47
OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG DIPUPUK CAIRAN RUMEN DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) STADIA ZOEA SAMPAI MYSIS ANDI SELVI (105 94 00616 11) PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR 2015

OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANGDIPUPUK CAIRAN RUMEN DENGAN KEPADATAN YANG

BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA UDANGVANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) STADIA ZOEA SAMPAI

MYSIS

ANDI SELVI(105 94 00616 11)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR2015

Page 2: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANGDIPUPUK CAIRAN RUMEN DENGAN KEPADATAN YANG

BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA UDANGVANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) STADIA ZOEA SAMPAI

MYSIS

SKRIPSI

ANDI SELVI(105 94 00616 11)

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Perikanan pada Program StudiBudidaya Perairan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

Page 3: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Optimasi Pemberian Skeletonema Costatum YangDipupuk Cairan Rumen Dengan Kepadatan TerhadapSintasan Larva Udang Vannamei (LitopenaeusVannamei) Stadia Zoea Sampai Mysis.

Nama Mahasiswa : ANDI SELV I

Stambuk : 105 94 00616 11

Program Studi : Budidaya Perairan (BDP)

Fakultas : Pertanian

Makassar, Oktober 2015

Telah Diperiksa dan DisetujuiKomisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Murni, S.Pi., M.Si Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd.NIDN : 0903037306 NIDN: 0926036803

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program studiBudidaya Perairan

Ir. H. Saleh Molla, MM Murni, S.Pi., M.SiNIDN: 0931126103 NIDN : 0903037306

Page 4: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Peneitian : Optimasi Pemberian Skeletonema Costatum YangDipupuk Cairan Rumen Dengan Kepadatan YangBerbeda Terhadap Sintasan Larva Udang Vannamei(Litopenaeus Vannamei) Stadia Zoea Sampai Mysis.

Nama Mahasiswa : ANDI SELVI

Stambuk : 105 94 00616 11

Program Studi : Budidaya Perairan (BDP)

Fakultas : Pertanian

SUSUNAN KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Murni.,S.Pi., M.Si (.....................)Ketua Sidang

2. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. (.....................)Sekretaris

3. H. Burhanuddin., S.Pi., M.P. (.....................)Anggota

4. Asni Anwar, S.Pi., M.Si. (.....................)Anggota

Page 5: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Optimasi Pemberian Skeletonema Costatum Yang Dipupuk Cairan

Rumen Dengan Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Sintasan Larva Udang

Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Pada Stadia Zoea Sampai Mysis adalah

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum diajukan oleh

siapapun, bukan merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebut kedalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Makassar, Oktober 2015

Andi Selvi

Page 6: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

vi

ABSTAK

Andi Selvi. 105 94 00616 11. Optimasi Pemberian Skeletonema CostatumYang Dipupuk Cairan Rumen Dengan Kepadatan Yang Berbeda TerhadapSintasan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Stadia Zoea SampaiMysis. Dibimbing oleh MURNI dan ANDI KHAERIYAH.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan frekuensi pemberianskeletonema costatum yang dipupuk cairan rumen yang optimal dalammeningkatkan sintasan larva udang vannamei.

Metode penelitian yang digunakan adalah larva udang vannamei stadia zoeayang diperoleh dari panti pembenihan di Galesong Utara. Larva udang vannameiyang digunakan sebanyak 200 ekor/wadah penelitian. Jumlah wadah penelitiansebanyak 12 buah dengan kapasitas masing-masing wadah sebanyak 45 liter airnamun hanya diisi air sebanyak 20 liter. Perlakuan yang dicobakan adalahpemberian pakan dengan kepadatan yang berbeda terhadap sintasan larva udangvannamei. Pada penelitian ini terdapat 3 perlakuan, yaitu pemberian pakan yangdipupuk cairan rumen dengan kepadatan 300 ml/wadah 3 (perlakuan A),pemberian pakan yang dipupuk cairan rumen dengan kepadatan 400 ml/wadah(perlakuan B), pemberian pakan yang dipupuk cairan rumen dengan kepadatan500 ml/wadah (perlakuan C), dan tanpa pemberian cairan rumen (perlakuan D).

Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh perlakuan terbaik pada perlakuanC (pemberian pakan dengan frekuensi 500 ml/wadah) dengan sintasan 55,33%.

Disarankan perlu dilakukan penelitian dengan kepadatan pemberian pakanyang lebih tinggi untuk memperoleh tingkat kelangsungan hidup atau sintasanyang banyak. Perlu memperhatikan parameter kualitas air agar tetap dalamkondisi layak untuk kelangsungan hidup larva udang vannamei.

Kata kunci : Cairan Rumen, Sintasan, Skeletonema Costatum

Page 7: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmatnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, guna memenuhi salah satu

syarat kelulusan pada program studi budidaya perairan jurusan perikanan fakultas

pertanian dan perikanan Universitas Muhammadiayah Makassar. Dengan

selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibunda Murni, S.Pi., M.Si, selaku pembimbing I yang telah sabar dalam

memberikan bimbingan, saran, dan masukan dalam pembuatan skripsi

ini.

2. Ibunda Ir. Andi Khaeriyah., M.Pd, selaku pembimbing II yang telah sabar

dalam memberikan bimbingan, saran, dan musukan dalam pembuatan

skripsi ini.

3. Ayahanda H. Burhanuddin, S.Pi., M.P, selaku penguji I yang telah

memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun guna untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibunda A. Chadijah, S.Pi., M.Si, selaku penguji II yang telah memberikan

kritikan dan saran yang bersifat membangun guna untuk menyelesaikan

skripsi ini.

5. Ayahanda Ir. H. Saleh Molla, MM, Selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 8: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

viii

6. Seluruh staf dosen pengajar dan staf administrasi Fakultas pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak memberikan

pelayanan selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan sampai pada

penyelesaian studi.

7. Ibunda Sitti Faridah S.Pi, M.Si dan ibunda Kasturi yang telah

memberikan bantuan berupa ijin penelitian serta menggunakan alat

penelitian selama di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)

Takalar.

8. Rekan- rekan mahasiswa yang senantiasa bersama dalam menjalankan

Aktivitas kampus, saya ucapkan terima kasih.

Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan terkhusus buat Ayahanda

dan ibunda tercinta serta saudara yang telah tulus memberikan dorongan spiritual

dan materi dalam penyelesaikan pendidikan. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu perikanan dimasa yang

akan datang.

Makassar, Oktober 2015

Andi Selvi

Page 9: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul iHalaman Pengesahan iiHalaman Pengesahan Komisi Penguji iiiPernyataan Mengenai Skripsi Dan Sumber Informasi ivAbstrak vKata Pengantar viDaftar Isi viiiDaftar Tabel xDaftar Gambar xiDaftar Lampiran xii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan dan Kegunaan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Skeletonema Costatum 32.2. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei 5

2.2.1. Klasifikasi Udang Vannamei 52.2.2.Morfologi Udang Vannamei 62.2.3. Habitat dan Siklus Hidup 62.2.4. Perkembangan Stadia Larva 72.2.5. Sintasan 9

2.3. Cairan Rumen 102.4. Kualitas Air 12

2.4.1. Suhu 122.4.2. Salinitas 122.4.3. Oksigen Terlarut 132.4.4. Derajat Keasaman (pH) 14

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 153.2. Alat dan Bahan 153.3. Hewan Uji 16

Page 10: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

x

3.4. Wadah dan Media Penelitian 163.5. Metode Penelitian 163.6. Persiapan Cairan Rumen 173.7. Rancangan Percobaan 173.8. Prosedur Kerja 18

3.8.1. Sterilisasi Alat dan Bahan 183.8.2. Aplikasi Cairan Rumen ke Skeletonema Costatum 19

3.9. Parameter Yang Diamati 193.9.1. Sintasan 193.9.2. Kualitas Air 19

3.10. Analisis Data 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sintasan Larva Udang Vannamei 214.2. Kualitas Air 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 275.2. Saran 27

Daftar Pustaka 28

Lampiran 30

Page 11: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

xi

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Alat yang digunakan 15

2. Bahan yang digunakan 16

3.Presentase sintasan larva udang vannamei setiap perlakuan 21

4. Presentase sintasan larva udang vannamei pada kontrol 21

5. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan 25

6. kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan (kontrol) 25

Page 12: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

12

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Morfologi Skeletonema Costatum 4

2. Tata Letak Satuan Percobaan Setelah Pengacakan 17

4. Sintasan Larva Udang Vannamei Pada Setiap Perlakuan 23

Page 13: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

13

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Tingkat Kelulushidupan (sintasan) Larva Udang Vannamei 30

2. Analisis varians Sintasan Larva Udang Vannmei 30

3. Uji lanjut LSD Sintasan Larva Udang Vannamei 31

4. Foto-foto penelitian. 31

Page 14: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketersediaan pakan alami sangat dibutuhkan terutama pada usaha

pembenihan ikan dan udang vannamei. Pakan alami merupakan salah satu faktor

yang penting sebagai dasar pemenuhan gizi pada saat awal kehidupan larva

kopepoda, larva moluska, larva udang, dan larva ikan. Salah satu jenis plankton

sebagai pakan larva adalah jenis skeletonema costatum, karena memiliki syarat

yang dibutuhkan larva karena mudah dicerna, berukuran kecil, nutrisi tinggi,

mudah dibudidayakan dan cepat berkembang biak. Kandungan nutrisi

skeletonema costatum mengandung protein 30,55 % dan lemak 1,55 %, serat

2,09 %, abu 44,37 %, dan kadar air 8,41 % (BBPBAP Jepara, 2004).

Dalam pertumbuhannya, Skeletonema costatum dipengaruhi oleh

ketersediaan nutrien yang terkandung dalam media, maupun lingkungan yang ada.

Salah satu yang dapat dijadikan sebagai sumber nutrient adalah cairan rumen

sebagai pupuk dalam media kultur. Cairan rumen merupakan limbah yang

diperoleh dari rumah potong hewan yang dapat mencemari lingkungan apabila

tidak ditangani dengan baik. Bagian cairan dari isi rumen kaya akan protein,

vitamin B kompleks serta mengandung enzim-enzim hasil sintesa mikroba rumen

(Gohl, 1981 dalam Afdal dan Erwan, 2006). Menurut Rasyid (1981), bahwa

cairan rumen sapi mempunyai kandungan protein sebesar 8,86%, lemak 2,60%,

serat kasar 28,78%, kalsium 0,53%, phospor 0,55%, BETN 41,24%, abu 18,54%,

dan air 10,92%.

Page 15: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

2

Penggunaan pupuk dalam media kultur skeletonema costatum sangat

penting untuk mendapatkan nilai produktivitas kultur yang tinggi serta kualitas

biomassa yang baik. Skeletonema costatum dapat memanfaatkan zat hara lebih

cepat dari diatom lainnya dalam penyerapan nutrient. Dalam mengkultur

skeletonema costatum pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang ada di

lingkungan tempat hidupnya, oleh karena itu diperlukan pupuk dimedia kultur

untuk menunjang ketersediaan unsur hara baik makro maupun mikro.

Berdasarkan hal diatas maka, dilakukan penelitian tentang penggunaan

cairan rumen sebagai pupuk dalam media kultur yang dapat menggantikan pupuk

kimia terhadap pertumbuhan kepadatan Skeletonema costatum. Sehingga hasil

penelitian cairan rumen sapi dapat dijadikan sebagai pupuk organik pengganti

pupuk anorganik untuk mendukung pertumbuhan Skeletonema costatum.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dosis optimal

kepadatan skeletonema costatum yang dipupuk cairan rumen terhadap sintasan

larva udang vannamei. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan

informasi bagi pembudidaya larva udang vannamei.

Page 16: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Mofologi Skeletonema

Skeletonema costatum merupakan organisme uniseluler yang termasuk

dalam phytoplankton jenis diatom. Menurut (Edhy et al.,2003) klasifikasi

Skeletonema costatum adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Bacillariophyta

Class : Bacillariophyceae

Ordo : Centrales

Family : Skeletonemoidae

Genus : Skeletonema

Spesies : Skeletonema costatum

Skletonema costatum merupakan alga bersel tunggal, dengan ukuran sel

berkisar antara 4 -15 mikron. Akan tetapi alga ini dapat membentuk untaian

rantai yang terdiri dari beberapa sel. Sel terbentuk kotak yang tediri dari atas

epiteka pada bagian atas dan hipoteka pada bagian bawah. Bagian hipoteka

mempunyai lubang-lubang yang berpola khas dan indah yang terbuat dari silicon

oksida. Pada setiap sel dipenuhi oleh sitoplasma. Warna sel coklat dan pada

setiap sel mempunyai frustula yang dapat menghasilkan skeletal eksternal.

