52
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan masyarakat, perubahan paradigma pendidikan dan anatomi daerah membawa dampak pada pendidikan, sehingga kurikulum Taman Kanak - Kanak ( TK) perlu di kembangkan untuk menyikapi perubahan - perubahan tersebut. Pada umumnya, pendidikan berlangsung dalam tiga jalur yakni pendidikan formal, non formal dan pendidikan informal (UU SISDIKNAS pasal 13,14, dan 15 ayat 1). Pendidikan wajib pun tidak hanya sembilan tahun, tetapi pemerintah pun menganjurkan untuk melangsungkan pendidikan mulai dari usia 0-6 tahun yang dikenal dengan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). Menurut UU No. 20 tahun 2003 : Pendidikan Taman Kanak- Kanak (TK) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan

masyarakat, perubahan paradigma pendidikan dan anatomi daerah membawa

dampak pada pendidikan, sehingga kurikulum Taman Kanak - Kanak ( TK) perlu

di kembangkan untuk menyikapi perubahan - perubahan tersebut.

Pada umumnya, pendidikan berlangsung dalam tiga jalur yakni

pendidikan formal, non formal dan pendidikan informal (UU SISDIKNAS pasal

13,14, dan 15 ayat 1). Pendidikan wajib pun tidak hanya sembilan tahun, tetapi

pemerintah pun menganjurkan untuk melangsungkan pendidikan mulai dari usia

0-6 tahun yang dikenal dengan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). Menurut

UU No. 20 tahun 2003 : Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan anak untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dengan di keluarkannya peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010

tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dan perarturan mentri

pendidikan nasional nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia

dini. Direktur pembinaan TK dan SD perlu menjabarkan dalam bentuk pedoman

pengembangan yang terdiri dari pedoman pengembangan - pengembangan

program pembelajaran atau kurikulum TK.

1

Page 2: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

2

Anak usia TK memiliki sifat relatif spontan dalam mengekspresikan

perilakunya, bersifat aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu dan antusias yang

tinggi terhadap berbagai objek, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya

akan imajinasi, serta merupakan masa yang potensial untuk mengembangkan

seluruh aspek perkembangannya.Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang

unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial dan moral. Usia

taman kanak-kanak memiliki kemampuan belajar luar biasa khususnya pada awal

kanak-kanak. Keinginan anak untuk belajar menjadikan anak aktif. Anak belajar

dengan seluruh panca inderanya untuk memahami sesuatu dan dalam waktu

singkat anak beralih ke hal lain untuk di pelajari.

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang di usia taman

kanak-kanak adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa lisan adalah

aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya kemampuan berbahasa

lisan yang baik seseorang akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan

lingkungan sosialnya. Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan

kemampuan kognitif anak.

Pengembangan kemampuan dasar berbahasa lisan melalui metode

bercerita dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikologis bagi

anak. Salah satu pengembangan kemampuan berbahasa lisan yang di kembangkan

di kelompok B TK Cendrawasih Samarinda adalah melalui metode bercerita.

Pendekatan pembelajaran baik klasikal maupun individual adalah salah

satu alternatif agar anak dapat memiliki perbendaharaan kata yang di butuhkan

untuk berkomunikasi sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan prestasi anak.

Page 3: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

3

Bertolak dari uraian di atas, maka di lakukan penelitian tindakan kelas

dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbahasa Lisan Anak Melalui Metode

Bercerita pada kelompok B TK Cendrawasih Samarinda”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan keterampilan berbahasa lisan

anak melalui metode bercerita pada kelompok B Taman Kanak - Kanak

Cendrawasih Samarinda”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

keterampilan berbahasa lisan anak melalui metode bercerita pada kelompok B

Taman Kanak - Kanak Cendrawasih Samarinda.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang di harapkan

adalah sebagai berikut :

a. Bagi Sekolah

Dapat memberikan masukan dalam kualitas pembelajaran khususnya

dengan metode bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan

anak dan dapat di gunakan sebagai alat pertimbangan dalam memotivasi guru

Page 4: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

4

untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan memperbaiki serta

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

b. Bagi Guru

Dapat di jadikan sarana untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran

yang sudah berlangsung dan untuk mengembangkan inovasi dalam

pembelajaran di sekolah secara khusus dalam penggunaan metode bercerita.

c. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak sehingga anak didik

memiliki minat dalam pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Sebagai praktek nyata penerapan ilmu yang telah penulis peroleh

selama berada di bangku perkuliahan, dan untuk memperoleh pengetahuan

praktis tentang metodologi penelitian sehingga dengan penelitian ini di

harapkan dapat memberikan pengalaman empiris dalam melakukan penelitian

di lapangan.

Page 5: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun

(Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar

pendidikan.Menurut Mansur (2005:88) anak usia dini adalah kelompok anak

yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat

unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus

sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak

tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang

neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu

4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun, perkembangan otaknya

mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% .(Slamet

Suyanto,2005 :6).

Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14,

upaya pembinaan yang di tujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut di

lakukan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia

dini dapat di laksanakan melalui pendidikan formal, non formal dan informal.

Pendidikan anak usia dini melalui jalur formal berbentuk Taman Kanak-

5

Page 6: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

6

Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk yang lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain

(KB), Taman Penitipan Anak(TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan

informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang di

selenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang

terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan Satuan PAUD Sejenis (SPS).

Dari uraian di atas, Penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini

adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga di perlukan

stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Pemberian stimulasi tersebut harus di berikan melalui lingkungan keluarga,

PAUD jalur non formal seperti Tempat Penitipan Anak (TPA) atau

Kelompok Bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.

b. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang

dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cara unik dan

berbeda. Karakteristik anak usia dini di kemukakan oleh Sofia Hartati

(2005:8-9) sebagai berikut : a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b)

merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa

potensial untuk belajar, e) memiliki sikap egosentris, f) memiliki rentan daya

konsentrasi yang pendek, dan g) merupakan bagian dari makhluk sosial.

Sementara itu, Rusdinal (2005:16) berpendapat bahwa karakteristik

anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut : a) anak pada masa pra

Page 7: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

7

operasional. Belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan

tujuan sesaat, b) anak suka menyebut nama - nama benda yang ada di

sekitarnya dan mendefinisikan kata, c) anak belajar melalui bahasa lisan dan

pada masa ini berkembang pesat, d) anak memerlukan struktur kegiatan yang

lebih jelas dan spesifik.

c. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini

a. Perkembangan Fisik/Motorik

Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak

baik secara langsung maupun tidak langsung (Hurlock, 1978 :114).

Hurlock menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan

menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung,

pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaiman

anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.

Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan, otot kasar dan

otot halus, yanng selanjutnya lebih di sebut dengan motorik kasar dan

motorik halus (Slamet Suryanto,2005:49). Perkembangan motorik kasar

berhubungan dengan gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otal

seperti berlari, berjalan, melompat, memukul dan menarik. Sedangkan

motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih spesifik

seperti menulis, melipat, menggunting, mengancing baju dan mengikat

tali sepatu.

Pada usia kanak - kanak 4-6 tahun, keterampilan dalam

menggunakan otot tangan dan otot kaki sudah mulai berfungsi.

Page 8: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

8

Keterampilan yang berhubungan dengan tangan adalah kemampuan

memasukkan sendok ke dalam mulut, menyisir rambut, mengikat tali

sepatu sendiri, mengancing baju, melempar dan menangkap bola,

menggunting, menggores pensil atau krayon, melipat kertas, membentuk

dengan lilin serta mengcap gambar dengan pola tertentu.

Dari kajian tentang perkembangan fisik-motorik di atas dapat di

ketahui bahwa pada anak usia 5-5 tahun (kelompok B) otot kasar atau

otot halus anak sedah berkembang. Anak memiliki banyak tenaga untuk

melakukan kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah

dapat melakukan gerakan yang terkordinasi. Keterampilan yang

menggunakan otot kaki dan tangan sudah berkembang dengan baik, anak

sudah dapat menggunakan tenaganya untuk menggoreskan pensil atau

krayon sehingga anak dapat membuat gambar yang di inginkannya.

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak

berkembang dan berfungsi sehingga anak dapat berpikir (Mansur,

2005 :33). Keat menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan

proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan

pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir dan mengerti ( Endang

Purwanti dan Nur Widodo,2005:40). Proses mental yang di maksud

adalah proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi,

intelegensi, belajar, pemecahan masalah dan pembentukan konsep.Hal ini

juga menjangkau kreativitas, imajinasi dan ingatan.

Page 9: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

9

Anak usia 5-6 tahun berada pada tahapan praoperasional. Pada

tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang jelas. Anak mulai

mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar

Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat melakukan

permainan simbolis. Namun, pada tahap ini anak masih egosentris

(Slamet Suryanto, 2005:55).

Sementara itu Santrock(2007:253) menyatakan bahwa pada tahap

pra operasional, anak mulai mempresentasikan dunianya dengan kata-

kata, bayangan dan gambar - gambar. Anak mulai berpikir simbolik,

pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh dan

keyakinan magis mulai terkonstruksi. Pada tahap praoperasional dapat di

bagi dalam sub-sub tahap, yaitu sub tahapan fungsi simbolok dan sub

tahapan pemikiran intunitif.

Sub tahapan fungsi simbolik terjadi antara usia 2 sampai 4 tahun.

Dalam sub tahap ini anak mulai dapat menggambarkan secara mental

sebuah objek yang tidak ada. Menurut DeLoache, kemampuan ini akan

sangat memperluas dunia anak. Pada usia ini anak-anak mulai

menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan orang, rumah,

mobil, awan dan sebagainya(Suntrock, 2007:253). Mereka mulai

menggunakan bahasa dan melakukan permainan “pura_pura”. Namun

pada sub tahap ini anak masih berpikir egosentris dan animisme. Anak

belum mampu membedakan prespektif diri sendiri an prespektif orang

lain.

