Upload
thaliarara
View
139
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
0
LAPORAN
NERACA PEMBAYARAN
INDONESIA
Realisasi Triwulan IV-2014
Agustus 2013
2
Alamat Redaksi:
Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik
Departemen Statistik
Bank Indonesia
Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15
Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350
Telepon : (021) 29818328
Faksimili : (021) 3501935
E-mail : [email protected]
Website : www.bi.go.id
3
LAPORAN
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Realisasi Triwulan IV-2014
Februari 2015
4
RINGKASAN
PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN
INDONESIA TRIWULAN IV-2014
1
3
TRANSAKSI BERJALAN 4
Neraca Perdagangan Barang 4
Neraca Perdagangan Nonmigas 5
Neraca Perdagangan Migas 11
Neraca Perdagangan Jasa 14
Neraca Pendapatan Primer 15
Neraca Pendapatan Sekunder 15
TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL 16
Investasi Langsung 17
Investasi Portofolio 19
Investasi Lainnya 21
INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL 23
PROSPEK NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
TRIWULAN IV-2014 25
Boks 1: Perubahan Angka Statistik NPI
Dibandingkan Publikasi Triwulan I II-2014 27
LAMPIRAN 29
DAFTAR ISI
Transaksi Berjalan
5
DAFTAR TABEL
Hal
Hal
Tabel 1 Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang
(Berdasarkan SITC)
6
Tabel 6 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama 11
Tabel 2 Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama 7
Tabel 7 Perkembangan Ekspor Minyak 12
Tabel 3 Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama
(Berdasarkan HS)
8
Tabel 8 Perkembangan Impor Minyak (f.o.b) 13
Tabel 4 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang 10
Tabel 9 Perkembangan Ekspor Gas 14
Tabel 5 Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama 11
Tabel 10 Indikator Sustainabilitas Eksternal 23
DAFTAR GRAFIK
Hal
Hal
Grafik 1 Neraca Pembayaran Indonesia 3
Grafik 13 Perkembangan Investasi Langsung 17
Grafik 2 Transaksi Berjalan 4
Grafik 14 Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi 18
Grafik 3 Neraca Perdagangan Nonmigas 5
Grafik 15 Perkembangan PMA menurut Negara Asal 18
Grafik 4 Neraca Perdagangan Migas 12
Grafik 16 Perkembangan Investasi Portofolio 19
Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Dunia 13
Grafik 17 Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN
oleh Asing
19
Grafik 6 Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa 14
Grafik 18 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG 20
Grafik 7 Pembayaran Jasa Freight 14
Grafik 19 Perkembangan Indeks Bursa
di Beberapa Negara ASEAN
20
Grafik 8 Neraca Jasa Travel 15 Grafik 20 Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi 21
Grafik 9 Perkembangan Neraca Pendapatan Primer 15 Grafik 21 Perkembangan Investasi Lainnya 21
Grafik 10 Perkembangan Transfer Personal 16 Grafik 22 Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta 21
Grafik 11 Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. IV-2014 16 Grafik 23 Transaksi Kewajiban Investasi Lainnya Sektor Swasta 22
Grafik 12 Transaksi Modal dan Finansial 17 Grafik 24 Perkembangan Pinjaman LN Sektor Publik 22
6
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
1
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV-2014 mencatat surplus sebesar US$2,4
miliar. Surplus NPI ini ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial sebesar US$7,8 miliar yang
melampaui defisit transaksi berjalan sebesar US$6,2 miliar (2,81% PDB). Surplus NPI triwulan IV-2014
tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari US$111,2 miliar pada akhir
triwulan III-2014 menjadi US$111,9 miliar pada akhir triwulan IV-2014. Jumlah cadangan devisa
tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah
selama 6,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional. Pada Januari 2015, posisi
cadangan devisa kembali meningkat menjadi US$114,2 miliar.
Di tengah proses pemulihan global yang lebih lambat dari perkiraan, kinerja transaksi
berjalan membaik. Defisit transaksi berjalan triwulan IV-2014 lebih rendah dibandingkan dengan
defisit US$7,0 miliar (2,99% PDB) pada triwulan III-2014. Perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut
terutama didukung oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang seiring naiknya surplus
neraca perdagangan nonmigas dan menurunnya defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca
perdagangan nonmigas meningkat karena pertumbuhan ekspor (1,4%, qtq) yang melampaui
pertumbuhan impor (0,2%, qtq). Pertumbuhan ekspor nonmigas ditopang oleh kenaikan permintaan,
khususnya minyak nabati dan produk manufaktur, yang terjadi di saat tren penurunan harga
komoditas masih berlanjut. Di sisi migas, meskipun volume impor minyak meningkat, defisit neraca
perdagangan migas menyusut sebagai dampak dari terus melemahnya harga minyak mentah dunia.
Meski membaik dari triwulan sebelumnya, defisit transaksi berjalan triwulan IV-2014 tercatat lebih
besar dibandingkan dengan defisit sebesar US$4,3 miliar (2,05% PDB) pada periode yang sama tahun
2013 terutama karena melemahnya kinerja ekspor nonmigas. Selain itu, di tengah turunnya harga
minyak, defisit neraca migas triwulan IV-2014 juga meningkat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya karena lebih rendahnya lifting migas yang disertai meningkatnya volume impor minyak.
Sementara itu, persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia dan imbal
hasil yang tetap menarik mendorong aliran masuk modal asing yang cukup besar dan mampu
membiayai defisit transaksi berjalan. Pada triwulan IV-2014, surplus transaksi modal dan finansial
didukung oleh aliran masuk investasi langsung asing (FDI) dan surplus investasi lainnya yang berasal
dari penarikan simpanan penduduk di luar negeri dan penarikan pinjaman LN korporasi. Namun
demikian, surplus transaksi modal dan finansial ini masih lebih rendah dibandingkan dengan surplus
triwulan III-2014 sebesar US$14,7 miliar karena keluarnya dana asing dari instrumen portofolio rupiah
di bulan Desember 2014 yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terkait rencana
kenaikan Fed Fund Rate akibat rilis data perbaikan ekonomi AS.
Secara keseluruhan tahun, kinerja NPI 2014 mencatat perbaikan signifikan didukung oleh
keberhasilan sinergi kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah. NPI
2014 mencatat surplus US$15,2 miliar setelah sebelumnya mengalami defisit US$7,3 miliar pada
2013. Perbaikan tersebut ditopang oleh menyusutnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya
surplus transaksi modal dan finansial. Defisit transaksi berjalan menurun menjadi US$26,2 miliar
(2,95% PDB) dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$29,1 miliar (3,18% PDB). Perbaikan
kinerja tersebut terutama dipengaruhi oleh menurunnya impor akibat melemahnya permintaan
domestik sebagai dampak dari moderasi pertumbuhan ekonomi. Dari sisi ekspor, meskipun ekspor
RINGKASAN
T
r
a
n
s
a
k
si
B
e
rj
al
a
n
2
secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur yang membaik, sejalan dengan berlanjutnya
pemulihan ekonomi AS, juga turut membantu perbaikan kinerja tersebut. Selain itu, menyusutnya
defisit neraca jasa dan meningkatnya surplus neraca pendapatan sekunder turut berkontribusi
terhadap perbaikan kinerja transaksi berjalan. Pada sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial
tahun 2014 mencapai US$43,6 miliar, dari sebelumnya US$22,0 miliar pada 2013. Meningkatnya
surplus transaksi modal dan finansial ini didorong oleh kepercayaan investor terhadap prospek
perekonomian Indonesia.
Proses perbaikan keseimbangan eksternal Indonesia yang tercermin pada struktur NPI yang
lebih sehat diperkirakan akan terus berlanjut sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia serta langkah reformasi fiskal Pemerintah .
Kinerja NPI ke depan diperkirakan terus membaik ditopang oleh struktur transaksi berjalan dan
transaksi modal dan finansial yang lebih baik. Turunnya harga minyak dunia dan reformasi subsidi
Pemerintah akan memperbaiki defisit transaksi berjalan migas, walaupun meningkatnya impor
nonmigas terkait dengan proyek Pemerintah di bidang infrastruktur agak menahan perbaikan defisit
transaksi berjalan. Di sisi transaksi modal dan finansial, membaiknya fundamental ekonomi sejalan
dengan reformasi struktural yang terus berlangsung mendorong arus modal masuk, baik FDI maupun
investasi portfolio, yang diprakirakan masih cukup memadai bagi pembiayaan defisit transaksi
berjalan.
3
Di tengah proses pemulihan perekonomian
global yang lebih lambat dari perkiraan semula,
keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan IV-
2014 terus mencatat perbaikan ke arah yang lebih
sehat. Kinerja ekspor nonmigas di triwulan laporan
mencatat peningkatan dibanding triwulan
sebelumnya, melampaui kenaikan yang terjadi pada
sisi impor nonmigas. Defisit neraca perdagangan
migas juga menyusut sebagai dampak dari
melemahnya harga minyak dunia. Selain itu,
meningkatnya surplus neraca pendapatan sekunder
sesuai pola musimannya, ikut membantu mengurangi
tekanan defisit transaksi berjalan. Secara keseluruhan,
defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang
lebih sehat, yaitu dari USD7,0 miliar atau 2,99% dari
PDB pada triwulan III-2014 menjadi USD6,2 miliar
atau 2,81% dari PDB pada triwulan IV-2014.
Namun demikian, apabila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya, defisit
transaksi berjalan triwulan IV-2014 mengalami
pemburukan terutama karena melemahnya kinerja
ekspor nonmigas. Ekspor nonmigas turun 6,48%
(yoy) akibat perlambatan ekonomi global dan terus
menurunnya harga komoditas. Penurunan kinerja
ekspor nonmigas semakin terlihat karena ekspor
pertambangan pada triwulan IV-2013 tercatat cukup
tinggi menjelang diterapkannya UU Minerba di awal
2014. Selain itu, di tengah pelemahan harga minyak
dunia, pemburukan juga terjadi pada neraca
perdagangan migas akibat turunnya lifting migas di
saat volume impor minyak masih tinggi.
Di sisi lain, persepsi investor yang positif
terhadap prospek perekonomian Indonesia dan imbal
hasil yang masih menarik mendorong masuknya aliran
modal asing pada triwulan laporan. Namun, aliran
modal masuk asing tersebut sempat mengalami
koreksi yang cukup tajam di bulan Desember 2014,
akibat meningkatnya kekhawatiran investor yang
dipicu oleh membaiknya data perekonomian AS dan
rencana kenaikan Fed Fund Rate. Secara keseluruhan,
surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV-
2014 tercatat sebesar USD7,8 miliar, lebih rendah
dibandingkan dengan surplus sebesar USD14,7 miliar
pada triwulan III-2014.
Dengan suplus transaksi modal dan finansial
yang jauh lebih besar dari defisit transaksi berjalan,
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV-2014
mencatat surplus USD2,5 miliar. Angka tersebut lebih
kecil dibandingkan surplus triwulan III-2014 sebesar
USD6,5 miliar. Dengan perkembangan tersebut, posisi
cadangan devisa meningkat dari sebelumnya sebesar
USD111,2 miliar pada akhir triwulan III-2014 menjadi
USD111,9 miliar dolar AS pada akhir Desember 2014
(Grafik 1). Membaiknya kinerja NPI tersebut tercermin
pada beberapa indikator yang menunjukkan tetap
terjaganya ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Grafik 1
Neraca Pembayaran Indonesia
Sinergi kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh
Bank Indonesia dan pemerintah telah berhasil
menjaga dan memperbaiki keseimbangan sektor
eksternal Indonesia di 2014. Secara keseluruhan,
PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
TRIWULAN IV-2014
4
defisit transaksi berjalan 2014 tercatat sebesar
USD26,2 miliar (2,95% PDB), menurun dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai USD29,1 miliar
(3,18% PDB). Perbaikan tersebut didukung oleh
menurunnya impor, akibat melemahnya permintaan
domestik sebagai dampak dari moderasi
pertumbuhan ekonomi domestik, menyusutnya defisit
neraca jasa, dan meningkatnya surplus neraca
pendapatan sekunder. Di sisi lain, surplus transaksi
modal dan finansial meningkat tajam didorong oleh
positifnya kepercayaan investor terhadap prospek
ekonomi Indonesia menjadi USD43,6 miliar di 2014,
dari hanya sebesar USD22,0 miliar di tahun
sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, NPI
2014 mencatat surplus USD15,1 miliar setelah
sebelumnya mengalami defisit USD7,3 miliar pada
2013.
