OSD gina

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bbb

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangTendo patella yang berinsersi pada tuberositas tibia, merupakan perluasan epifisis tibia proksimal. Daerah ini rentan terhadap mikro fraktur selama masa anak akhir atau remaja, terutama pada mereka yang sering berolahraga, menimbulkan penyakit Osgood Schlatter. Penyakit ini lazim terjadi pada anak laki-laki. Pada tahun 1903, Robert Osgood (1873-1956), seorang ahli bedah ortopedi dari Amerika Serikat, dan Carl Schlatter (1.864-1.934), seorang ahli bedah dari Swiss, secara bersamaan menggambarkan penyakit yang sekarang menyandang nama mereka. Osgood-Schlatter disease (OSD) merupakan salah satu penyebab paling umum nyeri lutut pada remaja yang aktif. OSD merupakan fenomena yang dihasilkan dari kontraksi paha depan yang berulang-ulang melalui tendon patella pada insersinya di tuberositas tulang tibia yang belum matur.Osgood-Schlatter disease yang juga dikenal sebagai cedera tuberositas tibialis traksi apophyseal adalah pecahnya lempeng pertumbuhan dituberositas tibia.Kondisi tersebut terjadi pada anak laki-laki aktif dan perempuan usia 9-16 bertepatan dengan periode pertumbuhan yang cepat. Hal ini terjadi lebih sering pada anak laki-laki daripada perempuan, dengan laporan rasio untuklakilaki dan wanita mulai dari 3:1 sampai setinggi 7:1. Perbedaannya adalah terkait dengan partisipasi yang lebih besar pada anak laki-laki dalam olahraga sehingga resikonya lebih besar daripada anakperempuan. Kondisi ini biasanya terbatas pada keadaan yang disebabkan oleh tekanan pada tendon patella yang melekat pada otot quadricep femoris dibagian depan paha ke tuberositas tibialis. Dengan adanya lonjakan pertumbuhan pada remaja, stres berulang dari kontraksi quadriceps femoris melalui tendon patella ke tuberositas tibial menyebabkan beberapa avulsi subakut bersama dengan peradangan tendon yang menyebabkan pertumbuhan tulang kelebihan dalam tuberositas dan menimbulkan benjolan yang sangat menyakitkan saat ditekan. Penyakit ini mungkin berkembang tanpa trauma atau penyebab lainnya yang belum jelas, namun, beberapa studi melaporkan sampai dengan 50% dari pasien berhubungan dengan riwayat timbulnya trauma. Dalam sebuah penelitian retrospektif remaja, atlet muda aktif dan sering berolahraga menunjukkan frekuensi 21% melaporkan sindrom dibandingkan dengan hanya 4,5% dari yang jarang atau tidak berolahraga. Nyeri lutut biasanya timbul selama kegiatan seperti berlari, melompat, jongkok, dan terutama naik turun tangga dan selama berlutut. Pada fase akut nyeri terasa berat. Rasa sakit bisa timbul dengan ekstensi lutut, menekan paha depan atau menekan lutut.

Gejala biasanya dapat di atasi dengan pengobatan tetapi dapat berulang untuk 12 24 bulan sebelum resolusi lengkap setelah jatuh atau terbentur pada tuberositas tibia. Dalam beberapa kasus gejala terus muncul sampai pasien sepenuhnya menjadi dewasa. Sekitar 10% dari pasien gejalanya akan terus berlanjut sampai dewasa, meskipun semua langkah konsevatif telah dilakukan.

1.2 Identifikasi Masalah

A. Gangguan atau hilangnya fungsi motorikB. Gangguan pada fungsi sensorikC. Gangguan kemampuan fungsional1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang timbul pada kasus Osgood schlatter disease dan karena terbatanya waktu kami, maka dalam laporan kasus ini kelompok kami hanya membatasi masalah pada Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Gerak dan Fungsi akibat Osgood Schlatter Disease.1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas kami merumuskan masalah yaitu Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi pada Ganggua Gerak dan Fungsi akibat Osgood Schlatter Disease.1.5 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui proses penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan gerak dan fungsi akibat osgood schlatter disease.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui cara melakukan assasment pada osgood schlatter disease.b. Untuk mengetahui problem dan diagnosa fisioterapi pada gangguan gerak dan fungsi akibat osgood schlatter disease.c. Untuk mengetahui intervensi tepat yang dapat diberikan pada gangguan osgood schlatter disease.1.5 Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pemahaman dalam mempelajari dan menerapkan proses penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan osgood schlatter disease.b. Untuk menambah wawasan masyarakat mengenai penangan pada kasus osgood schlatter disease.2. Manfaat Praktis

a. Untuk bahan kajian dan diskusi pada pelaporan akhir praktek yang akan datang.

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Osgood Schlatter Disease

1. Anatomi lutut a) Jenis Sendi Lutut

Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint), yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua buah tulang yang bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa. Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan.

Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan : 1) Lapisan luar

Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat yang tidak teratur Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan menebal dan membentuk ligamentum.

2) Lapisan dalam

Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan bagian luar merupakan bagian dari articular cartilage. Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan connective. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein, lemak dan sel sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur dan 2 tibial condylus yang menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur, dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada permukaan anteroinferior. Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel ( mono axial joints )yaitu sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada tulang yang satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave pada tulang lainnya.

b) Anatomi Sendi Lutut

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris. Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :

1) condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan berhubungan dengan condylus tibiae

2) satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari patella dan femur.

Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan patella. Fascies articularis femoris. tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.

c) Ligamentum Sendi Lutut

a. ligamentum extracapsular

1) Ligamentum Patellae

Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.

2) Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.

3) Ligamentum Collaterale Tibiae

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu .

4) Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.

5) Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus , terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.

b. Ligamentum Intra Capsular

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.

1) Ligamentum Cruciata Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur.

2) Ligamentum Cruciatum Posterior Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

d) Cartilago Semilunaris (Meniscus)

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris. Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.

a. Cartilago Semilunaris Medialis

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.

b. Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.

e) Capsula Articularis

Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior . Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.

Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran. Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae.

Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus. f) Bursa Sendi Lutut

Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m. popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendon m. popliteus. Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendon.

Bursa Anterior

1) Bursa Supra Patellaris

Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat dengan rongga sendi.

2) Bursa Prepatellaris

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.

3) Bursa Infrapatellaris Superficialis

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patellae

4) Bursa Infapatellaris Profunda

Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang terjadi. Bursa posterior

1) Recessus Subpopliteus

Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan berhubungan dengan rongga sendi.

2) Bursa M. Semimembranosus

Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.

Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan :

1) tendon insertio m. biceps femoris

2) tendon m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya pada tibia.

3) di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius

4) di bawah caput medial origo m. gastrocnemius

g) Persarafan Sendi Lutut

Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi lutut.

Sehingga sendi lutut disarafi oleh :

a. N. Femoralis

b. N. Obturatorius

c. N. Peroneus communis

d. N. Tibialis

h) Vascularisasi

Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena femoralis.

i) Sistem Lymph

System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub inguinal superficialis. Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal, dimana aliran lymph berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep inguinal lymph node.j) Pergerakan Sendi Lutut

Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi, ekstensi, dan sedikit rotasi. Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris, semimembranosus, dan semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis, m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha. Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliquum menjadi tegang, serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan. Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi, rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semualigamentum utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku. Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia, dan cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci. Selama tahap awal ekstensi, condylus femoris yang bulat menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke depan, femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu ekstensi berlanjut, bagian yang lebih rata pada condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah. Selama tahap akhir ekstensi, bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan. Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung, ligamentum-ligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis femoris bergerak mundur, perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus yang berubah. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat, maka kemungkinan rotasio sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris. Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur, hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur. Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor ini, tonus otot berperan sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini, terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut.2. Definisi Osgood-schlatterPenyakit Osgood-schlatter adalah suatu kondisi ketika terdapat pemisahan parsial apofisis tibia dari tuberositas tibia (daerah sendi lutut). Osgood schlatter disease terjadi karena adanya inflamasi pada tuberositas tibia yang menyebabkan nyeri, terutama saat akan melakukan ekstensi lutut. Hal ini terjadi akibat stres fisik pada lutut selama periode pertumbuhan cepat pada awal pubertas. Stres biasanya berkaitan dengan olahraga seperti berlari, bersepeda, mendaki, atau hiking. Kondisi ini terutama sering terjadi pada remaja laki-laki yang berusia antara 11 sampai 15 tahun, dan remaja perempuan dari 8 sampai 13 tahun. Inflamasi tendon patella (Tendonitis) terjadi, seperti pada perkembangan kartilago yang mengalami osifikasi di tuberositas tibia. Kondisi ini biasanya memiliki rentang waktu tertentu dan gejala sembuh saat terjadi penutupan lempeng pertumbuhan tibia di akhir pubertas.Osgood-schlatter disease dapat mereda dengan sendirinya. Sebuah studi oleh Krause et al, 90% dari pasien yang diobati dengan perawatan konservatif dapat mengatasi semua gejala setelah sekitar 1 tahun onset penyakit. Setelah mengalami pematangan tulang, penderita mungkin tetap mengalami masalah pada lutunya, adanya nyeri tekan karena fragmen tulang kecil yang tidak menyatu atau bursa mungkin memerlukan reseksi pembedahan.

3. EpidemiologiPenyakit ini ditemukan pada usia 10-15 tahun dan lebih sering terjadi pada anak laki- laki, kadang-kadang dengan riwayat cedera yang mendahului. Penyakit ini biasanya hanya menyerang satu tibia. Suatu studi di Finlandia menemukan bahwa Osgood-Schlatter mempengaruhi 13% dari atlet. Osgood-Schlatter biasanya suatu kondisi jinak dan self limiting disease yang gejalanya dapat bertambah dan berkurang tetapi sering membutuhkan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun untuk penyembuhan total. Osgood-Schlatter terjadi lebih sering pada anak laki-laki, mungkin karena lebih banyak anak laki-laki yang berpartisipasi dalam olahraga. Osgood-Schlatter biasanya terlihat pada tahun-tahun remaja yang sedang dalam proses pertumbuhan yang cepat.

Kejadian sebenarnya dari Osgood-Schlatter tidak diketahui. Studi Kujala dari 412 atlet yang disajikan ke klinik olahraga dengan 586 keluhan. Enam puluh delapan pasien, dengan usia rata-rata 13,1 tahun, yang didiagnosis dengan kondisi OS. Pasien-pasien ini tidak berpartisipasi dalam kegiatan olahraga mereka selama kurang lebih 3 bulan karena kondisi ini. Kebanyakan individu melanjutkan aktivitas penuh oleh 7 bulan. Kujala juga mempertanyakan 389 siswa dan menemukan bahwa 12,9% mengaku telah terkena OSD. Dalam kelompok ini, pasien yang tidak berpartisipasi dalam olahraga memiliki insiden lebih rendah (4,9%) dibandingkan mereka yang bermain olahraga.4. Etiologi dan PatofiologiPenyakit ini kemungkinan timbul akibat adanya trauma mikro (biasanya cedera ringan yang tidak terlalu dihiraukan akibat pemakaian berulang).meskipun penyebab Osgood-Schlatter (OSD) tidak diketahui, namun, teori menyatakan bahwa kondisi ini adalah hasil dari ekstensi lutut yang mengalami kontraksi berulang, mekanisme tersebut yang menyebabkan avulsi sebagian atau microavulsi dari tubeositas tibia. OSD biasanya terjadi pada orang yang terlibat dalam olahraga yang mengharuskan berlari dan melompat. Selama berlari, senam, dan olahraga lain yang membutuhkan kontraksi berulang dari paha depan, beban yang berlebihan menimbulkan mikroavulsi. Selama fase reparatif, terjadi pembentukan tulang baru dalam ruang avulsi, yang dapat mengakibatkan tuberkulum tibialis menyimpang dan menonjol. Ketika seorang individu dengan tuberositas tibialis terluka, tetapi terus berolahraga, microavulsi akan terus berkembang, dan proses reparatif dapat mengakibatkan penonjolan yang nyata pada tuberositas tibia, dalam jangka panjang menimbulkan masalah kosmetik dan fungsional. Sebuah fragmen terpisah dapat berkembang pada insersi tendon patela dan dapat menyebabkan nyeri kronis, jenis non-union.

Skema patofisiologi Osgood-Schlatter Disease

5. Faktor risikoFaktor risiko untuk OSD adalah sebagai berikut: Usia antara 8 dan 15 tahun Pria Dalam masa pertumbuhan tulang yang cepat Olahraga melompat dan berlari6. Manifestasi KlinisGejalanya berupa:a. nyeri tungkai atau nyeri lutut

b. nyeri dirasakan pada salah satu maupun kedua lutut

c. nyeri semakin memburuk jika penderita melakukan aktivitas (terutama berlari, melompat atau naik tangga)

d. nyeri semakin memburuk jika daerah lutut ditekan

e. pembengkakan pada tungkai bagian depan, tepat dibawah lutut.

7. DiagnosisDiagnosa dibuat berdasarkan analisis dari hasil pemerikasaan fisioterapi dan masalah yang ada. Diagnosa harus menggambarkan anatomi jaringan spesifik, patologi dan gangguan gerak dan fungsi.

a. Pemeriksaan fisik sangat spesifik, pada palpasi didapatkan daerah yang lembut dan lunak di atas tuberositas tibialis. Temuan kemungkinan lain dari pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut: Pembengkakan dan nyeri tekan daerah proksimal tibia Pembesaran atau penonjolan dari tuberositas tibialis Terasa nyeri jika dilakukan tekanan langsung atau melompat (kontraksi quadriceps femoris) Nyeri dengan tahanan saat ekstensi lututb. Diagnosis banding Cedera dan fraktur tulang paha Osteochondritis lutut Dissecans Patellofemoral joint Syndromes Pes Anserine Bursitis Fraktur tibia dan fibulac. RadiografiTidak semua pasien dengan penyakit Osgood-Schlatter (OSD) perlu radiografi, karena dapat didiagnosis secara klinis. Namun, foto polos sangat membantu untuk mengesampingkan etiologi lainnya, seperti neoplasma, fraktur tibialis apophyseal akut, dan infeksi. Selain itu, radiografi dapat menunjukkan :

Tulang kecil pada superficial tendon patela Pengerasan irregular tuberositas tibia proksimal Pengapuran dalam tendon patela Penebalan tendon patela Edema pada jaringan lunak tuberositas tibialis proksimalPenatalaksanaan Fisioterapi pada Osgood Schlatter Disease

Untuk menentukan problem pada penderita Osgood schlatter terlebih dahulu harus melakukan pemeriksaan dalam asuhan pelayanan fisioterapi yang terdiri atas:

a. Anamnesa

Anamnesa adalah metode pengumpulan data dengan wawancara baik langsung pada pasien maupun dengan keluarganya. Anamnesa mencangkup indentitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit, serta tindakan medic yang pernah dilakukan .

b. Vital SignPemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu.

c. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya. Apakah ada oedem pada anggota gerak, pengecilan otot (atropi), warna, dan kondisi kulit sekitarnya, kemampuan beraktifitas, alat bantu yang digunakan untuk beraktifitas, posisi pasien, dll.

d. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri. Palpasi dilakukan pertama pada kulit dan subcutaneus untuk mengetahui temperatur, oedem, spasme, penonjolan, dll.

e. Kekuatan Otot

Pengukuran ini untuk melihat kekuatan otot dari keempat anggota gerak tubuh dan dilakukan dengan menggunakan metode manual muscle testing (MMT).

Nilai MMT :

0 : tidak ada kontraksi

1 : ada kontraksi, tidak ada gerakan

2 : ada kontraksi, ada gerakan tanpa melawan gravitasi3 : ada kontraksi, ada gerakan dan melawan gravitasi

4 : ada gerakan melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal

5 : normalf. ROM (Lingkup Gerak Sendi)

Pemeriksan ROM dilakukan dengan menggunakan goniometer dan dituliskan metode ISOM (International Standar Of Measurement)

g. Antropometri

Pengukuran ini dilakukan untuk membuat perbandingan anatara sisi yang sehat dengan sisi yang sakit untuk menentukan apakah ada oedem , perbedan panjang tungkai, pengecilan otot. Pemeriksaan ini dilakukan dilakukan dengan menggunkan mid line.

h. Reflex

Pemeriksaan reflex menggunakan hummer reflex dengan melakukan didaerah tendon patella dan achiles. Hasil yang ditemukan berupa tidak ada respon, hipotonus, normal, hipertonus. Adapun keterangan nilai reflex:

a. Nilai 0 : tidak ada respon

b. Nilai 1 : hipotonus

c. Nilai 2 : normal

d. Nilai 3 : hipertonus i. Spastisitas

Spastisitas menggunakan pengukuran skala Asworth. Skala asworth mengemukakan secara manual pergerakan anggota gerak melalui lingkup geraknya untuk mereganggkan suatu group otot

Modifikasi skala aswort dalam menilai spastisitas

Terdapar 5 tingkatan skala :0 tonus normal

1 ada sedikit kenaikan tonus,ada kenaikan tonus ketika anggota gerak yang kenadigerakkan

2 ada kenaikan tonus otot ringan, anggota gerak yang terkena dapat digerakan dengan mudah

3 kenaikan tonus sedang gerakan pasif angota gerak yang terkena sulit dilakukan

4 kenaikan otot berat, anggota gerak terkena kaku

5 bagian yang terkena dalam gerakan fleksi atau ekstensij. Pemeriksaan Fungsional

Dalam pemeriksaan fungsional meliputi kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas fungsionalnya dengan menggunakan .

k. Problem Fisioterapi

Asuhan pelayan fisioterapi yang diberikan pada penderita Osgood schlatter dilakukan secara bertahap sesuai dengan problem yang ditemukan pada saat melakukan assessment. Untuk itu sebelum melakukan intervensi fisioterapi, harus mengetahui secara dahulu problem pada penderita dengan Osgood schlatter.

1. Nyeri pada lutut dan tungkai

2. Keterbatasan ROM

3. Oedem disekitar patella

2. Diagnosa FisioterapiDiagnosa fisioterapi dibuat berdasarkan analisis dari hasil pemerikasaan fisioterapi dan masalah yang ada. Diagnosa harus menggambarkan anatomi jaringan spesifik, patologi dan gangguan gerak dan fungsi.

3. Program Prencanaan FisioterapiDalam menentukan perencanaan, harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai yang mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan problematic fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.

4. Intervensi FisioterapiBerdasrkan problem dapat ditentukan intervensi fisioterapi yang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluhan pasien agar tujuan akhir dan intervensi dapat tercapai. Intervensi fisioterapi terutama ditunjukkan untuk mengurangi atau masalah- masalah yang belum ada namum berpontensi untuk terjadi pada penderita tersebut. Selain itu intervensi juga ditunjukkan untuk meninggkatkan kemandirian penderita. Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang akan dilakukan antara lain:

a. Fisioterapi pada fase akut

1. Mengurangi oedem

2. Mengurangi nyeri

1) Akut faseBeberapa teknik dapat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah kambuhnya penyakit. Rekomendasi pengobatan tergantung pada tingkat keparahan kondisi.a. Istirahat dianjurkan bila nyeri timbul.

b. Es harus diterapkan ke daerah selama 20 menit setelah aktivitas. c. Peregangan paha depan dan otot hamstring membantu mencegah perkembangan OSD.d. Jangka pendek istirahat dan imobilisasi lutut mungkin diperlukan.e. Untuk fiksasi lutut digunakan untuk jangka panjang dalam imobilisasi (6 minggu) pada kasus yang berat (misalnya, nyeri berlangsung lama)

b. Fisioterapi pada fase pemulihan

2) Tahap pemulihan

Hamstring stretch on wall Standing calf stretch Quadriceps stretch Straight leg raise Prone hip extension Knee stabilization

5. Evaluasi

Evalusi dapat dilakukan secara berkala, dimana tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui apakah terapi yang kita berikan bermanfaat atau berguna bagi penyembuhan pasien ataukah harus diubah jika ada perubahan terhadap penyembuhan masalah yang dihadapi pasein. BAB IIILAPORAN KASUS

1. Assesment

a. Anamnesa

Nama

: Tn. N

Umur

: 15 Tahun

Jenis kelamin: Laki-laki

Alamat

: Denpasar

Agama : Kristen

Pekerjaan: Pelajar Hobi

: Basket Tanggal pemeriksaan: selasa, 15 juli 2014b. Riwayat Penyakit

Keluhan utamaSejak kemarin mengeluh nyeri pada lutut kanan, bengkak pada daerah lutut bagian bawah. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 14 juli 2014 pasien bermain basket dan setelah melompat memasukan bola ke ring pasien merasakan sakit dilutut bagian bawah. Sehari setelah itu lutut bengkak. . Riwayat penyakit dahuluPasien pernah cedera ringan saat terjatuh bermain basket 8 buan yang lalu.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

Riwayat Psikososial

Pasien adalah seorang pelajar kelas 1 SMA, anak kedua dari 3 bersaudara.

2. Vital sign BP

: 110/80 mmHg HR

: 75 kali/menit RR

: 21 kali/menit3. Inspeksi Statis :Deformitas : (+)

Warna kulit : nomal Dinamis : antalgic gait4. Palpasi Spasme : (-) Nyeri gerak : (+) Nyeri tekan : (+)

Oedema : (+) Tonus : Baik

5. Tes Gerakan (PFGD) pada lutut kanan Pasif : Fleksi : Nyeri, keterbatasan ROM Ekstensi : Nyei, keterbatasan ROM Aktif : Fleksi : Nyeri, keterbatasan ROMEkstensi : Nyei, keterbatasan ROM Resisted : Fleksi : Nyeri, keterbatasan ROMEkstensi : Nyei, keterbatasan ROM6. Pemeriksaan Motorik-Pemeriksaan LGS

Gerakan Knee AktifPasif

KananKiriKananKiri

Sagital00-50-100050-00-135000-50-110050-00-1350

6. Pemeriksaan MMTGerakan KneeMMT

KananKiri

Fleksi55

Ekstensi45

7. Pemeriksaan Sensorik : nyeri pada level 78. Pemeriksaan Spesifik : Pemeriksaan spesifik, pada palpasi didapatkan daerah yang lembut dan lunak di atas tuberositas tibialis. Temuan kemungkinan lain dari pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut: Pembesaran atau penonjolan dari tuberositas tibialis. Terasa nyeri jika dilakukan tekanan langsung atau melompat (kontraksi quadriceps femoris). Membandingkan lutut kiri dan kanan dengan menekan ligament patela. Positif apabila lutut kanan terasa nyeri saat ditekan. Test khusus yang digunakan pada kasus ini adalah gerakan isometrik melawan tahanan pada gerakan extensi lutut, apabila ditemukan adanya rasa nyeri pada daerah depan lutut maka positif terjadinya osgood schlatter.9. Lingkar segmen tungkai bawah

SegmentKananKiriSelisih

Knee (48 cm dari trochanter mayor)36 cm33 cm3 cm

10. Problem Fisioterapia. Impairment, meliputi Rasa nyeri akan timbul pada bagian bawah dan depan tempurung lutut terutama ketika dilakukan gerakan menekan. Nyeri juga akan terjadi karena adanya kontraksi dari otot paha depan atau group otot Quadriceps. Adanya bengkak pada tendon yang terkena akibat adanya penumpukan cairan dalam proses peradangan (fase akut). Adanya kekakuan pada sendi akibat desakan cairan di sekitar jaringan yang meradang.

b. Fungtional Limitation

Dengan adanya peradangan pada tendon patella akan mengakibatkan ganguan aktifitas jongkok ke berdiri, dan pola jalan akan terganggu.

4 DiagnosaAdanya nyeri dan keterbatasan fungsional akibat inflamasi insersi tendon patella dan avulsi pada tuberositas tibia.5 Program

a. Jangka Pendek

menghilangkan nyeri pada lutut kanan

menghilangkan bengkak pada lutut kanan

meningkatkan ROM pada ekstensi lutut kanan

b. Jangka Panjang mengembalikan aktifitas fungsional seperti jongkok, jalan, lari, melompat

6 Intervensi

Fase Akut (1-2 hari) :a. Protection : Protection pada daerah lutut menggunakan braceb. Rest : Istirahat dianjurkan bila nyeri timbul.

c. Ice : Es harus diterapkan ke daerah selama 20 menit.

d. Compression : Kompresi pada daerah lutut untuk menghindari penumpukan cairan yang disebabkan oleh pembengkakan. Selain untuk menghindari pembengkakan metode kompresi dapat juga sebagai penyangga atau peng-fiksasi gerakan extremitas yang cedera agar tidak bergerak sehingga tidak meluasnya jaringan yang rusak karena cedera. e. Elevasi : meninggikan posisi atau mengubah posisi ke yang lebih tinggi dari posisi jantung sehingga terjadi aliran kebawah yang akan memfasilitasi pembuluh darah balik dalam bekerja yang menyebabkan lancarnya pembuluh darah balik sehingga mengurangi bengkak.Fase Kronik (setelah fase akut ): a. Modalitas

Ultra Sound Efek MekanikGelombang suara masuk ke dalam jaringan tubuh, maka efek yang pertama yang terjadi di dalam tubuh adalah efek mekanik. Gelombang Ultra Sound menimbulkan adanya peregangan dan pemampatan di dalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari Ultra Sound. Oleh karna itu terjadilah adanya variasi tekanan di dalam jaringan.Jadi adanya variasi tekanan inilah, kemudian timbul efek mekanik yang lebih dikenal dengan istilah micromassage adanya variasi-variasi tekanan tersebut akan menimbulkan. Efek PanasMicromassage yang ditimbulkan oleh Ultra Soundakan menimbulkan efek panas dalam jaringan. Efek panas yang diperoleh adalah tidak sama untuk setiap jaringan, ini tergantung dari beberapa factor yang dapat ditentukan seperti bentuk aplikasi Ultra Sound( continue dan intermitten ), intensitas dan lamanya terapi. Efek-efek Biologis Meningkatkan sirkulasi darahTerjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang diakibatkan oleh adanya reaksi terhadap efek panas. Relaksasi ototPerbaikan sirkulasi darah akan dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot, oleh karena zat-zat pengiritasi jaringan akan diangkut. Disamping itu vibrasi Ultra Sound dapat mempengaruhi serabut saraf afferent secara langsung dan akibatnya adalah relaksasi otot. Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringanTelah dapat ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sound dapat memperbaiki proses regenerasi pada berbagai macam jaringan. Ini karena kekuatan mekanik Ultra Sound dapat menyebabkan gerakan-gerakan bebas molekul-molekul dalam jaringan tubuh. Pengurangan rasa nyeriNyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek panas juga berpengaruh langsung pada saraf.Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula dengan intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC melalui serabut saraf tersebut. Dasar dari pengurangan rasa nyeri diperoleh dari perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan, normalisasi dari tonus otot. berkurangnya tekanan dalam jaringan, bekurangnya derajad keasaman, stimulasi pada serabut saraf afferent. Indikasi Kelainan - kelainan pada jaringan seperti tulang, sendi, otot. Keadaan post traumatic seperti contusion, distorsi, luxation, faraktur dan kontraktur, Bursitis, kapsulitis, tendinitis. Kelainan kelainan sirkulasi darah seperti oedema dan lain - lain. Kontra indikasiAbsolut : Mata : Karena dapat memberikan kemungkinan terjadinya cavitasi di dalam kelenjar air mata, yang bahkan dapat sampai terjadi kerusakan.

Jantung

Uterus pada wanita hamil :Meskipun intensitas yang dapat mencapai uterus sangatlah kecil tetapi dari segi keamanan, daerah perut pada wanita hamil tidak boleh diberikan. Testis : Karena pengaruh getaran Ultra Sound pada jaringan ini belum dipastikan, maka daerah ini tidak boleh diberikan Ultra Sound.RelatifPost laminectomi, Hilangnya sensibilitas, Tumor Post traumatic, Diabetes melitus.

Dosis

Frekuensi: 1 MHz

Intensitas: 0,5-2 W/cm2Time: 10 menit selama 1 kali terapi. Terapi dilakukan sebanyak 6 kali selama 2 mingguType

: continousb. Terapi Latihan Hamstring stretch on wall Tidur terlentang didekat dinding. dinding digunakan untuk membantu melakukan peregangan otot hamstring.

Tahan selama 10-30 detik dengan pengulangan 2-4 kali. Standing calf stretch Berdiri dengan kaki kiri didepan, gunakan tembok untuk meopang tubuh dengan tangan. Tekuk kaki kiri dan tangan kaki kanan tetap lurus serta kedua telapak kaki tetap rata dengan permukaan lantai.

Tekuk hingga merasakan kontraksi pada otot betis kaki belakang, tahan selama 30 detik dan lakukan pengulangan 3-4 kali pada masing-masing kaki. Quadriceps stretch Berdiri lalu tekuk kaki kanan kebelakang hingga tumit menyentuh bokong.

Pegang punggung kaki lalu tarik sampai merasakan kontraksi otot paha depan.

Tahan selama 30 detik dan lakukan pengulangan sebanyak 3-4 kali. Straight leg raise Pasien tidur terlentang dengan fleksi hip 900 dan fleksi knee 900 Kemudian ekstensikan knee dan tahan selama 30 detik dan lakuakan pengulangan sebanyak 3-4 kali. Prone hip extension Tidur tengkurap kemudian angkat kaki. Tahan selama 10 detik dan lakukan pengulangan sebanyak 3-4 kali.

Knee stabilization7 EvaluasiEvaluasi dilakukan setelah 6 kali terapi dalam waktu 2 minggu .

nyeri pada lutut kanan menghilang bengkak pada lutut kanan menghilang terjadi peningkatan ROM pada ekstensi lutut kanan Gerakan Knee AktifPasif

KananKiriKananKiri

Sagital50-00-100050-00-135050-00-110050-00-1350

bisa melakukan aktifitas fungsional berjalan