paragraf tarno

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS BAHASA INDONESIAPENGEMBANGAN PARAGRAF

OLEH

Nama NIM

: Siti Fatimah Kahar : J11109002

Fak/Jur : Kedokteran Gigi

(Deduktif)

MALOKLUSI

Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal yang meliputi ketidakteraturan gigi-gigi seperti berjejal, protrusif, malposisi atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya. Keadaan gigi yang tidak harmonis mempengaruhi estetika dan penampilan seseorang serta mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, ataupun bicara. Menurut Strang dan Thompson (1958) maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi yang normal, sedangkan Houston (1993) menyatakan bahwa maloklusi adalah ketidakteraturan gigi di luar ambang normal yang masih dapat diterima. Maloklusi terjadi bila ada kondisi-kondisi seperti posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga membentuk mekanisme refleks gigi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut, gigi yang berjejal atau tidak teratur yang bisa merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal, serta posisi gigi-gigi yang menghalangi bicara. Faktor-faktor etiologi maloklusi diklasifikasikan ke dalam dua golongan besar yaitu saat prenatal, meliputi faktor herediter dan faktor kongenital yang terdiri dari kondisi embrio/fetus dan kondisi ibu. Kondisi embrio/fetus terdiri dari gangguan selama dalam kandungan, gigi hilang, gigi berlebih, dan celah bibir/langit-langit. Kondisi ibu meliputi penyakit dan nutrisi.prenatal. Pada saat postanal meliputi faktor intrinsik, faktor lingkungan dan faktor sistemik. Faktor intrinsik berupa gigi sulung yang tanggal secara prematur, tanggalnya gigi tetap, retensi gigi sulung, erupsi gigi tetap yang terlambat, restorasi gigi yang tidak baik, dan frenulum labialis yang abnormal. Faktor sistemik berupa malnutrisi, penyakit sistemik, dan fungsi abnormal dari kelenjar endokrin. Faktor lingkungan berupa mangisap ibu jari, cara menelan yang salah, bernapas melalui mulut, dan cara berbicara yang salah.

(Induktif) GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULARIS

Sendi temproromandibula merupakan salah satu komponen dari sistem pengunyahan yang terdiri dari sepasang sendi kiri dan kanan yang masing-masing dapat bergerak bebas dalam batas tertentu. Berbeda dengan persendian lain selalu berada pada tempatnya dan tiap penyimpangan gerak keluar dari tempatnya menyebabkan dislokasi, tidaklah demikian dengan sendi rahang. Kedua kondilus sendi temporomandibularis tidak selalu harus berada dalam fossanya. Walaupun kondilus sendi temporomandibularis tidak selalu bergerak secara mandiri, masingmasing sisi dapat bergerak ke depan-belakang, kiri-kanan maupun atas dan bawah. Gerakan ini terikat, bergantung serta ditentukan oleh adanya koordinasi neuromuskular otot-otot mastikasi dan ligamen sendi. Karena itu, untuk memahani biomekanika sendi temporomandibular, perlu dipahami anatomi dan fisiologi sistem persendian, termasuk interaksi fungsionalnya dengan otot-otot penggerak mandibula dan mekanisme oklusi geligi bawah terhadap geligi atas. Sendi temporomandibularis yang diberikan beban berlebih akan

menyebabkan kerusakan pada strukturnya atau mengganggu hubungan fungsional yang normal antara kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi tubuh atau keduanya. Idealnya, semua pergerakan sendi temporomandibular harus terpenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi.

(campuran)

PERAWATAN GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR Umumnya, rasa tidak enak mendorong pasien mencari pertolongan. Perawatan yang segera dan efisien tidak hanya dapat meredakan penderitaannya tetapi juga membantu mengembalikan rasa percaya diri pasien. Adapaun perawatan secara konservatif adalah mengistrirahatkan rahang, obat-obatan, latihan, terapi fisik, splint oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan patologi yang lain, protesa, terapi oklusal dan faktor pendukung lain. Perawatan farmakologik dapat membantu meredakan gejala kelainan sendi temporomandibular seperti rasa sakit, hiperaktifvitas otot, ansietas dan depresi. Baik pengalaman klinis maupun studi eksperimental terkendali menunjukkan bahwa farmakoterapi dapat menjdi katalis kuat bagi rasa nyaman pasien dan rehabilitasnyabila Obat-obatan digunakan sebagai program tatalaksana sendi

komprehensif.

yang

bermanfaat

dalam

perawatan

tempromandibular terdiri dari analgetik, kortikosteroid, relaksan otot, anti ansietas dan anti depresi. Walaupun ada kecenderungan para dokter untuk mengandalkan obat favorit tunggal, sebetulnya tak ada satupun obat yang benar-benar terbukti manjur untuk seluruh spektrum sendi temporomandibular. Untuk menghindari komplikasi, tak diharapkan efek interaksi buruk. Jadi, penting sekali untuk memahami spektrum obat-obat yang dapat diberikan untuk sendi

temporomandibular dan masalah lain yang timbul karena penggunaannya.

(deskriptif)

PENGARUH KEBIASAAN MENGISAP JARI TERHADAP MALOKLUSI Karakteristik maloklusi akibat mengisap jari berasal dari kombinasi tekanan langsung pada gigi dan perubahan dari pola istirahat pipi dan tekanan bibir. Akibat dari kebiasaan mengisap jari pada jaringan keras dan lunak juga tergantung pada frekuensi, intensitas, dan durasi. Durasi memegang peranan paling penting dalam pergerakan gigi akibat kebiasaan mengisap jari. Bukti klinis dan eksperimental menyatakan bahwa daya selama 4-6 jam setiap hari merupakan waktu minimum yang menyebabkan pergerakan gigi. Anak yang melakukan kebiasaan mengisap jari secara intermittent dengan intensitas yang tinggi, pergerakan gigi yang terjadi tidaklah banyak, tetapi anak yang mengisap jari secara terus-menerus (lebih dari 6 jam) akan menyebabkan perubahan gigi yang signifikan. Gambaran klinis maloklusi yang terjadi pada anak dengan kebiasaan mengisap jari antara lain protrusif gigi anterior rahang atas, retrusi gigi insisif bawah atau sedikit berdesakan, prognatik segmen premaksila, retrognatik mandibula, overjet besar, gigitan terbuka anterior, diastema insisif rahang atas, palatum tinggi, lengkung rahang atas yang menyempit (berbentuk V), serta bilateral crossbite posterior. Terdapat pula kalus pada punggung ibu jari atau jari lain yang diisap.

(kronologis)

ORAL HABIT Kebiasaan mengisap jari merupakan oral habit yang paling sering muncul pada anak yang tidak diberikan ASI. Gigitan terbuka anterior terjadi akibat penempatan secara langsung jari yang diisap pada gigi-gigi insisiv. Keadaan ini mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap dari gigi-gigi insisiv, sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Gigitan terbuka anterior juga dapat terjadi akibat intrusi gigi-gigi insisiv, tetapi gigitan anterior anterior lebih mudah terjadi akibat penghambatan erupsi karena intrusi gigi-gigi insisiv. Tanda lain yang akan terlihat adalah pergerakan gigi insisiv atas ke arah labial dan gigi insisiv bawah kearah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisiv ini tergantung pada jari yang diisap dan diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu jari yang diletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi insisiv rahang atas dan pada permukaan labial gigi insisiv bawah. Anak yang secara aktif mengisap jari dapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisiv rahang atas, sehingga menjadi lebih protrusif dan gigi insisiv bawah lebih retrusif dengan demikian bertambahanya overjet menjadi lebih besar. Keadaan lain yang dapat muncul adalah kontriksi maksila. Kontriksi lengkung maksila biasa terjadi pada kebiasaan mengisap jari karena lengkung maksila gagal untuk berkembang dalam arah horizontal karena perubahan keseimbangan antara tekanan lidah dan pipi. Ketika ibu jari diletakkan di dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh dari palatum dan menurunkan tekanan lidah pada bagian lingual pada gigi-gigi posterior rahang atas. Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinators selama mengisap pada saat yang sama. Hilangnya

keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan inlgual menyebabkan lengkung posterior maksila berkontriksi menjadi crossbite posterior. Tekanan pipi yang terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkung maksila berubah menjadi bentuk V dan kontriksi lebih besar terjadi interkaninus daripada molar.

