63
RT-2011-1343, hal 1 dari 43 PROPOSAL Judul Penelitian yang Diusulkan ALGORTIMA CODING SINYAL AUDIO UNTUK TELEVISI DIGITAL BERBASIS MODEL SINUSOIDA PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN (PROPOSAL LANJUTAN, TAHUN KEDUA) No. Pendaftaran On-Line : RT-2011- 1343 Fokus Bidang Prioritas : Teknologi Informasi dan Komunikasi Kode Produk Target : 5.02 Kode Kegiatan : 5.02.01 Peneliti Utama : Dr. Florentinus Budi Setiawan, MT

No - Sistem Informasi Terpadu UNIKA SOEGIJAPRANATAsintak.unika.ac.id/staff/blog/uploaded/files…  · Web view · 2017-06-05Model interpolasi gelombang berdasarkan periode pitch

Embed Size (px)

Citation preview

No

RT-2011-1343, hal 42 dari 43

PROPOSAL

Judul Penelitian yang Diusulkan

ALGORTIMA CODING SINYAL AUDIO UNTUK TELEVISI DIGITAL BERBASIS MODEL SINUSOIDA

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

(PROPOSAL LANJUTAN, TAHUN KEDUA)

No. Pendaftaran On-Line : RT-2011-1343

Fokus Bidang Prioritas : Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kode Produk Target : 5.02

Kode Kegiatan

: 5.02.01

Peneliti Utama

: Dr. Florentinus Budi Setiawan, MT

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1, Bendan Duwur, Semarang 50234

Telepon 024-8441555, HP 08122824853, Fax 024-8415429

e-mail : [email protected]

20 Agustus 2010

Lembar Pengesahan

Judul Penelitian : Algortima Coding Sinyal Audio untuk Televisi Digital berbasis Model Sinusoida

Fokus Bidang Prioritas : 1. Ketahanan pangan

2. Sumber energi baru dan terbarukan

3. Teknologi dan manajemen transportasi

4. Teknologi informasi dan komunikasi

5. Teknologi pertahanan dan keamanan

6. Teknologi kesehatan dan obat

Kode Produk Target: 5.02

Kode Kegiatan

: 5.02.01

Lokasi Penelitian: Laboratorium Teknik Elektro, Universitas Katolik Soegijapranata - Semarang

Penelitian Tahun Ke: 2 (dua)

Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian

A. Lembaga Pelaksana Penelitian

Nama Koordinator/Peneliti Utama

Dr. Florentinus Budi Setiawan, MT

Nama Lembaga/Institusi

Universitas Katolik Soegijapranata

Unit Organisasi

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)

Alamat

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1, Bendan Duwur, Semarang - 50234

Telepon / HP / Facsimile / e-mail

024-8441555; 08122824853; [email protected]

B. Lembaga lain yang terlibat :

Nama Pimpinan

---

Nama Lembaga

---

Alamat

---

Telepon/Faksimile/e-mail

---

Jangka Waktu Kegiatan : 3 tahun

Biaya Tahun-1

: Rp 280.000.000,-

Biaya Tahun-2

: Rp 243.000.000,-

Biaya Tahun-3

: Rp 367.000.000,-

Total Biaya

: Rp 890.000.000,-

Kegiatan (baru/lanjutan) : LANJUTAN

Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan :

No.

Uraian

Jumlah (Rp)

1

Gaji dan Upah

Rp. 79.000.000,-

2

Bahan Habis Pakai

Rp. 190.000.000,-

3

Perjalanan

Rp. 43.000.000,-

4

Lain-lain

Rp. 33.000.000,-

Jumlah biaya tahun yang diusulkan

Rp. 243.000.000,-

Setuju diusulkan:

Rektor

Kepala LPPM

Koordinator/ Peneliti Utama,

Prof.Dr.Y.Budi Widianarko,MSc

Dr.M.Sih Setija Utami,MKesDr.Florentinus Budi Setiawan,MT

NPP. 058.1.1994.157

NPP. 058.1.1990.068

NPP. 058.1.1994.150

DAFTAR ISI

Halaman

Judul..................................................................................................................1

Lembar pengesahan.............................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................................3

Abstrak..................................................................................................................4

Abstract................................................................................................................5

1. Pendahuluan.....................................................................................................6

2. Perumusan Masalah.........................................................................................13

3. Metodologi........................................................................................................15

4. Rancangan Riset..............................................................................................17

5. Hasil yang Diharapkan.....................................................................................27

6. Personil Pelaksana Penelitian..........................................................................28

7. Jadwal Penelitian.............................................................................................28

8. Daftar Pustaka.................................................................................................29

Proposal Biaya.....................................................................................................33

Biodata.................................................................................................................35

ABSTRAK

Saat ini teknologi televisi telah sampai pada penggunaan sistem digital. Meskipun demikian, sistem televisi di Indonesia masih didominasi oleh sistem analog yang relatif kurang fleksibel untuk dikembangkan dan diintegrasikan ke dalam sistem komunikasi digital. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk membangun sistem penyiaran secara digital untuk mengganti sistem penyiaran analog yang ada sekarang. Di sisi lain diperlukan standarisasi perangkat dan sistem siaran digital untuk proteksi dalam negeri. Untuk itu diperlukan perangkat sistem pemancar dan penerima siaran televisi digital yang dapat diproduksi oleh industri dalam negeri dan berfitur spesifik Indonesia. Informasi yang dikirimkan dan diterima pada sistem siaran televisi adalah gambar bergerak dan sinyal audio. Informasi sinyal audio dengan kualitas yang baik akan sangat membantu para pemirsa televisi untuk dapat menangkap informasi secara jelas dan benar. Di sisi lain kapasitas kanal transmisi yang tersedia semakin terbatas, seiring pertumbuhan permintaan kanal komunikasi yang sangat pesat. Kapasitas kanal komunikasi yang terbatas mendorong untuk terus melakukan efisiensi di semua bagian pada sistem komunikasi. Pada perkembangannya, telah dilakukan upaya pengkodean sinyal audio agar diperoleh laju yang lebih rendah untuk menghemat penggunaan kanal transmisi. Sinyal audio telah diolah sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan unsur redundant dan diperoleh informasi yang cukup ringkas untuk ditransmisikan. Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengkodekan sinyal audio pada laju yang rendah agar dapat diperoleh penghematan dalam penggunaan kanal komunikasi untuk penyiaran televisi. Penelitian yang akan dilakukan adalah merancang metode pengkodean sinyal audio pada laju rendah beserta dengan pendekode yang sesuai. Perancangan didasarkan pada hipotesa bahwa sinyal audio dapat dikodekan pada laju rendah dan dapat dikembalikan menjadi seperti sinyal asal dengan kualitas yang baik. Pengkode sinyal audio yang diusulkan, terdiri atas detektor eksistensi sinyal, pendeteksi lebar periode, penghitung amplituda rata-rata selebar periode, pemisah bergetar- tak bergetar, pemilihan sinyal selebar satu periode dan pengkodean tiap parameter. Sinyal selebar satu periode dikodekan dengan menggunakan model sinusoida. Dekoder terdiri atas detektor parameter, pembentuk tak bergetar depan dan belakang, dan pembentuk satu sinyal periode. Selanjutnya setelah bentuk sinyal periode didapatkan, dilakukan proses pembangkitan sinyal bergetar. Perancangan pengkode dan pendekode sinyal audio pada laju rendah dilaksanakan dengan menggunakan perangkat lunak C++. Perangkat keras yang dipergunakan untuk simulasi adalah mikropon, digital signal processor dan komputer dengan sound-card untuk pengambilan sinyal audio. Hasil-hasil perekaman dan pemrosesan sinyal diperdengarkan dengan bantuan loud speaker. Hasil penelitian akan dapat memberikan kontribusi dalam bidang penyiaran secara digital, utamanya dalam pengembangan metode untuk memperkecil ukuran data sinyal audio. Penghematan dapat diperoleh dengan pengiriman sinyal audio pada laju yang rendah

Kata kunci : audio, coding, kompresi, sinusoida, televisi

ABSTRACT

The recent technology of the television is implementation the digital system over transmitter, transmission channel and receiver. Therefore, television system in Indonesia is dominated by analog system, that less flexible for system development and communication on digital communication system. So that, it need actions to develop the digital broadcasting system to replace the analog broadcasting system. On the other hand, it need standarization for equipment and digital broadcasting system for local proctection. For this reason, we need the television transmitter and receiver system with Indonesian specific feature that can be designed and manufactured by local industry. Information that transmited and received on the television broadcasting system are the moving picture and audio signal. Audio signal information with high quality would help the television audience to increase the perception of the information displayed. Transmission channel capacity will become limited, while the need of channel communication is increased. The limited channel capacity endorse to save all aspect on the telecommunication system. There are some research on audio signal coding to obtain the lower bit rate for transmission channel usage saving. The audio signal is processed, so that the redundant component can be decreased, then we obtain the simple size of information that reliable to be transmitted. The research aim is coding the audio signal on the low bit rate for saving the channel communication usage for digital television broadcasting. The research will be done is develop an audio signal coder on the low bit rate with the suitable decoder. The coder developing is based on the hypotheses that the audio signal can be coded into the low bit rate and it can be reconstructed as the high quality synthetic signal. The proposed audio signal coder consists of signal existention detector, period width detector, average amplitude counter, separation of the vibrating and the nonvibrating signal, determination of the period signal and parameters coding. One period signal is coded using sinusoidal model. The decoder consists of the parameters detector, signal synthesizer, and the periodic signal generator. The encoder and the decoder development is implemented using C++ software. The hardware for the simulation process consists of microphone, digital signal processor and the personal computer equiped with sound card for audio signal acquisition. The research results contribution for digital broadcasting is the method developing for decreasing the audio signal rate. So that the communication channel usage can be saved.