Karotenoid dan diatomin merupakan pigmen yang dominan (Isnansetyo dan

Kurniastuty, 1995).

Page 17: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

4

Skeletonema costatum bersel tunggal (Uniselular), berukuran 4-6 mikron.

Akan tetapi alga ini dapat membentuk urutan ranti yang terdiri dari beberapa sel.

Sel berbentuk seperti kotak dengan sitoplasma yang memenuhi sela dan tidak

memiliki alat gerak. Skeletonema costatum dinding sel yang unik karena terdiri

dari dua bagian yang bertindih (frustula) yang terbuat dari silikat, bagian katub

atas disebut epiteka dan kutup bawah disebut hipoteka. Pada bagian epiteka

terdiri dari komponen epivaf dan episingulum dan pada bagian hipoteka terdiri

dari komponen hipovaf dan hiposingulum (Clinton, 1981; ohilip, 1986; Lokman,

1990). Ciri-ciri sel Skeletonema costatum yang baik antara lain : Isi sel berwarna

kuning keemasan, Isi sel penuh, sel berukuran besar, tidak menempel pada media

dan jarak antara sel tidak rapat. Morfologi Skeletonema costatum seperti disajikan

pada gambar 1.

Gambar 1. Morfologi Skeletonema costatum

Skeletonema costatum merupakan mikroalga bersel tunggal, dengan ukuran

sel berkisar antara 4-15 μm. Kandungan nutrisi skeletonema costatum

Page 18: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

5

mengandung potein 30,55% dan lemak 1,55%, serat 2,09%, abu 44,37%, dan

kadar air 8,41%. Alga ini dapat membentuk untaian rantai yang terdiri dari epiteka

pada bagian atas dan hipoteka pada bagian bawah, serta pada setiap sel dipenuhi

oleh sitoplasma (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Dinding sel Skeletonema

costatum mempunyai frustula yang dapat menghasilkan skeletal external yang

berbentuk silindris (cembung) dan mempunyai duri-duri yang berfungsi sebagai

penghubung antar frustula yang satu dengan frustula yang lainnya sehingga

membentuk filamen.

2.2. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei

2.2.1. Klasifikasi Udang Vannamei

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei

(Litopenaeus vannamei) sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub kingdom : Metazoa

Filum : Artrhopoda

Sub filum : Crustacea

Kelas : Malascostraca

Sub kelas : Eumalascostraca

Ordo : Decapoda

Famili Penaidae

Genus : Litopenaeus

Page 19: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

6

Spesies : Litopenaeus

2.2.2. Morfologi Udang Vannamei

Bagian tubuh udang vannamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan

dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari

antenula, antenna, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vannamei

juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdidri adri 2 pasang

maxillae dan 3 pasang maxiliped. Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas dan terdapat

6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang

membentuk kipas bersama-sama telson.

2.2.3. Habitat dan Siklus Hidup Udang Vannamei

Risaldi (2012) menyatakan bahwa udang vannamei adalah udang asli dari

perairan Amerika Latin yang kondisi iklimnya subtropics. Di habitat alaminya

suka hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang vannamei bersifat

nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkawinan pada

udang vannamei ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat

meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan,

udang jantan mengeluarkan sperma, sehingga sel telur dan sperma bertemu.

Proses perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang vannamei

berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000-250.000 butir.

Selanjutnya dinyatakan siklus hidup udang vannamei sebelum ditebar di tambak

yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia

naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistim pencernaanya belum sempurna dan

Page 20: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

7

masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi

setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah

berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benur mengalami 3 kali moulting.

Pada stadia ini pula benur sudah bisa diberi makan yang berupa skeletonema

costatum.

2.2.4. Perkembangan Stadia Larva

Seperti pada udang dewasa, pertumbuhan larva udang sangat dipengaruhi

oleh temperature. Larva berkembang menjadi post larva pada temperature 27-

29°C, suatu proses sekitar sepuluh hari pada kondisi optimal. Pada temperature

yang tinggi, perkembangan stadia larva akan berlangsung cepat dan post larva

dapat dicapai dalam waktu tujuh hari sejak telur menetas. Ketika larva mengalami

molting dari stadia ke stadia, syarat pemberian pakan juga tentu berubah sesuai

dengan morfologinya. Ketika nauplius baru saja menetas, larva masih mempunyai

kandungan kuning telur (yolk sac) sebagai sumber makanan dan untuk memenuhi

nutrsisinya. Setelah mengalami pergantian kulit (molting), cadangan kuning telur

terserap habis dan nauplius berubah bentuk menjadi zoea dan mulai membutuhkan

makanan organisme kecil yaitu fitoplankton. Setelah 3 kali molting, zoea berubah

bentuk menjadi mysis. Frekuensi molting pada stadia larva dapat terjadi antara 30-

40 jam pada kondisi suhu 28°C.

Menurut Wyban dan Sweeney (1991) bahwa setelah menetas, larva akan

berkembang menjadi beberapa stadia dan setiap stadia akan dibedakan menjadi

beberapa substadia sesuai dengan perkembangan morfologinya. Selanjutnya

dijelaskan tahapan perkembangan larva udang vannamei sebagi berikut :

Page 21: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

8

a. Stadia Nauplius

Nauplius bersifat plantonik dan fototaksis positif. Pada stadia ini larva

masih memiliki kuning telur sehingga belum memerlukan makanan.

Perkembangan stadia nauplius pada udang vannamei terdiri dari enam substadia.

Nauplius memiliki tiga pasang organ tubuh yaitu antenna pertama, antenna kedua,

dan mandible. Larva pada stadia ini berbentuk seperti kutu air dengan ukuran

0,31-0,33 mm.

b. Stadia Protozoea

Perkembangan stadia protozoea pada udang vannamei yang selanjutnya

disebut “Zoea” terdiri dari tiga substadia, yaitu Zoea 1, Zoea 2, dan Zoea 3. Stadia

zoea 1 dan zoea 2 masing- masing akan berkembang dalam waktu 2 hari.,

sedangkan zoea 3 akan berkembang menjadi mysis dalam waktu 1 hari. Substadia

tersebuat dapat dibedakan berdasarkan segmentasi abdomen dan perkembangan

dari lateral dan dorsal pada setiap segmen.

Stadia zoea sangat sensitif terhadap cahaya yang kuat. Pada stadia ini larva

berukuran 1.05-3,30 mm. perubahan bentuk dari nauplius menjadi protozoea

memerlukan waktu kira-kira 40 jam setelah penetasan. Pada stadia ini larva

dengan cepat bertambah besar, sehingga tambahan makanan yang diberikan

sangat berperan. Udang vannamei pada stadia ini sudah aktif memakan

fitoplankton dan sangat sensitif terhadap cahaya yang kuat.

c. Stadia Mysis

Perkembangan stadia mysis pada udang vannamei terdiri dari tiga

substadia yaitu Mysis 1, mysis 2, dan mysis 3. Perbedaan ketiga substadia dapat

Page 22: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

9

dilihat dari perkembangan bagian dada dan kaki renang. Larva mencapai stadia

mysis pada hari ke-5 setelah penetasan dan ukuran larva berkisar antara 3,50-4,80

mm. larva pada stadia ini kelihatan lebih dewasa dari dua stadia sebelumnya.

d. Stadia Post Larva

Setelah mengalami perubahan menjadi stadia mysis yang bersifat

planktonik berubah menjadi post larva. Post larva sudah terlihat seperti udang

dewasa dan sudah bersifat bentik. Pada stadia post larva, akan tampak jelas seperti

udang dewasa. Pada stadia ini larva sudah mulai aktif bergerak lurus kedepan dan

mempunyai sifat cenderung karnivora. Stadia postlarva ini dimulai dari postlarva

1 (PL) 1 sampai dengan panen benur.

2.2.5. Sintasan

Sintasan adalah presentase jumlah udang yang hidup dalam kurun waktu

tertentu (Effendie, 1979). Sintasan organisme dipengaruhi oleh padat penebaran

dan faktor lainnya seperti, umur, pH, suhu dan kandungan amoniak (Resmiaty dan

Mayunar, 1990) dalam fadlih (2001) bahwa faktor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang adalah tersedianya jenis makanan

serta adanya lingkungan yang baik seperti oksigen, amoniak, karbondioksida,

nitrat, hidrogen sulfida dan ion hidrogen.

2.3. Cairan Rumen

Pada dasarnya isi rumen merupakan bahan-bahan makanan yang terdapat

dalam rumen belum menjadi feces dan dikeluarkan dari dalam lambung rumen

setelah hewan dipotong. Kandungan nutriennya cukup tinggi, hal ini disebabkan

Page 23: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

10

belum terserapnya zat-zat makanan yang terkandung didalamnya sehingga

kandungan zat-zatnya tidak jauh berbeda dengan kandungan zat makanan yang

berasal dari bahan bakunya.

Perut hewan ruminansia terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan

abomasum. Volume rumen pada ternak sapi dapat mencapai 100 liter atau lebih,

dan untuk domba berkisar 10 liter. Rumen diakui sebagai sumber enzim

pendegradasi polisakarida. Polisakarida dihidrolisis di rumen disebabkan

pengaruh sinergis dan interaksi dari komplek mikro-organisme, terutama selulase

dan xilanase (Trinci et al. 1994). Mikroorganisme terdapat pada cairan rumen

(liquid phase) dan yang menempel pada digesta rumen. Enzim yang aktif

mendegradasi struktural polisakarida hijauan kebanyakan aktif pada

mikroorganisme yang menempel pada partikel pakan.

Anggorodi (1979), menyatakan bahwa ternak ruminansia dapat mensintesis

asam amino dari zat-zat yang mengandung nitrogen yang lebih sederhana melalui

kerjanya mikroorganisme dalam rumen. Mikroorganisme tersebut membuat zat-

zat yang mengandung nitrogen bukan protein menjadi protein yang berkualitas

tinggi. Mikroorganisme dalam rumen terdiri dari kelompok besar yaitu bakteri dan

protozoa, temperatur rumen 39 sampai 40 derajat celcius, pH 7,0 sehingga

memberikan kehidupan optimal bagi mikroorganisme rumen. Sekitat 80%

Nitrogen dijumpai dalam tubuh bakteri rumen berupa protein dan 20 % berupa

asam nukleat. Berdasarkan analisa berbagai rumen kadar berbagai asam amino

dalam isi rumen diperkirakan 9-20 kali lebih besar daripada dalam makanan.

Page 24: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

11

Kandungan rumen sapi menurut Rasyid (1981), meliputi protein 8,86%,

lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, kalsium 0,53%, phospor 0,55%, BETN

41,24%, abu 18,54%, dan air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat makanan yang

terkandung didalamnya dapat dipastikan bahwa pemanfaatan isi rumen dalam

batas-batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan

bahan pencampur pakan berbagai ternak.

2.4. Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesuburan dan

produktivitas perairan. Perubahan kualitas air lingkungan dapat terjadi karena

gangguan eksternal seperti masuknya bahan pencemar. Fluktuasi kualitas air akan

mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup didalamnya. Organisme

memerlukan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang sehingga

kondisi perairan akan menentukan kelulusan hidup organisme tersebut (Wardoyo,

1975). Ada beberapa kualitas air yang sangat penting dicermati selama proses

budidaya berlangsung, seperti:

2.4.1. Suhu

Pertumbuhan udang optimal terjadi pada kisaran suhu 25-30 C, serta berakibat

kematian pada suhu di atas 35C (Fast, 1992). Hasil pengukuran suhu pada penelitian

ini Suhu air berkisar antara 26-30 C dengan fluktuasi yang tidak mengganggu

kehidupan udang uji. Apabila suhu berada di atas kisaran normal maka udang

mengalami gangguan fisiologis dan menyebabkan kematian.. Sedangkan apabila

dibawah kisaran,udang tidak mampu mencapai suhu optimal untuk memolting

sehingga udang mengalami gagal moulting dan mati. Peningkatan suhu

Page 25: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

12

mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi,

menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, seperti gas-gas: O2, CO2, NO2

dan CH4 dan sebagainya (Effendie, 2000). Secara langsung perubahan suhu air

yang mendadak seperti pada musim hujan akan menyebabkan udang stres bahkan

mengalami kematian (Cholik et al, 1998).

2.4.2. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas air dalam percobaan berkisar antara 30-33 ppt.

Penurunan dan kenaikkan salinitas sebesar 4 ppt dapat menyebabkan udang stres

dan ganti kulit (Eddy, 1990). Perubahan salinitas yang lebih rendah dari kisaran

optimal ini mengakibatkan banyak kematian pada udang. Proses penyerapan

oksigen dari air media ke dalam tubuh udang dipengaruhi antara lain oleh salinitas

(Lockwood, 1989). Sesuai dengan pendapat Tricahyo (1995) bahwa pada kondisi

salinitas rendah dari kisaran optimal udang lebih cepat berganti kulit dan rentang

terserang penyakit sehingga produktifitas menurun.Peningkatan salinitas akan

meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk osmoregulasi sehingga laju

metabolisme dalam tubuh udang juga meningkat.

Haliman dan Adijaya (2005), salinitas dan pH air berhubungan dengan

keseimbangan ion dan proses osmoregulasi di dalam tubuh udang. Salinitas air

berpengaruh terhadap tekanan osmotik udang dan ion-ion cairan tubuh udang.

Semakin tinggi salinitas air, maka semakin besar tekanan osmotiknya sehingga

dapat menghambat pertumbuhan udang yang disebabkan energi yang didapatkan

dari makanan sebagian besar tersalurkan untuk pembentukan daging.

2.4.3. Oksigen terlarut

Page 26: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

13

Hasil pengukuran Oksigen Terlarut pada penelitian ini berkisar 1,24 -4,99

sehingga Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxigen), sangat mempengaruhi

metabolisme tubuh udang. Kadar oksigen terlarut yang baik berkisar 4 – 6 ppm

untuk pertumbuhan udang.. Pada akhir pengukuran oksigen, udang uji masing-

masing perlakuan ada yang mengalami kematian dan ada yang tidak mengalami

kematian namun kondisinya lemah, pergerakkan dan respon berkurang akibat

kekurangan oksigen terlarut. Konsentrasi DO (oksigen terlarut) minimal yang

dibutuhkan spesies uji agar dapat bertahan hidup selama 24 jam adalah sebesar 0,75–

2,5 mg/L dan spesies laut akan mati jika kadar DO di bawah 1,25 mg/L selama

beberapa jam. Tingkat DO antara 2,5–3 mg/L mengakibatkan pengurangan kecepatan

berenang, sedangkan pada tingkat DO 5,3–8 mg/L baik untuk kelangsungan hidup

dan pertumbuhannya (Anonimus, 1968).

2.4.4. Derajat Keasaman (pH)

pH optimal antara 7,5-8,5. Umumnya, perubahan pH air dipengaruhi oleh

sifat tanahnya, seperti tanah yang mengandung pirit menyebabkan pH air asam

antara 3-4. Umumnya, pH air pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari,

penyebabnya yaitu adanya kegiatan fotosintesis oleh pakan alami, seperti :

fitoplankton yang menyerap CO2. Sebaliknya pada pagi hari CO2 melimpah

karena hasil pernapasan udang.

Pada pengamatan menunjukkan bahwa kisaran pH air selama penelitian

adalah antara 6,00 hingga 9,28. Menurut Boyd (1990), pH perairan yang sesuai

untuk pertumbuhan udang adalah antara 6,5 hingga 9,0. Schmittou (1992)

menyatakan bahwa pH perairan yang optimum untuk pertumbuhan udang

vanammei adalah 8,0. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pH perairan yang

Page 27: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

14

berada dibawah kisaran pH ideal untuk pertumbuhan udang vanammei (dibawah

pH 6,5). Meskipun demikian, kondisi pH tersebut masih berada pada kisaran yang

tidak membahayakan bagi kehidupan udang vanammei. Kondisi perairan

dianggap membahayakan bagi kehidupan udang vanammei apabila lebih rendah

dari4,0 (Boyd, 1990). Kondisi ini tidak terjadi pada semua model ekosistem yang

sedang diteliti.

Page 28: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

15

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015. Bertempat di Balai

Budidaya Air Payau (BBAP), Desa Mapakalompo, Kecamatan Galesong Selatan,

Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Alat yang akan digunakan selama penelitian.

Nama Alat Kegunaan

Ember volume 25 literSelang dan batu aerasiMikroskopObjek glass

Cover glass

Gelas ukurPipet tetesTermometerpH meter

Refraktometer

Haemocytometer

Media kultur Skeletonema costatumPenyuplai oksigenPengamatan dan penghitungan sampleMeletakkan objek yang akan diamatidengan mikroskopPenutup objek yang telah diletakkan diatas kaca preparatSampling sintasanUkur pupukPengukur suhuMengukur pH ( derajat keasaman ataukebasaan )Mengukur kadar/konsentrasi bahanatau zat terlarutPengukur salinitas

Sedangkan bahan yang akan digunakan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang akan digunakan selama penelitian.

Page 29: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

16

Nama Bahan Kegunaan

Skeletonema costatumCairan rumen

Organisme ujiPupuk

3.3. Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah penelitian yang digunakan adalah baskom plastik berkapasitas 30

liter sebanyak 12 buah dengan wadah kontrol. Masing–masing baskom diisi air

laut sebanyak 20 liter dan dilengkapi dengan aerasi. Media yang digunakan

adalah air laut yang telah disterilkan yang terlebih dahulu ditampung dan

diendapkan selama 24 jam kemudian dipindahkan ke wadah penelitian dengan

menggunakan pompa Dab yang dilengkapi dengan selang ¾ cm yang diujung

selang dipasangi saringan kapas.

3.4. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih udang vannamei,

stadia zoea dengan ukuran panjang ± 3,30 mm.

3.5. Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan pada pemeliharaan benih udang vannamei adalah

pakan alami Skeletonema costatum yang diperoleh dari laboratorium Pakan alami

di BBAP Takalar.

3.6. Prosedur Penelitian

3.6.1. Persiapan Wadah dan Peralatan

Wadah dan peralatan yang digunakan pada penelitian ini terlebih dahulu

disikat merata pada bagian permukaan kemudian dicuci dan dikeringkan selama

Page 30: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

17

24 jam. Pengeringan peralatan aerasi dilakukan selama 1 hari. Setelah wadah

kering kemudian diisi dengan air laut.

3.6.2. Persiapan Cairan Rumen

Isi rumen sapi diambil dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

Sungguminasa Gowa. Cairan rumen sapi diambil dari isi rumen sapi dengan cara

filtrasi (penyaringan dengan kain katun) dibawah kondisi dingin. Cairan rumen

hasil filtrasi disentrifuse dengan kecepatan 10.000 x g selama 10 menit pada suhu

4 0C untuk memisahkan supernatan dari sel-sel dan isi sel mikroba (Lee et al.

2000).

3.6.3. Kultur Skeletonema Costatum

Kultur S. costatum skala intermediate menggunakan ember berkapasitas 25

liter. Sebelum kultur dilakukan, perlengkapan yang akan digunakan harus

disterilkan, dengan mengunakan detergen kemudian dibilas dengan air tawar.

Peralatan yang digunakan antara lain selang aerasi dan batu aerasi.

Penggunaan air laut terlebih dahulu dinetralkan dengan menggunakan

natrium thiosulfat. Setelah itu, air laut yang sudah dinetralkan dengan kadar

garam 28 ppt dimasukkan ke wadah kultur sebanyak 20 liter. Air media kultur

diberikan cairan rumen sesuai dengan dosis yang terbaik dari penelitian

pendahuluan yang dilakukan sebelumnya setelah itu diberikan aerasi dan ditunggu

beberapa saat agar cairan rumen tercampur secara merata terlebih dahulu sebelum

bibit skeletonema costatum dimasukkan. Jumlah bibit skeletonema costatum yang

diberikan sebanyak 100 ml/liter. Setelah cairan rumen sudah bercampur dengan

Page 31: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

18

skeletonema costatum maka sudah bisa diberikan pada larva udang vannamei

sebagai pakan alami.

3.6.4. Pemeliharaan Benih

Sebelu penebaran benih udang vanamei, terlebih dahulu dilakukan

adaptasi lingkungan terutama suhu dan salinitas. Padat tebar benih udang

vannamei dengan kepadatan 10 ekor/liter. Benih udang vannamei dipelihara

selama 6 hari. Selama masa pemeliharaan diberi pakan skeletonema costatum

dengan kepadatan sesuai perlakuan. Penyiponan dilakukan apabila ada sisa pakan

atau kotoran benih udang vanamei yang mengendap didasar wadah penelitian.

Untuk mengetahui sintasan dilakukan sampling dengan cara menggunakan gelas

ukur.

3.7. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan. Masing–masing perlakuan diulang tiga

kali dan setiap perlakuan diberi kontrol sehingga jumlah satuan percobaan

sebanyak 12 unit. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan seperti

disajikan pada Gambar 2

Gambar 2. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan

B3 A2

B2A1C2

C1 D B

D

A3 C3 B1 DA

Page 32: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

19

Perlakuan A : Pemberian pakan dengan kepadatan 300 ml/wadah

Perlakuan B : Pemberian pakan dengan kepadatan 400 ml/wadah

Perlakuan C : Pemberian pakan dengan kepadatan 500 ml/wadah

Perlakuan D : Kontrol setiap perlakuan (tanpa cairan rumen)

3.8. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.8.1. Sintasan

Sintasan larva udang vannamei dilakukan dengan cara mengambil hewan

uji kemudian dilakukan penyamplingan tiap wadah, adapun rumus yang

dianjurkan oleh Effendi (1997) dalam menghitung sintasan adalah sebagai berikut:

= 100%Dimana : SR = Sintasan (%)

Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian (ind)

No = Jumlah individu pada awal penelitian (ind)

3.8.2. Kualitas Air

Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran parameter kualitas air yang

meliputi : suhu, salinitas, DO, dan pH. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap

hari.

3.9. Analisis data

Untuk mengetahui penggunaan cairan rumen sebagai pupuk pakan alami

Skeletonema costatum dengan frekuensi yang berbeda terhadap sintasan larva

udang Vannamei, maka dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada tingkat

Page 33: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

20

kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk

melihat perbedaan antar perlakuan (Gasperz, 1991).

Page 34: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sintasan Larva Udang Vannamei

Hasil penelitian tentang optimasi pemberian skeletonema costatum yang

dipupuk cairan rumen dengan kepadatan yg berbedah terhadap pengamatan

sintasan larva udang vannamei stadia zoea - mysis pada tiap perlakuan pada tabel

1

Tabel 1 . Presentase (%) sintasan larva udang vannamei stadia zoea-mysis setiapperlakuan selama penelitian

PerlakuanUlangan

Jumlah Rata-rata1 2 3

A = Kepadatan 300 31 34 32,5 97,5 32,5B = Kepadatan 400 43 44,5 48 135,5 45,17C = Kepadatan 500 49,5 53,5 63 166 55,33

Berdasarkan tabel 1 hasil pengamatan pembrian skeletonema costatum yang

dipupuk cairan rumen dengan kepadatan berbedah terhadap sintasan larva udang

vannamei stadia zoea sampai mysis, diperoleh sintasan tertinggi pada perlakuan C

( dengan kepadatan 500 ml/wadah) yaitu 55,33 %, kemudian disusul perlakuan B

(dengan kepadatan 400 ml/wadah) yaitu 45,17 %. Dan tingkat kelangsungan

hidup (sintasan) terendah diperoleh pada perlakuan A (dengan kepadatan 300

ml/wadah) yaitu 32,50 %.

Berdasarkan gambar tabel di atas (Tabel 1) menunjukkan bahwa

pemberian skeletonema costatum yang dipupuk dengan cairan rumen dengan

kepadatan yang berbeda sangat berpengaruh terhadap kelulushidupan larva udang

Page 35: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

22

vannamei stadia zoea smpai mysis. Data sintasan larva udang vannamei pada

setiap perlakuan juga disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Sintasan larva udang vannamei

Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup pada larva L. Vannamei

selama penelitian menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi yaitu pada

perlakuan C ( dengan kepadatan 500 ml/wadah) dengan rata-rata 55,33 %.

Tingginya tingkat kelangsungan hidup diduga karena pakan yang diberikan dapat

dimanfaatkan dengan baik, kebutuhan udang akan terpenuhi sehingga udang tidak

lapar dan tidak kanibal. Sedangkan pada perlakuan A (dengan kepadatan 300

ml/wadah) dan perlakuan B (dengan kepadatan 400 ml/wadah) menunjukkan

tingkat kelangsungan hidup yang rendah yaitu 32,50 % dan 45,17 %.

Kematian udang selama penelitian diduga karena masih kurangnya

kepadatan pakan yang diberikan pada perlakuan A (kepadatan 300 ml/wadah) dan

perlakuan B (kepadatan 400 ml/wadah) sehingga menyebabkan terjadinya

0

10

20

30

40

50

60

PERLAKUAN A PERLAKUAN B PERLAKUAN C

Page 36: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

23

pertumbuhan yang tidak merata dan terjadi kompetisi. Udang yang memliki bobot

tubuh lebih kecil akan kalah dalam persaingan mendapatakan pakan, juga bisa

disebabkan karena stress pada saat penanganan. Selain itu kematian udang

disebabkan adanya aktivitas moulting untuk pertumbuhan. Pada saat moulting

ketahanan tubuh udang akan melemah dan nafsu makannya akan menurun

sehingga udang akan lebih sering berdiam didasar bak, dan pada saat ini dapat

menyebabkan kanibalisme pada udang vannamei yang sehat sehingga dapat

menimbulkan kematian.

Haliman dan Adijaya (2004) menjelaskan bahwa moulting pada udang

ditandai dengan seringnya muncul udang ke permukaan air sambil meloncat-

loncat. Gerakan ini bertujuan untuk membantu melonggarkan kulit luar udang

dari tubuhnya. Gerakan tersebut merupakan salah satu cara mempertahankan diri

karena cairan moulting yang dihasilkan dapat merangsang udang lain untuk

mendekat dan memangsa (kanibalisme). Pada saat moulting berlangsung, otot

perut melentur, kepala membengkak, dan kulit luar bagian perut melunak. Dengan

sekali hentakan, kulit luar udang dapat terlepas. Selanjutnya Soetedjo (2011)

menambahkan moulting merupakan proses yang rumit dimana tingkat

kematiannya sulit dihindari.

4.2. Kualitas Air

Agar udang vanamei yang dipelihara dapat hidup dan tumbuh dengan baik,

maka selain harus tersedia pakan bergizi dalam jumlah dan kualitas yang cukup,

kondisi lingkungan juga berada pada kisaran yang layak. Air merupakan

Page 37: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

24

lingkungan dimana organisme perairan hidup. Tubuh dan insang mereka

berhubungan langsung dengan apa yang terlarut dalam air. Oleh karena itu

kualitas air secara langsung sanagt berpengaruh terhadap kesehatan dan

pertumbuhan organisme yang dibudidayakan (Wyk, 1999).

Selama penelitian, dilakukan pengukuran kualitas air media pemeliharaan

yang meliputi pH, suhu, salinitas, dan oksigen terlarut. Nilai parameter kualitas air

media pemeliharaan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 4. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan larva udang vannameistadia zoea dan mysis setiap perlakuan selama penelitian.

Parameter Perlakuan

A B C

Suhu (°C) 26-28 26-28,9 26-29,2

pH 7,02-7,54 6,87-8,02 6,95-8,04

Salinitas 30 30 30

DO (ppm) 3,62-5,54 4,46-5,44 4,17-5,63

Sumber : Data hasil pengukuran 2015

Tabel 5. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan larva udang vannameistadia zoea dan mysis pada control setiap perlakuan selama penelitian.

Parameter Perlakuan

DA DB DC

Suhu (°C) 28-29,1 27,6-28,5 28-29,8

pH 8,02-8,07 7,65-8,06 8,00,-8,10

Salinitas 30 30 30

DO (ppm) 4,65-5,53 3,38-5,05 4,17-4,88

Sumber : Data hasil pengukuran 2015

Page 38: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

25

Berdasarkan (table 3 dan 4), hasil pengamatan suhu selama penelitian

berkisar dari 26 – 29,2 oC. Suhu air tersebut masih dalam kisaran yang layak bagi

sintasan larva udang vannamei. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haliman dan

Adijaya,( 2005), bahwa suhu optimal pertumbuhan udang vannamei antara 26-

320C. Jika suhu lebih dari angka optimum maka metabolisme dalam tubuh udang

akan berlangsung cepat. Imbasnya kebutuhan oksigen terlarut meningkat. Pada

suhu air dibawah 250C nafsu makan menurun.

Derajat keasaman pH pada semua perlakuan masih layak untuk

pertumbuhan larva udang vannamei . Haliman dan Adijaya (2005), kisaran pH

yang ideal bagi kehidupan dan pertumbuhan udang adalah antara 7,5-8,5.

Kisaran salinitas pada semua perlakuan masih layak untuk pertumbuhan

udang. Haliman dan Adijaya (2005), kisaran salinitas optimal untuk udang windu

berkisar antara 15-30 ppt, sedangkan Trono (1981) salinitas untuk pertumbuhan

udang dengan baik pada salinitas 15-30 ppt. Kisaran salinitas pada masing-masing

perlakuan relative rendah disebabkan oleh rendahnya suhu rata-rata lingkungan

pada saat penelitian akibat fluktuasi musim selama penelitian.

Konsentrasi oksigen terlarut pada setiap perlakuan masih layak untuk

pemeliharaan udang karena masih mampu di tolerir oleh udang vannamei.

Haliman dan Adijaya (2005), kadar oksigen terlarut yang baik berkisar 4-6 ppm.

Nilai tersebut menunjukan bahwa kandungan oksigen yang terdapat pada media

pemeliharaan masih optimal dan cukup baik dalam mendukung pertumbuhan

udang vanamei.

Page 39: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

pemberian pakan dengan kepadatan yang berbeda pada setiap perlakuan

memberikan efek yang berpengaruh nyata terhadap sintasan larva udang

vannamei. Peningkatan kelulushidupan tertinggi terdapat pada perlakuan C

(kepadatan 500 ml/wadah) dengan sintasan rata-rata 55,33 %. Berdasarkan hasil

analisis varians menujukkan bahwa perlakuan pemberian kepadatan pakan

berbeda nyata dalam peningkatan kelulushidupan (sintasan) antara perlakuan

(p>0,05). Hasil uji lanjut diperoleh data bahwa perlakuan A berbeda nyata

terhadap perlakuan B dan C. Perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan A dan

C. Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A dan B.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemberian pakan Skeletonema

Costatum terhadap udang vanammei dengan kepadatan yang lebih tinggi untuk

mendapatkan sintasan yang lebih baik. Perlu memperhatikan parameter kualitas

air agar tetap dalam kondisi layak untuk kelangsungan hidup larva udang, agar

lebih mendapatkan hasil yang baik terlebih dahulu melakukan uji lep pada rumen

sehingga mengetahui bakteri yang menguntungkan dan merugikan pada rumen.

Page 40: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

27

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, T. Dkk. (2006). Rumput Laut. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya.Anonim.(2003).LaporanParktikumPenentuanKadaAir.http://www.scribed.com/doc/14098051/Laporan-praktikum-penentuan-kadar-air.Diaksestanggal 23 April 2011.

Anggorodi HR. 1979. Nutrisi Aneka Ternak . Jakarta.

Djarijah, A. S. 1995. Pakan Udang Alami. Penerbit Kanasius. Yogyakarta.

Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Edisi Pertama.Penerbit : Tarsito. Bandung.

Haliman R.W, Adijaya DS. 2004. Udang Vannamei. Jakarta: Penebar Swadaya.

Haliman, R.W. & Adijaya, D. (2005). Udang Vannamei, Pembudidayaan danProspek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya.Jakarta.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton danZooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. PenerbitKanisus. Yogyakarta.

Lee S.S., J.K. Ha and K.J. Cheng. 2000. Relativecontributions of bacteria.protozoa and fungitoin vitrodegradation of orchard grass cellwalls andtheir interactions. Appl. Environ.Microbiol.

Mudjiman A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soetedjo, H., 2011. Kiat Sukses Budidaya Air Tawar. Araska Press, Yogyakarta.118 hal.

Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.

Trinci A. P. J., D. R. Davies, K. Gull, M. L. Lawrence, B. B. Nielsen, A. Rickers

and M. K. Theodorou. 1994. Anaerobic Fungi in Herbivorous Animals.

Myco.

Trono (1981), Trono, G.C.Jr., 1981. Influence of Enviromental Factor on TheStructure and Distribution of Seawed Communities. Report On The

Page 41: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

28

Training Course On Gracilaria Algae. The Marine Sciences Centre.University of The Philippines. Manila Philippines.

Page 42: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

29

Lampiran Penelitian

Lampiran 1. Tabel tingkat kelulushidupan atau sintasan (%) larva udang vannamei

(Litopenaeus Vannamei) stadia zoea sampai mysis selama penelitian.

Perlakuan KodeSR

Sintasan (%)Awal Akhir

Perlakuan AA1 200 62 31,00A2 200 68 34,00A3 200 65 32,50

Rerata 200 65 32,50

Perlakuan BB1 200 86 43,00B2 200 89 44,50B3 200 96 48,00

Rerata 200 90,33 45,17

Perlakuan CC1 200 99 49,50C2 200 107 53,50C3 200 126 63,00

Rerata 200,00 110,67 55,33

Lampiran 2. Tabel analisis varians pada sintasan larva udang vannamei stadiazoea dan mysis

ANOVA

Sintasan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups

(Combined) 785.167 2 392.583 20.693 .002

Linear

Term

Contrast 782.042 1 782.042 41.220 .001

Deviation 3.125 1 3.125 .165 .699

Within Groups 113.833 6 18.972

Total 899.000 8

Page 43: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

30

Lampiran 3. Tabel Uji Lanjut LSD Sintasan larva udang Vannamei

Multiple Comparisons

Sintasan

LSD

(I)

Perlaku

an

(J)

Perlaku

an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A B -12.66667* 3.55642 .012 -21.3689 -3.9644

C -22.83333* 3.55642 .001 -31.5356 -14.1311

B A 12.66667* 3.55642 .012 3.9644 21.3689

C -10.16667* 3.55642 .029 -18.8689 -1.4644

C A 22.83333* 3.55642 .001 14.1311 31.5356

B 10.16667* 3.55642 .029 1.4644 18.8689

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Foto-foto Penelitian

Gambar 5. Sentrifuse cairan rumen

Page 44: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

31

Gambar 6. Menghitung larva udang sebelum penebaran

Gambar 7. Penebaran larva udang vannamei

Page 45: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

32

Gambar 8. Pemberian pakan

Gambar 9. Wadah penelitian

Gambar 10. Alat sentrifuse

Page 46: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

33

Gambar 11. Alat pengukur DO

Gambar 12. Alat pengukur salinitas

Gambar 13. Alat pengukur pH

Page 47: OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG …

RIWAYAT HIDUP

Andi Selvi lahir di Gaya Baru Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng,

18 Desember 1991 Merupakan Putri keEmpat dari Enam bersaudara

Ibunda Andi Hasna dan Ayahanda Andi Oddang Pendidikan formal

yang dilalui mulai di SD 95 Kecce'e kecamatan Citta kabupaten Soppeng lulus pada tahun

2003 dilanjudkan di SMP Negeri 4 Liliriaja kecamatan Citta kabupaten Soppeng lulus pada

tahun 2006, Kemudian penulis melalanjudkan pendidikan di MAN 1 Watan soppeng lulus

pada tahun 2009.

Pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk program studi budidaya perairan fakultas

pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Selama mengikuti perkuliahan penulis

dipercayakan menjadi ketua tingkat di kelas C budidaya perairan selama tiga semester dan

penulis mengikuti kegiatan Magang di BBI Sentral Lajoa, Kabupaten Soppeng, Balai Benih Ikan

pada tanggal 17-agustus-2014 dan dilanjudkan (KKP) kuliah kerja propesi di kabupateng

pangkep kelurahan bawasalo pada tanggal 03 januari 2015. Tugas akhir dalam pendidkan

tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul ” OPTIMASI PEMBERIAN

SKELETONEMA COSTATUM YANG DIPUPUK CAIRAN RUMEN DENGAN

KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA UDANG

VANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) STADIA ZOEA SAMPAI MYSIS, Penelitian ini di

laksanakan pada bulan bulan September 2015 bertempat di Balai Budidaya Air Payau

(BBAP), Desa Mapakalompo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi

Sulawesi Selatan, penulis bersyukur bisa selesai ditahun 2015.