16

Click here to load reader

Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN

METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG: STUDI KASUS

BANDARA JUANDARedy Tribowo

Department of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh

NopemberKampus ITS Sukolilo

Surabaya, 60111Telp: (031) 5946094

redy.tribowo@ gmail.com ;

Ervina AhyudanariDepartment of Civil Engineering

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS SukoliloSurabaya, 60111

Telp: (031) 5946094ervinaa.ariatedja @ gmail.com

Endah WahyuniDepartment of Civil Engineering

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS SukoliloSurabaya, 60111

Telp: (031) 5946094endahwahyuni@ gmail.com

AbstractApron pavement can be designed using FAA (Federal Aviation Administration) method, PCA (Portland Cement Association), and the LCN (Load Classification Number). For PCA, there are two basic approaches for planning and concept of Fatigue Safety Factor. These three methods of design, FAA, PCA, and LCN are using different variables, therefore the results of the difference methods need to be analyzed those capacities. Design results with these three methods are also evaluated to accommodate the movement of aircrafts after 12 tahun. Data forecasting of the aircraft movements, the existing conditions of Juanda airport apron specifications, and aircraft specifications obtained, are used to determine the thickness of the apron using three different methods. The thickness of apron obtained from three different methods were then evaluated and compared. Furthermore, forecasting is conducted by using the Arima method to determine the carrying capacity of the pavement. From the calculation results, the thickness of rigid pavement structure obtained is at 44 cm for FAA method, 33.5 cm for PCA and 32.5 for LCN method. The existing pavement thickness is 45 cm, exceeding the analysis results. Existing rigid pavement thickness of 45 cm was still able to receive the traffic load on air until 2026.

Keywords: apron, rigid pavement, comparison on design method, airport pavement

Abstrak

Perkerasan apron bisa direncanakan dengan metode FAA (Federal Aviation Administration), PCA (Portland Cement Association), dan LCN (Load Classification Number). Untuk PCA ada dua pendekatan yaitu perencanaan dengan dasar Faktor Keamanan dan Konsep Kelelahan. Ketiga metode perencanaan ini, FAA, PCA, dan LCN menggunakan variabel yang berbeda, sehingga perlu dianalisis besarnya perbedaan hasil perencanaan. Hasil desain dengan ketiga metode tersebut juga dievaluasi untuk menampung pergerakan pesawat dengan jangka waktu peramalan 12 tahun.Data pergerakan pesawat, spesifikasi apron bandara Juanda kondisi eksisting, dan spesifikasi pesawat yang didapat, digunakan untuk menentukan ketebalan apron dengan ketiga metode. Tebal apron yang diperoleh kemudian dievaluasi dan dibandingkan antara ketiga metode tersebut. Selanjutnya dilakukan peramalan dengan menggunakan metode Arima untuk mengetahui daya dukung perkerasan. Dari hasil perhitungan didapatkan, tebal struktur perkerasan kaku sebesar 44 cm untuk metode FAA, 33,5 cm untuk metode PCA dan 32,5 untuk metode LCN. Tebal perkerasana eksisting adalah 45 cm, melebihi ketabalan hasil analisis. Tebal perkerasan kaku eksisting sebesar 45 cm masih mampu menerima beban lalu lintas pesawat hingga tahun 2026.

Kata Kunci: apron, perkerasan kaku, perbandingan metode disain, perkerasan bandara

Page 2: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

PENDAHULUANeranan apron pada bandara sebagai tempat parkir pesawat sangatlah penting karena di tempat inilah aktifitas menaikkan dan menurunkan penumpang maupun barang terjadi. Selain itu, aktifitas pengisian bahan bakar juga dilakukan di apron, sehingga

perencanaan apron suatu bandara perlu memperhatikan umur desain dan kapasitas. Perkerasan pada apron selalu menggunakan perkerasan kaku dengan beban pesawat sebagai beban statis. Perkerasan apron bisa direncanakan dengan metode FAA (Federal Aviation Administration), PCA (Portland Cement Association), dan LCN (Load Classification Number). Untuk PCA ada dua pendekatan yaitu perencanaan dengan dasar Faktor Keamanan dan Konsep Kelelahan. Ketiga metode perencanaan ini, FAA, PCA, dan LCN menggunakan variabel yang berbeda. Karena variabel yang digunakan berbeda, perlu dianalisis besarnya perbedaan hasil perencanaan dan hasil disain dengan metode mana yang dapat menampung pergerakan pesawat dengan jangka waktu peramalan lebih lama.