Keywords : audio, coding, compression, sinusoidal, television

1. PENDAHULUAN

Saat ini teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat dan didukung oleh semakin majunya teknologi perangkat keras maupun perangkat lunak. Kemajuan ini sangat mendukung peningkatan kinerja proses maupun transmisi. Sinyal audio tidak lagi dikirim dengan bentuk seperti asalnya, tetapi telah diubah supaya sesuai dengan model dan kapasitas kanal yang digunakan. Perubahan bentuk tersebut mencakup proses pengkodean sinyal audio. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mendapatkan metode pengkodean sinyal audio pada laju yang cukup rendah pada 48 kbps dengan kualitas yang cukup baik. Pada bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian serta perumusan masalah. Selanjutnya adalah mengenai tujuan dan ruang lingkup penelitian. Selanjutnya dipaparkan mengenai premis dan hipotesis penelitian. Metode penelitian pengkode usulan dijelaskan secara singkat dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai kontribusi penelitian ini. Kemajuan penelitian yang telah dicapai pada tahun pertama juga ditampilkan, berupa metode yang digunakan dan beberapa hasil yang telah diperoleh.

Gambar 1. Pengkodean sinyal audio pada laju rendah dan rekonstruksi sinyal audio

Latar Belakang

Sistem televisi digital pada saat ini merupakan kebutuhan yang tak terhindarkan, mengingat berbagai kelebihan yang ditawarkan dibandingkan dengan sistem televisi analog. Namun demikian sinyal televisi digital membutuhkan laju bit yang cukup tinggi untuk dapat mengirimkan informasi gambar bergerak maupun informasi audio. Total laju bit yang dibutuhkan untuk satu segmen harus kurang dari 400 kbps, yang terdiri atas sinyal video, audio dan data. Informasi gambar bergerak dapat lebih ditingkatkan apabila ukuran sinyal audio tidak begitu besar. Dengan pengurangan alokasi bit untuk audio, maka sisa kapasitas kanal dapat ditambahkan untuk memperbaiki kualitas sinyal video.

Jumlah kanal yang tersedia untuk komunikasi menjadi semakin terbatas seiring dengan makin pesatnya penggunaan kanal komunikasi. Kapasitas kanal yang terbatas mendorong untuk terus melakukan efisiensi di semua bagian pada sistem komunikasi. Sistem komunikasi untuk audio dengan lebar pita 22050 Hz pada format PCM 16-bit, membutuhkan kanal dengan laju 705,6 kbps agar informasi yang terkirim dapat ditangkap dengan kualitas yang tidak jauh berbeda dari aslinya (ITU, 1972). Pada perkembangannya, telah dilakukan upaya untuk melakukan kompresi sinyal audio agar diperoleh laju yang lebih rendah, untuk menghemat penggunaan kanal transmisi (Atal dkk, 1991). Sinyal audio telah diolah dengan menggunakan pengkode sehingga unsur redundant dapat dihilangkan dan diperoleh informasi yang ringkas untuk dikirimkan. Dengan demikian akan diperoleh tingkat efisiensi laju data yang cukup tinggi mengingat kapasitas yang terbatas(Atal dkk, 1993).

Standar pengkodean sinyal suara yang telah lama dan banyak dipakai adalah PCM A-law (Rabiner dan Juang, 1993) Dengan menggunakan standar tersebut dapat dihasilkan sinyal audio dengan kualitas tinggi. Di lain pihak, tundaan yang dihasilkan juga cukup kecil karena proses pengkodean dilakukan cuplikan demi cuplikan. Penelitian yang banyak dilakukan sampai saat ini adalah pengkode berbasis Prediksi Linier (Kleijn, 2003), khususnya CELP (Code Excited Linear Prediction)(Kataoka, 1996), model sinusoida dan interpolasi gelombang (Gottesman dan Gersho, 2001). Pengkode sinyal audio berbasis CELP mempergunakan bukukode untuk meringkas informasi berupa bentuk potongan gelombang sinyal audio maupun sinyal eksitasi. Pada metode interpolasi gelombang, sinyal yang dikirim adalah selebar satu periode yang disebut sebagai sinyal karakteristik untuk setiap interval antara 20 - 30 ms. Basis pengkode yang lain adalah model sinusoida, dikembangkan oleh Quatieri (1986). Sinyal audio dapat dimodelkan dalam bentuk kombinasi sinyal sinusoida dan model sinusoida pada segment antara puncak yang berurutan. Pengkode sinyal audio pada laju kurang dari 48 kbps dirancang dengan mengembangkan beberapa metode kompresi sinyal audio, di antaranya adalah model sinusoida dan interpolasi gelombang.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup perancangan pengkode sinyal audio pada laju kurang dari 48 kbps. Tahap berikutnya adalah perancangan pendekode yang dapat mengembalikan bentuk terkode pada laju kurang dari 48 kbps, menjadi sinyal audio seperti asalnya dengan kualitas persepsi yang baik. Penelitian berupa perancangan pengkode sinyal dibatasi untuk pada frekuensi sinyal audio yang dapat ditangkap telinga manusia dalam lebar pita 20 Hz sampai dengan 20 kHz

Asumsi

Penelitian didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut, sehingga dapat disusun hipotesis penelitian.

Sinyal audio dapat dikodekan dalam laju yang lebih rendah dari 48 kbps dengan kualitas persepsi mendekati kualitas sinyal tanpa kompresi (Kondoz, 1995).

Pemrosesan sinyal audio setiap 20 ms dapat menjangkau satu periode pitch pada suara manusia dengan periode terendah (Deller, 2000).

Model interpolasi gelombang berdasarkan periode pitch (Quatieri, 1986) (Atal, 1991) dan model Sinusoida dapat digunakan untuk mengkodekan sinyal audio pada laju bit yang rendah (Gottesman, 2001).

Pembedaan perlakuan untuk sinyal bergetar, sinyal tak bergetar dan transisi diantara keduanya dapat dipakai untuk menentukan mode enkoder agar dapat meningkatkan kualitas audio yang dihasilkan oleh dekoder (Kondoz, 1995).

Suara manusia dalam satu detik rata-rata 8 fonem, sedangkan jumlah variasi fonem yang mungkin sekitar 50 (Furui, 1989). Jika setiap fonem diwakili oleh 6 bit, maka dalam satu detik diperlukan 48 bit. Maka batas bawah kompresi sinyal audio adalah 48 bps (Rabiner, 1993).

Mengingat batas bawah kompresi sinyal audio adalah 48 bps, maka kompresi sinyal audio dengan laju kurang dari atau sama dengan 48 kbps dapat direalisasi.

Sistem berbasis Digital Signal Processor dapat digunakan untuk merealisasi sistem pengkode sinyal audio (Texas Instrument, 1992).

Hipotesis

Berdasarkan asumsi seperti dijelaskan pada subbab sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

a. Pengkode sinyal audio pada laju lebih rendah dari 48 kbps dapat diwujudkan dengan menggunakan teknik berbasis model sinusoida secara segmental di antara puncak, penggunaan bukukode dan prinsip interpolasi gelombang.

b. Kualitas persepsi yang cukup tinggi dapat diwujudkan dengan menggunakan teknik berbasis pembedaan bergetar-tak bergetar, pembedaan band frekuensi dan penggunaan sinyal harmonik model sinusoida.

c. Berdasarkan jumlah ruang penyimpanan pada general purpose processor saat ini dapat menjangkau 1 MB atau lebih, maka sistem pengkode dapat diterapkan untuk keperluan menyimpan sinyal audio dan dapat direalisasi dengan memakai perangkat keras berbasis digital signal processor.

d. Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, sistem pengkode dapat diterapkan untuk keperluan pengkodean sinyal audio pada sistem komunikasi televisi digital. Pengkode yang ada sekarang menggunakan tidak lebih dari 100 MIPS. Sistem pengkode dapat direalisasi dengan menggunakan semi custom integrated circuit design untuk jumlah yang cukup besar. Selain itu dapat juga direalisasikan pada rangkaian terintegrasi digital signal controller chip yang merupakan terobosan baru pada bidang pemrosesan sinyal digital.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan algoritma pengkode sinyal audio untuk siaran televisi digital pada laju rendah dengan kualitas yang cukup tinggi yaitu mendekati kualitas sinyal asalnya dan dapat direalisasi pada perangkat lunak maupun perangkat keras. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh metode penghematan penggunaan kanal sinyal audio untuk keperluan sistem penyiaran televisi dalam format digital dengan cara menghemat laju data sinyal audio. Sinyal audio pada sistem televisi digital pada saat ini dikirimkan dari pemancar ke penerima pada laju bit yang cukup tinggi untuk kualitas yang baik. Apabila sinyal audio dapat dikodekan pada laju yang lebih rendah, maka kanal tersebut dapat digunakan untuk keperluan transmisi yang lain. Laju yang lebih rendah dapat diperoleh dengan menggunakan pengkode dengan kualitas yang tidak jauh berbeda dengan kualitas suara asalnya.

Tujuan khusus dari penelitian yang diusulkan adalah untuk menghasilkan algoritma pengkode sinyal audio pada laju rendah. Penelitian ini juga mencakup perancangan pendekode agar dapat mengembalikan sinyal yang terkode menjadi bentuk semula dengan kualitas persepsi yang cukup tinggi yaitu mendekati kualitas sinyal asalnya. Adapun data sinyal audio yang akan dicapai adalah 48 kbps.

Kontribusi Penelitian

Kontribusi utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode menurunkan laju data sinyal audio untuk sistem penyiaran televisi digital, sehingga diperoleh penghematan dalam penggunaan kanal transmisi sinyal audio sistem televisi digital. Kontribusi lain yang cukup penting adalah untuk menghemat kapasitas media penyimpan. Kapasitas media penyimpan sinyal audio juga dapat diturunkan dengan faktor kompresi yang sama. Pengkode yang diusulkan memiliki kinerja setara dengan pengkode sejenis, tetapi menggunakan laju yang lebih rendah. Sistem pengkode ini dapat diterapkan untuk keperluan penyimpanan atau perekaman sinyal audio. Dengan penghematan ruang penyimpanan berarti juga sebagai bagian dari efisiensi dan penghematan energi.