Page 10: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

10

Sub tahapan pemikiran intunitif, terjadi antara usia 4 sampai 7

tahun. Anak mulai mempraktikkan penalaran primitif dan ingin

mengetahui jawaban dari berbagai pertanyaan. Namun anak masih

berpikir secara sentralisasi, yaitu pemusatan perhatian pada suatu

karakteristik dan pengabaian karakteristik lain. Cara berpikir anan pada

tahap ini masih irreversible(tidak dapat di balik). Anak belum mampu

meniadakan suatu tindakan dari arah sebaliknya

Dari kajian mengenai perkembangan kognitif anak di ketahui

bahwa unsur yang menonjol pada tahap pra-operasional adalah mulai di

gunakannya bahasa simbolis yang berupa gambaran atau bahasa ucapan.

Anak dapat berbicara tanpa di batasi waktu sekarang dan dapat

membicarakan satu hal bersama-sama. Dengan bahasa anak dapat

mengenal bermacam benda dan mengetahui nama-nama benda yang di

kenal melalui pendegaran dan pengelihatannya.

c. Perkembangan Bahasa

Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami,

yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme yang alami. Menurut Lanneberg,

perkembangana bahasa anak berjalan sesuai jadwal biologisnya(Eni

Zubadiah, 2003:13). Hal ini dapat di gunakan sebagai dasar mengapa

anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur

tertenu belum dapat berbicara. Perkembangan bahasa tidak di tentukan

pada umur, namum mengarah pada perkembangan motoriknya. Namun

perkembangan tersebut sangat di pengaruhi oleh lingkungan. Bahasa

Page 11: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

11

anak akan muncul dan berkembang melalui berbagai situasi interaksi

sosial dengan orang dewasa(Kartini Kartono, 1995:127).

Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari.(Suhartono(2005:13-14) menyatakan bahwa peranan bahasa

bagi anak usia dini di antaranya sebagai sarana untuk berpikir, sarana

untuk mendengarkan, sarana untuk berbicara dan sarana agar anak

mampu membaca dan menulis. Melalui bahasa seseorang dapat

menyampaikan keinginan dan pendapatnya kepada orang lain.

Anak usia 5 tahun telah mampu menghimpun 8000 kosakata.

Mereka dapat membuat kalimat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat

tunggal, kalimat majemuk, serta bentuk penyusunan lainnya. Mereka

telah belajar menggunakan bahasa dalam situasi yang berbeda(Gleason

dalam Slamet Suryanto, 2005:74).

Mansur (2005:36), menyatakan bahwa kemampuan bahasa

berkaitan erat dengan kemampuan kognituf anak, walaupun mulanya

bahasa dan pikiran merupakan dua aspek yang berbeda. Namun sejalan

dengan perkembangan kognitif anak, bahasa menjadi ungkapan dari

pikiran.

Menurut Caroll Seefelt dan Baraba A.Wasik(2008:74)

karakteristik perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut :

a. Anak pada usia 4 tahun :

1) Menguasai 4.000-6.000 kata.

2) Mampu berbicara dalam kalimat 5-6 kata.

Page 12: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

12

3) Dapat berpartisipasi dalam percakapan, sudah mampu

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapinya.

4) Dapat belajar tentang kata mana yang di terima secara sosial dan

mana yang tidak.

b. Anak pada usia 5 tahun :

1) perbendaharaan kosakata mencapai 5.000-8.000 kata.

2) Struktur kalimat menjadi lebih rumit.

3) Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali

pada beberapa kesalahan pelafalan.

4) Dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar.

5) Mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara.

6) Senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.

Berdasarkan kajian mengenai perkembangan bahasa anak di

ketahui bahwa perkembangan bahasa anak terjadi dalam interaksi dengan

lingkungan. Bahasa merupakan ungkapan dari apa yang di pikirkan anak,

sehingga bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam

berkomunikasi dengan orang lain.

d. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan

antara gejolak fisiologis dan gejala perilaku yang terlihat (Mansur,2005:56).

Perkembangan emosi memainkan peranan yang penting dalam kehidupan

terutaman dalam hal penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan lingkungan.

Adapun dampak perkembangan emosi adalah sebagai berikut : a) Emosi

Page 13: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

13

menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari, b) emosi menyiapkan

tubuh untuk melakukan tindakan, c) emosi merupakan suatu bentuk

komunikasi, d) emosi mengganggu aktivitas mental, dan e) reaksi emosi yang

di ulang-ulang akan mejadi kebiasaan (Soemantri, 2004:142-143).

Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A. Wasik (2008:71-72), ada

beberapa karakteristik perkembangan sosial emosional anak usia 5 tahun

antara lain :

a) Dapat mengetur emosi dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang

bisa diterima secara sosial.

b) Anak mampu memisahkan perasaan dengan tindakan mereka.

c) Menghayati perilaku sosial yang pantas.

d) Kekerasan emosi dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah

mampu mengungkapkan perasaan melalui kata-kata.

e) Dapat melucu atau membuat lelucon.

B. Keterampilan Berbahasa Lisan

a. Pengertian Keterampilan Berbahasa Lisan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (dalam Eko Handayani, M.Psi

224:11.13) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang berartikulasi yang di

pakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran;

perkataan - perkataan yang di pakai oleh suatu bangsa ; serta

percakapan(perkataan) yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.

Page 14: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

14

Dengan kata lain bahasa adalah alat komunikasi yang berupa lambang bunyi

sehingga berbentuk kata - kata yang berupa pikiran dan perasaan seseorang.

Sedangkan menurut Huliyt & Howard 1997 (dalam Eko Handayani,

M.Psi 2004:11.3) sesungguhnya bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia

yang bersifat bawaan. Sejak lahir kita telah di lengkapi dengan kapasitas

untuk menggunakan bahasa, yaitu bahasa yang bersifat naluri, namun

kapasitas setiap orang berbeda, tergantung jenis bahasa yang mereka

gunakan.

Menurut Owen, Freman, Muscow (1991:17), anak pada masa periode

ini (usia taman kanak-kanak) telah menguasai kata-kata 200-2000 kata.

Berbahasa yang banyak dan benar sangat menunjang peningkatan

perkembangan berpikir anak. Menciptakan situasi yang memungkinkan anak

berbahasa dengan baik dan benar, dapat membantu perkembangan bahasa

anak.

Menurut Nelson (dalam brewer.1995:24) mengklasifikasi bahasa anak

sebagai referensi dan ekspresif. Kata-kata benda umumnya di golongkan

dalam refensial, sedangkan kata-kata sosial di golongkan sebagai ekspresif.

Kemampuan berbahasa pada anak tidaklah tiba-tiba, melainkan

bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan

perkembangan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Oleh karena itu

perkembangan bahasa anak di tandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu

rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang

sederhana menuju tuntutan yang lebih kompleks. Bahasa mencakup segala

Page 15: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

15

bentuk komunikasi, apakah itu bahasa lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa

tubuh, ekspresi wajah dan seni. Sejalan dengan perkembangan otot-otot yang

berkaitan dengan proses berbicara, pada tahun kedua umumnya bayi sudah

bisa berkomunikasi melalui bahasa lisan yang dapat di mengerti oleh

lingkungannya sekalipun masih sangat sederhana.

Menurut Deny Sugono,(1997 :14) Bahasa lisan merupakan bentuk

kata dan susunan kalimat dalam bentuk lafal dan tataan bahasa, hal ini yang

membedakan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Berbahasa

Para ahli berbeda pendapat tentang faktor - faktor yang mempengaruhi

kemampuan berbahasa individu. Beberapa ahli menyatakan bahwa bahasa

merupakan kemampuan yang di peroleh sejak lahir. Sedangkan para ahli lain

berpendapat bahwa bahasa mempunyai pengaruh faktor eksternal terhadap

kemampuan bahasa maupun interaksi antara kedua faktor tersebut.

Kesimpulan tentang cara individu belajar bahasa sangat penting bagi pendidik

dalam kaitannya dengan pembelajaran pada anak. Bromley (1991:3:20) di

kutip dalam buku Metode Pengembangan Bahasa menjelaskan beberapa jenis

faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa anak, yaitu : a) Faktor

menyimak; b) faktor situasi ; c) faktor pembicara.

Faktor menyimak berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman,

pengalaman dan strategi anak dalam memonitor pemahaman mereka terhadap

informasi yang di sampaikan. Faktor situasi berkaitan erat dengan lingkungan

sekitar anak dan stimulasi visual yang di berikan. Faktor pembicaraan

Page 16: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

16

berkaitan dengan berbagai cara dalam mengkomunikasikan pesan sehingga

anak dapat menyimak secara efektif yang dapat di perkuat antara lain dengan

gerakan, ekspresi wajah dan bahasa tubuh.

c. Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Sehubungan dengan peranan penting bahasa dalam kehidupan

manusia, Halliday (1974:41) mengemukakan beberapa fungsi bahasa anak

yaitu sebagai berikut :

1) Keterampilan berbahasa; dapat ditunjukkan oleh anak dalam prilaku :

menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, mendiskripsikan melaporkan

kejadian, menyatakan suka/tidak suka, meminta izin bantuan,

mengemukakan alasan, memerintah atau menolak sesuatu.

2) Keterampilan mendengar; dapat di tunjukkan oleh anak dalam prilaku :

mendengarkan perintah, mendengarkan pertanyaan, mendengarkan orang

yang sedang berbicara dan mendengarkan orang yang memberikan

petunjuk.

