Upload
dinhmien
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Gigih Amrillah Ibnurhus
NIM. 11140510000164
NILAI – NILAI DAKWAH DALAM BUDAYA
ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
PENGEMBANGAN PROFESI INDONESIA (LP3I)
JAKARTA PUSAT
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Gigih Amrillah Ibnurhus
11140510000164
Nilai-nilai Dakwah dalam Budaya Organisasi Lembaga
Pendidikan dan Pengembanga Profesi Indonesia (LP3I)
Jakarta Pusat
LP3I merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
berorientasi kerja dan terkemuka di Indonesia. Berdiri sejak 29
Maret 1989, saat ini LP3I sudah berkembang pesat hingga
memiliki 56 Cabang diseluruh Indonesia. Berawal dari keresahan
dan tidak tertampungnya lulusan pendidikan tinggi membuat
LP3I menjadi salah satu alasan untuk ikut serta berkontribusi
dalam dunia pendidikan. Perusahaan atau organisasi yang
semakin berkembang dan modern menjadi persaingan di era
globalisasi seperti sekarang ini, oleh karena itu LP3I menjawab
tantangan tersebut dengan terus berbenah serta menerpakan
budaya organisasi yang didalamnya terdapat nilai-nilai dakwah
agar didalam bekerja tidak hanya mementingkan kehidupan dunia
saja melainkan kehidupan akhirat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimana budaya
organisasi di LP3I Jakarta Pusat? Bagaimana nilai-nilai dakwah
yang terkandung dalam budaya organisasi LP3I Jakarta Pusat?
Adapun penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivisme. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskripstif dengan pendekatan kualitatif.
Untuk memperoleh data digunakan tekhnik pengumpulan data,
yaitu observasi non partisipasi, wawancara, dokumentasi dan
kepustakaan.
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsep karakteristik budaya organisasi. Pada karakterisitik
budaya organisas imenurut O’reilly dan Jehn yang dikutip oleh
Robbins memberikan tujuh karakteristik yang efektif yaitu
inovasi dan keberanian mengambil resiko, perhatian terhadap
detail, berorientasi pada hasil, berorientasi kepada manusia,
berorientasi kepada kelompok, agresivitas dan stabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa LP3I menerapkan budaya
ii
organisasi yang mengacu pada tujuh karakteristik tersebut. Selain
itu, nilai-nilai dakwah dalam budaya organisasi yang diterapkan
terdapat sembilan corporate culture LP3I yang menjadi pola atau
landasan aturan didalam LP3I diantaranya yaitu: niat kerja
sebagai ibadah, memberi salam ketika bertemu dan ketika masuk
kantor, membaca basmalah, sholawat dan kultum sebelum rapat,
pemotongan gaji 2,5% untuk ZIS, sholat tepat waktu, i’tikaf,
saling mendo’akan, yasinan bersama, dan membaca buku. Nilai-
nilai dakwah secara universal diaplikasikan kedalam organisasi
LP3I sehingga terciptanya harmonisasi antara keduanya, budaya
organisasi dan nilai-nilai dakwah yang melekat menjadi salah
satu keunggulan LP3I sebagai alternatif lembaga yang bergerak
dibidang jasa pendidikan yang ada di Indonesia.
Kata Kunci: LP3I, Budaya Organisasi, Nilai-nilai
Dakwah.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin segala puji dan syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan nikmat sehat wal’afiat
dalam mengerjakan skripsi, memberikan kekuatan dan kesabaran
yang tiada henti serta kemudahan jalan dalam melakukan
penelitian. Dan tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabiagung, Nabi Muhammad SAW, sehingga akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-
Nilai Dakwah Dalam Budaya Organisasi Lembaga Pendidikan
Dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) Jakarta Pusat”
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan memudahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA. Selaku
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arif Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Masran, M. Ag., selaku Ketua Prodi Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, dan Dosen Pembimbing Akademik. Fita
Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
4. Nunung Khoiriyah, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak informasi sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
iv
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti
selama menempuh pendidikan.
6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan
administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini
berlangsung.
7. Terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda Drs. Rosmadi
dan Ibunda tercinta Khusnul Khotimah yang selalu
memberikan cinta dankasih sayang, membantu penulis dalam
bentuk semangat dan dukungan tanpa henti ketika penulis
merasa lelah, selalu memberikan dukungan moril maupun
materi.
8. Terimakasih Kakak tersayang Nisak Ruwah Ibnatur Khusnul,
M.Pd dan Adik yang penulis banggakan Antig Barkah Ibnatur
Husnul yang telah memberikan dukungan, semangat dan
motivasi selama menempuh pendidikan perkuliahan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Terima kasih juga untuk keluarga tercinta Bani H. Kasmad
Family, Keluarga Besar Safari Taswi, yang selalu mendukung
peneliti dari awal masuk kuliah sampai mendapat gelar
sarjana.
v
10. Pegawai LP3I Bapak Ishak, Bapak Fitiyo, Bapak Fajar dan
Bapak Nawawi dan seluruh karyawan dan staff LP3I Jakarta
Pusat yang baik hati, ramah dan selalu siap sedia membantu
memberikan informasi mengenai penelitian skripsi peneliti.
11. Teman-Teman KPI angkatan 2014, terima kasih telah
memacu peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini melalui
sidang-sidang kalian. Semoga kesuksesan bersama kita
semua!
12. Teman-Teman kelas KPI D, terima kasih selalu menemani
masa-masa kuliah dan memberikan warna dalam pertemanan
ini, menjadi teman yang selalu support, memotivasi,
memberikan semangat, menjadi tempat keluh kesah peneliti.
13. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang Jakarta
(IMPP-J) yang juga selalu memberikan semangat dan juga
dukungan agar penulis tidak mudah putus asa.
Peneliti mengakui masih banyak kekurangan dari
penulisan skripsi ini. Akhir kata, terima kasih ata segala
bentuk dukungan dari kalian semoga dapat balasan dari Allah
SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang
banyak.
Jakarta, 22 Januari 2019
Gigih Amrillah Ibnurhus
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah........................................................... 6
C. Batasan Masalah ................................................................ 7
D. Rumusan Masalah .............................................................. 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 7
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 8
G. Metodologi Penelitian ...................................................... 11
H. Sistematika Penulisan ...................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya Organisasi ........................................................... 16
1. Pengertian Budaya Organisasi .................................... 16
2. Manfaat Budaya Organisasi ........................................ 17
3. Karakteristik Budaya Organisasi ................................ 19
4. Tingkatan Budaya Organisasi ..................................... 21
5. Bentuk Budaya Organisasi .......................................... 22
B. Nilai-nilai Dakwah........................................................... 24
1. Pengertian Nilai .......................................................... 24
2. Dakwah ....................................................................... 26
3. Nilai-nilai Dakwah ...................................................... 30
vii
C. Kerangka Berpikir ........................................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ......... 35
A. Profil LP3I ....................................................................... 25
1. Sejarah Sigkat ............................................................. 25
2. Visi .............................................................................. 36
3. Misi ............................................................................. 41
4. Tujuan dan Metode Pendidikan .................................. 45
5. Pengembangan Kualitas .............................................. 45
B. Struktur Organisasi LP3I ................................................. 50
1. Struktur Organisasi ...................................................... 50
2. Letak Geografis ........................................................... 50
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Budaya Organisasi LP3I .................................................. 51
B. Nilai-nilai Dakwah dalam Budaya Organisasi LP3I......... 57
BAB V PEMBAHASAN
A. Budaya Organisasi LP3I Jakarta Pusat ............................. 69
B. Nilai-nilai Dakwah dalam Budaya Organisasi LP3I......... 79
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................... 108
B. Implikasi ......................................................................... 109
C. Saran ............................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat
mengakibatkan perusahaan atau organisasi semakin
bertambah sehingga persaingan antar perusahaan atau
organisasi tidak dapat dihindarkan. Era globalisasi yang
bergulir, menghadirkan tantangan tersendiri bagi negara-
negara berkembang dalam pelaksanaan perekonomian
negaranya. Persaingan yang sifatnya lebih terbuka antar
pelaku ekonomi global, memaksa perusahaan-perusahaan
dituntut aktif dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas
sumber dayanya agar mampu menghadapi persaingan global
saat ini. Suatu perusahaan tidak dapat berjalan apabila tidak
ada manusia didalamnya, oleh karenanya organisasi yang
terdiri dari sekelompok manusia yang berlatar belakang
berbeda-beda baik kepribadian, pendidikan, lingkungan,
status ekonomi, dan sebagainya yang disatukan dalam satu
tujuan yang sama dalam satu perusahaan tentu akan
menghasilkan dampak baiknya atau buruknya perusahaan
tersebut ditentukan oleh manusianya itu sendiri.
Setiap perusahaan menuntut agar karyawannya dapat
bekerjasama secara efektif dan efisien guna untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk mengimplementasikan tujuan sebuah
perusahaan atau organisasi diperlukan kegiatan manajemen
yang didasari pada perencanaan. Perencanaan merupakan
langkah awal dalam menentukan sebuah kebijakan. Dalam
2
proses kegiatan pembinaan karakter melalui budaya
organisasi dapat berjalan dengan baik jika didalamnya
dilandasi pada nilai-nilai agama.
Kegiatan yang mempunyai nilai-nilai agama
berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong manusia
untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang
dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai
mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Dengan motivasi
seseorang terdorong untuk berkreasi, berbuat kebajikan
maupun berkorban. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh
diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama
sebagai nilai etika karena dalam melakukan sesuatu tindakan
seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang
dianutnya, sehinggga dapat mendorong seseorang untuk
berlaku jujur, menepati janji, menjaga amanat dan
sebagainya.
Dalam Islam, terdapat etos kerja seorang muslim
yang didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini
seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk
memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi
juga sebagai suatu manifestasi dari amal saleh dan oleh
karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.1Ciri-
ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan
tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan
1 Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakata: PT.
Amanah Bunda Sejahtera, 1995), hlm. 28.
3
pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja
itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah
Allah yang akan memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya
sebagai bagian dari manusia pilihan.
Agama mempunyai kedudukan dan peranan yang
sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan
spiritual, moral, dan etika dalam membangun manusia
sebagai individu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
spiritual adalah berhubungan dengan sifat kejiwaan
(rohani,batin). Moral adalah kelakuan yang sesuai dengan
ukuran (nilai-nilai masyarakat) yang timbul dari hati bukan
paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung
jawab atas kelakuan tersebut. Tindakan tersebut haruslah
mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan atau
keinginan pribadi.2 Secara terminologis etika berarti
pengetahuan yang membahas baik-buruk atau benar-tidaknya
tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti
kewajiban-kewajiban manusia.3
Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan
diamalkan oleh setiap individu, keluarga, masyarakat, serta
menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu
aktivitas keagamaan perlu mendapat perhatian lebih besar,
baik yang berkaitan dengan penghayatan dan pengamalan
agama, pembinaan pendidikan agama, maupun pelayanan
2Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta:
Gunung Agung, 1995),hlm. 63. 3Abdul Haris, Pengantar Etika Islam. (Sidoarjo: Al-Afkar, 2007),
hlm.3.
4
kehidupan beragama. Kepedulian perusahaan terhadap
agama salah satunya dibuktikan dengan dibentuknya
pembinaan rohani yang diharapkan dapat membina para
pegawai dibidang keagamaan sehinggga memiliki ketahanan
spiritual dan akhlak mulia yang dapat diwujudkan dalam
penyelenggaraan pembangunan, pemberdayaan dan
pelayanan masyarakat serta pelaksanaan tugas dan kewajiban
seorang pegawai.
Budaya organisasi sebaiknya dimiliki oleh karyawan
yang memiliki nilai-nilai, norma, acuan, pedoman yang harus
dilaksanakan. Budaya organisasi juga sebagai pemersatu
pegawai, peredam konflik dan motivator karyawan untuk
melaksanakan tugas dengan baik, sehingga berpengaruh
positif terhadap perilaku dan kinerja karyawan. Suatu
perusahaan atau organisasi yang memiliki budaya akan kuat
artinya seluruh karyawan memiliki satu persepsi yang sama
dalam mencapai tujuan perusahaan. Kesatuan persepsi
didasarkan pada kesamaan nilai, norma yang dijunjung
tinggi, dan pola perilaku yang ditaati.4
Begitu pula dengan budaya organisasi di LP3I dengan
corporate culture yang dimilikinya terkandung nilai-nilai
islami. Corporate culture yang kuat akan membuat LP3I
memberikan kepastian kepada seluruh karyawan untuk
berkembang bersama, tumbuh dan mencapai tujuan dari LP3I
4 Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi: Kajian, Organisasi
Bisnis, Ekonomi Sosial, Pendidikan, dan Polotik, (Jakarta: Nusantara
Consulting, 2009), hlm, 229.
5
itu sendiri. LP3I merupakan lembaga pendidikan yang
berorientasi kerja, yang memiliki jaringan perusahaan
tersebar luas di seluruh Indonesia, LP3I senantiasa
meningkatkan kualitas layanan dan kualitas pendidikannya.
Kualitas pendidikan yang dibentuk dari nilai-nilai islami
sebagai pondasi dari perusahaan. Implementasi nilai-nilai
Islam juga sangat diperlukan dalam perkembangan
perusahaan saat ini, khususnya di LP3I, karena dengan nilai-
nilai Islam mampu menjadikan organisasi memiliki
karakteristik yang kuat akan menjadi suatu keunikan
tersendiri.
Nilai-nilai dakwah merupakan bentuk dari
diwujudkan dan difungsikannya Islam dan syariat Islam
sebagai kaidah berfikir dan kaidah amal (tolak ukur
perbuatan) dalam seluruh kegiatan organisasi. LP3I juga
mempunyai budaya organisasi yang dikenal dengan
corporate culture of LP3I. Adapun corporate culture LP3I
ada sembilan yaitu;5 niat kerja sebagai ibadah, memberi
salam ketika bertemu dan masuk ruangan, membaca
basmallah, sholawat dan kultum sebagai pembuka rapat,
pemotongan zakat infaq sebesar 2,5%, sholat tepat waktu dan
berjamaah, i’tikaf dan saling mendoakan, membaca yasin
bersama dan membaca buku. Dengan adanya corporate
culture tersebut diharapkan akan selalu menjadikan
5Profil dan Visi-Misi LP3I, https://www.lp3i.ac.id/kampus/politeknik-
lp3i-jakarta/diunduh pada 25 September 2018
6
lingkungan kampus yang bernuansa positif dan memiliki
akhlaq yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Di LP3I ada 56 cabang di Indonesia, sehingga dengan
banyaknya cabang ini maka dibutuhkan komunikasi yang
baik. Dalam membangun kualitas suatu perusahaan yang
memiliki cabang yang banyak, diperlukan komunikasi dan
kerja sama yang baik, agar bisa mendapatkan tujuan yang
satu arah. LP3I selalu melakukan evaluasi setiap bulannya,
evaluasi ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan agar
tujuan dari program kerja perusahan masing-masing cabang
berjalan dengan baik. Setelah evaluasi itu dilaksanakan,
maka akan terlihat dampak komunikasinya. LP3I secara rutin
mengadakan komunikasi secara internal dengan berbagai
cabang guna memberikan informasi serta evaluasiantar
sesama karyawan. Harapannya dengan adanya komunikasi
ini, semua karyawan mampu untuk bertukar informasi
dengan baik agar tujuan dari LP3I dapat tercapai.
Dari latar belakang masalah yang dipaparkan pada
keadaan LP3I di atas, maka peneliti tertarik ingin menggali
lebih dalam pada penelitian yang berjudul “Nilai-nilai
Dakwah dalam Budaya Organisasi Lembaga Pendidikan,
dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) Jakarta
Pusat.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai
berikut :
7
1. Adanya pembacaan sholawat dan kuliah umum tujuh
menit (KULTUM) sebelum rapat.
2. Adanya i’tikaf untuk karyawan secara bergantian.
3. Adanya budaya membaca surat yasin disetiap hari jumat.
4. Adanya bedah buku yang harus dipaparkan oleh semua
karyawan secara bergantian.
C. Batasan Masalah
Banyak yang dibahas dalam isi penelitian ini, seperti
Nilai-nilai Dakwah dan Budaya organisasi dan lain-
lain.Tetapi agar penelitian ini lebih terarah dan memudahkan
untuk menelitinya, maka penulis membatasi penelitian ini
hanya pada anggota karyawan/Staff Di Lembaga Pendidikan,
Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) Jakarta Pusat.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana budaya organisasi di LP3I Jakarta Pusat?
2. Bagaimana nilai-nilai dakwah yang terkandung dalam
budaya organisasi LP3I Jakarta Pusat?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui budaya organisasi di LP3I Jakarta
Pusat.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai dakwah yang terkandung
dalam budaya organisasi LP3I Jakarta Pusat.
Manfaat Penelitian :
1. Manfaat Akademisi
8
Peneliti diharapkan menambah wawasan yang luas
mengenai aktivitas keagamaan dan nilai-nilai dakwah
dalam budaya organisasi di LP3I Jakarta Pusat.
2. Manfaat Praktis
Peneliti diharapkan diharapkan dapat dijadikan
acuan dan pedoman dalam menerapkan aktivitas
keagamaan dan nilai-nilai dakwah dalam budaya
organisasi di LP3I Jakarta Pusat.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Judul yang digunakan dalam proposal skripsi ini
banyak kemiripan dengan judul-judul skripsi lain yang
mencoba menganalisis tentang nilai-nilai dakwah dalam
budaya organisasi. Kajian pustaka berisi tentang referensi
penelitian yang telah ada sebelumnya, mempunyai tema yang
hampir sama dengan tema yang peneliti teliti. Berikut
penelitian terdahulu yang menjadi referensi dari
permasalahan yang peneliti teliti :
Skripsi Nurjanah, S1 Konsentrasi Perbankan
Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1429 H/2008 M. Dengan Judul “Analisis Budaya
Organisasi dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi kasus Bank DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim
Jakarta Pusat)”. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
9
menggunakan pendekatan statistik inferensial non
parametrik.6
Skripsi Farhani, S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1430 H/ 2009 M. Dengan Judul
“Hubungan Budaya Organisasi dengan Produktifitas Kerja
Karyawan PT. Fondaco Mitratama Jakarta”. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional.
Dan metode analisa data menggunakan statistik
parametrik dengan menggunakan rumus korelasi product
moment pearson.7
Skripsi Sanah, S1 Program Studi Manajemen
Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
1427 H/ 2006 M. Dengan Judul “Hubungan Budaya
Organisasi dengan Kualitas Kinerja Guru di MTsAl-
Furqon Cileungsi”. Metode analisa penelitian ini
menggunakan analisa data koding, uji instrumen, analisa
korelasi dan menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa.
Hasil penelitian ini adalah antara budaya organisasi
6 Nurjanah, “Analisis Budaya Organisasi dan Pengaruhnya
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi kasus Bank DKI Syariah Cabang
Wahid Hasyim Jakarta Pusat)”(Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Syariah dan Hukum 2008). 7 Farhani, “Hubungan Budaya Organisasi dengan Produktifitas
Kerja Karyawan PT. Fondaco Mitratama Jakarta” (Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Psikologi, 2009)
10
dengan kualitas kinerja guru di MTs Al-Furqon Cileungsi
terdapat hubungan positif yang cukup kuat atau tinggi.8
Skripsi Andi Hastono, S1 Program Studi
Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1430
H/2009 M. Dengan Judul “Nilai-nilai Islam pada Budaya
Organisasi Bank Syariah Mandiri Pusat”. Metode
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian
kualitatif, teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif
analitis, yakni dengan mengumpulkan data kemudian
disusun, disajikan dan dianalisis untuk mengungkapkan
arti data tersebut.9
Sementara itu, untuk penelitian skripsi di UIN
Syarif Hidayatullah pada umumnya, dan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi khususnya, penulis mengkaji tentang
“Nilai-nilai Dakwah pada Budaya Organisasi LP3I Jakarta
Pusat”. Dimana dalam penelitian ini penulis ingin
menganalisis aplikasi nilai-nilai dakwahdalam budaya
organisasi yang diterapkan di LP3I Jakarta Pusat. Dengan
demikian terdapat perbedaan ruang lingkup dan
pembahasan dengan penelitian sebelumnya.
8Sanah, “Hubungan Budaya Organisasi dengan Kualitas Kinerja Guru
di MTs Al-Furqon Cileungsi” (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan dan Keguruan, 2006). 9Andi Hastono, “Nilai-nilai Islam pada Budaya Organisasi Bank
Syariah Mandiri Pusat”. (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2009).
11
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan pada penelitian
ini mengacu pada paradigma konstruktivisme. Little John
mengatakan bahwa teori-teori aliran konstruktivisme ini
berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan
objektif, tetapi dikontruksi melalui proses interaksi dalam
kelompok, masyarakat, dan budaya.10
Digunakannya paradigma konstruktivisme dalam
penelitian ini karena Budaya Organisasi dan Nilai-nilai
Dakwah yang terkandung didalamnya merupakan sebuah
bentukan dari proses interaksi yang dilakukan antar
pegawai karyawan atau pimpinan LP3I.
2. Pendekatan dan jenis metode penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis deskriptif. Metode penelitian ini
menghasilkan temuan data deskriptif berupa kata-kata.
Penelitian kualitiatif adalah suatu penelitian ilmiah yang
bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam
konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti, yang dalam
penelitian ini adalah budaya organisasi yang diterapkan
10
Indiawan Seto W. W, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Wacana
Media, 2013), hlm 165.
12
oleh LP3I serta nilai-nilai dakwah yang terkandung
didalamnya.11
3. Subjek dan objek penelitian
Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah
Lembaga Pendidikan, Pengembangan dan Profesi
Indonesia (LP3I) Jakarta Pusat, dan yang menjadi objek
adalah metode-metode yang diterapkan dalam nilai-nilai
dakwah dalam budaya organisasi.
4. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kantor Lembaga
Pendidikan, Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I)
Jl. Jl. Kramat Raya No. 7-9, Kramat, Senen, RT.4/RW.2,
Kramat, Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 10450.
5. Teknik pengumpulan data
a. Observasi Non Partisipasi
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data,
peneliti menggunakan jenis observasi non partisipan,
yaitu peneliti hanya mengamati secara langsung
keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut serta
secara langsung.12
Maka observasi akan dilaksanakan
dengan cara tidak turun langsung atau sebatas penonton
dengan tujuan mengamati kegiatan yang dilakukan
oleh karyawan atau pegawai Lembaga Pendidikan,
11
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosisal, (Jakarta: Salemba Humamika, 2010), hlm.9. 12
Husaini Usman, Puronomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), hlm. 41
13
Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) Jakarta
Pusat.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu, berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut
interview yaitu yang mengajukan pertanyaan,
sedangkan orang yang diwawancarai disebut interview
yang member jawaban atas pertanyaan itu.13
Dalam
hal ini penulis akan mewawancarai kepada pihak yang
diteliti.
c. Kepustakaan
Dimaksudkan untuk mendapatkan data data
yang berkaitan dengan penelitian ini selain itu telaah
kepustakaan juga bertujuan untuk memperjelas teori
yang di gunakan, telaah kepustakaan di dapat dari
sumber informasi seperti buku-buku, surat kabar, dan
internet.
d. Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi
dilakukan untuk memperoleh data tambahan.
Dokomentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang-barang tertulis. Jadi, dokumntasi diartikan
mencari data mengenai hal-hal yang veriabelnya
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2007), cet ke-33 edisi revisi hlm. 186
14
berupa catatan, traskip, majalah, notulen, agenda dan
lain sebagainya.14
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini
menggunakan tiga sub proses yang saling berhubungan,
yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Reduksi data yaitu dengan memilih hal-hal
pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data tersebut
kemudian disajikan dalam bentuk gabungan informasi
dan ringkasan serta sinopsis terstruktur sehingga
memungkinkan untuk penarikan kesimpulan berdasarkan
pada kerangka teori dan permasalahan penelitian. Setelah
itu, penelitian melakukan verifikasi data yang mencakup
proses penafsiran dan pemaknaan data yang ditampilkan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bersifat sistematis dan
mempermudah tahapan demi tahapan maka penulis
membaginya menjadi lima bab dimana setiap babnya terdiri
dari beberapa sub bab,adapun sistematikanya adalah sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
14
Arikunto, Suharsini. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,
(Jakarta : PT. Rinika Cipta, 2002) hlm. 135
15
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan landasan teori yang digunakan dalam
penelitian, yaitu konsep, serta kajian pustaka dan kerangka
berpikir.
BAB III : GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas mengenai gambaran umum
tentang LP3I. Diawali dengan sejarah LP3I, profil, visi
misi, struktur organisasi, dan letak geografis LP3I.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan data dan temuan penelitian yang
terjadi selama peneliti melakukan penelitian di LP3I.
BAB V : PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan membahas semua hasil analisa
data dan temuan yang sudah dikumpulkan.
BAB VI : PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan memberikan kesimpulan, implikasi
dan saran berdasarkan hasil penelitian.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya Organisasi
1. Pengertian Budaya Organisasi
Dalam sebuah organisasi tentu memiliki budaya
tersendiri. Menurut Stepen P. Robins, budaya organisasi
adalah suatu persepsibersama yang dianut oleh anggota–
anggota organisasi itu, yang mengacu pada suatu sistem
dari makna bersama.1
Edgar Schein dalam buku Perilaku dan Menajemen
Organisasi karya John M. Ivancevich dkk, mendefinisikan
budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsi dasar
yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh
kelompok tertentu saat belajar menghadapi masalah
adaptasi internal dan integrasi internal yang telah berjalan
cukup baik untuk dianggap valid. Oleh karena itu, untuk
diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar
untuk berpersepsi, berpikir dan berperasaan sehubungan
dengan masalah yang dihadapinya.2
Sedangkan menurut Edy Sutrisno, budaya
organisasi adalah perangkat sistem nilai-nilai (values),
keyakinan-keyakinan (beliefs) atau norma-norma yang
telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para
1 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT.
Prenhallindo, 2002), hlm. 247. 2 John M, Ivancevich, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hlm. 44
17
anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan
pemecahan masalah-masalah organisasi.3
Syamsir Torang mengatakan bahwa Budaya
organisasi adalah norma-norma yang telah disepakati
untuk menuntun perilaku individudalam organisasi. Oleh
sebab itu budaya organisasi merupakan dasar bagi
pimpinan dan staff/anggota organisasi dalam membuat
perencanaan atau strategi dan taktik dalam menyusun visi-
misi untuk mencapai tujuan organisasi.4
Mengacu pada beberapa pendapat tentang budaya
organisasi dapat dismpulkan bahwa budaya organisasi
merupakan filosofi dasar organisasi yang terdiri dari
diemensi keyakinan (belief), norma (norm), nilai (nilai),
dan sistem (system) yang dipandang sebagai karakterisitik
inti dan menjadi dasar individu atau kelompok untuk
beraktivitas dalam budaya organisasi.
2. Manfaat Budaya Organisasi
Perkembangan dan kesinambungan suatu
perusahaan akan sangat tergantung pada budaya
perusahaan. Susanto dalam buku Budaya organisasi
mengemukakan bahwa budaya suatu perusahaan dapat
dimanfaatkan sebagai andalan daya saing suatu
perusahaan dalam menghadapi perubahan dan tantangan.
Budaya organisasi juga dapat dijadikan sebagai rantai
3Edy Sutrisno,Budaya Organisasi, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2010),hlm.2 4Syamsir Torang, Organisasi & Manajemen: Perilaku, Struktur,
Budaya dan Perubahan Organisasi(Bandung:Alfabeta,2014),hlm,.109
18
pengikat untuk menyampaikan persepsi atau arah pandang
anggota organisasi terhadap suatu permasalahan sehingga
akan menjadi satu kekuatan untuk mencapai tujuan.
Robbins dalam buku Budaya Organisasi karangan
Edy Sutrisno mengemukakan manfaat budaya organisasi,
yaitu:
1. Membatasi peran yang membedakan antara organisasi
yang satu dengan organisasi yang lain. Setiap
organisasi mempunyai peran yang berbeda sehingga
perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem
dan kegiatan yang ada dalam organisasi.
2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi para
anggota organisasi. Dengan budaya organisasi yang
kuat, anggota organisasi akan merasa memiliki
identitas yang merupakan ciri khas organisasi.
3. Mementingkan tujuan bersama dari pada
mengutamakan kepentingan individu.
4. Menjaga stabilitas organisasi. Kesatuan komponen-
komponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman
budaya yang sama akan membuat kondisi organisasi
relatif stabil.
Keempat fungsi tersebut menunjukan bahwa
budaya organisasi dapat membentuk perilaku dan tindakan
karyawan dalam menjalankan aktivitasnya didalam
organisasi, sehingga nilai-nilai yang ada dalam budaya
organisasi perlu ditanamkan sejak dini pada setiap
individu organisasi.
19
3. Karakteristik Budaya Organisasi
Substansi atau akar budaya organisasi adalah
karakteristik inti yang mengindikasi ciri-ciri, sifat-sifat,
unsur-unsur, atau elemen-elemen yang melekat pada
budaya organisasi. Menurut Michael Zwell dalam
bukunya Dr. Syamsir Torang karakter budaya organisasi,
yaitu ; a) dapat dipelajari, b) norma dan adat istiadat
bersifat umum, c) diimplementasikan tanpa disadari, d)
dapat dikontrol melalui mekanisme dan proses sosial, e)
laten, f) menyesuaikan dengan adat istiadat dan pola
perilaku yang dapat diterima, dan g) seperti kebiasaan.5
Robbins mengatakan bahwa ada kesepakatan yang
luas bahwa budaya organisasi mengacu ke suatu sistem
makna yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi
yang lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati dengan
lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik
utama yang dihargai oleh organisasi itu.6
O’reilly dan Jehn seperti dikutip oleh Robbins
mengemukakan tujuh karakteristik utama yang menjadi
inti dari suatu budaya organisasi, yaitu :7
a. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (innovation
and risk taking), yaitu sejauh mana para anggota
5 Syamsir Torang, Organisasi & Manajemen: Perilaku, Struktur,
Budaya dan Perubahan Organisasi, 2014), hlm,.109 6Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, hlm.247.
7Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, hlm.248
20
organisasi didorong untuk bersikap inovatif dan berani
mengambil resiko.
b. Perhatian terhadap detail (attention to detail), yaitu
sejauh mana anggota organisasi diharapkan untuk
memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian
terhadap detail.
c. Berorientasi pada hasil (outcome orientation), yaitu
sejauh mana manajemen berfokus kepada hasil
dibandingkan dengan perhatian terhadap teknik dan
proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.
d. Berorientasi kepada manusia (people orientation), yaitu
sejauh mana keputusan yang dibuat oleh manajemen
memperhitungkan efek terhadap anggota-anggota
organisasi.
e. Berorientasi kepada kelompok (team orientation), yaitu
sejauh mana pekerjaan secara kelompok lebih
ditekankan dibandingkan dengan pekerjaan secara
individu.
f. Agresivitas (aggressiveness), yaitu sejauh mana
anggota-anggota organisasi berperilaku secara agresif
dan kompetitif dibandingkan dengan berperilaku secara
tenang.
g. Stabilitas (stability), yaitu sejauh mana organisasi
menekankan status-quo sebagai kontras dari
pertumbuhan. Budaya organisasi adalah sekumpulan
asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, norma-norma, simbol
dan filosofi yang ditemukan dan dikembangkan oleh
21
sebuah anggota organisasi yang berfungsi sebagai
pedoman dan petunjuk bagi anggota organisasi
berpikir, berperilaku dan memecahkan masalah dengan
mengadaptasinya dari luar dan mengintegrasikannya ke
dalam organisasi.
Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu
kontinuum dari rendah ke tinggi. Maka dengan menilai
organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini akan
diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisai itu.
Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman
bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi
itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya dan cara
para anggota diharapkan berperilaku.8 Oleh karena itu,
untuk melakukan analisis budaya organisasi yang ada di
LP3I, penulis menggunakan tujuh karakteristik budaya
organisasi yang dikemukakan oleh O’reilly dan Jehn.
4. Tingkatan Budaya Organisasi
Tingkatan budaya organisasi yang dimaksud
merupakan tingkatan fenomena budaya yang tampak bagi
yang mengamatinya dan hal ini dapat berwujud mulai dari
tingkatan yang paling nyata sehingga dapat dilihat dan
dirasakan sampai kepada tingkatan yang tertanam sebagai
asumsi yang tidak disadari sebagai hakikat budaya. Shein
dalam Ivancevich, Konopaske, dan Matteson membagi
8Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi: jilid 2, hlm.248
22
budaya organisasi menjadi tiga lapisan, yaitu artifak, nilai-
niali dan asumsi dasar.9
a. Artefak (Artifacts), berkaitan dengan simbol-simbol,
cerita, ritual dan sebagainya.
b. Nilai-nilai (Values), berkaitan dengan apa yang
seharusnya dan apa yang tidak seharusnya serta nilai-
nilai atau keyakinan yang mendukung.
c. Asumsi (Assumptions), berkaitan dengan keyakinan
mendasar tentang orang-orang atau individu-individu,
pandangan mengenai sifat dasar manusia.
Artefak merupakan peninggalan yang dapat dilihat
dan didengar berdasarkan nilai-nilai dan asumsi-asumsi
suatu budaya. Nilai-nilai merupakan prinsip sosial, tujuan
dan standar yang dianut dalam suatu budaya, sedangkan
asumsi-asumsi menunjukkan apa yang diyakini oleh
individu dan mempengaruhi persepsi, cara berfikir dan
merasakan sesuatu.
5. Bentuk Budaya Organisasi
Stephen P. Robbins mengelompokkan bentuk
budaya, yaitu; network culture, mercenary cultur,
fragmanted culture dan communan culture. Penetapan
bentuk budaya tersebut melalui hubungan antara tingkat
sosiabilitas dan solidaritas. Dimensi sosiabilitas adalah
tingkat persahabatan diantara organisasi. Dimensi
9John M, Ivancevich, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, hlm.
45
23
solidaritas adalah tingkatan dimana orang saling mengerti
terhadap tugas dan fungsinya.10
a. Network Culture
Organisasi memandang anggota sebagai keluarga dan
teman (high on sociability but low on solidarity). Orang-
orang dalam network culture sangat bersahabat dan
bersuka ria dalam gaya, cenderung berbicara tentang
bisnis, kebiasaan informal, dan menggunakan banyak
waktu untuk sosialisasi, dan tanpa masalah, serta
salingmengetahui satu sama lain dengan cepat dan merasa
bahwa mereka adalah bagian dari organisasi.
b. Mercenary Culture
Organisasi berorientasi pada tujuan (low on sociability but
high on solidarity), komunikasi cenderung cepat, langsung
dan dikendalikan dengan cara yang tidak ada yang tidak
mungkin, tidak toleran pada kebiasaan menghabiskan
waktu, menonjolkan bisnis dan omong kosong, toleransi
dalam menggunakan waktu yang lama untuk mewujudkan
tujuannya.
c. Fragmented Culture
Low on sociability and low on solidarity; budaya ini
menggambarkan oang yang bekerja dengan sedikit
melakukan kontak bahkan tidak saling mengenal, tidak
menampakkan identitas organisasi, serta cenderung
10
Syamsir Torang, Organisasi & Manajemen: Perilaku, Struktur,
Budaya dan Perubahan Organisasi, (Bandung:Alfabeta, 2014), cet 2, hlm,.
108-109.
24
mengidentifikasi dengan prrofesi dimana mereka
diposisikan.
d. Communal Culture
High on sociability and high on solidarity; anggota
organisasi sangat bersahabat dan bergaul, baik secara
pribadi maupun secara profesional, umunya terjadi pada
perusahaan yang menggunakan tekhnologi tinggi;
individu dalam organisasi cenderung berbagi dalam
banyak hal, komunikasi mengalir dengan sangat mudah,
mereka mengenakan logo perusahaan, hidup dalam
kepercayaan perusahaan dan membela perusahaan dari
orang lain.
B. Nilai-nilai Dakwah
1. Pengertian Nilai
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, nilai dapat
diartikan sebagai harga atau jika diartikan dengan budaya
berarti konsep abstrak yang mendasar sangat penting, dan
bernilai bagi kehidupan manusia.
Menurut Onong Uchjana Effendy,
”Nilai adalah pandangan, cita-cita, adat
kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan
tanggapan emosional pada seseorang atau
masyarakat tertentu.”
Sementara, Menurut Fraenkel,
“Nilai merupakan sebuah ide atau konsep
mengenai sesuatu yang diaggap penting dalam
kehidupan ketika seseorang menilai sesuatu, maka
25
orang tersebut menganggap nilai itu penting,
bermanfaat atau berharga.”11
Berdasarkan pengertian diatas, ada tiga unsur
penting berkaitan dengan pemahaman tentang nilai, yaitu
konsep nilai, subjek yang memberi nilai dan objek yang
diberi nilai. Subjek dan objek tidak dapat dipisahkan.
Nilai baru muncul setelah ada objek yang diamati subjek.
Keterpautan subjek dengan objek itulah yang
menimbulkan konsepsi nilai.
Sedangkan Menurut Andreas A. Danandjaja dalam
bukunya Budaya Organisasi, yang dikutip Taliziduhu
Ndraha dalam buku Teori Budaya Organisasi,
berpendapat bahwa nilai adalah pengertian-pengertian
yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih dulu
penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau
kurang baik dan apa yang lebih benar atau kurang benar.12
Nilai adalah konsep yang bersifat abstrak, tidak
dapat dipahami tanpa dikaitkan dengan tanda tertentu.
Menurut J.M Soebijanta menyatakan bahwa nilai hanya
dapat dipahamijika dikaitkan dengan sikap dan tingkah
laku dalam sebuah model metodologis:13
Nilai Sikap Tingkah laku
11
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), hlm. 195 12
Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005), hlm. 18 13
Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi... hlm.18.
26
Maksud skema tersebut, menunjukkan bagaimana
nilai hanya mampu dipahami setelah nilai tersebut
terbentuk oleh sikap dan tingkah laku seseorang. Pada
sebuah organisasi pun akan dipahami, nilai apa yang
mereka terapkan dengan mengenal sikap dan perilaku
pada setiap elemen-elemen yang berada di lingkungan
organisasi atau lembaga tersebut.
Setiap individu harus memahami nilai dan
kebernilaian dirinya, sehingga dia akan mendapatkan
dirinya sendiri, setelah mencapai nilai dalam dirinya
sendiri ia akan menempatkan diri secara bijak dalam
pergaulan hidup serta akan mengakui dan bijak terhadap
keberadaan nilai dan kebernilaian orang lain dalam
pergaulan masyarakat.
2. Dakwah
Dakwah, secara bahasa berasal dari kata يذعىا –دعب
دعىة – (da’a - yad’u - da'watan) yang berarti memanggil,
mengundang, minta tolong kepada, berdo’a memohon,
mengajak kepada sesuatu, merubah dengan perkataan,
perbuatan dan amal.14
Secara terminologi dakwah dapat
diartikan sebagai sisi positif dari ajakan untuk menuju
keselamatan dunia akhirat. Sedangkan menurut istilah
para ulama memberikan definisi yang bermacam-macam.
Menurut HSM. Nasarudin Latif mendifinisikan dakwah
adalah setiap usaha aktifitas dengan tulisan maupun
14
A.W. Munawwir, “Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap”, hlm. 407.
27
tulisan yang bersifat menyeluruh, mengajak, memanggil
manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT
sesuai garis-garis akidah dan syariat serta akhlak
Islaminya.15
Sedangkan menururut Masdar Helmy
mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan
menggerakkan manusia agar menaati ajara-ajaran Allah
(Islam) termasuk amr ma’ruf nahi muinkar untuk bisa
memeperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.16
Secara umum tujuan dakwah adalah mengajak
umat manusia kepada jalan yang benar dan diridhoi Allah
agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun
di akhirat.17
Umumnya para ahli membuat definisi dakwah
berangkat dari pengertian dakwah menurut bahasa. Kata-
kata seruan, anjuran, dan panggilan selalu ada dalam
definisi dakwah. Ini menunjukkan bahwa mereka sepakat
bahwa dakwah bersifat persuasif, bukan represif. Mereka
setuju dengan dakwah informatif, bukan manipulatif.
Bukanlah termasuk dakwah, jika ada tindakan yang
memaksa orang lain untuk memilih antara hidup sebagai
muslim ataukah mati terbunuh. Tidaklah disebut dakwah,
bila ajakan kepada islam dilakukan dengan
memutarbalikkan pesan islam untuk kepentingan duniawi
15
Prof. Dr. Moh Ali Azis, M.Ag., Ilmu Dakwah, (Prenada Media
Group: Jakarta, 2015), hlm 4-5 16
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rencana,
2006), hlm. 21
17
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983), hlm. 51.
28
seseorang atau kelompok.18
Dakwah dalam prakteknya merujuk pada fitrah
manusia, karena dalam fitrah itulah ada kebenaran yang
diharapkan akan hadir pada diri mad’u (obyek dakwah),
dan diterimanya dengan ketulusan. Maka dalam aktivitas
dakwah tidak ada paksaan,tidak ada tipu muslihat, tidak
ada pendangkalan fungsi akal, tidak ada pengaburan
kesadaran dan penciptaan prakondisi negative yang akan
mendorong pada penerimaan dakwah secara paksa.19
Dalam Al-Qur’an, ada beberapa ayat yang
menyerukan setiap umat muslim untuk berdakwah, salah
satunya terdappat dalam surat Ali Imron ayat 104 :
ة يذعىن إلى الخير ويأمرون وينهىن عه ببلمعروف ولتكه منكم أم
ئك هم المفلحىن المنكر وأول
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.“
Banyak definisi-definisi mengenai dakwah,
meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan, tetapi
apabila dibandingkan satu sama lain, dapatlah diambil
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1) Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam
menjalankan Islam sebagai rahmatan lil alamin yang
18
Prof. Dr. Moh. Ali Azis, M.Ag.,Ilmu Dakwah, (Prenada Media
Group: Jakarta, 2015), hlm. 17 19
Rubiyanah,MA.Ade Masturi,MA.,Pengantar Ilmu Dakwah,
Lembaga penelitian UIN Jakarta: Jakarta, 2010. hlm. 5
29
harus didakwahkan kepada seluruh manusia, yang
dalam prosesnya melibatkan unsur: da’i (subjek),
maadda (materi), thoriqoh (metode), washilah (media)
dan mad’u (objek) dalam mencapai maqashid (tujuan)
dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu
mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
2) Dakwah juga dapat dipahami dengan proses
internalisasi, transformasi, transmisi, dan difusi ajaran
Islam dalam kehidupan masyarakat.
3) Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT
dan Rasulullah SAW, umat manusia agar percaya
kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang
dipercayainya dengan segala segi kehidupan.20
Ada tiga bentuk dakwah menurut Samsul Munir
Amin dalam bukunya yang dapat dilakukan oleh seorang
muslim, yaitu:21
a. Dakwah bi Al-Lisan adalah dakwah yang dilaksanakan
melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan
ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-
lain.
b. Dakwah bi Al-Haladalah dakwah dengan perbuatan
nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan
tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata
20
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011) hlm. 2-3 21
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009)
hlm.11
30
tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh
masyarakat sebagai objek dakwah.
c. Dakwah bi Al-Qalam,adalah dakwah melalui tulisan
yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar,
majalah, buku, maupun internet.
3. Nilai-nilai Dakwah
Nilai merupakan suatu anggapan, ide atau konsep
yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga.
Kemudian dakwah berrati memanggil atau mengajak
orang kepada sesuatu perubahan yang dapat menjadi amal
serta perbuatan yang baik dalam kehidupan. Jika
pengertian nilai dan dakwah dikaitkan, maka akan dikenal
dengan nilai dakwah, yakni nilai-nilai Islam yang
bersumber dari Al-Qur’am dan al-Hadits. Nilai-nilai
dakwah bukanlah suatu barang yang mati, melainkan nilai
dinamis yang disesuaikan dengan semangat zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di masyarakat.
Menurut Muhamad Sulton, tata nilai Islami yang
ada di Al-Qur’an bersifat historis, dinamis, dialektis, dan
profektik-transformatif. Tindakan yang dilakukan oleh
umat Islam mestinya dibangun dari pemahaman yang
komprehensif tentang ajaran Islam yang didalamnya
terdapat niali-nilai dakwah universal. Beberapa nilai
dakwah universal yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan umat, diantaranya sebagai berikut :22
22
Abdul Basit, Filsafat Dakwah (Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2013) hlm. 203-208
31
1) Nilai Kedisiplinan
Displin bukan hanya milik tentara atau polisi
saja, tetapi menjadi milik semua orang yang ingin
sukses. Kedisplinan tidak diartikan dengan kehidupan
yang kaku dan susah tersenyum. Kedisplinan terkait
erat dengan manajemen waktu. Bagaimana waktu
yang diberikan oleh Tuhan selama 24 jam dalam
sehari dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk meraih kesuksesan didunia dan akhirat. Dalam
Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menyebutkan
tentang pentingnya waktu, seperti demi masa
(wal,ashr), demi waktu dhuha (wadhuha), demi
wkatu malam (wallaili), demi waku fajar (walfajr),
dan lain sebagainya. Waktu tidak bisa diputar ulang,
karenanya amat rugi manakala waktu yang kita jalani
hanya dilewatkan begitu saja tanpa memberi makna
yang berarti.
