Upload
lytruc
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI BALI
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI
NOMOR : 075/5690/B.Pem
NOMOR : 910/2819/DPRD
TANGGAL : 8 Oktober 2010
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2011
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Made Mangku Pastika Jabatan : Gubernur Bali Alamat Kantor : Jln. Basuki Rahmat Niti Mandala Renon Denpasar
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Provinsi Bali
2. a. Nama : A. A. Ngurah Oka Ratmadi, SH Jabatan : Ketua DPRD Provinsi Bali
Alamat Kantor : Jln. Dr. Kusumaatmaja Niti Mandala Renon Denpasar
b. Nama : I Ketut Suwandhi, S.Sos Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali.
Alamat Kantor : Jln. Dr. Kusumaatmaja Niti Mandala Renon Denpasar
c. Nama : I Gusti Bagus Alit Putra, S.Sos, M.Si Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali.
Alamat Kantor : Jln. Dr. Kusumaatmaja Niti Mandala Renon Denpasar
d. Nama : Ida Bagus Putu Sukarta, SE Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali.
Alamat Kantor : Jln. Dr. Kusumaatmaja Niti Mandala Renon Denpasar
sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali.
NOMOR
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati
bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk selanjutnya dijadikan
sebagai dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun
Anggaran 2011.
Berdasarkan hal tersebut diatas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum
APBD yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 2011, Kebijakan
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah, yang menjadi dasar dalam
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Anggaran
2011.
Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2011 disusun dalam
Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota
Kesepakatan ini.
Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2011.
Denpasar, 8 Oktober 2010
GUBERNUR BALI
Selaku,
PIHAK PERTAMA
Made Mangku Pastika
PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH PROVINSI BALI
Selaku,
PIHAK KEDUA
A. A. Ngurah Oka Ratmadi, SH
KETUA
I Ketut Suwandhi, S.Sos WAKIL KETUA
I Gusti Bagus Alit Putra, S.Sos, M.Si WAKIL KETUA
Ida Bagus Putu Sukarta, SE
WAKIL KETUA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 3
1.3 Dasar Hukum ........................................................................ 3
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ................................ 4
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2010
................................................................................................. 4
2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Tahun 2011 ....................... 6
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) ........................................................................................................ 8
3.1 Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBD ....................... 8
3.2 Laju Inflasi .............................................................................. 8
3.3 Pertumbuhan PDRB ............................................................... 8
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH ........................................................................................ 9
4.1 Pendapatan Daerah ............................................................... 9
4.1.1 Kebijakan Pendapatan Daerah yang akan dilaksanakan
pada tahun anggaran 2011 .......................................... 9
4.1.2 Target Pendapatan Daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah ......................................................... 10
4.1.3 Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target
Pendapatan ................................................................... 11
4.2 Belanja Daerah ....................................................................... 11
4.2.1 Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah ..................... 11
Halaman
4.2.2 Kebijakan Belanja Tak Langsung (Pegawai, Bunga, Subsidi,
Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan
Keuangan Dan Belanja Tidak Terduga) ....................... 12
4.2.3 Kebijakan Belanja Langsung sesuai Urusan dan Satuan
Kerja Perangkat Daerah ............................................... 14
4.3 Pembiayaan Daerah ............................................................... 15
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan ............................ 15
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan ........................... 15
4.4 Kendala, Strategi, dan Prioritas Pembangunan 2011 ............ 15
4.4.1 Kendala ........................................................................ 15
4.4.2 Strategi ......................................................................... 16
4.4.3 Prioritas ......................................................................... 17
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Sebagaimana diatur secara konstitusional dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945, Indonesia adalah Negara Hukum. Konsekuensi negara hukum
mewajibkan setiap peraturan yang dibuat harus mencerminkan rasa keadilan dan kepastian
hukum sesuai kaidah hukum bangsa Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, peraturan
dan perundang-undangan yang merupakan instrumen hukum pemerintahan dan
peraturan/perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi sesuai dengan teori penjenjangan
norma hukum.
Pemerintah daerah diberi wewenang secara konstitusional sebagaimana diatur dalam
Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 untuk menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lainnya untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan sebagaimana diatur dalam pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1945.
Daerah sesuai prinsip desentralisasi diberikan hak memperoleh sumber keuangan
berupa kepastian tersedianya pembiayaan dari pemerintah sesuai dengan urusan
pemerintahan yang diserahkan seperti kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak
dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya
nasional yang berada di daerah, hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan
sumber-sumber pendapatan lain yang sah.
