New Microsoft Office Word 2007 文档 (Edit 3)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

28

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan masyarakat, perubahan paradigma pendidikan dan anatomi daerah membawa dampak pada pendidikan, sehingga kurikulum Taman Kanak - Kanak ( TK) perlu di kembangkan untuk menyikapi perubahan - perubahan tersebut.Pada umumnya, pendidikan berlangsung dalam tiga jalur yakni pendidikan formal, non formal dan pendidikan informal (UU SISDIKNAS pasal 13,14, dan 15 ayat 1). Pendidikan wajib pun tidak hanya sembilan tahun, tetapi pemerintah pun menganjurkan untuk melangsungkan pendidikan mulai dari usia 0-6 tahun yang dikenal dengan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). Menurut UU No. 20 tahun 2003 : Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan anak untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

1Dengan di keluarkannya peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dan perarturan mentri pendidikan nasional nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini. Direktur pembinaan TK dan SD perlu menjabarkan dalam bentuk pedoman pengembangan yang terdiri dari pedoman pengembangan - pengembangan program pembelajaran atau kurikulum TK.Anak usia TK memiliki sifat relatif spontan dalam mengekspresikan perilakunya, bersifat aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu dan antusias yang tinggi terhadap berbagai objek, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya akan imajinasi, serta merupakan masa yang potensial untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangannya.Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial dan moral. Usia taman kanak-kanak memiliki kemampuan belajar luar biasa khususnya pada awal kanak-kanak. Keinginan anak untuk belajar menjadikan anak aktif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk memahami sesuatu dan dalam waktu singkat anak beralih ke hal lain untuk di pelajari.Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang di usia taman kanak-kanak adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa lisan adalah aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya kemampuan berbahasa lisan yang baik seseorang akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya. Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognitif anak.Pengembangan kemampuan dasar berbahasa lisan melalui metode bercerita dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikologis bagi anak. Salah satu pengembangan kemampuan berbahasa lisan yang di kembangkan di kelompok B TK Cendrawasih Samarinda adalah melalui metode bercerita.Pendekatan pembelajaran baik klasikal maupun individual adalah salah satu alternatif agar anak dapat memiliki perbendaharaan kata yang di butuhkan untuk berkomunikasi sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan prestasi anak.Bertolak dari uraian di atas, maka di lakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbahasa Lisan Anak Melalui Metode Bercerita pada kelompok B TK Cendrawasih Samarinda.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peningkatan keterampilan berbahasa lisan anak melalui metode bercerita pada kelompok B Taman Kanak - Kanak Cendrawasih Samarinda.

C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbahasa lisan anak melalui metode bercerita pada kelompok B Taman Kanak - Kanak Cendrawasih Samarinda.

D. Manfaat PenelitianDengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang di harapkan adalah sebagai berikut :a. Bagi SekolahDapat memberikan masukan dalam kualitas pembelajaran khususnya dengan metode bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan anak dan dapat di gunakan sebagai alat pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.b. Bagi GuruDapat di jadikan sarana untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung dan untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran di sekolah secara khusus dalam penggunaan metode bercerita.c. Bagi SiswaDapat meningkatkan kemampuan bahasa anak sehingga anak didik memiliki minat dalam pembelajaran.d. Bagi PenelitiSebagai praktek nyata penerapan ilmu yang telah penulis peroleh selama berada di bangku perkuliahan, dan untuk memperoleh pengetahuan praktis tentang metodologi penelitian sehingga dengan penelitian ini di harapkan dapat memberikan pengalaman empiris dalam melakukan penelitian di lapangan.

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Anak Usia Dinia. Pengertian Anak Usia DiniAnak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan.Menurut Mansur (2005:88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat perkembangannya.Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% .(Slamet Suyanto,2005 :6).

5Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang di tujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut di lakukan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat di laksanakan melalui pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan anak usia dini melalui jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk yang lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak(TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang di selenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan Satuan PAUD Sejenis (SPS).Dari uraian di atas, Penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga di perlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus di berikan melalui lingkungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti Tempat Penitipan Anak (TPA) atau Kelompok Bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA. b. Karakteristik Anak Usia DiniAnak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cara unik dan berbeda. Karakteristik anak usia dini di kemukakan oleh Sofia Hartati (2005:8-9) sebagai berikut : a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa potensial untuk belajar, e) memiliki sikap egosentris, f) memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, dan g) merupakan bagian dari makhluk sosial.Sementara itu, Rusdinal (2005:16) berpendapat bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut : a) anak pada masa pra operasional. Belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat, b) anak suka menyebut nama - nama benda yang ada di sekitarnya dan mendefinisikan kata, c) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat, d) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik.c. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dinia. Perkembangan Fisik/MotorikPerkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung maupun tidak langsung (Hurlock, 1978 :114). Hurlock menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaiman anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan, otot kasar dan otot halus, yanng selanjutnya lebih di sebut dengan motorik kasar dan motorik halus (Slamet Suryanto,2005:49). Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otal seperti berlari, berjalan, melompat, memukul dan menarik. Sedangkan motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, menggunting, mengancing baju dan mengikat tali sepatu.Pada usia kanak - kanak 4-6 tahun, keterampilan dalam menggunakan otot tangan dan otot kaki sudah mulai berfungsi. Keterampilan yang berhubungan dengan tangan adalah kemampuan memasukkan sendok ke dalam mulut, menyisir rambut, mengikat tali sepatu sendiri, mengancing baju, melempar dan menangkap bola, menggunting, menggores pensil atau krayon, melipat kertas, membentuk dengan lilin serta mengcap gambar dengan pola tertentu.Dari kajian tentang perkembangan fisik-motorik di atas dapat di ketahui bahwa pada anak usia 5-5 tahun (kelompok B) otot kasar atau otot halus anak sedah berkembang. Anak memiliki banyak tenaga untuk melakukan kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat melakukan gerakan yang terkordinasi. Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan tangan sudah berkembang dengan baik, anak sudah dapat menggunakan tenaganya untuk menggoreskan pensil atau krayon sehingga anak dapat membuat gambar yang di inginkannya.b. Perkembangan KognitifPerkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga anak dapat berpikir (Mansur, 2005 :33). Keat menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir dan mengerti ( Endang Purwanti dan Nur Widodo,2005:40). Proses mental yang di maksud adalah proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensi, belajar, pemecahan masalah dan pembentukan konsep.Hal ini juga menjangkau kreativitas, imajinasi dan ingatan.Anak usia 5-6 tahun berada pada tahapan praoperasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang jelas. Anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat melakukan permainan simbolis. Namun, pada tahap ini anak masih egosentris (Slamet Suryanto, 2005:55).Sementara itu Santrock(2007:253) menyatakan bahwa pada tahap pra operasional, anak mulai mempresentasikan dunianya dengan kata-kata, bayangan dan gambar - gambar. Anak mulai berpikir simbolik, pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh dan keyakinan magis mulai terkonstruksi. Pada tahap praoperasional dapat di bagi dalam sub-sub tahap, yaitu sub tahapan fungsi simbolok dan sub tahapan pemikiran intunitif.Sub tahapan fungsi simbolik terjadi antara usia 2 sampai 4 tahun. Dalam sub tahap ini anak mulai dapat menggambarkan secara mental sebuah objek yang tidak ada. Menurut DeLoache, kemampuan ini akan sangat memperluas dunia anak. Pada usia ini anak-anak mulai menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan orang, rumah, mobil, awan dan sebagainya(Suntrock, 2007:253). Mereka mulai menggunakan bahasa dan melakukan permainan pura_pura. Namun pada sub tahap ini anak masih berpikir egosentris dan animisme. Anak belum mampu membedakan prespektif diri sendiri an prespektif orang lain.Sub tahapan pemikiran intunitif, terjadi antara usia 4 sampai 7 tahun. Anak mulai mempraktikkan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban dari berbagai pertanyaan. Namun anak masih berpikir secara sentralisasi, yaitu pemusatan perhatian pada suatu karakteristik dan pengabaian karakteristik lain. Cara berpikir anan pada tahap ini masih irreversible(tidak dapat di balik). Anak belum mampu meniadakan suatu tindakan dari arah sebaliknyaDari kajian mengenai perkembangan kognitif anak di ketahui bahwa unsur yang menonjol pada tahap pra-operasional adalah mulai di gunakannya bahasa simbolis yang berupa gambaran atau bahasa ucapan. Anak dapat berbicara tanpa di batasi waktu sekarang dan dapat membicarakan satu hal bersama-sama. Dengan bahasa anak dapat mengenal bermacam benda dan mengetahui nama-nama benda yang di kenal melalui pendegaran dan pengelihatannya. c. Perkembangan BahasaPenguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme yang alami. Menurut Lanneberg, perkembangana bahasa anak berjalan sesuai jadwal biologisnya(Eni Zubadiah, 2003:13). Hal ini dapat di gunakan sebagai dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur tertenu belum dapat berbicara. Perkembangan bahasa tidak di tentukan pada umur, namum mengarah pada perkembangan motoriknya. Namun perkembangan tersebut sangat di pengaruhi oleh lingkungan. Bahasa anak akan muncul dan berkembang melalui berbagai situasi interaksi sosial dengan orang dewasa(Kartini Kartono, 1995:127).Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.(Suhartono(2005:13-14) menyatakan bahwa peranan bahasa bagi anak usia dini di antaranya sebagai sarana untuk berpikir, sarana untuk mendengarkan, sarana untuk berbicara dan sarana agar anak mampu membaca dan menulis. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan keinginan dan pendapatnya kepada orang lain.Anak usia 5 tahun telah mampu menghimpun 8000 kosakata. Mereka dapat membuat kalimat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat majemuk, serta bentuk penyusunan lainnya. Mereka telah belajar menggunakan bahasa dalam situasi yang berbeda(Gleason dalam Slamet Suryanto, 2005:74).Mansur (2005:36), menyatakan bahwa kemampuan bahasa berkaitan erat dengan kemampuan kognituf anak, walaupun mulanya bahasa dan pikiran merupakan dua aspek yang berbeda. Namun sejalan dengan perkembangan kognitif anak, bahasa menjadi ungkapan dari pikiran.Menurut Caroll Seefelt dan Baraba A.Wasik(2008:74) karakteristik perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut :a. Anak pada usia 4 tahun :1) Menguasai 4.000-6.000 kata.2) Mampu berbicara dalam kalimat 5-6 kata.3) Dapat berpartisipasi dalam percakapan, sudah mampu mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapinya.4) Dapat belajar tentang kata mana yang di terima secara sosial dan mana yang tidak.b. Anak pada usia 5 tahun :1) perbendaharaan kosakata mencapai 5.000-8.000 kata.2) Struktur kalimat menjadi lebih rumit.3) Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada beberapa kesalahan pelafalan.4) Dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar.5) Mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara.6) Senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.Berdasarkan kajian mengenai perkembangan bahasa anak di ketahui bahwa perkembangan bahasa anak terjadi dalam interaksi dengan lingkungan. Bahasa merupakan ungkapan dari apa yang di pikirkan anak, sehingga bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain.d. Perkembangan EmosiEmosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan gejala perilaku yang terlihat (Mansur,2005:56). Perkembangan emosi memainkan peranan yang penting dalam kehidupan terutaman dalam hal penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan lingkungan. Adapun dampak perkembangan emosi adalah sebagai berikut : a) Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari, b) emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan, c) emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, d) emosi mengganggu aktivitas mental, dan e) reaksi emosi yang di ulang-ulang akan mejadi kebiasaan (Soemantri, 2004:142-143).Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A. Wasik (2008:71-72), ada beberapa karakteristik perkembangan sosial emosional anak usia 5 tahun antara lain :a) Dapat mengetur emosi dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang bisa diterima secara sosial.b) Anak mampu memisahkan perasaan dengan tindakan mereka.c) Menghayati perilaku sosial yang pantas.d) Kekerasan emosi dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah mampu mengungkapkan perasaan melalui kata-kata.e) Dapat melucu atau membuat lelucon.