3) Keterampilan berbicara ; dapat di tunjukkan oleh anak dalam prilaku :

mengembangkan keterampilan bertanya, menyiapkan kegiatan yang

dapat di lakukan di dalam maupun di luar kelas, menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan dan menggunakan berbagai kegiatan yang

bervariasi.

Page 17: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

17

C. Metode Bercerita

a. Pengertian Metode Bercerita

Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.

Sedangkan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang

perbuatan atau suatu kejadian dan di sampaikan secara lisan dengan tujuan

membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar

bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.

Cerita yang di bawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak.

b. Aspek-Aspek Yang Perlu di Kembangkan Melalui Bercerita

Aspek - aspek yang perlu di kembangkan dalam sebuah cerita

meliputi: a) aspek perkembangan bahasa, b) aspek perkembangan sosial, c)

aspek perkembangan moral dan d) aspek perkembangan kognisi. Kelima

aspek tersebut tidak pilah benar. Kesemuanya saling terkait dab saling

mempengaruhi. (Tadkiroatun Musfiroh,S.Pd, M.Hum 2005:55).

c. Tujuan Bercerita

Hidayat (dalam Dra. Moeslichatoen R,M.pd,2005:11) mengemukakan

bahwa tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dalam

program kegiatan adalah :

1. Mengembangkan kemampuan dasar untuk pengembangan daya

cipta, dalam pengertian membuat anak kreatif, lancar, fleksibel dan

orisinil dalam bertutur kata, berpikir serta berolah tangan dan

berolah tubuh sebagai latihan motorik halus maupun kasar

Page 18: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

18

2. Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar

anak didik mampu berkomunikasi lisan dengan lingkungan.

Sedengkan manfaat bercerita untuk anak adalah :

a. Menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral dan

agama

b. Memberi sejumlah pengetahuan dan pengalaman

c. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor

d. Mengembangkan imajinasi anak

e. Mengembangkan dimensi perasaan anak

f. Membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin di

pilih anak sesuai karakter yang di inginkan

g. Mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak karena

senang mendengarkan cerita walaupun cerita di bacakan

berulang-ulang.

D. Teknik Penyajian Cerita

a. Penyajian Cerita

Anak TK pada umumnya belum dapat membaca, kosa katanya juga

masih sangat terbatas. Daya nalarnya juga sangat dangkal sehingga untuk

membedakan antara yang nyata dan yang fantasi pun belum mampu. Adapun

bentuk-bentuk penyajian cerita pada anak TK adalah sebagai berikut :

Page 19: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

19

a. Kartu Cerita

Kartu cerita adalah sebuah cerita yang berbentuk teks berisi

catatan singkat dari bagian-bagian cerita secara beruntun.

b. Gambar Seri

Gambar seri adalah kumpulan beberapa gambar dimana ringkasan

cerita di tuliskan pada kertas tersendiri sebagai bahan bercerita.

c. Buku Cerita

Buku cerita adalah sebuah bentuk cerita yang berbentuk buku di

mana terdapat cerita-cerita yang saling berkaitan.

Untuk menyajikan cerita menarik, di perlukan beberapa persiapan,

mulai dari penyiapan tempat, penyiapan alat peraga, hingga penyajian cerita.

Penerapan teknik penyajian cerita di pengaruhi oleh kondisi pendengar dan

kultur ( budaya ) yang melingkupi cerita. Sesuatu yang di rencanakan, kadang

mengalami perubahan ketika proses penceritaan terjadi.

Persiapan cerita terkait erat dengan teknik penyajian cerita, yakni cara

- cara dan alat - alat yang di gunakan guru dalam menyampaikan cerita.

Teknik dalam arti ini mengandung pengertian daya upaya, usaha - usaha, atau

cara - cara yang di gunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam

pelaksanaan kegiatan bercerita. Adapun teknik- teknik penyajian cerita adalah

sebagai berikut :

b. Memilih dan Memperisapkan tempat

Aktivitas bercerita tidak harus di lakukan di dalam kelas. Kegiatan

cerita dapat di lakukan di manapun asal memenuhi kriteria kebersihan,

Page 20: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

20

keamanan, dan kenyamanan. Apabila jumlah anak relatif banyak sebaiknya di

pilih tempat yang luas. Ruangan kelas merupakan tempat yang paling

representatif (memenuhi persyaratan). Tempat yang di pilih musti di tata

sedemikian rupa sehingga semua anak dapat melihat kepada guru mereka.

Apabila ruangan yang di sediakan relatif besar dan jumlah anak

relatif banyak, tempet di tata semi melingkar, setengah oval, separuh empat

persegi panjang. Penataan ini memungkinkan anak lebih dekat dengan

pencerita sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Sedapat mungkin

kapasitas ruangan di sesuaikan dengan jangkauan suara. Oleh karena itu,

kehadiran pengeras suara akan sangat membantu kelancaran proses

penceritaan. (Tadkiroatun Musfiroh,S.Pd, M.Hum 2005:137-138).