Dengan demikian Kepala Daerah bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan
daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah daerah guna mewujudkan masyarakat
yang sejahtera di daerah. Secara yuridis daerah diberi hak berdasarkan peraturan perundang-
undangan untuk mengelola keuangan dengan cara menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Pemerintah dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban dan
tanggungjawabnya atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat
menetapkan kebijakan daerah yang dirumuskan antara lain dalam peraturan daerah,
peraturan kepala daerah, keputusan kepala daerah, dan ketentuan lainnya termasuk
Kebijakan Umum APBD (KUA).
Kebijakan Umum APBD (KUA) Provinsi Bali Tahun 2011 adalah salah satu dokumen
perencanaan pembangunan yang disusun dalam rangka proses perencanaan pembangunan
tahunan, pada tahun 2011. Dalam pasal 83 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa Kepala Daerah menyusun rancangan KUA
berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri.
Sesuai ketentuan tersebut maka KUA merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Bali. Dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali
Tahun 2008 – 2013 mengamanatkan bahwa RPJMD memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program SKPD, lintas SKPD dan
program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan pendanaan
yang bersifat indikatif. Sesuai dengan ketentuan tersebut maka KUA yang disusun harus
bersinergi dengan RPJMD yang telah disusun.
Sesuai ketentuan dalam pasal 85 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, rancangan KUA memuat ; kondisi ekonomi
makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja
daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya. Selanjutnya dalam pasal
87 ayat (1) disebutkan Rancangan KUA disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. KUA
ditetapkan dengan Nota Kesepakatan antara Gubernur dengan DPRD Provinsi. Dalam kaitan
tersebut, maka KUA akan menjadi dokumen perencanaan pembangunan yang secara politis
menjembatani Peraturan Gubernur tentang RKPD Provinsi Bali Tahun 2011 dengan
penyusunan RAPBD Provinsi Bali Tahun 2011.
1.5 Tujuan
Tujuan penyusunan KUA adalah untuk memenuhi kewajiban penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Disamping itu KUA berfungsi sebagai
pedoman dalam penyusunan PPAS dan RAPBD yang selanjutnya akan dijadikan pedoman
dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
1.6 Dasar Hukum
Dasar hukum yang mengatur sistem, mekanisme, proses, dan prosedur penyusunan
KUA pada khususnya serta perencanaan dan penganggaran daerah pada umumnya adalah :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011;
7. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Provinsi Bali Tahun 2005 – 2025;
8. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Bali Tahun 2008– 2013.
BAB II
KERANGKA MAKRO EKONOMI DAERAH
2.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Daerah Tahun 2010
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Provinsi Bali Tahun 2011 bahwa kebijakan makro ekonomi daerah Bali tahun 2011 diarahkan
pada peningkatan pembangunan sosial ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha untuk
mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Disamping itu, diupayakan pengurangan
ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat serta peningkatan peranan sektor-
sektor unggulan dan kontribusi sektor-sektor perekonomian daerah.
Meningkatnya investasi swasta/swadaya masyarakat diharapkan mampu memacu
pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu diperlukan peningkatan reformasi birokrasi dan tata
kelola pemerintahan yang lebih baik, kepastian hukum, jaminan keamanan serta penyediaan
infrastruktur, guna memacu pertumbuhan ekspor bagi produk lokal serta meningkatkan daya
saing di pasaran internasional.
Sesuai dengan kebijakan makro ekonomi tersebut diatas dan berdasarkan kondisi,
potensi dan permasalahan yang dihadapi serta memperhatikan perkembangan perekonomian
yang telah dicapai, maka perkiraan makro ekonomi tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi daerah Bali pada tahun 2010 direncanakan sebesar 5,66%.
Untuk mencapai angka tersebut maka peranan investasi, ekspor dan konsumsi rumah tangga
yang dibentuk oleh sektor primer (pertanian), sekunder (industri, listrik, gas, air bersih dan
bangunan) dan sektor tersier (perdagangan, hotel, restoran, angkutan, perbankan dan jasa-
jasa) hendaknya ditingkatkan.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto adalah total nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh
produksi sektor-sektor ekonomi. PDRB daerah Bali tahun 2010 atas dasar harga berlaku
diperkirakan mencapai Rp. 62,12 Trilyun. Target tersebut akan dapat diwujudkan apabila
produksi dapat ditingkatkan dan harga-harga relatif stabil.
3. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian daerah Bali sangat bertumpu pada industri pariwisata sebagai
sektor tersier dengan kontribusi sebesar 64,60%, sedangkan sektor primer memberikan
kontribusi 18,67% dan sektor sekunder sebesar 16,73%. Untuk menjaga stabilitas
perekonomian daerah Bali diupayakan peranan sektor primer dan sekunder lebih ditingkatkan
untuk memperkuat daya handal perekonomian daerah. Strategi ini perlu dimantapkan dalam
upaya mengawal pertumbuhan industri pariwisata yang rentan terhadap dampak berbagai isu
baik lokal, regional maupun internasional.
4. PDRB Perkapita
Berdasarkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2010 sebesar 5,66%
maka PDRB perkapita direncanakan sebesar Rp.17,33 juta/tahun dengan asumsi
pertumbuhan penduduk mencapai 1,0%. Untuk mengurangi kesenjangan sosial maka perlu
diupayakan adanya pemerataan pendapatan antar kelompok masyarakat.
5. Inflasi
Untuk menjaga stabilitas perekonomian daerah maka inflasi perlu dikendalikan agar
berkisar antara 5 ± 1% khususnya pengendalian harga barang-barang kebutuhan pokok
masyarakat.
6. Kesempatan Kerja
Jumlah angkatan kerja diperkirakan mencapai 2.147,5 ribu orang dan sekitar 2,08 juta
orang akan mampu terserap melalui pembukaan kesempatan kerja, sehingga pengangguran
pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 3,16%.
7. Kemiskinan
Melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan serta perkirakan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,66%, maka jumlah penduduk miskin di daerah Bali pada
tahun 2010 diperkirakan mencapai 174.510 orang atau 4,88% turun jika dibandingkan
dengan tahun 2009 sebanyak 181.720 orang atau sebesar 5,13%.
2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Tahun 2011
Sesuai dengan kebijakan makro ekonomi yang telah ditetapkan dan berdasarkan
kondisi, potensi dan permasalahan yang dihadapi serta memperhatikan perkembangan
perekonomian yang telah dicapai, maka proyeksi makro ekonomi Bali tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Ekonomi
Melihat capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 5,33% dan perkiraan
pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 5,66%, maka pertumbuhan ekonomi Bali pada
tahun 2011 ditargetkan sebesar 6,36%. Untuk mencapai angka tersebut maka investasi yang
dibutuhkan sebesar Rp 15,79 trilyun.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Bali tahun 2011 ditetapkan pada kisaran Rp.70,19 trilyun, target tersebut akan
dapat diwujudkan apabila produksi daerah mampu ditingkatkan dan harga-harga relatif stabil.
3. Struktur Ekonomi
Pada tahun 2011 struktur perekonomian Bali masih sangat bertumpu pada sektor
tersier (perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, perbankan, dan
jasa-jasa) dengan kontribusi sebesar 64,24%, sektor primer (pertanian dan pertambangan)
memberikan kontribusi sebesar 18,71% dan sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas,
air bersih dan bangunan) sebesar 17,05%.
4. PDRB Perkapita
Berdasarkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2011 yang ditargetkan
sebesar 6,36%, maka PDRB perkapita ditargetkan sebesar Rp.19,40 juta/tahun dengan
asumsi pertumbuhan penduduk mencapai 1,0%. Jika dirinci menurut golongan pendapatan
penduduk maka PDRB perkapita untuk 40% penduduk golongan pendapatan terendah
diperkirakan mencapai Rp. 10,98 juta/tahun, 40% golongan pendapatan sedang mencapai
Rp. 19,03 juta/tahun, dan untuk 20% penduduk golongan pendapatan tertinggi mencapai Rp.
36,98 juta/tahun.
5. Inflasi
Untuk menjaga stabilitas perekonomian daerah maka inflasi pada tahun 2011 perlu
dikendalikan pada kisaran 5 ± 1% khususnya terhadap harga barang-barang kebutuhan
pokok masyarakat.
6. Kesempatan Kerja
Dari proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 3,617 juta jiwa, jumlah
angkatan kerja diperkirakan sebesar 2,17 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka
(pencari kerja) mencapai 2,90 % dari angkatan kerja.