TRANSAKSI BERJALAN
Transaksi berjalan pada triwulan IV-2014
mencatat defisit USD6,2 miliar (2,81% dari PDB),
lebih rendah dari defisit triwulan III-2014 sebesar
USD7,0 miliar (2,99% dari PDB). Membaiknya kinerja
transaksi berjalan didukung oleh meningkatnya
surplus neraca perdagangan nonmigas dan
menyusutnya defisit neraca perdagangan migas.
Selain itu, berkurangnya tekanan defisit transaksi
berjalan juga dipengaruhi oleh meningkatnya surplus
neraca pendapatan sekunder yang mengikuti pola
musimannya (Grafik 2).
Surplus neraca perdagangan nonmigas triwulan
IV-2014 membaik didorong oleh peningkatan ekspor
nonmigas (1,4%, qtq) yang melampaui kenaikan
impor nonmigas (0,2%, qtq). Kinerja ekspor
nonmigas terutama ditopang oleh minyak nabati dan
produk manufaktur. Sementara itu, defisit neraca
perdagangan migas triwulan IV-2014 menurun
disebabkan impor migas terkoreksi lebih tajam
dibanding penurunan ekspor migas sebagai dampak
penurunan harga.
Grafik 2
Transaksi Berjalan
Namun demikian, kinerja transaksi berjalan
triwulan IV-2014 tersebut memburuk bila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013
yang mencatat defisit sebesar USD4,3 miliar (2,05%
PDB). Pemburukan kinerja transaksi berjalan tersebut
terutama karena menurunnya surplus perdagangan
nonmigas, sejalan dengan turunnya ekspor akibat
masih belum kuatnya permintaan dan melemahnya
harga komoditas.
Secara keseluruhan, kinerja transaksi berjalan
2014 membaik dengan mencatat defisit USD26,2
miliar (2,95% PDB), lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya yang mencapai USD29,1 miliar (3,18%
PDB). Perkembangan tersebut didukung oleh
menurunnya impor akibat melemahnya permintaan
domestik sebagai dampak dari moderasi
pertumbuhan ekonomi domestik dan tertahannya
pemburukan ekspor oleh kebijakan nilai tukar yang
sesuai dengan fundamentalnya. Selain itu,
menyusutnya defisit neraca jasa dan meningkatnya
surplus neraca pendapatan sekunder turut
memperbaiki kinerja transaksi berjalan.
Neraca Perdagangan Barang
Neraca perdagangan barang triwulan IV-2014
mencatat surplus sebesar USD2,4 miliar, lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya sebesar USD1,6 miliar.
Surplus neraca perdagangan barang tersebut
didorong oleh meningkatnya surplus neraca
5
perdagangan nonmigas dan berkurangnya defisit
neraca perdagangan migas.
Untuk keseluruhan tahun 2014, surplus neraca
perdagangan barang mencapai USD6,9 miliar, lebih
tinggi dari surplus tahun 2013 sebesar USD5,8 miliar.
Kenaikan surplus tersebut disebabkan oleh
peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas
sementara terjadi pemburukan pada defisit neraca
perdagangan migas.
Neraca Perdagangan Nonmigas
Neraca perdagangan nonmigas triwulan IV-2014
mencatat surplus sebesar USD5,1 miliar, meningkat
9,7% (qtq) dari surplus triwulan sebelumnya sebesar
USD4,7 miliar (Grafik 3). Peningkatan surplus tersebut
dijelaskan oleh kenaikan ekspor nonmigas (1,4% qtq)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan
impor nonmigas (0,2% qtq).
Untuk keseluruhan tahun 2014, surplus neraca
perdagangan nonmigas mencapai USD18,7 miliar,
lebih besar dari surplus neraca perdagangan
nonmigas 2013 sebesar USD15,5 miliar.
Grafik 3
Neraca Perdagangan Nonmigas
Ekspor Nonmigas
Ekspor nonmigas triwulan IV-2014 tercatat
sebesar USD36,9 miliar, lebih tinggi 1,4% (qtq)
dibandingkan dengan ekspor nonmigas triwulan
sebelumnya sebesar USD36,3 miliar. Kenaikan
tersebut didorong oleh naiknya permintaan,
khususnya minyak nabati dan produk manufaktur, di
saat tren penurunan harga komoditas masih
berlanjut.
Namun demikian, secara tahunan ekspor
nonmigas triwulan IV-2014 tumbuh negatif 6,5%
(yoy) setelah pada triwulan III-2014 ekspor nonmigas
tumbuh positif 3,0% (yoy). Penurunan ekspor
nonmigas triwulan IV-2014 secara tahunan utamanya
dipicu oleh koreksi harga khususnya pada produk
primer yang mengikuti penurunan harga komoditas
dunia, baik produk pertanian maupun produk bahan
bakar & pertambangan. Suplai yang berlebih, prospek
pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat dari
perkiraan semula, dan apresiasi dollar AS
menyebabkan harga komoditas dunia, seperti produk
pertanian, logam dan logam berharga di triwulan IV-
2014 mengalami penurunan.
Selain itu, penurunan kinerja ekspor nonmigas
tersebut juga disebabkan oleh penurunan volume
khususnya pada produk bahan bakar &
pertambangan. Penurunan volume ekspor produk
bahan bakar & pertambangan terutama terjadi pada
komoditas batubara, antara lain sebagai dampak dari
melemahnya permintaan dunia. Selain itu, penurunan
volume juga terjadi pada produk manufaktur setelah
sejak triwulan I-2013 selalu mencatat pertumbuhan
positif. Namun, penurunan volume ekspor
manufaktur tersebut mampu diimbangi oleh harga
yang masih meningkat sehingga secara nilai ekspor
manufaktur masih mencatatkan pertumbuhan positif.
Dengan perkembangan sampai dengan triwulan
IV-2014, ekspor nonmigas untuk keseluruhan tahun
2014 tercatat USD146,5 miliar. Meskipun secara
nominal lebih rendah dibanding dengan tahun
sebelumnya sebesar USD148,5 miliar, namun
pertumbuhan ekspor nonmigas 2014 membaik
dibanding pertumbuhan pada tahun 2013.
Membaiknya pertumbuhan ekspor nonmigas tahun
2014 utamanya didorong oleh pertumbuhan positif
produk manufaktur, baik karena naiknya permintaan
ekspor maupun faktor harga (Tabel 1).
6
Tabel 1
Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang
(Berdasarkan SITC)
Ekspor Nonmigas Menurut Negara Tujuan Utama
Secara tahunan, penurunan kinerja ekspor
nonmigas triwulan IV-2014 tercermin dari penurunan
ekspor ke beberapa negara tujuan utama seperti
Tiongkok, India, Korea Selatan, Thailand, dan
Australia & Oceania. Di sisi lain, akselerasi ekspor ke
Amerika Serikat dan Singapura menahan penurunan
ekspor nonmigas lebih lanjut. Sedangkan ekspor ke
Jepang, Malaysia, dan Belanda membaik meskipun
masih tumbuh negatif hampir di sepanjang triwulan
2014 (Tabel 2).
Penurunan ekspor ke Tiongkok terutama
disebabkan oleh turunnya ekspor batubara dan
minyak kelapa sawit yang memiliki total pangsa
43,2% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut.
Penurunan ekspor ke India terutama disebabkan oleh
turunnya ekspor minyak nabati, karet alam olahan,
dan bijih tembaga dengan total pangsa 36,7% dari
keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Penurunan
ekspor ke Korea Selatan terutama disebabkan oleh
turunnya ekspor batubara dan tekstil dengan total
pangsa 42,4% dari total ekspor ke negara tersebut.
Penurunan ekspor batubara, mesin-mesin/pesawat
mekanik, dan kendaraan & bagiannya (total pangsa
42,2%) menjadi penyebab turunnya ekspor ke
Thailand. Sedangkan penurunan ekspor barang dari
logam tidak mulia dan alat listrik (total pangsa
29,4%) menjadi penyebab turunnya ekspor ke
Australia & Oceania.
A. Produk Primer
Nominal 53.8 50.2 -3.8 -9.0 -9.4 0.8 -13.5 -8.1
Riil 47.6 45.1 7.5 -3.4 -10.6 -0.3 0.6 -3.4
Indeks Harga - - -10.6 -5.8 1.4 1.2 -13.9 -4.4
Produk Pertanian
Nominal 28.7 30.1 -4.8 5.0 2.2 11.1 -3.0 3.5 Riil 25.8 27.2 3.5 4.5 2.0 12.6 9.6 7.2
Indeks Harga - - -8.0 0.3 0.2 -1.3 -11.4 -3.0
Makanan
Nominal 20.9 23.4 -5.0 10.9 9.1 21.1 3.8 10.8
Riil 18.2 19.8 1.9 6.3 4.1 18.3 13.9 10.7
Indeks Harga - - -7.0 4.1 4.9 2.3 -8.6 0.7
Bahan Baku
Nominal 7.8 6.7 -4.0 -10.0 -15.8 -14.5 -23.4 -15.9 Riil 5.6 5.3 3.7 -2.1 -5.2 -4.8 -6.6 -4.7
Indeks Harga - - -7.4 -8.1 -11.2 -10.2 -18.0 -11.8
Produk Bahan Bakar & Pertambangan
Nominal 25.1 20.0 -2.6 -24.3 -22.4 -11.2 -25.9 -21.3 Riil 11.0 9.0 10.0 -16.4 -22.0 -11.3 -16.1 -16.5
Indeks Harga - - -11.5 -9.6 -0.4 0.3 -11.6 -5.4
B. Produk Manufaktur
Nominal 44.5 48.3 0.1 9.2 8.6 6.8 3.4 6.9 Riil 51.6 54.1 2.7 10.3 8.2 3.1 -1.4 5.0
Indeks Harga - - -2.5 -1.0 0.4 3.5 4.8 1.9
C. Lainnya
Nominal 1.6 1.6 -7.8 41.3 20.8 -24.3 -32.2 -4.9 Riil 0.8 0.8 1.1 61.7 27.2 -23.0 -28.7 0.1
Indeks Harga - - -7.8 -12.0 -4.9 -1.2 -4.7 -5.9
Total
Nominal 100.0 100.0 -2.2 -0.3 -0.9 3.0 -6.5 -1.3 Riil 100.0 100.0 4.7 2.8 -2.6 -0.2 -1.9 -0.6
Indeks Harga - - -6.6 -3.0 1.8 3.2 -4.6 -0.7*) data sementara
**) data sangat sementara
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
2014**
Tw. IV** TOTAL**
Rincian
Pangsa (%)
2013* 2014**
2013*
Tw. III*Tw. II*TOTAL Tw. I*
7
Tabel 2
Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama
Di sisi lain, pertumbuhan ekspor tujuan Amerika
Serikat terutama ditopang oleh kenaikan ekspor
udang segar/beku, makanan olahan, alas kaki, dan
alat listrik yang memiliki total pangsa 29,0% dari
keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Sedangkan
pertumbuhan ekspor ke Singapura terutama didorong
oleh kenaikan mesin-mesin/pesawat mekanik dan alat
listrik dengan total pangsa 29,0% dari keseluruhan
ekspor ke negara tersebut.
Perbaikan ekspor ke Jepang didorong oleh
kenaikan ekspor barang dari logam tidak mulia (nikel),
tekstil, dan mesin-mesin/pesawat mekanik (total
pangsa 24,9%). Namun penurunan ekspor batubara
dan alat listrik (total pangsa 26,9%) menahan
pertumbuhan ekspor ke Jepang lebih lanjut.
