Upload
hastiparlitasari
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bio
Citation preview
3. Pertumbuhan Allometrik dan Isometerik
Menurut Rahman (2009), pertumbuhan allometrik (allos = latin, metrik = pengukuran)
yaitu jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan diikuti perubahan bentuk
organisme. Pola pertumbuhan demmikian terdapat pada mamalia yang menunjukan hubungan
antara pertumbuhan dan perkembangan. Perbandingan relatif sebagai struktur dari pola
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pertumbuhan isotonik (iso = sama, metrik =
pengukuran) pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu organ tumbuh dengan pertumbuhan sisa
organ tubuh lainnya. Pada situasi yang demikian perubahan ukuran tubuh tidak disertai dengan
perubahan bentuk tubuh atau bentuk luar organisme tersebut.
Menurut Abdu (2010), pola pertumbuhan pada organisme dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Petumbuhan isometrik (iso = sama, metrik = mengukur).
Pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu organ tumbuhan dengan kecepatan rata-rata sama
dengan pertumbuhan sisa organ tubuh lainnya. Pada situasi yang demikian perubahan ukuran
tubuh tidak disertai dengan perubahan bentuk tubuh atau bentuk luar organisme tersebut.
Perbandingan ukuran tubuh dengan bentuk tubuh yang tetap sama, misalnya pada ikan. Pada
hewan kenaikan ukuran panjang sebesar % diikuti oleh kenaikan berat tubuh sebesar 33%.
b. Pertumbuhan Allometrik (Allos = lain, metrik = mengukur).
Yaitu jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan berbeda dengan kecepatan pertumbuhan sisa
tubuh lainnya. Perubahan ukuran akibat pertumbuhan dremikian terdapat pada mamalia yang
menakjubkan hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan.pertumbuhan allometrik atau heterometrikadalahperubahan bentuk kecil seperti panjang sirip dan tingkatkegemukan, tetapi morfologi seperti induknya jadiperubahan ini bersifat sementara yang berhubungandengan tingkat kematangan gonad.-Pertumbuhan isometrik atau isogenikadalah perubahansecara terus menerus secara proporsional dalamtubuhnya.
2. factor kebiasaan makan ikan :
- Ukuran makanan : ada beberapa ikan yang mengkonsumsi jenis pakan kecil dan jenis pakan besar, tergantung bentuk mulut dan giginya
- Ketersediaan makanan : makanan yang tersedia di habitat mempengaruhi ketahanan daya hidup ikan
- Warna makanan : warna makanan yang menarik atau mencolok bisa mempengaruhi nafsu makan ikan
- Musim : ada ikan yang hidup di 2 musim dan ikan di 4musim, kedua jenis ikan ini berbeda dalam kebiasaan makannya
- Umur, tempat dan waktu makan : (umur)ikan yang masih juvenile (0-3bulan) hanya mengkonsumsi pakan sejenis plankton, sedangkan ketika dewasa jenis pakan tergantung bentuk mulutnya
(tempat) ikan hidup di habitat pelagis dan demersal, kedua wilayah tersebut mempengaruhi jenis pakan bagi ikan
(waktu) diurnal ikan yang aktif mencari pakan di siang hari dan nocturnal ikan yg aktif mencari makan di malam hari
4. pengertian ruaya : Ruaya merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan. Studi mengenai ruaya ikan menurut Cushing(1968) merupakan hal yang fundamental untuk dunia perikanan karena dengan mengetahui lingkaran ruaya ikan akan diketahui daerah dimana stok atau sub populasi itu hidup. Ruaya ini mempunyai arti penyesuaian, peyakinan terhadap kondisi yang menguntungkan untuk eksistensi dan untuk reproduksi spesies.Menurut Chimit (1960) dalam Effendie (1997) tidak semua ikan melakukan ruaya. Ada ikan bukan peruaya yaitu ikan yang tidak pernah meninggalkan habitatnya. Ikan peruaya pada waktu tertentu meninggalkan habitatnya untuk melakukan aktivitas tertentu, sehingga ada beberapa spesies ikan mempunyai daerah ruaya yang berbeda baik secara musiman maupun pada tahapan perkembangan hidup.
Diadrom : ikan melakukan ruaya untuk Berpijah
Amfidrom : ikan melakukan ruaya untuk mencari makanan
5.
1. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang
punggung, testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai
abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2. Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah.
Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah.
Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
3. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna
kemerah merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira
setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk
putih.
4. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada
sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye
kemerah-merahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya
bulat telur. Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah.
5. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih,
keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,
beberapa dari telur ini jernih dan masak.
6. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut.
Kebanyakan telur berwarna jerinih dengan beberapa yang berbentuk
bulat telur tinggal dalam ovarium.
7. Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang
bulat telur.
8. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah,
Sedangkan pengamatan Tingkat Kematangan Gonad menurut Nikolsky (1969) yaitu :
1. Tidak Masak. Individu masih belum berhasrat mengadakan reproduksi.
Ukuran gonad kecil.
2. Masa Istirahat. Produk seksual belum berkembang. Gonad
berukurankecil, telur tidak dapat dibedakan oleh mata.
3. Hampir Masak. Telur dapat dibedakan oleh mata. Testes berubah dari
transparan menjadi warros/kemerah-merahan.
4. Masak. Produk seksual masak, mencapai berat maksimum tetapi
produk tersebut belum keluar bila diberi sedikit tekanan pada perut.
5. Reproduksi. Produk seksual akan menonjol keluar dari lubang pelepasa
bila perut sedikit ditekan. Berat gonad cepat menurun sejak
permulaan berpijah sampai pemijahan selesai.
6. Keadaan Salin. Produl seksual telah dikeluarkan, lubang genitak
berwarna kemerahan. Gonad mengempis, ovarium berisi beberapa
telur sisa. Testis juga berisi sperma sisa.
7. Masa Istirahat. Produk seksual telah dikeluarkan, warna kemerah-
merahan pada lubang genital telah pulih. Gonad kecil dan telur belum
terlihat oleh mata.
Nomer 7. Dalam analisis fekunditas metode yang digunakan adalah metode gabungandari beberapa metode yang ada yaitu :
1. Mengitung langsung satu persatu telur ikan2. Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur X : x = V : vKeterangan :
X : Jumlah telur yang akan dicariX : Jumlah telur contohV : Volume seluruh gonadV : Volume gonad contoh3. Metode gravimetrik, prinsipnya sama dengan volumetrik, bedanya
hanya pada ukuran volume diganti dengan ukuran berat.4. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik).Keterangan :F : FekunditasG : Berat gonad totalV : Volume pengenceranX : Jumlah telur yang ada dalam 1 ccQ : Berat telur contoh
Nomer 8 .
Faktor biotik :
- Produsen yaitu tumbuhan air yang berakar maupun tumbuhan terapung dan
fitoplankton
- Organisme-organisme konsumen seperti zooplankton, serangga pemangsa dan
ikan
- Organisme – organisme decomposer, seperti bakteri air, flagelata
Factor abiotic :
- Cahaya matahari sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan
organisme dalam habitatnya
- Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
- Tanah tempat hidup organisme
- Ketinggian menentukan jenis organisme di suatu habitat
- Angina berperan menentukan kelembapan dan dalam penyebaran biji tumbuhan
tertentu
- Suhu, mempengaruhi metabolism organisme
- Kedalaman, mempengaruhi jumlah dan jenis hewan makrobenthos
- Ph, derajat asam atau basa suatu perairan
- DO, penting untuk melangsungkan metabolism
- Nitrogen sebagai penyusun protein dan klorofil
6. Penentuan umur suatu individu ikan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu : (1) Cara langsung, cara ini hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan budidaya, (2) Cara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang masih hidup diperairan alami. Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu : (1) Dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau harian (Sirkulus) pada bagian-bagian tubuh yang keras, (2) Metoda prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran panjang tubuh ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada individu-individu spesies ikan yang hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006)Metoda penentuan umur dengan memperhatikan tanda-tanda tahunan pada bagian tubuh yang keras ini selalu dilakukan pada daerah subtropis (4 musim). Karena ikan-ikan yang hidup didaerah subtropis sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya, dimana pada musim dingin pertumbuhan tubuh ikan hampir terhenti atau lambat sama sekali. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan pada sisik, vertebrae, tulang, operculum, duri sirip dan tulang otolith yang menyebabkan terbentuknya susunan sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnya membentuk annulus