7. Kemiskinan
Melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan serta perkirakan
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,36%, maka jumlah penduduk miskin di daerah Bali pada
tahun 2011 diperkirakan mencapai 142.630 orang atau 3,95% turun jika dibandingkan
dengan tahun 2010 sebanyak 174.510 orang atau sebesar 4,88%.
8. Investasi
Jumlah investasi riil yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah
Bali pada tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp. 15,79 Trilyun, yang terdiri dari investasi
pemerintah sebesar Rp. 2,63 Trilyun, dan investasi swasta/rumah tangga sebesar Rp.13,15
Trilyun. Apabila dilihat dari peran pemerintah secara keseluruhan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi daerah Bali maka dibutuhkan anggaran sebesar Rp.10,02 Trilyun yang
berasal dari investasi riil dan konsumsi pemerintah.
9. Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 6,36% maka jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara tahun 2011 ditargetkan 2,45 juta orang dengan rata-rata
pengeluaran per hari mencapai Rp. 2,69 juta serta rata-rata lama tinggal di Bali selama 9,3
hari.
10. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Bali pada tahun 2011 direncanakan
sebesar 71,62 dengan beberapa komponen pembentuknya yaitu angka harapan hidup
mencapai 70,70 tahun, angka melek huruf 87,71% dari penduduk umur 15 tahun ke atas,
rata-rata lama sekolah 7,86 tahun dan daya beli sebesar Rp. 631.520 /bulan.
BAB III
ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
3.1 Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang mempengaruhi APBD adalah (1) Kondisi ekonomi tetap stabil, (2)
Penerimaan daerah tidak mengalami penurunan, (3) Perkembangan industri kepariwisataan
semakin membaik, (4) Tidak terjadinya kenaikan harga BBM, (5) Kinerja ekspor non migas
semakin meningkat, (6) Stabilitas keamanan semakin kondusif.
Asumsi non makro yang diduga akan berpengaruh juga terhadap APBD adalah
adanya upaya peningkatan kinerja Birokrasi di jajaran Pemerintah Provinsi Bali dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah pada seluruh aspek dan bidang pembangunan.
3.2 Laju Inflasi
Laju inflasi di tahun 2011 diperkirakan mencapai 5 ± 1 persen. Perkiraan ini ditujukan
agar sektor riil mampu bergerak normal misalnya harga bahan baku tidak begitu bergejolak
sehingga aktivitas ekonomi lancar. Membaiknya aktivitas ekonomi tentunya berimbas pada
peningkatan pendapatan daerah.
3.3 Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2011 ditargetkan sebesar 6,36%, lebih tinggi dari
perkiraan tahun 2010 yang mencapai kisaran 5,66%. Asumsi ini digunakan karena gejolak
krisis ekonomi global yang mendorong penurunan ekspor pada tahun 2009 diharapkan sudah
pulih. Perkiraan pertumbuhan ini nantinya mendorong total PDRB Provinsi Bali mencapai
Rp.70,19 Trilyun, sehingga PDRB Perkapita mencapai Rp. 19,40 juta per tahun.
Peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan tentunya mendorong pendapatan daerah dari
sisi pajak, retribusi maupun penerimaan lainnya. Perkiraan pertumbuhan ekonomi ini akan
memberikan dorongan yang signifikan bagi peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
4.1 Pendapatan Daerah
4.1.1 Kebijakan Pendapatan Daerah yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011
Berdasarkan pengkajian dan pembahasan bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah
(TAPD), maka penetapan target Pendapatan Asli Daerah Tahun 2011 telah berdasarkan pada
3 (tiga) hal, yaitu :
a. Realisasi pendapatan pada tahun yang lalu
b. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali
c. Potensi sumber pendapatan asli daerah
Berdasarkan ke tiga hal tersebut diatas, maka penetapan target Pendapatan Asli Daerah
Tahun 2011 sebesar Rp.1.249.491.623.353,00 telah mengalami peningkatan sebesar 14,88
% dari anggaran perubahan pendapatan tahun 2010 yang berjumlah
Rp.1.087.579.246.515,00 sedangkan dari anggaran induk (APBD) tahun 2010 yang
berjumlah Rp. 1.004.102.725.355,00 mengalami peningkatan sebesar 24,44%.