(antiklimaks)

GERAKAN MANDIBULA Gerakan mandubula dari posisi sentrik, protrusi, retrusi dan ke lateral terjadi oleh karena aktivitas otot-otot elevator an depresor mandibula, dibanu oleh aktivitas otot-otot protraktor dan retraktor mandibula, antara lain m. Pterygoideus internus dan ligamen di sekitar persendian. Oleh aktivitas otot-otot tersebut, gigigeligi bawah berkontak atau dilepas kontaknya dengan gigi-geligi atas. Setiap gerakan mandibula berawal dari posisi interkuspal maksimal dan berakhir pada posisi itu pula, yang pada dasarnya dbedakan dalam 3 fase yaitu fase membuka, fase menutup dan fase oklusi. Posisi mandibula pada akhir gerakan menutup mulut sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh geseran kontak antara gigi-geligi bawah dengan gigi-geligi atas setelah dicapai kontak pertama antara kedua lengkung gigi. Hanya bila geseran tersebut lancar dan terjadi bersamaan antara semua gigi posterior, maka posisi mandibula akan stabil. Apabila ada kontak prematur antara salah satu gigi, maka geseran kontak akan menjadi tidak lancar dan mungkin akan membuat mandibula haruss menyimpang dari pola gerakannya yang normal, sehingga posisi akhir yang dicapainya juga akan menyimpang dari normal. Apabila penyimpangan ini berjalan lama, maka posisi akhir kondilus kanan dan kiri akan menjadi asimetri yang diikuti oleh diskus artikularisnya.

(klimaks)

GEJALA PULPITIS Jika pulpa yang meradang kronis terasa nyeri, maka pulpa yang nekrrotik tidak demikian halnya karena tak ada lagi saraf yang akan meneruskan rangsang. Walaupun demikian, jika jaringan periapeks telah terkena, gejala lain akan bsa berkembang. Inflamasi peripekskronis biasanya tidak menimbulkan nyeri, sedangkan peradangan periapeks akut menyebabkan nyeri yang tertentu leetaknya dan sangat tidak enak. Eksudat radang cukup membuat gigi terangkat sedikit soketnya. Gigi tersbut akan peka sekali terhadap rangsangan karena eksudat tersebut berperan sebagai penghantar rangsang tekanaan dalam soketnya langsung ke jaringan yang meradang. Peradangan dari periodontitis akut dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya dan menimbulkan pembengkakan. Memang, pembengkakan merupakan suatu gejala dari adanya peradangan. Akhirnya, pus akan keluar dari sinus dan pada tahap ini nyeri akan mereda dan peradangan akan menjadi peradangan kronik.

(kalimat utama di tengah)

INDEKS MALOKLUSI Dalam menentukan kompleksitas perawatan ortodonti dan tingkat keinginan terhadap perawatan ortodonti, terdapat beberapa indeks Maloklusi yang dapat digunakan seperti TPI (Treatment Priority Index), HMA (Handicapping Malocclusion Assestment Index) dan IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need). Sedangkan untuk melihat peningkatan estetis dapat digunakan indeks seperti DAI (Dental Aesthetic Index) dan SCAN (Standardized Continuum of Aesthetic Need Index). Maloklusi menggambarkan sebuah spektrum penyimpangan dari keadaan normal atau ideal menjadi beberapa anomali. Dokter, pasien dan keluarga pasien dapat memiliki perbedaan pandangan tentang apa yang harus dirawat dan apa yang dapat diterima sebagai suatu variasi yang sederhana dan tidak berbahaya. IOTN merupakan suatu teknik yang sangat berguna untuk orang yang berminat dalam penelitian dibidang kesehatan gigi masyarakat dan epidemiologi maloklusi, tetapi teknik ini lebih sering digunakan spesialis. Pasien dengan IOTN yang rendah akan memperlihatkan perubahan yang besar walaupun telah diberikan perawatan yang terbaik.