Signifikansi penelitian ini bagi ilmu pengetahuan adalah pengembangan metode kompresi sinyal audio dengan model sinusoida yang selama ini belum banyak dilakukan. Sehingga akan bermanfaat bagi pengembangan algoritma pengkodean, berupa metode penghematan laju data yang akan dikirimkan melalui media transmisi maupun pengembangan lebih lanjut untuk jenis pemrosesan sinyal audio yang lain. Bagi industri elektronik berupa kebutuhan akan peralatan pengkode sinyal audio untuk televisi digital, baik untuk sistem pemancar maupun sistem penerima, berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.

Tinjauan Pustaka

Algoritma pengkode sinyal audio yang sudah ada, dinyatakan dalam beberapa bentuk standar internasional untuk telepon dan penerapan multimedia. Salah satu standar pengkodean sinyal audio yang kompatibel untuk telepon, internet dan multimedia telah dikembangkan oleh ITU, yaitu G.711. Di samping organisasi tersebut ada juga komite pembentuk standar pengkodean sinyal audio yang lain. Sinyal video televisi digital saat ini kebanyakan menggunakan format standart H.264 dan format MPEG-4 (Richardson, 2003). Sedangkan sinyal audio pada televisi digital pada umunya menggunakan format sinyal audio yang telah termampatkan dengan sifat lossy (Austerberry, 2005). Standart yang banyak digunakan adalah dari MPEG yang lebih dikenal sebagai MP3. Pada tahun 1993, MPEG mengembangkan standart audio MPEG-1, dengan suara berkualitas CD 192 kbps. Pada tahun 1997, dikembangkan standart baru yang disebut sebagai Advanced Audio Coding (AAC) dengan kualitas suara yang cukup tinggi pada laju 148 kbps. Pada tahun 2003, ISO/IEC mengembangkan standart audio MPEG yang disebut sebagai High-Efficiency Anvanced Audio Coding (HE-AAC). HE-AAC memiliki rasio kompresi yang lebih tinggi daripada AAC (Suzuki, 2008).

Pengkodean sinyal audio untuk penerapan laju rendah membutuhkan parameter dari sinyal audio menggunakan analisis dan sintesis sistem. Analisis dapat berupa lup terbuka atau lup tertutup. Salah satu analisis lup tertutup adalah analysis-by-synthesis. Parameter diperoleh dengan menghitung nilai Mean Square Error antara suara asli dengan pemberat persepsi dan suara yang dibangkitkan kembali. Kinerja algoritma pengkodean sinyal audio dinilai berdasarkan pada kualitas audio, kompleksitas algoritma, penundaan, dan degradasi pada saluran dan derau (Atal dkk, 1991). Pengkodean sinyal audio secara garis besar terbagi dalam tiga jenis yaitu pengkodean gelombang, vokoder, dan pengkode hibrid. Selain tiga jenis pengkode tersebut ada jenis yang lain tetapi belum terlalu berkembang yaitu vokoder fonetik. Secara umum fungsi pengkode adalah untuk menganalisis sinyal, menghilangkan faktor faktor redundant dan menyusun kode dari bagian sinyal yang sudah dihilangkan faktor redundantnya secara efisien (Furui, 1989).

Penelitian yang cukup banyak dilakukan sampai saat ini adalah pengkode berbasis Prediksi Linier (Kleijn,2003), khususnya CELP (Code Excited Linear Prediction)(Kataoka, 1996), model sinusoida dan interpolasi gelombang (Gottesman dan Gersho, 2001). Basis CELP masih digunakan untuk dasar menyusun pengkode Ex-CELP (Extended Code Excited Linear Prediction) (Gao, 2001) yang merupakan draf standar ITU untuk komunikasi sinyal audio yang terbaru (Theyssen, 2001). Model sinusoida diterapkan pada pengkode sinyal audio Sinusoidal Transform Coding (STC). Model sinusoida untuk pengolahan dan kompresi sinyal audio dikembangkan oleh Lagrange(2001, 2006). Model sinusoida multimode dikembangkan oleh Jang (2005) dan Jensen (2004). Model interpolasi gelombang diterapkan pada pengkode Waveform Interpolation Coding (Ritz, 2002).

Pengkode sinyal audio berbasis CELP mempergunakan bukukode untuk meringkas informasi berupa bentuk potongan gelombang sinyal audio maupun sinyal eksitasi. Pada sistem pengkode berbasis CELP, sinyal residu dari prediksi linier dikodekan dalam bentuk vektorkode. Selanjutnya indeks bukukode yang sesuai dengan vektorkode, dikirimkan ke dekoder. Pengkode berbasis CELP memiliki keunggulan dalam hal penurunan laju bit (Ozaydin, 2001), namun membutuhkan bukukode yang cukup besar. Metode pengkodean CELP dikembangkan lebih lanjut untuk laju 2,4 kbps oleh Jiang (1995). Etemoglu (2003) mengembangkan CELP pada laju 5 kbps. CELP diferensial dikembangkan oleh Sabharwal (1994). Jenis pengkode berbasis prediksi linier adalah Glottal-Excited Linear Prediction (GELP) yang diusulkan oleh Hu (1999). Pengkode hibrid berbasis prediksi linier pada laju 4 kbps dikembangkan oleh Shlomot (1997).

Pada metode interpolasi gelombang, sinyal yang dikirim adalah selebar satu periode pitch dan disebut sebagai sinyal karakteristik, untuk setiap interval atau frame selebar 20 - 30 ms. Pada bagian dekoder, dilakukan proses interpolasi untuk melengkapi bentuk sinyal pada interval yang bersesuaian. Model interpolasi gelombang memiliki keunggulan dalam menjaga bentuk sinyal karakteristik selebar periode pitch, namun tidak dapat diterapkan untuk laju rendah.

Tabel 1. Perbandingan beberapa metode pengkodean sinyal audio

Basis Pengkode

Peneliti

Kelebihan

Kekurangan

Sinusoida

Quatieri & McAulay

Painter & Spanias

Kualitas persepsi

Laju tinggi

Interpolasi Gelombang

Kleijn & Haagen

Gottesman&Gersho

Menjaga bentuk pitch

Laju tinggi

CELP

Schroeder & Atal

Thyssen & Gao

Laju Rendah

Bukukode besar, kompleksitas tinggi

Basis pengkode yang lain adalah model sinusoida, dikembangkan oleh Quatieri (1986). Model sinusoida digunakan berdasarkan asumsi bahwa sinyal dapat didekomposisikan dalam bentuk sinusoida. Bagian-bagian sinusoida yang dapat dianggap mewakili sinyal dalam interval waktu tertentu dikirimkan ke dekoder. Rekonstruksi dilakukan berdasarkan informasi-informasi sinyal harmonik yang dianggap mewakili sinyal secara keseluruhan dalam interval waktu tertentu. Model sinusoida unggul dalam hal kualitas persepsi, namun tidak dapat diterapkan pada laju yang sangat rendah. Model sinusoida masih dikembangkan oleh Painter (2005). Model yang lain adalah Spectral Excitation Coding yang dikembangkan oleh Cuperman (1995), bekerja pada laju 2,4 kbps dan mencapai skor MOS sebesar 3,0.

Jenis pengkode yang lain adalah jenis hibrid berbasis pengkodean gelombang (Katugampala, 2001). Gournay (1998) mengembangkan pengkode HSX (Harmonic Stochastic Excitation) dengan laju 1200 bps. Model harmonik yang lain dikembangkan oleh Li (1999) dengan nama Multimodal Harmonic Speech Coding yang bekerja pada laju 4 kbps, berbasis analysis by synthesis (AbS).

Gambar 2. Usulan penelitian berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya

Pengkode yang diusulkan mencakup ide pada pengkode yang berbasis model sinusoida berupa pengembangan model menjadi bentuk segmental. Sistem multiband diterapkan pada pengkode usulan untuk memisahkan proses pengkodean sinyal berfrekuensi rendah dan bagian sinyal dengan frekuensi yang lebih tinggi. Sistem interpolasi gelombang diterapkan untuk mendapatkan sinyal karakteristik. Sedangkan model bukukode yang diterapkan pada CELP digunakan untuk meringkas informasi dari model sinusoida yang diusulkan. Sehingga sistem pengkodean usulan diharapkan menjadi lebih baik dari pada sistem-sistem pengkodean sinyal audio yang telah ada.

2. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan Masalah

Penghematan kanal transmisi sinyal audio dengan kualitas yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan sinyal asalnya dapat diperoleh dengan menggunakan pengkode yang sesuai. Perancangan pengkode yang baru dengan efisiensi kanal yang lebih baik, dihadapkan pada permasalahan-permasalahan berikut ini :

pemilihan panjang blok sinyal yang terkait dengan lama penundaan.

pemisahan bentuk bergetar, tak bergetar dan transisi pada deretan sinyal audio dalam satu blok yang diobservasi.

penyusunan algoritma penurunan laju bit dengan kompleksitas rendah

pemilihan bukukode dan cara penelusuran bukukode yang efisien

pemilihan post filter untuk mendapatkan kualitas audio yang lebih baik

Metode Pemecahan Masalah

Metode penelitian dalam rangka pemecahan masalah adalah perancangan sistem pengkode. Penelitian diawali dengan studi pustaka, dilanjutkan dengan pengembangan konsep dan kemudian dilakukan perancangan pengkode. Sistem pengkodean sinyal audio dirancang dalam dua bagian yaitu enkoder dan dekoder. Enkoder berfungsi untuk mengkodekan sinyal audio dalam laju kurang dari 48 kbps dan dekoder berfungsi untuk mengubah sinyal terkode menjadi sinyal audio estimasi yang diharapkan mendekati bentuk dan kualitas sinyal audio asalnya.

Bagian utama dari enkoder adalah algoritma kompresi sinyal audio dengan menggunakan pendekatan sinusoida secara segmental dan interpolasi gelombang dengan memperhatikan periode pitch. Di samping itu dilakukan proses pembedaan antara sinyal bergetar dan tidak bergetar yang dipakai sebagai pemilih mode kompresi. Parameter-parameter bergetar, tak bergetar, pitch dan formant yang akan dikirimkan dikodekan terlebih dahulu. Model sinusoida secara segmental dipakai untuk mempermudah analisis dan menurunkan laju data sinyal audio. Sedangkan interpolasi gelombang dapat membantu menurunkan laju bit yang harus dikirim oleh enkoder. Parameter-parameter sinyal dikodekan dalam bentuk vektorkode-vektorkode yang tersusun dalam bukukode-bukukode. Pemilihan mode proses enkoding perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Mode tersebut didasarkan pada pembedaan sinyal audio bergetar dan tidak bergetar.

Bagian dekoder direncanakan mengandung dua bagian utama, yaitu bagian untuk mensintesis parameter-parameter yang dikirim oleh dekoder dan bagian untuk memperbaiki kualitas sinyal audio yang dihasilkan. Sinyal terkode disintesis dengan menggunakan pembangkit sinyal sinusoida berdasarkan parameter berupa vektorkode-vektorkode. Vektorkode dibangkitkan dari indeks bukukode yang dikirimkan oleh enkoder. Perbaikan sinyal rekonstruksi dilakukan dengan menggunakan postfilter.

3. METODOLOGI

Metodologi Penelitian

Pemecahan masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam metodologi penelitian berikut ini :

a. Melakukan studi literatur yaitu kajian terhadap karya karya ilmiah yang dihasilkan oleh para peneliti sebelumnya tentang berbagai hal yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.

b. Penyusunan model pengkodean dan algoritma yang sesuai dengan kualitas dan laju bit yang diharapkan serta implementasinya pada perangkat lunak.

c. Melakukan evaluasi algoritma yang sedang dikembangkan dengan menggunakan ukuran subjektif dan objektif terhadap kualitas keluaran. Selain itu juga dilakukan evaluasi terhadap kompleksitas komputasi dan tundaan yang dihasilkan.

d. Penyusunan alternatif alternatif arsitektur pengkode audio.

e. Melakukan implementasi algoritma pengkode sinyal audio dengan arsitektur yang terpilih pada perangkat lunak.

f. Melakukan evaluasi algoritma di kanal audio yang riil pada jaringan yang ada.

g. Pelaporan dan publikasi.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, dengan menggunakan fasilitas Laboratorium Teknik Elektro, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Pekerjaan penelitian meliputi perancangan algoritma pengkode sinyal audio pada laju 48 kbps, simulasi perangkat lunak sistem pengkode dan realisasi pada perangkat keras digital signal processor.

Gambar 3. Pengambilan sinyal audio untuk simulasi pengkodean sinyal audio

Simulasi disusun dengan menggunakan perangkat keras personal computer, mikrofon, sistem speaker dan perangkat lunak Borland C++ versi 4.5. Simulasi perangkat lunak meliputi pengambilan sinyal audio, pengkodean sinyal audio dan rekonstruksi sinyal audio menggunakan program berbasis pemrograman Borland C++ versi 4.5, reproduksi audio dari hasil rekonstruksi sinyal dan pengujian.

Percobaan untuk realisasi perangkat keras menggunakan digital signal processor starter kit (DSK) TMS320VC5416 dari Texas Instrument. Pemrograman dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Code Composer Studio (CCS) versi 3.1 yang berbasis Microsoft Visual C++ versi 6.0, yang disediakan oleh Texas Instrument. Hasil simulasi dengan menggunakan perangkat lunak C++ diterapkan ke perangkat keras pemroses sinyal digital TMS320VC5416.

Gambar 4. Implementasi pengkodean sinyal audio

Kinerja pengkode diperoleh dengan mengukur laju data sinyal keluaran enkoder, melakukan tes MOS (Mean Opinion Score) terhadap beberapa rangkaian kata dalam bahasa Indonesia pada sejumlah pendengar, menghitung SegSNR (Segmental Signal to Noise Ratio), menghitung kompleksitas pengkode dan menghitung jumlah ruang penyimpanan pengkode.

4. RANCANGAN RISET

Strategi Perancangan Pengkode Sinyal audio

Berdasarkan metodologi penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dan dengan mempertimbangkan metode perancangan algoritma pengkode yang diusulkan maka untuk perancangan sistem pengkode audio dilakukan dengan strategi berikut ini :

a. Perancangan sistem pengkode dilakukan dengan pendekatan top-down. Pada implementasinya akan dilakukan pendekatan secara bottom-up. Verifikasi dan pengujian juga dilakukan secara bottom-up.

b. Sistem dibangun dalam bentuk modul-modul, sehingga dapat dilakukan proses pengembangan terhadap modul-modul tersebut secara fleksibel.

c. Perancangan algoritma dan pemodelan pengkode.

d. Melakukan simulasi dan implementasi pengkode yang telah dirancang

e. Melakukan verifikasi dan pengujian terhadap pengkode.

f. Test subyektif dan test obyektif terhadap keluaran dekoder

g. Test kinerja keluaran dekoder dengan kanal telepon.

h. Melakukan pengujian akhir

Metode Pengkodean Sinyal Audio dengan Model Sinusoida

Model sinyal dalam bentuk sinusoida dapat digunakan untuk mengkodekan sinyal audio. Metode pengkodean yang menggunakan model sinusoida adalah Sinusoidal Transform Coding (STC). Proses pengkodean transformasi sinusoida bekerja dengan cara mengambil beberapa sinyal sinusoida yang memiliki amplituda yang terbesar. Beberapa sinyal sinusoida dengan amplituda terbesar terlihat pada kawasan frekuensi sebagai bagian spektra yang memiliki magnituda terbesar. Jumlah sinyal sinusoida yang digunakan untuk mewakili sinyal dalam interval waktu tertentu yang disebut sebagai frame ( 15 ms sampai dengan 30 ms ) adalah antara 40 sampai 60 sinyal sinusoida.

Proses pengkodean diawali dengan pengambilan sinyal audio selebar 15 ms sampai dengan 30 ms dan disimpan dalam buffer. Tahap selanjutnya adalah perhitungan spektra sinyal dengan mengunakan transformasi Fourier. Setelah diperoleh informasi dalam kawasan frekuensi, maka dilakukan pencarian sinyal-sinyal sinusoida yang memiliki amplituda terbesar. Dalam hal ini sinyal sinusoida yang diambil adalah 40 sampai dengan 60 sinyal yang terbesar. Pencarian dilakukan secara bertahap dengan deteksi nilai maksimum lokal secara bertahap, sehingga diperoleh sejumlah sinyal sinusoida yang diinginkan.

Parameter-parameter sinyal berupa nilai-nilai amplituda, fasa dan frekuensi dikirimkan ke dekoder untuk dilakukan rekonstruksi, agar diperoleh sinyal estimasi yang diharapkan akan mendekati bentuk sinyal asalnya. Sinyal estimasi dibangkitkan dengan menjumlahkan sinyal-sinyal sinusoida dengan variasi amplituda dan frekuensi. Degradasi kualitas sinyal audio terjadi karena adanya pembatasan jumlah parameter sinyal yang dikirim.

Model Sinusoida secara Segmental

Model sinusoida dapat dikembangkan lebih lanjut dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah parameter yang lebih sedikit agar laju data sinyal audio dapat ditekan. Model sinusoida yang dikembangkan adalah model sinusoida secara segmental. Model ini hanya mengambil satu sinyal DC dan sinyal fundamental untuk setiap segment yang dibatasi oleh puncak sinyal pertama dengan puncak sinyal berikutnya yang berlawanan. Puncak dapat diartikan sebagai nilai maksimum atau nilai minimum sinyal pada selang waktu tertentu. Sehingga satu segment dapat berarti sebagai bagian sinyal dari satu nilai maksimum menuju nilai minimum terdekat berikutnya. Satu segment dapat berarti juga sebagai bagian sinyal dari satu nilai minimum menuju nilai maksimum terdekat berikutnya. Model pengambilan sinyal berdasarkan puncak dilakukan oleh Ridkosil (1994) untuk Extreme Waveform Coding.

Perbedaan model sinusoida dengan model sinusoida secara segmental yang diusulkan adalah pada jumlah komponen sinusoida yang dikirim dan panjang frame sinyal yang diamati. Jumlah komponen sinusoida pada model sinusoida adalah sebanyak 40 sampai 60 komponen sinyal sinusoida. Sedangkan model sinusoida secara segmental hanya menggunakan satu komponen sinusoida saja. Panjang segment yang diproses untuk model sinusoida adalah 15 ms sampai 30 ms dengan panjang yang tetap. Setiap frame dapat dibagi menjadi beberapa segment. Pada model sinusoida secara segmental, panjang segment bervariasi tergantung jarak waktu antara puncak maksimum dengan puncak minimum berikutnya, atau jarak waktu antara puncak minimum dengan puncak maksimum berikutnya. Panjang segment berubah antara satu cuplikan (0,021 ms) sampai dengan 384 cuplikan (8 ms) pada frekuensi sampling 48 kHz. Berikut ini adalah tabel perbandingan antara model sinusoida dengan model sinusoida secara segmental.

Tabel 2. Perbedaan model sinusoida dan model sinusoida secara segmental

Model sinusoida

Model sinusoida segmental

Komponen sinusoida

40 60

2

Panjang segment

Tetap, 15 ms 30 ms

Bervariasi, 0,021 ms 8 ms

Pemodelan sinyal dengan pendekatan secara sinusoida secara segmental, dapat diproses dengan menggunakan algoritma yang disusun seperti penjelasan berikut ini. Sinyal audio yang akan diproses berupa sinyal audio yang dicuplik pada 44100 Hz dengan kuantisasi 16 bit. Panjang frame yang diproses adalah setiap 20 ms, agar dapat mencakup panjang periode maksimum yang mungkin pada suara manusia selebar 20 ms.

Gambar 5. Sinyal asal selebar 70 cuplikan, nilai periode dan nilai puncak

Jarak waktu antara puncak maksimum ke-i menuju ke puncak minimum berikutnya atau jarak waktu antara puncak minimum ke-i menuju ke puncak maksimum berikutnya disebut sebagai informasi periode dilambangkan sebagai pd(i). Puncak maksimum dan puncak minimum, atau puncak minimum dan puncak maksimum pada segment ke-i disebut sebagai informasi puncak dilambangkan sebagai pk(i) dan pk(i+1). Informasi puncak dapat diperoleh dengan mendeteksi puncak maksimum dan puncak minimum sepanjang interval sinyal yang diobservasi. Informasi periode pada dapat diperoleh berdasarkan perhitungan selisih waktu di antara puncak yang berurutan.

Tahap pertama untuk mendapatkan parameter sinyal dengan model sinusoida secara segmental adalah menentukan satu frame sinyal dengan panjang 20 ms. Selanjutnya puncak-puncak sinyal ditandai, baik puncak yang positif maupun puncak negatif. Selisih magnituda puncak pertama ke puncak berikutnya ke-i disebut sebagai informasi puncak sinyal pendekatan dan disebut sebagai pk(i). Jarak waktu antara puncak pertama dan puncak berikutnya ke-i merupakan setengah periode sinyal pendekatan dan disebut sebagai pd(i).Selanjutnya dilakukan proses yang sama untuk puncak-puncak berikutnya.

Dengan menggunakan prosedur tersebut diatas, maka akan diperoleh deretan puncak dan deretan periode untuk satu frame. Jangkauan dinamik untuk kedua nilai informasi ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jangkauan dinamik sinyal. Maka jumlah bit yang dialokasikan untuk mengirimkan pd(i) dan pk(i) lebih kecil dibandingkan dengan mengirimkan sinyal tanpa kompresi. Berikut ini adalah dua segment sinyal audio yang dimodelkan dengan pendekatan sinusoida untuk tiap potongan antara puncak maksimum dan minimum. Pada pemodelan ini akan didapatkan deretan periode yang berubah untuk tiap segment dengan amplituda yang berubah. Apabila amplituda dibuat konstan dengan nilai satu, akan membentuk sinyal termodulasi frekuensi. Nilai periode dan puncak untuk tiap segment dapat dipakai sebagai informasi yang dikirimkan ke dekoder sehingga dapat menghemat kanal transmisi. Pada bagian dekoder, sinyal dapat direkonstruksi, sehingga mendekati bentuk semula dengan model sinusoida. Adapun pd(i) dan pk(i) memiliki jangkauan dinamik yang jauh lebih rendah daripada sinyal aslinya, sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses kompresi berdasarkan model ini.

Pendekatan Berdasarkan Puncak ke Puncak untuk Analisis Sinyal

Suara dapat didengar oleh telinga karena adanya fluktuasi tekanan udara yang menguat dan melemah. Karakteristik sinyal dengan puncak dan lembah (puncak minimum) dapat digunakan sebagai model untuk pendekatan bentuk sinyal audio. Sinyal audio dapat dikuantisasi berdasarkan segment antara puncak maksimum ke minimum dan sebaliknya. Pola puncak ke puncak sangat berperan dalam menentukan tingkat periodisitas sinyal. Sedangkan tingkat periodisitas sinyal sangat menentukan persepsi pendengaran manusia, terutama sinyal bergetar yang merupakan bagian terbesar dari sinyal suara (Painter dan Spanias, 2005). Bagian lain yang juga penting dalam menentukan kualitas persepsi adalah formant pertama dan kedua. Pada metode transformasi sinusoida, dilakukan pendekatan secara harmonik pada satu frame tertentu, dengan mengambil puncak-puncak spektra yang terbesar yang diperoleh dari Short-time Fourier Transform dan bagian tersebut dianggap mewakili sinyal secara keseluruhan (Ahmadi dan Spanias, 1998).

Metode yang diusulkan adalah proses dengan pendekatan secara kawasan waktu secara segmental. Pendekatan secara segmental dalam bentuk lain, diusulkan oleh Goldberger (1999). Pada metode pengkodean gelombang secara ekstrem, sinyal hanya diambil pada bagian puncak. Pada usulan ini sinyal dikuantisasi berdasarkan puncak ke puncak, namun pada bagian keluaran dilakukan rekonstruksi secara sinusoida.

Dalam satu selang waktu N (frame) terdapat M puncak maksimum dan L puncak minimum. Puncak maksimum dan puncak minimum pada segment ke-i, masing-masing dinyatakan sebagai pp(i) dan pv(i). Sinyal pada segment ke-i (selang waktu dari pp(i) menuju ke pv(i)) mengandung sejumlah besar komponen sinusoida. Demikian pula untuk selang waktu antara pv(i) sampai dengan pp(i+1) juga mengandung komponen sinusoida yang tak terhingga banyaknya. Pada selang waktu antara pp(i) dan pv(i) terdapat sejumlah besar komponen sinusoida dan dapat dinyatakan sebagai :

s=

K1

a

k

cosw

k

nnf

k

n

k=0

(1)

Pendekatan dengan metode sinusoida dilakukan dengan mengambil beberapa komponen sinusoida untuk mewakili keseluruhan komponen sinusoida dalam selang waktu dari pp(i) menuju ke pv(i). Sinyal s(n) sepanjang N cuplikan dapat didekati dengan i segment sinyal sinusoida. Komponen DC dan sinyal fundamental kedua dipakai untuk mendekati sinyal dari puncak ke puncak berikutnya. Sehingga sinyal dapat didekati dengan :

sn=a

0

a

1

cosw

1

nf

1

n

(2)

Bagian sinyal dari puncak maksimum menuju ke puncak minimum dapat dinyatakan sebagai :

s

pv

n=a

0

a

1

cosw

1

n

(3)

Nilai a0 dan a1 masing-masing menyatakan sinyal DC dan sinyal fundamental yang merupakan amplituda harmonik pertama. Pada bagian sinyal dari pv(i) sampai dengan pp(i+1) dapat dinyatakan sebagai :

s

vp

n=a

0

a

1

cosw

1

nphi

(4)

Dengan model tersebut, maka satu bagian sinyal dari suatu nilai minimum menuju ke nilai maksimum berikutnya dapat didekati sebagai sinyal cosinus dari p menuju 2p. Sebaliknya, bagian sinyal dari suatu nilai puncak maksimum menuju puncak minimum berikutnya dapat didekati sebagai sinyal cosinus dari 0 sampai p. Masing-masing sinyal cosinus dikoreksi dengan penambahan offset DC untuk mendapatkan posisi nilai puncak yang sama antara sinyal asli dan sinyal sintesis.

Gambar 6. Analisis sinyal audio

Berdasarkan persamaan (4) diperoleh sinyal pendekatan untuk segment ke-i antara pp(i) menuju pv(i) yang dinyatakan sebagai :

s

pv

i,n=

p

k

ip

k

i1

2

p

k

ip

k

i1

2

cos

2.phi.n

T

f

1

n

(5)

Periode sinyal pendekatan adalah T yang nilainya adalah dua kali jarak waktu antara puncak maksimum menuju ke puncak minimum. Maka periode T dapat dinyatakan sebagai :

T=2.n

k

i1n

k

i

(6)

Sehingga frekuensi sudut dan sudut fasa, masing-masing dinyatakan sebagai :

w

1

=

phi

n

k

i1n

k

i

(7)

f

1

=

phi.n

k

i

n

k

i1n

k

i

(8)

Informasi periode menyatakan jarak antara lokasi puncak maksimum menuju ke puncak minimum, dapat dinyatakan sebagai :

p

d

i=n

k

i1n

k

i

(9)

Sehingga sinyal dari puncak maksimum menuju ke minimum dapat ditulis sebagai :

s

pv

i,n=

p

k

ip

k

i1

2

p

k

ip

k

i1

2

cos

phi.nn

k

i

p

d

i

(10)

Jika sinyal pada cuplikan pertama lebih besar dari cuplikan berikutnya, maka sinyal berfluktuasi mulai puncak maksimum menuju ke puncak minimum. Selanjutnya sinyal bergerak dari minimum tersebut menuju ke nilai maksimum dan hal ini terjadi berulang-ulang sampai akhir frame. Sedangkan jika sinyal pada cuplikan pertama lebih kecil dari cuplikan berikutnya, maka sinyal berfluktuasi mulai puncak minimum menuju ke puncak maksimum. Selanjutnya sinyal bergerak dari maksimum tersebut menuju ke nilai minimum dan hal ini terjadi berulang-ulang sampai akhir frame. Sinyal pendekatan untuk segment ke-i antara pv(i) menuju pp(i) dinyatakan sebagai berikut :

s

vp

i,n=

p

k

ip

k

i1

2

p

k

i1p

k

i

2

cos

2.phi.n

T

f

1

n

(11)

Sama seperti halnya untuk sinyal dari puncak maksimum menuju ke puncak minimum, maka periode sinyal pendekatan adalah T yang nilainya adalah dua kali jarak waktu antara puncak minimum menuju ke puncak maksimum. Jika informasi periode menyatakan jarak antara lokasi puncak minimum menuju ke puncak maksimum. Sehingga sinyal dari puncak minimum menuju ke puncak maksimum dapat ditulis sebagai:

s

vp

i,n=

p

k

ip

k

i1

2

p

k

ip

k

i1

2

cos

phi.nn

k

i

p

d

i

phi

(12)

Sinyal pendekatan untuk satu frame adalah urutan sinyal yang terdiri dari kumpulan sinyal dari puncak maksimum menuju ke puncak minimum dan kumpulan sinyal dari puncak minimum menuju ke puncak maksimum. Berdasarkan persamaan (10) dan (12), maka untuk pk (0) > pk(1), sinyal rekonstruksi berdasarkan model sinusoida secara segmental, dapat dinyatakan sebagai :

s

r

i,n=

p

k

ip

k

i1

2

p

k

ip

k

i1

2

cos

phi.nn

k

i

p

d

i

i.phi

(13)

Sedangkan jika pk (0) < pk(1), maka sinyal rekonstruksi berdasarkan model sinusoida secara segmental dapat dinyatakan sebagai :

s

r

i,n=

p

k

ip

k

i1

2

p

k

ip

k

i1

2

cos

phi.nn

k

i

p

d

i

i1.phi

(14)

Berikut ini adalah contoh sinyal asal dan sinyal rekonstruksi dengan menggunakan model sinusoida yang diperoleh dari percobaan pendahuluan. Sinyal dengan tak beraturan didekati dengan model sinusoida untuk setiap segmen antar puncak.

Gambar 7. Sinyal asal (atas) dan sinyal rekonstruksi (bawah) dengan model sinosoida

Sinyal sintesis secara sinusoida pendekatan diperoleh dari nilai puncak maksimum dan nilai-nilai puncak minimum pada selang pengamatan. Informasi periode dan puncak untuk tiap segment merupakan informasi yang dikirimkan ke dekoder. Pada bagian dekoder, sinyal direkonstruksi agar mendekati bentuk semula dengan model sinusoida secara segmental. Informasi puncak dan periode memiliki jangkauan dinamik yang jauh lebih rendah daripada sinyal aslinya, sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses kompresi berdasarkan model ini.

Perancangan Pengkode Sinyal Audio

Pengkode sinyal audio, terdiri atas detektor eksistensi sinyal, filter lolos rendah, filter lolos tinggi, pendeteksi lebar periode, pemisah bergetar dan tak bergetar dan pengkodean tiap parameter. Bagian awal dari pengkode adalah detektor ada tidaknya sinyal, terdiri atas penghitung harga mutlak sinyal, detektor puncak dan detektor level sinyal. Pemrosesan sinyal dibagi dalam dua subframe, yaitu subframe 1 untuk bagian sinyal yang berfrekuensi rendah dan subframe 2 untuk bagian sinyal yang berfrekuensi tinggi. Pada subframe 1 dilakukan proses deteksi lebar periode yang dilanjutkan dengan pemisahan tak bergetar dan bergetar dilakukan dengan menentukan tingkat korelasi dengan kelompok yang memiliki amplituda rata-rata tertinggi. Bagian yang korelasinya tinggi disebut sebagai bergetar, sedangkan bagian yang tak berkorelasi dengan kelompok beramplituda rata-rata tertinggi disebut sebagai tak bergetar.

Gambar 8. Diagram Blok Pengkode Sinyal Audio

Tahap berikutnya adalah mengambil bagian sinyal bergetar selebar satu periode pitch dengan cara menentukan posisi sekelompok sinyal selebar periode dengan amplituda rata-rata tertinggi. Sinyal selebar periode pada kelompok dengan amplituda rata-rata tertinggi dipakai sebagai sinyal satu periode yang mewakili kelompok yang lain. Tahap berikutnya adalah proses pada subframe 2 yang dibagi dalam 4 bagian. Setiap bagian diproses seperti pada subframe 1. Sehingga akan didapatkan 5 kelompok parameter sinyal, yaitu subframe 1, subframe 2A, subframe 2B, subframe 2C, subframe 2D, subframe 2E dan subframe 2F Semua nilai parameter terkode dikirimkan lewat kanal transmisi menuju dekoder.

Dekoder terdiri atas detektor tanda, pembentuk tak bergetar depan dan belakang, pembentuk satu sinyal periode dan pembentuk sinyal informasi formant. Selanjutnya setelah bentuk sinyal periode didapatkan, dilakukan proses pembangkitan sinyal bergetar. Hasilnya diperbaiki oleh beberapa bandpass filter dengan frekuensi dan gain sesuai dengan informasi formant.

Gambar 9. Diagram Blok Dekoder

Pembentukan sinyal satu periode dilakukan berdasarkan informasi gain dan informasi periode. Pembangkitkan deretan sinyal bergetar sejumlah sinyal amplituda rata-rata dilakukan dengan menggunakan sinyal satu periode. Pembentukan sinyal formant dari buku kode dipakai untuk menentukan gain masing-masing filter, diperbarui tiap periode. Selanjutnya adalah proses filtering terhadap bergetar yang telah dibangkitkan, dengan gain yang berubah untuk tiap periode sesuai dengan informasi formant. Tahap berikutnya adalah membangkitkan sinyal tak bergetar depan dan belakang, kemudian dijumlahkan dengan sinyal tak bergetar sehingga membentuk sinyal yang mendekati sinyal asal.

Hasil Penelitian Tahun Pertama

Hasil sementara yang telah diperoleh pada saat proposal tahun kedua ini disusun, telah diperoleh susunan pengkode yang terpilih untuk direalisasi.

5. HASIL YANG DIHARAPKAN

Bentuk keluaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah diperoleh :

a. Metode untuk mengkodekan sinyal audio untuk sistem penyiaran televisi digital yang dapat menekan laju data pada kanal transmisi dan menghemat penggunaan peralatan penyimpanan (memori)

b. Algoritma coder sinyal audio yang dapat diterapkan pada sistem televisi digital, yang terdiri atas pengkode dan pendekode

c. Perangkat lunak coder audio untuk televisi digital berdasarkan hasil simulasi dengan program C++

d. Prototipe coder sinyal audio untuk sistem penyiaran televisi digital, pada perangkat keras digital signal processor

e. Publikasi ilmiah di jurnal ilmiah seperti Jurnal Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Jurnal IT Telkom, Jurnal Makara

f. Seminar hasil penelitian pada konferensi seperi IES (ITS Surabaya), QIR (UI Jakarta) dan SITIA.

6. PERSONIL PELAKSANA PENELITIAN

Nama Lengkap

Gelar

L/P

Unit

Kerja

Bidang

Keahlian

Tugas dlm

Penelitian

Pend.

Terakhir

Alokasi

Waktu

Lembaga

Florentinus Budi Setiawan

Dr, ST, MT

L

FTI

Teknik Elektro, Pengolahan sinyal dan telekomunikasi

Peneliti Utama

S3

20 jam/mg

LPPM Unika Soegija- pranata

Erdhi Widyarto

ST, MT

L

FTI

Teknik Elektro, Pemrograman dan pengolahan sinyal

Anggota Peneliti

S2

10 jam/mg

LPPM Unika Soegija- pranata

Yulianto Tejo Putranto

ST,

MT

L

FTI

Teknik Elektro, Pengolahan sinyal gambar

Anggota Peneliti

S2

10 jam/mg

LPPM Unika Soegija- pranata

7. JADWAL PENELITIAN

No.

Aspek Kegiatan

Bulan ke-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Penelitian pendahuluan

2

Penelusuran pustaka

3

Persiapan alat bantu penelitian

4

Perancangan algoritma dan model pengkodean

5

Perancangan pengkode

6

Simulasi dan implementasi

7

Verifikasi dan pengujian

8

Tes subyektif dan obyektif

9

Pengujian akhir

10

Publikasi

11

Pembuatan laporan

8. DAFTAR PUSTAKA

------------(1972) : Pulse Code Modulation (PCM) of Voice Frequency, ITU-T Recommendation G.711, Geneva.

--------- (1992) : TMS320c5x User Guide, Texas Instrument.

Ahmadi, S. dan Spanias, A.S. (1998) : A New Phase Model for Sinusoidal Transform Coding of Speech, IEEE Transactions on Speech and Audio Processing, 6, 495-501.

Atal, B.S., Cuperman, V., dan Gersho, A. (1991) : Advances in Speech Coding, Kluwer Academic Publishers, Massachusetts.

Atal, B.S., Cuperman, V., dan Gersho, A. (1993) : Speech and Audio Coding for Wirelles and Network Applications, Kluwer Academic Publishers, Massachusetts.

Austerberry D., (2005) : The Technology of Video and Audio Streaming 2-ed, Elsevier Publishers, Oxford.

Cuperman, V., Lupini, P., dan Bhattacharya, B. (1995) : Spectral Excitation Coding of Speech at 2.4 kb/s, IEEE , 496-499.

Deller, J.R., Hansen, J.H, dan Proakis, J.G. (2000) : Discrete-time Processing of Speech Signal, IEEE Press, New York.

Etemoglu, C.O. dan Cuperman, V. (2000) : Spectral Magnitude Quantization based on Linear Transform for 4 kb/s Speech Coding,

Etemoglu, C.O. dan Cuperman, V. (2003) : Matching Pursuit Sinusoidal Speech Coding, IEEE Transaction on Speech and Audio Processing, 11, 0-0.

Furui, S., (1989) : Digital Speech Processing, Synthesis, and Recognition, Marcel Dekker Incorporation, New York.

Gao, Y., Benyassine, A., Thyssen, J., Su, H.Y., dan Shlomot, E. (2001) : EX-CELP : A Speech Coding Paradigm, IEEE International Conference on Acoustics, Speech, and Signal Processing, 689-692.

Goldberger, J., Burshtein, D., dan Franco, H. (1999) : Segmental Modeling Using a Continuous Mixture of Nonparametric Models, IEEE Transactions on Speech and Audio Processing, 7, 262-271.

Gottesman, O. dan Gersho, A. (2000) : Enhancing Waveform Interpolative Coding with Weighted REW Parametric Quantization, Proceedings of IEEE Workshop on Speech Coding, 50-52.

Gottesman, O. dan Gersho, A. (2000) : High Quality Enhanced Waveform Interpolative Coding at 2.8 kbps, Proceedings of International Conference on Acoustics, Speech, and Signal Processing, 0-0.