B. Keterampilan Berbahasa Lisana. Pengertian Keterampilan Berbahasa LisanDalam kamus besar Bahasa Indonesia (dalam Eko Handayani, M.Psi 224:11.13) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang berartikulasi yang di pakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran; perkataan - perkataan yang di pakai oleh suatu bangsa ; serta percakapan(perkataan) yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik. Dengan kata lain bahasa adalah alat komunikasi yang berupa lambang bunyi sehingga berbentuk kata - kata yang berupa pikiran dan perasaan seseorang.Sedangkan menurut Huliyt & Howard 1997 (dalam Eko Handayani, M.Psi 2004:11.3) sesungguhnya bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat bawaan. Sejak lahir kita telah di lengkapi dengan kapasitas untuk menggunakan bahasa, yaitu bahasa yang bersifat naluri, namun kapasitas setiap orang berbeda, tergantung jenis bahasa yang mereka gunakan.Menurut Owen, Freman, Muscow (1991:17), anak pada masa periode ini (usia taman kanak-kanak) telah menguasai kata-kata 200-2000 kata. Berbahasa yang banyak dan benar sangat menunjang peningkatan perkembangan berpikir anak. Menciptakan situasi yang memungkinkan anak berbahasa dengan baik dan benar, dapat membantu perkembangan bahasa anak.Menurut Nelson (dalam brewer.1995:24) mengklasifikasi bahasa anak sebagai referensi dan ekspresif. Kata-kata benda umumnya di golongkan dalam refensial, sedangkan kata-kata sosial di golongkan sebagai ekspresif.Kemampuan berbahasa pada anak tidaklah tiba-tiba, melainkan bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Oleh karena itu perkembangan bahasa anak di tandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuntutan yang lebih kompleks. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, apakah itu bahasa lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan seni. Sejalan dengan perkembangan otot-otot yang berkaitan dengan proses berbicara, pada tahun kedua umumnya bayi sudah bisa berkomunikasi melalui bahasa lisan yang dapat di mengerti oleh lingkungannya sekalipun masih sangat sederhana.Menurut Deny Sugono,(1997 :14) Bahasa lisan merupakan bentuk kata dan susunan kalimat dalam bentuk lafal dan tataan bahasa, hal ini yang membedakan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan.b. Faktor Yang Mempengaruhi BerbahasaPara ahli berbeda pendapat tentang faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa individu. Beberapa ahli menyatakan bahwa bahasa merupakan kemampuan yang di peroleh sejak lahir. Sedangkan para ahli lain berpendapat bahwa bahasa mempunyai pengaruh faktor eksternal terhadap kemampuan bahasa maupun interaksi antara kedua faktor tersebut. Kesimpulan tentang cara individu belajar bahasa sangat penting bagi pendidik dalam kaitannya dengan pembelajaran pada anak. Bromley (1991:3:20) di kutip dalam buku Metode Pengembangan Bahasa menjelaskan beberapa jenis faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa anak, yaitu : a) Faktor menyimak; b) faktor situasi ; c) faktor pembicara.Faktor menyimak berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman, pengalaman dan strategi anak dalam memonitor pemahaman mereka terhadap informasi yang di sampaikan. Faktor situasi berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak dan stimulasi visual yang di berikan. Faktor pembicaraan berkaitan dengan berbagai cara dalam mengkomunikasikan pesan sehingga anak dapat menyimak secara efektif yang dapat di perkuat antara lain dengan gerakan, ekspresi wajah dan bahasa tubuh.c. Fungsi Bahasa Sebagai Alat KomunikasiSehubungan dengan peranan penting bahasa dalam kehidupan manusia, Halliday (1974:41) mengemukakan beberapa fungsi bahasa anak yaitu sebagai berikut :1) Keterampilan berbahasa; dapat ditunjukkan oleh anak dalam prilaku : menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, mendiskripsikan melaporkan kejadian, menyatakan suka/tidak suka, meminta izin bantuan, mengemukakan alasan, memerintah atau menolak sesuatu.2) Keterampilan mendengar; dapat di tunjukkan oleh anak dalam prilaku : mendengarkan perintah, mendengarkan pertanyaan, mendengarkan orang yang sedang berbicara dan mendengarkan orang yang memberikan petunjuk.3) Keterampilan berbicara ; dapat di tunjukkan oleh anak dalam prilaku : mengembangkan keterampilan bertanya, menyiapkan kegiatan yang dapat di lakukan di dalam maupun di luar kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggunakan berbagai kegiatan yang bervariasi.