Terobosan yang dilakukan Dinas Pendapatan Provinsi Bali selaku Koordinator
Pendapatan Daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah yaitu melalui
kegiatan Ekstensifikasi pendapatan dan Intensifikasi pendapatan. Sesuai dengan amanat
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
ada 2 potensi pajak daerah utamanya pada Pajak Kendaraan Bermotor yang dapat
dikembangkan yaitu :
1. Pajak progresif (untuk kendaraan bermotor roda 4)
a. Kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama sebesar 1,5%
b. Kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua sebesar 2 %
c. Kepemilikan Kendaraan Bermotor ketiga sebesar 2,5%
d. Kepemilikan Kendaraan Bermotor keempat sebesar 3 %
e. Kepemilikan Kendaraan Bermotor kelima sebesar 3,5%
2. Pajak Kendaraan Bermotor untuk ambulans, pemadam kebakaran, kendaraan
lembaga sosial keagamaan dan kendaraan bermotor pemerintah/pemerintah daerah,
TNI, Polri sebesar 0,5 % (sebelumnya tidak pernah dikenakan pajak).
Untuk potensi kendaraan bermotor di air dan kendaraan bermotor alat-alat berat/besar
masih dalam proses penggalian data dan pengkajian yang mendalam sebagai potensi
sumber pendapatan asli daerah. Terhadap potensi Pajak Rokok belum bisa dipungut
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 potensi ini akan diberlakukan
mulai 1 Januari 2014.
4.1.2 Target Pendapatan Daerah Meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Dalam tahun anggaran 2011 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bali ditargetkan sebesar
Rp. 1.249.491.623.353,00 yang terdiri dari pendapatan yang bersumber dari pajak daerah
sebesar Rp. 1.101.873.289.000,00, retribusi daerah sebesar Rp.24.778.359.490,00, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp. 64.229.347.555,00 dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp.58.610.627.308,00. Dibandingkan APBD tahun
2010, target PAD 2011 meningkat sebesar Rp.245.388.897.998,00 atau 24,44%. Pendapatan
terbesar dari PAD bersumber dari pajak kendaraan bermotor dimana pajak ini akan sangat
tergantung pada kondisi perekonomian daerah. Selain PAD, penerimaan daerah juga
bersumber dari Dana Perimbangan yang jumlahnya ditargetkan sebesar Rp.
706.007.313.758,00 yang meliputi dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak sebesar
Rp.124.112.774.758,00 dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp.560.673.539.000,00.
Besarnya dana perimbangan yang dialokasikan untuk daerah Bali tergantung dari
kemampuan dan kebijakan pemerintah pusat dengan mempertimbangkan beberapa kriteria
yang ditetapkan antara lain; luas wilayah, jumlah penduduk dan kemajuan ekonomi daerah.
Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2011 ditargetkan sebesar Rp.21.221.000.000,00.
Dibandingkan APBD tahun 2010, penerimaan dana perimbangan tahun 2011 meningkat
sebesar Rp.67.914.151.499,00 atau 10,64%. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
ditargetkan sebesar Rp. 188.019.294.816,00 terdiri dari Hibah sebesar
Rp.3.538.318.000,00,Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
(Pajak Hotel dan Restaurant) sebesar Rp.103.226.250.000,00 dan Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah Daerahnya Lainnya sebesar Rp. 81.254.726.816,00. Dibandingkan
dengan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah APBD tahun 2010 sebesar
Rp.192.687.197.996,00 terjadi penurunan sebesar Rp.4.667.903.180,00 atau 2,42% sehingga
secara total rencana pendapatan daerah tahun 2011 adalah sebesar
Rp.2.143.518.231.927,00.
4.1.3 Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Pendapatan
Untuk memantapkan pendapatan daerah agar rencana belanja pemerintah daerah
tidak terganggu maka pemerintah daerah melakukan upaya-upaya antara lain :
a. Mengintensifkan pendapatan dari pajak maupun retribusi melalui peningkatan manajemen
pajak dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.
b. Memperjuangkan peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari dana
perimbangan kepada pemerintah pusat.
c. Menggali sumber-sumber pendapatan yang baru melalui pengembangan potensi daerah.
d. Memperjuangkan pendapatan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus untuk
pelestarian adat dan budaya serta lingkungan hidup selain infrastruktur.
e. Menjaga dan mengembangkan perekonomian daerah untuk meningkatkan pendapatan
dan daya beli masyarakat.
4.2 Belanja Daerah
4.2.1 Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah
Kebijakan Belanja Daerah disusun berdasarkan upaya untuk mengatasi permasalahan
pembangunan yang bersifat mendasar meliputi empat bidang prioritas, yaitu; Bidang
Pendidikan, Bidang Kesehatan, Bidang Ekonomi, dan Bidang Lingkungan dengan tujuan
untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan
dan pengurangan pengangguran. Selain ke-empat bidang tersebut juga difokuskan pada
upaya mendorong program/kegiatan prioritas pada bidang-bidang lainnya, terutama
program/kegiatan prioritas yang secara langsung berpengaruh pada upaya mewujudkan Bali
Mandara. Disamping itu, penyusunan belanja daerah juga diprioritaskan untuk menunjang
efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kebijakan belanja daerah adalah dalam rangka memenuhi beban pengeluaran atas
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung yang meliputi
belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil
kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada
kabupaten/kota dan pemerintah desa dan belanja tak terduga. Belanja Tidak Langsung
pada tahun 2011 direncanakan sebesar Rp.1.721.708.747.942,70 meningkat dari APBD
tahun 2010 yang berjumlah Rp.1.525.461.669.437,00 atau meningkat sebesar Rp.
196.247.078.505,70 (12,86%).
Belanja Langsung yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta
belanja modal. Kebijakan belanja langsung dimaksudkan untuk membiayai seluruh kegiatan-
kegiatan pembangunan dalam tahun 2011 baik yang bersifat prioritas maupun penunjang
dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan dan pemecahan masalahnya. Belanja
langsung direncanakan sebesar Rp. 762.188.088.165,00, meningkat dari APBD Tahun 2010
yang berjumlah Rp.580.589.382.498,00 atau meningkat sebesar Rp.181.598.705.667,00
(31,28 %)
Secara keseluruhan Total Belanja yang direncanakan dalam tahun 2011 sebesar
Rp.2.483.896.836.107,70 meningkat sebesar Rp. 377.845.784.172,70 (17,94%) dibandingkan
dengan APBD tahun 2010 yang berjumlah
Rp.2.106.051.051.935,00.
Mengingat total pendapatan sebesar Rp. 2.143.518.231.927,00 lebih kecil dari total
belanja sebesar Rp.2.483.896.836.107,70 sehingga mengalami Defisit sebesar Rp.
340.378.604.180,70 yang akan dibiayai dari SiLPA Tahun Anggaran 2010.
4.2.2 Kebijakan Belanja Tak Langsung (Belanja Pegawai, Belanja Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan Dan Belanja Tidak Terduga)
a. Belanja Pegawai
Belanja pegawai pada tahun 2011 direncanakan sebesar
Rp.644.936.165.188,70 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah
Rp.545.180.601.983,00, atau meningkat sebesar Rp.99.755.563.205,70 (18,30%). Hal
ini disebabkan adanya pengangkatan pegawai harian daerah menjadi CPNS, adanya
kebijakan kenaikan gaji pegawai dari Pemerintah Pusat, adanya kenaikan gaji berkala
dan kenaikan pangkat pegawai. Disamping itu honorarium pengelola keuangan daerah
mulai tahun 2010 yang awalnya tidak masuk dalam Belanja Pegawai sekarang masuk
dalam komponen Belanja Pegawai.
b. Belanja Subsidi
Kebijakan belanja subsidi diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian
berupa subsidi pupuk dan Alat Mesin atau traktor. Besaran belanja subsidi tahun 2011
ini direncanakan sebesar Rp. 4.480.000.000,00 menurun dari subsidi tahun 2010
sebesar Rp. 5.695.000.000,00 atau menurun sebesar Rp. 1.215.000.000,00 (21,33%).
c. Belanja Hibah
Belanja Hibah diarahkan untuk mendukung fungsi penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang dilakukan oleh pemerintah/instansi vertikal, semi
pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah serta masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditentukan peruntukannya.
Belanja Hibah dalam tahun 2011 direncanakan sebesar Rp.216.814.301.695,00, turun
sebesar Rp. 11.303.974.964,00 (4,96%) dibandingkan dengan APBD tahun 2010 yang
berjumlah Rp.228.118.276.659,00.
d. Bantuan Sosial
Dalam rangka menjalankan fungsi pemerintah daerah dibidang
kemasyarakatan dan guna memelihara kesejahteraan masyarakat dalam skala
tertentu, pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada
kelompok/anggota masyarakat yang dilakukan secara selektif, tidak mengikat. Dalam
penetapan besaran bantuannya sejalan dengan jiwa Perpres Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Alokasi bantuan sosial dalam tahun
2011 direncanakan sebesar Rp.324.818.550.000,00, meningkat sebesar
Rp.16.325.600.000,00 (5,29%) dibandingkan dengan APBD tahun 2010 yang
berjumlah Rp.308.492.950.000,00.
e. Belanja Bagi Hasil
Kebijakan belanja bagi hasil dimaksudkan sebagai upaya pemerataan atas
pendapatan yang diperoleh dari pajak kepada seluruh kabupaten/kota di Bali dalam
rangka meningkatkan percepatan pembangunan diwilayah masing-masing. Belanja
bagi hasil dalam tahun 2011 direncanakan sebesar
Rp.475.286.523.059,00 meningkat sebesar Rp. 69.350.552.264,00 (17,08%)
dibandingkan dengan APBD Tahun 2010 yang berjumlah Rp.405.935.970.795,00.
f. Belanja Bantuan Keuangan
Kebijakan bantuan keuangan kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota/Pemerintah Desa diarahkan untuk mengatasi kesenjangan fiskal,
membantu pelaksanaan urusan Pemerintah Kabupaten/Kota dan pemerintahan Desa
dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan. Bantuan keuangan
direncanakan sebesar Rp.35.373.208.000,00, meningkat sebesar Rp.
13.334.338.000,00 (60,50%) apabila dibandingkan dengan APBD tahun 2010 sebesar
Rp.22.038.870.000,00.
g. Belanja Tak Terduga
Kebijakan belanja tak terduga diarahkan untuk membiayai estimasi kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah
daerah, serta tidak bisa/tanggap darurat yang tidak diharapkan berulang dan belum
tertampung dalam bentuk program dan kegiatan. Belanja tak terduga dianggarkan
sebesar Rp. 20.000.000.000,00 meningkat sebesar Rp. 10.000.000.000,00. dari tahun
2010.
4.2.3 Kebijakan Belanja Langsung Sesuai Urusan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Untuk membiayai Urusan Wajib
direncanakan alokasinya sebesar Rp. 710.109.888.490,00 sedangkan untuk Urusan Pilihan
sebesar Rp. 52.078.199.675,00.
Mengenai kebijakan belanja berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dilaksanakan secara proporsional sesuai tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan serta
permasalahan yang ditangani sesuai kemampuan keuangan daerah. Alokasi anggaran
belanja untuk SKPD harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan.
4.3 Pembiayaan Daerah
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
tahun anggaran sebelumnya yang besarnya diperkirakan mencapai Rp.340.378.604.180,70
pada tahun 2011, yang diperoleh dari pelampauan target pendapatan dan efesiensi
penggunaan anggaran.
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk menutupi kekurangan dana baik untuk
keperluan belanja langsung maupun belanja tidak langsung, sehingga antara pendapatan
dengan belanja terjadi keseimbangan. Pengeluaran pembiayaan untuk tahun 2011 tidak
direncanakan Dengan demikian masih terdapat pembiayaan neto sebesar Rp.
340.378.604.180,70 untuk menutupi defisit tahun 2011.
4.4 Kendala, Strategi, dan Prioritas Pembangunan 2011
4.4.1 Kendala
Berbagai kemajuan memang telah dicapai tahun 2009 dan perkiraan tahun 2010, namun
dirasakan permasalahan/kendala masih tetap ada dan memerlukan upaya pemecahan dalam
tahun 2011. Adapun kendala tersebut antara lain :
1) Dari sisi demografi, tingginya angka pertambahan penduduk sebagai akibat
pertumbuhan (kelahiran) dan migrasi masuk ke daerah Bali yang cukup besar,
mengakibatkan jumlah penduduk di Provinsi Bali semakin padat. Hal ini membawa
konsekuensi terhadap peningkatan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan.
Jumlah penduduk yang terlalu besar akan membawa dampak pada terjadinya
kerawanan sosial, ancaman terhadap ketentraman dan ketertiban daerah, serta
pengangguran yang semakin meningkat. Sedangkan dari aspek sosial lainnya
seperti pendidikan dan kesehatan masih perlu ditingkatkan kualitasnya, demikian
juga dalam penanganan masalah kependudukan.