Adapun langkah-langkah yang harus di lakukan dalam persiapan

bercerita adalah :

1. Menetapkan tujuan dan tema. Guru mengawali dengan menceritakan

suatu cerita yang berkaitan dengan materi yang di bahas.

2. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih. Siswa yang di tunjuk

menceritakan cerita sesuai dengan cerita yang ingin di sampaikan.

3. Menetapkan alat dan bahan yang di perlukan dalam kegiatan bercerita.

4. Menetapkan langkah-langkah kegiatan bercerita.

5. Mengatur tempat duduk

6. Melaksanakan kegiatan bercerita.

7. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita

8. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.

Page 21: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

a. Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi ini, maka jenis penelitian yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama. (Arikunto :2008 :2). Penelitian ini di rencanakan dalam tiga

siklus. Setiap siklus di laksanakan selama 2 kali pertemuan. Hasil dari satu

siklus di sempurnakan pada skilus berikutnya sampai mendapatkan hasil

belajar yang maksimal.

b. Waktu dan Tempat

Penelitian di laksanaka pada bulan Maret s/d April 2014 di Kelompok

B TK Cendrawasih Samarinda Jl. Biola Prevab Segiri Samarinda.

c. Objek dan Subjek

Subjek penelitian ini adalah guru dan anak didik kelompok B TK

Cendrawasih Samarinda Semester II tahun pembelajaran 2013/2014 dengan

jumlah anak 19 anak terdiri dari 5 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dan

yang menjadi objek penelitian ini adalah media buku cerita.

21

Page 22: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

22

B. Pelaksanaan Tindakan

a. Tindakan Prasiklus

Pada kegiatan prasiklus, peneliti melakukan pengamatan awal untuk

mengiventarisasi permasalah dalam pembelajaran, selanjutnya peneliti

menemukan satu masalah yang di anggap penting dan dapat segera di atasi,

yaitu mmasalah kurangnys peran aktif anak dalam proses pembelajaran,

sehingga prestasi belajar bahasa melalui bercerita relatif rendah. Hal ini di

sebabkan karena selama ini pembelajaran melalui bercerita kurang di minati

anak. Untuk melakukan tindakan lanjutan, peneliti menyusun suatu metode

pembelajaran yang menarik dengan memulai bercerita yang mudah di pahami

oleh anak.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan program pengajaran di lakukan dalam tiga siklus, pada

siklusnya di adakan dua kali pertemuan, dengan rincian pertemuan pertama

adalah proses kegiatan belajar mengajar dan pertemuan kedua evaluasi atau

penelitian. Pada tahap ini di laksanakan pembelajaran dengan pendekatan

pengembangan bahasa melalui bercerita sesuai dengan yang di rencanakan

pada tahap perencanaan. Secara lengkap, pada pertemuan dalam proses

belajar mengajar di lakukan sebagai berikut :

1. Guru membuka pelajaran, dengan membentuk posisi duduk

melingkar.

Page 23: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

23

2. Guru mrnyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi anak dengan

menguraikan pentingnya belajar bercerita, serta menjelaskan tenteng

pelaksanaan pembelajaran kepada anak.

3. Guru meminta semua anak untuk mendengarkan ceritanya dan di

dengarkan dengan seksama sampai selesai.

4. Mengingat kembali tentang apa yang di ceritakan pada guru melalui

pertanyaan - pertanyaan.

C. Prosedur dan Rancangan Penelitian

a. Prosedur Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:16), prosedur penelitian tindakan

kelas meliputi empat tahapan yaitu :

a) Pencana tindakan

b) Pelaksanaan tindakan

c) Observasi

d) Refleksi.

Secara rinci prosedur penelitian di uraikan sebagai berikut :

a. Siklus I

Siklus ini merupakan tindakan awal dalam peningkatan pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan tema. Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Page 24: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

24

1. Perencanaan

Siklus I di awali dengan tahapan perencanaan dengan

melaksanakan skenario atau langkah - langkah pembelajaran dengan

berpedoman pada RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH

(Rencana Kegiatan Harian) sesuai dengan tema. Peneliti juga harus

menyiapkan media pembelajaran dan format observasi anak dan format

observasi tindak guru pada tindakan siklus I.

2. Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan siklus ini rencana pembelajaran yang

telah di rancang bersama kolaborator akan di laksanakan. Kegiatan ysng

akan di laksanakan peneliti pada tahapan pelaksanaan ini yaitu sebagai

berikut :

a) Mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam

dan mengajak anak berdoa bersama sebelum memulai kegiatan

pembelajaran. Kemudian guru mengajak anak bercakap - cakap

mengenai tema yang ingin di sampaikan kepada anak pada hari

tersebut.

b) Membagi anak dalam empat kelompok kecil untuk masuk ke

dalam empat area yang telah di persiapkan sebelumnya dan

menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran.

c) Membagi media pembelajaran dan mengarahkan anak untuk

melaksanakan kegiatan.

Page 25: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

25

d) Memberi penguatan dan motivasi pada anak selama kegiatan

pembelajaran.

e) Setelah anak selesai melakukan kegiatan, guru meminta anak

untuk menceritakan pengalaman yang di perolah anak selama

melakukan kegiatan.

3. Observasi

Tahapan observasi di laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan penelitian menggunakan format observasi anak dengan aspek

penilaian.

4. Refleksi

Pada tahapan refleksi di laksanakan diskusi antara peneliti dan

kolaborator untuk menilai aspek yang belum tercapai pada tindakan

siklus I dan mengevaluasi kekurangan yang terjadi pada kegiatan

pembelajaran. Jika permasalahan belum dapat teratasi pada siklus I maka

perlu untuk di lanjutkan dan di perbaiki pada siklus selanjutnya yaitu

siklus II maupun III.

b. Siklus II

Siklus ini merupakan tindakan awal dalam peningkatan pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan tema. Siklus II terdiri dari empat tahapan yang

meliputi, tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1. Perencanaan

Siklus I di awali dengan tahapan perencanaan dengan

melaksanakan skenario atau langkah - langkah pembelajaran dengan

Page 26: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

26

berpedoman pada RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH

(Rencana Kegiatan Harian) sesuai dengan tema. Peneliti juga harus

menyiapkan media pembelajaran dan format observasi anak dan format

observasi tindak guru pada tindakan siklus II.

2. Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan siklus ini rencana pembelajaran yang

telah di rancang bersama kolaborator akan di laksanakan. Kegiatan ysng

akan di laksanakan peneliti pada tahapan pelaksanaan ini yaitu sebagai

berikut :

a) Mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam

dan mengajak anak berdoa bersama sebelum memulai kegiatan

pembelajaran. Kemudian guru mengajak anak bercakap - cakap

mengenai tema yang ingin di sampaikan kepada anak pada hari

tersebut.

b) Membagi anak dalam empat kelompok kecil untuk masuk ke

dalam empat area yang telah di persiapkan sebelumnya dan

menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran.

c) Membagi media pembelajaran dan mengarahkan anak untuk

melaksanakan kegiatan.

d) Memberi penguatan dan motivasi pada anak selama kegiatan

pembelajaran.

Page 27: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

27

e) Setelah anak selesai melakukan kegiatan, guru meminta anak

untuk menceritakan pengalaman yang di perolah anak selama

melakukan kegiatan.

3. Observasi

Tahapan observasi di laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan penelitian menggunakan format observasi anak dengan aspek

penilaian.

4. Refleksi

Pada tahapan refleksi di laksanakan diskusi antara peneliti dan

kolaborator untuk menilai aspek yang belum tercapai pada tindakan

siklus I dan mengevaluasi kekurangan yang terjadi pada kegiatan

pembelajaran. Jika permasalahan belum dapat teratasi pada siklus II

maka perlu untuk di lanjutkan dan di perbaiki pada siklus selanjutnya

yaitu siklus III.

b. Siklus III

Apabila siklus kedua belum mencapai minimal 80%, maka akan di

laksanakan dengan siklus ketiga yang metodenya sama, namun

mengembangkan aspek- aspek yang kurang berdasarkan hasil evaluasi pada

siklus kedua kemudian di akhiri dengan mengevaluasi hasil dari pembelajaran

tersebut. Adapun aspek penilaian anak yang di laksanakan pada tindakan

kelas antara lain :

Page 28: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

28

1. Perhatian anak pada cerita

2. Ketepatan pengucapan kata dan kalimat

3. Keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan dari isi cerita.

4. Ketepatan intonasi

Siklus ini merupakan tindak lanjut dari siklus II dalam rangka

peningkatan kemampuan berbahasa lisan. Siklus III terdiri dari empat tahapan

yang meliputi, tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1. Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan siklus ini rencana pembelajaran yang

telah di rancang bersama kolaborator akan di laksanakan. Kegiatan ysng

akan di laksanakan peneliti pada tahapan pelaksanaan ini yaitu sebagai

berikut :

a) Mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam

dan mengajak anak berdoa bersama sebelum memulai kegiatan

pembelajaran. Kemudian guru mengajak anak bercakap - cakap

mengenai tema yang ingin di sampaikan kepada anak pada hari

tersebut.

b) Membagi anak dalam empat kelompok kecil untuk masuk ke

dalam empat area yang telah di persiapkan sebelumnya dan

menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran.

c) Membagi media pembelajaran dan mengarahkan anak untuk

melaksanakan kegiatan.

Page 29: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

29

d) Memberi penguatan dan motivasi pada anak selama kegiatan

pembelajaran.

e) Setelah anak selesai melakukan kegiatan, guru meminta anak

untuk menceritakan pengalaman yang di perolah anak selama

melakukan kegiatan.

2. Observasi

Tahapan observasi di laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan penelitian menggunakan format observasi anak dengan aspek

penilaian.