Perbaikan ekspor ke Malaysia didorong oleh kenaikan
ekspor minyak nabati, kendaraan & bagiannya, dan
tekstil dengan total pangsa 21,2% dari keseluruhan
ekspor ke negara tersebut. Namun penurunan ekspor
batubara, makanan olahan, dan barang dari logam
tidak mulia (total pangsa 35,5%) menekan
pertumbuhan ekspor ke Malaysia. Sedangkan
perbaikan ekspor ke Belanda didorong oleh kenaikan
ekspor minyak nabati, alat listrik, makanan olahan,
dan bahan kimia dengan total pangsa 52,6% dari
keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Penurunan
asam berlemak dan barang dari logam tidak mulia
(total pangsa 17,5%) menahan kenaikan ekspor ke
Belanda.
Untuk keseluruhan tahun 2014, ekspor
nonmigas ke negara tujuan utama membaik
dibanding tahun 2013 meskipun masih tumbuh
negatif. Perbaikan ekspor negara tujuan utama
terutama didorong oleh pertumbuhan ekspor ke
Amerika Serikat, Singapura, dan Australia & Oceania.
Sedangkan penurunan ekspor ke Tiongkok, Jepang,
India, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Belanda
menahan pertumbuhan ekspor nonmigas 2014 lebih
lanjut (Tabel 2).
Ekspor Nonmigas Menurut Komoditas Utama
Pada triwulan IV-2014, peningkatan ekspor
komoditas utama seperti minyak nabati, TPT,
makanan olahan, mesin-mesin/pesawat mekanik,
kendaraan & bagiannya, dan kayu olahan mendorong
pertumbuhan ekspor nonmigas triwulan IV-2014
secara tahunan. Pertumbuhan komoditas-komoditas
utama tersebut didorong oleh kenaikan permintaan
ekspor dan faktor harga, kecuali pada minyak nabati,
TPT, dan kayu olahan yang harganya mengalami
koreksi pada triwulan laporan.
Sedangkan penurunan yang terjadi pada ekspor
batubara, alat listrik, barang dari logam tidak mulia,
dan karet olahan disebabkan baik karena penurunan
volume ekspor maupun faktor harga. Penurunan
ekspor komoditas-komoditas tersebut menyebabkan
ekspor komoditas utama nonmigas triwulan IV-2014
tumbuh negatif 5,6% (yoy) (Tabel 3).
Ekspor minyak nabati, yang 86,7% berupa
minyak kelapa sawit (CPO) tumbuh 3,1% (yoy) di
triwulan IV-2014 didorong oleh naiknya volume
ekspor sebesar 22,7% (yoy).
Kenaikan ekspor minyak nabati triwulan IV-2014
terjadi untuk negara tujuan Belanda dan Italia yang
masing-masing mencatatkan pertumbuhan 11,4%
(yoy) dan 1,9% (yoy). Berdasarkan Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), kenaikan
ini didorong oleh fakta bahwa minyak kelapa sawit
masih merupakan minyak nabati yang paling efektif
dan murah ditengah gencarnya kampanye hitam
1 Tiongkok 14.2 11.2 1.8 -2.7 -17.8 -24.8 -39.1 -22.2
2 Amerika Serikat 10.1 10.8 3.6 2.6 7.6 6.5 5.5 5.6
3 Jepang 10.8 10.0 -6.6 -12.6 -11.4 -5.6 -4.8 -8.7
4 India 8.7 8.3 4.0 -13.9 -16.9 19.8 -7.2 -5.7
5 Singapura 5.9 6.7 -5.7 2.3 23.4 8.1 12.7 11.7
6 Malaysia 4.8 4.4 -15.2 -19.9 -6.8 -8.0 -7.4 -10.7
7 Korea Selatan 4.0 3.9 -9.9 -11.0 -6.5 2.9 -3.0 -4.6
8 Thailand 3.5 3.4 -4.8 -5.7 -10.4 2.8 -2.7 -4.2
9 Australia dan Oceania 2.6 3.1 -2.6 36.5 39.3 13.8 -15.6 15.2
10 Belanda 2.7 2.7 -10.4 1.5 -2.2 -8.2 -0.9 -2.5
Total 10 Negara 67.5 64.5 -3.0 -5.0 -4.7 -1.9 -10.7 -5.7
*) data sementara
**) data sangat sementara
Tw. IV**TOTAL**
Pertumbuhan Tahunan (%, yoy)
2014**Rincian
Pangsa (%)
2013* 2014**
2013*
Tw. III*Tw. II*TOTAL Tw. I*
8
minyak kelapa sawit terkait isu lingkungan dan
pemberlakuan anti dumping duty dinegara Uni Eropa.
Di sisi lain, permintaan ekspor ke negara India
dan Tiongkok sebagai negara utama tujuan ekspor
minyak nabati (total pangsa 30,5%) mengalami
penurunan masing-masing -15,3% (yoy) dan -16,2%
(yoy). Penurunan ekspor minyak nabati ke Tiongkok
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Tiongkok
yang melambat, tingkat kepercayaan bank yang
menurun sehingga pelaku usaha kesulitan mencari
pinjaman, pemberlakuan syarat regulasi standar
residu pestisida, dan persediaan kedelai yang tinggi di
dalam negeri Tiongkok. Sedangkan penurunan ekspor
minyak nabati ke India selain disebabkan karena
perlambatan perekonomian India akibat inflasi yang
begitu tinggi, disebabkan juga oleh pelemahan nilai
tukar Rupee terhadap Dollar AS sejak pertengahan
hingga akhir tahun 2014 dan dinaikannya pajak
impor minyak nabati mentah dari 2,5% menjadi
7,5%.
Pada sisi harga, harga ekspor CPO Indonesia
triwulan IV-2014 turun 15,7% (yoy) sejalan dengan
penurunan harga CPO dunia dari USD772/mt di
triwulan III-2014 menjadi sebesar USD715/mt di
triwulan IV-2014. Harga CPO dunia triwulan IV-2014
merupakan titik terendah sepanjang tahun 2014.
Rendahnya harga CPO Indonesia triwulan IV-2014
membuat pemerintah Indonesia menerapkan 0%
untuk bea keluar CPO selama triwulan IV-2014. Hal
ini selain bertujuan untuk mendorong volume ekspor
CPO ditengah turunnya harga juga untuk menjaga
daya saing ekspor CPO dengan Malaysia yang
menerapkan bea keluar 0%.
Permintaan ekspor TPT triwulan IV-2014 tumbuh
2,8% (yoy). Namun koreksi harga yang terjadi pada
triwulan IV-2014 menahan pertumbuhan nilai ekspor
TPT lebih lanjut sehingga nilai ekspor TPT tumbuh
0,5% (yoy). Pertumbuhan ekspor TPT terjadi untuk
ekspor tujuan Jepang (6,8% yoy), Tiongkok (14,7%
yoy), Malaysia (8,1% yoy), dan Australia & Oceania
(5,9% yoy) dengan total pangsa 18,3% dari
keseluruhan total ekspor TPT.
Ekspor makanan olahan triwulan IV-2014
meningkat 12,7% (yoy) didorong oleh naiknya
permintaan ekspor sebesar 9,9% (yoy) dan akselerasi
harga sebesar 2,5% (yoy). Peningkatan ekspor
makanan olahan terjadi pada tujuan Amerika Serikat
(20,3% yoy), Jepang (13,6% yoy), dan Singapura
(0,2% yoy) dengan pangsa total 27,9% terhadap
keseluruhan ekspor makanan olahan.
Nilai ekspor mesin-mesin/pesawat mekanik
tumbuh 9,6% (yoy) di triwulan IV-2014, disebabkan
baik karena kenaikan permintaan ekspor maupun
harga. Kenaikan ekspor terjadi untuk negara tujuan
Singapura (10,6%; yoy), Jepang (6,4%; yoy), Australia
& Oceania (67,2%; yoy), dan Amerika Serikat (28,6%;
yoy) dengan total pangsa 54,5% dari keseluruhan
ekspor mesin-mesin/pesawat mekanik.
Tabel 3
Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama (Berdasarkan HS)
1. Batubara 16.4 14.2 -7.2 -11.8 -15.1 -10.4 -20.7 -14.6 11.6 -6.2 -18.2 -15.7 -14.2 -14.3 -16.9 -6.0 3.9 6.3 -7.5 -0.3
2. Minyak Nabati 12.4 13.7 -8.7 8.0 3.0 25.5 3.1 9.1 2.8 3.9 0.2 30.2 22.7 11.6 -11.2 3.7 3.0 -3.7 -15.7 -2.2
3. Tekstil dan Produk Tekstil 8.6 8.8 2.1 1.0 1.1 -0.3 0.5 0.6 3.9 2.5 2.9 1.1 2.8 2.1 -1.7 -1.5 -1.7 -1.5 -2.2 -1.5
4. Alat Listrik, Ukur, Fotografi, dll 7.2 6.9 -4.0 -5.7 -6.1 -6.1 -4.7 -5.7 12.1 9.9 -1.0 -6.1 -2.1 0.0 -14.3 -14.4 -5.2 -0.2 -2.8 -5.6
5. Barang dari Logam tdk Mulia 5.8 6.2 -7.4 -13.4 16.3 27.6 -3.2 5.5 -5.5 -9.2 13.0 17.3 -2.5 3.8 -2.0 -4.7 2.9 8.5 -0.6 1.6
6. Karet Olahan 6.3 4.8 -10.2 -16.0 -24.1 -25.2 -33.7 -24.5 -2.7 -5.6 -14.6 -19.3 -24.0 -16.2 -7.7 -11.0 -11.0 -7.3 -12.7 -10.0
7. Makanan Olahan 3.6 4.3 5.5 18.4 18.7 22.4 12.7 17.8 2.3 11.3 14.5 13.6 9.9 12.1 3.2 6.4 3.7 7.5 2.5 5.1
8. Mesin-mesin/pesawat mekanik 3.9 4.1 -4.7 10.9 0.5 3.7 9.6 6.0 -3.6 13.0 0.6 3.8 9.3 6.5 -1.2 -1.9 -0.1 -0.1 0.4 -0.4
9. Kendaraan dan Bagiannya 3.1 3.6 -5.1 11.6 7.6 24.7 15.2 14.8 -4.7 13.3 6.2 18.8 9.7 12.3 -0.5 -1.4 1.5 4.9 5.1 2.2
10. Kayu Olahan 2.4 2.7 5.2 17.3 12.1 16.4 1.2 11.3 13.1 18.1 9.2 12.6 3.9 10.1 -7.0 -0.8 2.6 3.5 -2.6 1.1
Total 10 Komoditas 69.6 69.3 -5.2 -2.1 -2.7 3.9 -5.6 -1.8 2.4 1.2 -2.9 2.2 -0.6 -0.6 -7.4 -3.2 0.1 1.7 -5.0 -1.2
*) data sementara **) data sangat sementara
Tw. II* Tw. III*Tw. I*TOTALTw. III*Tw. I* Tw. II*TOTALTw. III*Tw. II*TOTAL Tw. I
2013*Uraian
Share (%)
2013* 2014**
2013*
TOTAL**
Growth (%,yoy)
Indeks Harga
2014**
Nominal
2014**
Tw. IV** TOTAL**
Riil
2014**
Tw. IV** TOTAL** Tw. IV**
2013*
9
Pertumbuhan nilai ekspor kendaraan &
bagiannya sebesar 15,2% (yoy) di triwulan IV-2014
didorong oleh kenaikan volume ekspor 9,7% (yoy)
dan faktor harga 5,1% (yoy). Kenaikan ekspor terjadi
untuk ekspor tujuan Philipina (21,6%; yoy), Arab
Saudi (64,9%; yoy), dan Malaysia (9,7%; yoy) dengan
total pangsa sebesar 35,3% dari keseluruhan ekspor
kendaraan & bagiannya.
Tingginya pertumbuhan ekspor kendaraan &
bagiannya ke Arab Saudi terutama didorong oleh
kenaikan ekspor kendaraan bermotor roda empat dan
lebih. Sementara ekspor ke Thailand sebagai negara
tujuan utama ekspor kendaraan & bagiannya dengan
pangsa 14,8% justru mengalami penurunan 9,6%
(yoy) terutama pada penurunan ekspor kendaraan
bermotor roda empat dan lebih.