P

Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui tebal perkerasan yang diperoleh dari masing-masing metode apabila menggunakan data pergerakan pesawat dan mengetahui jika terdapat perbedaan dengan tebal perkerasan apron pada kondisi riil, mengetahui perbedaan dari hasil perhitungan tebal perkerasan kaku dengan metode FAA, PCA, dan LCN, dan mengetahui apakah tebal perkerasan kaku eksisting sebesar 45 cm masih mampu menerima beban lalu lintas pesawat hingga tahun 2026.

Studi yang berupa analisis perbandingan metode perencanaan perkerasan apron ini diharapkan bisa menjadi salah satu acuan studi dalam menentukan metode perencanaan perkerasan kaku suatu bandara.

METODOLOGIStudi pembandingan metode penentuan tebal perkerasan apron dengan tiga metode, yaitu FAA, PCA dan LCN, memerlukan beberapa tahapan perhitungan. Pemahaman berkaitan dengan ketiga metode tersebut diperlukan untuk menentukan data apa saja yang diperlukan, bagaimana menentukan tebal perkerasan apron, bagaimana membuat peramalan beban yang akan diterima apron pada tahun 2026 dan beberapa analisis lainnya. Tahun 2026 merupakan tahun ke-20 dari tahun perencanaan (2006) apron Terminal 1 bandara Juanda saat ini.

Data yang dikumpulkan adalah data jenis pesawat dan jumlahnya masing-masing jenis, karakteristik pesawat, dan data struktur perkerasan. Data jenis pesawat dan jumlah pergerakan selama tahun 2013 ditunjukkan pada Gambar 1. Data Struktur perkerasan disajikan pada Tabel 1.

Data jumlah pergerakan pesawat kemudian diramalkan untuk mengetahui jumlah dan jenis pesawat yang akan beroperasi pada tahun yang akan dianalisis. Peramalan dilakukan dengan metode regresi linear dan Arima. Tujuan peramalan dengan dua metode ini adalah untuk mengetahui metode peramalan yang sesuai dengan karalterisitk pergerakan pesawat di bandara Juanda.

Setelah peramalan dilakukan, perhitungan ketebalan apron dengan ketiga metode yang sudah disebutkan tersebut. Perhitungan dilakukan untuk kondisi saat ini dan kondisi di tahun rencana.

Page 3: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

A-319A-330

A-333

ATR-72

B-733B-735

B-738B-747

B-777F-5

0MA-60

MD-820

100020003000400050006000700080009000

10000

Tipe Pesawat

Jum

lah

perg

erak

an p

er ta

hun

Gambar 1. Tipe pesawat dan jumlah pergerakan pada tahun 2013

Tabel 1. Ringkasan Data Struktur Perkerasan dan Ketentuan Teknis DesainData Struktur Perkerasan

Tebal Lapisan Pondasi Agregrat, D agr (cm) [CBR > 80 %]Tebal Lapisan ATB, D atb (cm)[Stabilitas Marshall > 500 kg]Modulus Lentur Pelat Beton, MR90 (MPa)Modulus Reaksi Tanah Dasar, k (MN/m3)Modulus Reaksi Tanah Dasar Gabungan, kgab (MN/M3) *)

20

4

4.865480

Ketentuan Teknis DesainFaktor Keamanan, FK *) 1,7

ANALISIS DATAPengolahan Data Untuk PeramalanDalam proses peramalan, perlu ditentukan metode peramalan yang diharapkan mendekati kondisi riil di lapangan. Menurut Laila (2014), metode peramalan untuk fluktuasi penumpang yang paling sesuai adalah menggunakan Arima. Ada 2 metode yang biasa digunakan dalam proses peramalan, yaitu metode regresi linier dan Arima. Tugas akhir ini menggunakan Arima untuk analisis selanjutnya. Metode regresi linier yang dilakukan di sini adalah untuk menunjukkan alasan mengapa metode ini tidak digunakan.1. Metode Regresi LinierRegresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Pada perhitungan forecasting ini yang merupakan variabel terikat (dependent variable) adalah nilai Y yaitu besar nilai pergerakan pesawat, sedangkan variabel bebasnya (independent variable) adalah nilai X yaitu tahun yang dicari. Jadi, nilai Y dipengaruhi dan ditentukan oleh nilai X, namun tidak berlaku sebaliknya.