2) Nilai Kejujuran
Ada tiga hal penting yang bisa diterapkan
dalam kehidupan kita untuk memberantas
ketidakjujuran dan kejahatan lainnya yaitu : pertama,
pelurusan akidah dengan meyakini dan
mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata.
Kedua perilaku, berperilaku jujur dan jangan
menyakiti orang lain. Ketiga, jangan merusak bumi.
Maksudnya bisa diperluas bukan hanya arti yang
sebenarnya, tetapi bisa dimaksudkan jangan merusak
32
sistem yang sudah dibangun dengan baik, akibat dari
perilaku individu yang tidak jujur.
3) Nilai Kerja Keras
Siapa yang sungguh-sungguh dialah yang
pasti dapat (man jadda wajada). Pepatah arab tersebut
merupakan hukum sosial yang berlaku universal bagi
masyarakat, tidak mengenal etnis, agama maupun
bahasa. Orang cina yang rajin bekerja dan bekerja
keras, pasti akan mendapatkan hasil dari kerja
kerasnya. Sebaliknya, umat Islam yang malas, pasti
akan menerima hasil yang sedikit karena
kemalasannya.
4) Nilai Kebersihan
Umat Islam seringkali diperkenalkan dan
dianjurkan untuk menjaga kebersihan. Setiap bahasan
pertama tentang Fiqh Islam diawali dengan
pembahasan tentang kebersihan seperti
menghilangkan hadas besar dan kecil, menggunakan
air yang bersih dan mensucikan, berwudlu, dan lain
sebagainya. Menjaga kebersihan merupakan nilai
dakwah universal yang dapat dilakukan oleh siapa
saja, apalagi umat Islam yang jelas-jelas memiliki
dasar kuat untuk menjaga kebersihan.
5) Nilai Kompetisi
Islam tidak melarang umatnya untuk
berkompetisi, karena kompetisi merupakan dalah satu
motivasi psikologis yang sangat umum dimiliki oleh
33
setiap manusia. Setiap mahasiswa akan memiliki
motivasi untuk berkompetisi diantara teman-
temannya. Meskipun masing-masing individu
berbeda tingkatan dalam tingkatan motivasinya, Al-
Qur’an telah menganjurkan umat Islam untuk
berkompetisi dalam peningkatan kualitas takwa.
Kebanyakan manusia biasanya melakukan kompetisi
dalam urusan materi dan dunia yang fana. Oleh
karena itu, Rasulullah mengingatkan agar umat Islam
tidak berkompetisi secara berlebihan dalam urusan
dunia.
Masih banyak nilai-nilai dakwah yang bisa
dikembangkan atau diturunkan dari sumber ajaran
Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Nilai-nilai
dakwah yang berlaku universal tersebut senantiasa
disosialisasikan kepada masyarakat sehingga nilai-
nilai tersebut menjadi kebiasaan, tradisi, atau
norma yang berlaku dimasyarakat.
34
C. Kerangka Berpikir
Latar Belakang :
Kepedulian perusahaan terhadap agama salah satunya
dibuktikan dengan dibentuknya pembinaan rohani yang
diharapkan dapat membina para pegawai dibidang
keagamaan, sehingga memiliki ketahanan spiritualdan
akhlak mulia yang dapat diwujudkan dalam
penyelenggaraan, pemberdayaan dan pelayanan
masyarakat. Proses kegiatan pembinaan karakter
melalui budaya organisasi dapat berjalan lancar dengan
baik jika didalamnya dilandasi pada nilai-nilai agama.
Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui
budaya organisasi
di LP3I Jakarta
Pusat.
2. Untuk mengetahui
nilai-nilai dakwah
yang terkandung
dalam budaya
organisasi LP3I
Jakarta Pusat.
Metode :
Penelitian yang
digunakan adalah
menggunakan
pendekatan penelitian
kualitatif. Data yang di
hasilkan berdasarkan
dengan upaya
wawancara mendalam,
observasi, non
partisipasi, kepustakaan
dan dokumentasi.
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana
budaya organisasi
di LP3I Jakarta
Pusat?
2. Bagaimana nilai-
nilai dakwah yang
terkandung dalam
budaya organisasi
LP3I Jakarta
Pusat?
Nilai-nilai Dakwah Budaya Organisasi
LP3I Jakarta Pusat
35
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil LP3I
1. Sejarah Sigkat
Fenomena tidak tertampungnya lulusan pendidikan
tinggi, di dunia kerja bukan cerita milik era tahun 2000-an
saja. Bila dirunut kebelakang, sebenarnya gejala tersebut
sudah mulai muncul ke permukaan sekitar dua puluh
tahun sebelumnya. Semakin hari semakin meresahkan
masyarakat yang mengalami langsung. Namun hingga
menjelang akhir 1980-an, belum ada tanda-tanda pihak
yang merasa terpanggil untuk menyelesaikan masalah
tersebut, baik pemerintah maupun swasta.
Atas dasar itulah, maka Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) didirikan pada,
29 Maret 1989 dengan kampus pertama di Pasar Minggu
Jakarta Selatan. Selanjutnya, bermula dari program kursus
enam bulan, LP3I kemudian mengembangkan sayapnya
menjadi lembaga pendidikan profesi (1-2 tahun), hingga
akhirnya pada tahun 2003 sebagian LP3I yang ada sudah
menjadi Politeknik yaitu Bandung, Jakarta dan Medan,
sedangkan dalam proses pengurusan Politeknik baru untuk
daerah Makassar dan daerah lain akan segera menyusul.
Syahrial Yusuf selaku pendiri LP3I melihat adanya
keberhasilan dengan model pendidikan yang dijalankan
oleh LP3I, animo masyarakat pun semakin besar. Peserta
didik bukan hanya penduduk ibukota saja, bahkan dari
36
beberapa daerah yang cukup jauh. Oleh sebab itulah, LP3I
membuka kampus-kampus hampir diseluruh kota-kota
besar di Indonesia.
Kiprah LP3I semakin diakui oleh masyarakat luas.
Pengakuan dari dunia industri tercermin dari semakin
banyaknya perusahaan yang merekrut lulusan LP3I.
Sedangkan pengakuan lain datang dari dunia pendidikan
dalam dan luar negeri melaui kerjasama transfer kredit
dan konversi mata kuliah.
Semangat Membangun Bangsa, bahwa LP3I
adalah institute pendidikan yang sangat peduli terhadap
masa depan anak-anak negeri yang akan menjadi
pemimpin-pemimpin masa depan bangsa Indonesia.
Dimana LP3I terus berperan membawa anak bangsa lepas
dari jeratan pengangguran melalui pendidikan life skills
yang revolusioner dengan memakai kurikulum, disiplin,
metode pengajaran, pengajar praktisi yang berbasis riil
dunia kerja.1
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi Lembaga pendidikan yang terus menerus
menyelaraskan kualitas pendidikannya dengan
kebutuhan dunia kerja dalam pembentukan Sumber
Daya Manusia yang profesional, beriman, & bertaqwa.
1 Sejarah Singkat Lp3i,
https://lp3ipusat.wordpress.com/2013/02/19/sejarah-singkat-lp3i/ diunduh
pada 25 Oktober 2018.
37
Didalam visi LP3I terkandung beberapa penekanan
kata yaitu :2
1) Terus menerus
LP3I berarti terus menerus mengadakan perubahan
kurikulum pendidikan dikonsep manajemen dan
konsep Sumber Daya Manusianya. Hal ini dalam
arti kata seluruh staff bekerja di LP3I tidak terkejut
dengan perubahan-perubahan yang terjadi terutama
dalam penigkatan kualitas pendidikan. Perubahan-
perubahan tersebut dipandang perlu dalam visi-
misi karena perubahan sangat terasa sekali didalam
teknologi dan penemuan-penemuan baru dibidang
tekhnologi misalnya dalam penggunaan komuputer
dari Word Star, Lotus, Office 97, Office 2003 dan
berubah menjadi Windows SP2 atau perubahan
dari penggunaan drive B berubah kke drive A
kemudian ke CD room dan sekarang menggunakan
USB. Hal ini tentu menuntut kita untuk terus
menerus mengikuti perubahan tersebut agar dapat
megikuti perkembangan di negara-negara maju.
Perubaha ini tidak hanya dilakukan dikantor pusa
ttetapi juga dicabang sesuai dengan visi dan misi
LP3I.
2Buku pedoman visi-misi dan corporate culture LP3I, dikutip pada 9
November 2018.
38
2) Menyelaraskan kualitas pendidikan dengan
kebutuhan dunia kerja
Kebutuhan dunia kerja terus menerus berubah
akibat adanya perubahan IT, perubahan selera
dunia kerja, globalisasi dan hilangnya batas antar
negara. Tentu perubahan ini harus diselaraskan
dengan program-program pendidikan yang
dilaksanakan di LP3i sehingga selaras dengan
kebutuhan dunia kerja. Yang sangat diperlukan
didunia kerja saat ini adalah kemampuan dalam
menggunakan dua bahasa asing, karena dengan
menguasai bahasa asing maka mahasiswa akan
lebih mudah mendapatkan pekerjaan, selain itu
juga dibutuhkan keterampilan dibidang IT seperti
computer, handphone dan lain sebagainya.
3) Pembentukan Sumber Daya Manusia yang
profesional
Visi ini berarti bahwa tamatan LP3I harus bisa
menjadi handal, terampil dan ahli dibidangnya.
Seorang profesional adalah orang yang
bertanggung jawab dalam segala perbuatannya.
Jika mampu dia akan mengatakan mampu dan jka
tidak mampu maka dia akan mengatakan tidak.
Setiap tamatan LP3I harus menjadi pribadi yang
terbuka dan jujur dalam seluruh sikap dan tingkah
lakunya. Karena itu perlu tambahan kurikulum
agar mahasiswa LP3I bisa menjadi profesional,
39
antara lain dengan melakukan kunjungan kerja ke
perusahaan ataupun pabrik dan menyelanggarakan
kuliah umum dengan narasumber dari para
profesional. Perlu juga tambahan materi kuliah
untuk menambah kecerdasan dan menahan emosi
karena terbukti orang yang sukses adalah orang
yang bisa menahan emosinya.
4) Pembentukan Sumber Daya Manusia yang
beriman
Pembentukan Sumber Daya Manusia yang
beriman ini denga menggunakan konsep Islam
untuk karyawan ataupun mahasiswa yang non
Islam menggunakan konsep sesuai dengan
agamanya masing-masing. Pengertian Iman secara
harfiah (bahasa) adalah meyakini atau
membenarkan. Yakni membenarkan dengan penuh
keyakinan kedalam hati tanpa ragu-ragu kepada
Allah SWT sebagai khalik yang mengatur dan
memberi rizqi kepada makhluk yang
diciptakannya, serta terhadap segala apa yang
dibawa oleh Rasulullah SAW yang membawa
ajaran agama dari wahyu Allah SWT. Sedangkan
pengertian iman yang sangat populer adalah
diucapkannya dengan lisan, diyaikini dengan hati,
dan dilakukan dengan perbuatan (amal).
40
5) Pembentukan Sumber Daya Manusia yang
bertaqwa
Taqwa menurut istilah agama adalah sesuatu sikap
mental yang selalu cenderung melaksanakan
segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya dengan penuh kesungguhan dan
kesadaran, serta beramal sesuai dengan tuntnan
Rasul-Nya.
Maka realisasi yang dilakukan oleh LP3I untuk
membentuk Sumber Daya Manusia yang Beriman
dan Bertaqwa, adalah melalui:
a) Menganjurkan kepada semua karyawan dari
karyawan sampai direksi dan komisaris, untuk
selalu memperbaiki diri dengan program
i’tikaf (tiga hari setiap bulan, 40 hari setiap
tahun dan empat bulan seumur hidup)
b) Menghidupkan ta’lim harian dikantor atau
masjid/mushola dicabang masing-masing
seluruh Indonesia.
c) Belajar menda’wahkan agama setiap saat dan
kesadaran
d) Mengadakan pengajian mingguan atau
bulanan dicabang masing-masing.
e) Saling mendo’akan dan kasih sayang antara
yang satu dengan yang lainnya.
41
b. Misi :
1) Mencetak Sumber Daya Manusia yang siap kerja
dengan kemampuan yang terampil dan profesional.
2) Membentuk kepribadian Sumber Daya Manusia
yang memiliki jiwa dan kemampuan berwirausaha.
3) Membentuk Sumber Daya Manusia yang berbudi
Luhur.
4) Membangun jaringan kemitraan dengan dunia
usaha dan industri serta asosiasi profesi di dalam
dan luar negeri. Memiliki Netwoking melalui
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
5) Menjadi lembaga pendidikan terbaik dengan
kualitas berstandar internasional.
6) Memiliki jaringan di dalam dan luar negeri
Menjadi lembaga pendidikan yang dipercaya dan
bermanfaat bagi masyarakat.
7) Memberikan kesejahteraan dan rasa aman bagi
karyawan dan keluarganya.
Adapun penjelasnya dari masing-masing
Misi LP3I adalah sebagai berikut:3
a) Mencetak Sumber Daya Manusia yang siap
kerja dengan kemampuan terampil dan
profesional.
Sumber Daya Manusia yang siap kerja adalah
Sumber Daya Manusia yang menguasai bidang
pekerjaannya serta mempunyai kemampuan dan
3Buku pedoman visi-misi dan coorporate culture LP3I.
42
siap mental, karena itu kemampuan untuk
terampil dalam bidangnya harus masuk dalam
materi kuliah, misalnya pada liburan semester
diadakan latihan kerja/magang. Dengan
kemampuan yang terampil dan profesional
berarti setiap lulusan LP3I harus memiliki
minimumnya empat keterampilan kerja.
b) Membentuk kepribadian Sumber Daya Manusia
yang memiliki jiwa dan kemampuan
berwirausaha.
Seorang yang berjiwa wirausaha adalah seorang
yang memikirkan pekerjaan untuk dirinya dan
orang lain, dimana pekerjaan tersebut dapat
bermanfaat bagi orang banyak. Seorang yang
berjiwa wirausaha merupakan pribadi yang
terus menerus mau belajar dan tidak suka
menyalahkan orang lain tetapi selalu melihat
kesalahnnya sendiri kemudian baru orang lain.
Untuk setiap jurusan LP3I perlu diupayakan
adanya pelatihan dan trainning serta mata
kuliah dibidang kewiraushaan. Hal ini bisa
dilakukan dalam bentuk yang sedang
berkembang dewasa ini seperti membentuk
kelompok usaha kecil untuk mengasah jiwa
kewirausahan.
c) Membentuk Sumber Daya Manusia yang
berbudi luhur.
43
Seorang yang berbudi luhur adalah orang yang
sopan, jujur, bertanggung jawab, bisa
menempatkan diri, berbicara bila dibutuhkan,
mengetahui harkat dirinya, tidak meremehkan
orang lain dan tidak memandang kemiskinan
dalam menilai orang. Untuk itu perlu adanya
upaya-upaya pembentukan Sumber Daya
Manusia yang berbudi luhur, antara lain cara
yang hendaknya dikembangkan di LP3I adalah
dengan menghargai pendapat orang lain,
pemberian penghargaan kepada karyawan dan
mahasiswa setahun sekali bahkan untuk cabang
dianjurkan utuk memberikan pennghargaan
karyawan setiap 3 bulan sekali dan untuk
mahasiswa setiap semester.
d) Membangun jaringan kemitraan dengan dunia
usaha dan industri serta asosiasi profesi didalam
dan luar negeri.
Melalui misi ini maka kita harus terus menerus
menjalin hubungan yang baik dengan para
usahawan dan profesional.
e) Memiliki networking melalui penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
Kita harus memiliki tekhnologi terdepan, dalam
hal ini cabang-cabang LP3I harus punya
networking ke perusahaan-perusahaan
multimedia dan harus dapat menjalin
44
komunikasi dengan berbagai kalangan didalam
dan diluar negeri. Selain itu setiap cabang juga
harus menyediakan investasi untuk pengadaan
tekhnologi terbaru.
f) Menjalin lembaga pendidikan terbaik dengan
kualitas berstandar Internasional.
Setiap cabang LP3I dengan konsep
pendidikannya harus menjadi yang terbaik di
masing-masing propinsinya, khusus cabang-
cabang di Jakarta harus menjadi yang terbaik
ditingkat nasional. LP3I harus bisa menjadi
barometer kualitas pendidikan di Indonesia,
baik dalam segi keterampilan mauppun
mentalnya, sehingga LP3I dapat menjadi yang
terbaik di manca Negara.
g) Memiliki Jaringan didalam dan luar Negeri
LP3I harus memiliki jaringan kerja dan jaringan
kerjasama dengan perusahaan didalam dan luar
negeri, baik swasta maupun pemerintahan. LP3I
ditingkat propinsi diharapkan sudah memiliki
jaringan kerjasama dengan Pemda, DPRD,
media (koran, majalah dan TV) local, kadin
daerah, asosiasi perusahaan dan juga memiliki
jaringan pendidikan diluar negeri.
h) Menjadi lembaha pendidikan yang dipercaya
dan bermanfaat bagi masyarakat.
45
Untuk menjadi lembaga pendidikan yang
terpercaya dan bermanfaat bagi masyarakat
maka setiap cabang harus mengupayakan agar
standar pendidikan di LP3I khususnya Business
Administration dan Secretary bisa langsung
kerja sedagkan untuk program study lainnya
bisa kerja 80% setelah selesai magang tiga
bulan. Selama ini telah terbentuk opini di
masyarakat bahwa lulusan LP3I adalah cepat
kerja, berbudi luhur dan mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi.
i) Memberikan kesejahteraan dan rasa aman bagi
karyawan dan keluarganya.
Setiap cabang LP3I harus dapat memberikan
rasa aman bagi karyawan dan keluarganya.
3. Tujuan dan Metode Pendidikan
Perkembangan bisnis yang demikian pesat saat
ini sangat membutuhkan tenaga kerja yang berbakat dan
siap pakai, yang menuntut profesionalisme, kematangan,
kesiapan dan kejelian dalam mengenali dan menangkap
setiap peluang usaha sebagai konsekuensi logis dari
persaingan bisnis kian tajam dan beragam. Persaingan
ketat akan merupakan nasib buruk bagi para pencari kerja
yang tidak memiliki dasarpengetahuan, keterampilan
praktis dankemampuan analisis yang handal.
LP3I melaui program–program pendidikannya
menjawab tantangan ini. Proses belajar mengajar disajikan
46
melalui pendekatan praktis, diskusi kelompok,simulasi,
role play dan latihan/kerja praktek (on-the-job training).
Disamping itu diadakan juga kegiatan mentoring agama
untuk pembinaan mental spiritual, antara lain untuk
memupuk sikap jujur, disiplin, memiliki etika, sopan
santun dan moral secara umum. Pendekatan-pendekatan
ini ternyata menunjang keberhasilan para peserta didik
untuk dapat memahami dan mampu mengamalkan
keahliannya, baik melalui latihan kerja praktek di
perusahaan perusahaan, maupun di lapangan kerja yang
sesungguhnya.
Selama proses belajar berlangsung, peserta
program pendidikan LP3I mendapat dukungan dan
bimbingan penuh dari parastaf pengajar yang berasal dari
kalangan akademis dan para praktisi profesional yang
aktif. Suasana yang sama juga akan didapatpada saat
peserta terlibat dalam situasi nyata dari persoalan bisnis di
perusahaan ketika mengikuti latihan kerja praktek.
Dengan perangkat modul dan paket program
yang aktual serta proses pendidikan yang
berkesinambungan, intensif, dan partisipatif, diharapkan
para peserta program pendidikan LP3I memiliki sikap dan
kemampuan sebagai berikut :4
4 Tentang profil Lp3i https://www.lp3i.ac.id/tentang-kami/ diunduh
pada 25 Oktober 2018.
47
a. Memiliki sikap dan etos kerja yang memahami dan
menghayati nilai-nilai moral, tuntutan mutu yang tinggi
dan keunggulan keahlian dalam bekerja dibidangnya.
b. Memiliki keunggulan kompetitif, ulet dan mampu
bekerja di bawah tekanan waktu dan mutu.
c. Mampu memecahkan masalah secara sistematis dengan
konsekuensi biaya minimum.
d. Memiliki keterampilan konsepsional yang berharga,
mampu melihat gambaran perusahaan secara
menyeluruh dan bertindak profesional.
e. Memiliki keterampilan sosial interpersonal yang
diperlukan untu kmeraih sukses dalam hubungan
bisnis, memahami dinamika kelompok danmemiliki
kemampuan untuk memberiinspirasi dan motivasi
rekan kerja.
f. Memiliki moral dan kepribadian yangtangguh tidak
mudah putus asa danberjiwa pantang menyerah.
4. Pengembangan Kualitas
Peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi
mendesak untuk segera dilakukan perbaikan. Peningkatan
mutu itu pada dasarnya dapat dilakukan dengan strategi
merubah salah satu dari sub sistem : manusia, struktur,
teknologi dan proses organisasi. Kaitannya dengan kajian
strategi peningkatan lulusan bermutu di perguruan tinggi,
perubahan itu dilakukan pada subsistem manusia dan
teknologi yang meliputi : 1) mahasiswa yang di didik 2)
48
dosen sebagai pendidik dan pengajar 3) sarana dan
prasarana.
Untuk mendapat mahasiswa dengan bibit yang
terbaik , dapat dilakukan dengan sistem seleksi yang
hanya mempertimbangkan mutu, bukan target jumlah
mahasiswa sehingga output (lulusan) yang dihasilkan
dapat diminati di pasar bursa tenaga kerja. Dosen selain
sebagai pengajar, sekaligus sebagai pendidik yang
mendidik calon ekonom menjadi manusia yang berakhlak
sebagaimana tujuan dari pendidikan. Untuk melaksanakan
fungsi itu, dosen harus memiliki jabatan fungsional dan
meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan ke
jenjang S2 ataupun S3 serta berbagai kegiatan seminar
ataupun pelatihan. Begitu pun dengan sarana dan
prasarana, yang meliputi gedung perkuliahan yang sangat
memadai berdasarkan standar pendidikan tinggi serta
perlengkapan praktek mahasiswa di laboratorium ataupun
komputerisasi yang memadai.
LP3I telah sejak lama terus berupaya untuk dapat
menjadi lembaga pendidikan kebanggan nasional. Namun
demikian ke depan, hendaknya LP3I diperhitungkan
secara internasional. Hal ini sejalan dengan tantangan era
globalisasi. Dalam era globalisasi institusi pendidikan
dituntut harus melakukan peran dalam meningkatkan
kemampuan daya saing bangsa agar berpartisipasi dan
bersaing dalam percaturan dunia. Berdasarkan kondisi
tersebut, mutu pendidikan harus selalu ditingkatkan untuk
49
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas,
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
dapat menerapkannya untuk kesejahteraan masyarakat.
Setiap perguruan tinggi yang bernaung di bawah
LP3I hendaknya hadir menjadi perguruan terkemuka di
Indonesia yang menerapkan strategi pengembangan
sejalan dengan paradigma baru perguruan tinggi yang
digariskan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Paradigma ini mengandung elemen-elemen antara lain :
otonomi, evaluasi, akreditasi dan akuntabilitas.
Bukanlah hal yang musthail jika perguruan tinggi
di bawah naungan LP3I merubah strategi dariuniversitas
pendidikan menjadi universitas riset yang unggul dan
berkelas dunia. Untuk itu mesti terjadi perbaikan yang
terus menerus tiada henti.
Dalam catatan kita, saat ini LP3I telah memiliki
lima politeknik, empat sekolah tinggi, satu akademi dan
satu unversitas.Secara rinci dapat disampaikan itu :
Politeknik LP3I Bandung,Politeknik LP3I Jakarta,
Politeknik LP3I Medan, Politeknik Nasional LP3I
Makasaar dan Politeknik PGRI Serang; STIA Banten,
STMIK Bina Sarana Global, STIAMI, STIM Sukma,
ASMI Banjarmasin dan Universitas Az Zahra.5
5 Sejarah singkat lp3i
https://lp3ipusat.wordpress.com/2013/02/19/sejarah-singkat-lp3i diunduh pada
25 Oktober 2018
50
51
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Budaya Organisasi di LP3I
Budaya organisasi banyak digunakan pada organisasi
perusahaan, Budaya organisasi sangatlah penting untuk
dipahami karena budaya organisasi dapat mempengaruhi cara
orang dalam berprilaku dan harus menjadi patokan dalam
setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang
diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya itu
mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu
dapat dikelola oleh organisasi.
Robbins mengatakan bahwa ada kesepakatan yang
luas bahwa budaya organisasi mengacu ke suatu sistem
makna yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi itu dari organisasi-organisasi yang lain. Sistem
makna bersama ini, bila diamati dengan lebih seksama,
merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai
oleh organisasi itu.1
Setelah memaparkan latar belakang dan konsep di
bab sebelumnya, maka dalam bab ini peneliti ingin
menjelaskan mengenai data dan hasil temuan. Setelah
melakukan wawancara dengan beberapa informan yang
merupakan Asisten Koordinator Bidang Agama, Staf
Pegawai/Dosen, Koordintor Bidang Kerohanian dan
Eksekutif HRD Officer. Dari wawancara tersebut peneliti
menemukan adanya budaya organisasi menurut konsep yang
1 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, hlm.247.
52
telah dikemukakan oleh O’reilly dan Jehn seperti dikutip
oleh Robbins mengemukakan tujuh karakteristik utama yang
menjadi inti dari suatu budaya organisasi, yaitu :2
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (innovation and
risk taking), yaitu sejauh mana para anggota organisasi
didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil
resiko.
Fitoyo Ibnu Ismail, selaku asisten Koordinator
Bidang Agama LP3I, dalam keterangannya, menjelaskan
bagaimana anggota LP3I mendorong untuk bersikap
inovatif:
“Ya memang setiap kita ini dilatih salah satunya
di LP3I khususnya karyawan itu adanya kegiatan
story telling, jadi setiap sebulan sekali karyawan
diberikan jatah untuk menceritakan sesuatu
dengan menggunakan bahasa inggris, ini berguna
untuk meningkatkan pelayanan supaya kita tidak
tertinggal, LP3I juga tidak ketinggalan dalam hal
internet setiap penerimaan mahasiswa baru
registrasi dan ujiannya menggunakan online,
masih banyak lagi yang sedang diupayakan oleh
LP3I”.3
2. Perhatian terhadap detail (attention to detail), yaitu sejauh
mana anggota organisasi diharapkan untuk
memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian
terhadap detail. Fitoyo Ibnu Ismail, selaku Asisten
Koordinator Pendidikan Agama juga menjelaskan
2 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, hlm.248
3 Wawancara dengan Fitoyo Ibnu Ismail, sebagai asisten koordinator
pendidikan agama, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 10.30 WIB di
Kantor LP3I Jakarta Pusat.
53
53
mengenai bagaimana anggota organisasi melihat
kecermatan:
Salah satunya ada pelatihan-pelatihan disetiap
“bagian dari pihak manajemen. Bagaimana cara
memutuskan sesuatu kemudian, ada pelatihan
memperbaiki diri kita juga berlatih dan dari
pimpinan itu selalu peduli terhadap hal-hal kecil,
misalnya saat bekerja ada karyawan yang tidak
sholat tepat waktu itu pasti saling mengingatkan,
jadi seperti itu”.4
3. Berorientasi pada hasil (outcome orientation), yaitu sejauh
mana manajemen berfokus kepada hasil dibandingkan
dengan perhatian terhadap teknik dan proses yang
digunakan untuk meraih hasil tersebut. Widiatama Fajar
selaku pegawai dan dosen LP3I menjelaskan tentang
bagaimana manajemen berfokus pada hasil dibandingkan
dengan proses:
“Ya LP3I menekankan pada hasil karena kita ada
target kerja, akan tetapi juga tidak memudahkan
proses karena ada perencanaan, dan juga
penerapannya akan ada evaluasi dan kontrol dari
atasan ketika kinerjanya kurang baik kemudian di
adakan evaluasi kembali, jadi kita buatkan plan A,
Plan B bahkan Plan C ketika terjadi sesuatu.
Makanya setiap rapat hari jum’at, setelah itu
biasanya berdo’a kita melakukan evaluasi kerja,
sehingga tahu sejauh mana hasil yang tercapai, itu
utamanya”.5
4 Wawancara dengan Fitoyo Ibnu Ismail, sebagai asisten koordinator
pendidikan agama, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 10.30 WIB di
Kantor LP3I Jakarta Pusat. 5 Wawancara dengan Widiatama Fajar, sebagai Staff Pegawai/Dosen
LP3I, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di Kantor LP3I
Jakarta Pusat.
54
4. Berorientasi kepada manusia (people orientation), yaitu
sejauh mana keputusan yang dibuat oleh manajemen
memperhitungkan efek terhadap anggota-anggota
organisasi.
“Dampak itu pasti ada, pengambilan keputusan itu
kan sebenernya pimpinan tertinggi. Dimana
pengambilan keputusan tertinggi diatas kita yang
mengambil semua kendali organisasi dan itu pasti
ada dampak positifnya bahkan nengatifnya itu bisa
jadi. Akan tetapi kita harus memikirkan
kedepannya lebih baik karena organisasi ini akan
terus berjalan tetapi tidak merugikan sebelah
pihak, intinya seperti itu.6
5. Berorientasi kepada kelompok (team orientation), yaitu
sejauh mana pekerjaan secara kelompok lebih ditekankan
dibandingkan dengan pekerjaan secara individu.
“Ya kita semua jelas lebih mengedepankan
kepentingan bersama, kalau ada beberapa orang
atau pegawai kita harus tanyakan dulu mungkin
ada kegiatan diluar misalnya keluarganya sakit itu
kan kepentingan individu mesikupun didalam
organisasi ada kegiatan bersama. Jadi ya kita
sesuaikan dengan permasalahan disetiap individu
juga, karena dari situ kita bisa belajar untuk
kepentingan secara bersama-sama”.7
6. Agresivitas (aggressiveness), yaitu sejauh mana anggota-
anggota organisasi berperilaku secara agresif dan
6 Wawancara dengan Widiatama Fajar, sebagai Staff Pegawai/Dosen
LP3I, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di Kantor LP3I
Jakarta Pusat. 7 Wawancara dengan Muhammad Ishak, sebagai Eksekutif HRD
Officer, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta
55
55
kompetitif dibandingkan dengan berperilaku secara
tenang.
“Kalau di LP3I itu kan mereka dimotivasi agar
karyawan juga melanjutkan ke jenjang yang lebih
baik, dari sisi pendidikan di upgrade dari S1
melanjutkan S2 misalnya, karena memang
tuntutan dari pemerintah juga kan, yang kedua
dengan sikap yang baik, budaya kerja yang baik,
karakter kerja yang baik, disiplin kerja itu
persaingannya juga berawal dari semua jadi
pimpinan melihat itu, track recordnya seseorang,
dari kompetensinya terutama itu dinilai”.8
7. Stabilitas (stability), yaitu sejauh mana organisasi
menekankan status-quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Hal ini diungkapkan oleh Fitoyo Ibnu Ismail, selaku
asisten koordinator pendidikan agama tentang bagaimana
penyelesaian konflik didalam LP3I agar selalu menajaga
hubungan dan stabilitas organisasi:
“Ya kita mengadakan tim kecil, supaya kita bisa
diurai masalahnya salah satunya itu dengan kita
melakukan evaluasi bersama setiap hari jum’at,
kemudian kita diskusikan masalahnya, setiap ada
problem kita bicarakan adanya keterbukaan, kita
berdo’a istighfar bersama jadi sesama karyawan
kita selalu berusaha saling menjaga”.9
Kemudian juga dijelaskan oleh Widiatama Fajar
mengenai sejauh mana menjaga stabilitas organisasi:
8Wawancara dengan Widiatama Fajar, sebagai Staff Pegawai/Dosen
LP3I, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di Kantor LP3I
Jakarta Pusat. 9Wawancara dengan Fitoyo Ibnu Ismail, sebagai asisten koordinator
pendidikan agama, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 10.30 WIB di
Kantor LP3I Jakarta Pusat.
56
“Biasanya kita ada informasi ya yang selalu
ditekankan, misalnya setiap bulan ada i’tikaf maka
kita infomasikan keseluruh karyawan misalnya
diminggu keempat setiap bulannya, ya memang
kendala pasti ada mungkin ada karyawan yang
sakit, ada keluarganya yang sakit kemudian tidak
bisa ikut, kita tidak telalu menekan karena semua
kan bisa dibicarakan dan mereka masih nyaman-
nyaman saja. Dan itu saling memotivasi sesama
karyawan, itu yang menajaga hubungan kita
dalam bekerja”.10
Budaya organisasi adalah sekumpulan asumsi-
asumsi dasar, nilai-nilai, norma-norma, simbol dan
filosofi yang ditemukan dan dikembangkan oleh sebuah
anggota organisasi yang berfungsi sebagai pedoman dan
petunjuk bagi anggota organisasi berpikir, berperilaku dan
memecahkan masalah dengan mengadaptasinya dari luar
dan mengintegrasikannya ke dalam organisasi.
Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu
kontinuum dari rendah ke tinggi. Maka dengan menilai
organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini akan
diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisai itu.
Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman
bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi
itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya dan cara
para anggota diharapkan berperilaku.11
10
Wawancara dengan Widiatama Fajar, sebagai Staff Pegawai/Dosen
LP3I, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di Kantor LP3I
Jakarta Pusat. 11
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi: jilid 2, hlm.248
57
57
B. Nilai-nilai Dakwah dalam Budaya Organisasi LP3I
Dalam Budaya organisasi di LP3I juga menerapkan
sistem atau nilai-nilai Dakwah yang terkandung dalam
Corporate Culture LP3I. Fitoyo Ibnu Ismail, selaku Asisten
Koordinator Pendidikan Agama, dalam keterangannya saat
diwawancarai, menjelaskan nilai-nilai dakwah yang
terkandung dalam budaya organisasi LP3I sebagai berikut:
“Yaa alhmdulillah dari pimpinan kita di LP3I ini
sangat kental dibidang agama, yang pertama
ketika ketemu sesama karyawan harus memberi
salam, yang kedua harus menjaga sholat diawal
waktu berjamaah, yang ketiga untuk laki-laki ini
harus meluangkan waktu i’tikaf dakwah, harus
membaca buku, terus kerja niatkan ibadah dan
juga menyisihkan sebagian penghasilan untuk
zakat, ada sembilan si coorporate culturenya.”12
Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Widiatama
Fajar selaku Staff Pegawai dan juga Dosen LP3I Jakarta
Pusat :
Kalo di LP3I itu kan sebenarnya ada budaya kerja
yang di terapkan, ada sembilan yaitu pertama
datang ke pekerjaan niat kerja karena ibadah,
mengucap salam, nah itu selalu disoundingkan
kepada setiap karyawan ketika ketemu, kepada
owner itu yang selalu digaungkan. Agar sembilan
coorporate culture itu diterapkan diseluruh
cabang dan itu harus masuk keseluruh cabang
LP3I.13
12
Wawancara dengan Fitoyo Ibnu Ismail, sebagai asisten koordinator
pendidikan agama, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 10.30 WIB di
Kantor LP3I Jakarta Pusat. 13
Wawancara dengan Widiatama Fajar, sebagai Staff Pegawai/Dosen
LP3I, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di Kantor LP3I
Jakarta Pusat.
58
Corporate Culture di LP3I didasari atau dilandasi
oleh pengalaman Agama Islam, dengan asumsi 90%
karyawan LP3I dan pemakai jasanya adalah orang Islam.
Karena penduduk Indonesia 90% beragama Islam. Berikut
sembilan Corporate Culture di LP3I:14
1. Niat kerja sebagai ibadah
2. Memberi salam ketika bertemu dan ketika masuk kantor
3. Membacah Basmalah, Sholawat dan kultum sebagai
pembuka rapat
4. Pemotongan gaji 2,5% untuk ZIS
5. Sholat tepat waktu
6. I’tikaf
7. Saling Mendo’akan
8. Yasinan Bersama
9. Membaca Buku
Berdasarkan temuan dari hasil wawancara kepada
beberapa narasumber, ada sembilan Corporate Culture di
LP3I yang menjadi pendorong jalannya roda organisasi serta
menjadi budaya organisasi yang dijalankan oleh LP3I.
1. Niat kerja sebagai ibadah
Niat merupakan pangkal dari seluruh aktifitas yang
dilakukan oleh seseorang karena segala sesuatu tergantung
pada niatnya. Corporate Culture LP3I dikembangkan agar
karyawan LP3I akan mencapai puncak akhir kehidupan
14
Buku pedoman visi-misi dan coorporate culture LP3I
59
59
bahagia di dunia dan diakhirat. Dalam wawancara kepada
Bapak Nawawi selaku koordinator bidang kerohanian
LP3I mengatakan:
“Ada dalam Al-Qur’an pengertian ibadah itu kan
luas, apabila niat kerjanya karena Allah untuk
ibadah dari rumah ketempat kerja pasti akaa ada
niat kejujuran, kerjakeras, dan juga tanggung
jawab sebaik mungkin. Jadi seperti itu, apabila
mereka memberikan ilmu kepada yang lain
mahasiswa misalnya pasti juga akan dilandasi
dengan keagamaan, keikhlasan. Dan cara
mengetahuinya bias dilihat, memang kalau yang
ghoibiah memang tidak bias dilihat. Tetapi kalau
secara zohir kan bisa dilihat dengan integritasnya,
loyalitasnya jadi berhubungan dengan tindakan,
jadi tatkala dia mengerjakan sesuatu karena
ibadah maka dia buat dengan sebaik-baiknya.”15
Oleh karena itu setiap karyawan LP3I dalam
bekerja harus mempunyai niat kerja sebagai Ibadah,
karena Allah SWT menciptakan manusia hanya untuk
ibadah kepada-Nya.
2. Memberi salam bila bertemu dan ketika masuk kantor
Sangatlah dianjurkan khususnya kepada karyawan
LP3I yang beragama Islam untuk selalu menebarkan
salam terhadap saudaranya, karena salam akan membawa
rahmat (kasih sayang) bagi bersama.
“Dalam kehidupan kita sehari-hari yang namanya
manusia sepandai apapun memerlukan kepada
khaliqnya, tatkala kita memberi salam berarti kita
15
Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat
60
berkeinginan seluruh aktivitas kita ini ada campur
tangan Allah. Orang kan di do’akan
assalamualaikum semua berharap kesejahteraan,
keselamatan, keberkahan jadi kita berkeinginan
setiap kita memberi salam. Dan juga kita
mengucapkan kata-kata yang baik maka akan
terbentuk kebaikan begitu juga mungkin
sebaliknya sedangkan itu semua do’a yang begitu
hebat, maka dikatakan do’a adalah senjata bagi
orang yang beriman. Beigitu juga dengan
sholawat bagaimana mengaplikasikan kehidupan
kita dengan kehidupan Rasulullah jadi bukan
hanya sholawat, itu yang kita minta supaya
kehidupan beragama itu terwujud.”16
3. Membaca Basmalah, Sholawat dan Kultum sebagai
pembuka rapat.
Karena rapat (musyawarah) ini merupakan
perintah Allah, maka agar mendapatkan pahala dan
keberkahan dari Allah SWT, ketika akan melaksanakan
rapat selalu mengawalinya dengan membaca basmalah,
sholawat dan kultum (kuliah tujuh menit).
“Kalau untuk secara implementasi itu baik
digunakan ya, karena itu ada kandungan nilai-
nilai manfaat, ada juga nilai-nilai dakwah yang
ada dicoorporate culture mungkin sudah dibaca
ya? Membaca Basmalah, Sholawat dan Kultum
sebelum rapat nah itu kan secara rohani temen-
temen ini mendapat knowlage pengetahuan
16
Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat
61
61
tentang agama yang diterapkan disetiap
karyawan.”17
Dengan demikian diharapkan karyawan LP3I bisa
mengamalkan isi Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan
sehari-hari dengan ikhlas dan lebih baik lagi dalam hal
perbuatan maupun tindakan.
4. Pemotongan gaji 2,5 % untuk ZIS
LP3I mewajibkan adanya pemotongan gaji 2,5%
setiap bulannya, pemotongan gaji ini menjadi zakat, infak
dan sodaqoh karyawan atau pegawai LP3I. Pemotongan
gaji ini berlaku dari seluruh jajaran baik pimpinan atasan
ataupun karyawan biasa diharapkan menjadi bekal dan
amal untuk kehidupan diakhirat.
“Iya jadi kembali kerja karena ibadah, kita sudah
membudayakan azas-azas syariat tadi karena
dengan ketaatan kita kepada Allah ada saja hal-
hal ghaibiah yang Allah berikan dan harus kita
yakinin hal-hal itu. Itu juga secara sukarela, jadi
memang semuanya sudah diberikan budaya seperti
itu sebelum masuk ke LP3I.Itu ada lembaganya
tersendiri, Baik melalui Yayasan Ar-Rahman dan
orang-orang yang kurang mampu disekitar
kampus. Jadi sasarannya itu kita langsung
keorangnya termasuk daerah perumahan
pinggiran rel, jadi mereka kita datangi untuk
anak-anak mereka yang sekolah dan juga kepada
17
Wawancara dengan Widiatama Fajar, sebagai Staff
Pegawai/Dosen LP3I, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 14.00
WIB di Kantor LP3I Jakarta Pusat.
62
mahasiswa yang kurang mampu atau yatim piatu
itu kita bantu.”18
5. Sholat tepat waktu
Sholat tepat waktu lebih baik dianjurkan, khusunya
karyawan LP3I karena berpengaruh kepada kebiasaan
karyawan untuk selalu disiplin dan menghargai waktu.
“Iya sholat kita semua harus melaksanakannya
karena itu kewajiban, ini kan sudah menjadi
budaya dalam LP3I jadi ketika mendengar adzan
semua pekerjaan diharuskan berhenti, dan semua
menuju kemasjid sholat berjamaah jadi tidak ada
dorongan karena semuanya sudah menyadari itu
kewajiban kita sebagai umat muslim.”19
6. I’tikaf
Agar karyawan lebih mendalami dan memahami
agama Islam maka LP3I diharuskan i’tikaf bagi karyawan
laki-laki minimum 3 hari dalam 3 bulan, sedangkan untuk
karyawan wanita diharuskan minimum 2 kali sebulan (tiap
hari jum’at) mengadakan pengajian dengan mengundang
penceramah wanita (ustadzah) dari luar, kegiatan ini bisa
juga melibatkan mahasiswi, dosen, ataupun karyawati
yang lainnya untuk ikut pengajian.
18
Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat 19
Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat
63
63
“Jadi pemimpin itu merasa bahwa sebuah bentuk
kegiatan usaha dan keberhasilan itu atas dasar
pertolongan Allah, itu hasil dari tawakal kepada
Allah meskipun manusia yang berusaha. Dan itu
memiliki keyakinan seperti itu makanya banyak
pegawai LP3I juga diminta keluar Dakwah
Tabligh ke Masjid-masjid dan juga mahasiswanya
ketika liburan juga kita ajak setiap kelompok 10
orang kita ajak ke masjid untuk mengikuti selama
3 hari itu menjadi ciri khas juga, dan ini salah
satunya.”20
Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Bapak
Nawawi selaku koordinator bidang kerohanian
menjelaskan dalam wawancaranya:
“Itu berlaku semua karyawan dan memang
pelaksanaanya kita sebatas penganjuran saja,
mengapa harus tiga hari nanti itu akan tahu
mamsukkan ruh-ruh Islami yang tingkatnya dasar-
dasar terlebih dahulu. Dimulai dengan hal-hal
kecil misalnya mulai memperbaiki wudlunya,
istinjanya, kemudian juga muamalah,
muasharohnya juga belajar memakmurkan masjid.
Mungkin dengan kita buat seperti ini jadi tau
kapasitas kita dan sebagai jawaban juga bahwa
agama itu mudah ada contohya jika diamalkan.”21
7. Saling Mendo’akan
20
Wawancara dengan Muhammad Ishak, sebagai Eksekutif HRD
Officer, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor LP3I
Jakarta Pusat. 21
Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat.
64
Salah satu kewajiban seorang muslim terhadap
saudaranya adalah saling mendo’akan dan do’a tersebut
akan dikabulkan oleh Allah SWT.
“Dan setelah sholat juga kita berdo’a bersama
saling mendo’akan baik untuk atasan, sesama
karyawan maupun untuk saudara-saudara kita
agar semuanya diberikan kenikmatan, kesehatan
dan keselamatan.”22
8. Yasinan Bersama
Orang yang beriman, dalam bekerja tidak hanya
mengandalkan kemampuan (skill) belaka, tetapi meyakini
bahwa keberhasilan dalam melakukan sesuatu sangat
bergantung pada amal agama. Oleh karena itu disampig
bekerja keras juga harus didukung dengan amalan-amalan
yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW
diantaranya sholat dhuha, dzikir, zakat atau sedekah dan
membaca surat yasin dipermulaan hari.
“Ya itu memang pertanyaan yang sering
dilontarkan, kenapa bukan yang lain? Jadi kita
tahu ada anjuran Rasulullah:“barang siapa yang
diawal hari membaca surat yasin Allah naikkan
seluruh hajat-hajatnya”, bukan berarti surat yang
lain tidak. Surat yasin itu kan merupakan hatinya
Al-Qur’an, ada yang bilang juga jantungnya Al-
Qur’an, juga kan merupakan budaya pada
pendahulu kita, ulama kita. Dan dalam yasin kan
banyak fadhilahnya, isi kandungannya kan banyak
dan harus dipahami juga dengan harapan
22
Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat.
65
65
membaca berulang-ulang mungkin bisa sampai
hafal kan itu bagus.”23
Hal ini juga dipaparkan oleh Fitoyo Ibnu Ismail :24
“Ada kegiatan program jum’at berseri, itu ada
kegiatan membaca surat yasin dan mengirim surat
fatihah kepada pemimpin lembaga yang sudah
mendahului kita, terus juga kepada ulama,
pimpnan civitas akademik agar diberikan
kemudahan dan terutama kepada yang sakit agar
diberi kesembuhan.”
Di LP3I telah lama dikembangkan budaya
membaca surat yasin bersama seminggu sekali pada hari
jum’at ataupun sabtu sesuai dengan kondisi cabang
masing-masing dengan harapan semoga Allah SWT
memberikan kebaikan di dunia dan akhirat bagi seluruh
civitas academika LP3I.
9. Membaca Buku
Karena LP3I bergerak dalam bidang jasa
pendidikan maka dibudayakan untuk terus mencari ilmu
dan mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan. Oleh
sebab itu seluruh karyawan LP3I diharuskan membaca
buku minimal 4 buku dalam sebulan dan membuat
resumnya minimal 2 sampai 5 halaman untuk dilaporkan
23
Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat. 24
Wawancara dengan Fitoyo Ibnu Ismail, sebagai asisten koordinator
bidang agama, pada hari selasa, 4 Desember 2018 pukul 10.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat.
66
keatasan masing-masing. Level karyawan minimal 1
buku, level kebag atas minimal 2 buku.
“Ini termasuk budaya yang harus kita lestarikan
juga, kita tahu bahwa yang kita bina selain agama
adalah pengetahuan umum membaca adalah
jendela dunia gitukan? LP3I ini juga basicnya
adalah mempelajari ilmu pengetahuan jadi jelas
dan tentang bagaimana pelaksanaanya kita setiap
satu bulan sekali ada bedah buku juga bergantian
dimasing-masing bidang tadi ya dengan harapan
apa yang kita pelajari itu menambah wawasan,
ilmu, semoga pelaksanaanya juga.”25
Dengan banyaknya ilmu yang didapat dalam
membaca buku maka diharapkan seuluruh karyawan dapat
bekerja lebih inovatif, efisien dan lebih canggih lagi.
Dengan banyaknya ilmu juga karyawan dapat melayani
konsumen dengan ramah dan dengan hati yang ikhlas.
Adapun dari sembilanCorporate Culture LP3I
diatas merupakan budaya organisasi yang menjadi sistem
atau landasan culture LP3I yang didalamnya juga
terkandung nilai-nilai Dakwah. Niali-nilai dakwah adalah
nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan
hadits. Adapun dakwah yang dilakukan oleh LP3I
termasuk dalam tiga bentuk dakwah yaitu :
1. Dakwah bi Al-Lisan adalah dakwah yang dilaksanakan
melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan
ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-
25Wawancara dengan Bapak Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
kerohanian, pada hari Jum’at, 14 Desember 2018 pukul 13.30 WIB di Kantor
LP3I Jakarta Pusat.
67
67
lain. Dari sembilan Corporate Culture LP3I terdapat
beberapa nilai-nilai dakwah yang dilaksanakan melalui
bi Al-Lisan Dalam wawancara dengan Bapak Nawawi
selaku Bidang Pendidikan Kerohanian LP3I
menjelaskan:
“Jelas semuanya mencakup dalam 3 metode itu,
misalnya dakwah bi-lisan itu ada Niat Kerja
sebagai ibadah, kemudianMembaca Basmalah,
Sholawat dan Kultum saat sebelum rapat, Saling
mendo’akan, Membaca yasin bersama itu masuk
dalam kategori dakwah bi-lisan.”26
2. Dakwah bi Al-Hal adalah dakwah dengan perbuatan
nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan
tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata
tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh
masyarakat sebagai objek dakwah. Melalui sebuah
tindakan dan juga perbuatan LP3I juga menerapkan
nilai-nilai dakwah melalui metode bi Al-Hal yaitu :
“Kemudian yang kedua ada dakwah bi-hal yaitu
dengan perbuatan, nah dari sembilan corporate
culturre juga ada poinnya, misalnya Memberi
salam ketika bertemu dan ketika masuk kantor,
Pemotongan Gaji 2,5%, Sholat tepat waktu dan
I’tikaf’”27
26
Wawancara dengan Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
Kerohanian LP3I, pada hari Jum’at, 21 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di
Kantor LP3I Jakarta Pusat. 27
Wawancara dengan Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
Kerohanian LP3I, pada hari Jum’at, 21 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di
Kantor LP3I Jakarta Pusat.
68
3. Dakwah bi Al-Qalam, adalah dakwah melalui tulisan
yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar,
majalah, buku, maupun internet. Karena LP3I juga
bergerak dibidang jasa pendidikan maka sudah suatu
keharusan untuk mendorong pertumbuhan dibidang
ilmu pengetahuan. Pada metode ini LP3I juga
menerapkan nilai-nilai dakwah melalui bi Al-Qalam
yaitu:
“Kemudian ada bi-qalam, kita ada membaca buku
atau membedah buku kemudian dipresentasi,
semua ini sudah terkonsep dalam semua dakwah
menurut saya persuasif yaitu mengajak orang
untuk berbuat kebaikan, semuanya didasari dalam
Islam.”28
28
Wawancara dengan Nawawi, sebagai Bidang Pendidikan
Kerohanian LP3I, pada hari Jum’at, 21 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di
Kantor LP3I Jakarta Pusat.
69
BAB V
PEMBAHASAN
A. Budaya Organisasi di LP3I Jakarta Pusat
Budaya organisasi dalam suatu perusahaan tentu
berbeda dengan budaya organisasi yang dimiliki perusahaan
lain. Hal ini dikarenakan di dalam budaya organisasi
mencerminkan kepribadian atau ciri khas yang membedakan
organisasi tersebut dengan organisasi lain. Ciri khas ini dapat
berupa hal- hal yang kasat mata seperti peraturan-peraturan
organisasi maupun juga dapat berupa hal-hal yang tidak kasat
mata seperti pola pikir organisasi tersebut. Ciri khas tersebut
secara langsung menggambarkan budaya organisasi tersebut.
Oleh karena itu, budaya organisasi merupakan suatu sistem,
makna, dan arti bersama yang dianut oleh para anggotanya
yang membedakan organisasi dari organisasi lainnya.
O’reilly dan Jehn seperti dikutip oleh Robbins
mengemukakan tujuh karakteristik utama yang menjadi inti
dari suatu budaya organisasi, yaitu :1
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (innovation
and risk taking), yaitu sejauh mana para anggota
organisasi didorong untuk bersikap inovatif dan berani
mengambil resiko.
Sejauh ini LP3I telah melakukan inovasi, berawal
dari setiap masalah yang ada pada lingkungan LP3I
kemudian melakukan suatu terobosan atau manajemen
keterbukaan kepada seluruh karyawannya agar dapat
1Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, hlm.248
70
menyampaikan segala sesuatu baik secara internal
maupun eksternal. Dengan adanya manajemen
keterbukaan setiap karyawan bebas menyampaikan
aspirasi atau pendapatnya untuk kemajuan LP3I,
kemudian banyak melakukan perubahan-perubahan dari
mulai manajemen birokrasi, menciptakan suasana kerja
yang produktif sekaligus mendorong seluruh karyawan
untuk bersiakap berani dalam mengambil resiko yang
dihadapinya.
Selaras dengan beberapa jenis inovasi diatas LP3I
selalu berupaya untuk melakukan terobosan-terobosan,
terutama dalam hal pelayanan LP3I berusaha sebaik
mungkin dalam melayani masyarakat atau mahasiswa
baik dari pegawai/karyawan maupun dosen yang
mengajar. Setiap satu bulan sekali LP3I mengadakan
kegiatan story telling, yaitu dimana karyawan diberikan
kesempatan untuk menceritakan tentang sesuatu hal yang
berkaitan dengan motivasi diri menggunakan bahasa
Inggris. Pelatihan untuk salah satu upaya untuk
mendorong karyawan agar dapat berbicara menggunakan
bahasa Inggris dan berguna untuk meningkatkan kualitas
karyawan. Kemudian dalam era tekhnologi seperti
sekarang ini LP3I juga tidak ingin tertinggal, LP3I sudah
memulai menggunakan basic tekhnologi komputer dan
internet seperti ketika melakukan pembukaan mahasiswa
baru sudah menggunakan registrasi dan ujian online.
Penerimaan mahasiswa baru dan ujian online dilakukan
71
dalam satu website resmi yang dikelola oleh akademik
LP3I.
2. Perhatian terhadap detail (attention to detail), yaitu
sejauh mana anggota organisasi diharapkan untuk
memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian
terhadap detail.
Dalam memperhatikan hal detail karyawan atau
pegawai LP3I mengadakan sebuah pelatihan-pelatihan
yang didalamnya adalah untuk melatih melihat
kecermatan dalam menganalisis sesuatu sehingga
tindakan yang diambil tidak terjadi kesalahan yang fatal.
Hal ini juga menambah pengetahuan karyawan dalam
menentukan sesuatu agar lebih mempertimbangkan
terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah tindakan.
Kemudian dapat dilihat bahwa LP3I terus mendorong
karyawan untuk memperhatikan setiap detail yang ada.
Hal ini dibuktikan melalui kuatnya prosedur-prosedur
yang ada dan melihat hal-hal kecil yang dilakukan
karyawan seperti sholat tepat waktu yang sudah menjadi
budaya perusahaan guna kedisiplinan, menghargai waktu
dan mentaati segala peraturan.
3. Berorientasi pada hasil (outcome orientation), yaitu
sejauh mana manajemen berfokus kepada hasil
dibandingkan dengan perhatian terhadap teknik dan proses
yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.
Orientasi pada hasil LP3I menekankan agar
manajemen juga berfokus pada hasil meskipun keduanya
72
penting untuk dilakukan, akan tetapi dengan adanya
tujuan maka arah tujuan dari pada organisasi lebih terarah.
Hal ini juga dibuktikan melalui adanya target kerja seperti
target mencari mahasiswa/mahasiswi baru yang
dibebankan kepada karyawan terutama dibidang
marketing. Melalui adanya perencanaan atau penyusunan
strategi kerja dalam marketing merupakan salah satu
bentuk dari upaya mencapai hasil, dengan demikian LP3I
dapat mengetahui sejauh mana hasil atau target kerja yang
diperoleh.
Kemudian pada penerapannya yiatu dengan
adanya kontrol dari pimpinan ketika kinerjanya kurang
sesuai maka dilakukan evaluasi kembali. Dalam
melakukan perencanaan selalu mempunyai planning A, B
bahkan C agar ketika terjadi sesuatu yang tidak sesuai,
karyawan dapat melakukan perubahan dengan
perencanaan lain. Dengan demikian hasil merupakan
tujuan utama dengan adanya tujuan atau target secara
langsung membuat kinerja karyawan tidak memudahkan
proses hal ini menambah adanya persaingan diantara
karyawan sehingga juga melahirkan sebuah kompetisi
didalam organisasi LP3I.
4. Berorientasi kepada manusia (people orientation), yaitu
sejauh mana keputusan yang dibuat oleh manajemen
memperhitungkan efek terhadap anggota-anggota
organisasi.
73
Perlibatan dan partisipasi anggota (individu)
dalam organisasi menjadi menjadi lebih penting ketika
organisasi tersebut memulai suatu fungsi karena tanpa
keterlibatanya kegunaan atau fungsional organisasi
tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Keterlibatan dan partisipasi juga cenderung menghasilkan
suatu kinerja, pola kegiatan serta hasil dari keterlibatan
seluruh unsur manusia dalam organisasi akan
menghasilkan suatu fungsi dalam organisasi.Masing–
masing dari individu tersebut di dalam suatu organisasi
mempunyai peran yang beragam dan mempunyai
keterikatan terhadap suatu wadah, yaitu organisasi.
Individu merupakan komponen vital dalam suatu
organisasi tetapi tidak efisien jika individu ingin mencapai
suatu tujuan dasar organisasi. Karena individu tidak
mempunyai struktur dan sistem untuk mencapai suatu
tujuan organisasi.
Dalam pengambilan sebuah keputusan LP3I
mendorong agar karyawannya lebih aktif, ini menjadi
bukti bahwa manajemen LP3I selalu memperhitungkan
efek atau dampak terhadap karyawannya. Pada
pengambilan keputusan ditentukan oleh pimpinan
tertinggi, tidak sertamerta bisa dilakukan oleh karyawan
tanpa adanya pertimbangan pimpinan atau atasannya,
supaya keputusan yang diambil tidak merugikan beberapa
pihak yang terlibat didalamnya.
74
Pimpinan selalu mempertimbangkan keputusan
yang akan diambil karena akan berpengaruh pada
manejemen organisasi LP3I itu sendiri, baik mengenai
program jangak pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang. LP3I selalu mengambil keputusan dengan
memperhitungkan dampaknya pada individu di dalam
organisasi. Hal ini dapat terlihat dari adanya operasional
lapangan sehingga operasional LP3I sangat bergantung
dengan individu-individu di dalam organisasi. Selain itu
dapat dilihat dari keputusan-keputusan yang mengikuti
tren-tren teknologi yang dirasa dapat membantu pekerjaan
dari tiap individu di dalam LP3I itu sendiri.
5. Berorientasi kepada kelompok (team orientation), yaitu
sejauh mana pekerjaan secara kelompok lebih ditekankan
dibandingkan dengan pekerjaan secara individu.
Pelibatan kelompok dalam suatu organisasi dapat
dilakukan dengan mekanisme pembagian atas individu–
individu agar membentuk suatu kumpulan yang
mempunyai pola dan sistem kerja. Suatu kelompok pada
dasarnya adalah sekumpulan individu yang berada dalam
suatu organisasi dimana para anggotanya saling
mempunyai ketergantungan satu sama lain dalam
melaksanakan suatu kinerja secara berstruktur.Organisasi
lebih mengutamakan atas pencapaian tujuan dasar yang
lebih mengedepankan kepada hasil yang ingin dicapai.
Suatu kinerja kelompok akan lebih efisien ketika di
letakkan di ruang lingkup organisasi karena suatu tujuan
75
akan lebih cepat tercapai jika didalam pengelolaannya
dikerjakan secara berstruktur atau berkelompok.
Kelompok yang ada dalam organisasi juga
memainkan peran penting dalam merespon perubahan
organisasi. Peran kelompok-kelompok dalam organisasi
dapat berbeda-beda, misalnya, kelompok-kelompok dapat
dipergunakan sebagai media perubahan (medium of
change), kelompok-kelompok sebagai sasaran perubahan
(target of change) dan kelompok-kelompok sebagai agen
perubahan (agent of change). Ini semua menunjukkan
bahwa kelompok-kelompok dalam organisasi memiliki
peran penting dalam perubahan organisasi. Jika makin
banyak pihak, baik individu anggota organisasi maupun
kelompok-kelompok dalam organisasi, yang terkena
dampak perubahan, maka secara keseluruhan, organisasi
juga akan mengalami perubahan.
Pekerjaan kelompok berarti menyangkut nama
baik LP3I, oleh karenanya kegiatan yang bersifat
kelompok selalu dikedepankan dibanding pekerjaan
secara individu. LP3I selalu menekankan pekerjaan
diorganisasikan kepada tim dibandingkan individu. Hal
ini dapat terlihat dari pembagian tugas yang diberikan
kepada individu-individu untuk saling melengkapi satu
sama lain di dalam organisasi. Dalam pembagian tugas
tersebut, LP3I memiliki tujuan untuk memudahkan
pekerjaan satu sama lain dan dalam kelompok LP3I
membetuk pembagian tugas yang terdiri dari banyak
76
bidang secara struktural agar dalam pencapaian
perencanaan sesuai dengan tugas yang dilakukan sehingga
perubahan didalam lingkungan manajemen LP3I dapat
terlihat secara nyata.
6. Agresivitas (aggressiveness), yaitu sejauh mana anggota-
anggota organisasi berperilaku secara agresif dan
kompetitif dibandingkan dengan berperilaku secara
tenang.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang
kompetetif yang dilakukan oleh LP3I agar mendorong
karyawannya lebih agresif dalam bertindak, LP3I
menekankan pada karakter dan disiplin kerja. Berdasarkan
wawancara diatas mengenai agresivitas yaitu LP3I juga
peduli terhadap karyawannya dalam hal dunia pendidikan
agar mampu bersaing kejenjang yang lebih tinggi.
Pada kegiatan tahunan LP3I memberikan penilaian
terhadap karyawannya yang berprestasi dalam bekerja
dilihat dari penilaiaan berdasarkan laporan serta track-
recordnya selama satu tahun. Pada penilaiannya yang
dilakukan oleh pimpinan beserta dengan kepala masing-
masing bidang departemen, dilihat dari cara karyawan
bekerja, bersikap loyalitas dan integritasnya serta sejauh
mana karyawan berkontribusi untuk kemajuan LP3I.
Kegiatan tahunan tersebut merupakan bentuk
penghargaan dari LP3I untuk karyawan dengan tujuan
agar mendorong karyawannya lebih giat dalam bekerja,
saling bersaing dalam menunjukan kualitas dan
77
kemampuan diri adalah salah satu bentuk prestasi yang
harus diraih oleh karyawan dalam dunia pekerjaan.
7. Stabilitas (stability), yaitu sejauh mana organisasi
menekankan status-quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Suatu organisasi yang berupaya mempertahankan
apa yang saat ini ada (statusquo) akan berhadapan dengan
keadaan yang ketinggalan jaman dan berada pada situasi
yang membosankan bagi para anggota dalam organisasi
itu. Dalam situasi yang demikian, organisasi itu akan
mengalami kemandegan dan bukan mustahil kondisi ini
akan menghantarkan organisasi itu pada ketidak
mampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
akhirnya mengalami kemunduran atau bahkan, kematian.
Sebaliknya, perubahan organisasi yang dilakukan akan
membawa pada penemuan usaha baru dan metode serta
teknologi baru sehingga akan lebih dapat menyesuaikan
terhadap lingkungan dan organisasi itu akan tetap hidup.
Gambaran ini secara jelas menunjukkan bahwa
organisasi senantiasa mengalami perubahan dan untuk
mengantisipasi perubahan itu terdapat pilihan-pilihan
yang memiliki konsekuensi yang berbeda-beda. Dengan
melihat organisasi sebagai suatu sistem yang di dalamnya
terdapat komponen-komponen yang saling berhubungan
satu sama lain, maka perubahan pada salah satu
komponen akan membawa pengaruh pada komponen lain
dalam organisasi itu. Sebagai akibatnya, organisasi itu
akan mengalami perubahan karena adanya perubahan
78
yang terjadi pada salah satu komponennya dan perubahan
pada suatu komponen itu berpengaruh pula terhadap
komponen lainnya sehingga secara keseluruhan sistem
dari komponen-komponen yang saling berhubungan itu
mengalami perubahan.
Dalam menjaga stabilitas organisasi LP3I selalu
menciptakan suasana kerja yang lebih terbuka terutama
dalam hal informasi. LP3I juga menekankan pada
stabilitas lembaga dengan adanya rapat koordinasi yang
dilaksanakan setiap mingguan yang juga diimbangi
dengan kegiatan keagamaan, misalnya i’tikaf, tawakal
kepada Allah, dengan adanya keseimbangan tersebut
diharapkan terus menjagaagar LP3I terus berkembang dan
tidak jalan ditempat. Kemudian ketika adanya
kesinambungan antar karyawan, LP3I berupaya untuk
menyelesaikannya dengan cara membentuk tim kecil yang
bertujuan untuk melakukan diskusi dan evauasi bersama.
Sehingga problem yang terjadi pada karyawan tidak
berlarut lama karena dengan cepat dapat diselesaikan.
LP3I juga selalu medorong karyawannya untuk saling
memotivasi, menjaga hubungan dan adanya keterbukaan
agar pertumbuhan roda organisasi LP3I dapat berjalan
sesuai dengan baik.
79
B. Nilai-Nilai Dakwah yang terkandung dalam Budaya
Organisasi LP3I Jakarta Pusat
Berikut ini adalah pembahasan mengenai nilai-nilai
dakwah yang diterapkan dalam Budaya Organisasi LP3I,
diantaranya sebagai berikut :
1. Niat kerja sebagai ibadah
Niat merupakan pangkal dari seluruh aktifitas
yang dilakukan oleh seseorang karena segala sesuatu
tergantung pada niatnya. Corporate Culture LP3I
dikembangkan agar karyawan LP3I akan mencapai
puncak akhir kehidupan bahagia di dunia dan diakhirat.
Oleh karena itu setiap karyawan LP3I dalam bekerja
harus mempunyai niat kerja sebagai ibadah, karena
Allah SWT menciptakan manusia hanya untuk ibadah
kepada-Nya.
Dalam penerapannya niat kerja sebagai ibadah
merupakan suatu kaharusan yang harus dimiliki oleh
setiap karyawan atau pegawai LP3I. Hal ini juga tidak
hanya diterapkan dipusat saja melainkan keseluruh
cabang diseluruh Indonesia.
Telah dijelaskan bahwa Islam mendorong
umatnya untuk bekerja, hidup dalam kemuliaan dan
tidak menjadi beban orang lain. Islam juga memberi
kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan
kecenderungan dan kemampuan setiap orang.
Dalam Al-Qur’an pengertian ibadah dijelaskan
secara luas luas, cara mengetahuinya juga dapat dilihat,
80
apabila secara ghoibiah memang tidak bisa dilihat.
Tetapi kalau secara zohir bisa dilihat dengan
integritasnya, loyalitasnya yang berhubungan dengan
tindakan, apabila seseorang mengerjakan sesuatu karena
ibadah maka dia buat dengan sebaik-baiknya.
Sebagaimana Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung
niatnya, dan bagi tiap orang (tergantung) apa
yang diniatnya.......(“HR. Bukhori).
Sebagaimana juga dalam firman Allah :
وما خلقت الجن والنس إل ليعبدون “Dan Aku tidak jadikan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-
Dzaariyat;56).
Dalam aplikasinya Nilai kerja sebagai ibadah :
a. Karena kerja diniatkan dalam rangka ibadah
kepada Allah SWT, maka karyawan akan
mendapat pahala dunia dan akhirat.
b. Karena kerja itu ibadah maka karyawan akan
berhati-hati dalam bekerja karena seluruh
karyawan pekerjaannya akan dinilai oleh Allah
SWT.
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan
sebesar dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat
(balasan))nya. Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatann sebesar dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.”(QS. Al-Zalzalah; 7-8)
81
c. Karena niat kerja untuk ibadah maka karyawan
akan selalu memiliki niat-niat baik didalam
bekerja, baiik terhadap atasan, teman sejawat
maupun bawahan ataupun konsumen (mahasiswa
atau mahasiswi).
d. Bekerja karena dalam rangka ibadah kepada Allah
maka akan membawa perilaku yang baik dalam
pekerjaannya, seperti menjalankan amanah, tidak
egois, tidak suka marah, tida ada iri dan dengki,
tidak ada dendan dan sombong, dan lebih suka
bermusyawarah.
e. Apabila bekerja diniatkan untuk beribadah kepada
Allah SWT, maka akan memberi semangat kerja
yang besar, karena yang menilai Allah maka Allah
pula akan memberi balasannya sesuai dengan janji
Allah dalam Al-Qur’an:
الحات فلهم أجر غير ممنون إل الذين آمنوا وعملوا الص
“kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya.”(QS. At-
Tin;6)
Jika tujuan bekerja begitu agung, maka untuk
mendapatkan ridha Allah SWT, etos kerja seorang
muslim haruslah tinggi. Sebab motivasi kerja seorang
Muslim bukan hanya harta dan jabatan, tetapi pahala dari
Allah. Tidak sepantasnya seorang Muslim memiliki etos
kerja yang lemah. Tidak ada kata malas atau tidak serius
bagi seorang Muslim dalam bekerja. Motivasi kerja
dalam Islam bukan semata mencari uang semata, tetapi
serupa dengan seorang mujahid, diampuni dosanya oleh
Allah SWT, dan tentu saja ini adalah sebuah kewajiban
seorang hamba kepada Allah SWT.
82
Seseorang yang bekerja bersungguh-sungguh
dalam pekerjaannya akan bertambah martabat dan
kemuliannya. Sebaliknya seseorang yang tidak bekerja
alias menganggur akan kehilangan martabat dan harga
dirinya di hadapan orang lain. Jatuhnya harkat dan harga
diri akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan hina.
Tindakan meminta-minta (mengemis) merupakan
kehinaan, baik di sisi manusia maupun di sisi Allah
SWT. Bekerja merupakan perbuatan yang sangat mulia,
sehingga Rasulullah SAW. memberikan pelajaran
menarik tentang pentingnya bekerja. Bekerja bukan
hanya sekadar memenuhi kebutuhan perut, tetapi juga
untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan
yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja
dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Islam
sangat menghargai orang yang bekerja dengan
tangannya sendiri. Bahkan Allah SWT mengampuni
dosa seseorang yang merasa kelelahan setelah pulang
dari bekerja, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek
(lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya
(mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa
baginya.” (HR. Thabrani)
Setiap pekerjaan harus dilaksanakan dengan
bersungguh-sungguh, tekun, ulet, dan teliti sehingga
pekerjaan tersebut dapat memenuhi kehendak pelanggan
dan dapat meningkatkan produktivitas serta memenuhi
83
tanggung jawab yang diamanahkan oleh pemberi kerja.
Kerja keras, bersungguh-sungguh, tekun, ulet, dan teliti
merupakan salah satu akhlak terpuji (Akhlakul
Mahmudah). Islam mengajarkan kepada pemeluknya
untuk senantiasa berusaha, baik dalam hal urusan dunia
terlebih urusan akhirat. Islam tidak menghendaki
pemeluknya hidup bertopang dagu/malas dalam
berusaha. Kerja keras, tekun dan teliti merupakan salah
satu kunci sukses dalam kehidupan.
2. Memberi salam ketika bertemu dan ketika masuk
kantor
Salam merupakan simbol yang digunakan oleh
setiap muslim. Salam memiliki nilai yang sangat
bermakna. Salam juga memiliki makna doa,karna setiap
dari kata-kata ucapan salam tersebut mengandung nilai
do’a.Sangatlah dianjurkan khususnya kepada karyawan
LP3I yang beragama Islam untuk selalu menebarkan
salam terhadap saudaranya, karena salam akan
membawa rahmat (kasih sayang) bagi bersama.
Tentang pentingnya menyebarkan dan membalas
salam, telah diatur baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits
baginda Rasulullah SAW, sebagai berikut :
ة فحيوا بأحسن م يتم بتحي كان وإذا حيوها إن للا نها أو رد
على كل شيء حسيبا
“Dan apabila kamu sekalian diberi
penghormatan (salam) maka balaslah dengan
salam yang lebih baik (lebih sempurna), atau
84
balaslah dengan setimpal. Sungguh Alah yang
selalu memperhitungkn segala sesuatu.” (QS.
An-Nisaa;86)
Dalam Al-Qur’an pengertian ibadah sudah
dijelaskan secara luas, kemudian tentang bagaimana
pentingnya memberi salam dalam kehidupan sehari-hari
yang namanya manusia pasti membutuhkan hubungan
kepada khaliqnya, tatkala kita memberi salam berarti
kita juga berkeinginan seluruh kegiatan yang kita
laksanakan ada campur tangan Allah SWT. Ketika kita
mengucapkan salam berarti kita semua berharap
keselamatan, keberkahan dan ketika kita mengucapkan
kata-kata yang baik maka akan terbentuk kebaikan pula.
Dalam hadits juga diterangkan :
“Kamu tidak akan masuk syurga, sehingga kamu
beriman (dengan sempurna), dan kamu tidak
beriman sehingga kamu sekalian saling
mencintai; maukah kamu aku tunjukan sesuatu,
bilamana kamu laksanakan akan menjadi cinta
mencintai? (yaitu) sebarkanlah salam dikalangan
kamu.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Islam itu berarti keselamatan, kedamaian,
ketenangan, dan kesejahteraan. Sudah selayaknya bila
setiap Muslim senantiasa menyebarkan salam dan
kedamaian, baik kepada orang yang sudah dikenal
maupun yang belum.
85
3. Membaca Basmalah, Sholawat dan kultum sebagai
pembuka rapat
Rapat dalam agama Islam dikenal dengan istilah
“musyawarah”. Musyawarah adalah perintah Allah, dan
orang yang melaksanakan berarti mengamalkan ajaran
agama.Karena rapat (musyawarah) ini merupakan
perintah Allah, maka agar mendapatkan pahala dan
keberkahan dari Allah SWT, ketika akan melaksanakan
rapat selalu mengawalinya dengan membaca basmalah,
sholawat dan kultum (kuliah tujuh menit).
Terdapat ketentuan dan tata cara terbaik dalam
melaksanakan amalan berdo’a yang senantiasa harus
diketahui dan dijalani oleh setiap muslim, karena do’a
adalah ruh dan senjata bagi orang muslim, untuk itu
melakukannya dengan sebaik mungkin adalah bagian
dari amalan terbaik dalam melaksanakan do’a itu.
Membaca Basamallah pada setiap amalan
termasuk dalam berdo’a, sebab isi dan makna dari
Basmallah adalah memohon ampun dan perlingdungan
kepada Allah SWT seraya mengucapkan kalimat indah
dari namanya yang begitu sangat indah.
Begitu juga dengan sholawat ada makna, rahasia
serta anjuran untuk membacakannya itu sangatlah besar,
bahkan tidak hanya seorang manusia saja, akan tetapi
Allah dan para malaikat senantiasa bersholawat atas
baginda Rasulullah SAW sebagaimana yang diterangkan
dalam Al-Qur’an.
86
Keutamaannya adalah :
a. Membaca Basmalah didalam hadits Rasulullah
SAWT, beliau bersabda :
“Setiap sesuatu pekerjaan apabila dimulai
dengan bismillah, akan mendapatkan keberkahan
dan pertolongan” (HR. Bukhori & Muslim)
b. Membaca Sholawat Nabi
Dalam Firman Allah dalam A-Qur’an :
ها الذين آمنوا بي يا أي وملئكته يصلون على النإن للا
صلوا عليه وسلموا تسليما
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bersholawat untuk Nabi (Muhammad), Hati
orang-orang beriman! Bersholawatlah kalian
untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS. Al. Ahzab;56)
c. Kuliah tujuh menit (kultum)
Disampaikan kultum dalam rangka saling
menasehati (mengingatkan) tentang pentingnya
iman dan amal, karena Allah SWT telah
mengingatkan kita agar jangan menjadi orang
yang merugi.
Rapat dalam agama Islam dikenal juga dengan
musyawarah, musyawarah merupakan anjuran dalam
Islam Sebagaimana firman Allah di dalam surat Ali
Imron :159 sebagai berikut:
“Wasyaawirhum fil amri – Dan
bermusywarahlah dengan mereka dalam urusan
itu.”
87
Dalam penerapannya biasanya salah satu peserta
rapat ditunjuk oleh pemimpin rapat untuk memberikan
kultum. Kultum disampaikan dengan maksud agar
peserta rapat meluruskan kembali niat bekerja untuk
ibadah. Disamping itu dengan adanya kultum maka
seluruh peserta rapat diharapkan mendapat ilmu agama
karena dalam kultum disampaikan 1 (satu) ayat Al-
Qur’an atau Hadits, sehingga peserta rapat (karyawan
LP3I) semakin banyak mendapatkan perbendaharaan
ayat Al-Qur’an dan Hadits yang diketahuinya. Dengan
demikian diharapkan karyawan LP3I bisa mengamalkan
isi Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari
dengan ikhlas dan lebih baik lagi.
Dalam kehidupan kita sehari-hari yang namanya
manusia sepandai apapun memerlukan kepada
khaliqnya, tatkala kita memberi salam berarti kita
berkeinginan seluruh aktivitas kita ini ada campur tangan
Allah. Makna dari saling mendo’akan atau mengucap
assalamualaikum semua berharap kesejahteraan,
keselamatan, keberkahan dari situlah kita berharap atau
mempunyai keinginan setiap kita memberi salam. Dan
juga dalam hal mengucapkan kata-kata yang baik maka
akan terbentuk kebaikan baik pula begitu juga mungkin
sebaliknya. Maka dikatakan do’a adalah senjata bagi
orang yang beriman. Beigitu juga dengan sholawat
bagaimana mengaplikasikan kehidupan kita dengan
88
kehidupan Rasulullah SAW bukan hanya sekedar
sholawat, melainkan yang kita minta supaya kehidupan
beragama itu dapat terwujud.
4. Pemotongan gaji 2,5% untuk ZIS
Zakat, infaq, dan shodaqoh merupakan kebuktian
iman kita kepada Allah dan sesama muslim yang
membutuhkannya. Kalau kita melihat dari penggunaan
ayat-ayat Al-Quran istilah shadaqah, zakat, dan infaq
sebetulnya menunjuk kepada satu pengertian yaitu
sesuatu yang dikeluarkan. Zakat, infaq dan shadaqah
memiliki persamaan dalam peranannya memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pengentasan
kemiskinan.
Hal ini dilandasi atas perintah Allah SWT,
sebagaimana termaktub didalam Al-Qur’an surat At-
Taubah ; 103 :
يهم بها وصل عليهم خر مه أمىالهم صدقت حطهرهم وحزك
سميع عليم إن صلحك سكه لهم وللا
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-
Taubah : 103)
Zakat, infak dan shadaqah memiliki sisi
perbedaan baik penghimpunannya maupun
penyalurannya. Dengan mengeluarkan sedekah/infak/
89
zakat sebetulnya untuk bekal investasi nanti di akhirat
bahkan akan dijauhkan dari musibah. Rasulullah juga
menjelaskan orang yang mengeluarkan sedekah/zakat
akan terhindar dari marabahaya/musibah. Bahkan zakat
dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa,
memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlak mulia, menjadi
murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan
mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan
begitu, akhirnya tercipta suasana ketenangan bathin yang
terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban
kemasyarakatan, yang selalu melingkupihati.
Untuk LP3I Course Center (LCC) minimum
sebanyak 5 orang, untuk LP3I dianjurkan untuk bisa
mengeluarkan zakat, infak dan sedekahnya perbulan
minimum 5%. Hal tersebut didasari dari sikap sahabat
Rasulullah yang mengorbankan pendapatatannya 50%
seperti Umar Bin Khatab dan sahabat-sahabat lainnya
yang mengorbankan 33% dari pendapatnya. Para ulama
di Aceh, Banten, Gresik dan Walisongo menganjurkan
zakat 10% dari pendapatnya. Karena itu LP3I
menganjurkan zakat sebesar 5% dari gaji dimana 2,5 %
untuk zakat wajib dan 2,5% lagi untuk infak.
Tentang penyaluran Zakat, Infak dan shadaqah
dikelola oleh bidang penyaluran zakat. LP3I
menyalurkan pemotongan gaji karyawan sebesar 2,5%
untuk disalurkan kepada Yayasan disekitar kampus dari
masing-masing cabang. Penyaluran zakat ini juga
90
diberikan kepada orang-orang disekitar kampus yang
membutuhkan dan juga yatim piatu. LP3I Jakarta Pusat
telah menyalurkan zakat kepada Yayasan yatim piatu
Ar-Rahman dan juga kepada beberapa mahasiswa yang
kurang mampu.
5. Shalat tepat waktu
Menyegerakan shalat, satu hal yang terlihat
sepele namun sering kali banyak diabaikan oleh banyak
orang. Padahal menyegerakan shalat di awal waktu
memberikan banyak keutamaannya. Karena saat
menyegegerakan waktu sholat berarti berarti di waktu
itulah seorang hamba bergegeas mendekati panggilan
dari Rabb-nya.
Hal inilah yang dilakukan oleh LP3I dengan
sholat tepat waktu khususnya dimasjid untuk karyawan
laki-laki. Seperti diketahui didalam Agama Islam bagi
laki-laki wajib sholat berjamaah dan tepat waktu di
masjid. Sebagaimana Firman Allah SWT sebagai berikut
:
قياما وقعىدا وعلى جىىبكم فئذا لة فاذكروا للا اطمأوىخم فئذا قضيخم الص
لة كاوج على المؤمىيه كخابا مىقىحا لة إن الص فأقيمىا الص
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan
shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang
berimanQS-An-Nisaa ; 103)
91
Shalat itu merupakan kewajiban bagi setiap umat
Islam yang sudah baligh dan berakal, kita juga dapat
memperoleh manfaat dari shalat seperti mencegah
perbuatan keji dan munkar, dengan shalat juga manusia
tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi
kesulitan, mengetahui bahwa Allah dekat, juga
mengetahui bahwa Allah Maha Tahu dan Maha
Penyayang lagi Maha Kuasa.
Pada penerapannya LP3I mengaharuskan
karyawan atau pegawainya untuk melaksanakan sholat
tepat waktu adapun saat rapat masih berlangsung atau
sedang menerima tamu di kantor diwajibkan ketika
adzan berkumandang maka rapat tersebut dihentikan,
sedangkan tamu yang datang jika beragama Islam harus
diajak sholat dan jika non muslim harus menunggu
sholat selesai.
6. I’tikaf
I’tikaf atau berdiam diri dalam rangka beribadah
di masjid adalah salah satu anjuran dalam agama Islam.
Kegiatan i’tikaf ini dijalankan dengan alasan
karena banyak nilai-nilai dan manfaat sebagai berikut:2
a. Belajar memperbaiki diri (memperbaiki iman dan
amal) karena orang yang beriman derajatnya tinggi
disisi Allah SWT. Sedangkan orang yang beramal
2Buku pedoman visi-misi dan coorporate culture LP3I
92
akan diberikan kehidupan yang baik didunia dan
ganjaran di akhirat.
b. Belajar agama harus terus menerus dilakukan karena
orang akan beramal sesuai ilmu yang dimilikinya.
Dengan belajar agama maka diharapkan akan
semakin banyak amalannnya.
c. Belajar agama akan sangat efektif dilakukan di
masjid, karena masjid adalah tempat tinggal yang
sangat dicintai Allah SWT, sekaligus juga belajar
mendkwahkan agama dilingkungannya. Sehingga
diharapkan akan dicintai Allah dan sesamanya.
d. Dalam beri’tikaf dianjurkan untuk masuk ke desa-
desa sehingga karyawan LP3I bisa melihat kehidupan
masyarakat desa, bisa menjumpai anak yatim di desa
dan diharapkan bisa bersedekah di desa karena
masyarakat miskin didesa jarang tersentuh mendapat
sedekah secara langsung.
e. Dibeberapa kalangan eksekutif yang berada di
Amerika dan Jepang saat ini juga sudah ada setiap
tiga bulan ada istirahat tiga hari yang mereka gunakan
untuk menginap di gua, bersemedi dan lainnya.
Agar karyawan lebih mendalami dan memahami
agama Islam maka LP3I menganjurkan i’tikaf bagi
karyawan laki-laki minimum tiga hari dalam tiga bulan,
sedangkan untuk karyawan wanita diharuskan minimum
dua kali sebulan (tiap hari jum’at) mengadakan
pengajian dengan mengundang penceramah wanita
93
(ustadzah) dari luar, kegiatan ini bisa juga melibatkan
mahasiswi, dosen, ataupun karyawati yang lainnya untuk
ikut pengajian. Dalam pelaksanaannya dibagi dari
masing-masing departemen atau bidang secara
bergantian, secara bertahap dan dibimbing langsung oleh
ketua bidang kerohanian LP3I.
Anjuran i’tikaf berlaku bagi semua karyawan
LP3I dan memang pelaksanaanya hanya sebatas
penganjuran saja, dalam tiga hari melakukan i’tikaf
secara tidak langsung mamsukkan ruh-ruh Islami yang
tingkatnya dasar-dasar terlebih dahulu. Dimulai dengan
hal-hal kecil misalnya mulai memperbaiki wudlunya,
istinjanya, kemudian juga muamalah, muasharohnya dan
juga belajar memakmurkan masjid. Mungkin dengan
perbuatan seperti ini seluruh karyawan LP3I yang
melaksanakan itikaf sedikit demi sedikit akan
mengetahui kapasitas dirinya masing-masing dan
sebagai jawaban juga bahwa agama itu mudah serta
segala sesuatu ada contohya jika diamalkan.
7. Saling Mendo’akan
Islam sungguh agama yang sempurna, Islam
mengajarkan umuatnya untuk saling menjaga, saling
memelihara persaudaraan sesama muslim dan saling
mendoakan, do’a merupakan senjata bagi setiap umat
muslim untuk berkomunikasi dengan sang pencipta.
Berdoa sungguh banyak mendatangkan kebaikan,
94
terlebih lagi jika kita mendoakan orang lain dengan
ikhlas.
Allah SWT berfirman :
واسخغفر لروبك وللمؤمىيه والمؤمىاث وللا ه إل للافاعلم أوه ل إل
يعلم مخقلبكم ومثىاكم
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak
ada Tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan
bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat
tinggalmu.” (QS. Muhammad : 19).
Di LP3I dianjurkan setiap karyawan mendo’akan
sembilan nama karyawan LP3I yang lainnya minimal
satu kali sehari. Sembilan nama tersebut adalah
atasannya dan tiga sejawat dan tiga orang bawahannya.
penjelasan saling mendo’akan ini sebagai berikut :3
a. Rasulullah selalu memberi contoh mendo’akan orang
lain yang beragama non islam. Kita tidak pernah
mendengar Rasulullah mendo’akan dirinya dan
keluarganya agar kaya atau sukses, tetapi Rasulullah
selalu mendo’akan sahabat dan umatnya agar selamat
dunia dan akhirat.
b. Kalau kita berdo’a, salah satu syarat dikabulkannya
do’a untuk diri kita adalah mendo’akan orang lain.
c. Allah senang dengan umat yang saling mendo’akan,
akibatnya kalau kita saling mendo’akan maka Allah
3Buku pedoman visi-misi dan coorporate culture LP3I
95
akan memberi rahmat dan hidayah serta akan
diberikan rejeki kepada kita dan selanjutnya akan
muncul kemudahan-kemudahan dalam pekerjaan kita
sehingga cabang-cabang LP3I akan sukses.
d. Rasulullah bersabda jika orang lain melakukan
kebaikan padamu ucapkanlah terima kasih minimum
do’akanlah dia. Ini berarti seorang pimpinan di LP3I
adalah orang yang merekrut dan bertanggung jawab
terhadap karyawannya. Maka aplikasi dari hadits
tersebut seorang karyawan diharuskan mendo’akan
pimpinannya. Dengan mendo’akan pimpinannya
maka pimpinannya akan diberi kesehatan,
kebijaksanaan, ilham, dan ide yang menghasilkan
keputusan-keputusan dapat membuat kemajuan
terhadap LP3I.
Sejatinya mengharapkan kebaikan dan
kebahagian atas saudara, sahabat dan teman adalah
mengharapkan kebaikan dan juga kebahagian untuk diri
kita sendiri karena setiap orang yang mendapat kebaikan
niscaya mereka akan membalasnya dengan baik, bahkan
terkadang malah lebih baik dari apa yang kita harapkan.
Dalam mendo’akan terhadap sesama juga biasanya
dilakukan setelah sholat fardlu berjamaah, seluruh
jamaah atau karyawan yang melaksanakan sholat
berjamaah dianjurkan mendo’akan baik untuk atasan
atau pimpinan, kemudian sesama karyawan ataupun
yang berada dibawahnya, agar selalu diberikan
96
kenikmatan, keberkahan hidup, dan keselamatan dalam
berkerja, juga keselamatan didunia dan akhirat.
8. Yasinan Bersama
Orang yang beriman, dalam bekerja tidak hanya
mengandalkan kemampuan (skill) belaka, tetapi
meyakini bahwa keberhasilan dalam melakukan sesuatu
sangat bergantung pada amal agama. Oleh karena itu
disampig bekerja keras juga harus didukung dengan
amalan-amalan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan
Rasulullah SAW diantaranya sholat dhuha, dzikir, zakat
atau sedekah dan membaca surat yasin dipermulaan hari.
Membaca Al Qur’an merupakan ibadah, sehingga
agar ibadah itu diterima oleh Allah dan berpahala, maka
harus memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan mengikuti
Sunnah Nabi. Banyak kandungan dalam surat yasin
berisi keimanan yaitu bukti-bukti adanya hari
berbangkit, Al-Qur’an bukanlah syair, ilmu, kekuasaan
dan rahmat Allah, surga dan sifat-sifatnya yang
disediakan bagi orang-orang mukmin, mensucikan Allah
dari sifat –sifat yang tidak layak bagi-Nya, anggota
badan manusia menjadi saksi pada hari kiamat atas
segala perbuatannya di dunia.
Yasin salah satu surat yang ada di dalam Al-
Quran, dimana ketika seseorang berhasil membaca,
memahami dan mengamalkan apa yang ada di dalam
surat tersebut, maka akan membuat seseorang menjadi
lebih dekat dengan Allah SWT. Surat yasin merupakan
97
jantung atau hatinya Al-Qur’an, membaca yasin juga
merupakan budaya dari ulama para pendahulu, oleh
karenanya dari pimpinan atau pendiri LP3I sejak awal
didirikan sudah menjadi kegiatan membaca surat yasin
yang harus dilaksanakan. Dengan membaca surat yasin
bersama diharapkan menjadi lebih memiliki rasa syukur,
selalu ikhlas dan tanpa pamrih ketika melakukan
sesuatu, tidak mudah menyerah dan menyesal, selalu
ingin berbuat kebaikan dan menolong sesama.
LP3I menerapkan membaca surat yasin bersama-
sama, pada pelaksanaannya budaya membaca surat yasin
bersama dilaksanakan seminggu sekali pada hari jum’at
ataupun sabtu sesuai dengan kondisi cabang masing-
masing dengan harapan semoga Allah SWT memberikan
kebaikan di dunia dan akhirat bagi seluruh civitas
academika LP3I. Kegiatan Yasinan bersama juga diikuti
oleh seluruh karyawan atau pegawai LP3I yang
beragama muslim dan bagi non muslim dianjurkan untuk
membaca kitab dan berdo’a menurut agamanya masing-
masing.
9. Membaca Buku
Budaya membaca di LP3I ini didasari karena
dalam Al-qur’an orang yang diangkat derajatnya adalah
orang yang beriman dan berilmu, bukan orang yang
berharta banyak, disamping itu tidurnya orang yang
berilmu disegani oleh setan. Sehingga dengan adanya
budaya membaca ini diharapkan akan muncul tambahan
98
ilmu akan bisa memberi wawasan luas dan pandangan
yang arif bijaksana bagi seluruh karyawan. Dengan
banyaknya ilmu maka karyawan bisa bekerja lebih
efektiif, inovatif, efisien dan lebih canggih lagi. Dengan
banyaknya ilmu maka karyawan dapat melayani
konsumen dengan ramah dan dengan hati yang ikhlas.
Salah satu cara menjadi orang yang berguna bagi
orang lain adalah dengan banyak membaca buku. Buku
adalah jendela dunia yang berisikan segala ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-
hari. Ada banyak manfaat membaca buku menurut
Islam, diantaranya adalah:
a. Menambah ilmu
Dengan membaca buku, kita akan
menambah ilmu pengetahuan yang kita punya.
Menuntut ilmu melalui membaca buku sangat
dianjurkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana
sabda Rasul:
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap
orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-
Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari
Anas bin Malik)
b. Meningkatkan keimanan
Membaca buku akan meningkatkan
keimanan kita kepada Allah SWT. Kita jadi lebih
berpikiran terbuka dan rasional dalam menghadapi
99
sesuatu sehingga keimanan kita kepada Allah pun
semakin kuat. Sebagaimana sabda Rasul:
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang
berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang
ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan
barangsiapa yang menginginkan kedua-
duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-
duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Menjadi amal jariyah
Membaca buku merupakan suatu amalan
karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan kita,
lalu kita sampaikan apa yang kita pelajari pada
orang lain, maka selama ilmu itu terus mengalir dan
dipergunakan untuk kepentingan yang baik, akan
mengalir terus pahala kita walau kita telah wafat.
Sebagaimana sabda Rasul:
“Apabila manusia telah meninggal dunia
maka terputuslah semua amalannya
kecuali tiga amalan : shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak shalih
yang mendoakan dia.” (HR. Muslim)
d. Kemudahan menuju surga
Membaca buku terutama buku tentang Islam
akan menambah ilmu pengetahuan tentang agama
Islam. Berbagai ilmu tasawuf modern, ilmu tauhid
100
Islam, dan ilmu lainnya akan memudahkan jalan
kita menuju surga karena ilmu yang bermanfaat.
e. Menambah empati
Membaca buku terutama buku yang
berisikan tentang perjalanan hidup seseorang atau
buku sastra akan menambah empati pembacanya
dan merupakan cara meningkatkan akhlak.
Seseorang akan menjadi lebih peka terhadap orang
lain karena wawasan yang lebih luas.
Menurut penelitian di University of Toronto
dikatakan bahwa rajin membaca buku fiksi akan
menambah nilai empati yang ada di dalam diri
seseorang. Membaca buku dapat menstimulasi otak
untuk menciptakan dunia sosial dalam pikiran.
f. Meningkatkan kreativitas
Membaca dapat meningkatkan daya
imajinasi dan kreativitas seseorang. Dengan
membaca, sel-sel otak akan lebih aktif, terutama sel
otak kanan yang bekerja dalam menciptkana
berbagai ide baru. Sebut saja Thomas Alva Edison
yang sangat gemar membaca sehingga ia mampu
menciptakan berbagai ide-ide baru setiap hari.
Pada penerapannya karena LP3I bergerak
dalam bidang jasa pendidikan maka dibudayakan
untuk terus mencari ilmu dan mendorong
pertumbuhan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu
seluruh karyawan LP3I diharuskan membaca buku
101
minimal empat buku dalam sebulan dan membuat
resumnya minimal dua sampai lima halaman untuk
dilaporkan keatasan masing-masing. Level
karyawan minimal satu buku, level kebag atas
minimal dua buku. Dengan banyaknya ilmu yang
didapat dalam membaca buku maka diharapkan
seuluruh karyawan dapat bekerja lebih inovatif,
efisien dan lebih canggih lagi. Dengan banyaknya
ilmu juga karyawan dapat melayani konsumen
dengan ramah dan dengan hati yang ikhlas.
Kemudian apabila disisa-sisa waktu setelah kegiatan
membaca yasin bersama juga terkadang
diadakannya kegiatan bedah buku bersama, hal ini
dilakukan secara bergiliran dari masing-masing
karyawan atau bidang departemen.
Adapun dari sembilan Corporate Culture LP3I
diatas merupakan budaya organisasi yang menjadi sistem
atau landasan culture LP3I yang didalamnya juga terkandung
nilai-nilai Dakwah. Niali-nilai dakwah adalah nilai-nilai
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadits. Adapun
dakwah yang dilakukan oleh LP3I termasuk dalam tiga
bentuk dakwah yaitubi Al-lisan, bi Al-Hal, dan bi Al-Qalam.
Dari tiga metode dakwah diatas yang pertama
adalah dakwah bi Al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan
melalui lisan, dilakukan antara lain dengan ceramah-
ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. Dari
sembilan corporate culture LP3I diatas terdapat beberapa
102
nilai-nilai dakwah yang dilaksanakan melalui bi Al-lisan
diantaranya adalah niat kerja sebagai ibadah, kemudian
membaca basmalah, sholawat dan kultum saat sebelum rapat,
saling mendo’akan, membaca yasin bersama.
Kemudian yang kedua adalah dakwah bi Al-Hal
adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi
keteladanan, dalam kehidupan nyata yaitu suatu amal karya
nyata yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat secara
konkret sebagai objek dakwah. Dalam pelaksanaannya LP3I
menerapkan bentuk dari meode ini diantaranya yaitu
memberi salam ketika bertemu dan ketika masuk kantor,
pemotongan gaji 2,5%, sholat tepat waktu dan i’tikaf. Dari
beberapa poin tersebut LP3I telah melaksanakan sebagai
sebuah kegiatan yang langsung dirasakan oleh masyarakat
secara umum dan karyawan LP3I secara khusus.
Ketiga adalah dakwah bi Al-Qalam yaitu dakwah
yang dilakukan melalui keahlian menulis baik melalui surat
kabar, majalah, buku maupun internet. LP3I adalah sebuah
lembaga yang bergerak dibidang jasa pendidikan tentu
menjadi suatu keharusan bagi LP3I untuk terus mendorong
karyawan dibidang ilmu pengetahuan. Pada metode yang
ketiga ini LP3I juga melakukan kegiatan membaca buku dan
kemudian membedahnya bersama-sama, sehingga secara
tidak langsung ada manfaat atau ilmu yang masuk didalam
diri karyawan yang mengikuti kegiatan tersebut.
Nilai merupakan suatu anggapan, ide atau konsep
yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga.
103
Kemudian dakwah berrati memanggil atau mengajak orang
kepada sesuatu perubahan yang dapat menjadi amal serta
perbuatan yang baik dalam kehidupan. Jika keduanya
dikaitkan maka akan dikenal dengan nilai dakwah, yakni
nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’am dan al-
Hadits. Nilai-nilai dakwah bukanlah suatu barang yang mati,
melainkan nilai dinamis yang disesuaikan dengan semangat
zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di
masyarakat.
Menurut Muhamad Sulton, tata nilai Islami yang
ada di Al-Qur’an bersifat historis, dinamis, dialektis, dan
profektik-transformatif. Tindakan yang dilakukan oleh umat
Islam mestinya dibangun dari pemahaman yang
komprehensif tentang ajaran Islam yang didalamnya terdapat
niali-nilai dakwah universal. Beberapa nilai dakwah
universal yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan umat,
diantaranya sebagai berikut :4
1) Nilai Kedisiplinan
Displin bukan hanya milik tentara atau polisi
saja, tetapi menjadi milik semua orang yang ingin
sukses. Kedisplinan tidak diartikan dengan kehidupan
yang kaku dan susah tersenyum. Kedisplinan terkait erat
dengan manajemen waktu. Bagaimana waktu yang
diberikan oleh tuhan selama 24 jam dalam sehari dapat
4Abdul Basit, Filsafat Dakwah (Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2013) hlm. 203-208
104
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meraih
kesuksesan didunia dan akhirat.
Dalam Penerapannya LP3I sudah menerapkan
nilai kedisplinan seperti sholat tepat waktu, kemudian
pemotongan gaji setiap bulan, mengucap salam ketika
masuk kantor hal tersbut menjadi suatu aturan yang
harus dikerjakan oleh seluruh karyawan LP3I. Karena
sudah menjadi anjuran bagi semua karyawan LP3I untuk
melaksanakannyam maka demikian itu dapat mendorong
agar karyawan dapat menghargai waktu yang telah Allah
berikan, agar menjalani kehidupan ini semata-mata
tidakhanya untuk dunia saja melainkan diimbangi
dengan akhirat.
2) Nilai Kejujuran
Ada tiga hal penting yang bisa diterapkan dalam
kehidupan kita untuk memberantas ketidakjujuran dan
kejahatan lainnya yaitu : pertama, pelurusan akidah
dengan meyakini dan mengikhlaskan ibadah hanya
kepada Allah semata. Kedua perilaku, berperilaku jujur
dan jangan menyakiti orang lain. Ketiga, jangan merusak
bumi. Maksudnya bisa diperluas bukan hanya arti yang
sebenarnya, tetapi bisa dimaksudkan jangan merusak
sistem yang sudah dibangun dengan baik, akibat dari
perilaku individu yang tidak jujur.
Dari nilai kejujuran sebagaimana yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya dalam wawancara
bahwa LP3I juga mendorong agar karyawannya
105
meniatkan kerja sebagai ibadah, secara perbuatan dapat
terlihat sebagai bentuk kejujuran melalui kinerjanya.
Dalam tindakan dapat dilihat bagaimana integritas dan
loyalitas karyawan mengerjakan sesuatu apabila
dikerjakan dengan niat ibadah pasti akan dibuat dengan
sebaik-baiknya.
3) Nilai Kerja Keras
Siapa yang sungguh-sungguh dialah yang pasti
dapat (man jadda wajada). Pepatah arab tersebut
merupakan hukum sosial yang berlaku universal bagi
masyarakat, tidak mengenal etnis, agama maupun
bahasa. Orang cina yang rajin bekerja dan bekerja keras,
pasti akan mendapatkan hasil dari kerja kerasnya.
Sebaliknya, umat Islam yang malas, pasti akan
menerima hasil yang sedikit karena kemalasannya
Berkaitan dengan hasil wawancara pada bab
sebelumnya dalam karakteristik budaya organisas nilai
kerja keras juga terdapat didalamnya yaitu bagaimana
agar berorientasi pada hasil. Dalam pelaksanaanya
karyawan juga dituntut agar dapat mencapai target yang
telah ditentukan oleh LP3I. Dalam hal ini dijelaskan
misalnya pada bidang marketing dalam promosi tentang
bagaimana mencari mahasiswa baru tentu menjadikan
karyawan lebih berkerja keras agar dapat mendapatkan
mahasiswa baru sesuai dengan target yang ditentukan
oleh LP3I.
106
4) Nilai Kebersihan
Umat Islam seringkali diperkenalkan dan
dianjurkan untuk menjaga kebersihan. Setiap bahasan
pertama tentang Fiqh Islam diawali dengan pembahasan
tentang kebersihan seperti menghilangkan hadas besar
dan kecil, menggunakan air yang bersih dan mensucikan,
berwudlu, dan lain sebagainya. Menjaga kebersihan
merupakan nilai dakwah universal yang dapat dilakukan
oleh siapa saja, apalagi umat Islam yang jelas-jelas
memiliki dasar kuat untuk menjaga kebersihan.
Dalam menjaga kebersihan karyawan LP3I
dianjurkan untuk membaca sholawat, membaca yasin
bersama dan sholat tepat waktu dari beberapa nilai-nilai
dakwah tersebut tentuk dalam pelaksanannya seluruh
karyawan harus menjaga kesucian anggota badan atau
berwudlu sebelum mengerjakannya.Hal ini berakitan
dengan nilai kebersihan dalam mengerjakan wudlu yang
merupakan suatu keharusan sebelum membaca sholawat,
membaca yasin, dan mengerjakan sholat.
5) Nilai Kompetisi
Islam tidak melarang umatnya untuk
berkompetisi, karena kompetisi merupakan dalah satu
motivasi psikologis yang sangat umum dimiliki oleh
setiap manusia. Setiap mahasiswa akan memiliki
motivasi untuk berkompetisi diantara teman-temannya.
Kebanyakan manusia biasanya melakukan kompetisi
dalam urusan materi dan dunia yang fana. Oleh karena
107
itu, Rasulullah mengingatkan agar umat Islam tidak
berkompetisi secara berlebihan dalam urusan dunia.
Pada konsep karakteristik budaya organisasi
diatas juga menjelaskan bahwa ada agresivitas atau
kompetetif yang juga diterapkan dalam budaya
organisasi LP3I. Nilai kompetisi ini menjadi acuan
dalam mengetahui karyawan dalam bekerja seperti
karakter kerja yang disiplin, mentaati budaya kerja yang
baik sesuai dengan aturan, dari kompetensinya karyawan
pimpinan LP3I dapat melihat dan menilai bagimana
track record karyawan yang bekerja dengan baik atau
sebaliknya. Dengan demikian LP3I dapat memberikan
apresiasi kepada karyawan yang mampu berprestasi,
sehingga dalam program yang dijalankan oleh LP3I
dapat menjadi dorongan agar seluruh karyawan dapat
bersaing secara baik agar menjadikan etos kerja yang
dapat dinilai dari kesungguhan karyawan dalam bekerja.
108
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta
keterangan dari LP3I Jakarta Pusat, maka pada bab ini penulis
menarik kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Nilai- nilai
Dakwah dalam Budaya Organisasi LP3I Jakarta Pusat yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya. Selain itu peneliti juga
memberikan implikasi, dan saran-saran yang mungkin
merupakan bahan-bahan masukan bagi pihak- pihak yang
berkepentingan.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai
berikut:
1. Sebagai lembaga yang berorientasi kerja dan juga bergerak
dibidang jasa pendidikan LP3I telah menerapkan budaya
organisasi kepada seluruh karyawan LP3I yang mengacu
pada konsep tujuh karakteristik budaya organisasi menurut
O’reilly dan Jehn seperti dikutip oleh Robbins dalam
bukunya yaitu: inovasi dan keberanian mengambil resiko
(innovation and risk taking), perhatian terhadap detail
(attention to detail), berorientasi pada hasil (outcome
orientation), berorientasi kepada manusia (people
orientation), berorientasi kepada kelompok (team
orientation), agresivitas (aggressiveness), dan stabilitas
(stability).
109
2. Nilai-nilai dakwah dalam budaya organisasi LP3I Jakarta
Pusat telah menerapkan budaya organisasi yang didalamnya
mengandung nilai-nilai dakwah. Ada sembilan coorporate
culture LP3I yang menjadi pola atau landasan aturan
didalam LP3I diantaranya yaitu, niat kerja sebagai ibadah,
memberi salam ketika bertemu dan ketika masuk kantor,
membaca basmalah, sholawat dan kultum sebelum rapat,
pemotongan gaji 2,5% untuk ZIS, sholat tepat waktu,
i’tikaf, saling mendo’akan, yasinan bersama, dan membaca
buku. Dalam penerapannya peneliti juga mengaitkan
dengan nilai-nilai dakwah secara universal yang dapat
diapalikasikan dalam kehidupan berorganisasi diantaranya
yaitu nilai kedisiplinan, nilai kejujuran, nilai nilai kerja
keras, nilai keberhasilan, dan nilai kompetisi. Sehingga dari
beberapa nilai-nilai dakwah tersebut yang dilaksanakan
seacara terus menerus menjadikan LP3I berbeda dengan
organisasi atau lembaga lain di Indonesia.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
LP3I telah melaksanakan budaya organisasi yang mengacu
pada tujuh karakteristik budaya organisasi diatas, LP3I selalu
berbenah dalam meningkatkan kinerja karyawan agar lebih
maju dan bersaing oleh karenanya dengan melakukan inovasi
keberanian mengambil resiko, memperhatikan setiap detail,
bekerjasama antar individu dan kelompok, mempunyai tujuan
hasil, memiliki sikap agresif dan kompetetif serta selalu
menjaga stabilitas organisasi agar tidak mundur, hal itu
110
menjadi acuan semangat seluruh karyawan dalam memajukan
LP3I secara khusus.
Kemudian dalam meningkatkan kualitas karyawan
budaya organisasi yang diterapkan dalam LP3I memiliki
peranan penting bagi LP3I. Karena selain menjadi pola atau
landasan aturan didalam organisasi didalamnya terdapat nilai-
nilai dakwah yang berpengaruh pada karakter karyawan itu
sendiri. Sehingga dengan diterapkannya budaya organsasi yang
mengandung nilai-nilai dakwah menambah ketekunan dan
budaya kerja yang baik, kemudian juga dengan adanya
kegiatan rohani juga dapatmembentuk daya tahan spiritual
agama dan juga meningkatkan keimanan karyawan secara
langsung.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah
dipaparkan sebelumnya, penulis mencoba memberikan
beberapa saran mengenai budaya organisasi di LP3I dan juga
nilai-nilai dakwah yang diterapkan dalam budaya organisasi
LP3I. Semoga saran ini dapat menjadi pertimbangan bagi LP3I
Jakarta Pusat dimasa mendatang.
1. Dalam pelaksanaan budaya organisasi, satu hal yang
harus menjadi perhatian adalah pemaknaan dari seluruh
orang-orang yang ada dalam LP3I, baik karyawan, pihak
manajemen maupun tingkat pimpinanterhadapnilai-
nilaidawkah yang terkandung didalam budaya organisasi
tersebut. Dengan begitu nilai-nilai yang ada dapat
dimaknai dan dihayati bersama sebagai sebuah prinsip
111
yang menjiwai dalam melakukan pekerjaan.
2. Dengan memaknai penerapan nilai-nilai yang terkandung
pada budaya organisasi tersebut, maka haruslah orang-
orang yang ada di LP3I dapat bekerja dengan tulus dan
bersemangat untuk menghasilkan yang terbaik bagi
perusahaan. Dan itu semua hendaknya dilakukan dalam
rangka wujud pengabdian kepada Allah SWT.
3. Dalam penerapannya agar nilai-nilai dakwah atau
Sembilan corporate culture yang dimiliki oleh LP3I juga
dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa/mahasiswi LP3I.
Sehingga tidak hanya menjadi prioritas karyawan tetapi
mahasiswa/mahasiswa juga merasakan manfaatnya.
4. Bagi pembaca hendaknya dapat memahami, dan
merenungkan nilai-nilai dakwah yang diterapkan dalam
budaya organisasi dan diharapkan dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan organisasi dan bahkan masyarakat juga
negara. Karena nilai-nilai tersebut merupakan sebuah
tatanan yang dapat dijadikan norma atau aturan yang dapat
diterapkan didalam kehidupan sehari-hari serta mengharap
ridho Allah SWT.
112
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Anees Q. Bambang, Filsafat Ilmu
Komunikasi Bandung: PT. Rema Rosdakarya, 2007.
Azis, Ali, Moh, Ilmu Dakwah, Prenada Media Group: Jakarta,
2015.
Basit, Abdul. Filsafat Dakwah, Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2013.
Darajat, Zakiyah. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental,
Jakarta: Gunung Agung, 1995.
Haris, Abdul. Pengantar Etika Islam. Sidoarjo: Al-Afkar, 2007.
Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosisal, Jakarta: Salemba Humamika, 2010.
Ilaihi Wahyu, Munir, M. Manajemen Dakwah, Jakarta: Rencana,
2006.
Masturi, Ade. Rubiyanah, Pengantar Ilmu Dakwah, Lembaga
penelitian UIN Jakarta: Jakarta, 2010.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
Munir, Samsul.Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009.
Ndraha, Taliziduhu . Teori Budaya Organisasi Jakarta: Rineka
Cipta, 2005.
Prawironegoro, Darsono. Budaya Organisasi: Kajian, Organisasi
Bisnis, Ekonomi Sosial, Pendidikan, dan Polotik, Jakarta:
Nusantara Consulting, 2009.
Poerwandari, Kristi E. PendekatanKualitatif dalam Penelitian
Psikologi, Jakarta: LPSP3-UI, 1998.
113
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi, Jakarta : PT.
Prenhallindo, 2002.
Sadiah, Dewi. Metodologi Penelitian Dakwah, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011.
Suharsini. Arikunto. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,
Jakarta : PT. Rinika Cipta, 2002.
Sutrisno, Edy. Budaya Organisasi, Jakarta: Prenadamedia Group,
2010.
Syamsir Torang, Organisasi & Manajemen: Perilaku, Struktur,
Budaya dan Perubahan Organisasi, Bandung: Alfabeta,
2014.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983.
Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakata: PT.
Amanah Bunda Sejahtera, 1995.
Usman, Husaini, Akbar Setiadi Puronomo, Metodologi Penelitian
Sosial, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009.
W. W Seto Indiawan, Semiotika Komunikasi,Jakarta: Wacana
Media, 2013.
Website dan dokumentasi:
Buku Pedoman Visi-misi dan Corporate culture LP3I, dikutip pada
9 November 2018.
“Profil dan Visi-Misi politeknik Lp3i Jakarta”, 2018
https://www.lp3i.ac.id/kampus/politeknik-lp3i-
jakarta/diunduh pada 25 Oktober 2018.
114
Sejarah Singkat Lp3i,
https://lp3ipusat.wordpress.com/2013/02/19/sejarah-
singkat-lp3i/ diunduh pada 25 Oktober 2018
Tentang profil lp3i https://www.lp3i.ac.id/tentang-kami/ diunduh
pada 25 Oktober 2018.
Skripsi :
1. Andi Hastono, “Nilai-nilai Islam pada Budaya
Organisasi Bank Syariah Mandiri Pusat”. Skripsi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, 2009.
2. Farhani, “Hubungan Budaya Organisasi dengan
Produktifitas Kerja Karyawan PT. Fondaco
Mitratama Jakarta” Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Psikologi, 2009.
3. Nurjanah, “Analisis Budaya Organisasi dan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
kasus Bank DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim
Jakarta Pusat)” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum 2008.
4. Sanah, “Hubungan Budaya Organisasi dengan
Kualitas Kinerja Guru di MTs Al-Furqon Cileungsi”
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan dan Keguruan, 2006.
LAMPIRAN
Judul : Wawancara dengan Fitoyo Ibnu Ismail, Asisten
Koordinator Pendidikan Agama LP3I Jakarta Pusat.
Tempat : Kantor LP3I Jakarta Pusat, Jl. Kramat Raya No. 7-
9, Kramat, Senen, RT.4/RW.2, Kramat, Senen, Kota Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Tanggal, 4 Desember 2018.
1. Bagaimana Budaya Organisasi di LP3I?
Yaa Alhmdulillah dari pimpinan kita di LP3I ini sangat kental
dibidang agama, yang pertama ketika ketemu sesama
karyawan harus memberi salam, yang kedua harus menjaga
sholat diawal waktu berjamaah, yang ketiga untuk laki-laki ini
harus meluangkan waktu i’tikaf dakwah, harus membaca buku
terus kerja niatkan ibadah dan juga menyisihkan sebagian
penghasilan untuk zakat, ada sembilan si coorporate
culturenya.
2. Sejauh ini perkembangan/kemajuan setelah
diterapkannya budaya organisasi?
Alhmdulillah untuk mahasiswanya kita diakui Dikti 0%
tawuran, terus juga dari lulusan kita alhmdulillah 90%
diterima oleh perusahaan dari akhlak mereka, bahkan
memberikan pengaruh positif kesemangat kerja. Kalo untuk
karyawannya alhmdulillah mengurangi masalah didalam
pekerjaan, karena kan kita dilatih kalo ada masalah yaa
dengan memperbaiki sholat terus juga mengajak memotivasi
kebaikan.
3. Budaya organisasi kepada karyawan mendorong
karyawan bersikap inovatif?
Ya memang setiap kita ini dilatih salah satunya di LP3I
khususnya karyawan itu adanya kegiatan story telling, jadi
setiap sebulan sekali karyawan diberikan jatah untuk
menceritakan sesuatu dengan menggunakan bahasa inggris,
ini berguna untuk meningkatkan pelayanan supaya kita tidak
tertinggal, LP3I juga tidak ketinggalan dalam hal internet
setiap penerimaan mahasiswa baru registrasi dan ujiannya
menggunakan online, masih banyak lagi yang sedang
diupayakan oleh LP3I.
4. Menurut Bapak bagaimana cara mendorong karyawan
bersikap cermat dan memperhatikan hal detail?
Salah satunya ada pelatihan-pelatihan disetiap bagian dari
pihak manajemen. Bagaimana cara memutuskan sesuatu
kemudian, ada pelatihan memperbaiki diri kita juga berlatih
dan dari pimpinan itu selalu peduli terhadap hal-hal kecil,
misalnya saat bekerja ada karyawan yang tidak sholat tepat
waktu itu pasti diingatkan, jadi seperti itu.
5. Bagaimana Penerapan dan pelaksaanaanya?
Ada kegiatan program jum’at berseri, itu ada kegiatan
membaca surat yasin dan mengirim surat fatihah kepada
pemimpin lembaga yang sudah mendahului kita, terus juga
kepada ulama, civitas akademik terutama kepada yang sakit.
6. Apakah keputusan yang diambil selalu
mempertimbangkan efek atau dampak?
Yaa jadi lebih kekeluargaan, supaya sisi manfaatnya itu lebih
kuat.
7. Apakah LP3I lebih mementingkan kegiatan kelompok
atau individu?
Jelas kelompok, karena apa-apa kita selalu berjamaah sesuai
dengan anjuran agama kalau berjamaah kan semua jadi
kebiasaan baik, itu juga untuk kepentingan LP3I ini karena
tujuannya bersama-sama.
8. Cara menciptakan suasana yang kompetetif ?
Ya itu kerjasama dengan perguruan tinggi dari luar negeri,
untuk memberikan pelatihan-pelatihan dan kita memanggil
narasumber yang ahli dibidang tersebut yang kompeten.
9. Bagaimana menyelesaikan konflik antar karyawan di
LP3I?
Ya kita mengadakan tim kecil, supaya kita bisa diurai
masalahnya salah satunya itu dengan kita melakukan evaluasi
bersama setiap hari jum’at, kemudian kita diskusikan
masalahnya, setiap ada problem kita bicarakan adanya
keterbukaan, kita berdo’a istighfar bersama jadi sesama
karyawan kita selalu berusaha saling menjaga.
10. Di LP3I sangat menjaga budaya organisasi, Bagaimana
cara menjaga stabilitas organisasi?
Di LP3I ada agenda rapat koordinasi, rapat kerja salah satu
kegiatan utama untuk menjaga kestabilan organisasi. Dan
setelah kita rapat koordinasi juga harus ada keseimbangan,
kegiatan juga diimbangi dengan i’tikaf, tawakal kepada
Allah dan itu harus dibimbing langsung oleh ulama.
Judul : Wawancara dengan Muhammad Ishak, Eksekutif
HRD Officer LP3I Jakarta Pusat.
Tempat : Kantor LP3I Jakarta Pusat, Jl. Kramat Raya No. 7-
9, Kramat, Senen, RT.4/RW.2, Kramat, Senen, Kota Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Tanggal, 4 Desember 2018.
1. Bagaimana Budaya organisasi yang dijalankan di LP3I?
Jdi pemimpin itu merasa bahwa sebuah bentuk kegiatan usaha
dan keberhasilan itu atas dasar pertolongan Allah, itu hasil
dari tawakal kepada Allah meskipun manusia yang berusaha.
Dan itu memiliki keyakinan seperti itu makanya banyak
pegawai LP3I juga diminta keluar Dakwah Tabligh ke Masjid-
masjid dan juga mahasiswanya ketika liburan juga kita ajak
setiap kelompok 10orang kita ajak ke masjid untuk dakwah
selama 3 hari itu menjadi ciri khas juga, dan ini salah
satunya.
2. Apa saja budaya organisasi yang termasuk dalam nilai-
nilai dakwah?
Ada sembilan pointadi salah satunya, kerja niat sebagai
ibadah, mengucapkan salam ketika bertemu, jalan ketemu
sesama pegawai ucapkan assalamualaikum, dan ada potong
gaji 2,5 %, kemudian kalo kita musyawarah atau sebelum
rapat dimulai baca basmallah, sholawat dan kultum, yang
kelima sholat berjamaah. Jadi mau rapat kecil atau besar,
pimpinan kerja atau pegawai juga langsung berhenti tunaikan
sholat. Itu bagian coorporate culture LP3I itu menjadi ruhnya,
kalo pohon jadi akarnya.
3. Bagaimana perkembangan dan kemajuan?
Ini kalo dihubungkan dengan i’tikaf tadi ya, ada orang tua
tanya, pak anak saya diapain pak? Dulu males sekarang ko
jadi rajin sholat jamaah, bahkan setelah lulus ada yang ikut 3
hari setiap bulan ke masjid-masjid dan ini nilai-nilainya, nilai
positifnya bukan hanya kita didik kepandaiannya saja tetapi
juga akhlaknya. Perkembangan untuk karyawan juga sangat
bagus sekali karena mereka bekerja juga ada nilai-nilai
agama, ibadahnya didalamnya. Tadi kita bekerja saat adzan
berkumandang semua berhenti, sholat berjamaah itu kan
sangat bagus dan berbengaruh pada kebiasaan, terus juga
saling mendo’akan. Jadi seperti itu salah satunya
berpengaruhnya kepada pegawai sangat bagus.
4. Bagaimana LP3I mendorong karyawannya bersifat
inovatif?
Kalau terobosan itu lebih banyak didepartemen marketing,
bagaimana mencari dan sejauh mana peluang pasar itu harus
inovatif, persaingan makin ketat, ekonomi makin susah itu
harus inovatif bagaimana promosinya, bagaimana
pendekatannya itu ada dimarketing. Kalo kita di HRD hanya
pelatihannya saja jadi seminggu sekali melakukan pelatihan.
Kreatif thinking misalnya bagaimana inovatif pekerja, cara
bentuk suatu organisasi biar kesatuan hadir itu ada semua
pelatihannya.
5. Bagaimana cara mendorong dan memotivasi karyawan?
Itu tadi kembali kepelatihan tadi, kalo misalnya penghematan
dalam penggunaan internal, itu dengan efisiensi kecuali kalo
untuk eksternal janganlah. Nah itu kan sebagai terobosan
juga, itu sebagian contohnya.
6. Kemudian bagaimana penyelesaian konflik di LP3I ?
Problem itu pasti ada disemua tempat, kita ada yang namanya
satuan hati kalo jum’at kita kumpul yasinan, kasih kultum dan
kita makan bareng-bareng satu nampan berempat itu ada
ilmunya. Dulu orang tua kita begitu takut, kita sama saudara
kan begitu dekat, kenapa? itu karena kalo ngasih makan
dengan disuapin karena air liur. Kemudian disatuan ABRI
militer, satu saja disenggol satu truck datang, itu karena air
liur mereka satu kalo bener itu membawa kesatuan hati. Jadi
yaa ketika ada masalah bisa selesaikan dengan baik-baik.
7. Bagaimana bentuk komunikasi atasan kebawahan, atau
bawahan kebawahan?
Bagus, karena kita setiap jum’at setalah yasinan bareng ada
musyawarah, ada masalah atau informasi apa disampaikan
disitu setiap jum’at rutin dari jam 9 smpai jam 11, itu kan ada
komunikasi dari semua lapisan baik bawahan atau atasan
semua koordinasi.
8. Apakah LP3I berfokus pada hasil atau proses, bagaimana
penerapannya?
Kita dua-duanya, hasil proses ada dan target juga ada.
Misalnya proses udah benar hasilnya tidak sesuai ya harus di
review dan dievaluasi, semua menjadi satu arah, satu tujuan
tapi utamanya itu proses kemudian baru hasil, itu utamnya.
Misalnya dibidang marketing dalam mencari mahasiswa baru
itu juga sudah ditargetkan oleh pimpinan berapa jumlahnya,
akan tetapi kita juga harus memperhatikan proses juga kan,
agar keduanya tercapai.
9. Bagaimana mengambil keputusan, apakah setiap
keputusan yang diambil selalu memperhatikan efek atau
dampaknya?
Dalam pengambilan keputusan, kalou misalnya terkait HRD
kita lihat pengaruhnya seperti apa? Bisa saja ketika ada
kesalahan kita langsung putuskan atau pecat, akan tetapi kan
kita lihat keluarganya bagaimana nasibnya, susahnya mencari
kerja. Jadi kita harus bina dulu ujung-ujungnya, semaksimal
kita, kalau masih belum beres kita pindah mutasi pindahkan
kecabang lain misalnya, jadi disana juga dapat pelajaran
misalkan disini mungkin bosan atau tidak betahkan ya? Itu
ada beberapa kasus seperti itu, jadi kita kasih tanggung jawab
dulu misalnya kita kasih tugas dalam 3 bulan bulan bisa
selesai atau tidak? kalau tidak kamu siap dimutasi atau
dipindahkan jadi begitu kalau sudah terlalu lama itu ada
perjanjiannya.
Judul : Wawancara dengan Widiatama Fajar, Dosen dan
Staff Pegawai LP3I Jakarta Pusat.
Tempat : Kantor LP3I Jakarta Pusat, Jl. Kramat Raya No. 7-
9, Kramat, Senen, RT.4/RW.2, Kramat, Senen, Kota Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Tanggal, 4 Desember 2018.
1. Bagaimana Budaya Organisasi yang diterapkan di LP3I?
Kalo di LP3I itu kan sebenarnya ada budaya kerja yang
terapkan, ada 9 yaitu pertama datang ke pekerjaan, niat kerja
karena ibadah,memberi salam nah itu selalu disoundingkan
kepada setiap karyawan ketika ketemu, kepada owner itu yang
selalu digaungkan. Agar coorporate culture itu diterapkan
diseluruh cabang itu harus masuk keseluruh cabang LP3I.
2. Ada sembilan poin coorporate culture? Mengapa harus
diterapkan?
Ya begini mas dari sembilan poin itu kan menjadi apa?Eee’
suatu keharusan yang juga karyawan ini miliki, karena kan
semuanya itu kebikan seperti tadi niat kerja sebagai ibadah,
kalau kita dari rumah sudah niat baik untuk menafkahi anak
dan istri, itu kan bagian dari ibadah. Saya kira LP3I satu-satu
lembaga umu yang mungkin menerapkan kerja Islam seperti
ini.
3. Sejauh ini perkembangan atau kemajuan setelah
menerapkan budaya organisasi ?
Kalau untuk secara implementasi itu baik digunakan ya,
karena itu ada kandungan nilai-nilai manfaat, ada juga nilai-
nilai dakwah yang ada dicoorporate culture mungkin sudah
dibaca ya? Membaca Basmalah, Sholawat dan Kultum
sebelum rapat nah itu kan secara rohani temen-temen ini
mendapat knowlage pengetahuan tentang agama yang
diterapkan disetiap karyawan.
4. Bagaimana mendorong karyawan bersikap inovatif?
Kalau disetiap lingkungan kerja pastinya ada masalahkan ya?
Dengan adanya masalah kan kita membahas bagaimana
solusinya kan gitu, nah itu kan kita harus memberanikan kita
untuk berbicara dilungkungan kita, suka atau tidak suka harus
mendengar jadi kita ada manajemen keterbukaan, jadi kita
bersyukur ketika ada masalah malah membuat kita jadi
inovasi, melakukan perubahan-perubahan.
5. Apakah LP3I lebih berfokus pada proses atau hasil?
Bagaimana penerapanya?
Ya LP3I menekankan pada hasil karena kita ada target kerja,
akan tetapi juga tidak memudahkan proses karena ada
perencanaan, dan juga penerapannya akan ada evaluasi dan
kontrol dari atasan ketika kinerjanya kurang baik kemudian di
adakan evaluasi kembali, jadi kita buatkan plan A, Plan B
bahkan Plan C ketika terjadi sesuatu. Makanya setiap rapat
hari jum’at, setelah itu biasanya berdo’a kita melakukan
evaluasi kerja, sehingga tahu sejauh mana hasil yang
tercapai, itu utamanya.
6. Apakah dalam pengambilan keputusan selalu
mempertimbangkan efek atau dampaknya ?
Dampak itu pasti ada, pengambilan keputusan itu kan
sebenernya pimpinan tertinggi yaa. Dimana pengambilan
keputusan tertinggi diatas kita yang mengambil semua kendali
organisasi dan itu pasti ada dampak positifnya bahkan
nengatifnya itu bisa jadi. Akan tetapi kita harus memikirkan
kedepannya lebih baik karena organisasi ini akan terus
berjalan tetapi tidak merugikan sebelah pihak, intinya seperti
itu.
7. Bentuk komunikasi pimpinan ke bawahan, atau pegawai
dengan pegawai ?
Komunikasi kita biasa aja si ya, pimpinan dengan bawahan,
bawahan dengan keatasan, kadang kalo ada masalah kita
biasa dengan berdiskusi, dengan rapat dan kalau memang
tidak terhendle dibawah yaa kita keatasan, jadi kadang-
kadang kita bisa berkomunikasi dengan atasan
Judul : Wawancara dengan Nawawi, Bidang Pendidikan
Kerohanian, LP3I Jakarta Pusat.
Tempat : Kantor LP3I Jakarta Pusat, Jl. Kramat Raya No. 7-
9, Kramat, Senen, RT.4/RW.2, Kramat, Senen, Kota Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Tanggal, 4 Desember 2018.
1. Mengapa di LP3I menerapkan Sembilan Coorporate
Culture?
Ya maksud dubuatkannya itu LP3I mempunyai keinginan,
karena orang dalam membuat dalam satu usaha orientasinya
bukan hanya satu tetapi dunia dan akhirat. Bagaimana
suasana kerja dengan syar’i bukan hanya mengedepankan
faktor-faktor duniawiah saja tetapi juga ukhrowinya. Makanya
tiap-tiap karyawan, dosen, mahasiswanya dan seluruh
karyawan di manajemen itu semua diarahkan supaya punya
pemikiran bagaimana memasukkan ruh-ruh agama ada dalam
kehidupannya, makanya diberikan pemahaman fungsi kerja
bukan hanya duniawi saja, tetapi juga fungsi kerja adalah
perintah agama.
2. Bagaimana menerapkan niat kerja sebagai ibadah? Dan
cara mengetahuinya?
Ada dalam Al-Qur’an pengertian ibadah itu kan luas, apabila
niat kerjanya karena Allah untuk ibadah dari rumah ketempat
kerja pasti akaa ada niat kejujuran, kerjakeras, dan juga
tanggung jawab sebaik mungkin. Jadi seperti itu, apabila
mereka memberikan ilmu kepada yang lain mahasiswa
misalnya pasti juga akan dilandasi dengan keagamaan,
keikhlasan. Dan cara mengetahuinya bias dilihat, memang
kalau yang ghoibiah memang tidak bias dilihat. Tetapi kalau
secara zohir kan bisa dilihat dengan integritasnya,
loyalitasnya jadi berhubungan dengan tindakan, jadi tatkala
dia mengerjakan sesuatu karena ibadah maka dia buat dengan
sebaik-baiknya.
3. Mengapa ada memberi salam ketika bertemu, membaca
basmalah, sholawat?
Dalam kehidupan kita sehari-hari yang namanya manusia
sepandai apapun memerlukan kepada khaliqnya, tatkala kita
memberi salam berarti kita berkeinginan seluruh aktivitas kita
ini ada campur tangan Allah. Orang kan di do’akan
assalamualaikum semua berharap kesejahteraan,
keselamatan, keberkahan jadi kita berkeinginan setiap kita
memberi salam. Dan juga kita mengucapkan kata-kata yang
baik maka akan terbentuk kebaikan begitu juga mungkin
sebaliknya sedangkan itu semua do’a yang begitu hebat, maka
dikatakan do’a adalah senjata bagi orang yang beriman.
Beigitu juga dengan sholawat bagaimana mengaplikasikan
kehidupan kita dengan kehidupan Rasulullah jadi bukan
hanya sholawat, itu yang kita minta supaya kehidupan
beragama itu terwujud.
4. Bagaimana penerapan kultum sebelum rapat ?
Budayanya kan kita setiap rapat sebelumnya ada pembacaaan
sholawat tadi, kemudian kultum dimulai itu secara bergantian
dimasing-masing bidang atau divisi istilahnya, karena pemilik
atau pendiri LP3I ini berkeinginan bukan hanya memberikan
yang sifatnya duniawiah saja melainkan ukhrowinya, istilah
kata bukan hanya mengisi akalnya saja tetapi juga dengan
rohaninya.
5. Bagaimana cara menerapkan pemotongan zakat 2,5%
untuk ZIS?
Iya jadi kembali kerja karena ibadah, kita sudah
membudayakan azas-azas syariat tadi karena dengan ketaatan
kita kepada Allah ada saja hal-hal ghaibiah yang Allah
berikan dan harus kita yakinin hal-hal itu. Itu juga secara
sukarela, jadi memang semuanya sudah diberikan budaya
seperti itu sebelum masuk ke LP3I.
6. Bagaimana penyaluran zakat 2,5% tersebut?
Itu ada lembaganya tersendiri, Baik melalui Yayasan Ar-
Rahman dan orang-orang yang kurang mampu disekitar
kampus. Jadi sasarannya itu kita langsung keorangnya
termasuk daerah perumahan pinggiran rel, jadi mereka kita
datangi untuk anak-anak mereka yang sekolah dan juga
kepada mahasiswa yang kurang mampu atau yatim piatu itu
kita bantu.
7. Mengapa ada pembacaan yasinan Bersama? Dan mengapa
hanya surat yasin?
Ya itu memang pertanyaan yang sering dilontarkan, kenapa
bukan yang lain? Jadi kita tahu ada anjuran
Rasulullah:“barang siapa yang diawal hari membaca surat
yasin Allah naikkan seluruh hajat-hajatnya”, bukan berarti
surat yang lain tidak. Surat yasin itu kan merupakan hatinya
Al-Qur’an, ada yang bilang juga jantungnya Al-Qur’an, juga
kan merupakan budaya pada pendahulu kita, ulama kita. Dan
dalam yasin kan banyak fadhilahnya, isi kandungannya kan
banyak dan harus dipahami juga dengan harapan membaca
berulang-ulang mungkin bisa sampai hafal kan itu bagus.
8. Bagaimana pelaksanaan I’tikaf di LP3I?
Itu berlaku semua karyawan dan memang pelaksanaanya kita
sebatas penganjuran saja, mengapa harus tiga hari nanti itu
akan tahu mamsukkan ruh-ruh Islami yang tingkatnya dasar-
dasar terlebih dahulu. Dimulai dengan hal-hal kecil misalnya
mulai memperbaiki wudlunya, istinjanya, kemudian juga
muamalah, muasharohnya juga belajar memakmurkan masjid.
Mungkin dengan kita buat seperti ini jadi tau kapasitas kita
dan sebagai jawaban juga bahwa agama itu mudah ada
contohya jika diamalkan.
9. Mengapa ada membaca buku? Bagaimana
pelaksanaannya?
Ini termasuk budaya yang harus kita lestarikan juga, kita tahu
bahwa yang kita bina selain agama adalah pengetahuan
umum membaca
FOTO-FOTO
1. Penulis dengan Fitoyo Ibnu Ismail, (Asisten Koordinator
Pendidikan Agama),
2. Penulis dengan Muhammad Ishak, (Eksekutif HRD Officer),
3. Penulis dengan Widiatama Fajar, (Staff Pegawai/Dosen
LP3I).
4. Gedung dan kantor LP3I Jakarta Pusat