3. Refleksi

Pada tahapan refleksi di laksanakan diskusi antara peneliti dan

kolaborator untuk menilai aspek yang belum tercapai pada tindakan

siklus III dan mengevaluasi kekurangan yang terjadi pada kegiatan

pembelajaran. Jika permasalahan belum dapat teratasi pada siklus III

maka tidak perlu lagi untuk di lanjutkan dan di perbaiki pada siklus

selanjutnya.

Berdasarkan uraian mengenai prosedur dalam penelitian tindakan

kelas di atas dapat di gambarkan pada bagan di bawah ini sebagai

berikut:

Page 30: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

30

TAHAPAN SIKLUS

Bagan 1. Tahapan siklus

D. Metode Pengumpulan Data

Pelaksanaan

Perencanaan SIKLUS I

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan SIKLUS III

Pengamatan

Refleksi

Page 31: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

31

Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah menggunakan metode :

a. Metode Observasi ( pengamatan)

Observasi yaitu salah satu cara untuk mendapatkan data dengan

melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala

atau data yang berhubungan dengan rencana penelitian.

Pengamat melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan yang di lakukan pengamat adalah mengamati aktivitas anak selama

mengikuti pembelajaran dengan mencatat hasil pengamatannya dalam lembar

pengamatan yang telah di sediakan.

b. Metode Evaluasi

Evaluasi merupakan cara yang di lakukan di akhir kegiatan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan suatu penelitian atau metode. Evaluasi ini di

lakukan pada setiap akhir siklus, data hasil evaluasi di gunakan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar anak setelah di ajar dengan

pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode bercerita.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data yang di gunakan adalah analisis data

kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah analisis data yang memanfaatkan

teknik-teknik pengolahan data dengan menggunakan tabulasi, menghitung rata-

rata dan skorsing.

Data yang di analisis dengan analisis kuantitatif meliputi :

Page 32: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

32

a. Data hasil observasi di analisis berdasarkan skor yang di peroleh masing-

masing siswa berdasarkan kategori :

- SB = Sangat Baik, artinya anak sudah mampu melakukan kegiatan

bercerita dengan bahasa lisan dengan intonasi yang baik dan

benar.

- B = Baik, artinya anak sudah mampu melaksanakan kegiatan

bercerita dengan bahasa lisan.

- C = Cukup, artinya anak cukup mampu melaksanakan kegiatan

bercerita dengan bahasa lisan.

- K = Kurang, artinya anak belum mampu melaksanakan kegiatan

bercerita dengan bahasa lisan.

b. Skala sikap untuk mengungkapkan sikap siswa melalui tugas.

c. Cara menghitung nilai berdasarkan kurikulum yang berlaku. Mutu

pembelajaran di ukur dengan besarnya angka ketuntasan belajar siswa

sebesar ≥ 80 %.

F. Kriteria Keberhasilan Siswa

Data hasil observasi analisis, selain berdasarkan skor yang di peroleh

masing-masing siswa berdasarkan kategori, juga di lakukan analisis berdasarkan

kriteria sebagai berikut :

0 - 25 Rendah Sekali

26 - 50 Rendah

51 - 75 Tinggi

Page 33: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

33

76 - 100 Tinggi Sekali

G. Instrumen Penelitian

Instrumen- instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Lembar observasi aktivitas belajar anak

Instrumen ini di gunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas

anak selama mengikuti pembelajaran, di dalam instrumen ini pengamat

akan memberikan skor pada aspek aktivitas yang di lakukan anak.

b. Lembar Evaluasi

Instrumen ini di gunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar

anak pada kompetensi dasar dan berkomunikasi.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian adalah apabila :

1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat menciptakan suasana yang

menyenangkan dan siswa dapat berperan serta dalam kegiatan belajar

mengajar, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar tidak ada kesan

terpaksa.

2. Hasil belajar siswa tentang keterampilan berbahasa lisan mengalami

peningkatan.

3. Siswa dapat memahami tentang keterampilan berbahasa lisan melalui

metode bercerita.

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

34

Djago Taringan, Prof. Dr. H.G Taringan, 1986, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung : Angkasa

Eli Tohonan Tua Pane, S,Pd. Implementasi Bahasa Anak Usia Dini, http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=73&idStatus=0

Eko Handayani, M.Psi, 2004, Karakteristik Anak Usia Dini, Bandung : Remaja Rosdakarya

Hidayah Nur, 2013, Panduan Praktis Penyusunan dan Pelaporan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT.Prestasi Pustaka Karya

Prof.Dr.Susilo, S.pd.,Mpd, 2013 Metode Penelitian Bidang Pendidikan, Samarinda : Kanwa Publisher

Rita Eka Izzaty, S. Psi. Psi, 2005 Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK, Jakarta

Slamet Suyanto, M.Ed, 2005, Dasar - Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Hikayat

Siti Aisyha, Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bercerita, http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG311.pdf

Soemantri 2004, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Bumi Aksara

Tadkiroatun Musfiroh, S.Pd. M.Hum 2005, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta