12
OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN THE DEVELOPMENTAL STRATEGIES OF THE BEEF CATTLE AGRIBUSINESS IN HULU SUNGAI UTARA REGENCY Purna Kusumayana Program Studi Ekonomi Pertanian Jl.A.Yani Km. 36 PO. Box 1028 Banjarbaru 70714 e-mail : …….. ABSTRAK Pertumbuhan populasi sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara mencapai 1309 ekor pada tahun 2010, begitu juga dengan ketersediaan daging sapi di Kalimantan Selatan tercatat sebesar 6.104.896 kg/tahun, sedangkan ketersediaan untuk konsumsi 6.330.457 kg/tahun, jadi masih kekurangan daging sebesar 255.561 kg/tahun. Kondisi ini masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan permintaan konsumen/pasar baik dalam maupun luar Kabupaten Hulu Sungai Utara, untuk itu diperlukan suatu konsep yang terukur dan terarah untuk menetapkan strategi yang tepat dalam rangka mengembangkan agribisnis peternakan khususnya sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara, sehingga penelitian ini berjudul “ Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara “, yang bertujuan untuk menentukan strategi, program dan kegiatan pengembangan agribisnis penggemukan sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder digunakan sebagai keterangan penunjang yang dikumpulkan dari instansi terkait dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

THE DEVELOPMENTAL STRATEGIES OF THE BEEF CATTLE AGRIBUSINESS IN HULU SUNGAI UTARA REGENCY

Purna Kusumayana

Program Studi Ekonomi Pertanian

Jl.A.Yani Km. 36 PO. Box 1028 Banjarbaru 70714

e-mail : ……..

ABSTRAK

Pertumbuhan populasi sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara mencapai 1309 ekor pada tahun 2010, begitu juga dengan ketersediaan daging sapi di Kalimantan Selatan tercatat sebesar 6.104.896 kg/tahun, sedangkan ketersediaan untuk konsumsi 6.330.457 kg/tahun, jadi masih kekurangan daging sebesar 255.561 kg/tahun. Kondisi ini masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan permintaan konsumen/pasar baik dalam maupun luar Kabupaten Hulu Sungai Utara, untuk itu diperlukan suatu konsep yang terukur dan terarah untuk menetapkan strategi yang tepat dalam rangka mengembangkan agribisnis peternakan khususnya sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara, sehingga penelitian ini berjudul “ Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara “, yang bertujuan untuk menentukan strategi, program dan kegiatan pengembangan agribisnis penggemukan sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder digunakan sebagai keterangan penunjang yang dikumpulkan dari instansi terkait dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Data primer dan data sekunder diolah secara analis deskriptif.

Pemilihan responder dilakukan dengan cara cluster random sampling, besarnya sampel pada masing-masing cluster digunakan metode proporsional sampling, untuk menentukan alternatif strategi digunakan analis SWOT, menentukan prioritas strategi digunakan analis QSPM dan untuk merumuskan program dan kegiatan dilakukan melalui FGD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua faktor lingkungan strategis yang berpengaruh yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Faktor kekuatan meliputi 1) kebijakan pemerintah; 2) letak geografis; 3) tersedianya hijauan pakan ternak; 4) tugas dan wewenang dinas peternakan; 5) ketersediaan lahan; dan 6) sumber pendapatan peternak. Faktor kelemahan meliputi 1)

Page 2: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

modal usaha terbatas; 2) ketersediaan sapi bakalan masih kurang; 3) sarana dan prasarana masih kurang; 4) SDM peternak rendah; 5) usaha sambilan; 6) penyakit ternak; dan 7) kondisi sosial budaya.

Faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor peluang meliputi : 1) potensi pasar; 2) perkembangan teknologi dan informasi; 3) permintaan tinggi; dan 4) otonomi daerah. Faktor ancaman meliputi : 1) produk dari luar daerah; 2) kondisi pertahanan keamanan (hankam); dan 3) pengaruh globalisasi.

Pengembangan agribisnis sapi potong memberikan dampak positif yang lebih besar (73,81%) dari dampak negatifnya (26,19%). Berdasarkan diagram SWOT maka pengembangan agribisnis sapi potong berada pada kuadran 1 artinya pada situasi yang sangat menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan.

Berdasarkan hasil analis SWOT dipilih strategi S-O yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dengan 24 pasang strategi. Berdasarkan hasil strategi S-O diperolah 24 alternatif strategi dan berdasarkan QSPM diperoleh 3 prioritas strategi yaitu : 1) Menumbuhkembangkan agribisnis peternakan dengan TAS 1,459; 2) Membuat sentra penggemukan ternak untuk penyediaan ternak yang siap dijual dengan TAS 1,412; 3) Pengembangan usaha dan peningkatan populasi ternak dengan TAS 1,400.

Dari hasil diskusi dalam FGD diperoleh rumusan yang paling utama untuk menentukan program dan kegiatan pengembangan agribisnis sapi potong sebagai berikut : 1) pada prioritas strategi menumbuhkembangkan agribisnis peternakan dirumuskan program dengan kegiatan penyusunan model kawasan agribisnis, peningkatan mutu pakan hijauan ternak, pengembangan sentra pakan hijauan ternak. Program tersebut dalam waktu lima tahun dapat dilaksanakan di Kecamatan Amuntai Utara; 2) pada prioritas membuat sentra penggemukan dan penyediaan ternak siap jual dirumuskan program penyediaan ternak dengan sistem “GADUH” dan kawasan penggembalaan ternak dan mutu hijauan pakan ternak. Hal ini dapat dilakukan di Kecamatan Banjang; dan 3) pada prioritas strategi pengembangan usaha dan peningkatan populasi ternak dirumuskan program pembentukan sentra agribisnis, serta pembentukan dan pemberdayaan lembaga kelompok-kelompok ternak agar lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dilakukan di Kecamatan Banjang. Dalam pelaksanaannya juga dapat melayani permintaan perusahaan-perusahaan besar yang ada di Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan serta di Provinsi Kalimantan Tengah untuk memenuhi keperluan daging sehari-hari mereka.

Kata kunci : Sapi Potong, Agribisnis, Faktor Internal, Faktor Eksternal, SWOT, QSPM, FGD

Page 3: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

ABSTRACT

Population growth of beef cattle in Hulu Sungai Utara Regency tail reaching 1309 in 2010, as well as the availability of beef in South Kalimantan was recorded at 6,104,896 kg / year, while availability for consumption of 6,330,457 kg / year, so there is still shortage of meat for 225,561 kg / year. This condition is still very small compared to the potential of natural resources, human resources and consumer demand / market both within and outside the Hulu Sungai Utara Regency, for that we need a concept determined and directed to establish the right strategy in order to develop agribusiness in particular beef cattle breeding Hulu Sungai in the North, so the study is titled “ The Developmental Strrategies of the Beef Cattle Agribusiness in Hulu Sungai Utara Regency “, which aims to determine the strategies, programs and activities of agribusiness developmental fattening beef cattle in Hulu Sungai Utara Regency.

Types of data used consist of primary data and secondary data. Primary data was collected through direct interviews with respondents by reffering to the list of questions (questionnaire). While secondary data is used as supporting information gathered from relevant agencies and the literature related to the research. Primary data and secondary data processed in the descriptive analysis.

Selects respondents by cluster random sampling, the sample size in each cluster proportional sampling method is used to determine alternative strategies used SWOT analysis, setting priorities and strategies used to formulate QSPM analysis programs and activities conducted through focus group discussions.

The result showed that there are two factors that influence the strategic environment of internal factors and external factors. Internal factors (strengths and weaknesses). Faktor strengths include 1) government policies; 2) the geographic location, and 3) the availability of forage; 4) the duties and authority of animal husbandry departmebt, 5) availability of land, and 6) sources of income breeders. Factors weaknesses include 1) limited capital; 2) the availability of calves are lacking; 3) facilities and infrastructure is still lacking; 4) HR breeders low; 5) sideline business; 6) livestock diseases, and 7) socio-cultural conditions.

External factors (opportunities abd threats). Factor opportunities include 1) the potential of the market; 2) the development of technology and information, and 3) high demand, and 4) autonomy. Threats factors include 1) the product from outside the region, 2) the condition of the defense and security (defense), and 3) the influence of globalization.

Agribusiness development of beef cattle provide a greater positive impact (73,81%) of adverse (26,19%). Based on the SWOT diagram agribusiness cattle are in quadrant 1 means the situation is very favorable so worthy to be developed.

Page 4: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

Based on the result of SWOT analysis been SO strategy is to use force to take advantage of opportunities with 24 pairs of strategies. Based on the result obtained 24 SO strategy and strategic alternatives based QSPM acquired three strategic priorities: 1) develop agribusiness farms with TAS 1,459, 2) create centers for the provision of cattle feedlot cattle are ready for sale with TAS 1,412 and 3) Business development and improvement of livestock with TAS 1,400.

From the discussion in the FGD obtained the ultimate formula to determine the programs and activities of agriusiness development of beef cattle as follows: 1) to develop strategic priorities formulated agribusiness farms modeling program with the agribusiness activities, improving the quality of livestock forage feed, forage feed livestock development centers. Program within five years to be implemented in the District of North Amuntai, 2) the priority of making centers and the provision of fattening cattle ready for sale formulated a program to provide livestock with a “rowdy” and the creation of pasture for fodder development activities and the quality of the cattle grazing forage animal feed. This can be done in the District Banjang, and 3) the priority of business development strategies and programs formulated livestock population increased formation of agribusiness centers, and the establishment and empowerment of groups of cattle to be more effective and efficient in its execution. This can be done in the District Banjang. In practice it can also serve large companies demand the exist in the District Tabalong South Kalimantan and Central Kalimantan Province to meet the needs of their daily meat.

Keywords : Beef Cattle, Agribusiness, Factor Internal, External Factors, SWOT, QSPM, FGD

Page 5: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian strategi pengembangan Agribisnis penggemukan sapi potong dilakukan pada bulan Mei 2012 sampai dengan selesai dengan kegiatan berupa persiapan, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data serta pembuatan laporan hasil penelitian. Lokasi penelitian di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang menjadi penelitian pengembangan agribisnis sapi potong.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan untuk penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsungt dengan pihak responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner), kepada pihak-pihak yang dianggap mengetahui informasi dengan baik tentang peternakan sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel atau pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling dan metode cluster random sampling. Metode purposive sampling diperoleh dari DPRD Komisi Bidang Pertanian sebanyak 5 orang. Sedangkan metode cluster random sampling atas dasar pekerjaan/profesi yang dilakukan. Menurut Singarimbun dan Effendi (1987), bahwa penentuan jumlah sampel atau besarnya contoh yang diambil untuk mendapatkan data yang representatif minimal 10% dari jumlah populasi yang ada. Untuk itu diambil sampel sebanyak 20% dari 158 populasi, sehingga didapat 32 sampel.

Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan analisis deskriptif. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi dan secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan analisis dalam landasan teori.

Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauhmana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Santosa dan Ashari, 2005). Sedangkan menurut pendapat lainnya validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur (Supardi, 2005)

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS). Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan adalah

Page 6: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

dengan mengukur korelasi antara butir-btir pertanyaan dengan skor pertanyaan secara keseluruhan. Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk pengujian validitas adalah :

1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Jadi untuk menguji validitas suatu konsep tahap awal yang harus dilakukan adalah menjabarkan konsep dalam suatu definisi operasional.

2. Melakukan uji coba pada beberapa responden. Uji minimal dilakukan terhadap 30 orang.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.4. Menghitung nilai korelasi antara masing-masing skor butir jawaban dengan skor

total dari butir jawaban,

(Santoso, 2002)

Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis penggemukan sapi potong

Untuk menentukan alternatif strategi pengembangan agribisnis penggemukan sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara digunakan analisis faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT dan untuk menentukan prioritas strategi digunakan analisis quantitative strategic planning matrix (QSPM).

Analisis Faktor Internal

Analisis internal dilakukan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor tersebut dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut (David, 2002) :

a. Menentukan faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dengan responden terbatas.

b. Menentukan derajat kepentingan relatif internal (bobot). Penentuan bobot faktor internal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah sebagai berikut : 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal dan 0 jika faktor vertila; kurang penting dari pada faktor horizontal.

c. Memberikan skala rating 1 sampai 5 untuk setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), normal (peringkat = 3, dan kuat (peringkat = 4) serta sangat kuat (peringkat = 5). Pemberian peringkat didasarkan atas kondisi atau keadaan di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

d. Mengalihkan bobotdengan rating untuk mendapatkan skor tertimbang.

Page 7: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukan bahwa kondisi internal sangat buruk dan nilai 5 menunjukkan kondisi internal yang sangat baik rata-rata nilai yang dibobotkan adalah 2,5. Nilai lebih kecil daripada 2,5 menunjukkan bahwa kondisi internal selama ini masih lemah. Sedangkan nilai lebih besar daripada 2,5 menunjukkan kondisi internal sangat kuat.

Analisis Faktor EksternalAnalisis eksternal digunakan untuk mengetahui faktor ang menyangkut persoalanpolitik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Hasil analisis faktor eksternal digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada serta seberapa baik strategi yang dilakukan selama ini. Analisis eksternal ini menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation) dengan langkah-langkah sebagai berikut (David, 2002) :

a. Membuat faktor utama yang berpengaruh penting pada kesuksesan dan kegagalan usaha yang mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (Threats) dengan melibatkan beberapa responden.

b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor eksternal (bobot). Penentuan bobot dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah sebagai berikut : 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal dan 0 jika faktor vertikal kurang penting daripada faktor horizontal.

c. Memberi peringkat (rating) 1 sampai 5 pada peluang dan ancaman untuk menunjukkan seberapa efektif strategi mampu merespon faktor-faktor eksternal yang erpengaruh tersebut. Nilai peringkat berkisar antara 1 sampai 5. Nilai 5 jika jawaban rata-rata dari responden sangat baik dan 1 jika jawaban menyatakan sangat buruk.

d. Menentukan skor tertimbang dengan cara mengalikan bobot dengan rating.e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukkan

bahwa responden terhadap faktor eksternal sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan respon sangat baik. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5. Nilai lebih kecil dari pada 2,5 menunjukkan respon Kabupaten Hulu Sungai Utara terhadap faktor eksternal masih lemah, sedangkan nilai lebih besar dari pada 2,5 menunjukkan respon yang cukup baik.

HASIL DAN PEMBAHASANUji ValiditasBerdasarkan uji validitas terhadap penggunaan kuesioner kepada responden dengan mengkorelasikan jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan. Responden yang diwawancarai untuk menguji validitas untuk menguji validitas adalah sebanyak30 orang responden, dan hasil koreksiitem pertanyaan menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan dinyatakan valid sebab untuk taraf signifikasi 5% angka taraf kritiknya adalah 0,361.

Page 8: OBSERVASI VARIETAS PADI LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN.docx

Uji ReliabilitasDari uji reliabilitas terhadap kuesioner diperoleh koefisien diperoleh korelasi sebesar 0.765 lebih besar dari 0,361, maka dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran tersebut sudah reliabel.Analisis Faktor Lingkungan StrategisDari hasil pengamatan, kuesioner dan wawancara dengan para responden di lapangan diperoleh beberapa faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Faktor lingkungan tersebut terdiri dari 2) faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan b) faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman.Faktor InternalBeberapa faktor internal yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Utara terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).Faktor kekuatan meliputi : a) Kebijakan pemerintah, b) Letak geografis Kabupaten HSU, c) Tugas dan Kewenangan Dinas Peternakan, d) Ketersediaan lahan, e) Tersedianya hijauan makanan ternak dan limbah pertanian, dan f) Sumber pendapatan peternak.Faktor kelemahan meliputi : a) Ketersediaan sapi bakalan, b) Modal usaha terbatas, c) Sarana dan prasarana yang belum memadai, d) SDM Peternak masih rendah, dan e) Usaha sambilan.Faktor EksternalBeberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten HSU terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Faktor peluang yang berpengaruh meliputi : a) potensi pasar, b) otonomi daerah, c) perkembangan teknologi dan informasi, dan d) permintaan tinggi.Faktor ancaman yang berpengaruh : a)pengaruh globalisasi, b) penyakit ternak, c) kondisi sosial budaya pertahanan dan keamanan, dan d) produk dari luar daerah.

Hasil Evaluasi Faktor Lingkungan Strategis

Dari hasil pengamatan, kuesioner dan wawancara dengan para responden diperoleh hasil evaluasi faktor lingkungan strategis yang terdiri dari Internal Faktor Evaluation (IFE) dan External Faktor Evaluation (EFE).