Metode regresi linier ini hanya memiliki satu varibel bebas. Bentuk umum persamaan regresi linier :Yi = a + b Xi ; i = 1,2,…..n (1)

Page 4: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Dimana :Y = Variabel terikat (dependent variable)X = Variabel tidak terikat (independent variable)a,b = Parameter regresiI = Pengamatan yang ke – iN = Banyaknya pengamatan

Setelah dilakukan perhitungan terhadap semua jenis pesawat didapatkan hasil sebagai berikut :

20102011

20122013

20142015

20162017

20182019

20202021

20222023

20242025

2026

-20000

-10000

0

10000

20000

30000

40000

A-320ATR-72B-733B-734B-735B-738B-739

Tahun

Jum

lah

perg

erak

an p

esaw

at

Gambar 2. Hasil peramalan pergerakan pesawat dengan metode regresi linear

Dari hasil perhitungan tersebut ada yang menunjukan nilai negatif. Nilai ngegatif ini dapat terjadi karena jenis pesawat tersebut semakin berkurang frekuensi pergerakannya. Sehingga apabila dilakukan peramalan metode regresi, terjadi kecenderungan negatif. Dalam perhitungan pergerakan pesawat nilai negatif tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu metode ini tidak digunakan dalam peramalan.

2. Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)Model ARIMA adalah model yang secara penuh mengabaikan independen varibel dalam pembuatan peramalan. ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat. namun untuk peramalan jangka panjang ketepatan peramalannya kurang baik. Tujuan ARIMA adalah untuk menentukan hubungan statistik yang baik antar variabel yang diramal dengan nilai historis variabel tersebut sehingga peramalan dapat dilakukan dengan model tersebut. HAsilperamalan menggunakan metode ARIMA dapat dilihat pada Tabel 2.

Perhitungan Tebal Perkerasan Apron1. Metode FAAa. Menentukan Pesawat RencanaPemilihan pesawat rencana ini pada dasarnya bukanlah berasumsi harus berbobot paling besar, tetapi jumlah pesawat yang paling banyak parkir di apron yang direncanakan. Pada perencanaan ini digunakan data pergerakan pesawat di Bandara Juanda pada tahun 2013 dan dipilih pesawat Boeing B-739 dengan konfigurasi roda dual wheel sebagai pesawat rencana karena memiliki tingkat pergerakan paling tinggi. Pesawat ini kemudian ditetapkan sebagai pesawat yang membutuhkan tebal perkerasan yang paling besar.

Page 5: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Tabel 2. Hasil Peramalan Dengan Metode ARIMA Tahun 2026

BULAN JENIS PESAWATA-320 ATR-72 B-733 B-734 B-735 B-738 B-739

JANUARI 83 182 119 22 73 176 1118FEBRUARI 82 182 119 22 73 175 1121

MARET 81 181 119 22 72 175 1124APRIL 80 181 119 22 72 174 1127

MEI 79 181 118 21 71 174 1129JUNI 78 181 118 21 71 173 1132JULI 77 181 118 21 70 173 1135

AGUSTUS 76 181 118 21 70 172 1138SEPTEMBER 75 180 118 21 70 172 1141

OKTOBER 75 180 118 21 69 171 1144NOPEMBER 74 180 117 21 69 171 1146DESEMBER 73 180 117 20 68 170 1149

b. Mengkonversikan Tipe Roda Tiap Pesawat (R2)Tipe roda pendaratan menentukan bagaimana berat pesawat dibagi bebannya kepada roda-roda dan diteruskan ke perkerasan. Tipe roda pendaratan tiap jenis pesawat berbeda-beda, oleh karena itu perlu dikonversikan sesuai dengan tabel konversi konfigurasi roda pesawat.