C. Metode Berceritaa. Pengertian Metode BerceritaMetode merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Sedangkan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan di sampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang di bawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak.b. Aspek-Aspek Yang Perlu di Kembangkan Melalui BerceritaAspek - aspek yang perlu di kembangkan dalam sebuah cerita meliputi: a) aspek perkembangan bahasa, b) aspek perkembangan sosial, c) aspek perkembangan moral dan d) aspek perkembangan kognisi. Kelima aspek tersebut tidak pilah benar. Kesemuanya saling terkait dab saling mempengaruhi. (Tadkiroatun Musfiroh,S.Pd, M.Hum 2005:55).c. Tujuan BerceritaHidayat (dalam Dra. Moeslichatoen R,M.pd,2005:11) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dalam program kegiatan adalah :1. Mengembangkan kemampuan dasar untuk pengembangan daya cipta, dalam pengertian membuat anak kreatif, lancar, fleksibel dan orisinil dalam bertutur kata, berpikir serta berolah tangan dan berolah tubuh sebagai latihan motorik halus maupun kasar2. Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi lisan dengan lingkungan. Sedengkan manfaat bercerita untuk anak adalah :a. Menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral dan agamab. Memberi sejumlah pengetahuan dan pengalamanc. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotord. Mengembangkan imajinasi anake. Mengembangkan dimensi perasaan anakf. Membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin di pilih anak sesuai karakter yang di inginkang. Mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak karena senang mendengarkan cerita walaupun cerita di bacakan berulang-ulang.

D. Teknik Penyajian Ceritaa. Penyajian CeritaAnak TK pada umumnya belum dapat membaca, kosa katanya juga masih sangat terbatas. Daya nalarnya juga sangat dangkal sehingga untuk membedakan antara yang nyata dan yang fantasi pun belum mampu. Adapun bentuk-bentuk penyajian cerita pada anak TK adalah sebagai berikut :

a. Kartu CeritaKartu cerita adalah sebuah cerita yang berbentuk teks berisi catatan singkat dari bagian-bagian cerita secara beruntun.b. Gambar SeriGambar seri adalah kumpulan beberapa gambar dimana ringkasan cerita di tuliskan pada kertas tersendiri sebagai bahan bercerita.c. Buku Cerita Buku cerita adalah sebuah bentuk cerita yang berbentuk buku di mana terdapat cerita-cerita yang saling berkaitan.Untuk menyajikan cerita menarik, di perlukan beberapa persiapan, mulai dari penyiapan tempat, penyiapan alat peraga, hingga penyajian cerita. Penerapan teknik penyajian cerita di pengaruhi oleh kondisi pendengar dan kultur ( budaya ) yang melingkupi cerita. Sesuatu yang di rencanakan, kadang mengalami perubahan ketika proses penceritaan terjadi.Persiapan cerita terkait erat dengan teknik penyajian cerita, yakni cara - cara dan alat - alat yang di gunakan guru dalam menyampaikan cerita. Teknik dalam arti ini mengandung pengertian daya upaya, usaha - usaha, atau cara - cara yang di gunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan kegiatan bercerita. Adapun teknik- teknik penyajian cerita adalah sebagai berikut :b. Memilih dan Memperisapkan tempatAktivitas bercerita tidak harus di lakukan di dalam kelas. Kegiatan cerita dapat di lakukan di manapun asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan, dan kenyamanan. Apabila jumlah anak relatif banyak sebaiknya di pilih tempat yang luas. Ruangan kelas merupakan tempat yang paling representatif (memenuhi persyaratan). Tempat yang di pilih musti di tata sedemikian rupa sehingga semua anak dapat melihat kepada guru mereka. Apabila ruangan yang di sediakan relatif besar dan jumlah anak relatif banyak, tempet di tata semi melingkar, setengah oval, separuh empat persegi panjang. Penataan ini memungkinkan anak lebih dekat dengan pencerita sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Sedapat mungkin kapasitas ruangan di sesuaikan dengan jangkauan suara. Oleh karena itu, kehadiran pengeras suara akan sangat membantu kelancaran proses penceritaan. (Tadkiroatun Musfiroh,S.Pd, M.Hum 2005:137-138).Adapun langkah-langkah yang harus di lakukan dalam persiapan bercerita adalah :1. Menetapkan tujuan dan tema. Guru mengawali dengan menceritakan suatu cerita yang berkaitan dengan materi yang di bahas.2. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih. Siswa yang di tunjuk menceritakan cerita sesuai dengan cerita yang ingin di sampaikan.3. Menetapkan alat dan bahan yang di perlukan dalam kegiatan bercerita.4. Menetapkan langkah-langkah kegiatan bercerita.5. Mengatur tempat duduk6. Melaksanakan kegiatan bercerita.7. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita8. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Setting Penelitiana. Jenis PenelitianSesuai dengan judul skripsi ini, maka jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. (Arikunto :2008 :2). Penelitian ini di rencanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus di laksanakan selama 2 kali pertemuan. Hasil dari satu siklus di sempurnakan pada skilus berikutnya sampai mendapatkan hasil belajar yang maksimal.b. Waktu dan TempatPenelitian di laksanaka pada bulan Maret s/d April 2014 di Kelompok B TK Cendrawasih Samarinda Jl. Biola Prevab Segiri Samarinda.c. Objek dan SubjekSubjek penelitian ini adalah guru dan anak didik kelompok B TK Cendrawasih Samarinda Semester II tahun pembelajaran 2013/2014 dengan jumlah anak 19 anak terdiri dari 5 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dan yang menjadi objek penelitian ini adalah media buku cerita.

21B. Pelaksanaan Tindakana. Tindakan PrasiklusPada kegiatan prasiklus, peneliti melakukan pengamatan awal untuk mengiventarisasi permasalah dalam pembelajaran, selanjutnya peneliti menemukan satu masalah yang di anggap penting dan dapat segera di atasi, yaitu mmasalah kurangnys peran aktif anak dalam proses pembelajaran, sehingga prestasi belajar bahasa melalui bercerita relatif rendah. Hal ini di sebabkan karena selama ini pembelajaran melalui bercerita kurang di minati anak. Untuk melakukan tindakan lanjutan, peneliti menyusun suatu metode pembelajaran yang menarik dengan memulai bercerita yang mudah di pahami oleh anak.b. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan program pengajaran di lakukan dalam tiga siklus, pada siklusnya di adakan dua kali pertemuan, dengan rincian pertemuan pertama adalah proses kegiatan belajar mengajar dan pertemuan kedua evaluasi atau penelitian. Pada tahap ini di laksanakan pembelajaran dengan pendekatan pengembangan bahasa melalui bercerita sesuai dengan yang di rencanakan pada tahap perencanaan. Secara lengkap, pada pertemuan dalam proses belajar mengajar di lakukan sebagai berikut :1. Guru membuka pelajaran, dengan membentuk posisi duduk melingkar.2. Guru mrnyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi anak dengan menguraikan pentingnya belajar bercerita, serta menjelaskan tenteng pelaksanaan pembelajaran kepada anak.3. Guru meminta semua anak untuk mendengarkan ceritanya dan di dengarkan dengan seksama sampai selesai.4. Mengingat kembali tentang apa yang di ceritakan pada guru melalui pertanyaan - pertanyaan.