2) Dari sisi ekonomi sudah menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik,
namun masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan capaian target-target
indikator ekonomi agar dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu
karakteristik perekonomian daerah Bali yang sangat dominan dipengaruhi oleh
sektor pariwisata sedangkan sektor pertanian semakin terdesak. Menurunnya
peranan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Bali, disebabkan antara lain
banyaknya alih fungsi lahan dan terjadi penurunan minat masyarakat petani dalam
mengolah lahan pertanian. Sedangkan sektor pariwisata sangat rentan terhadap
gangguan keamanan, isu lingkungan termasuk penyakit menular, maka otomatis
akan berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi daerah. Kendala lainnya dipengaruhi
pula oleh belum mantapnya beberapa kebijakan pemerintah pusat dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, dan dampak perkembangan ekonomi
global.
3) Sedangkan dari aspek pengembangan wilayah, masih terjadinya ketimpangan
pembangunan antar wilayah Kabupaten/Kota se-Bali. Ketimpangan ini disebabkan
oleh tidak meratanya potensi sumber daya yang dimiliki oleh setiap Kabupaten/Kota.
4.4.2 Strategi
Untuk mengatasi kendala tersebut maka strategi pembangunan daerah Bali antara lain
adalah :
1) Memantapkan pembangunan ekonomi melalui pencapaian target-target makro
ekonomi yang berkualitas dan berkeadilan sebagai upaya untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran.
2) Terkait dengan indikator struktur ekonomi khususnya dalam upaya meningkatkan
kontribusi sektor primer, perlu ditempuh langkah-langkah; optimalisasi pemanfaatan
lahan, penerapan teknologi, penguatan SDM, dan perlindungan terhadap lahan
pertanian berkelanjutan dan penyiapan infrastruktur.
3) Memberikan peluang yang lebih besar bagi penduduk miskin untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan pembangunan.
4) Meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan
dan sarana prasarana pendukungnya.
5) Menciptakan suasana yang lebih kondusif baik keamanan maupun prosedur
birokrasi untuk mendorong investasi dan pertumbuhan sektor unggulan daerah.
6) Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan adat dan budaya daerah sebagai
landasan bagi pembangunan daerah Bali.
4.4.3 Prioritas
Berdasarkan pada kondisi dan permasalahan maka prioritas pembangunan daerah pada
tahun 2011 adalah :
Prioritas 1 : Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran
Prioritas 2 : Peningkatan Akses dan Mutu Layanan Pendidikan dan Kesehatan
Prioritas 3 : Pemantapan Ketahanan Pangan
Prioritas 4 : Peningkatan Daya Saing Pertanian, Industri Kecil, Pariwisata, UMKM
dan Koperasi
Prioritas 5 : Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pelestarian
Kebudayaan
Prioritas 6 : Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban, Pengelolaan Bencana
serta Pengamanan Terpadu Berstandar Internasional
Prioritas 7 : Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah
Prioritas 8 : Peningkatan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
BAB V
PENUTUP
Demikianlah Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam
penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun Anggaran 2011 yang disusun melalui berbagai
pendekatan yaitu :
a. Pendekatan politis, yaitu upaya untuk melibatkan lembaga DPRD dalam
penyusunan KUA yang ditetapkan dengan Nota Kesepakatan setelah melalui
pembahasan bersama antara DPRD dengan Pemerintah Provinsi Bali;
b. Pendekatan partisipatif, yaitu disamping dibahas dan disepakati oleh DPRD, KUA
merupakan penjabaran dari RKPD Provinsi Bali. RKPD adalah dokumen
perencanaan pembangunan yang penyusunannya melalui pembahasan dengan
melibatkan pemangku kepentingan dalam forum SKPD dan Musrenbang;
c. Pendekatan teknokratis, yaitu penyusunan KUA berdasarkan analisis kebutuhan
pembangunan sesuai dengan proyeksi perkembangan indikator makro ekonomi
dan perkiraan kemampuan keuangan daerah;
d. Pendekatan top-down, yaitu sinergi dan komitmen perencanaan pembangunan
daerah yang mengacu pada rencana pembangunan nasional sebagaimana
dituangkan dalam dokumen RPJPN, RPJMN dan RKP;
e. Pendekatan bottom-up, yaitu penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
untuk dituangkan kedalam program pembangunan daerah sebagai penjabaran dari
visi, misi dan program kepala daerah.
Selanjutnya dokumen KUA ini dituangkan ke dalam nota kesepakatan antara
Pemerintah Provinsi Bali dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali.