68
PERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI Laporan Praktikum Lapangan Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif 1 Kelompok 12: Ahmad Rafi Amrulloh (18/428292/SP/28501) Muhammad Hafizh Rashin (18/428305/SP/28514) Pitaloka Ainun Yasmin (18/428311/SP/28520) Septia Witriani Kusumawati (18/430848/SP/28692) Shaquille Kito Najib (18/428316/SP/28525) DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019

praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

PERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI

DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG

MERAPILaporan Praktikum Lapangan Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif 1

Kelompok 12:

Ahmad Rafi Amrulloh (18/428292/SP/28501)

Muhammad Hafizh Rashin (18/428305/SP/28514)

Pitaloka Ainun Yasmin (18/428311/SP/28520)

Septia Witriani Kusumawati (18/430848/SP/28692)

Shaquille Kito Najib (18/428316/SP/28525)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019

Page 2: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

KATA PENGANTAR

Bencana merupakan hal yang tidak diinginkan oleh setiap orang. Kedatangannya

banyak memakan korban baik jiwa maupun harta benda. Lalu muncullah berbagai macam

cara untuk dapat bertahan, baik dengan cara melakukan persiapan sebelum bencana, maupun

pemulihan setelah bencana. Fenomena tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat hal

semacam ini cenderung jarang dikaji dalam sudut pandang sosiologis. Hal menarik terutama

nampak pada bencana Gunung Merapi 9 tahun silam, ketika mitigasi dan recovery

melibatkan pemuda, di mana posisi pemuda merupakan anggota masyarakat yang memiliki

pergerakan cepat dan revolusioner. Berangkat dari keunikan tersebut, peneliti tergerak untuk

meneliti fenomena pelibatan pemuda dalam gerakan sosial kebencanaan di Dusun Ngandong

yang dekat dengan Merapi, untuk kemudian diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-

pihak yang memiliki kepentingan terkait. Selain itu, laporan hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bacaan yang dapat diambil hikmah dibaliknya.

Atas tersusunnya laporan ini, kami panjatkan puji syukur pada Allah SWT karena atas

rahmat-Nya peneliti dapat lancar dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan laporan

hasil penelitian ini. Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih pada Bapak Prof.

Tadjuddin Noor Efendi, Bapak Dr. Suharko, dan Mas Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc.

yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Kualitatif 1. Begitu pula segenap civitas

akademika dan teman-teman, yang tidak mungkin kami sebut namanya satu persatu yang

telah mendukung jalannya penelitian ini. Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada karang

taruna Dusun Ngandong yang bersedia kami wawancarai guna kepentingan penelitian

kualitatif dan melengkapi kewajiban kami sebagai mahasiswa.

Kami menyadari, laporan pasca penelitian ini memiliki banyak kekurangan mengingat

terbatasanya pengetahuan kami karena kami masih duduk di semester dua. Oleh karena itu,

kami menerima kritik dan saran demi kemajuan karya kami selanjutnya.

Dengan Hormat,

Penulis

Page 3: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Metodologi Penelitian

1.6 Studi Pustaka

1.7 Kerangka Berpikir

2. DESKRIPSI WILAYAH

2.1 Deskripsi Desa Girikerto

2.2 Deskripsi Dusun Ngandong

3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Karang Taruna

3.2 Bolo Tetulung

3.3 Mitigasi

3.4 Keadaan Saat Bencana

3.5 Recovery

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Keterbatasan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kecamatan Turi merupakan salah satu dari tiga kecamatan yang paling dekat dengan

Gunung Merapi. Jarak pusat kecamatannya yang relatif dekat dengan puncak Merapi

yaitu 11,6 kilometer menjadikan Turi sebagai salah satu kecamatan yang pertama

terdampak letusan Gunung Merapi. Pada letusan Gunun Merapi yang terjadi tahun 2010

lalu, Pemerintah Kabupaten Sleman mencatat sebanyak 11.941 warga mengungsi.

Gunung Merapi tidak selalu meletus dalam skala besar dan menghentikan aktivitas

warganya secara total, bahkan aktivitas guguran lava yang kerap kali diluncurkan akhir-

akhir ini tidak mengusik aktivitas masyakarat sekitar.

Kegiatan ekonomi masyarakat yang terus berlanjut terlepas dari aktivitas Gunung

Merapi memberitahu kita betapa pahamnya mereka tentang situasi Gunung Merapi saat

ini. Terbiasanya masyarakat melalui lamanya tinggal di tempat yang relatif dekat dengan

Gunung Merapi menjadi salah satu faktor bagaimana mereka dapat terus beraktivitas.

Faktor lain yang turut hadir adalah mitigasi bencana.

Mitigasi bencana ada karena munculnya kekhawatiran terhadap aktivitas alam yang

dinilai dapat membahayakan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir mitigasi

bencana tidak hanya menjadi kegiatan yang dilaksakan pemerintah saja, pemuda juga

mulai ikut terlibat dalam kegiatan ini. Mereka memanfaatkan organisasi mereka untuk

mensosialisasikan bahaya dari aktivitas alam tertentu, dalam hal ini aktivitas Gunung

Merapi. Hal tersebut dapat kita lihat dari Karang Taruna Girikerto yang berlokasi di

Girikerto, Kecamatan Turi.

Karang taruna sebagai organisasi kepemudaan merupakan wadah untuk

mengembangkan kesadaran dan nilai-nilai sosial individu melalui beragam kegiatan yang

dilakukan di tengah masyarakat pada tingkat desa. Kegiatan-kegiatan tersebut diadakan

untuk membina masyarakat sekitar terutama pemuda, agar menjadi bagian dari

masyarakat yang memiliki kesadaran dan nilai-nilai sosial yang tinggi, serta jauh dari

hal-hal yang masyarakat anggap buruk. Salah satu kegiatan karang taruna adalah

sosialiasi mitigasi bencana.

Munculnya partisipasi karang taruna terutama dalam mitigasi bencana merupakan

hal positif. Karang Taruna yang anggotanya adalah pemuda memiliki waktu dan energi

yang relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan orangtua maupun anak-anak,

Page 5: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

ditambah pengalaman mereka yang belum banyak memudahkan pengetahuan

kebencanaan, baik mitigasi maupun restorasi setelah bencana untuk mudah diterima dan

diingat.

Peran mereka dalam melakukan mitigasi bencana memudahkan akses informasi

pengetahuan kebencanaan untuk masuk ke telinga masyarakat. Terlebih mereka

merupakan bagian dari masyarakat secara langsung, tidak seperti pemerintah, sehingga

penyaluran pengetahuan kebencanaan dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari.

Selain itu, dengan banyaknya informasi yang mengalir di berbagai jenis media, terutama

media sosial menjadikan pemuda sebagai peran kunci untuk dapat membedakan dan

mengklasifikasikan informasi palsu dari informasi asli. Keberadaaan informasi palsu

terutama informasi bencana dapat menimbulkan berbagai hal yang tidak diinginkan.

Hal ini memberitahu kita betapa pentingnya peran pemuda terutama Karang Taruna

di tengah masyarakat. Oleh karena itu, merupakan suatu urgensi untuk memahami peran

karang taruna dalam mitigasi bencana dan keterlibatannya pasca-bencana. Harapan dari

penelitian ini adalah pemerintah dapat memahami lebih jauh lagi pentingnya partisipasi

pemuda melalui organisasi seperti karang taruna dalam mensosialisasikan kepentingan

umum. Sehingga pelaksanaan mitigasi bencana dapat berjalan dengan lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gerakan sosial yang dilakukan pemuda Dusun Ngandong dalam

melakukan mitigasi terhadap bencana alam yang disebabkan oleh Gunung Merapi?

2. Bagaimana keterlibatan pemuda Dusun Ngandong dalam pemulihan pasca-bencana

Gunung Merapi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kepedulian pemuda setempat terhadap bencana yang terjadi di sekitarnya.

2. Menggambarkan seberapa tahu mereka tentang mitigasi bencana.

3. Menggambarkan upaya – upaya yang dilakukan pemuda setempat dalam pengurangan

resiko bencana.

4. Memetakan proses program atau kegiatan gerakan sosial yang dilakukan pemuda

setempat dalam mitigasi bencana.

5. Menjelaskan peran pemuda setempat dalam pemulihan pasca-bencana.

Page 6: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

6. Menggambarkan keterlibatan pemuda setempat dalam upaya pemulihan pasca-

bencana.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Membertikan sumbangan ilmu pengetahuan sosial terkait peran dan gerakan

pemuda dalam mitigasi bencana dan proses pemulihan pasca-bencana.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Mengembangkan gerakan sosial yang dilakukan pemuda setempat sebagai sarana

program sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat sekitar..

2. Rekomendasi kepada lembaga pemerintah setempat, terutama kepada lembaga

penanggulangan bencana agar pemuda setempat mendapat pelatihan terkait

mitigasi bencana dan pemulihan pasca-bencana.

3. Mengintensifkan gerakan sosial yang dilakukan pemuda setempat menjadi suatu

program rutin dan tertata untuk dalam mitigasi dan pemulihan pasca-bencana

4. Tercipta kolaborasi antara pemerintah dan pemuda dalam mitigasi dan pemulihan

pasca-bencana untuk mengurangi resiko bencana.

Page 7: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1 Tahapan Penelitian

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dengan narasumber yaitu lima pemuda

Dusun Ngandong. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan

mendokumentasikan hasil temuan di lapangan. Pengumpulan data dengan wawancara

merupakan salah satu cara memperoleh data penelitian yang lebih mendalam. Dalam

upaya memperoleh data wawancara yang baik, peneliti akan membangun kondisi yang

nyaman agar narasumber dapat menjawab setiap pertanyaan secara terbuka, tetapi peneliti

tetap mempertimbangkan keobjektifan sikap dan informasi yang disampaikan

narasumber.

1.5.3 Teknik Analisis Data

Analisis data berupaya untuk mengatur secara sistematis bahan hasil wawancara dan

observasi, menafsirkannya agar memperoleh hasil temuan suatu pemikiran, teori atau

gagasan yang baru. Analisis data akan dilakukan peneliti pada penelitian ini yaitu melalui

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan

pemilihan data yang sesuai dengan jenis dan alur sistematis, lalu melakukan pengkodean

terhadap data-data yang diperoleh dari lapangan serta berupaya melengkapi data lapangan

yang masih dianggap kurang. Kemudian, kata dikategorikan ke dalam bagian-bagian yang

memiliki kesamaan. Data yang ada perlu dikiritisi dan dikaji ulang antara hubungan data

dengan konsep. Lalu, peneliti melakukan pemaknaan data dengan mengembangkan konsep

atau teori sesuai kode dan data yang ada untuk menemukan teori substantif.

Page 8: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

1.6 Studi Pustaka

Studi sebelumnya telah banyak mengidentifikasi mengenai peran pemuda dalam

proses mitigasi dan pemulihan pasca-bencana. Studi Kumoro yang meneliti mengenai

lava tour, gerakan sosial yang dilakukan pemuda, untuk memberi asupan ekonomi rumah

tangga pasca-bencana dengan mengubah pola ekonomi yang awalnya berbasis pertanian

menjadi berbasis kepariwisataan. Kumoro memasukkan pemuda ke dalam golongan

produktif karena modal energi yang termanifestasikan dalam organisasi pemuda

(Kumoro, 2019). Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

Ni’am di Ende, disana pemuda membentuk gerakan sosial yang berperan dalam proses

rancang-bangun sistem siaga bencana (Ni'am & Ardyanto, 2019). Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Novenanto,dkk di Besuki Timur (2019), dimana gerakan

sosial digunakan untuk berfungsi sebagai wadah yang berfungsi untuk mengatasi krisis

psikis dan krisis sosial para pemuda Besuki Timur sebagai akibat dari bencana lumpur

Lapindo. Dari ketiga penelitian tersebut dapat dilihat bahwa pemuda memiliki gagasan

untuk membuat gerakan baru dan memberikan berbagai manfaat bagi lingkungan

sekitarnya.

Melalui deklarasi hyogo atau dikenal dengan Hyogo Framwork for Action (HFA),

ada lima prioritas aksi penanggulangan bencana: 1) Make Disaster Risk Reduction as

Priority; 2) Know The Risk and Take Action; 3)Build Understanding and Awareness; 4)

Reduce Risk; 5) Be Prepared and Ready to Act. Kemudian dilanjutkan dengan Deklarasi

Sendai yang menghasilkan kerangka kerja Sendai untuk pengurangan risiko bencana

(2015-2030) dengan 4 prioritas aksi antara lain: 1) Memahami risiko bencana; 2)

Penguatan tata kelola risiko; 3) Investasi PRB untuk Resiliensi; 4) Meningkatkan

manajemen risiko (Rahman, 2016).

Banyak hal yang sebenarnya dapat dilakukan pemuda saat mitigasi bencana. Dalam

upaya respon saat bencana pemuda dapat melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda

bahaya, saling berkomunikasi, serta lapor terhadap komunitas terkait sehingga pemuda

dapat saling berkolaborasi bukan dalam tafsiran menghindari bencana melainkan hidup

selaras dengan bencana (Pradika, Giyarsih & Hartono, 2018), selain rehabilitasi pemuda

juga dapat melibatkan diri dalam proses rekonstruksi bencana, salah satu contoh terkait

hal ini adalah kemunculan pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang terdapat di Gunung

Kidul (Fatchurrohman, 2019).

Studi lainnya juga mengidentifikasi dampak bencana bagi kondisi pemuda. Heath

(2009) dalam studinya mengenai bencana di gempa bumi RRC tahun 2008 mengatakan,

Page 9: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

bencana dapat mengakibatkan negara kehilangan generasi pemuda dalam skala besar

yang berdampak pada keamanan dan kemakmuran di masa mendatang. Hal menarik

justru ditemui pada riset yang dilakukan oleh Nelson (2008) yang meneliti mengenai

psikologi remaja yang menjadi korban badai Katrina. Riset tersebut menemukan bahwa

pemuda memiliki kemampuan untuk mempertahankan sifat positif, meminta dan

menerima bantuan, menyelesaikan masalah, serta merasa tenang dan nyaman bersama

korban lainnya saat terjadi bencana, dari sanalah tercipta kesadaran pemuda terhadap

bencana. Dari kesadaran yang tercipta mendorong mereka untuk melakukan pencegahan

dan penurunan resiko bencana, serta tindakan pemulihan pasca-bencana.

1.7 Kerangka Berpikir

Page 10: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH

2.1 Deskripsi Desa Girikerto

Desa Girikerto merupakan salah satu desa di Kecamatan Turi. Kecamatan ini

terletak di bagian utara provinsi DIY dan berdekatan dengan gunung Merapi. Karena

letaknya yang berdekatan itulah, Desa Girikerto turut terkena letusan abu vulkanik ketika

gunung ini sedang erupsi. Tetapi ketebalan abu vulkanik berbeda-beda di tiap tempat

mengingat jarak dengan kawah dan arah angin yang bervariasi. Desa ini terletak di

dataran tinggi sehingga banyak penduduknya yang berprofesi sebagai petani salak

dengan memanfaatkan lahan subur hasil muntahan gunung, serta bekerja di sektor

ekowisata. Komoditas utama Desa Girikerto adalah buah salak dan susu sapi, namun

belakangan dikembangkan pula susu kambing karena keuntungannya yang lebih

menjanjikan dan masih jarang diternakkan.

Berdasarkan data BPS tahun 2018, jumlah penduduk Girikerto adalah sebanyak

7.582 jiwa dengan 3.773 penduduk laki-laki dan 3.809 penduduk perempuan.

Kebanyakan penduduk Desa Girikerto memiliki kebun salak yang diwariskan turun

temurun. Kebun tersebut jarang dialihungsikan menjadi bangunan atau lainnya, sehingga

meskipun pewaris kebun tidak bekerja di sektor pertanian, tetap saja tanah tersebut

menjadi kebun salak.

Remaja Desa Girikerto memiliki karang taruna yang terkoordinir dengan baik

hingga lingkup padukuhan. Hal ini dibuktikan dengan mudahnya mencari informasi

mengenai antar karang taruna walaupun berbeda dusun serta adanya kumpul antar

anggota karang taruna dalam 1 desa.

2.2 Deskripsi Dusun Ngandong

Dusun Ngandong merupakan padukuhan yang terletak di bagian paling utara Desa

Girikerto. Dusun Ngandong berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Merapi

(TNGM) di bagian utara, kemudian dusun Nangsri di bagian selatan, serta Kecamatan

Pakem di bagian timur. Dusun ini juga berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa

Tengah di barat. Dusun ini berjarak kira-kira 7 km dari kawah Gunung Merapi dan

termasuk kedalam zona rawan 4 (zona terdepan), namun dusun ini tidak menerima

Page 11: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

dampak yang terlalu massif dari Gunung Merapi karena letaknya yang jauh dari sungai

sehingga terhindar dari aliran lahar panas maupun lahar dingin.

Page 12: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN3.1 Karang Taruna

Karang taruna merupakan suatu organisasi di suatu masyarakat dengan basis

kepemudaan yang berada di wilayah desa/kelurahan. Salah satu fungsi dari karang taruna

sendiri yaitu karang taruna merupakan wadah yang digunakan oleh pemuda setempat

untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri mereka dan juga meningkatkan

hubungan antar pemuda di masyarakat. Sebagai suatu organisasi dengan basis

kepemudaan, di dalam karang taruna sendiri juga mengajarkan hal mengenai cara

mengurangi resiko ketika terjadi bencana.

Penelitian kelompok kami yang bertempat di Dusun Ngandong, Girikerto, Turi,

Sleman yaitu mengenai “Peran Pemuda Desa Girikerto Kecamatan Turi dalam

Sosialisasi Mitigasi Bencana Gunung Merapi” menemukan berbagai informasi. Dimana

dari hasil penelitian itu kelompok kami mendapatkan informasi dari berbagai narasumber

yang merupakan pemuda dari dusun Ngandong yang terlibat di dalam organisasi

kepemudaan setempat.

Berdasarkan informasi yang kami dapat dari hasil wawancara dengan beberapa

informan, kami menemukan informasi bahwa kebanyakan anggota dari karang taruna di

Dusun Ngandong yaitu masih merupakan siswa sekolah, baik itu siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP), dan juga Sekolah Menengah Atas (SMA). Seperti hasil

wawancara salah satu anggota kelompok kami dengan informan pada tanggal 28 April

2018,

“Iya masih, tapi ya sekarang yang besar - besar cuma tinggal saya, mas

Dwi sama mas Feri itu yang lainnya ya itu masih SMP SMA sekolah-

sekolah…” (Ponijo, Informan)

Menurut informasi yang disampaikan oleh informan tersebut, anggota dari karang

taruna setempat yang bukan merupakan siswa sekolah atau bisa disebut sebagai pekerja

hanya tersisa tiga orang (Ponijo, Dwi, Feri) dan anggota karang taruna yang lain

merupakan pelajar dari SMP hingga SMA.

Page 13: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Mengenai keaktifan dari karang taruna di dusun tersebut, informan kami

memberikan informasi bahwa karang taruna di dusun Ngandong masih bisa terbilang

aktif dalam berkegiatan. Informasi mengenai keaktifan dari karang taruna ini kami dapat

dari informan yang telah diwawancarai oleh anggota kelompok kami. Berikut merupakan

kutipan hasil informasi dari informan yang merupakan anggota karang taruna,

“he.eh (iya), di tiap Rt juga ada kumpul - kumpulannya. Kalau di Rt.2 mah

seminggu dua kali eh he.eh (iya), satu bulan dua kali. Kalau di Rt ku untuk

muda mudinya tiap satu bulan sekali (sungai) tiap malam tanggal 15 itu,

itu untuk kumpulan Rw cuma sekali, selapan dina pisan (35 hari sekali).”

(Ponijo, 28 April 2019)

Selaras dengan perkataan dari Ponijo, informan lain yang diwawancarai oleh

anggota kelompok kami juga mengatakan bahwa karang taruna di Ngandong selalu

mengadakan rapat sebagai agenda rutin mereka. “Setiap malam minggu pahing itu ada

rapat rutin” begitu kata Siam yang merupakan salah satu informan kami. Dia

mengatakan bahwa karang taruna di tempatnya mengadakan agenda rutin yang berupa

rapat pada setiap malam minggu pahing.

Lokasi yang dekat dengan puncak gunung Merapi mengharuskan warga di dusun

tersebut untuk setidaknya mengetahui langkah – langkah mitigasi apabila terjadi letusan

pada gunung Merapi. Terkait dengan hal tersebut, karang taruna sewajarnya memiliki

sebuah program khusus mengenai hal yang berhubungan dengan mitigasi bencana.

Namun, berdasarkan informasi yang kami dapat dari informan disini yaitu bahwa karang

taruna di dusun Ngandong tersebut justru tidak memiliki program khusus yang berkaitan

dengan mitigasi bencana khususnya ketika gunung Merapi meletus. Salah satu anggota

kelompok kami berhasil mendapatkan informasi tersebut dari informan yang bernama

Jannah. Ketika anggota kelompok kami menanyakan mengenai adakah program khusus

karang taruna di Ngandong yang berkaitan dengan mitigasi bencana, informan tersebut

dengan singkat menjawab tidak.

Hafizh: Hehe.. Lha kalau karang taruna sendiri ada kasarannya

kayak, ee, acara khusus gitu ngga, Mbak? Terhadap isu kayak ini

Page 14: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

apa namanya pencegahan, evakuasi.. Ngga ada program khusus?

Jannah: Ngga

Meskipun karang taruna di dusun Ngandong tidak memiliki program khusus terkait

mitigasi bencana khususnya ketika gunung Merapi meletus, tetapi ada juga segelintir

pemuda di sana yang terlibat di dalam kelompok relawan khusus bencana. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari informan yang bernama Jannah, terdapat pemuda di dusun

setempat yang menjadi relawan untuk mitigasi. Informan berpendapat secara singkat

bahwa ada pemuda di dusun setempat yang menjadi relawan untuk melakukan mitigasi,

bersama dengan Mas Dwi dan Mas Ijut. Meski demikian, informan tidak mengetahui

secara detail perihal tim relawan tersebut, salah satunya mengenai jumlah anggota yang

ada. Berikut ini merupakan hasil percakapan informan saat diwawancarai oleh anggota

kelompok kami,

Hafizh: Mas Ijut kan bilang, ee, dari relawan katanya malah banyak anak mudanya

gitu. Dari sini banyak yang jadi relawan untuk itu? Untuk…

Jannah: Ya, ada.

Hafizh: Tapi, kalau banyak atau nggak? Nggak tahu?

Jannah: Nggak tahu, hehe.

Hafizh: Ketuanya Mas Ijut. Ee, tapi kalo terkait bencana, dibantu sama Mas Dwi? Itu

kasarannya bener-bener sukarela gitu ya, memang?

Jannah: Ya.

Meskipun informasi di atas menyebutkan bahwa terdapat pemuda dusun tersebut

yang menjadi relawan kebencanaan, tetapi informan juga menyebutkan bahwa tidak

semua pemuda di dusun Ngandong tersebut memiliki ketertarikan untuk menjadi relawan

mitigasi. Informan berpendapat secara singkat bahwa pemuda di dusun setempat tidak

terlalu berminat untuk menjadi relawan, tetapi ketika informan ditanyai seberapa banyak

jumlah pastinya dia menjawab tidak mengetahui secara pasti. Berikut merupakan

percakapan antara pewawancara dan informan yang dilakukan pada tanggal 28 April

2019,

Page 15: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Hafizh: Hmm.. Kalau pemuda sendiri, mereka emang sangat minat untuk, apa

namanya, jadi relawan gitu, atau bagaimana?

Jannah: Kurang deh kayaknya

Hafizh: Oo, malah kurang untuk jadi relawan? Lha itu, kurangnya…

Jannnah: Soalnya kan…

Hafizh: …kenapa, Mbak?

Jannah: Gimana ya, susah njelasinnya.

Akan tetapi ketika informan ditanyai mengenai maksud kekurangan yang dikatakan

oleh informan sendiri, dia kesulitan untuk menjelaskannya kepada pewawancara.

3.2 Bolo Tetulung

Penelitian berjudul Peran Pemuda Dusun Ngandong Kecamatan Turi dalam

Sosialisasi Mitigasi Bencana Gunung Merapi ini dilaksanakan di Padukuhan Ngandong,

Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman pada tanggal 28 April 2019

Padukuhan Ngandong merupakan salah satu padukuhan yang letaknya dekat dengan

Gunung Merapi, yaitu sejauh 7 km. oleh karena itu, wajar bila padukuhan ini terkena

dampak letusan Merapi baik secara langsung maupun tidak langsung. Peneliti

menemukan endapan debu yang terdapat di atap rumah penduduk setempat, selain itu,

hal ini nampak pula pada sebagian rumah yang tidak ditempati di mana atapnya

berlubang-lubang. Fenomena semacam ini sejalan dengan apa yang dikatakan informan

mengenai letusan merapi tahun 2006 dan 2010. Terjadi hujan abu yang menutupi seluruh

padukuhan serta hujan diikuti lumpur panas yang membuat atap rumah berlubang-

lubang. Padukuhan ini memiliki keunikan, yaitu meskipun letaknya sangat dekat dengan

gunung merapi namun tidak berdampak parah pada penduduk. Meskipun begitu

penduduk setempat tetap harus mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk

menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Salah satu relawan lokal yang

membantu jalannya proses pengungsian adalah kelompok relawan Bolo Tetulung. Oleh

karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana profil kelompok relawan lokal ini.

Bolo Tetulung merupakan kelompok relawan lokal yang berada di Desa Girikerto.

Nama Bolo Tetulung berasal dari kata Bolo yang artinya teman dan tetulung yang artinya

menolong, sehingga secara harfiah Bolo Tetulung berarti menolong teman. Sejarah Bolo

Page 16: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Tetulung bermula ketika tahun 2006 seusai letusan besar Merapi, terdapat seseorang

yang berasal dari luar Desa Girikerto ingin membentuk kelompok relawan yang

beranggotakan pemuda, maka sejak saat itu terbentuklah kelompok relawan setempat

yang membantu tim SAR mencari korban bencana Merapi. Lambat laun kelompok

relawan tersebut memiliki anggota yang banyak dan sudah memiliki struktur organisasi

yang memudahkan pembagian tugas antar anggota

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kepedulian pemuda setempat terhadap bencana yang terjadi di sekitarnya serta

Menggambarkan upaya – upaya yang dilakukan pemuda setempat dalam pengurangan

resiko bencana. Pada bagian ini pertama-tama peneliti akan memaparkan hasil

wawancara bersama 2 informan dan observasi Dukuh Ngandong serta analisisnya.

Setelah itu, peneliti akan menjelaskan secara singkat mengenai bagaimana Bolo Tetulung

menjadi wadah pemuda setempat dalam memahami bencana dan risikonya, terutama di

Padukuhan Ngandong.

Informasi mengenai Bolo Tetulung ini didapat peneliti melalui wawancara pada

humas karang taruna padukuhan Girikerto atau yang kerap dipanggil Mas Dwi. Mas Dwi

sendiri berusia 26 tahun sehingga ia masih remaja saat letusan 2010 terjadi. Hal yang

sama juga diutarakan oleh ketua karang taruna padukuhan Girikerto atau yang biasa

dipanggil Mas Ponijo. Bolo Tetulung bekerja sama pula dengan tim SAR dan BNPB.

Para anggota Bolo Tetulung kebanyakan pemuda Girikerto yang mengungsi dan turut

membantu orang lain mengungsi di Cangkringan, sehingga melahirkan pernyataan emic

di kalangan mereka, “sambil mengungsi membantu pengungsi”. Terdapat cerita menarik

sewaktu mereka menjadi relawan di Cangkringan. Menurut Mas Dwi, hal menarik

tersebut adalah ketika menemukan benda-benda ditengah abu. Seperti, motor yang sudah

tinggal besinya saja, batu besar didepan rumah salah satu warga (padahal sebelumnya

batu tersebut masih belum ada), kemudian ternak seperti sapi yang sudah matang

terbakar. Selain itu, wawancara juga dilakukan bersma Mas Ponijo, Mas Ponijo

merupakan ketua karang taruna Padukuhan Ngandong.

Bolo Tetulung ini dibentuk oleh orang dari luar Girikerto, namun lambat laun

kebanyakan anggotanya adalah pemuda Girikerto dan Pancoh. Kelompok relawan ini

mengajarkan ilmu pengetahuan mengenai bencana kepada para pemuda serta bagaimana

cara melakukan evakuasi pada korban bencana. Kegiatan evakuasi yang dilakukan

kelompok relawan ini tidak hanya seputar merapi saja, melainkan pada semua bencana di

wilayah Yogyakarta. Sebagai contoh, Bolo Tetulung ikut membantu proses evakuasi

Page 17: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

bencana banjir dan tanah longsor di Bantul. Selain itu, Bolo Tetulung juga turut

memantau aktivitas Gunung Merapi dan memberi informasi pada warga bila suatu saat

terjadi bencana, sehingga warga dapat waspada sebelumnya. Tugas Bolo Tetulung

lainnya adalah menyisir kawasan sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), hal

ini bertujuan untuk mengawasi lingkungan alam di sekitar gunung. Bukan hanya korban

jiwa dan harta benda, tak jarang Bolo Tetulung menyelamatkan hewan-hewan (terutama

ternak) dari bencana. Terdapat hal menarik ketika proses evakuasi penduduk saat letusan

Merapi, yaitu bebrapa pemuda menolak untuk dievakuasi, salah satunya Mas Ponijo.

Beliau menolak mengungsi dan lebih memilih berdiam diri di rumah meskipun di luar

sedang hujan abu dan hujan lumpur.

Pada awalnya sosialisasi antar anggota pada kelompok Bolo Tetulung dilakukan saat

mereka berkumpul rapat saja, namun lambat laun seiring berjalannya sosial media di

kalangan anggota Bolo Tetulung, mereka juga memanfaatkan grup Whatsapp dan HT.

Namun mengingat kondisi setempat yang susah sinyal, mereka cenderung memanfaatkan

grup Whatsapp saat keadaan tidak genting, seperti memberi informasi harian seputar

Gunung Merapi dan memanfaatkan HT saat kondisi sangat genting, seperti saat evakuasi

korban letusan Gunung Merapi.

Story box 1

Berdasarkan Story box 1 diatas, kelompok relawan lokal Bolo Tetulung dapat

dikatakan sebagai sistem sosial karena menurut teori Sibenertika Parson, sistem sosial

terdiri dari sub sistem yang saling bersinergi (Anonim, 2019). Bolo Tetulung sendiri

merupakan gabungan sub sistem yang saling berhubungan sehingga memenuhi syarat

sebagai sistem sosial. Proses perkembangan Bolo Tetulung dapat dianalisis

menggunakan teori struktural fungsional yang dikatakan Talcott Parson. Dalam teori

tersebut Parson menyebutkan bila terdapat 4 komponen dasar Struktural Fungsional atau

yang lebih dikenal sebagai AGIL, yaitu:

Pada awalnya Bolo Tetulung dibentuk oleh orang luar Desa Girikerto

(informan tidak mengetahui namanya), sebelumnya anggotanya masih

sedikit, kemudian bertambah banyak seiring berjalannya waktu. Pada

awalnya kelompok relawan ini hanya berfokus pada evakuasi korban gunung

Merapi, namun lambat laun kelompok relawan ini turut membantu evakuasi

bencana lain, seperti Banjir dan Tanah Longsor di Bantul.

Page 18: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

1. Adaptation. Yang dimaksud adaptation adalah ketika sistem sosial selalu mengalami

perubahan sehingga dapat terus menyesuaikan diri dengan perubahan, baik perubahan

internal maupun perubahan eksternal.

2. Goal Attainment. Yang dimaksud goal attaintment adalah ketika sistem sosial

memiliki tujuan yang hendak dicapai.

3. Integration. Yang dimaksud integration yaitu, sistem sosial terintegrasi satu sama

lain, tidak terpisah-pisah

4. Latency. Yang dimaksud Latency yaitu, meskipun memiliki kemampuan untuk

beradaptasi dengan perubahan, tetapi sistem sosial selalu mempertahankan bentuk

interaksi yang statis sehingga setiap perilaku menyimpang diakomodasi melalui

kesepakatan yang terus menerus diperbarui (Parsons dalam Wijayati, 2017)

Menurut Teori Struktural Fungsional, masyarakat merupakan keseluruhan sistem

yang bekerja untuk mencapai stabilitas sosial (Anonim, 2019). Selain untuk mencapai

stabilitas, masyarakat merupakan sistem kompleks yang bertujuan untuk mencapai

solidaritas dan memiliki pola yang relatif stabil (Moffit, 2018). Hal ini tercermin dalam

kehidupan masyarakat Padukuhan Ngandong yang saling melengkapi satu sama lain,

membentuk suatu sistem berpola relatif stabil dan memiliki solidaritas yang mekanis.

Kelompok arisan ibu-ibu, pemuda, kepala dukuh dan jajarannya saling membantu satu

sama lain sebelum bencana, saat bencana, dan setelah bencana. Bahkan salah satu titik

kumpul sengaja dibangun di dekat rumah pak kepala dukuh. Hal ini membuktikan bila

warga Ngandong sudah sadar akan bahaya bencana dan apa yang harus dilakukan ketika

bencana.

Pembentukan kelompok relawan lokal Bolo Tetulung telah memenuhi keempat

komponen tersebut, hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan struktur yang

menyesuaikan kondisi sosial di sekitar Bolo Tetulung. Pada awalnya Bolo Tetulung

memiliki anggota yang sedikit, lambat laun memiliki anggota yang banyak seiring

bertambahnya waktu, dilengkapi dengan adanya strukur keanggotaan serta rapat rutin

dan grup Whatshapp. Dari fakta-fakta tersebut, dapat diketahui bila kelompok relawan

lokal Bolo Tetulung ini telah mengalami Adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitarnya. Hal ini dilakukan agar kelompok tersebut tetap eksis di kalangan

anggotanya dan tidak sepi peminat.

Page 19: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Bolo Tetulung tidak hanya membantu penduduk Girikerto ketika terjadi

letusan tahun 2010, Bolo Tetulung juga ikut membantu menyelamatkan

harta benda di Cangkringan, selain itu Bolo Tetulung juga ikut dalam

evakuasi banjir di Bantul. Bolo Tetulung tidak bekerja sendiri. Mereka juga

berhubungan baik dengan tim SAR dan BPBD. Antar anggota pun memiliki

hubungan yang kuat meskipun tidak berasal dari 1 desa yang sama. Sebagai

suatu organisasi, Bolo Tetulung juga memiliki aturan yang wajib ditaati

anggotanya

Story Box 2

Berdasarkan Story Box 2 terlihat bila Bolo Tetulung memiliki tujuan tertentu sejak

dibentuk, yaitu membantu melakukan evakuasi bencana, baik membantu mengungsi

maupun menyelamatkan harta benda pasca bencana. Hal ini sesuai dengan komponen

dasar teori struktural fungsional yang kedua, yaitu Goal Attainment. Selain itu, diketahui

Bolo Tetulung ini juga terintegrasi satu sama lain, baik internal maupun eksternal.

Sedangkan pada komponen yang terakhir yakni Latency, tersirat dalam aturan yang

dimiliki Bolo Tetulung, karena didalam aturan terdapat anjuran dan larangan yang

membatasi ruang gerak anggotanya. Bagi pelanggar aturan, akan dikenai sanksi sesuai

aturan tersebut. Aturan yang sudah kadaluarsa akan digantikan dengan aturan baru yang

relevan dengan keadaan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bila kelompok relawan lokal Bolo Tetulung ini

telah berhasil memberikan edukasi kepada pemuda Girikerto, khususnya Padukuhan

Ngandong. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Mas Dwi dan Mas Ponijo.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa keberadaan Bolo Tetulung memberikan manfaat

yang sangat besar terutama bagi Pemuda Padukuhan Ngandong dalam memahami

bencana di sekeliling mereka serta rasa kepekaan sosial terhadap korban bencana alam.

3.3 Mitigasi dan Pemuda Desa Ngandong

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 6 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan

peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Dalam subbbab ini kami akan

membahas berbagai bentuk mitigasi yang dilakukan pemuda Desa Ngandong menjadi

Page 20: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

dua menurut Adnan, dkk (2015) berupa mitigasi struktural (structural mitigation)

maupun aktivitas non-struktural (non-structural activities) dari pihak lain yang bekerja

sama dengan pemuda Desa Ngandong. Bentuk mitigasi yang dilakukan tidak terbatas

pada kasus yang berkaitan dengan erupsi Gunung Merapi 2010 saja, namun didasarkan

pada data yang kami dapat dalam wawancara bersama narasumber yang mungkin

menceritakan pengalamanannya baik sebelum maupun sesudah erupsi tersebut.

Mitigasi sendiri tidak dapat berjalan hanya dengan kerja sama antara satu pihak

dengan pihak lainnya, respon dan kesiapan masyarakat dalam mengatasi masalah yang

akan muncul saat bencana terjadi dapat berubah sewaktu-waktu akibat perubahan dan

pembaharuan informasi mengenai bencana tersebut. Dijelaskan oleh Adnan, dkk (2015)

“a community’s ability to mitigate against and prepare for a disaster is tremendously

improve by embracing development”. Oleh karena itu kerja sama yang dilakukan

antarpihak bukan saja harus menghadirkan masyarakat di dalamnya, tetapi ikut

melibatkan mereka dalam proses dari awal mitigasi hingga akhir.

Pertimbangan tersebut sesuai dengan konsep teori aksi sosial dimana tindakan

seseorang terjadi setelah mempertimbangkan orang lain, selanjutnya oleh Trueman

(2015) “To Weber, a ‘social action’ was an action carried out by an individual to which

an individual attached a meaning. Therefore, an action that a person does not think about

cannot be a social action”. Aksi sosial sendiri dapat dipahami melalui dua metode, yaitu

aktuelles verstehen dan erklärendes verstehen yang pertama merupakan pemahaman

melalui observasi secara langsung, sedangkan yang kedua membutuhkan pemahaman

berdasar perspektif subjek yang diobservasi oleh peneliti.

Teori aksi sosial menjadi unit analisis yang penting untuk memahami berbagai

kegiatan sosial yang berada di tengah masyarakat terutama dalam kasus ini di Desa

Ngandong. Alasannya adalah teori aksi sosial menekankan aspek ‘mempertimbangkan’

dari setiap kegiatan yang akan dilakukan individu atau bahkan pada tingkat birokrasi.

Dalam konteks Desa Ngandong sendiri, mitigasi melibatkan seluruh tingkatan

masyarakat dari berbagai pihak, serta memiliki dampak yang luas pada setiap kebijakan

yang dibuat.

3.3.1 Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Desa Ngandong

A. Titik Kumpul, Masjid, dan Pak Dukuh

Banyak dari fasilitas di Desa Ngandong terletak pada posisis yang

strategis (mudah dicapai, terlihat, dan berada di tengah desa) dan merupakan

jenis fasilitas yang sering digunakan masyarakat untuk berkegiatan sehari-hari,

Page 21: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

bukan bangunan khusus yang didesain untuk situasi khusus, sehingga apa yang

kita lihat disana merupakan pemanfaatan fasilitas yang telah ada untuk

kemudian dikembangkan dan digunakan sesuai kondisi alam dimana mereka

tinggal.

Dari kelima informan yang berhasil diwawancarai, kami berhasil

mendapatkan beragam informasi mengenai berbagai fasilitas, sarana, dan

prasarana di Desa Ngandong baik dalam keadaan baik maupun sudah rusak.

Berdasarkan wawancara yang saya lakukan bersama Parry sendiri, didapati

bahwa lokasi rumah, ukuran halaman rumah, serta tanggung jawab sebagai

Pak Dukuh sendiri yang rumahnya berada di tengah desa dan dekat dengan

akses keluar-masuk desa menjadi pusat perhatian daripada fasilitas mitigasi

maupun berkegiatan yang berhubungan dengan mitigasi kebencanaan.

“Kalo 2010 itu apa– Ada ini, sirine, di tempat Pak Dukuh itu

sama diumumin juga di masjid gitu … Yang opo (apa, ya

biasanya Pak Dukuh kalo enggak Pak RW gitu (memberi

peringatan melalui masjid) … nggih (iya) yang sebelah utara di

tempat Pak Dukuh kalo yang selatan ada lagi … Terus

sekarang kalo ada kegiatan-kegiatan apa, kumpul-kumpul gitu

di tempat Bapak Dukuh” Parry (25), 28 April 2019.

Beberapa fasilitas yang dimaksud – yang berhubungan erat dengan Pak

Dukuh, baik secara tanggung jawab maupun tempat tinggalnya – adalah titik

kumpul dan masjid, selain itu juga rumah Pak Dukuh digunakan sebagai

tempat mengadakan sosialisasi mitigasi bencana yang akan kita bahas pada

bagian komunikasi. Titik kumpul pertama berada di bagian utara tepatnya

halaman rumah Pak Dukuh yang kini telah dilengkapi sistem sirine pasca

letusan Merapi 2010 (sebelumnya mengandalkan sirine dari desa lain) dan

selatan, beberapa meter dari lokasi rumah Pak Dukuh. Titik kumpul tersebut

digunakan untuk mengumpulkan warga saat becana terjadi dan kemudian

dengan teratur mengarahkan mereka untuk keluar ke pos-pos terdekat, sirine

yang berbunyi selain sebagai peringatan juga penanda lokasi titik kumpul,

terutama yang berada di halaman rumah Pak Dukuh.

Fasilitas lain yang berfungsi serupa dengan sirine adalah masjid, pengeras

surara masjid digunakan sebagai alat peringatan apabila bencana terjadi dan

menurut Parry pengeras suara tersebut disuarakan oleh Pak Dukuh atau Pak

Page 22: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

RW. Di sepanjang desa juga terlihat dengan jelas berbagai rambu-rambu

peringatan ‘jalur evakuasi’ dan ‘lokasi titik kumpul’ sebagai penanda arah dan

lokasi tempat yang dituju.

Masyarakat Desa Ngandong memanfaatkan masjid dan titik kumpul

sebagai fasilitas dengan baik. Masjid dimanfaatkan karena sebelum 2010 Desa

Ngandong tidak memiliki sirine, mereka mengandalkan sirine dari desa

sebelah. Sehingga speaker masjid digunakan untuk menjangkau bagian Desa

Ngandong yang tidak dapat mendengar bunyi sirine, digunakanlah speaker

masjid yang berada di Desa Ngandong. Begitu pula dengan titik kumpul,

masyarakat Desa Ngandong yang memiliki halaman luas dan terbuka dengan

lokasi strategis memanfaatkannya sebagai titik kumpul, sehingga akses

fasilitas mitigasi dapat secara merata dicapai oleh masyarakat Desa Ngandong.

Peran Pak Dukuh terkait fasilitas mitigasi juga tidak kalah penting. Ia memiliki

tanggung jawab untuk mendahulukan keamanan masyarakatnya sebelum Ia

sendiri dapat menyelamatkan diri, Ia bertugas untuk memberikan peringatan

melalui speaker masjid dan memfasilitasi titik kumpul dengan halaman

rumahnya. Ia juga menggunakan rumahnya sebagai tempat untuk melakukan

sosialisasi mitigasi bencana.

Dari sini kita dapat melihat bahwa keselamatan masyarakat saat terjadi

bencana merupakan prioritas mereka, sehingga banyak fasilitas mitigasi

bencana di Desa Ngandong berasal dari bangunan yang fungsinya

mengadaptasi sesuai lingkungan desa mereka. Dari kelima informan yang kita

tanya, nampak tidak ada permasalahan yang muncul akibat memanfaatkan

lahan/bangunan milik kelompok tertentu di Desa Ngandong. Pertimbangan

keselamatan masyarakat desa menjadi prioritas utama dalam memanfaatkan

fasilitas di desa. Mereka memiliki nilai ikatan antar sesama yang sangat erat.

B. Pos Ronda dan Masyarakat

Di titik terluar desa terdapat sebuah pos ronda sebagai tempat untuk

menjaga dan mengawasi setiap orang dan informasi yang masuk dan keluar

desa, lokasi pos ronda tersebut sangat strategis karena posisinya yang berada

di seberang satu-satunya jalan masuk keluar Desa Ngandong. Informan juga

turut mengatakan bahwa pos ronda ini kerap dimanfaatkan apabila aktivitas

Gunung Merapi patut untuk diawasi. Mengutip perkataan Ponijo (27) saat

Page 23: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

diwawancarai oleh salah satu anggota dari tim kami, “Ya campur kog mbak,

misalnya ya kalau yang tua dua yang pemuda juga dua” memberitahu kami

bahwa pada proses pengawasan terkadang terdapat pola jumlah pemuda dan

orang tua yang sama, guna berbagi pengalaman dan ilmu selagi kegiatan

pengawasan dilakukan. Hal ini berguna untuk meneruskan kebiasaan yang

telah dilakukan oleh generasi yang lebih tua.

“… malem kan pada tidur semua kok opo (apa), gununge eee ada

suara gludak gluduk gitu nggih (iya) … Kadang beberapa orang-

orang tertentu gitu yang biasanya opo (apa), ronda gitu, dicari,

"ojo turu sikek", gitu, jaga dulu” Parry (25), 28 April 2019

Baik pada kegiatan ronda malam rutin maupun mengawasi aktivitas

Merapi, warga yang datang ke ronda biasanya merupakan wajah yang familiar

saja, tidak semua orang dengan sukarela bergabung untuk mengikuti aktivitas

tersebut. Informan menambahkan bahwa ronda di desa mereka tidak memiliki

sistem denda untuk setiap anggota warga yang tidak mengikuti ronda,

memmberikan interpretasi bahwa ronda hanya dilakukan oleh orang yang

sukarela saja. Namun bukan berarti warga yang mengikuti ronda hanya itu-itu

saja, karena setiap satu-dua minggu terdapat orang yang hadir untuk sekadar

‘setor muka’.

Kegiatan menjaga dan mengawasi di pos ronda tetap berlanjut bahkan saat

desa sudah dikosongkan, saat desa sudah menjadi berbahaya untuk tetap

ditinggali. Beberapa dari mereka tetap tinggal karena pertimbangan lain yang

menurut mereka lebih penting seperti mengurus hewan ternak yang menjadi

tumpuan ekonomi sebagian masyarakat Desa Ngandong. Beberapa pemuda

yang memberanikan diri untuk tetap tinggal secara naluri berusaha untuk

mengurangi dampak bencana bersama tim relawan seperti Basarnas.

“ada pos ronda … tapi kalau pemuda sebagian masih jaga - jaga di

pos, apalagi kalau warga udah kosonglah banyak yang ngungsi …

dari dulu itu ya intinya ya meskipun diharuskan tapi juga yang

berani aja intinya punya nyali, ya kalau memang takut ya lebih

dianjurkan untuk ikut ngungsi aja” Ponijo (27), 28 April 2019

Pos ronda telah menjadi fasilitas yang sangat penting dari melakukan

ronda sebagai rutinitas malam warga sampai menjaga ternak tetangga saat desa

telah dikosongkan. Sebagaimana data wawancara yang telah kami kumpulkan

Page 24: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

pemuda Ngandong sebagai kelompok masyarakat yang masih memiliki tenaga

lebih dari kelompok yang lebih muda/tua mengerahkan kemampuannya untuk

membantu relawan menjaga dan mengawasi desa mereka. Mereka memahami

posisi mereka sebagai pemuda desa adalah roda penggerak desa mereka,

sehingga mereka merasa wajar apabila pemuda tinggal di desa sedangkan

anggota keluarga lainnya mengamankan diri di pos pengungsian. Hal ini

sejalan dengan visi yang terdapat dalam beberapa jurnal penelitian yang

disampaikan oleh Mitchell, dkk (2008) “These small, but significant initiatives

suggest that institutions and agencies beyond those focused on children and

youth alone, are beginning to see that young people may have the capacity to

bring about change in their own lives.” Alasan lain mereka untuk tetap tinggal

di desa adalah perihal kenyamanan, sebagaimana dikatakan Ponijo (27), “…

emang saya kalau dipengungsian nggak betah mbak saya lebih betah disini

(desa).”

Kesadaran mereka untuk memberanikan diri tinggal di desa merupakan

contoh konkrit dari teori aksi sosial. Mereka memahami bahwa posisi mereka

sebagai pemuda bukanlah untuk disia-siakan, tetapi mereka juga sadar bahwa

hal tersebut bukan merupakan tuntutan bagi seluruh pemuda untuk tetap

tinggal di desa mereka. Informan yang kami wawancarai termasuk kelompok

pemuda yang tetap tinggal di desa. Dari hasil wawancara kami dapat

ditemukan bahwa aksi yang mereka lakukan selalu mempertimbangkan hasil

kedepannya, hal tersebut dapat kita lihat dari kegiatan mereka mengurus ternak

milik tetangga agar tidak mati kelaparan, mereka menanggung resiko dari

tinggal di desa dengan jaminan kondisi fisik mereka yang masih fit.

C. Komunikasi dan Sosialisasi Bencana

Aliran informasi kebencanaan tidak boleh putus, di Desa Ngandong

aktivitas Merapi tidak dapat dipantau secara langsung karena kondisi alam

yang menutupi jarak pandang, terlebih tidak adanya sinyal telepon genggam

membuat informasi menjadi semakin sulit masuk ke desa. Itulah saat

masyarakat mengadaptasi HT atau handy-talky, perangkat ini memiliki saluran

sinyal sendiri yang berbeda dengan telepon genggam, sehingga dapat

digunakan di Desa Ngandong tanpa masalah.

Page 25: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Cepat beradaptasi, sudah banyak masyarakat yang memegang HT di

tangan mereka sejak sebelum erupsi Merapi tahun 2006, frekuensi HT

memungkinkan informasi kegiatan Gunung Merapi dapat dilacak dengan cepat

karena sudah disesuaikan dengan frekuensi komunitas Merapi yang bertugas

memantau aktivitas dan keadaan Gunung Merapi. Meskipun demikian tidak

menutup kemungkinan untuk melakukan pemantauan melalui telepon

genggam. Informasi dari bawah tidak hanya disalurkan melalui gawai saja,

tetapi juga melalui kegiatan sosialisasi.

“… sering kog mbak (sosialisasi) … Ditempat pak dukuh kalau

sharing biasanya … Intinya bentuknya kalau terjadi apa - apa

mau mengungsi kemana terus ee intinya dimintain data

penduduknya jadi ketika terjadi apa - apa itu tempat

pengungsiannya juga harus diukur mampu menampung berapa

orang … dulu kan cuma langsung kesana tapi kalau sekarang

kan udah punya arahan misalnya desa ini kemana” Ponijo (27),

28 April 2019

Kegiatan sosialisasi sendiri berasal dari berbagai pihak yang bekerja sama

dengan masyarakat Desa Ngandong, baik dari pemerintah, relawan,

komunitas, hingga mahasiswa. Kegiatan sosialisasi ini kerap dilakukan di

rumah Pak Dukuh, dan seperti kutipan diatas kegiatan sosialisasi tidak terbatas

pada berbagi ilmu dan informasi terkait Gunung Merapi, tetapi juga pendataan

guna merencanakan wilayah penampungan saat bencana terjadi. Menurut

informan yang saya wawancarai partisipasi sosialisasi di desa cukup merata

antara kelompok muda dan tua, mereka mengetahui informasi tentang kegiatan

tersebut melalui undangan yang diberikan.

Dari informasi di atas kita menangkap bahwa masyarakat Desa Ngandong

sangat terbuka dan terus melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam

melakukan penanganan informasi kebencanaan. Mereka mengandalkan diri

mereka sendiri sebagai pembawa HT yang dapat menyalurkan informasi

kepada sesama anggota masyarakat Desa Ngandong, dan mengandalkan orang

lain sebagai sumber informasi lain. Banyak dari anggota masyarakat desa yang

memiliki HT karena mereka sadar akan kebutuhan mereka dan keluarga

mereka untuk tetap mendapatkan informasi secara berkala. Meskipun

digunakan untuk pribadi, namun kepemilikan HT merupakan bukti kesadaran

Page 26: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

mereka akan perlunya bertukar informasi baik dengan sesama anggota

masyarakat desa maupun dengan pengawas aktivitas Merapi, perilaku ini

didukung oleh argumen Mitchell, dkk (2008) “When the community trusts the

messenger, delivery of services and formal authority, they will become more

active in responding to preparedness planning, relief and recovery, particularly

if they can foresee the benefits in participating in these risk counter-measures.”

Begitu pula dengan sosialisasi yang dilakukan di rumah Pak Dukuh,

jumlah partisipan yang merata antara kelompok muda dan tua menunjukkan

tingkat kepedulian di kedua kelompok. Keduanya saling memahami peran

masing-masing sebagai kelompok muda dan tua serta terdapat bentuk

‘regenerasi’ dari partisipan sosialiasi, artinya pemuda di Desa Ngandong

sangat memperhatikan kondisi di Desa Mereka, tidak hanya menganggap

sebagai rumah yang ditinggalkan ketika bencana terjadi.

Peneliti menginterpretasikan pemuda Desa Ngandong sebagai pemuda

yang memiliki kepribadian sosial, mereka tanggap teknologi, inisiatif, serta

memanfaatkan fisik dan pikiran mereka untuk memberikan kontribusi positif

bagi desa mereka. Pemanfaatan fasilitas di desa mereka agar adaptif bagi

kondisi lingkungan mereka merupakan salah satu buktinya, hal ini diiringi

dengan kerja sama komunikasi dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan

potensi mitigasi di desa mereka. Struktur dan aktivitas gerakan kepemudaan

mereka perlu untuk diteliti lebih dalam lagi, hal ini guna menemukan potensi

mereka sebagai roda penggerak desa.

3.4 Keadaan Saat Bencana

Melalui informasi yang didapat dari kelima narasumber selaku pemuda Dusun

Ngandong, peneliti mengetahui bahwa setidaknya pemuda Dusun Ngandong pernah

menghadapi erupsi pada tahun 2006, 2010, dan 2018. Di antara ketiganya, erupsi tahun

2010 dinilai sebagai erupsi yang paling besar sebagaimana yang dituturkan oleh Ponijo:

“Ehh setau saya yang paling besar sejak saya lahir itu ya yang 2010 kemaren”. Adapun

untuk erupsi tahun 2006 sebagian informan tidak terlalu mengingatnya karena masih

berusia anak-anak atau belum menginjak masa remaja.

Page 27: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

A. Erupsi Merapi 2006

Kronologi terjadinya erupsi Merapi pada tahun 2006 tidak diinformasikan secara

mendalam oleh informan. Sebagian informan sama sekali tidak memberikan informasi

dikarenakan tidak ditanyakan oleh peneliti ataupun tidak ingat secara rinci, dan

sebagian yang lain memberikan informasi berdasar pengalaman yang masih

diingatnya sewaktu kanak-kanak. Salah satu informan yaitu Siam menuturkan bahwa

erupsi Merapi tahun 2006 terjadi pada pagi hari saat ia sedang bersekolah di sebuah

taman kanak-kanak, sebagaimana dijelaskannya:

“Iya masih TK…. Dulu tuh nganu mas, baru, baru sekolah trus tuh baru

apa baru sekolah baru nggambar gitu trus ada emm pemberitahuan

kalo gunung merapi meletus, langsung pada pergi. Ada trek (truk)

langsung dibawa ke rumah Pak Dukuh.” (Wawancara April 2019)

Pada pagi hari tersebut, Siam menambahkan bahwa ia langsung dievakuasi secara

massal dalam keadaan psikis yang panik sambil menangis. Siam dievakuasi dengan

menggunakan truk menuju pengungsian. Sesampainya di pengungsian, Siam baru bisa

bertemu dengan keluarganya.

Informan lain yaitu Jannah mengaku bahwa ia juga mengalami kejadian pada

Erupsi Merapi tahun 2006. Namun, ia tidak terlalu ingat karena masih duduk di

bangku SD. Sementara itu, salah satu informan yaitu Dwi mengaku bahwa ia sedang

berada di Jakarta saat erupsi Merapi 2006 berlangsung. Sebagaimana dituturkannya:

“Ketika Merapi meletus tahun 2006 posisi Mas Dwi sedang berada di Jakarta”.

Adapun informan lain seperti Ponijo, dan Parry tidak dimintai ataupun memberi

informasi apapun seputar erupsi Merapi 2006. Sehingga, peneliti tidak bisa

menyimpulkan pengalaman apapun dari sudut pandang ketiga orang yang berusia

lebih tua dari Jannah dan Siam tersebut. Peneliti hanya bisa menginterpretasikan

bahwa sebagian pemuda di Dusun Ngandong mengalami kejadian erupsi Merapi 2006

saat belum berusia remaja dan tidak mengingat terkait dengan peranan atau andil yang

dilakukannya dalam melakukan mitigasi pada saat itu.

B. Erupsi Merapi 2010

Berbeda dengan tahun 2006, peneliti mendapatkan informasi yang lebih banyak

terkait erupsi Merapi tahun 2010. Sebagaimana telah disampaikan di atas, erupsi

Page 28: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Merapi tahun 2010 diakui oleh salah satu informan yaitu Ponijo sebagai erupsi

terbesar yang pernah dialaminya. Selain sebagai yang terbesar, Ponijo mengatakan

bahwa erupsi Merapi 2010 merupakan salah satu yang tak terduga. Sebagaimana

Ponijo menerangkan:

“Intinya dikeluarin sedikit - sedikit kan mudah daripada langsung

banyak kan dulu emang pernah gitu tapi nggak terjadi apa - apa.

Daripada ee 2010 kan itu kan dikeluarin sekali (sungai)an hehe

awalnya nggak kenap – kenapa, tiba - tiba keluar banyak lha kui kalau

kayak sekarang ini kan dikeluarin dikit – dikit (lava dan lahar)”

(Wawancara April 2019)

Erupsi Merapi 2010 dimulai dengan terjadinya letusan pada Jumat sore di bulan

Oktober. Sebagaimana dijelaskan Siam: “Itu tuh kan meletus tuh Oktober kayaknya

yang 2010, itu tuh Desember dah boleh naik lagi” dan Dwi: “Ketika Merapi meletus

kembali tahun 2010 posisi Mas Dwi sedang berada di Dusun Ngandong. Meletusnya

merapi terjadi saat sore sekitar setelah maghrib….”. Lebih lanjut Siam menerangkan:

“Emm kalo disini tuh dulu tuh emm saya kan pulang sekolah toh mas

baru SD, masih SD toh masih kecil. Trus pulang sekolah, dirumah jalan

tuh apa pada ngomongin ini loh merapi kalo gini gini. Trus sampe

rumah persiapan kayak gitu, itu jam berapa ya isya apa maghrib itu

dapet kabar kalo merapi meletus langsung ngungsi di kelurahan.”

(Wawancara April 2019)

Erupsi kian menguat pada malam harinya, sehingga warga Dusun Ngandong segera

mengevakuasi diri sebagaimana diterangkan Siam di atas. Siam juga menjelaskan

bahwa evakuasi dilakukan ke berbagai area, dan ia mendapati bahwa dirinya

dievakuasi ke Kelurahan Girikerto terlebih dahulu sebelum kemudian dipindahkan

turun ke Gedung Olahraga (GOR) Pangukan. Ponijo menambahkan, evakuasi saat itu

harus dilakukan secara cepat karena kondisi yang kian parah dilihat dari abu di

lingkungan sekitar yang kian menebal serta terjadinya hujan kerikil saat puncak erupsi

terjadi. Ponijo menjelaskan:

Page 29: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

“ya itu yang 2010 yang pas puncaknya malam jumat apa itu emang

saya sama temen temen lari mbak karna emang diharuskan lari soalnya

disini juga abunya udah tebel banget.” (Wawancara April 2019)

Sedari sebelum hingga sesampainya di pengungsian, seluruh informan mengamati

banyaknya kerusakan yang terjadi dan kerugian yang ditimbulkan dari erupsi Merapi

2010. Berbagai kerusakan maupun kerugian tersebut diantaranya abu yang tebal

menutupi seluruh padukuhan, berbagai bangunan rusak, akses jalan terhalangi abut

maupun kabut, serta berbagai tanaman dan ternak mati. Seperti penjelasan Ponijo:

“kayak dusun mati itu mbak nggak ada penghuni semuanya rusak pohonnya pada

tumbang warnanya putih semua”. Bahkan, Dwi mengatakan ada kejadian tabrak lari,

sebagaimana ia jelaskan: “Terlalu panik dapat membahayakan mengingat pernah ada

kejadian relawan yang meninggal tertabrak truk”. Ponijo mengatakan bahwa abu

menutupi seluruh dusun dengan ketebalan sekitar setengah sentimeter. Meski

demikian, Ponijo menjelaskan bahwa ia mensyukuri salah satu dampak positif dari

erupsi Merapi 2010 yaitu suburnya tanaman yang hidup saat ini oleh abu Merapi

2010. Lalu, kondisi Dusun Ngandong saat terjadi erupsi Merapi 2010 tersebut juga

dinilai aman dari lava sebagaimana dijelaskan Ponijo:

“ya nggak ada yang kesini soalnya kan nggak ada kali (sungai) to

mbak jauh dari kali (sungai) kan lava itu mengikuti jalur kali (sungai)

jadi ya disni aman kalau dari lava ya cuma kabut abu itu aja.”

(Wawancara April 2019)

Pengalaman lain yaitu mengenai kondisi di pengungsian dituturkan oleh Jannah,

yang saat erupsi Merapi 2010 masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Erupsi terjadi saat jadwal sekolahnya hendak memasuki masa ujian. Adapun

sebelum terjadinya erupsi, informan telah terlebih dahulu ikut mobilisasi menuju titik

kumpul terdekat dari rumahnya. Ia pergi ke titik kumpul dengan membawa sebagian

barang penting dari rumahnya, dan tidak melakukan foto-foto sebagaimana sebagian

orang melakukan saat di titik kumpul tersebut.

C. Erupsi Merapi 2018

Page 30: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Sebagaimana pada tahun 2006, peneliti juga tidak mendapatkan informasi yang

mendalam mengenai erupsi Merapi tahun 2018 karena tidak menanyakannya maupun

diberikan oleh informan. Salah satu informan yaitu Jannah berada di rumah bersama

dengan adik kandungnya saat erupsi Merapi 2018 terjadi. Saat itu, orang tuanya

sedang pergi ke hutan atas dan sempat terjatuh. Jannah berpendapat bahwa ia tidak

terlalu banyak mendapat kerugian akibat Erupsi Merapi 2018, kecuali abu yang

merata di dusunnya. Sehingga, abu tersebut harus dibersihkan dengan berbagai cara

yang dirasa ribet untuk dijelaskan saat wawancara. Ketika terjadi erupsi, informan

tidak terlalu memikirkan kondisi neneknya yang tinggal di daerah Kaliurang. Meski

demikian, di tempat tinggal neneknya tersebut juga ada petugas kebencanaan.

Informan fokus untuk menyelamatkan diri.

3.6 Pemuda dalam Recovery Pasca-Erupsi Merapi 2010

Pemuda, mitigasi dan bencana sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Pada sub-

bab ini akan dipaparkan tentang pemulihan, jenis kegiatan yang dapat dilakukan saat

pemulihan, jenis kegiatan pemulihan yang dilakukan di dusun Ngandong, dan partisipasi

pemuda dalam pemulihan pascabencana erupsi Gunung Merapi. Dalam pemaparan sub-

bab ini, kami mengambil informasi yang diberikan oleh lima informan pemuda dusun

Ngandong. Informasi yang kami peroleh kebanyakan terkait kejadian erupsi Gunung

Merapi 2010, karena peristiwa tersebut merupakan salah satu erupsi besar Gunung

Merapi yang masih jelas teringat dibenak para informan. Meskipun sekarang Gunung

Merapi masih berada pada status siaga dua, tapi aktivitas vulkanik yang terjadi tidak

begitu eksplosif dan berlangsung lambat, serta sedikit- sedikit jadi tidak terlalu

berdampak di dusun Ngandong.

A. Jenis Kegiatan Pemulihan dan Perbaikan Pascabencana

Kegiatan pemulihan dilakukan pascabencana sebagai upaya perbaikan sarana

prasarana untuk normalisasi semua aspek kehidupan masyarakat pada daerah

terdampak bencana. Kegiatan ini juga tetap memperhatikan kondisi sosial, adat

istiadat, budaya dan ekonomi masyarakat setempat (BNPB, 2008). Menurut Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (2008), pemilihan dapat dilakukan melalui

kegiatan (a) perbaikan lingkungan daerah bencana; (b) perbaikan prasarana dan sarana

umum; (c) pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; (d) pemulihan sosial

psikologis; (e) pelayanan kesehatan; (f) rekonsiliasi dan resolusi konflik; (g) pemuliha

sosial ekonomi budaya; (h) pemulihan keamanan dan ketertiban; (i) pemulihan fungsi

Page 31: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

pemerintahan; dan (j) pemulihan fungsi pelayanan publik. Kegiatan – kegiatan

tersebut dapat dilakukan pada daerah terdampak bencana, disesuaikan dengan

kebutuhan, adat istiadat, kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakatnya.

Perbaikan lingkungan daerah bencana dapat berupa kegiatan fisik dalam

pemulihan lingkungan alam. Dapat berupa menanam kembali pohon yang tumbang

atau terbakar lahar panas, membersihkan lingkungan pemukiman dan perkebunan dari

abu vulkanik dan/atau tumpukan material vulkanik (Nurhadi dkk., 2018). Perbaikan

prasarana dan sarana umum dapat berupa kegiatan memperbaiki infrastruktur dan

fasilitas umum. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat ditujukan untuk

masyarakat yang mengalami kerusakan bahkan kehilangan rumah akibat dari erupsi

yang terjadi. Bantuan dapat berupa uang tunai atau bahan material komponen rumah

yang diberikan langsung kepada warga.

Gambar 3.5.1 Rumah Rusak dan Terbengkalai Pasca-Erupsi

Pemulihan sosial psikologis ditujukan untuk korban yang mempunyai trauma dari

bencana yang terjadi, sehingga korban dapat kembali kekeadaan normal sebelum

bencana. Hal ini juga berlaku pada kehidupan sosial masyarakat. Bantuan yang dapat

diberikan dapat meliputi konseling dan konsultasi, kegiatan psikososial,

pendampingan dan pelatihan. Pelayanan kesehatan juga diperlukan untuk kondisi

kesehatan masyarakat yang terkena dampak bencana.

“meningalnya ya memang gara - gara ini mungkin dari stres kepikiran kan orang jadi drop jadi sakit – sakitan, kemungkinan bisa juga dari sesak nafas...” Dwi (26), 28 April 2019

Dari pernyataan informan, pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan perawatan

diperlukan untuk menghindari kematian dan penyakit akibat dari erupsi, bisa karena

Page 32: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

abu vulkanik atau material vulkanik yang mengganggu sistem pernafasan, terutama

pada balita dan lansia. Pengobatan secara psikologis juga dapat dilakukan untuk

mengobati stres dan kecemasan yang di alami korban sewaktu atau pascabencana

erupsi Gunung Merapi.

Rekonsiliasi dan resolusi konflik dilakukan untuk mencegah ketegangan kondisi

sosial masyarakat yang mungkin timbul. Konflik yang bisa timbul pascabencana

erupsi Gunung Merapi dapat berupa sengketa hak milik material vulkanik seperti pasir

dan batu kerikil. Adanya konflik tentang pembangunan dan kegiatan depo pasir

(tempat pengolahan pasir). Konflik terkait jalan umum yang rusak dan berlubang

karena menjadi akses lalu-lalang truk pengangkut pasir. Pemulihan fungsi pemerintah

dan pelayanan publik bertujuan untuk mengembalikan sistem demokrasi dan

administrasi negara. Hal ini juga bertujuan mempermudah koordinasi pendataan

terkait kerusakan yang terjadi, penyaluran bantuan dan pemulihan fungsi pelayanan

kepada masyarakat.

B. Bentuk Pemulihan di Dusun Ngandong

Pemulihan pascabencana dilakukan warga dusun Ngandong seusai pulang dari

mengungsi akibat erupsi Gunung Merapi 2010. Dari lima informan yang kami

wawancarai, pemulihan pascabencana yang mereka lakukan dalam bentuk gotong –

royong perbaikan lingkungan daerah bencana dan perbaikan sarana prasarana.

“Untuk membuka jalan itu, akses itu alhamdulillah banyak yang membantu, sekitar satu minggu sudah bisa dilalui aksesnya, tapi paling parah akses air, soalnya jauh juga to. Itu gotong – royongnya hampir setengah tahun baru airnya bisa ngalir lagi. Soalnya kan area patoknya itu rusak parah jadi harus dibuat jembatan, hampir setengah tahun, pakai alat berat juga (proses perbaikan akses air)” Ponijo (27), 28 April 2019

Seperti yang dikatakan Ponijo, bentuk pemulihan yang dilakukan seusai erupsi

Gunung Merapi 2010 berupa gotong – royong yang dilakukan dalam perbaikan akses

air dan akses jalan. Tidak hanya perbaikan infrastruktur, upaya pemulihan juga

dilakukan pada lingkungan. Dwi juga menuturkan bahwa kegiatan gotong – royong

bersih – bersih dusun juga dilakukan oleh warga.

“Bersih – bersih oleh bapak – bapak dan pemuda, bersih – bersih rumah sendiri diutamakan, baru bersih – bersih sekitar rumah dan kebun.” Dwi (26), 28 April 2019

Page 33: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Sama halnya dengan yang dikatakan Ponijo dan Dwi, informan kami yang

bernama Feri juga mengatakan bahwa pemuihan pascabencana dilakukan dengan

sistem gotong – royong. Warga bersama – sama gotong – royong membersihkan

lingkungan dari abu vulkanik dan tanaman yang tumbang. Selain itu perbaikan

infrastruktur dilakukan pada akses jalan dan akses air.

Teori solidaritas sosial Emile Durhkeim terlihat pada sisterm kegiatan gotong –

royong yang dilakukan warga dan pemuda dusun Ngandong, serta dusun sekitarnya.

Solidaritas mekanik yang mereka lakukan didasarkan pada kesadaran kolektif yang

kuat pada masyarakat untuk gotong - royong demi kepentingan bersama (Johnson,

1986). Solidaritas mekanik ini juga didorong oleh adanya hukum represif yang

dominan, dimana Ponijo menyatakan, dusun yang tidak ikut serta dalam perbaikan

akses air tidak diperkenankan untuk mengambil air dari akses tersebut. Konsekuensi

inilah yang menjadi dorongan para warga dan pemuda untuk bahu – membahu secara

kolektif untuk memperbaiki akses air yang rusak. Durhkeim juga menyatakan bahwa

solidaritas mekanik ini terjadi pada lingkungan masyarakat pedesaan yang tingkat

homogenitasnya tinggi dan minimnya pembagian kerja (Johnson, 1986).

Solidaritas mekanik tidak hanya terlihat pada perbaikan akses air, tetapi pada

kegiatan gotong – royong rutin yang sering warga dan pemuda dusun Ngandong

lakukan.

“Terus gotong – royong kebersihan jalan itu di bagi – bagi per-RT. Kalau misalnya rumput – rumput di pinggir jalan udah mulai tinggi itu gotong - royong mbak (membersihkan rumput pada akses jalan)” Ponijo (27), 28 April 2019

Story Box

Ponijo sedang membersihkan tangan dan kakinya saat saya temui di rumahnya dan kemudian saya wawancarai. Kala itu ia seusai menjalankan gotong – royong memperbaiki jalan yang ada di dusun Ngandong. Ponijo merupakan ketua karang taruna dusun Ngandong yang sudah menjabat selama dua tahun. Saat saya bertanya terkait pemulihan pascabencana erupsi Gunung Merapi 2010, ia menyatakan bahwa pada saat itu yang mengalami kerusakan paling parah adalah akses air. Gotong – royong memperbaiki akses air dilakukan selama kurun waktu setengah tahun, dan dilakukan bukan hanya warga dan pemuda dari dusun Ngandong saja, tetapi warga dan pemuda dusun lain yang juga mengambil air dari akses tersebut. Gotong – royong dilakukan setiap hari dan mengandalkan bantuan material dari warga sekitar serta pemerintah. Gabungan dari dusun – dusun tersebut saling bahu membahu untuk memperbaiki akses air untuk kepentingan bersama. Ponijo juga berkata bahwa dusun yang tidak ikut serta dalam perbaikan tidak diperkenankan untuk menganbil air dari akses tersebut.

Page 34: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Gotong – royong menjadi budaya di dusun Ngandong. Pembagian kerja yang

minim terlihat pada pembagian jatah membersihkan jalan yang dibagi dalam kawasan

per-RT, dimana hanya ada empat RT di dusun Ngandong terebut. Pembagian kerja

yang minim inilah yang membuat kesadaran kolektif mereka kuat, serta sifat saling

ketergantungan yang rendah.

C. Partisipasi Pemuda

Kesadaran pemuda terhadap bencana dan peran mereka dalam pemulihan

pascabencana menjadikan pemuda sebagai agen-agen perubahan. Kumoro (2013),

dalam penelitiannya mengenai pemuda lereng Gunung Merapi, memasukkan pemuda

kedalam golongan yang produktif karena memiliki modal energi yang

membedakannya dengan kelompok masyarakat lain. Energi sosial ini

termanifestasikan pada organisasi pemuda atau karang taruna (Kumoro, 2013).

Pemuda yang dimaksud dalam konteks ini adalah mereka yang berada pada kisaran

usia 16 – 30 tahun. Dimana pada usia tersebut kemampuan fisik dan pikiran mereka

jauh lebih prima daripada orang tua dan sudah lebih matang daripada anak – anak.

Jadi pemuda bisa secara maksimal dalam berkontribusi pada pemulihan pascabencana,

sehingga pemulihan dapat berjalan lebih optimal, cepat dan efisien. Selain itu pemuda

juga dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan untuk masyarakat, baik dari

indivudu, atau organisasi yang mereka ikuti (Fernandez and Shaw, 2013).

Partisipasi pemuda itu penting karena ketika mereka berpartisipasi, mereka dapat membentuk atau mengasah keahlian mereka, partisipasi juga memungkinkan mereka untuk belajar menggunakan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih demokratis. Partisipasi tersebut juga dapat sebagai pengembangan diri mereka, dan memberikan mereka pengetahuan substantif dan keterampilan praktis (Checkoway, 2011).

Dengan adanya partisipasi pemuda dalam usaha pemulihan pascabencana erupsi

Gunung Merapi 2010, perbaikan dan pemulihan akan berjalan cepat dan efektif,

karena kolaborasi antara warga dan pemuda yang harmonis. Dengan bimbingan dan

arahan orangtua, pemuda dapat mengembangkan diri mereka dan mendapatkan

pengetahuan substantif tentang usaha pemulihan pascabencana. Gotong – royong

perbaikan yang dilakukan di dusun Ngandong juga akan berjalan dengan cepat dan

kehidupan sosial masyarakat akan dapat kembali seperti semula sebelum bencana

Page 35: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

terjadi. Selain itu, pemuda juga dapat menggunakan tenaga dan pengalaman yang

telah ia dapat untuk membantu dan bekerja sama dengan dusun lain yang memerlukan

bantuan pemulihan pascabencana.

