Upload
hadieu
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/11/2012
1
Nursyamsu Hidayat, Ph.D.
Civil Engineering Diploma Program
Vocational School Gadjah Mada University
Menghindari kemacetan akibat adanya konflik arus lalulintas
Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari simpang (kecil) untuk memotong jalan utama
Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalulintas akibat tabrakan antara kendaraan-kendaraan dari arah berlawanan
2
5/11/2012
2
3
Konflik utama
Konflik kedua
Arus kendaraan
Arus pedestrian
Arus terlawan: jika arus berangkat lurus dan belok kiri dari suatu pendekat terjadi pada fase yang sama dengan arus belok kanan dari pendekat yang ditinjau/dari arah berlawanan
Arus terlindung: jika tidak ada arus belok kanan dari pendekat, atau jika arus belok kanan diberangkatkan ketika lalulintas lurus dari arah berlawanan sedang menghadapi lampu merah.
4
5/11/2012
3
Kondisi dan Karakteristik Lalulintas
Type
O
Arus berangkat
terlawan
Keberangkatak dengan konflik antar gerak belok
kanan dan gerak lurus/belok kiri dari bagian pendekat
dengan lampu hijau pada fase yang sama
Type P Arus berangkat
terlindung
Keberangkatan tanpa konflik antara gerakan lalulintas
belok kanan dan lurus
LT Belok kiri Indeks untuk lalin yang belok kiri
LTOR Belok kiri langsung Indeks untuk lalin belok kiri yang diijinkan lewat pada
saat lampu merah
ST lurus Indeks untuk lalin yang lurus
RT Belok kanan Indeks untuk lalin belok kanan
T Pembelokan Indeks untuk lalin yang berbelok
PRT Rasio belok kanan Rasio untuk lalin ygn belok kekanan
Q Arus lalin
QO Arus melawan Arus lalin dalam pendekat yang berlawanan, yang
berangkat dalam fase hijau yang sama 5
Kondisi dan Karakteristik Lalulintas
QRTO Arus melawan
belok kanan
Arus dari lalin belok kanan dari pendekat yang
berlawanan
S Arus jenuh Besarnya keberangkatan antrian didalam suatu
pendekat selama kondisi yang ditentukan (smp/jam
hijau)
SO Arus jenuh dasar Besarnya keberangkatan antrian di dalam pendekat
selama kondisi ideal (smp/jam hijau)
DS Derajat kejenuhan Rasioa dari arus lalin terhadap kapasitas untuk suatu
pendekat (Q x c/S x g)
FR Rasio Arus Rasio arus terhadap arus jenuh (Q/S) dari suatu
pendekat
IFR Rasio arus
simpang
Jumlah dari rasio arus kritis (=tertinggi) untuk semua
fase sinyal yang berurutan dalam suatu siklus
C Kapasitas Arus lalin maksimum yang dapat dipertahankan
D Tundaan Waktu tempuh tambahan yg diperlukan untuk melalui
simpang dibandingkan tanpa melalui simpang 6
5/11/2012
4
Kondisi dan Karakteristik Lalulintas
QL Panjang antrian Panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat (m)
NQ Antrian Jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat
(kend.; smp)
NS Angka henti Jumlah rata-rata berhenti per kendaraan
PSV Rasio kendaraan
terhenti
Rasio dari arus lalin yang terpaksa berhenti sebelum
melewati garis henti akibat pengendalian sinyal
7
Kondisi dan Karakteristik Geometrik
Pendekat Daerah dari suatu lengan persimpangan jalan untuk
kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis
henti. (Bila gerakan lalu-lintas kekiri atau kekanan
dipisahkan dengan pulau lalu-lintas, sebuah lengan
persimpangan jalan dapat mempunyai dua pendekat.)
WA Lebar pendekat Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang
digunakan oleh lalu-lintas buangan setelah melewati
persimpangan jalan (m)
WMasuk Lebar masuk Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur
pada garis henti (m)
WKeluar Lebar keluar Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang
digunakan oleh lalu-lintas buangan setelah melewati
persimpangan jalan (m)
We Lebar efektif Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang
digunakan dalam perhitungan kapasitas (yaitu
dengan pertimbangan terhadap WA , WMASUK dan
WKELUAR dan gerakan lalu-lintas membelok; m) 8
5/11/2012
5
Kondisi dan Karakteristik Geometrik
L Jarak Panjang dari segmen jalan (m)
Grad Landai jalan Kemiringan dari suatu segmen jalan dalam arah
perjalanan (+/-; %)
9
Parameter Pengaturan Sinyal
i Fase Bagian dari siklus-sinyal dengan lampu-hijau
disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu
lintas (i = indeks untuk nomor fase
c Waktu siklus Waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal (sbg.
