55
Sri Handayani, 2012 Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN METODE BERMAIN PERAN A. Konsep Keterampilan Sosial 1. Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang membentuk pribadinya, yang membantu perkembangannya menjadi manusia sebagai mana mestinya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengan dia, yaitu ibunya, ayahnya, saudara-saudaranya, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya sangat mempengaruhi perilaku sosialnya. Perasaan terhadap orang lain, juga merupakan hasil dari pengalaman yang lampau dan mempengaruhi hubungan sosial, seperti yang dapat diobservasi dalam situasi kehidupan sehari-hari. Hasil observasi di kelas sebagaimana yang diungkapakan oleh Johnson (1975) dalam Aisyah,dkk (2007) menunjukkan bahwa anak berperilaku dalam suatu kelompok berbeda dengan perilakunya dengan kelompok lain. Perilaku anak dalam kelompok juga berbeda pada waktu dia sendirian. Kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap-tiap anak. Menurut Johnson,

Paud Keterampilan Sosial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas jurusan PG PAUD tentang keterampilan sosial

Citation preview

Page 1: Paud Keterampilan Sosial

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN

METODE BERMAIN PERAN

A. Konsep Keterampilan Sosial

1. Pengertian Perilaku Sosial

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain,

baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Di

dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat

bermakna dalam kehidupannya yang membentuk pribadinya, yang membantu

perkembangannya menjadi manusia sebagai mana mestinya. Sejak kecil anak

telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang

paling dekat dengan dia, yaitu ibunya, ayahnya, saudara-saudaranya, dan anggota

keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya

sangat mempengaruhi perilaku sosialnya. Perasaan terhadap orang lain, juga

merupakan hasil dari pengalaman yang lampau dan mempengaruhi hubungan

sosial, seperti yang dapat diobservasi dalam situasi kehidupan sehari-hari. Hasil

observasi di kelas sebagaimana yang diungkapakan oleh Johnson (1975) dalam

Aisyah,dkk (2007) menunjukkan bahwa anak berperilaku dalam suatu kelompok

berbeda dengan perilakunya dengan kelompok lain. Perilaku anak dalam

kelompok juga berbeda pada waktu dia sendirian. Kehadiran orang lain dapat

menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap-tiap anak. Menurut Johnson,

Page 2: Paud Keterampilan Sosial

13

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu persepsi individu yang

menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya interaksi dan pola

kepemimpinan yang dipakai guru di kelas Aisyah dkk (2007)

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain,

baik teman sebaya, guru, orang tua, maupun saudara-saudaranya. Di dalam

hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwayang sangat bermakna

dalam kehidupannya yang dapat membantu pembentukan kepribadiannya

Ernawulan Syaodih (2003:48)

Menurut Aisyah dkk (2007:9.35) perkembangan sosial adalah proses

kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk

hidup sebagai bagian kelompoknya. Perkembangan sosial berbeda dengan

kemampuan sosial, kemampuan sosial merupakan kecakapan seorang anak untuk

merespon dan mengikat perasaan dengan perasaan positif, dan memiliki

kemampuan yang tinggi untuk menarik perhatian mereka. Di dalam kemampuan

sosial anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan

sosial di mana ia berada. Anak yang dapat bersosialisasi dengan baik sesuai tahap

perkembangan dan usianya cenderung menjadi anak yang mudah bergaul.

Menurut Yusuf (2001:122, Mubiar (2008:12), perkembangan sosial

merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan

sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,

moral dan trasdisi: untuk meleburkan suatu kesatuan, saling berkomunikasi dan

bekerjasama.

Page 3: Paud Keterampilan Sosial

14

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Hurlock (1978:250), keyakinan tradisioal sebagian manusia

dilahirkan dengan sifat sosial dan sebagian lagi tidak. Menurut Hadis (1996:116),

perkembangan sosial yang juga merupakan dasar pembentukan kepribadian telah

dimulai sejak awal kehidupan. Bahwa mereka dapat mengadakan hubungan sosial

terlihat dari reaksi anak terhadap suara atau tangisan bayi lain.

Menutut Gunarti dkk (2008:1.14), definisi perkembangan sosial secara

umum yaitu sebagai berikut:

a) Keterampilan sosial merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang

mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan

yang berasal dari dalam diri.

b) Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah

laku yang ditiru dalam keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa

yang ada di seluruh dunia.

c) Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang

sesuai dengan tuntunan sosial dan memerlukan 3 proses, yaitu sebagai

berikut:

a. Beralajar berperilaku agar dapat diterima secara sosial

b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima

c. Perkembangan sikap sosial

d) Sosiobilitas adalah diperolehnya kemampuan untuk bertingkah laku sesuai

dengan harapan-harapan sosial yang berlaku di masyarakat.