C. Prosedur dan Rancangan Penelitiana. Prosedur PenelitianMenurut Suharsimi Arikunto (2006:16), prosedur penelitian tindakan kelas meliputi empat tahapan yaitu :a) Pencana tindakanb) Pelaksanaan tindakanc) Observasid) Refleksi.Secara rinci prosedur penelitian di uraikan sebagai berikut :a. Siklus ISiklus ini merupakan tindakan awal dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tema. Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1. PerencanaanSiklus I di awali dengan tahapan perencanaan dengan melaksanakan skenario atau langkah - langkah pembelajaran dengan berpedoman pada RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian) sesuai dengan tema. Peneliti juga harus menyiapkan media pembelajaran dan format observasi anak dan format observasi tindak guru pada tindakan siklus I.2. PelaksanaanPada tahapan pelaksanaan siklus ini rencana pembelajaran yang telah di rancang bersama kolaborator akan di laksanakan. Kegiatan ysng akan di laksanakan peneliti pada tahapan pelaksanaan ini yaitu sebagai berikut :a) Mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak anak berdoa bersama sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Kemudian guru mengajak anak bercakap - cakap mengenai tema yang ingin di sampaikan kepada anak pada hari tersebut.b) Membagi anak dalam empat kelompok kecil untuk masuk ke dalam empat area yang telah di persiapkan sebelumnya dan menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran.c) Membagi media pembelajaran dan mengarahkan anak untuk melaksanakan kegiatan.d) Memberi penguatan dan motivasi pada anak selama kegiatan pembelajaran.e) Setelah anak selesai melakukan kegiatan, guru meminta anak untuk menceritakan pengalaman yang di perolah anak selama melakukan kegiatan.3. ObservasiTahapan observasi di laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian menggunakan format observasi anak dengan aspek penilaian.4. RefleksiPada tahapan refleksi di laksanakan diskusi antara peneliti dan kolaborator untuk menilai aspek yang belum tercapai pada tindakan siklus I dan mengevaluasi kekurangan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. Jika permasalahan belum dapat teratasi pada siklus I maka perlu untuk di lanjutkan dan di perbaiki pada siklus selanjutnya yaitu siklus II maupun III.b. Siklus IISiklus ini merupakan tindakan awal dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tema. Siklus II terdiri dari empat tahapan yang meliputi, tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.1. PerencanaanSiklus I di awali dengan tahapan perencanaan dengan melaksanakan skenario atau langkah - langkah pembelajaran dengan berpedoman pada RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian) sesuai dengan tema. Peneliti juga harus menyiapkan media pembelajaran dan format observasi anak dan format observasi tindak guru pada tindakan siklus II.2. PelaksanaanPada tahapan pelaksanaan siklus ini rencana pembelajaran yang telah di rancang bersama kolaborator akan di laksanakan. Kegiatan ysng akan di laksanakan peneliti pada tahapan pelaksanaan ini yaitu sebagai berikut :a) Mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak anak berdoa bersama sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Kemudian guru mengajak anak bercakap - cakap mengenai tema yang ingin di sampaikan kepada anak pada hari tersebut.b) Membagi anak dalam empat kelompok kecil untuk masuk ke dalam empat area yang telah di persiapkan sebelumnya dan menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran.c) Membagi media pembelajaran dan mengarahkan anak untuk melaksanakan kegiatan.d) Memberi penguatan dan motivasi pada anak selama kegiatan pembelajaran.e) Setelah anak selesai melakukan kegiatan, guru meminta anak untuk menceritakan pengalaman yang di perolah anak selama melakukan kegiatan.3. ObservasiTahapan observasi di laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian menggunakan format observasi anak dengan aspek penilaian.4. RefleksiPada tahapan refleksi di laksanakan diskusi antara peneliti dan kolaborator untuk menilai aspek yang belum tercapai pada tindakan siklus I dan mengevaluasi kekurangan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. Jika permasalahan belum dapat teratasi pada siklus II maka perlu untuk di lanjutkan dan di perbaiki pada siklus selanjutnya yaitu siklus III.

b. Siklus IIIApabila siklus kedua belum mencapai minimal 80%, maka akan di laksanakan dengan siklus ketiga yang metodenya sama, namun mengembangkan aspek- aspek yang kurang berdasarkan hasil evaluasi pada siklus kedua kemudian di akhiri dengan mengevaluasi hasil dari pembelajaran tersebut. Adapun aspek penilaian anak yang di laksanakan pada tindakan kelas antara lain :

1. Perhatian anak pada cerita2. Ketepatan pengucapan kata dan kalimat3. Keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan dari isi cerita.4. Ketepatan intonasiSiklus ini merupakan tindak lanjut dari siklus II dalam rangka peningkatan kemampuan berbahasa lisan. Siklus III terdiri dari empat tahapan yang meliputi, tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.1. PelaksanaanPada tahapan pelaksanaan siklus ini rencana pembelajaran yang telah di rancang bersama kolaborator akan di laksanakan. Kegiatan ysng akan di laksanakan peneliti pada tahapan pelaksanaan ini yaitu sebagai berikut :a) Mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak anak berdoa bersama sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Kemudian guru mengajak anak bercakap - cakap mengenai tema yang ingin di sampaikan kepada anak pada hari tersebut.b) Membagi anak dalam empat kelompok kecil untuk masuk ke dalam empat area yang telah di persiapkan sebelumnya dan menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran.c) Membagi media pembelajaran dan mengarahkan anak untuk melaksanakan kegiatan.d) Memberi penguatan dan motivasi pada anak selama kegiatan pembelajaran.e) Setelah anak selesai melakukan kegiatan, guru meminta anak untuk menceritakan pengalaman yang di perolah anak selama melakukan kegiatan.2. ObservasiTahapan observasi di laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian menggunakan format observasi anak dengan aspek penilaian.3. RefleksiPada tahapan refleksi di laksanakan diskusi antara peneliti dan kolaborator untuk menilai aspek yang belum tercapai pada tindakan siklus III dan mengevaluasi kekurangan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. Jika permasalahan belum dapat teratasi pada siklus III maka tidak perlu lagi untuk di lanjutkan dan di perbaiki pada siklus selanjutnya.Berdasarkan uraian mengenai prosedur dalam penelitian tindakan kelas di atas dapat di gambarkan pada bagan di bawah ini sebagai berikut:

TAHAPAN SIKLUS

Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan SIKLUS II

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan SIKLUS III

Refleksi

Bagan 1. Tahapan siklus

D. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan metode :a. Metode Observasi ( pengamatan)Observasi yaitu salah satu cara untuk mendapatkan data dengan melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau data yang berhubungan dengan rencana penelitian.Pengamat melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang di lakukan pengamat adalah mengamati aktivitas anak selama mengikuti pembelajaran dengan mencatat hasil pengamatannya dalam lembar pengamatan yang telah di sediakan.b. Metode EvaluasiEvaluasi merupakan cara yang di lakukan di akhir kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu penelitian atau metode. Evaluasi ini di lakukan pada setiap akhir siklus, data hasil evaluasi di gunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar anak setelah di ajar dengan pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode bercerita.

E. Teknik Analisis DataDalam penelitian ini, analisis data yang di gunakan adalah analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah analisis data yang memanfaatkan teknik-teknik pengolahan data dengan menggunakan tabulasi, menghitung rata-rata dan skorsing.Data yang di analisis dengan analisis kuantitatif meliputi :a. Data hasil observasi di analisis berdasarkan skor yang di peroleh masing- masing siswa berdasarkan kategori : SB = Sangat Baik, artinya anak sudah mampu melakukan kegiatan bercerita dengan bahasa lisan dengan intonasi yang baik dan benar. B = Baik, artinya anak sudah mampu melaksanakan kegiatan bercerita dengan bahasa lisan. C = Cukup, artinya anak cukup mampu melaksanakan kegiatan bercerita dengan bahasa lisan. K = Kurang, artinya anak belum mampu melaksanakan kegiatan bercerita dengan bahasa lisan.b. Skala sikap untuk mengungkapkan sikap siswa melalui tugas.c. Cara menghitung nilai berdasarkan kurikulum yang berlaku. Mutu pembelajaran di ukur dengan besarnya angka ketuntasan belajar siswa sebesar 80 %.

F. Kriteria Keberhasilan SiswaData hasil observasi analisis, selain berdasarkan skor yang di peroleh masing-masing siswa berdasarkan kategori, juga di lakukan analisis berdasarkan kriteria sebagai berikut :0 - 25 Rendah Sekali26 - 50 Rendah51 - 75 Tinggi76 - 100 Tinggi Sekali

G. Instrumen PenelitianInstrumen- instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini antara lain :a. Lembar observasi aktivitas belajar anakInstrumen ini di gunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas anak selama mengikuti pembelajaran, di dalam instrumen ini pengamat akan memberikan skor pada aspek aktivitas yang di lakukan anak.b. Lembar EvaluasiInstrumen ini di gunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar anak pada kompetensi dasar dan berkomunikasi.

H. Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan dalam penelitian adalah apabila :1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan siswa dapat berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar tidak ada kesan terpaksa.2. Hasil belajar siswa tentang keterampilan berbahasa lisan mengalami peningkatan.3. Siswa dapat memahami tentang keterampilan berbahasa lisan melalui metode bercerita.DAFTAR PUSTAKA

Djago Taringan, Prof. Dr. H.G Taringan, 1986, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung : Angkasa

Eli Tohonan Tua Pane, S,Pd. Implementasi Bahasa Anak Usia Dini, http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=73&idStatus=0

Eko Handayani, M.Psi, 2004, Karakteristik Anak Usia Dini, Bandung : Remaja Rosdakarya

Hidayah Nur, 2013, Panduan Praktis Penyusunan dan Pelaporan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT.Prestasi Pustaka Karya

Prof.Dr.Susilo, S.pd.,Mpd, 2013 Metode Penelitian Bidang Pendidikan, Samarinda : Kanwa Publisher

Rita Eka Izzaty, S. Psi. Psi, 2005 Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK, Jakarta

Slamet Suyanto, M.Ed, 2005, Dasar - Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Hikayat

Siti Aisyha, Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bercerita, http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG311.pdf

Soemantri 2004, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Bumi Aksara

Tadkiroatun Musfiroh, S.Pd. M.Hum 2005, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta