruksikan dalam budaya yang
ada dalam masyarakat. Sebagai
perempuan mereka memiliki peran
gender untuk hamil dan melahirkan
seperti perempuan lainnya. Mereka
sadar tubuh mereka mungkin
berbeda dan nantinya
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 16
membutuhkan perlakuan yang lebih
rumit ketika harus menghadap
situasi tersebut, untuk itu dalam
tingkatan komunal mereka akan
lebih berterus terang akan
kondisinya tersebut, tidak seperti
saat sebelum operasi dimana
mereka lebih tertutup dan enggan
untuk menceritakan
kekhawatirannya kepada orang lain.
Namun demikian tantangan dari
tubuh yang baru tersebut menbuat
mereka selektif misal dalam
mencari pasangan yang mampu
memahami kondisi mereka terkait
peran-peran sebagai perempuan
tersebut yang mungkin akan
membutuhkan perlakuan berbeda
dari perempuan yang terlahir dalam
kondisi fisik yang normal.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari temuan
dan analisis data yang diperoleh
mengenai proses negosiasi identitas
yan dilakukan oleh perempuan
penyandang skoliosis pasca tindakan
operasi. Adapun kesimpulannya
adalah proses negosiasi identitas
berlangsung dari mulai tahap
pengambilan keputusan untuk operasi
hingga kondisi yang terjadi dalam
kehidupan perempuan penyandang
skoliosis pacsa tindakan operasi.
Bentuk negosiasi yang dilakukan oleh
perempuan dengan skoliosis pasca
tindakan operasi yang dijalaninya
amatlah beragam, utamanya mereka
menunjukkan perubahan sikap yang
positif pasca operasi. Perubahan yang
paling utama yakni terkait dengan
rasa kepercayaan diri yang meningkat
dengan adanya tubuh yang baru
setelah operasi.
Tubuh yang baru menunjang
aktivitas mereka dalam keseharian,
dan juga mereka menaruh harapan
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 17
yang besar kepada tubuhnya yang
baru. Ada yang menganggap
perubahan tubuh tersebut sebagai
bentuk perubahan identitas yang
ingin disampaikan kepada orang
dalam lingkungan sosial mereka,
namun ada juga mengaku hal tersebut
tidak berpengaruh besar terhadap
kehidupan sosial terkait identitas
yang mereka tampilkan kepada
lingkungan sekitarnya.
Respon yang didapat dari
lingkungan mereka yakni orang-
orang di lingkungan sosial mereka
menjadi lebih peduli dan memberi
dukungan kepada mereka selama
masa pemulihan, beberapa informan
yang dulu mengaku pernah mendapat
ejekan sudah tidak lagi
mengalaminya justru berbalik
menjadi respon positif dimana
mereka sering mendapatkan bantuan
dari orang-orang di sekitarnya.
Bentuk negosiasi identitas
pasca operasi meliputi keterbukaan
diri kepada lingkungan dalam
menampilkan tubuh yang baru, tetap
menjalankan peran yang harus
dijalankan dengan segala
keterbatasan atas pantangan dokter,
menjadikan tubuh baru bukan sebagai
penghalang untuk melakukan
interaksi dan komunikasi dengan
lingkungan sosialnya, serta berfikir
positif atas peran sebagai perempuan
yang harus dihadapi pada masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie, Nicholas, Stephen Hill
& Bryan S. Turner.
2010. Kamus Sosiologi.
Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Afiana, Novi Eva dkk, 2016. Konsep
Diri Remaja Penderita
Skoliosis (Studi
Fenomenologi Masyarakat
Skoliosis Indonesia di Kota
Bandung). Bandung:
Universitas Telkom.
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 18
Ahdiah, Indah. 2013. Peran-Peran
Perempuan dalam
Masyarakat. Jurnal
Academica Fisip Untad
Vol.05 No.02. Universitas
Tadulako.
Anderson, E.T. dan McFarlane J.,
2006. Buku Ajar
Keperawatan Komunitas:
Teori dan Praktik
(Community as partner:
Theory and practice in
nursing). alih bahasa, Agus
Sutarna, Suharyati Samba,
Novayantie Herdina; editor
edisi Bahasa Indonesia, Egi
Komara Yudha... Ed.3.
Jakarta: EGC.
Anderson, S. 2007. Spinal Curves
and Scoliosis Radiologic
Technology September-
October Vol.79/No.1.
Virginia.
Bidari, Ayu Ratna. 2013. Makna
Behel Bagi Mahasiswa di
Surabaya. Jurnal Paradigma
Vol 1, No 3 Universitas
Negeri Surabaya.
Cikita, Tiara. 2013. Citra Tubuh dan
Bentuk Tubuh Ideal di
Masyarakat. Jurnal Tingkat
Sarjana Bidang Senirupa
dan Desain. Program studi
sarjana Bidang Seni Rupa.
Fakultas Seni Rupa dan
Desain (FSRD) ITB.
Cuff, E.C., dkk, 2006. Perspective in
Sociology; Fifth Edition.
New York: Routledge
Taylor & Francis group.
2006: 98.
Fera, 2015. Pengaruh body image
terhadap self-esteem pada
Remaja Penderita Skoliosis.
Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Kurniawati, Netty Diah. 2015.
Negosiasi Identitas Penarik
Becak Wanita. Jurnal
Komunikasi Vol 9, No 2.
Universitas Trunojoyo.
2015: 203-209.
Hidayat, Mehdy. “Menelisik Tubuh”
http://mehdyhidayat.com/me
nelisik-tubuh/. Diakses pada
Selasa, 02 Januari 2018
Pukul 19.29 WIB
Miles, M. B & Huberman A. M. 1984
dalam Sugiyono, 2015.
Analisis data Kualitatif.
Terjemahan oleh Tjetjep
Rohendi Rohidi. 1992.
Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya.
Mukaromah, Siti. 2011. Pengalaman
Psikososial Remaja
Penyandang Skoliosis di
Wilayah Karesidenan
Surakarta Jawa Tengah:
Studi Fenomenologi. Depok:
Tesis Program Magister ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas
Indonesia.
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 19
Murniati, Nunuk P, A. 2004. Getar
Gender: Perempuan
Indonesia dalam Perspektif
Agama, Budaya dan
Keluarga. Magelang:
Indonesiatera.
Noor, Jasmine. “Tulang Belakang
dan Postur Tubuh”.
http://www.kompasiana.com
/jasminenoor/tulang-
belakang-dan-postur-
tubuh_5500f889813311eb18
fa8017. Diakses pada Sabtu,
11 Maret 2017 Pukul 19.25
WIB.
Parjoto, S. 2007. Pentingnya
Memahami Sikap Tubuh
Dalam Kehidupan. Majalah
Fisioterapi Indonesia Vol. 7
No. 11/Mei 2007. Jakarta:
IFI Graha Jati Asih.
Redaksi Bintang “Risiko Kematian,
Penderita Skoliosis ini
Terima Tawaran
Operasi”.http://www.bintang
.com/lifestyle/read/2379944/
risiko-kematian -penderita-
skoliosis-ini-terima-tawaran-
operasi. Diakses pada Sabtu,
11 Maret 2017 Pukul 23.33
WIB.
Redaksi Intisari “Manfaat Bergabung
Dalam Komunitas Kesehatan
Online Bagi Pasien Dan
Pengasuh.
http://intisari.grid.id/Wellnes
s/Fitness-And-Health/10-
Manfaat-Bergabung-Dalam-
Komunitas-Kesehatan-
Online-Bagi-Pasien-Dan-
Pengasuh-1. Diakses pada
Selasa, 23 Januari 2018
Pukul 19.45 WIB.
Redaksi Jurnal Pediatri “Skoliosis,
Gangguan Bentuk Tulang
Belakang”.
https://jurnalpediatri.com/20
16/03/06/skoliosis-
gangguan-bentuk-tulang-
punggung/. Diakses pada
Minggu, 12 Maret 2017
Pukul 07.37 WIB.
Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma
Ganda. Jakarta: Rajawali
Pers.
Ritzer, George dan Douglas J.
Goodman. 2007. Teori
Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana Predana Media
Group.
Rothman, Richard dan Simeone,
Frederick. 1982. The Spine.
(6th Ed.) Philadelphia:
Saunders.
Sholichah, Elisatus. 2017. Gambaran
Self Confidence pada
Remaja Perempuan
Penderita Skoliosis. Skripsi.
Program Studi Psikologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan
Budaya, Universitas
Trunojoyo Madura.
Soultanis K. 2008. Identification of a
high-risk young population
for progressive idiopathic
scoliosis. from 5th
International Conference on
Conservative Management
JURNAL S1 SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 20
of Spinal Deformities
Athens, Greece. 3–5 April
2008
Sugianto, Samuel (2013) TA :
Segmentasi Kelengkungan
Tulang Belakang pada
Penderita Skoliosis
Menggunakan GVF Snake.
Skripsi. Surabaya : STIKOM
Surabaya.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Supriadi, Wila Chandrawila. 2004.
Perempuan dan Kesetaraan
di dalam Keluarga. Journal
Article. Mimbar: Jurnal
Sosial dan Pembangunan
Volume, 20. No, 3.
Universitas Islam Bandung.
Suriani, S. 2013. Tesis “Swiss Ball
Exercise dan Koreksi Postur
Tidak Terbukti Lebih Baik
Dalam Memperkecil Derajat
Skoliosis Idiopatik Daripada
Klapp Exercise dan Koreksi
Postur Pada Anal Usia 11-
13 tahun. Udayana
Denpasar.
Suyono, Slamet KE. dkk. 2001. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid ll Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Synnott, Anthony. 2003. Tubuh
Sosial; Simbolisme, Diri,
dan Masyarakat.
Yogyakarta: Jalasutra.
Winata, Handy. 2015. Hipermobilitas
Sendi pada Anak-Anak
dengan Skoliosis Idiopatik.
Jurnal Dosen bagian
Anatomi Universitas Kristen
Krida Wacana. Jurnal. 2015:
1-12.