Page 4: Paud Keterampilan Sosial

15

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagai makhluk sosial seorang individu dituntut untuk mampu dan

terampil bersosialisi. Pengertian keterampilan sosial adalah proses penyesuaian

individu terhadap adat istiadat, kebiasaan, dan cara hidup yang berlaku di

masyarakat sekitarnya. Proses ini berlangsung sejak awal masa hidupnya, dan

bagaimana kemampuan anak dalam bersosialisasi ini secara umum banyak

tergantung dari pengalamannya pada awal-awal masa hidupnya Sari (1996:114)

Dari ke tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial

merupakan suatu proses memperoleh kemampuan untuk berperilaku yang sesuai

dengan keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang dan sesuai dengan

tuntutan dan harapan-harapan sosial yang berlaku di masyarakat.

Ross (dalam Brewer,2007) menggambarkan bahwa keterampilan sosial

sebagai kemampuan untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatu situasi

sosial, keterampilan untuk memahami dan menginterprestasikan secara tepat

tindakan-tindakan dan kebutuhan dalam bermain, dan keterampilan untuk

membayangkan beberapa kemungkinan alternanatif tindakan dan memiliki salah

satu yang paling pandai.

Keterampilan sosial adalah keterampilan atau strstegi yang digunakan

untuk suatu hubungan yang positif dalam interaksi sosial yang diperoleh melalui

proses belajar dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah atau penguat dalam

hubugan interpersonal yang dilakukan.

Perkembangan keterampilan sosial adalah perkembangan perilaku anak

dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak berada.

Page 5: Paud Keterampilan Sosial

16

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perkembangan keterampilan sosial merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar

kematangan. Keterampilan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan

kesempatan belajar terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain

menjadikan fungsi sosial anak menjadi semakin berkembang. Tatanan sosial yang

baik dan sehat serta dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri

yang positif akan menjadikan perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih

optimal Masitoh dkk (2005:11)

1. Proses Pekembangan Keterampilan Sosial

Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga

proses keterampilan sosialisasi. Proses keterampilan sosialisasi ini tampaknya

terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana

yang dikemukakan oleh Hurlock (1978), yaitu sebagai berikut:

a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima di

masyarakat.

b. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.

c. Mengembangkan sikap atau tingkah laku sosial terhadap individu lain

dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.

Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses keterampilan

sosial ini, individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu

sosial dan kelompok individu non sosial. Kelompok individu sosial adalah mereka

yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu

Page 6: Paud Keterampilan Sosial

17

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima oeh anggota kelompok.

Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak

berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang

tidak tahu apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka

tidak sesuai dengan harapan sosial. Kadang-kandang mereka tumbuh menjadi

individu antisosial, yaitu individu yang mngetahui harapan kelompok sosial, tetapi

dengan sengaja melawan hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini ditolak

atau dikucilkan oleh kelompok sosial Nugraha (2004:1.18,1.19).

Setiap individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka

mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogyanya ia perbuat

seperti yang diharapkan oleh orang lain.

Loree (1970:86) (dalam Mubiar 2011:37,38) dengan mensitir pendapat

English & English (1958) menjelaskan lebih lanjut bahwa keterampilan sosial itu

merupakan suatu proses dimana individu (terutama anak) melatih kepekaan

dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan

tuntutan-tuntutan kehidupan (kelompoknya), belajar bergaul dan bertingkah laku

di dalam lingkungan sosio-kulturnya.

Menurut Hurlock (1978:288) banyak kondisi yang menimbulkan kesulitan

bagi anak utuk melakukan penyesuaian diri dengan baik, tetapi ada empat kondisi

yang paling penting yaitu:

Page 7: Paud Keterampilan Sosial

18

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Bila pola perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anak akan

menemukan kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik di

luar rumah, meskipun dia diberi motivasi kuat untuk untuk melakukannya.

b. Bila rumah kurang memberikan model perilakuuntuk ditiru, anak akan

mengalami hambatan serius dalam penyesuaian sosialnya di luar rumah.

c. Kurangnya belajar motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial

sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan di

rumah maupun di luar rumah.

d. Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian

sosial yang baik anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang

cukup dalam proses belajar ini.

2. Perkembangan Perilaku Keterampilan Sosial Anak

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan

sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan

diriterhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi

satu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerjasama, Nurihsan dan Mubiar

(2011:36)

Pada proses berikutnya perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh

perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai

aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan masyarakat serta

mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapakan

Page 8: Paud Keterampilan Sosial

19

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

norma-norma dalam kehidupan sehari – hari. Proses bimbingan orang tua ini

lazim disebut sosialisasi, Nurihsan dan Mubiar (2011: 36).