Naiknya permintaan ekspor di tengah harga yang
terkoreksi ke bawah menjadi penyebab ekspor kayu
olahan tumbuh 1,2% (yoy) di triwulan IV-2014.
Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh
pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat (6,0% yoy),
Australia & Oceania (11,5% yoy), dan Korea Selatan
(26,6% yoy) dengan total pangsa 18,7% dari
keseluruhan ekspor kayu olahan.
Ekspor batubara (pangsa 14,2% dari total ekspor
nonmigas) mengalami kontraksi sebesar 20,7% (yoy)
di triwulan IV-2014. Penurunan ekspor batubara telah
terjadi sejak triwulan III-2012. Turunnya ekspor
batubara dipengaruhi oleh penurunan permintaan
ekspor sebesar 14,2% (yoy) yang terjadi pada negara
tujuan Tiongkok (-49,3% yoy), Jepang (-18,7% yoy),
Korea Selatan (-7,3% (yoy), dan Taiwan (-34,8% yoy)
dengan total pangsa 52,5% dari keseluruhan ekspor
batubara.
Ekspor batubara ke India sebagai negara tujuan
utama dengan pangsa terbesar (27,2%) tumbuh
positif sebesar 12,3% (yoy). Kenaikan ekspor
batubara ke India didukung oleh kebijakan
pemerintah India untuk memenuhi kebutuhan energi
di dalam negerinya meskipun Rupee mengalami
depresiasi.
Pada sisi harga, harga ekspor batubara Indonesia
triwulan IV-2014 mengalami koreksi 7,5% (yoy),
sejalan dengan penurunan harga batubara dunia.
Harga batubara di pasar internasional triwulan IV-
2014 turun menjadi USD62,9/mt dari triwulan
sebelumnya USD67,9/mt atau terendah sepanjang
tahun 2014. Penurunan harga batubara dunia
tersebut dipicu oleh pembatasan impor batubara
Tiongkok sebagai importir batubara terbesar dunia.
Pembatasan impor tersebut dilakukan dalam bentuk
pengenaan tarif pajak impor batubara untuk
melindungi produsen lokal yang sedang mengalami
kerugian akibat pelemahan perekonomian Tiongkok.
Nilai ekspor alat listrik triwulan IV-2014 turun
4,7% (yoy) disebabkan baik oleh turunnya ekspor riil
(-2,1%; yoy) maupun koreksi harga (-2,8%; yoy).
Penurunan ekspor alat listrik terutama terjadi untuk
ekspor ke mitra dagang utama seperti Singapura
(-9,1%; yoy), Jepang (-7,5%; yoy), dan Hongkong
(-17,3%; yoy) dengan total pangsa 39,7% dari
keseluruhan ekspor alat listrik.
Penurunan ekspor barang dari logam tidak mulia
pada triwulan IV-2014 sebesar 3,2% (yoy) disebabkan
oleh penurunan permintaan ekspor dan koreksi
harga. Penurunan ekspor barang dari logam tidak
mulia disebabkan oleh turunnya ekspor besi/baja (-
10,5% yoy), timah (-26,2% yoy), dan seng (-20,8%
yoy).
Penurunan permintaan ekspor barang dari logam
tidak mulia terjadi pada mitra dagang Singapura
(-15,5%; yoy), Australia & Oceania (-42,0%; yoy), dan
Malaysia (-27,6%; yoy). Total pangsa ketiga negara
tersebut sebesar 37,7% dari keseluruhan ekspor
barang dari logam tidak mulia. Penurunan ekspor
barang dari logam tidak mulia tertahan oleh naiknya
ekspor ke Jepang (pangsa 17,9%) sebesar 10,5%
(yoy) yang didorong oleh kenaikan ekspor nikel.
Pada sisi harga, harga ekspor barang dari logam
tidak mulia Indonesia mengalami koreksi mengikuti
pergerakan harga di pasar internasional. Pada
triwulan IV-2014, harga alumunium, tembaga, bijih
10
besi, nikel, timah, dan seng di pasar internasional
turun dari masing-masing USD1.990/mt,
USD6.996/mt, USD90/dmt, USD18.584/mt,
USD21.915/mt, dan USD2.311/mt di triwulan III-2014
menjadi USD1.970/mt, USD6.632/mt, USD74/dmt,
USD15.860/mt, USD19.898/mt, dan USD2.235/mt.
Penurunan harga tersebut disebabkan oleh
berlebihnya suplai dunia dan menurunnya permintaan
dari Tiongkok.
Penurunan ekspor karet olahan pada triwulan IV-
2014 disebabkan oleh melemahnya permintaan
maupun koreksi harga yang juga terjadi di sepanjang
tahun 2014. Penurunan permintaan ekspor karet
terjadi pada mitra dagang utama seperti Amerika
Serikat (-28,5%; yoy), Jepang (-33,7%; yoy), Tiongkok
(-65,8%; yoy), dan India (-21,7%; yoy) dengan total
pangsa sebesar 54,3% terhadap total ekspor karet
olahan. Pada harga internasional, harga karet di
triwulan IV-2014 berada pada level USD1,62/kg, lebih
rendah dari triwulan sebelumnya sebesar USD1,84/kg.
Harga karet di pasar internasional tertekan oleh suplai
karet yang melebihi permintaan karet dunia
Untuk keseluruhan tahun 2014, kinerja ekspor
sepuluh komoditas utama tercatat membaik
dibanding tahun sebelumnya, ditopang oleh faktor
harga yang koreksinya tidak setajam tahun
sebelumnya (Tabel 3).
Impor Nonmigas
Pada triwulan IV-2014, impor nonmigas (cif)
terkontraksi sebesar 2,9% (yoy). Penurunan impor
tersebut disebabkan oleh turunnya impor riil pada
kelompok barang konsumsi dan barang modal.
Penurunan ini dapat ditahan lebih lanjut oleh
peningkatan volume impor bahan baku meskipun
secara nilai mengalami kontraksi akibat koreksi harga.
Dengan perkembangan tersebut, impor
nonmigas keseluruhan tahun 2014 tercatat turun
sebesar 3,9% (yoy), sedikit lebih buruk dari tahun
sebelumnya. Pemburukan tersebut disebabkan oleh
penurunan volume impor pada seluruh kelompok
barang baik barang konsumsi, bahan baku, maupun
barang modal (Tabel 4).
Tabel 4
Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang
Impor barang konsumsi triwulan IV-2014 turun
10,3% (yoy) yang disebabkan oleh penurunan
permintaan impor riil. Beberapa komoditas impor
barang konsumsi yang mengalami pertumbuhan
negatif yaitu impor hasil olahan yang dapat dimakan
(-1,6% yoy) dan barang-barang plastik buatan
(-10,4% yoy). Sedangkan impor beberapa komoditas
tercatat meningkat seperti buah-buahan (18,8%;
(yoy), segar atau dikeringkan (2,4%; yoy), sayur-
sayuran segar, dingin, dan obat-obatan termasuk
obat hewan (44,7%; yoy) (Tabel 5).
Impor bahan baku triwulan IV-2014 mengalami
penurunan sebesar 1,6% (yoy) dipengaruhi oleh
faktor harga yang menurun. Sementara volume impor
masih tumbuh positif. Penurunan impor bahan baku
terutama disebabkan oleh turunnya impor
makanan ternak (-15,9%; yoy), hidrokarbon,
halogenasi, dan sulfonasi (-1,4%; yoy), bagian dan
perlengkapan kendaraan bermotor (-11,9%; yoy), dan
alat penyambung atau pemutus arus listrik (-1,5%;
yoy). Sementara itu kenaikan impor bahan plastik
lainnya dalam bentuk awal (16,1% yoy) menahan
laju penurunan impor bahan baku lebih lanjut
(Tabel 5).
Barang KonsumsiNominal 8.6 8.4 2.8 4.8 -8.8 -7.6 -10.3 -6.1
Riil 8.1 7.4 2.0 -2.6 -17.6 -14.5 -13.3 -13.1
Indeks Harga - - 0.8 7.6 10.7 8.0 3.4 8.1
Bahan BakuNominal 69.0 69.4 -0.7 -6.2 -4.8 -0.8 -1.6 -3.4
Riil 75.6 78.3 4.2 -1.7 -2.2 0.3 3.4 -0.8
Indeks Harga - - -4.7 -4.7 -2.6 -1.0 -4.8 -2.7
Barang ModalNominal 22.0 21.8 -14.3 -7.1 -0.8 -7.1 -3.6 -4.6
Riil 16.3 14.4 -21.4 -17.7 -11.0 -19.8 -18.6 -15.4
Indeks Harga - - 9.0 12.8 11.6 15.8 18.5 12.8
TotalNominal 100.0 100.0 -3.8 -5.6 -4.2 -2.9 -2.9 -3.9
Riil 100.0 100.0 -2.8 -6.1 -6.9 -7.6 -5.9 -6.5
Indeks Harga - - -1.0 0.6 3.0 5.1 3.3 2.8
*) data sementara
**) data sangat sementara
Tw. III*Tw. I* Tw. II*Total
2013*Rincian
Pangsa
2013* 2014**Tw. IV** Total**
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
2014**
11
Tabel 5
Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama
Impor barang modal mengalami penurunan
3,6% (yoy) terutama karena melemahnya permintaan.
Penurunan impor barang modal terutama pada impor
pesawat telekomunikasi dan bagian-bagiannya (-
3,2% yoy), mesin otomatis pengolah data &
satuannya (-4,6% yoy), dan kendaraan bermotor
untuk barang (-29,0% yoy). Namun demikian, impor
mesin lainnya untuk industri tertentu dan mesin
bongkar muat barang masih menunjukkan
peningkatan, masing-masing sebesar 14,6% (yoy) dan
3,6%(yoy) (Tabel 5).
Impor Nonmigas Menurut Negara Asal
Berdasarkan negara asal, penurunan impor pada
triwulan IV-2014 secara tahunan terutama
dipengaruhi oleh turunnya impor asal Jepang,
Amerika Serikat, Korea Selatan, Jerman, dan India.
Sedangkan impor dari Tiongkok, Thailand, Singapura,
Australia & Oceania, dan Malaysia mengalami
peningkatan (Tabel 6).
Untuk keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan
impor nonmigas berdasarkan negara asal membaik
dibanding tahun 2013 meskipun masih tumbuh
negatif. Kenaikan impor utamanya berasal dari
Tiongkok, Singapura, dan Australia & Oceania.
Sedangkan penurunan impor terjadi impor dari
negara Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Korea
Selatan, Malaysia, Jerman, dan India (Tabel 6).
Tabel 6
Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama
Neraca Perdagangan Migas
Neraca perdagangan migas triwulan IV-2014
mencatat defisit USD2,8 miliar, lebih rendah
dibandingkan dengan defisit USD3,1 miliar di triwulan
sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh menyusutnya
defisit neraca perdagangan minyak (Grafik 4).
TOTAL IMPOR 100.0 100.0 -3.8 -5.6 -4.2 -2.9 -2.9 -3.9 -2.8 -6.1 -6.9 -7.6 -5.9 -6.6 -1.0 0.6 3.0 5.1 3.3 2.9
I. Barang Konsumsi, a.l: 8.6 8.4 2.8 4.8 -8.8 -7.6 -10.3 -6.1 2.0 -2.6 -17.6 -14.5 -13.3 -12.6 0.8 7.6 10.7 8.0 3.4 7.5
Buah-buahan, Segar, atau Dikeringkan 0.5 0.6 -21.3 86.9 -15.0 32.1 18.8 18.3 -34.1 74.2 -26.9 -4.5 -24.5 -8.2 19.4 6.1 17.0 36.8 55.2 28.9
Sayur-sayuran Segar, Dingin 0.4 0.5 27.7 78.9 -0.9 -28.3 2.4 0.7 17.8 56.4 -13.7 -42.0 -23.0 -17.2 8.3 13.4 14.5 24.1 34.0 21.7
Hasil Olahan yang Dapat Dimakan 0.5 0.4 11.5 -13.5 -17.0 -5.6 -1.6 -10.1 1.9 -11.0 -11.2 2.4 6.6 -4.0 9.5 -2.9 -6.6 -8.1 -7.6 -6.3
Obat-obatan (Termasuk Obat Hewan) 0.3 0.4 8.8 2.2 9.4 19.8 44.7 19.4 10.9 5.7 10.8 23.4 45.9 21.8 -1.9 -3.0 -1.2 -3.1 -0.9 -2.0
Barang-barang Plastik Buatan 0.4 0.4 32.0 -17.6 -1.8 -11.0 -10.4 -10.2 23.2 -24.5 -9.8 -17.0 -15.8 -16.8 7.1 9.0 8.9 7.1 6.5 7.9
II. Bahan Baku / Penolong, a.l: 69.0 69.4 -0.7 -6.2 -4.8 -0.8 -1.6 -3.4 4.2 -1.7 -2.2 0.3 3.4 0.0 -4.7 -4.7 -2.6 -1.0 -4.8 -3.4
Makanan Ternak 2.1 2.4 9.1 -25.3 47.6 29.8 -15.9 7.6 8.1 -29.6 34.2 13.4 -24.2 -2.7 1.0 6.6 10.0 14.7 10.9 10.5
Hidrokarbon, Halogenasi, Sulfonasi 2.2 2.3 1.0 4.2 3.6 5.1 -1.4 2.9 -10.5 -0.7 -0.4 4.9 6.9 2.6 12.8 5.0 4.2 0.2 -7.8 0.3
Bagian Dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor 2.4 2.2 6.4 -13.5 -9.9 -11.2 -11.9 -11.6 2.8 -17.4 -15.2 -16.3 -14.7 -15.9 3.6 4.8 6.3 6.0 3.2 5.0
Bahan Plastik Lainnya, Dalam Bentuk Awal 1.9 2.0 7.8 -7.6 -1.3 0.6 16.1 1.6 2.1 -12.3 -7.8 -8.4 5.4 -6.0 5.5 5.4 6.9 9.8 10.1 8.1
Alat Penyambung atau Pemutus arus Listrik 1.9 1.8 1.6 -15.2 -16.1 -3.8 -1.5 -9.6 1.3 -12.5 -10.9 1.3 4.0 -5.0 0.3 -3.1 -5.8 -5.0 -5.3 -4.8
III. Barang Modal, a.l: 22.0 21.8 -14.3 -7.1 -0.8 -7.1 -3.6 -4.6 -21.4 -17.7 -11.0 -19.8 -18.6 -16.9 9.0 12.8 11.6 15.8 18.5 14.8
Pesawat Telekomunikasi dan Bagian-bagiannya 2.9 3.2 1.4 13.3 46.0 -20.7 -3.2 6.3 6.3 19.7 53.9 -16.1 2.3 12.3 -4.6 -5.4 -5.1 -5.6 -5.4 -5.4
Mesin Otomatis Pengolah Data dan Satuannya 2.0 1.8 5.6 -16.1 -10.9 -10.5 -4.6 -10.6 6.0 -15.0 -10.6 -9.7 -3.3 -9.7 -0.4 -1.2 -0.4 -0.9 -1.3 -1.0
Mesin Lainnya Untuk Industri Tertentu 1.3 1.6 -2.3 10.0 15.0 25.4 14.6 16.1 -0.1 11.4 16.0 26.1 15.4 17.1 -2.1 -1.1 -0.9 -0.7 -0.7 -0.9
Kendaraan Bermotor untuk Barang 1.5 1.2 -52.1 -21.1 -22.7 -25.4 -29.0 -24.3 -47.1 -13.9 -24.9 -22.8 -33.3 -23.7 -9.5 -8.5 3.0 -3.8 6.7 -0.8
Mesin Bongkar Muat Barang 1.0 1.0 11.8 -12.7 2.8 4.2 3.6 -0.2 10.5 -12.3 2.4 4.2 2.5 -0.4 1.2 -0.4 0.4 0.0 1.0 0.3
* angka sementara
** angka sangat sementara
Tw. II*TOTAL Tw. I*Tw. II Tw. III*
2013*
Tw. ITOTAL
Kelompok Impor
Pangsa (%)
2013* 2014**
2013*
Tw. I Tw. III*Tw. II
2013*
Tw. III*TOTAL TOTAL**
Pertumbuhan (y.o.y, %)
Harga
2014
Nominal
2014
TOTAL**
Riil
2014
TOTAL** Tw. IV**Tw. IV** Tw. IV**
1 China 21.0 22.6 1.6 9.5 2.0 -6.3 9.8 3.4
2 Jepang 13.5 12.5 -16.3 -9.7 -11.7 -6.0 -17.3 -11.2
3 Thailand 7.6 7.2 -5.3 -14.6 -14.0 -5.1 0.9 -8.8
4 Singapura 6.7 7.3 -6.6 -0.7 7.6 5.2 7.1 4.9
5 Amerika Serikat 6.2 6.0 -8.3 4.5 -9.7 -12.2 -12.0 -7.8
6 Korea Selatan 6.3 5.9 6.2 -19.3 1.3 -11.1 -6.2 -8.8
7 Australia dan Oceania 4.1 4.7 -0.1 15.7 4.8 22.0 2.5 10.5
8 Malaysia 4.2 4.3 -6.7 -4.0 -1.2 -6.1 0.4 -2.7
9 Jerman 3.1 3.0 8.4 -22.0 -2.7 9.4 -6.0 -6.5
10 India 2.7 2.6 -5.9 -13.4 -2.1 0.1 -4.7 -5.2
Total 10 Negara 75.4 76.1 -4.6 -3.6 -3.1 -3.7 -1.4 -2.9*) data sementara
**) data sangat sementara
Tw. III*Tw. II*TOTAL Tw. I*
Rincian
Pangsa (%)
2013* 2014**
Pertumbuhan Tahunan (%, yoy)
2014**
Tw.
IV**TOTAL**
2013*
12
Grafik4
Neraca Perdagangan Migas
Pada triwulan IV-2014, ekspor minyak tercatat
sebesar USD2,8 miliar, turun 21,1% (qtq) dari
triwulan sebelumnya sebesar USD3,6 miliar (Tabel 7).
Lebih rendahnya kinerja ekspor minyak pada triwulan
laporan tersebut disebabkan oleh turunnya nilai
ekspor minyak mentah dan produk kilang. Penurunan
ekspor minyak mentah disebabkan baik karena
penurunan volume maupun koreksi harga. Penurunan
volume ekspor minyak mentah sejalan dengan
penurunan lifting minyak sebesar 2,3% (qtq) dari
0,800 juta barel/hari di triwulan III-2014 menjadi
0,782 juta barel/hari di triwulan IV-2014. Sedangkan
volume ekspor produk kilang triwulan IV-2014
menunjukkan peningkatan, terutama di bulan
Oktober sebesar 5,9 juta barel, sebagai dampak
adanya shifting yang seharusnya dikirim pada bulan
Agustus 2014.
Secara keseluruhan, pencapaian lifting tahun
2014 tercatat sebesar 0,788 juta barel/hari, turun
3,7% (yoy) dari tahun 2013 sebesar 0,818 juta
barel/hari. Pencapaian lifting 2014 tersebut tidak
dapat memenuhi target APBN-P 2014 sebesar 0,818
juta barel/hari. Beberapa kendala yang menyebabkan
belum tercapainya target lifting minyak di 2014
tersebut diantaranya karena adanya gangguan
operasional di sejumlah terminal pada awal tahun
yang salah satunya shutdown Floating Storage and
Offloading (FSO) Cinta Natomas, cuaca buruk yang
menyebabkan terlambatnya lifting stock minyak di
beberapa kargo, terjadi penangguhan izin ekspor,
adanya keterlambatan kapal untuk domestik maupun
kegiatan ekspor, dan kendala terkait keselamatan
kapal. Sedangkan untuk tahun 2015, Pemerintah
dalam APBN-P 2015 telah menetapkan target lifting
sebesar 0,825 juta barel/hari1
.
Tabel 7
Perkembangan Ekspor Minyak
Pada sisi harga, koreksi harga yang terjadi baik
pada minyak mentah maupun produk kilang sejalan
dengan harga minyak dunia yang mengalami
penurunan pada triwulan IV-2014. Rata-rata harga
minyak jenis WTI, Brent, OPEC, dan SLC turun
masing-masing dari USD97,5/barel, USD102,1/barel,
USD100,8/barel, dan USD100,2/barel di triwulan III-
2014 menjadi USD73,2/barel, USD76,0/barel,
USD73,3/barel, dan USD73,6/barel pada triwulan IV-
2014 (Grafik 5). Sementara rata-rata harga ekspor
minyak mentah Indonesia bergerak turun ke level
USD71,5/barel pada triwulan IV-2014 dari
USD98,1/barel di triwulan III-2014.
Penurunan harga minyak dunia sepanjang 2014
dipicu oleh adanya ketidakseimbangan antara
penawaran dan permintaan minyak. Penawaran
minyak meningkat hampir 2 juta barel/hari di 2014
sementara permintaannya mengalami penurunan
hingga dibawah 1 juta barel/hari. Pada triwulan IV-
2014, meskipun produksi minyak Libya mengalami
penurunan akibat kebakaran yang terjadi di tangki
penyimpanan minyak terbesarnya, namun produksi
minyak Rusia dan Amerika Utara mencatat
peningkatan sehingga mampu menutupi penurunan
yang terjadi. Selain itu, apresiasi yang terjadi pada
dolar AS menambah tekanan pada harga minyak.
1Berdasarkan Buletin SKK Migas Desember 2014
Ekspor 3,590 35.7 2,831 37.6
Minyak Mentah 2,406 24.5 98.1 1,737 24.3 71.5
Produk Kilang 1,184 11.2 106.1 1,094 13.3 82.4
nilai ekspor dibagi dengan volume ekspor
Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah)
* angka sementara ** angka sangat sementara
Tw. IV**
Nilai
(juta USD)
Volume
(mbbl)
Harga
(USD/barel)
2014
Rincian
Nilai
(juta USD)
Volume
(mbbl)
Harga
(USD/barel)
Tw. III*
13
Pada sisi permintaan, ketidakseimbangan
pemulihan ekonomi global menekan permintaan
minyak. Di satu sisi, Amerika Serikat terus
menunjukkan perbaikan pertumbuhan ekonominya
sejak triwulan III-2014 tercermin dari membaiknya
data-data perekonomian Amerika Serikat di Desember
2014 seperti penurunan data pengangguran sebesar
5,6%, kenaikan non-farm payrolls, perbaikan data
pasar properti, kenaikan kepercayaan konsumen
yang masih menunjukkan level ekspansi yaitu sebesar
55,5. Sementara di sisi lain, perekonomian Tiongkok
pada bulan Desember 2014 justru menunjukkan
perlambatan. PMI Tiongkok Desember 2014 berada
pada level 49,95 yang mengindikasikan sektor
manufaktur Tiongkok mengalami kontraksi.
Perlambatan pada sektor manufaktur menyebabkan
impor Tiongkok menurun, sehingga memberikan
dampak negatif kepada negara-negara pemasoknya
seperti ASEAN, Uni Eropa, dan Korea Selatan.
Sedangkan perekonomian negara Uni Eropa
meskipun sudah mencatat perbaikan namun berjalan
lambat dan masih berisiko. Perbaikan ekonomi
tersebut terutama terlihat di negara Jerman, namun
sebaliknya belum ada tanda-tanda perbaikan
perekonomian yang cukup signifikan untuk Perancis
dan Italia yang saat ini masih dalam fase krisis.
Sementara itu, isu negatif mengenai Yunani yang
berpotensi untuk keluar dari Uni Eropa sudah
ternetralisasi.
Grafik 5
Perkembangan Harga Minyak Dunia
Impor minyak triwulan IV-2014 turun 11,6%
(qtq) dari USD9,6 miliar di triwulan sebelumnya
menjadi sebesar USD8,5 miliar. Penurunan impor
terjadi baik pada minyak mentah maupun produk
kilang terutama disebabkan oleh faktor harga.
Sedangkan di sisi volume, volume impor produk
kilang mengalami kenaikan 14,2%; qtq (Tabel 8).