contoh, diantara dua saat permulaan hijau yang
berurutan di dalam pendekat yang sama; det.)
g Waktu hijau Waktu nyala hijau dalam suatu pendekat (det.)
gmax Waktu hijau
maksimum
Waktu hijau maksimum yang diijinkan dalam suatu
fuse untuk kendali lalu-lintas aktuasi kendaraan (det.)
gmin Waktu hijau
minimum
Waktu hijau minimum yang diperlukan (sbg.contoh,
karena penyeberangan pejalan kaki, det.)
All
Red
Waktu merah
semua
Waktu di mana sinyal merah menyala bersamaan
dalam pendekat-pendekat yang dilayani oleh dua fase
sinyal yang berturutan (det.)
Amber Waktu kuning Waktu di mana lampu kuning dinyalakan setelah hijau
dalam sebuah pendekat (det..) 10
5/11/2012
6
Parameter Pengaturan Sinyal
IG Antar Hijau Periode kuning+merah semua antara dua fase sinyal
yang berurutan (det)
LTI Waktu hilang Jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang
lengkap (det). Waktu hilang dapat juga diperoleh dari
beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu hijau
dalamsemua fase yang berurutan
11
Arus lalu-lintas (Q) untuk setiap gerakan
(belok-kiri QLT, lurus QST dan belok-
kanan QRT) dikonversi dari kendaraan
per-jam menjadi satuan mobil
penumpang (smp) per-jam dengan
menggunakan ekivalen kendaraan
penumpang (emp) untuk masing-masing
pendekat terlindung dan terlawan
12
5/11/2012
7
13
Jenis
Kendaraan
Emp untuk tipe pendekat
Terlindung Terlawan
LV 1.0 1.0
HV 1.3 1.3
MC 0.2 0.4
C = S * g/c • C : Kapasitas (smp/jam)
• S : arus jenuh, yaitu arus berangkat rata-rata dari
antrian dalam pendekat selama sinyal hijau
(smp/jam hijau)
• g : waktu hijau (detik)
• c : waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan
waktu perbahan sinyal yang lengkap
14
5/11/2012
8
Waktu hijau efektif = tampilan waktu
hijau – kehilangan awal + tambahan akhir
15
16
Waktu hijau efektif
Arus jenuh
Tambahan akhir Kehilangan
awal
Lengkung
arus efektif
Lengkung arus
sesungguhnya
Waktu Tampilan waktu hijau Antar hijau
(IG)
Fi (waktu ganti
awal fase)
Fk (waktu ganti
akhir fase)
merah semua kuning
Fase-fase untuk
gerakan
Fase-fase untuk
gerakan yang
berkonflik
Be
sa
r k
eb
era
ng
ka
tan
an
tria
n p
asa
su
atu
pe
rio
de
hij
au
je
nu
h p
en
uh
5/11/2012
9
Perancangan • Data: arus lalulintas harian (LHRT)
• Tugas: penentuan denah dan tipe pengaturan
Perencanaan • Data: denah dan arus lalin (per jam / per hari)
• Tugas: penentuan rencana yang disarankan
Pengoperasian • Data: rencana geometrik, fase sinyal, dan arus
lalin per jam
• Tugas: perhitungan waktu sinyal dan kapasitas
17
Jika hanya memiliki data LHRT, arus
rencana per jam dapat diperkirakan sbb
18
Tipe kota dan jalan Faktor persen k
k x LHRT = arus renc./jam
Kota > 1 juta penduduk
• Jalan pada daerah komersial & jalan arteri 7 – 8 %
• Jalan pada daerah permukiman 8 – 9 %
Kota ≤ 1 juta penduduk
• Jalan pada daerah komersial & jalan arteri 8 – 10 %
• Jalan pada daerah permukiman 9 – 12 %
5/11/2012
10
Jika distribusi gerakan membelok tidak
diketahui/diperkirakan, maka dapat
diasumsikan15% belok kanan dan 15%
belok kiri dari arus pendekat total.