Saat ini di Bandara Juanda juga beroperasi pesawat Boeing B-777 dengan konfigurasi roda dual tridem. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dijelaskan bahwa efek pada perkerasan yang ditimbulkan oleh pesawat B-777 dengan konfigurasi roda dual tridem, sama dengan efek yang ditimbulkan oleh pesawat dengan konfigurasi roda double dual tandem. Oleh karena itu faktor pengalinya sama dengan konfigurasi roda double dual tandem, yaitu 1,7 (Gopalakrishnan/Thompson, 2006).

c. Menentukan Beban Roda Pendaratan Utama (W2)Tipe roda pendaratan utama sangatlah menentukan dalam perhitungan tebal perkerasan. Hal ini dikarenakan penyaluran beban pesawat melalui roda-roda ke perkerasan. Untuk merencanakan kekuatan landasan, dianggap bahwa 5% beban diberikan kepada nose gear sedangkan yang 95% dibebankan kepada main gear. Dalam perencanaan ini digunakan tipe pesawat B-739 dengan konfigurasi roda dual wheel dan MTOW sebesar 174.197 lbs, maka beban roda pendaratan utama pesawat (W2) :

W2 = P𝘹 MTOW 𝘹 1A 𝘹

1B (2)

W2 = 95%𝘹 174.197 𝘹 12𝘹

12

W2=41.372 lbs

d. Menentukan Nilai Ekivalen Keberangkatan Tahunan Pesawat RencanaPada lalu-lintas pesawat, struktur perkerasan harus mampu melayani berbagai macam jenis pesawat yang mempunyai tipe roda pendaratan yang berbeda-beda dan bervariasi beratnya. Pengaruh dari beban yang diakibatkan oleh semua jenis model lalu lintas itu harus dikonversikan ke dalam pesawat rencana yaitu B-739 dengan equivalent annual departure dari pesawat-pesawat campuran tadi, sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan ini berguna untuk mengetahui total keberangkatan keseluruhan dari bermacam pesawat yang

Page 6: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

telah dikonversikan ke dalam pesawat rencana. Mencari Wheel Load Rencana (W1) digunakan nilai wheel load B-739 sebagai pesawat rencana. Untuk mendapatkan equivalent annual departure digunakan persamaan :

Log R1 = Log R2 (W 2W 1 )1/2 (3)

Log R1 = Log 937 ( 60.21441.372 )1/2

R1 = 3847,166 ≈ 3848

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan besar nilai equivalent annual departure (R1) yaitu 29.713 dengan pesawat rencana B-739. Maka karakteristik pesawat B-739 yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan. Dari kurva yang tersedia untuk tingkat kebereangkatan 25.000 pergerakan menunjukan tebal perkerasan beton sebesar 16,5 inchi. Hasil ini kemudian dikalikan dengan presentase pengali sebesar 1,04 karena hasil annual departure menunjukkan lebih dari 25.000 (diasumsikan 50.000 pergerakan). Sehingga hasil akhir dari metode ini menghasilkan ketebalan sebesar = 16,5 x 1,04 = 17.16 inch (43.58 cm).

Gambar 3. Perhitungan Tebal Slab Beton

2. Metode PCAa. Perencanaan dengan Faktor KeamananNilai angka keamanan dan besarnya modulus of rupture dipakai sesuai dengan ketentuan teknis desain yaitu 1,7 dengan nilai MR90 sebesar 4,86 Mpa (704,8834 psi). Setalah didapat nilai FK dan MR90, kemudian dihitung besarnya working stress atau tegangan kerja yang mampu dilayani oleh perkersan tersebut. Tegangan kerja didapat dengan cara :

FK = MR 90

Working Stress (4)

Working Stress = MR90

FK

Working Stress = 704,8834

1,7=414,637 psi

Dengan harga K sesuai ketentuan desain, yaitu 300 pci dan working stress 414,637 psi, nilai tersebut kemudian diplotkan ke dalam grafik PCA tiap jenis pesawat yang terdapat dalam buku spesifikasi pesawat yang diterbitkan oleh pabrik yang memproduksi pesawat tersebut. Dari grafik tersebut akan didapatkan tebal yang dibutuhkan oleh masing-masing

Page 7: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

tipe pesawat. Metode ini tidak dipengaruhi oleh jumlah kedatangan pesawat. Cara yang sama berlaku untuk tipe pesawat lain dengan nilai K dan working stress sama. Setelah diperoleh tebal yang dibutuhkan oleh semua jenis pesawat, dipilih tebal perkerasan yang menghasilkan nilai paling besar, yaitu 13,2 inch yang dihasilkan oleh pesawat tipe B-747. Oleh karena itu, hasil tersebut dipilih sebagai hasil akhir dari metode ini.

b. Perencanaan dengan Fatigue RepetitionSeperti bahan-bahan struktural lainnya, beton pun bisa mengalami kelelahan. Keruntuhan beton akibat kelelahan terjadi apabila beton mendapat beban repetisi yang melampaui ketahanannya. Dalam perhitungan dengan konsep kelelahan, data lalu lintas pesawat campuran yang harus dilayani oleh perkerasan dibutuhkan. Dasar perencanaannya adalah berdasarkan trial and error. Metode konsep kelelahan bisa saling kontrol dengan metode angka keamanan. Oleh karena itu tebal perkerasan yang dihasilkan oleh faktor keamanan akan dikontrol dengan metode konsep kelelahan, yaitu 33,5 cm. Dari hasil perhitungan dengan ketebalan 33,5 menghasilkan kapasitas struktural total <100%, maka perkerasan mampu melayani beban lalu lintas pesawat.

3. Metode LCNLCN (Load Classification Number ) adalah nilai yang menunjukkan beban tertentu dari pesawat yang harus dipikul suatu sistem perkerasan bandara. LCN merupakan angka yang menunjukkan kekuatan dukung tanah dasar bandar udara terhadap pesawat yang boleh beroperasi di bandara tersebut. Maka bila angka LCN perkerasan lapangan terbang lebih besar daripada LCN pesawat, maka dapat disimpulkan pesawat dapat mendarat di lapangan terbang tersebut dengan selamat. Angka ini dipengaruhi geometri roda pendaratan, tekanan ban, serta komposisi perkerasan. Frekuensi gerakan pesawat tidak menjadi bahan pertimbangan dalam metode ini.

a. Mengumpulkan Data Karakteristik Pesawat dan Data Perkerasan StrukturDalam perencanaan dengan menggunakan metode ini digunakan data perkersan struktur sesuai dengan kondisi riil bandara Juanda, yaitu K=300 pci dan flexural strength beton sebesar 640,5 psi. Untuk data karakteristik pesawat disesuaikan dengan buku manual tiap jenis pesawat.

b. Menentukan Gear LoadsUntuk merencanakan kekuatan landasan, dianggap bahwa 5% beban diberikan kepada nose gear sedangkan yang 95% dibebankan kepada main gear. Digunakan sebagai contoh perhitungan pesawat tipe B-773, dengan MTOW 632.500 lbs dengan konfigurasi dual tridem, sehingga didapat nilai gear loads :

Gear Loads = 95 %× 632.5002

=300.438 lbs

c. Menentukan Kontak Area BanKontak area ban dapat dihitung dengan cara membagi gear loads dengan besarnya tekanan ban tipe pesawat tertentu. Dari perhitungan sebelumnya didapat gear loads sebesar 300.438 lbs. Tekanan roda B-773 sebesar 215 psi, sehingga didapat :

A = 300.438

215=1397,386 inch2

d. Menentukan Nilai RF (Reduction Factor)

Page 8: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Nilai RF ditentukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari langkah sebelumnya kemudian diplotkan ke dalam grafik penentuan RF. Gambar 4 menunjukan besarnya nilai RF untuk pesawat tipe B-773 sebesar 3,3.

Gambar 4. Penentuan Nilai RF

e. Menentukan Nilai ESWLESWL adalah nilai yang menunjukkan beban roda tunggal yang akan menghasilkan respon dari struktur perkerasan pada satu titik tertentu di dalam struktur perkerasan,dimana besarnya sama dengan beban yang dipikul pada titik roda pendaratan. Setelah didapat nilai RF pesawat B-773 dari langkah sebelumnya, lalu dihitung Equivalent Single Wheel Load (ESWL) pesawat menggunakan rumus :

ESWL = Beban total pada main gear

Reduction Factor (5)

ESWL = 300.438

3,3 = 91.041,82 lbs

f. Menentukan LCN (Load Classification Number)Untuk mendapatkan nilai LCN suatu pesawat yaitu dengan menghubungkan nilai ESWL dan tekanan roda pesawat lalu memplotkannya ke dalam grafik LCN seperti yang ditunjukkan Gambar 5. Melanjutkan hasil dari langkah sebelumnya digunakan pesawat tipe B-773. Pesawat ini memiliki LCN sebesar 112.

Page 9: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Gambar 5. Menentukan Nilai LCN Pesawatg. Menentukan LCG (Load Classification Group) dan Tebal PerkerasanPerkembangan terakhir, LCN pesawat dibagi dalam kelompok-kelompok grup. Hal ini disebabkan sejumlah variabel yang mempengaruhi ketelitian pada waktu merencanakan perkerasan tidak diperlukan. Maka klasifikasi perkerasan dan evaluasi pesawat disederhanakan menjadi LCG. Pengelompokan pesawat dalam grup-grup, dipilih di antara pesawat-pesawat yang secara garis besar menghasilkan tegangan yang sama pada perkerasan. Untuk pesawat B-773 tergolong dalam grup 1.

h. Menentukan Tebal PerkerasanDalam penentuan tebal perkerasan, digunakan batas teratas LCG terpilih, lalu memplotkannya ke dalam grafik seperti yang ditunjukkan Gambar 6.

Gambar 6. Menentukan Tebal Perkerasan

Page 10: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Setelah dilakukan perhitungan, ketebalan terbesar dibutuhkan oleh pesawat B-773, yaitu 32,5 cm. Oleh karene itu nilai ini diambil sebagai hasil akhir dari metode LCN.

Evaluasi Kekuatan Perkerasan Apron Terhadap Beban Pesawat Tahun 2022Evaluasi pada tugas akhir ini dilakukan dengan cara membandingkan kondisi ketebalan eksisting dengan ketebalan perkerasan yang didapat dengan cara menghitung ketebalan dengan menggunakan ketiga metode. Semua data perkerasan dan ketentuan teknis desain disesuaikan dengan data yang didapat sebelumnya, tetapi untuk data kedatangan pesawat menggunakan data pergerakan hasil forecasting yang telah dilakukan. Langkah-langkah perhitungan sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, oleh karena itu tidak dijelaskan lagi pada subbab ini. Berikut ini rekapitulasi hasil perhitungan dengan ketiga metode.

Hasil yang diperoleh dari ketiga metode ini menunjukkan tebal yang dibutuhkan < 45 cm, oleh karena itu tebal perkerasan eksisting masih mampu melayani lalu lintas pesawat pada tahun 2022.

Diskusi Perbedaan Hasil Perhitungan Perkerasan Dengan Tugas Akhir TerdahuluDari Tugas Akhir sebelumnya diperoleh ketebalan slab beton 43 cm. Hasil ini diperoleh dari perhitungan ketebalan apron pada 42,5 cm. Nilai ini diperoleh dari memperkirakan jenis pesawat yang beroperasi yaitu jenis B-747 pada tahun 2022. Ketebalan yang diperoleh juga dipengaruhi oleh nilai flexural strength beton sebesar 45 kg/cm2 ≈ 640,05 psi.

Dalam tugas akhir ini ketebalan yang diperoleh (45 cm) berbeda dari penelitian Arisandi (2012) karena nilai flexural strength yang berbeda dan jenis pesawat yang digunakan juga berbeda. Perbedaan penggunaan jenis pesawat ini dikarenakan adanya pemisahan terminal domestik dan internasional. Ketebalan yang diperoleh ini masih mampu mendukung B-747 dengan ditunjukkann nilai kapasitas struktural yang menunjukkan nilai 0,0756 yang artinya perkerasan tidak mengalami kerusakan ketika melayani beban lalu lintas pesawat dengan tipe tersebut.

Evaluasi Kekuatan Perkerasan Apron Terhadap Beban Pesawat Tahun 2026Evaluasi pada subbab ini dilakukan dengan cara membandingkan kondisi ketebalan eksisting dengan ketebalan perkerasan yang didapat dengan menghitung ketebalan menggunakan ketiga metode. Semua data perkerasan dan ketentuan teknis desain disesuaikan dengan data yang didapat sebelumnya, tetapi untuk data kedatangan pesawat menggunakan data pergerakan hasil peramalan yang telah dilakukan. Langkah-langkah perhitungan sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, oleh karena itu tidak dijelaskan lagi pada subbab ini.

Hasil yang diperoleh dari ketiga metode ini menunjukkan tebal yang dibutuhkan < 45 cm, oleh karena itu tebal perkerasan eksisting masih mampu melayani lalu lintas pesawat pada tahun 2026.

KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan :

Page 11: Panduan PENYERAHAN dan PENULISAN …fstpt.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/T168.docx · Web viewDepartment of Civil Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Desain tebal struktur perkerasan kaku yang telah dilakukan melalui metode FAA, PCA, dan LCN memberikan hasil 44 cm untuk metode FAA, 33,5 cm untuk metode PCA dan 32,5 untuk metode LCN. Tebal perkerasan yang dihasilkan oleh ketiga metode ini menunjukan hasil yang berbeda dengan kondisi riil di Bandara Juanda yang saat ini sebesar 45 cm.

Terdapat perbedaan yang signifikan pada perkerasan kaku yang dihasilkan oleh metode FAA dibandingkan dengan dua metode yang lain, sementara hasil dari metode PCA dan LCN hanya berbeda tipis, yaitu 1 cm. Perbedaan signifikan ini disebabkan oleh perbedaan asumsi yang digunakan. Metode PCA dan LCN mengasumsikan adanya pergeseran jalur lintasan sumbu roda rata-rata dari setiap jenis pesawat udara yang beroperasi sesuai dengan konfigurasi sumbu rodanya masing-masing. Sehingga, tegangan lentur maksimum di dalam struktur perkerasan yang diakibatkan oleh masing-masing jenis pesawat udara secara umum tidak selalu terjadi pada jalur yang sama. Sedangkan metode FAA, asumsi yang digunakan adalah bahwa setiap jenis pesawat udara yang beroperasi dianggap melintasi jalur lintasan sumbu roda rata-rata yang sama.

Berdasarkan hasil desain tebal perkerasan kaku melalui metode FAA, PCA, dan LCN dengan data pergerakan pesawat tahun 2022 dan 2026, tebal perkerasan kaku eksisting sebesar 45 cm masih mampu menerima beban lalu lintas pesawat hingga tahun 2026.

DAFTAR PUSTAKAAngkasa Pura I (2014). Laporan Bulanan Pergerakan Pesawat. Surabaya.Arisandi, Rifdia (2012). Perencanaan Pengembangan Apron Di Bandar Udara

Internasional Juanda Surabaya. Surabaya.Basuki, Heru (1986). Merancang dan Merencana Lapangan Terbang. Penerbit Alumni.

Bandung.FAA, Advisory Circular AC 150/5320-6D (2010). Airport Pavement Design and

Evaluation. United States of America.Gopalakrishnan, Kasthurirangan dan Thompson, Marshall R. (2006). Effect of Dynamic

Aircraft Gear Load on Asphalt Concrete Strain Responses. ASTM International. West Conshocken.

Horonjeff R. dan McKelvey F.X. (1993). Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara. Edisi Ketiga-Terjemahan, Erlangga. Jakarta.

Kosasih, Djunaedi (2005). Perbandingan antara Pendekatan Desain Struktur Perkerasan Kaku berdasarkan Lalu Lintas Pesawat Udara Campuran dan Pesawat Udara Desain Kritis. Bandung.

Laila, Fatachiyah (2014). Evaluasi Variasi Metode Peramalan Terhadap Perencanaan Fasilitas Terminal Penumpang Domestik Bandara Internasional Juanda (Metode : ARIMA dan Regresi Dummy). Surabaya.

Packard, Robert G. (1973). Design of Concrete Airport Pavement. Portland Cement Association. Illinois.