Gottesman, O. dan Gersho, A. (2001) : Enhanced Waveform Interpolative Coding at Low Bit-Rate, IEEE Transactions on Speech and Audio Processing, 9, 1-13.

Gournay, P. dan Chartier, F. (1998) : A 1200 bit/s HSX Speech Coder for Very Low Bit Rate Communications, Proceedings of IEEE Workshop on Signal Proceesing Systems.

Hu, H.T dan Wu, H.T. (1999) : A Glottal-Excited Linear Prediction (GELP) Model for Low-Bit-Rate Speech Coding, Proceedings of National Science Council, Republic of China, 24, 134-142.

Jang, HK dan Park, JS (2005) : Multiresolution Sinusoidal model with Dinamic Segmentation for Time Scale Modification of Polyphonic Audio Signal, TSAP vol 13, No.2

Jensen, J, Heusdens, R dan Jensen, SH (2004) : A Perceptual Subspace Approach for Modeling of Speech and Audio Signal with Damped Sinusoid, TSAP vol 12, No.2

Jiang, Y. dan Cuperman, V. (1995) : An Improved 2.4 kbps Class-Dependent CELP Speech Coder, Proceeding of International Conference on Communication, 1414-1417.

Kataoka, A., Moriya, T., dan Hayashi, S. (1996) : An 8-kb/s Conjugate Structure CELP (CS-CELP) Speech Coder, IEEE Transaction on Speech and Audio Processing, 401-411.

Katugampala, N., Kondoz, A., dan Dogan, S. (2001) : A 4 kbps Hybrid Coder Based on Novel Harmonic/Waveform Coding Synchronization and Classification Techniques, Proceedings of the 5th World Multi-Conference on Systemics, Cybernetics and Informatics, 324-327.

Kleijn, W.B., Backstrom, T., dan Alku, P. (2003) : On Line Spectral Frequencies, IEEE Signal Processing Letters, 10, 75-77.

Kondoz, A.M. (1995) : Digital Speech : Coding for Low Bit Rate Communications Systems, John Wiley & Sons Ltd, West Sussex, England.

Lagrange, M. dan Marchand, S. (2001) : Real-Time Additive Synthesis of Sound by Taking Advantage of Psychoacoustics, Proceedings of the COST G-6 Conference on Digital Audio Effects, 1-5.

Lagrange, M. dan Marchand, S. (2006) : Assessing the Quality of the Extraction and Tracking of Sinusoidal Components: Towards an Evaluation Methodology, Proceedings of the 9th International Conference on Digital Audio Effects, 239-245.

Lagrange, M., Marchand, S., dan Rault, J.B. (2002) : Sinusoidal Parameter Extraction and Component Selection in A Non Stationary Model, Proceedings of the 5th International Conference on Digital Audio Effects, 59-64.

Lagrange, M., Marchand, S., dan Rault, J.B. (2004) : Using Linear Prediction to Enhance the Tracking of Partials, Proceedings of IEEE Conference on Acoustics, Speech and Signal Processing, 0-0.

Lagrange, M., Marchand, S., dan Rault, J.B. (2005) : Improving Sinusoidal Frequency Estimation Using a Trigonometric Approach, Proceedings of the 8th International Conference on Digital Audio Effects, 1-6.

Lagrange, M., Marchand, S., dan Rault, J.B. (2005) : Tracking Partials for the Sinusoidal Modeling of Polyphonic Sounds, Proceedings of International Conference on Acoustics, Speech and Signal Processing, 0-0.

Lagrange, M., Marchand, S., Raspaund, M., dan Rault, J.B. (2003) : Enhanced Partial Tracking Using Linear Prediction, Proceedings of the 6th International Conference on Digital Audio Effects, 1-6.

Li, C. dan Cuperman, V. (1999) : Analysis-by-Synthesis Multimode Harmonic Speech Coding at 4 kb/s, Proceedings of European Conference on Speech Communication and Technology, 1451-1454.

McAulay, R.J. dan Quatieri, T.F. (1986) : Speech Analysis/Synthesis Based on a Sinusoidal Representation, IEEE Transactions on Acoustics, Speech, and Signal Processing, ASSP-34, 744-754.

Ozaydin, S. dan Baykal, B. (2001) : A 1200 bps Speech Coder with LSF Matrix Quantization, IEEE International Conference on Acoustics, Speech, and Signal Processing, 677-680.

Painter, T dan Spanias, A.S. (2001) : Perceptual Segmentation and Component Selection in Compact Sinusoidal Representations of Audio, Proceedings of IEEE Conference on Acoustics, Speech, and Signal Processing, 0-0.

Painter, T. dan Spanias A. (2005) : Perceptual Segmentation and Component Selection for Sinusoidal Representation of Audio, IEEE TSAP, vol 13 hal 149 - 162

Quatieri, T.F. dan McAulay, R.J. (1986) : Speech Transformation Based on a Sinusoidal Representation, IEEE Transactions on Acoustics, Speech, and Signal Processing, ASSP-34, 1449-1464.

Quatieri, T.F., Hanna, T.E., dan OLeary, G.C. (1997) : AM-FM Separation Using Auditory-Motivated Filters, IEEE Transactions on Speech and Audio Processing, 5, 465-480.

Rabiner, L., dan Juang, BH. (1993) : Fundamentals of Speech Recognition, Prentice Hall international, New Jersey.

Richardson, IEG. (2003), H.264 and MPEG-4 Video Compression, John Wiley and Sons Inc, West Sussex.

Ritz, C.H. dan Burnett, I.S. (2002) : Wideband Speech Coding at 4 kbps using Waveform Interpolation, Proceedings of 6th International Symposium on DSP for Communication Design, DSPCS, Sidney, 144-148.

Sabharwal, A., Jandhyala, V., dan Prasad, S. (1994) : DCELP : A low Bit Rate and Low Delay Speech Coding Method, Proceedings of International Symposium on Speech, Image Processing and Neural Networks, 476-478.

Shlomot, E., Cuperman, V., dan Gersho, A. (1997) : Hybrid Coding of Speech at 4 kb/s, Proceeding of IEEE Workshop Speech Communication, 37-38.

Suzuki, M., Ota, Y., dan Itoh, T., (2008) : Audio Coding Algorithm for One-Segment Broadcasting, Fujitsu Science and Technology Journal, 44,vol 3, 367-373.

Thyssen J., Gao Y., dan Benyassine A. (2001) : A Candidate for The ITU-T 4 kbit/s Speech Coding Standard , IEEE International Conference on Speech and Signal Processing, 681-684.

PROPOSAL BIAYA

REKAPITULASI BIAYA PADA TAHUN KEDUA YANG DIUSULKAN

No

Uraian

Jumlah (Rp)

1

Gaji dan Upah

Rp 48.000.000

2

Bahan Habis Pakai

Rp 117.000.000

3

Perjalanan

Rp 30.000.000

4

Lain-lain

Rp 48.000.000

Jumlah Biaya

Rp 243.000.000

1. Gaji dan Upah

No

Pelaksanaan Kegiatan

Jumlah

Jumlah Jam/Minggu

Honor/Jam

Biaya (Rp)

1

Koordinator Kegiatan/ Peneliti Utama

1000

20

Rp 27.500

Rp 27.500.000

2

Anggota Peneliti 1

400

10

Rp 20.000

Rp 8.000.000

3

Anggota Peneliti 2

400

10

Rp 20.000

Rp 8.000.000

4

Teknisi

500

10

Rp 15.000

Rp 7.500.000

5

Tenaga Harian

300

7,5

Rp 10.000

Rp 3.000.000

Jumlah Biaya

Rp 48.000.000

2. Bahan Habis Pakai

No

Bahan

Volume

Biaya Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

1

Alat Tulis Kantor

1 set

Rp 4.000.000

Rp 4.000.000

2

Kabel-kabel dan konektor

1 set

Rp 9.000.000

Rp 9.000.000

3

Komponen Penguat Daya

1 set

Rp 10.000.000

Rp 10.000.000

4

Komponen Modulator

2 set

Rp 5.500.000

Rp 11.000.000

5

Komponen Power Supply

2 set

Rp 4.500.000

Rp 9.000.000

6

Komponen Sistem Suara / Audio

1 set

Rp 6.000.000

Rp 6.000.000

7

Card Digital Signal Processor

3 unit

Rp 10.000.000

Rp 30.000.000

8

Antena dan komponen pendukung

1 set

Rp 6.000.000

Rp 6.000.000

9

Sistem Monitor

1

Rp 7.000.000

Rp 7.000.000

10

Komponen test subyektif

200

Rp 125.000

Rp 25.000.000

Jumlah Biaya

Rp 117.000.000

3. Perjalanan

No

Tujuan

Volume

Biaya Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

1

Jakarta

3

Rp 3.000.000

Rp 9.000.000

2

Bandung

2

Rp 2.000.000

Rp 4.000.000

3

Surabaya

2

Rp 1.500.000

Rp. 3.000.000

4

Yogyakarta

4

Rp 1.000.000

Rp. 4.000.000

5

Dalam Kota Semarang

20

Rp 500.000

Rp 10.000.000

Rp 30.000.000

4. Lain-lain

No

Kegiatan

Volume

Biaya Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

1

Fotokopi

5000

Rp 500

Rp 2.500.000

2

Penjilidan

30

Rp 30.000

Rp 900.000

3

Seminar

2

Rp 3.300.000

Rp 6.600.000

4

Operasional Pendukung

1

Rp 16.000.000

Rp 16.000.000

5

Pengurusan HKI

1

Rp 15.000.000

Rp 15.000.000

5

Dokumentasi

1

Rp 7.000.000

Rp 7.000.000

Jumlah Biaya

Rp 48.000.000

BIODATA PENELITI

KETUA PENELITI

I. IDENTITAS DIRI

1.1.

Nama Lengkap

Dr. Florentinus Budi Setiawan, MT (L)

1.2.

Jabatan Fungsional

Lektor Kepala

1.3.

No. Identitas

058.1.1994.150

1.4.

Tempat, tanggal lahir

Semarang, 16 Oktober 1970

1.5.

Alamat Rumah

Jl. Sinar Pelangi 491, Perum Sinar Waluyo, RT 06 RW 01, Semarang 50273

1.6.

Nomor Telepon/Fax

024-6722090

1.7.

Nomor HP

081 2282 4853

1.8.

Alamat Kantor

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1, Bendan Duwur Semarang 50234

1.9.

Nomor Telepon/Fax

024-8441555 Fax: 024-8445265

1.10.

Alamat e-mail

[email protected]

1.11 Mata Kuliah yg diampu

1. Pengolahan Sinyal Suara

2. Sistem Komunikasi

3. Dasar Telekomunikasi

4. Sistem Multimedia

5. Sistem Wireless

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1. Program:

S1

S2

S3

2.2. Nama PT

Universitas Diponegoro

Institut Teknologi Bandung

Institut Teknologi Bandung

2.3. Bidang Ilmu

Teknik Elektro

Teknik Elektro

Teknik Elektro

2.4. Tahun Masuk

1989

1995

2005

2.5. Tahun Lulus

1993

1998

2008

2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi

Perancangan Perangkat Keras IBM PC untuk Penganalisis Tanggapan Frekuensi

Transkoding LD-CELP 16 kbps dan PCM 64 kbps

Perancangan Algoritma Pengkode Sinyal Suara 4 kbps Berbasis Model Sinusoida Segmental :

Implementasi pada DSP dan Pengujian dengan Kata-Kata Bahasa Indonesia

2.7. Nama Pembim-

bing/ Promotor

Prof. Dr. Adhi Susanto M.Sc

Dr.Ir. Suhartono T.

Prof.Dr.Soegijardjo Soegijoko

Dr.Ir.Sugihartono

Dr.Ir.Suhartono T.

III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

No.

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber

Jumlah (Rp)

1.

2007

Pengkode Sinyal Suara Pada Laju 2 kbps

Kementrian Negara Riset &Teknologi

133.500.000

2.

2007

Pengkode Sinyal Suara Pada Laju 4000 bps

Hibah bersaing DP2M Dikti

39.000.000

3.

2006

Pengkode Sinyal Suara pada laju Rendah

FTI Unika Soegijapranata

2.000.000

4.

2005

Model Bandpass dan Lowpass untuk Perbaikan Mutu Sinyal

FTI Unika Soegijapranata

1.000.000

5.

2005

Pemodelan Sinyal Suara Secara Sinusoida

FTI Unika Soegijapranata

1.000.000

6.

2005

Perancangan Alat Deteksi Dini terhadap Banjir

PSEP Unika Soegijapranata

10.000.000

7.

2004

Kompresi Sinyal Suara berdasarkan Periode dan Amplituda Pitch

FTI Unika Soegijapranata

1.000.000

8.

2004

Comb Filter Adaptif Untuk Memperbaiki Mutu Sinyal Suara

FTI Unika Soegijapranata

1.000.000

9.

2003

Perbaikan Filter Persepsi pada Kompresi Sinyal Suara LD-CELP

FTI Unika Soegijapranata

1.000.000

IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

No.

Tahun

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber

Jumlah (Rp)

1.

2005

Alat deteksi dini terhadap banjir

PSEP dan swadaya masyarakat

10.000.000

2.

2004

Alarm untuk tukang ojeg

Lemlit Unika Soegijapranata

5.000.000

V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL

No.

Tahun

Judul Artikel Ilmiah

Volume/ Nomor

Nama Jurnal

1.

2008

A Low Bit Rate Speech Coder using Segmental Sinusoidal Model for Disaster and Emergency Telemedicine

Vol.6 No.2

Journal of eHealth, Technology and Application

2.

2008

Pengkode Sinyal Suara Pada Laju 4 kbps: Menggunakan Model Sinusoida Segmen Antar Puncak

Submitted

Jurnal Elektro & Telkom LIPI

ANGGOTA PENELITI 1

I. IDENTITAS DIRI

1.1.

Nama Lengkap

Erdhi Widyarto Nugroho, ST.,MT (L)

1.2.

Jabatan Fungsional

Asisten Ahli

1.3.

No. identitas

058.1.2002.254

1.4.

Tempat, Tanggal Lahir

Surakarta, 27 Mei 1976

1.5.

Alamat Rumah

Jl. Bukit Kenanga no 4 Perum Bukit Asri Ungaran

1.6.

Nomor Telepon/Fax

024-6929199

1.7.

Nomor HP

08122686327

1.8.

Alamat Kantor

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang

1.9.

Nomor Telepon/Fax

(024) 8441555 (hunting) psw. 132/(024) 8415429 - 8445265

1.10.

Alamat e-mail

[email protected]

1.11 Mata Kuliah yg diampu

1.

Pengolahan Citra Digital

2.

Komunikasi Data dan Jaringan Komputer

3.

Pemrograman Jaringan

4

Mikroprosesor dan Mikrontroler

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1. Program:

S1

S2

2.2. Nama PT

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada

2.3. Bidang Ilmu

Teknik Elektro

Teknik Elektro

2.4. Tahun Masuk

1994

2004

2.5. Tahun Lulus

2000

2006

2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi

Pembuatan gambar menjadi efek emboss dengan menggunakan metode konvolusi

Pemakaian Jaringan Saraf Tiruan untuk mendeteksi Kesalahan PCB

2.7. Nama Pembim- bing/ Promotor

Prof. Adhi Susanto MSc PhD

Dr. Ir. Thomas Sri Widodo, DEA, Dipl

III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

No.

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber

Jml (Juta Rp)

1

2003

Pemakaian Sensor gambar untuk pengendalian motor stepper

Unika Soegijapranata

1 Jt

2

2007

Pemakaian Kamera CCTV sebagai sensor jarak dan sensor kecepatan

Unika Soegijapranata

1 jt

ANGGOTA PENELITI 2

I. IDENTITAS DIRI

1.1.

Nama Lengkap

Yulianto Tejo Putranto, ST, MT L

1.2.

Jabatan Fungsional

Lektor

1.3.

No. identitas

058.1.1993.144

1.4.

Tempat, tanggal Lahir

Salatiga, 13 Agustus 1968

1.5.

Alamat Rumah

Jl. Gombel Permai V no. 432 Semarang

1.6.

Nomor Telepon/Fax

024-70725301

1.7.

Nomor HP

08882523980

1.8.

Alamat Kantor

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang

1.9.

Nomor Telepon/Fax

(024) 8441555 (hunting) psw. 132/(024) 8415429 - 8445265

1.10.

Alamat e-mail

[email protected]

1.11 Mata Kuliah yg diampu

1. Sistem Pengolahan Sinyal

2. Teknik Digital

3. Pemrograman Visual

4. Softcomputing

5. Probabilitas dan Statistika

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1. Program:

S1

S2

2.2. Nama PT

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada

2.3. Bidang Ilmu

Teknik Nuklir

Teknik Elektro

2.4. Tahun Masuk

1987

1995

2.5. Tahun Lulus

1993

1998

2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi

Penentuan Dosis Radiasi pada Proses Multicoating Polimer Radiasi

Jaringan Syaraf Tiruan Invarian terhadap Translasi, Rotasi, dan Skala

2.7. Nama Pembim-

bing/ Promotor

Ir. Mondjo /

Ir. Sugiarto Danu

Dr. Ir. Thomas Sri Widodo, DEA, Dipl

III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

No.

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber

Jml (Juta Rp)

1

2007

Analisis dan Sintesis Sinyal Suara Dengan Model Sinusoida

PDM

8,4

2

2004

Filter Digital IIR (Infinite Impulse Response) yang Dapat Ditala

Unika Soegijapranata

1

3

2003

Perataan Sinyal (Signal Averaging) sebagai Tapis Digital

Unika Soegijapranata

1

4

2001

Perancangan Tapis Digital IIR

Unika

1

Sinyal audio

enkoder

dekoder

Sinyal estimasi

Kanal 48 kbps

CELP

sinusoida

interpolasi

Pengkode

sinyal

Audio

usulan

subband

1980 - 2008

1986 - 2008

2005 - 2008

1960 - 2008

Puncak

maksimum

Puncak

minimum

hitung

nilai

puncak

dan

nilai

periode

Informasi

puncak

Informasi

periode

Demultiplexing parameter

Sinyal

terkode

Deteksi

sinyal

Pisahkan

periodik -

aperiodik

hening

Rekon

struksi

Non-

periodik

Rekonstruksi

periodik

Postfilter

+

PCM

Buffer

20 ms

Detektor

periode

Penelusuran

kode puncak

Penelusuran

kode periode

Kuantisasi

segmental

PCM

M

u

l

t

i

p

l

e

k

s

i

n

g

Detektor

sinyal

Pisahkan

bergetar dan

tak bergetar

Bukukode

puncak

Bukukode

periode

Sinyal

satu periode

Desimasi

LPF

Detektor

periode

Penelusuran

kode puncak

Penelusuran

kode periode

Kuantisasi

segmental

Sinyal

terkode

HPF

Pisahkan

bergetar dan

tak bergetar

Bukukode

puncak

Bukukode

periode

Sinyal

satu periode

Desimasi

Subframe 1

Subframe 2

LPF

Sinyal

audio

Buffer

20 ms

Penelusuran

Kode puncak

Penelusuran

Kode periode

_140038624.unknown

_140152292.unknown

_140157416.unknown

_140157800.unknown

_140158184.unknown

_140158952.unknown

_140159336.unknown

_140159720.unknown

_140160104.unknown

_140160488.unknown

_140427372.unknown

_140427756.unknown

_140428140.unknown

_140157032.unknown