19
20
LANGKAH A: DATA MASUKAN
A-1: Geometrik, pengaturan lalin dan
kondisi lingkungan
A-2: Kondisi arus lalu lintas
LANGKAH B: PENGGUNAAN SINYAL
B-1: Fase awal
B-2: Waktu antar hijau dan waktu
hilang
LANGKAH C: PENENTUAN WAKTU
SINYAL
C-1: Tipe pendekat
C-2: Lebar pendekat efektif
C-3: Arus jenuh dasar
C-4: Faktor-faktor penyesuaian
C-5: Rasio arus/arus jenuh
C-6: Waktu siklus dan waktu hijau
LANGKAH D: KAPASITAS
D-1: Kapasitas
D-2: Keperluan untuk perubahan
LANGKAH E: PERILAKU LALULINTAS
E-1: Persiapan
E-2: Panjang antrian
E-3: Kendaraan terhenti
E-4: Tundaan
PERUBAHAN
Ubah penentuan fase sinyal,
lebar pendekat, aturan
membelok, dsb
5/11/2012
11
21
SIG I Geometri, pengaturan lalin,
lingkungan
SIG II
SIG III
SIG IV
SIG V
Arus Lalu Lintas
Waktu antar hijau, Waktu hilang
Penentuan waktu sinyal, kapasitas
Tundaan, Panjang antrian, Jumlah
kendaraan terhenti
A-1
A-2
B-1
C-1-6
D-1-2
B-2
E-1-4
Formulir Isian / Perhitungan Langkah
Langkah A-1: Geometrik, pengaturan
lalin, dan kondisi lingkungan cukup
mudah, check form SIG-I
22
5/11/2012
12
Gunakan nilai emp sbb
23
Tipe kendaraan Emp
Pendekat terlindung Pendekat terlawan
LV 1.0 1.0
HV 1.3 1.3
MC 0.2 0.4
Rasio kendaraan
PLT = LT/Total (Rms 13)
PRT = RT/Total (Rms 14)
PUM = QUM/QMV (Rms 15)
Check form SIG-IV
24
5/11/2012
13
Untuk analisa operasional dan
perencanaan, disarankan membuat suatu
perhitungan rinci waktu antar hijau (form
SIG III). check page 2-43 MKJI
Untuk analisa perancangan, bisa sbb:
25
Ukuran simpang Lebar jalan rata-rata Nilai normal waktu
antar hijau
Kecil 6 – 9 m 4 detik /fase
Sedang 10 – 14 m 5 detik /fase
Besar ≥ 15 m ≥ 6 detik /fase
Tipe pendekat
26
5/11/2012
14
Lebar pendekat
27
Gambar C-2:1
Arus jenuh dasar (S0) untuk pendekat
tipe P • S0 = 600 x We smp/jam hijau
28
Gambar C-3:1
5/11/2012
15
Arus jenuh dasar (S0) untuk pendekat
tipe O
S0 ditentukan dengan: • Gambar C-3:2 untuk pendekat tanpa lajur belok
kanan terpisah
• Gambar C-3:3 untuk pendekat dengan lajur
belok kanan terpisah
29
a) Faktor penyesuaian untuk tipe pendekat
P dan O
Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS)
30
Penduduk kota (juta jiwa) FCS
> 3.0 1.05
1.0 – 3.0 1.00
0.5 – 1.0 0.94
0.1 – 0.5 0.83
< 0.1 0.82
Tabel C-4:3
5/11/2012
16
Faktor penyesuaian hambatan samping (FSF)
31
Tabel C-4:4
Faktor penyesuaian kelandaian (FG)
32
Gambar C-4:1
5/11/2012
17
Faktor penyesuaian parkir (FP) • FP = [LP/3-(WA-2)x(LP/3-g)/WA]/g
• LP : jarak antara garis henti dan kendaraan yang
diparkir pertama (m) (atau panjang dari lajur
pendek
• WA : lebar pendekat (m)
• G : waktu hijau pada pendekat (nilai normal 26
detik)
33
Faktor penyesuaian parkir (FP) dapat
juga ditentukan dengan gambar sbb
34
Gambar C-4:2
5/11/2012
18
b) Faktor penyesuaian untuk tipe pendekat P
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) • Hanya untuk tipe P, tanpa median, jalan 2 arah,
lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk
• FRT = 1.0 + PRT x 0.26 (Rms 22)
35
Gambar C-4:3
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) • Hanya untuk tipe P, tanpa LTOR, lebar efektif
