Upload
ibhnu-suriya-shaputhra
View
416
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
“PARADIGMA KEPERAWATAN KELUARGA BERDASARKAN TEORI MODEL KEPERAWATAN “
Diposkan oleh serlinawati pakpahan on Rabu, 28 Maret 2012 http://serlinawatipakpahan.blogspot.com/2012/03/paradigma-keperawatan-keluarga.html
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu
keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan
ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang.
Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi
keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya membantu orang
sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun kadang – kadang
masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di
beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih bersifat vocasional belum
sepenuhnya beralih ke pelayanan yang profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara umum
maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang
melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan, praktik
keperawatan dan organisasi profesi.
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh
dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis,
dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-
bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien,
antara lain degan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan. Dan tiap
model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan model keperawatan yang tepat dengan situasi klien yang spesifik,
memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang variable-variable utama yang mempengaruhi
situasi klien. Langkah-langkah yang harus dilakukan perawat dalam memilih model keperawatan
yang tepat untuk kasus spesifik adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup dan
aktivitas sehari-hari untuk mengidentifikasi dan memahami keunikan pasien.
2. Mempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang
melandasi, definisi konsep dan hubungan antar konsep.
Saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan keluarga belum
lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori keperawatan sangat menjanjikan
apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori tersebut menguraikan dan menjelaskan bukan
hanya keluarga dalam konteks sehat dan sakit, melainkan juga menguraikan peran perawat dalam
pengkajian dan intervensi.
1.2 TUJUAN MAKALAH
- menjelaskan paradigma keperawatan keluarga berdasarkan gambaran teori model
keperawatan
1.3 RUMUSAN MASALAH
- Apa sajakah Teori model keperawatan yang dapat menggambarkan paradigma keperawatan
keluarga ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku. (Adam Smith, 1975, cit
Gaffar, 1997). Paradigma memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna,
menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
Dalam hal ini paradigma akan sangat membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk
memahami dunia kepada kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi
di sekitar kita. Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi
ketidakpastian kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota
tubuhnya atau masalah – masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.
Teori Keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984),sebagai usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan,memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang
dilakukan.
Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga adalah
kelompok berusia panjang dengan suatu sejarah alamiah, atau siklus kehidupan, yang perlu dikaji
jika dinamika kelompok diinterpretasikan secara penuh dan akurat (Duvall, dan Miller, 1985).
Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga dari waktu ke waktu dengan
membaginya ke dalam satu seri tahap perkembangan yang diskrit. Konsep tentang tahap-tahap
siklus kehidupan keluarga terdapat saling ketergantungan yang tinggi antara anggota keluarga ;
keluarga dipaksa untuk berubah setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota keluarga.
Paradigma keperawatan terdiri atas 4 konsep dasar :
Manusia
Keperawatan
Sehat-sakit
Lingkungan
1. Konsep ManusiaManusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan,
1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan
lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya
(homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan
merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La Ode
Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem
terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik
atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga
perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan lingkungannya dan akan
menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila
manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan
lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang
terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang
menerima asuhan keperawatan.
Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan,
memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan kesehatan keluarga,
fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam masalah – masalah kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan
sifat – sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi
masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap, nilai, cita – cita
keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu dalam keluarga mempunyai
siklus tumbuh kembang .
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat
umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).
2. Konsep KeperawatanKeperawatan adalah suatu bentuk pelayanana profesional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan kultural secara
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurang kemauan meuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari –
hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan
mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap
manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial – spiritual dan kultural.
Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam arti menghargai
dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi
keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti tidak dibedakan
atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi sosial.
Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa
keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama
dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Konsep kesehatanSehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan keadaan
kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang mempengaruhi adalah psikologis,
dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor – faktor lingkungan eksternal
adalah faktor – faktor yang berada diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan
antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan adalah
rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk
mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat dinamis,
individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan. Menurut model
ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada diantara dua
kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian
kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah
sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area).
3. Konsep Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb) yang
termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan
kesehatan. Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan spiritual.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
a. Lingkungan dalam terdiri dari:
- Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi
pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat
tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain
maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan
keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup,
jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa
supaya mendapat ventilasi.
- Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress
fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien
menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas
manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan
emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi
tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien
dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien.
Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang
kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau
cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa
nyaman.
- Lingkungan sosial (social environment)Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data
yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit.
Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan
dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada
umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak
hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan
komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
b. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara, pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi lingkungan
dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit untuk
meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak
bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Leininger’s sunrise model ( Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Konsep
Keperawatan Transkultural)
Gambar 1.1 Leininger’s sunrise model untuk mernggambarkan teori asuhan keperawatan
transkultural yang diberikan pada berbagai budaya. (Kelley & Frisch, 1990 dan Geisser, 1991
dalam Andrew & Boyle, 1995).
Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau
kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku
sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger, 1984).
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan
pohon kelimuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik
dan universal (Leininger, 1978). Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti pada bahasa suku Dayak di Kalimantan,
suku Kubu di Jambi, dan suku Asmat di Irian. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kultur, seperti budaya minum teh
yang dapat membuat tubuh sehat (Leininger, 1978), atau budaya berolahraga agar dpaat tampil
cantik, sehat, dan bugar (cansebu). Keberhasilan seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan bergantung pada kemampuan menyintesis konsep antropologi, sosiologi, dan
biologi dengan konsep caring, proses keperawatan, dan komunikasi interpersonal ke dalam
konsep asuhan keperawatan transkultural (Andrews&Boyle, 1995).
Paradigma Keperawatan Transkultural adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-
nilai, dan konsep-konsep dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan, dan
lingkungan (Leininger, 1984, Andrew & Boyle, 1995, & Barnim, 1998).
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan (Leininger, 1984 dalam
Barnum, 1998; Giger & Davidhizar, 1995, dan Andrew & Boyle, 1995). Menurut Leininger
(1984), manusia memiliki kecendrungan untuk mempertahankan budayanya setiap saat dan
dimana pun dia berada.
Klien yang dirawat di rumah sakit harus belajar budaya baru, yaitu budaya rumah sakit,
selain membawa budayanya sendiri. Klien secara aktif memilih budaya dari lingkungan,
termasuk dari perawat dan semua pengunjung di rumah sakit. Klien yang sedang dirawat belajar
agar cepat pulih dan segera pulang ke rumah untuk memulai aktivitas hidup yang lebih sehat.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
yang terletak pada rentang sehat-sakit (Leininger, 1978). Kesehatan menjadi fokus dalam
interaksi antara perawat dan klien.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Leininger, 1978). Asuhan keperawatan yang
diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memilih secara aktif budaya yang
sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan status
kesehatannya, klien harus mempelajari lingkungannya.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang memengaruhi perkembangan, keyakinan,
dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan klien dengan
budayanya. Ada tiga bentuk lingkungan, yaitu lingkungan fisik, sosial, dan simbolik (Andrew &
Boyle, 1995). Ketiga bentuk lingkungan tersebut berinteraksi dengan diri manusia membentuk
budaya tertentu.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh manusia, seperti
daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat, dan iklim tropis (Andrews & Boyle, 1995).
Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu, misalnya bentuk rumah di daerah panas
yang mempunyai banyak lubang, berbeda dengan bentuk rumah orang eskimo yang hampir
tertutup rapat (Andrew & Boyle, 1995).
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas seperti keluarga, komunitas, dan
masjid atau gereja. Di dalam lingkungan sosial, individu harus mengikuti struktur dan aturan-
aturan yang berlaku di lingkungan tersebut (Andrew & Boyle, 1995). Keluarga adalah tempat
pertama kali klien berinteraksi dan dipandang sebagai pilar utama untuk mencapai keberhasilan
klien bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih besar (Andrew & Boyle, 1995). Keberhasilan
klien bersosialisasi di dalam keluarga merupakan pengalaman yang digunakan untuk
bersosialisasi dengan kelompok lain seperti saat dirawat di rumah sakit. Klien yang dirawat di
rumah sakit melakukan sosialisasi antarindividu di ruangannya dan klien dari ruangan yang lain.