Page 36: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari pembahasan hasil penelitian di atas, peneliti menarik dua poin simpulan yaitu:

1. Pemuda Dusun Ngandong mengupayakan mitigasi setempat melalui kerja sama

antara Giri Taruna Bakti sebagai karang taruna Dusun Ngandong dengan berbagai

pihak yaitu Bolo Tetulung sebagai kelompok relawan mitigasi Desa Girikerto,

pemerintah daerah, BNPB, dan BASARNAS.

2. Pemuda Dusun Ngandong membantu proses pemulihan dusun setempat pasca

erups Merapi dengan terlebih dahulu membantu memperbaiki keadaan rumah

masing-masing pemuda sebelum turut memperbaiki berbagai fasilitas umum

setempat yang rusak.

4.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki kendala utama pada keterbatasan

waktu yang dialokasikan untuk mengumpulkan data secara mendalam. Dengan

wawancara yang dilakukan selama dua hari, terdapat data yang dikumpulkan oleh

peneliti belum dirasa cukup kaya untuk menjawab rumusan masalah. Selain itu, dengan

durasi dua hari tersebut peneliti belum cukup untuk membangun relasi yang intens

dengan informan, tidak bisa mengobservasi kehidupan sehari-hari terkait dengan

mitigasi, dan informan yang seadanya.

Page 37: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A., Ramli, M. & Abdul Razak, S., 2019. Disaster Management and Mitigation for

Earthquakes: Are We Ready?. Engineering Seismology and Earthquake Engineering

Research (e-SEER), pp. 1-11.

Anonim. http://staffnew.uny.ac.id. (2019). Sistem Sosial. [online] Available at:

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318574/pendidikan/Sistem+Sosial.pdf [Accessed

16 Jun. 2019].

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2011. Pedoman Rehabilitasi dan

Rekontruksi Pascabencana. Jakarta: BNPB Nasional

BPS (2018). Kecamatan Turi dalam Angka. [online] Slemankab.bps.go.id. Available at:

https://slemankab.bps.go.id/publication/2018/09/26/cb6cfd73532dc5953180edf9/

kecamatan-turi-dalam-angka-2018.html [Accessed 12 Jun. 2019].

Checkoway, B., 2011. What is youth participation? Child. Youth Serv. Rev. 33, 340–345.

https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2010.09.017

Fatchurrohman, L. (2019). Institutional EntrepreneurshipPemuda dalam Mengembangkan

Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran. Jurnal Studi Pemuda, 4(2), 293. doi:

10.22146/studipemudaugm.36813

Fernandez, G., Shaw, R., 2013. Youth Council participation in disaster risk reduction in

Infanta and Makati, Philippines: A policy review. Int. J. Disaster Risk Sci. 4, 126–136.

https://doi.org/10.1007/s13753-013-0014-x

Johnson, Doyle P., 1986, Teori Sosiologi Klasik & Modern Jilid I, Jakarta : PT. Gramedia.

Heath, M., Nickerson, A., Annandale, N., Kemple, A. and Dean, B. (2009). Strengthening

cultural sensitivity in children’s disaster mental health services. School Psychology

International, 30(4),347-373. DOI:10.1177/0143034309106944

Kumoro, N., 2013. Pemuda lereng Merapi: Agensi perubahan yang tak terlihat. Jurnal Studi

Pemud@, 2(1), 18. Diakses dari

https://jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/view/32053/19377

Kumoro, N. (2019). Pemuda Lereng Merapi:Agensi Perubahan yang Tak Terlihat. Jurnal

Studi Pemuda, 2(1), 15. Retrieved from

https://jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/view/32053/19377

Mitchell, T. et al., 2008. The Roles of Children and Youth in Communicating Disaster Risk.

Children, Youth and Environments, 18(1), pp. 254-279.

Page 38: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Moffit, K. (2018). https://study.com/academy/lesson/structural-functional-theory-in-

sociology-definition-examples-quiz.html. [online] Study.com. Available at:

https://study.com/academy/lesson/structural-functional-theory-in-sociology-definition-

examples-quiz.html [Accessed 17 Jun. 2019].

Nelson, L. (2008). A resiliency profile of hurricane Katrina adolescents. Canadian Journal

School Psychology, 23(1), 57-69. DOI:10.1177/0829573508316593

Ni'am, L., & Ardyanto, H. (2019). JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 2, No. 1, Mei 20131

Kolaborasi Menuju Resiliensi:Pengalaman Pemuda Ende dalam Pengurangan Risiko

Bencana. Jurnal Studi Pemuda, 2(1), 2. DOI:

ttps://doi.org/10.22146/studipemudaugm.32052

Novenanto, A., Amiruddin, L., & Ilma, D. (2019). Pemanfaatan Sanggar Alfaz Sebagai

Strategi Pemuda Besuki Timur Mengatasi Bencana Industri Lumpur Lapindo. Jurnal

Studi Pemuda, 2(1), 39. doi: 10.22146/studipemudaugm.32054

Nurhadi, N., Suparmini, S., Ashari, A., 2018. Strategi Penghidupan Masyarakat Pasca Erupsi

2010 Kaitannya Dengan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Berikutnya. Maj. Geogr.

Indones. 32, 59. https://doi.org/10.22146/mgi.29129

Pradika, M., Giyarsih, S., & Hartono, H. (2018). Peran Pemuda Dalam Pengurangan Risiko

Bencana Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ketahanan

Nasional, 24(2), 261. doi: 10.22146/jkn.35311

Rahman, A. (2019). PERAN TARUNA SIAGA BENCANA DALAM MITIGASI

BENCANA DI KABUPATEN SERANG DAN SUKABUMI. Sosio Konsepsia, 6(01),

59. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/52970-ID-peran-taruna-

siaga-bencana-dalam-mitigas.pdf

Trueman, C., 2019. Social Action Theory. [Online]

Tersedia di: https://www.historylearningsite.co.uk/sociology/theories-in-sociology/

social-action-theory/

[Diakses pada 13 Juni 2019].

Wijayati, H. (2017). 3 Teori Utama Sosiologi | Portal-Ilmu.com. [online] Portal-Ilmu.com.

Available at: https://portal-ilmu.com/teori-utama-sosiologi/ [Accessed 15 Jun. 2019].

Page 39: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

LAMPIRANDaftar Pertanyaaan

Daftar pertanyaan ini merupakan instrumen untuk membantu peneliti dalam melakukan

wawancara terhadap narasumber. Daftar pertanyaan memuat substansi yang diperlukan untuk

menjawab rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini. Daftar pertanyaan disusun dan

digunakan secara semi terstruktur, yaitu pertanyaan diajukan secara runtut sembari mengikuti

alur informasi yang diberikan oleh narasumber. Secara urut, poin-poin dalam daftar

pertanyaan ini adalah perihal karang taruna, mitigasi bencana, dan pasca merapi.

1. Karang Taruna

a. Bagaimana pendapat karang taruna terhadap bencana Gunung Merapi?

b. Bagaimana pengetahuan karang taruna terhadap perihal mitigasi?

c. Apa saja program karang taruna yang berhubungan dengan mitigasi bencana?

2. Mitigasi Bencana

a. Bagaimana Karang Taruna Girikerto memberikan informasi seputar bencana

alam kepada warga setempat, terutama yang disebabkan oleh Gunung Merapi?

b. Bagaimana Karang Taruna Girikerto mensosialisasikan perihal mitigasi

bencana kepada warga setempat?

c. Bagaimana Karang Taruna Girikerto berusaha memahami pentingnya mitigasi

untuk mengantisipasi bencana yang dapat ditimbulkan oleh Gunung Merapi?

d. Bagaimana keberlangsungan gerakan-gerakan sosial yang dilakukan oleh

karang taruna terkait dengan mitigasi bencana?

3. Pasca Merapi

a. Bagaimana kondisi Desa Girikerto saat terjadinya erupsi Gunung Merapi pada

tahun 2010?

b. Apa saja tindakan yang dilakukan oleh Karang Taruna Girikerto dalam rangka

membantu warga setempat menghadapi erupsi?

c. Apakah Karang Taruna Girikerto telah paham perihal mitigasi saat erupsi

Gunung Merapi 2010 berlangsung?

d. Bagaimana program mitigasi mampu membantu pemulihan Desa Girikerto

pasca erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010?

Page 40: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

DESKRIPSI PEMBAGIAN KERJAPembagian Tugas Antar Individu

No Nama Jatah Analisis

Subbab (individu)

Uraian Tugas (di luar analisis subbab

individu)

1. Ahmad Rafi

Amrulloh

Karang Taruna Membantu pendesainan poster dan

mengurusi pengumpulan

administrasi berwujud hardcopy.

2. Muhammad

Hafizh Rashin

Keadaan Saat

Bencana

Mengkoordinasi kegiatan

perencanaan langkah riset.

Melakukan error checking

terhadap hasil analisis data

individu dan penulisan laporan.

3, Pitaloka Ainun

Yasmin

Bolo Tetulung Mengarsipkan dan menyaring

berkas yang diperlukan untuk

dilampirkan pada laporan

penelitian.

4. Septia Witriani

Kusumawati

Recovery Mengompilasikan visualisasi

kerangka berpikir kelompok.

5. Shaquille Kito

Najib

Mitigasi Menjadi inisiator desain poster

penelitian.

Jadwal Penyusunan Laporan

No Jenis Kegiatan

Bulan

Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan

Langkah Riset

2 Analisis Data

Individu

3 Evaluasi Kinerja

Kelompok

4 Kompilasi

Analisis Individu

Page 41: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

5 Rancangan

Desain Poster

6 Penyelesaian

Laporan

7 Desain Akhir

Poster

Page 42: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.1. Salah satu penunjuk untuk mengarahkan jalur evakuasi saat terjadi bencana

Gambar 1.2. Salah satu rumah penduduk yang di atapnya terdapat endapan abu

Page 43: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

Gambar 1.3. Salah satu rumah penduduk yang atapnya berlubang karena terkena dampak

hujan lumpur panas.

Gambar 1.4. Rumah informan terdampak letusan Merapi 2006 dan 2010

Page 44: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

MIND MAP

Mind Map Individu

1. Pitaloka Ainun Yasmin

2. M. Hafizh Rashin

Page 45: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

3. Septia Witriani Kusumawati

4. Shaquille Kito Najib

Page 46: praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com  · Web viewPERAN PEMUDA DUSUN NGANDONG KECAMATAN TURI DALAM SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI. Laporan. Praktikum Lapangan. Mata

5. Ahmad Rafi Amrulloh