ditentukan oleh lebar masuk
• FLT = 1.0 - PLT x 0.16 (Rms 23)
36
Gambar C-4:4
5/11/2012
19
c) Hitung nilai arus jenuh • S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT (Rms 24)
37
Masukkan arus lalin masing-masing pendekat (Q)
Hitung rasio arus (FR) masing-masing pendekat
FR = Q/S (Rms 26)
Beri tanda rasio arus kritis (FRcrit) (=tertinggi)
Hitung rasio arus simpang (IFR) = ∑ (FRcrit ) (Rms 27)
Hitung Rasio Fase (PR) masing-masing fase sebagai rasio antara FRcrit dan IFR
PR = FRcrit / IFR (Rms 28)
38
5/11/2012
20
a) Waktu siklus sebelum penyesuaian (cua) • cua = (1.5 x LTI + 5) / (1 - IFR) (Rms 29)
LTI: waktu hilang total per siklus (det)
IFR: rasio arus simpang ∑(FRcrit)
39
Gambar C-6:1
Waktu siklus yang disarankan
40
Tipe pengaturan Waktu siklus yang layak
(detik)
Pengaturan dua-fase 40 – 80
Pengaturan tiga-fase 50 – 100
Pengaturan empat-fase 80 - 130
Nilai-nilai yang lebih rendah dipakai untuk
simpang dengan lebar jalan < 10 m. Nilai yang
lebih tinggi untuk jalan yang lebih lebar
5/11/2012
21
b) Waktu hijau • Waktu hijau (g) untuk masing-masing fase
gi = (cua – LTI) x PRi (Rms 30)
gi : tampilan waktu hijau pada fase I (det)
cua: waktu siklus sebelum penyesuaian (det)
LTI: waktu hilang total per siklus
PRi: rasio fase FRcrit / ∑(FRcrit)
41
c) Waktu siklus yang disesuaikan ( c )
c = ∑g + LTI (Rms 31)
42
5/11/2012
22
Kapasitas masing-masing pendekat (C)
C = S x g/c (Rms 32)
Derajat Kejenuhan masing-masing
pendekat
DS = Q / C (Rms 33)
43
Penambahan lebar pendekat
Perubahan fase sinyal
Pelarangan gerakan belok-kanan
44
5/11/2012
23
Masukkan isian-isian pada SIG-V dari
hitungan-hitungan sebelumnya
45
Jumlah antrian (smp) tersisa dari fase
hijau sebelumnya (NQ1) • Untuk DS>0.5 (Rumus 34.1)
46
• Untuk DS<0.5 (Rumus 34.2) NQ1 = 0
dimana DS : derajat kejenuhan GR : rasio hijau C : Kapasitas (smp/jam) = arus jenuh dikalikan rasio
hijau (S x GR)
5/11/2012
24
Jumlah antrian (smp) tersisa dari fase
hijau sebelumnya (NQ1) • Atau gunakan Gambar E-2:1
47
Jumlah antrian (smp) yang datang
selama fase merah (NQ2)
48
dimana
DS : derajat kejenuhan
GR : rasio hijau
c : waktu siklus (detik)
Qmasuk : arus lalin pada tempat masuk diluar LTOR (smp/jam)
5/11/2012
25
Jumlah kendaraan antri
NQ = NQ1 + NQ2
NQmax dicari dengan Gambar E-2:2
49
Panjang antrian (QL)
50
dengan
Wmasuk : lebar masuk
5/11/2012
26
Angka henti (NS)
51
Dengan,
c: waktu siklus
Q: arus lalin (smp/jam)
Jumlah kendaraan terhenti (NSV)
NSV = Q x NS (smp/jam) (Rms 40)
Angka henti pada seluruh simpang
(NSTOT)
52
5/11/2012
27
Tundaan lalin rerata setiap pendekat
(DT)
53
Nilai A ditetapkan dengan rumus sbb, atau
dengan Gambar E-4:1
54
Gambar E-4:1
5/11/2012
28
Tundaan geometri rerata setiap
pendekat (DG)
55
dengan,
DGj : tundaan geometri rata utk pendekat j
(det/smp)
PSV : rasio kendaraan terhenti pada
pendekat
PT : rasio kendaraan berbelok pada pendekat
Hitung tundaan geometrik LTOR
Hitung tundaan rerata (detik)
Hitung tundaan total (detik)
Hitung tundaan rata-rata untuk seluruh
simpang (DI)
56
5/11/2012
29
57