Tingginya level impor minyak Indonesia tidak
terlepas dari kebutuhan BBM Indonesia yang masih
tinggi. Kebutuhan BBM Indonesia hingga saat ini
mencapai 1,6 juta barel/hari sedangkan produksi
minyak mentah nasional berada di level 800 ribu
barel/hari.
Tabel 8
Perkembangan Impor Minyak (f.o.b)
Ekspor gas pada triwulan IV-2014 turun 3,3%
(qtq) menjadi USD3,5 miliar yang dipengaruhi oleh
faktor harga. Sementara volume ekspor gas selama
triwulan IV-2014 meningkat dibanding triwulan
sebelumnya (Tabel 9).
Sama halnya dengan lifting minyak, lifting gas di
2014 juga mengalami beberapa kendala seperti
penurunan pasokan gas dari Kontraktor KKS
karena kerusakan fasilitas di pihak pembeli,
kebutuhan pembeli yang masih relatif rendah
terutama waktu tertentu seperti awal tahun dan libur
Idul Fitri, dan tingginya jumlah persediaan gas di PT
Badak LNG1
.
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
JFMAMJJASONDJFMAMJJASONDJFMAMJJASONDJFMAMJJ ASONDJFMAMJJASOND
2010 2011 2012 2013 2014
USD/barel
SLC
Unit Price
WTI
OPEC
Sumber: Ditjen Migas, NPI, Bloomberg
Impor 9,627 87.8 8,514 96.0
Minyak Mentah 3,031 29.0 104.4 2,250 28.9 77.8
Produk Kilang 6,596 58.8 112.3 6,264 67.1 93.3
nilai impor dibagi dengan volume impor
Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah)
* angka sementara ** angka sangat sementara
Volume
(mbbl)
Harga
(USD/barel)
Nilai
(juta USD)
Volume
(mbbl)
Harga
(USD/barel)
Rincian
2014
Tw. IV**
Nilai
(juta USD)
Tw. III*
14
Tabel 9
Perkembangan Ekspor Gas
Neraca Perdagangan Jasa
Defisit neraca perdagangan jasa pada triwulan
IV-2014 tercatat sebesar USD2,8 miliar, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD2,6
miliar. Peningkatan defisit neraca jasa tersebut
terutama disebabkan oleh turunnya net penerimaan
jasa perjalanan seiring kenaikan jumlah pengeluaran
penduduk Indonesia selama berkunjung ke luar
negeri. Sementara itu, pembayaran jasa freight relatif
sama dengan triwulan III-2014.
Grafik 6
Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa
Pembayaran jasa freight pada triwulan IV-2014
tercatat sebesar USD2,1 miliar, relatif sama dengan
triwulan sebelumnya dipengaruhi oleh pertumbuhan
impor nonmigas yang hanya sebesar 0,2% (q.t.q)
(Grafik 7).
Grafik 7
Pembayaran Jasa Freight
Pada periode laporan, surplus neraca jasa
perjalanan sedikit turun menjadi USD0,5 miliar dari
USD0,6 miliar pada triwulan sebelumnya. Penurunan
surplus neraca jasa perjalanan tersebut dipengaruhi
oleh kenaikan pembayaran jasa perjalanan (17,4%
q.t.q) yang melampaui peningkatan penerimaan jasa
perjalanan (8,9% q.t.q). Sesuai pola musimannya,
peningkatan pembayaran jasa perjalanan dipengaruhi
oleh pembayaran jasa penyelenggaraan ibadah
haji.
Peningkatan penerimaan jasa perjalanan
didorong oleh meningkatnya jumlah wisman yang
berkunjung ke Indonesia. Selama triwulan IV-2014
jumlah wisman tercatat sebanyak 2,51 juta orang,
meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar 2,40 juta orang. Selain jumlah
wisman yang meningkat, pengeluaran wisman
pada triwulan IV-2014 juga tercatat lebih tinggi
sehingga menyebabkan penerimaan jasa perjalanan
dari wisman meningkat menjadi USD2,7 miliar
dari sebelumnya USD2,5 miliar di triwulan
III-2014.
Ekspor 3,672 284.1 3,553 302.7
LNG 2,552 202.8 12.5 2,454 208.8 11.7
Gas Alam 1,118 81.1 13.7 1,097 93.8 11.5
LPG 2 2.0 1.0 1 1.4 0.9
volume LNG & gas alam dalam juta mmbtu, volume LPG dalam ribu m/t, total volume dalam juta mmbtu
harga LNG dan gas alam dalam USD/juta mmbtu, harga LPG dalam USD/ribu metric ton
Sumber: SKK Migas
* angka sementara ** angka sangat sementara
RincianTw. IV**
Nilai
(juta USD)
Volume Harga
2014
Tw. III*
Nilai
(juta USD)
Volume Harga
15
Grafik 8
Neraca Jasa Travel
Wisatawan asal Singapura, Malaysia dan
Australia merupakan kelompok wisman terbesar yang
berkunjung ke Indonesia selama triwulan IV-2014.
Adapun tujuan favorit wisman ke Indonesia masih
terkonsentrasi pada tiga daerah, yaitu Bali, Jakarta,
dan Batam.
Meskipun pembayaran jasa perjalanan
meningkat dibanding triwulan sebelumnya, namun
jumlah wisatawan nasional (wisnas) yang bepergian
ke luar negeri pada triwulan laporan tercatat lebih
rendah (2,12 juta orang) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (2,13 juta orang). Hal ini terkait
dengan pola musiman pengeluaran wisnas yang
cenderung lebih besar di triwulan IV .
Untuk keseluruhan tahun 2014, defisit neraca
jasa mencapai USD10,5 miliar, turun dari defisit
USD12,1 miliar pada tahun sebelumnya. Turunnya
defisit neraca jasa pada 2014 terutama disumbang
oleh penurunan pembayaran jasa freight, seiring
dengan penurunan impor barang akibat melemahnya
permintaan domestik sebagai dampak dari moderasi
pertumbuhan ekonomi domestik. Selain itu,
perbaikan neraca jasa juga didukung oleh kenaikan
penerimaan jasa perjalanan seiring dengan
peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke
Indonesia.
Neraca Pendapatan Primer
Pada triwulan IV-2014, defisit neraca
pendapatan primer tercatat sebesar USD7,2 miliar,
sedikit lebih tinggi dari USD7,1 miliar pada triwulan
sebelumnya (Grafik 9). Sesuai pola musimannya,
meningkatnya defisit neraca pendapatan tersebut
bersumber dari kenaikan pembayaran bunga
pinjaman luar negeri pemerintah maupun sektor
swasta.
Di sisi lain, pembayaran pendapatan investasi
portofolio dalam bentuk dividen mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan turunnya
kepemilikan investor nonresiden di pasar saham.
Grafik 9
Perkembangan Neraca Pendapatan Primer
Untuk keseluruhan tahun 2014, defisit neraca
pendapatan primer meningkat dari USD27,1 miliar
menjadi USD27,8 miliar. Peningkatan defisit tersebut
terutama terjadi pada komponen pembayaran bunga
ULN perusahaan afiliasi, serta pembayaran dividen
dan bunga atas kepemilikan surat-surat utang
domestik oleh nonresiden.
Neraca Pendapatan Sekunder
Neraca pendapatan sekunder pada triwulan IV-
2014 mencatat surplus sebesar USD1,4 miliar,
terutama disumbang oleh neto penerimaan transfer
personal. Pada triwulan laporan, penerimaan transfer
personal mencapai USD2,1 miliar, melebihi jumlah
pembayaran transfer personal sebesar USD0,7 miliar
pada triwulan sebelumnya. Dengan perkembangan
tersebut, neto penerimaan transfer personal pada
triwulan laporan relatif sama dengan triwulan
sebelumnya meskipun terdapat perpanjangan
moratorium TKI informal ke negara-negara Timur
16
Tengah dan Roadmap Zero Domestic Worker 2017
(Grafik 10).
Grafik 10
Perkembangan Transfer Personal
Ditinjau dari negara asal transfer, sebagian besar
transfer personal berasal dari remitansi TKI yang
bekerja di kawasan Asia Pasifik, yaitu mencapai
USD1,1 miliar, diikuti kawasan Timur Tengah dan
Afrika sebesar USD0,8 miliar, dan kawasan lain yang
mencapai USD0,2 miliar.
Sampai akhir triwulan IV-2014 tercatat 4,0 juta
penduduk Indonesia bekerja menjadi TKI di luar
negeri. Data BNP2TKI mengindikasikan bahwa 71,9%
dari jumlah TKI tersebut bekerja di wilayah Asia Pasifik
dengan porsi terbesar Malaysia, Taiwan, Singapura,
dan Hongkong. Sementara itu, 24,9% dari seluruh
TKI bekerja di regional Timur Tengah dan Afrika,
terbesar berada pada Arab Saudi, Oman dan Uni
Emirat Arab (Grafik 11).
Grafik 11
Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. IV-2014
Untuk keseluruhan 2014, surplus neraca
pendapatan sekunder mencatat peningkatan,
terutama disumbang oleh meningkatnya penerimaan
remitansi TKI. Meskipun jumlah TKI yang bekerja di
luar negeri tidak mencatat peningkatan dibanding
tahun sebelumnya, antara lain sebagai dampak
perpanjangan moratorium TKI informal ke negara-
negara Timur Tengah, namun nilai remitansi TKI
meningkat 14,1% dari tahun 2013 menjadi USD8,3
miliar. Kondisi tersebut ditopang oleh perbaikan rata-
rata upah TKI di beberapa negara penempatan antara
lain di Hongkong, Korea Selatan, Taiwan dan
Malaysia.
TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL
Pada triwulan IV-2014, aliran masuk modal asing
pada instrumen finansial domestik masih mencatat
surplus yang cukup besar, seiring persepsi positif
investor terhadap prospek perekonomian Indonesia
dan imbal hasil yang tetap menarik. Total aliran
masuk dana asing tercatat sebesar USD6,7 miliar,
terutama didukung oleh aliran masuk investasi
langsung dan investasi lainnya, dalam bentuk
penarikan pinjaman luar negeri korporasi dan
penarikan aset penduduk di luar negeri. Sementara
itu, aliran masuk investasi portofolio mengalami
defisit dibandingkan dengan surplus pada triwulan
III-2014, akibat keluarnya dana asing dari
instrumen surat utang publik berdenominasi rupiah
dan saham yang terjadi pada Desember 2014,
dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor
terkait rencana The Fed untuk mempercepat kenaikan
suku bunga menyusul mulai membaiknya
perekonomian AS. Dengan perkembangan tersebut,
surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV-2014
tercatat sebesar USD7,8 miliar, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD14,7
miliar (Grafik 12).
17
Grafik 12
Transaksi Modal dan Finansial
Secara keseluruhan 2014, kinerja transaksi
modal dan finansial mencatat kenaikan surplus yang
signifikan, bahkan mencapai level surplus tertinggi
sejak 2010. Surplus transaksi modal dan finansial
mencapai USD43,6 miliar, meningkat lebih dari dua
kali surplus pada tahun 2013 yang sebesar USD22,0
miliar. Kenaikan surplus tersebut bersumber baik dari
komponen investasi langsung, investasi portofolio
maupun investasi lainnya.
Investasi Langsung
Aliran masuk investasi langsung (sisi kewajiban)
pada triwulan IV-2014 masih mencatat surplus
sebesar USD5,5 miliar. Namun demikian, aliran masuk
tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya (USD8,2 miliar) seiring dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi (2,1%;qtq).
Meningkatnya pembayaran ULN kepada afiliasinya,
terutama di sektor migas, menjadi faktor penyebab
utama berkurangnya arus masuk investasi langsung
tersebut. Di samping itu, perlambatan investasi
langsung pada periode laporan juga didukung
oleh hasil SKDU Bank Indonesia yang
mengindikasikan kegiatan usaha tumbuh melambat
dibanding periode sebelumnya.
Di sisi aset, arus keluar investasi langsung
Indonesia pada triwulan IV-2014 tercatat sebesar
USD2,9 miliar, lebih tinggi dibanding outflow pada
triwulan sebelumnya sebesar USD2,2 miliar. Dengan
memperhitungkan aliran aset investasi langsung
tersebut, investasi langsung neto pada periode
laporan mencatat surplus sebesar USD2,6 miliar, lebih
rendah dibanding surplus pada periode sebelumnya
sebesar USD5,9 miliar (Grafik 13).
Grafik 13
Perkembangan Investasi Langsung
Secara keseluruhan 2014, terjaganya tingkat
kepercayaan investor nonresiden terhadap prospek
perekonomian indonesia mendorong arus masuk
investasi langsung (sisi kewajiban) mengalami
kenaikan surplus dari USD23,4 miliar di 2013 menjadi
USD25,7 miliar. Arus masuk investasi langsung yang
meningkat terutama disumbang oleh investor
nonresiden yang melakukan akuisisi saham pada
perusahaan domestik serta penarikan pinjaman dari
perusahaan afiliasi yang berasal dari penerbitan global
bonds. Di sisi aset, ketidakpastian pasar keuangan
global menyebabkan investasi langsung pada 2014
turun menjadi USD10,4 miliar dari USD11,1 miliar
pada tahun sebelumnya. Namun demikian, karena
kenaikan surplus investasi langsung sisi kewajiban
lebih besar dibanding penurunan investasi langsung
Agustus 2013
18
sisi aset, maka surplus investasi secara neto
mengalami kenaikan dari USD12,3 miliar di 2013
menjadi USD15,3 miliar di 2014.
Berdasarkan arah investasi, arus masuk investasi
langsung di Indonesia (PMA) selama triwulan IV-2014
mengalami penurunan dari USD7,6 miliar pada
triwulan sebelumnya menjadi USD4,7 miliar. Secara
tahunan, net aliran masuk PMA pada periode laporan
tumbuh sebesar 0,8% (yoy), melambat dibandingkan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,1%
(yoy).
Secara sektoral, sektor manufaktur, pertanian,
perikanan & kehutanan, dan sektor keuangan
merupakan sektor utama yang menarik aliran masuk
modal PMA selama triwulan IV-2014 (Grafik 14).
Ketiga sektor tersebut memiliki pangsa sebesar
71,6% dari total PMA. Namun secara tahunan
investasi langsung di ketiga sektor tersebut
mengalami pertumbuhan negatif sebesar 12,9% (yoy)
seiring dengan melambatnya perekonomian Indonesia
dari 5,6% (yoy) pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya menjadi 5,1% (yoy).
Grafik 14
Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi
Berdasarkan negara asalnya, arus masuk dana
investasi langsung didominasi oleh negara di kawasan
ASEAN, kemudian disusul Jepang dan negara-negara
emerging Asia lainnya, termasuk Tiongkok (Grafik
15). Negara di kawasan ASEAN tercatat melakukan
investasi langsung pada triwulan IV-2014 sebesar
USD2,4 miliar atau 51,6% dari total investasi
langsung asing.
Grafik 15
Perkembangan PMA menurut Negara Asal
Perkembangan PMA yang masih surplus tersebut
sejalan dengan data realisasi PMA yang dipublikasikan
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)2
.
Selama triwulan IV-2014, BKPM mencatat realisasi
PMA sebesar Rp78,7 triliun (ekuivalen dengan USD6,8
miliar), meningkat 0,5% dibanding periode
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp78,3 triliun
(ekuivalen dengan USD7,5 miliar).
Secara sektoral, BKPM mencatat bahwa realisasi
PMA pada periode laporan terkonsentrasi pada sektor
industri logam dasar, barang logam, mesin, dan
elektronik (13,7%); pertambangan (12,9%); dan
konstruksi (11,4%). Ditinjau dari negara asal, nilai
realisasi investasi terbesar berasal dari Singapura
(USD0,9 miliar, pangsa 13,7%), Malaysia (USD0,8
miliar, pangsa 11,7%), dan Jepang (USD0,7 miliar,
pangsa 9,8%).
Ke depan, dalam rangka meningkatkan kegiatan
penanaman modal dan mendorong percepatan
realisasi investasi PMA, pemerintah telah membuka
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat dan
selanjutnya akan diikuti oleh seluruh Provinsi dan
Kabupaten/Kota dengan membentuk Badan
Penanaman Modal dan PTSP (BPM-PTSP) Daerah.
2 Data realisasi PMA BKPM mencatat keseluruhan nilai proyek yang direalisasikan pada suatu periode dan tidak mencakup investasi di
sektor migas, perbankan dan lembaga keuangan lainnya, serta
industri rumah tangga. Sementara, data PMA yang tercatat di NPI
mencakup hanya data aliran modal yang diterima perusahaan PMA
dari investor langsungnya dan perusahaan dalam satu grup di luar
negeri selama suatu periode dan meliputi investasi langsung di
seluruh sektor ekonomi.
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Pertanian,
Perikanan dan
Kehutanan
Pertambangan Manufaktur Konstruksi Keuangan
(termasuk
asuransi)
Perdagangan
Tw. IV'13* Tw. I'14* Tw. II'14* Tw. III'14* Tw. IV14**
miliar USD
* angka sementara; ** angka sangat sementara
-2,000
-1,000
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
Jepang AS Eropa Emerging
Market Asia
(termasuk
China)
ASEAN Lain-lain
Juta USD
Tw. IV'13* Tw. I'14* Tw. II'14* Tw. III'14* Tw. IV14**
* angka sementara
** angka sangat sementara
19
Investasi Portofolio
Arus masuk modal asing pada instrumen
portofolio domestik (sisi kewajiban investasi
portofolio) pada triwulan IV-2014 mengalami defisit,
berbalik arah bila dibandingkan dengan surplus pada
triwulan sebelumnya. Perkembangan tersebut
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global
maupun faktor domestik. Faktor global terkait dengan
dinamika geopolitik, perkembangan ekonomi
Tiongkok, dan normalisasi kebijakan the Fed yang
terus berlangsung sehingga mendorong apresiasi
dolar AS yang kuat terhadap hampir seluruh mata
uang dunia, sehingga meningkatkan resiko
pembalikan modal asing dari emerging markets,
termasuk Indonesia. Sementara itu, faktor domestik
terkait kondisi dalam negeri yang diwarnai pelemahan
Rupiah akibat faktor global dan adanya kebutuhan
valas yang cukup besar untuk pembayaran kewajiban
di akhir tahun.
Arus masuk investasi portofolio asing selama
triwulan IV-2014 tercatat defisit USD0,02 miliar,
berbalik arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai surplus sebesar USD6,1 miliar. Defisit
tersebut dipengaruhi oleh keluarnya dana asing dari
instrumen surat utang publik berdenominasi rupiah
dan saham pada Desember 2014, sejalan dengan
kondisi global yang diwarnai kekhawatiran The Fed
akan mempercepat kenaikan suku bunga menyusul
mulai membaiknya perekonomian AS.
Di sisi aset, transaksi investasi portofolio pada
triwulan IV-2014 tercatat surplus USD1,6 miliar,
meningkat dibanding surplus triwulan sebelumnya
sebesar USD1,3 miliar, terutama terkait jatuh tempo
utilisasi securities lending. Dengan memperhitungkan
aliran aset investasi portofolio tersebut, investasi
portofolio neto pada triwulan laporan mencatat
surplus sebesar USD1,6 miliar, lebih rendah
dibandingkan dengan surplus USD7,4 miliar pada
triwulan sebelumnya (Grafik 16).
Grafik 16
Perkembangan Investasi Portofolio
Selama kurun laporan, neto aliran masuk dana
asing pada instrumen Surat Utang Negara (SUN)
berdenominasi rupiah mengalami penurunan dari
USD4,3 miliar menjadi USD1,0 miliar. Sejalan dengan
neto aliran masuk dana asing yang tipis pada triwulan
IV-2014, kepemilikan asing pada SUN berdenominasi
rupiah pada akhir triwulan laporan naik tipis menjadi
USD35,5 miliar (41,6% dari total posisi SUN rupiah)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya USD35,2
miliar (40,7% dari total posisi SUN rupiah) (Grafik 17).
Grafik 17
Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN oleh Asing
Berkebalikan dengan perkembangan SUN,
investor asing pada triwulan IV-2014 melakukan net
beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar USD0,1
miliar setelah pada triwulan sebelumnya mencatat net
jual sebesar USD1,1 miliar. Kondisi ini menyebabkan
posisi SBI oleh asing meningkat menjadi USD0,15
20
miliar (2,1% dari total posisi SBI) dari sebelumnya
USD0,09 miliar (1,5% dari total posisi SBI).
Neto arus masuk dana asing dari instrumen
utang sektor publik selama triwulan IV-2014 juga
terjadi pada instrumen surat utang berjangka pendek
berupa Surat Perbendaharaan Negara, baik
konvensional maupun syariah (SPN dan SPNS),
dengan total nilai sebesar USD0,2 miliar. Secara
keseluruhan, neto aliran masuk modal asing pada
instrumen surat utang sektor publik tercatat sebesar
USD1,3 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan
capaian triwulan sebelumnya sebesar USD5,3 miliar.
Sementara itu, di pasar saham, faktor sentimen
yang berasal baik dari global maupun domestik turut
mewarnai perkembangan di lantai bursa sepanjang
triwulan IV-2014. Investor nonresiden tercatat
membukukan net jual sebesar USD0,5 miliar,
berkebalikan dibandingkan dengan net beli pada
triwulan sebelumnya yang mencapai USD0,4 miliar.
Net jual tersebut dipengaruhi aksi jual pada Oktober
dan Desember, masing-masing sebesar USD0,3 miliar
dan USD0,6 miliar.
Meskipun diwarnai oleh aksi net jual asing
selama dua bulan, pasar saham pada triwulan IV-
2014 menunjukkan kinerja yang cenderung positif.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara point-
to-point mengalami peningkatan dan ditutup pada
level 5.226,95 dari posisi akhir triwulan III-2014
sebesar 5.137,58 (Grafik 18).
Grafik 18
Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG
Dibandingkan dengan kinerja bursa saham
kawasan ASEAN-5, kinerja IHSG pada triwulan IV-
2014 tercatat cukup baik dengan pertumbuhan 1,7%
meski masih berada dibawah Singapura 2,7%.
Sementara Malaysia, Filipina, dan Thailand mengalami
pertumbuhan negatif masing-masing 4,6%, 0,7%,
dan 5,5% (Grafik 19).
Aktivitas pasar saham pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada triwulan IV-2014 ditopang oleh tambahan
6 emiten baru yang melakukan penawaran saham
perdana (IPO) dengan total emisi senilai USD290,4
juta. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan
dengan 5 perusahaan yang melakukan IPO pada
triwulan III-2014 senilai USD81,5 juta.
Grafik 19
Perkembangan Indeks Bursa
di Beberapa Negara ASEAN
Dilihat dari sektor institusi, surplus investasi
portofolio pada triwulan IV-2014 disumbang oleh
sektor publik yang mencatat arus masuk investasi
portofolio neto sebesar USD2,9 miliar, turun
dibandingkan surplus USD6,0 miliar pada triwulan
sebelumnya. Penurunan investasi portofolio sektor
publik tersebut terutama karena keluarnya dana asing
dari instrumen surat utang sektor publik
berdenominasi rupiah khususnya pada Desember
2014. Sementara itu, investasi portofolio sektor
swasta secara neto mencatat arus keluar sebesar
USD1,2 miliar, berkebalikan dibandingkan dengan
surplus USD1,4 miliar pada triwulan sebelumnya
(Grafik 20).
21
Grafik 20
Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi
Secara keseluruhan 2014, arus masuk neto
investasi portofolio nonresiden meningkat lebih dua
kali lipat menjadi USD25,8 miliar dari USD10,9 miliar
pada tahun 2013. Net inflow tertinggi sepanjang
sejarah tersebut didukung oleh persepsi positif
investor terhadap kestabilan perekonomian Indonesia
serta imbal hasil investasi yang kompetitif sehingga
mampu menarik masuk likuiditas global yang relatif
tinggi. Peningkatan arus masuk neto investasi
portofolio terutama terjadi pada instrumen surat
utang sektor publik berdenominasi rupiah yaitu
sebesar USD11,7 miliar pada 2014 dari sebelumnya
USD5,2 miliar pada 2013.
Investasi Lainnya
Surplus transaksi investasi lainnya pada triwulan
IV-2014 tercatat sebesar USD3,7 miliar, lebih tinggi
dari surplus USD1,4 miliar pada triwulan sebelumnya.
Kenaikan surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh
kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang tinggi di
triwulan laporan sebagaimana tercermin dari
meningkatnya penarikan pinjaman luar negeri
korporasi dan penarikan aset penduduk di luar negeri
(Grafik 21).
Grafik 21
Perkembangan Investasi Lainnya
Pada sisi aset, transaksi investasi lainya sektor
swasta pada triwulan IV-2014 mencatat surplus (arus
masuk bersih) sebesar USD2,3 miliar, berkebalikan
dengan pencapaian triwulan sebelumnya yang
mengalami defisit (arus keluar bersih) USD2,9 miliar.
Surplus tersebut terutama bersumber dari transaksi
penarikan simpanan sektor swasta di luar negeri dan
penerimaan atas piutang dagang (Grafik 22).
Grafik 22
Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta
Sejalan dengan sisi aset, sisi kewajiban transaksi
investasi lainnya di sektor swasta mencatat surplus
USD3.1 miliar, lebih rendah dari surplus USD4,9 miliar
pada triwulan sebelumnya. Surplus transaksi lainnya
pada sektor swasta dipengaruhi oleh peningkatan net
penarikan pinjaman luar negeri korporasi, baik bank
maupun nonbank (Grafik 23).
22
Grafik 23
Transaksi Kewajiban Investasi Lainnya Sektor Swasta
Sementara itu, transaksi investasi lainnya di sisi
kewajiban untuk sektor publik mencatat defisit
sebesar USD1,8 miliar, meningkat dibandingkan
dengan defisit USD0,6 miliar pada triwulan
sebelumnya terutama akibat pembayaran utang
pemerintah dan kewajiban lainnya. Hal ini sesuai
dengan pola historis pembayaran pinjaman luar
negeri selama ini yang mencapai puncaknya pada
triwulan II dan IV setiap tahunnya. Pada triwulan IV-
2014, Pemerintah tercatat melakukan penarikan
pinjaman luar negeri sejumlah USD1,6 miliar,
sebagian besar dalam bentuk pinjaman program dari
World Bank dan Asian Development Bank (Grafik 24).
Grafik 24
Perkembangan Pinjaman LN Sektor Publik
Secara keseluruhan 2014, investasi lainnya
secara neto mencatat surplus sebesar USD2,7 miliar,
dibandingkan dengan defisit USD0,9 miliar pada
tahun 2013. Perbaikan tersebut terutama dipengaruhi
oleh kenaikan surplus investasi lainnya nonresiden di
Indonesia (sisi kewajiban) dari USD2,6 miliar menjadi
USD6,9 miliar.
23
Proses pemulihan keseimbangan eksternal
Indonesia yang terus berlangsung pada triwulan IV-2014
tercermin pada perkembangan beberapa indikator
sustainabilitas eksternal yang membaik. Rasio defisit
transaksi berjalan terhadap PDB mengecil menjadi
2,81% dari 3,07% pada triwulan III-2014 sejalan dengan
turunnya defisit transaksi berjalan. Meskipun rasio
tersebut memburuk dibandingkan dengan rasio pada
triwulan yang sama pada tahun 2013, namun secara
keseluruhan tahun 2014 rasio defisit transaksi berjalan
terhadap PDB membaik. Perkembangan tersebut sebagai
dampak dari kebijakan stabilisasi yang dilakukan oleh
Bank Indonesia dan pemerintah.
Penurunan impor barang dan jasa yang melampaui
penurunan ekspornya menyebabkan kontribusi sektor
eksternal terhadap perekonomian domestik (rasio net
ekspor barang dan jasa terhadap PDB) bergerak
membaik, dari -0,4% pada triwulan III 2014 menjadi -
0,2% pada triwulan laporan. Kondisi tersebut seiring
dengan derajat keterbukaan ekonomi Indonesia (rasio
akumulasi ekspor dan impor barang serta jasa terhadap
PDB) yang lebih tinggi di triwulan laporan (45,0%)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (42,7%).
Sementara itu, bertambahnya posisi cadangan
devisa pada triwulan IV-2014 menyebabkan kecukupan
cadangan devisa dalam memenuhi kewajiban luar
negeri total dan jangka pendek meningkat,
sebagaimana ditunjukkan oleh rasio posisi utang luar
negeri (ULN) terhadap cadangan devisa pada triwulan
berjalan (261,6%) yang lebih kecil dibandingkan
triwulan sebelumnya (264,2%). Selain itu, penurunan
posisi ULN di tengah bertambahnya kapasitas
perekonomian Indonesia menurunkan kembali rasio
ULN/PDB dari 33,3% (Tw. III-2014) menjadi 32,9% (Tw.
IV-2014).
Secara keseluruhan 2014, indikator ketahanan
eksternal masih menunjukkan perbaikan dibanding
tahun sebelumnya, meskipun terdapat pelemahan pada
beberapa indikator ULN. Perbaikan indikator diantaranya
terlihat pada rasio transaksi berjalan terhadap PDB dan
rasio net ekspor barang dan jasa terhadap PDB yang
membaik. Selain itu, posisi cadangan devisa juga
meningkat signifikan menjadi USD111,9 miliar dibanding
tahun sebelumnya sebesar USD99,4 miliar, seiring NPI
yang kembali surplus.
Tabel 10
Indikator Sustainabilitas Eksternal
Total Tw. I Tw. I I Tw. I I I Tw. IV Total Tw. I* Tw. I I* Tw.I I I* Tw.IV** Total**
T ransaksi Berjalan/PDB (%) 1) -2.78 -2.71 -4.47 -3.89 -2.13 -3.33 -2.05 -4.06 -3.07 -2.81 -2.95
Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 1) -0.2 -0.4 -1.7 -1.2 0.8 -0.7 0.5 -1.5 -0.4 -0.2 -0.4
Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB (%)1) 46.0 44.3 44.1 43.5 50.3 45.5 46.6 46.0 42.7 45.0 45.0
Posisi ULN Total/PDB2) (%) 27.4 27.6 27.7 28.3 29.1 29.1 30.8 32.4 33.3 32.9 32.9
Posisi ULN Jangka Pendek3)/PDB2) (%) 5.9 5.9 6.1 6.3 6.1 6.1 6.2 6.6 6.6 6.6 6.6
Posisi ULN Total/Cadangan Devisa (%) 223.8 243.2 263.0 274.4 267.8 267.8 268.9 265.4 264.2 261.6 261.6
Posisi ULN Jangka Pendek3)/Cadangan Devisa (%) 48.5 52.3 57.5 61.0 56.6 56.6 54.2 54.3 52.0 52.2 52.2
Memorandum:
PDB Harga Berlaku (kuartalan, juta USD) 920,757 230,994 239,263 233,466 211,994 915,718 211,009 224,917 232,905 220,176 889,007
PDB Harga Berlaku (annualized , juta USD) 920,757 924,130 930,494 929,246 915,718 915,718 895,732 881,386 880,825 889,007 889,007
Ekspor Barang & Jasa (juta USD) 211,007 50,647 50,756 49,468 54,162 205,033 49,726 50,136 49,195 49,357 198,413
Impor Barang & Jasa (juta USD) -212,891 -51,678 -54,864 -52,165 -52,565 -211,272 -48,606 -53,432 -50,229 -49,777 -202,043
Posisi ULN Total (juta USD) 252,364 254,822 258,007 262,563 266,120 266,120 275,910 285,805 293,681 292,579 292,579
Posisi ULN Jangka Pendek (juta USD) 54,649 54,820 56,368 58,393 56,288 56,288 55,622 58,464 57,774 58,368 58,368
Posisi Cadangan Devisa (juta USD) 112,781 104,800 98,095 95,675 99,387 99,387 102,592 107,678 111,164 111,862 111,862
Keterangan:1)
Menggunakan PDB harga berlaku kuartalan 2)
Menggunakan PDB harga berlaku annualized (penjumlahan PDB empat triw ulan ke belakang)3) menurut jangka w aktu sisa
4) meliputi pembay aran pokok dan bunga atas utang jangka panjang dan pembay aran bunga atas utang jangka pendek
5) meliputi pembay aran pokok dan bunga atas utang dalam rangka inv estasi langsung selain dari anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang kepada non-afiliasi
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
INDIKATOR2012 2013* 2014
INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL
24
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
25
Ke depan, proses pemulihan keseimbangan
eksternal Indonesia ke arah yang lebih sehat
diperkirakan terus berlanjut. Pemulihan ekonomi
global diharapkan membawa dampak positif pada
ekspor, khususnya ekspor manufaktur, meskipun
masih dibayangi risiko penurunan harga komoditas
dunia dan perlambatan ekonomi Tiongkok.
Sementara itu, reformasi struktural pemerintah yang
antara lain ditandai dengan kebijakan subsidi BBM
dan pembangunan berbagai proyek infrastruktur
secara temporer akan mendorong naiknya impor
dalam jangka pendek, namun dengan struktur impor
yang lebih sehat. Peningkatan kapasitas produksi
Indonesia sebagai hasil dari reformasi struktural
tersebut akan mendukung perbaikan transaksi
berjalan ke arah yang lebih baik dalam jangka
menengah-panjang.
Defisit neraca perdagangan migas juga
diperkirakan membaik sebagai dampak dari
melemahnya harga minyak dunia. Perbaikan tersebut
didukung juga oleh naiknya target lifting minyak
mentah, meskipun kebutuhan impor minyak juga
diperkirakan meningkat akibat meningkatnya
konsumsi BBM sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi.
Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk
modal nonresiden diperkirakan masih berlanjut
meskipun dengan intensitas yang lebih terbatas.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kombinasi berbagai
sentimen global maupun domestik. Rencana kenaikan
Fed Fund rate, kebijakan akomodatif Jepang dan
Eropa, serta berlanjutnya sentimen positif terhadap
proses reformasi struktural perekonomian domestik
yang terus berlangsung akan mewarnai intensitas
aliran masuk modal nonresiden ke depan.
Bank Indonesia akan terus memonitor berbagai
perkembangan, baik domestik maupun eksternal yang
dapat mengganggu tercapainya perbaikan kinerja
transaksi berjalan dan memastikan agar pertumbuhan
ekonomi nasional berjalan dengan kuat dan
berkelanjutan. Kebijakan Bank Indonesia tetap
konsisten difokuskan pada upaya mengelola defisit
transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat melalui
bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta
didukung oleh langkah reformasi struktural
pemerintah, baik di sektor riil maupun migas .
PROSPEK NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
26
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
27
Boks 1:
Perubahan Angka Statistik NPI Dibandingkan Publikasi Triwulan III-2014
Pada publikasi statistik NPI triwulan IV-2014 ini terdapat beberapa perubahan terhadap data yang
telah dirilis sebelumnya di triwulan III-2014. Perubahan tersebut disebabkan adanya pengkinian data dari
beberapa sumber data dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1.1
Perbandingan Publikasi NPI
Transaksi Barang perubahan data transaksi barang triwulan III-2014 karena update data disebabkan
perubahan penggunaan data dari data close file (data transaksi yang diterima pada periode laporan) ke
data open file (data transaksi yang terjadi pada periode laporan). Sementara perubahan data transaksi
barang triwulan II 2014 karena koreksi data impor nonmigas.
Transaksi Jasa perubahan data transaksi jasa triwulan III-2014 karena pengkinian data.
Transaksi Pendapatan Primer perubahan data karena realisasi profit transfer dan pengkinian data yang
bersumber dari Laporan Lalu Lintas Devisa (LLD).
Transaksi Pendapatan Sekunder perubahan data karena koreksi data penempatan TKI .
Transaksi Investasi Langsung perubahan data karena adanya update data penarikan ULN dan
penurunan R/E pada data non migas.
Transaksi Investasi Portofolio perubahan data karena update data laporan Sistem Informasi Utang Lua