Sueann RobinsonAmbron (1981, Mubiar:2011), mengartikan sosialisasi

itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan

kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung

jawab dan efektif.

Menurut Nurihsan (2011:36) keterampilan sosial dari orang tua ini

sangatlah penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan belum punya

pengalaman untuk membimbing perkembangan sendiri ke arah kematangan.

Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga,

orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan

bentuk-bentuk tingkah laku sosial.

Secara potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial

(zoonpoliticon), kata Plato. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus

berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain (ingat kisah

Singh Zingg di India dan Itard di Prancis, bayi yang disusui dan dibesarkan

binatang tidak dapat dididik kembali untuk menjadi manusia biasa) Nur Ihsan

(2011:37)

Dua atau tiga teman tidaklah cukup banginya. Anak ingin bersama dengan

kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk

bermain dan berolah raga, dan dapat memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk

Page 9: Paud Keterampilan Sosial

20

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima

kelompok semakin kuat. Hal ini berlaku baik untuk anak laki-laki maupun

perempuan Nurihsan (2011:36)

Anak laki-laki cenderung mempunyai hubungan teman sebaya yang lebih

luas daripada anak perempuan. Ia lebih suka bermain berkelompok daripada

hanya dengan satu atau dua anak. Sebaliknya, hubungan sosial anak perempuan

lebih intensif dalam arti bahwa ia sering bermain dengan satu atau dua daripada

dengan seluruh kelompok Nurihsan (2011:36)

Sifat-sifat kepribadian penting dalam memilih sama, kebaikan hati,

kejujuran, kemurahan hati, dan sportivitas. Mejelang masa anak-anak berakhir,

anak lebih menyukai teman dari latar belakang sosial ekonomi, ras, dan agama

yang sama, khususnya sebagai teman baik Nurihsan (2011:37)

Perkembangan sosial harus diikuti dengan kontrol dan kemampuan untuk

mengatur diri sendiri, dua hal yang harus berjalan bersamaan. Kemampuan

mengatur diri sendiri adalah suatu kebebasan pada anak untuk mengontrol

perilakunya sendiri agar sesuai dengan tuntutan sosial yang ada. Jika seorang anak

dilarang main ke jalan oleh ibunya dan jika ia berkeinginan berbuat demikian

maka ia akan ingat larangan tersebut dan tidak melakukannya. Di sini berarti anak

mampu mengatur diri sendiri, mengontrol perilakunya sesuai dengan larangan

yang telah ditetapkan oleh ibunya. Disiplin diri atau kemampuan mengontrol diri

ini sejalan dengan perkembangan kognitif anak. Tergantung apakah ia dapat

Page 10: Paud Keterampilan Sosial

21

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyerap informasi tentang aturan yang dituntut oleh lingkungan sosialnya atau

belum (Fawzia,1996:117).

3. Proses Penanaman Keterampilan Sosial Pada Anak

Secepat individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka

mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa seyogianya ia perbuat seprti

yang diharapkan olrang lain. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial ini

disebut bersosialisasi Mubiar (2011:37)

Loree (1970:86, Mubiar:2011:37) mengatakan bahwa dengan mensitir

pandapat English & English (1958) menjelaskan lebih lanjut bahwa sosialisasi itu

merupakan suatu proses dimana individu (terutama anak) melatih kepekaan

dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan

tuntutan-tuntutan kehidupan (kelompoknya); belajar bergaul dengan bertingkah

laku seperti orang lain, bertingkah laku di dalam lingkungan sosio – kulturnya.

Perkembangan sosial pada anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan

atau bimbingan orangtua maupun untuk bergaul dengan orang lain. Untuk

mencapai kematangan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta

mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan

norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orangtua

ini lazim disebut sosialisasi Mubiar (2011:36).

Sueann Robinson Ambron (1981dalam Yusuf,2001:123) mengartikan

sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah

Page 11: Paud Keterampilan Sosial

22

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat

yang bertanggung jawab dan efektif

Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah penting bagi anak, karena dia masih

terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing

perkembangannya sendiri ke arah kematangan. J. Clausen (Ambron, 1981:221,

Yusuf:2001:123) mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan orang tua dalam

rangka sosialisasi dan perkembangan sosial yang dicapai anak, yaitu sebagai

berikut:Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota

keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman-teman bermainnya, anak mulai

mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku soial. Pada anak, bentuk-bentuk

tingkah laku sosial itu adalah:

a. Pembangkangan (Negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan.

Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau

tuntutan orangtua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak

anak. tingkah laku ini mulai muncul pada kira-kira usia 18 bulan dan

mencapai puncaknya pada usia tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku

negativisme pada usia ini dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia

empat tahun, biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara usia empat

tahun sampai enam tahun, sikap membangkang/ melawan secara fisik

beralih melawan secara verbal (mengunakan kata-kata). Sikap orang tua

terhadap tingkah laku melawan pada usia ini seyogyanya tidak

memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras kepala, tolol

Page 12: Paud Keterampilan Sosial

23

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

atau sebutan lainnya yang negatif. Dalam hal ini, sebaiknya orang tua mau

memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara

naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi

“dependen” (ketergantungan) ke posisi “ independen “ (bersikap mandiri).

Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses

perkembangan tersebut.

b. Agresi (agression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (non

verbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk

reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/

keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku

menyerang, seperti: mencubit, menggigit, memukul, menendang, marah-

marah, dan mencaci maki. Orang tua yang menghukum anak yang agresi,

menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. oleh karena itu sebaiknya

orang tua berusaha untuk mereduksi, mengurangi agresivitas anak tersebut

dengan cara mengalihkan perhatian/ keinginan anak, memberikan mainan

atau sesuatu yang yang di inginkannya (sepanjang tidak membahayakan

keselamatannya) atau upaya lain yang bisa meredamagresivitas anak

tersebut.

c. Berselisih/ bertengkar (quarreling), terjadi apabila seorang anak merasa

tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti

diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau

mainannya.

Page 13: Paud Keterampilan Sosial

24

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Menggoda (terasing), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif.

Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk

verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan), sehingga menimbulkan reaksi

marah pada orang yang diserangnya.

e. Persaingan (rivarly), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu

didorong (distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat

pada usia empat tahun, yaitu persaingan untuk prestise dan pada usia 6

tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan lebih baik.

f. Kerjasama(coorperation) yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok.

Anak yang berusia dua tahun atau tiga tahun belum berkembang sikap

bekerjasamanya, mereka masih kuat sikap “ self- centered”-nya. Mulai

usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai menampakkan

sikap kerjasamanya dengan anak lain. Pada usia enam atau tujuh tahun,

sikap kerjasama ini sudah berkembang lebih baik lagi. Pada usia ini anak

mau bekerja kelompok dengan teman-temannya.

g. Tingkah laku berkuasa (anscedant behavior), yaitu jenis tingkah laku

untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap “bossines”

wujud dari tingkah laku ini, seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam

atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

h. Mementingkan diri sendiri (selfishness), yaitu sikap egosentris dalam

memenuhi interes atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi

keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis,

menjerit atau marah-marah.

Page 14: Paud Keterampilan Sosial

25

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i. Simpati (sympaty), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk

menaruh perhatian pada orang, mau mendekati atau bekerja sama

dengannya. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat

mengurangi sikap “ selfish”-nya dan dia mulai mengembangkan sikap

sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

Perkembangan keterampilan sosial anak sangat dipengaruhi oleh

lingkungan sosialnya, baik orangtua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya

atau teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi

atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif,

maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang.

Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan

orang tua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan

bimbigan, teladan, pengajaran, atau pembiasaan terhadap anak dalam

menerapkan norma-norma, baik agama maupun tatakrama/ budi pekerti;

cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti (1) bersifat

minder, (2) senang mendominasi orang lain, (3) bersifat egois/ selfish, (4)

senang mengisolasi diri/ menyendiri, (5) kurang memiliki persaan

tenggang rasa, dan (6) kurang memperdulikan norma dalam perilaku

(Yusuf,2004:127)

Menurut Gunarti dkk (2008:1.14-1.15) perkembangan sosial setiap anak

akan melaui proses panjang yang pada akhirnya nilai-nilai sosial tersebut menjadi

Page 15: Paud Keterampilan Sosial

26

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bagian dalam diri seorang anak. Berikut akan digambarkan alur proses sosialisasi

pada setiap individu. Mulai sejak lahir sampai menjadi dewasa.

a. Proses imitasi

Berupa proses peniruan terhadap tingkah laku atau sikap serta cara

pandang orang dewasa (model) dalam aktivitas yang dilihat anak yang

secara sengaja belajar bergaul dari orang-orang terdekatnya (orangtua).

Untuk itu selain membimbing dan mengajarkan anak bagaimana bergaul

dengan tepat. Orang tua juga dituntut untuk menjadi model yang baik bagi

anaknya.

b. Proses identifikasi

Berupa proses terjadinya sosialisasi pada seseorang yang didasarkan pada

orang tersebut untuk menjadi seperti individu lain yang dikaguminya atau

dengan perkataan lain proses menyamakan tingkah laku sosial orang yang

berbeda di sekitarnya sesuai dengan perannya kelak dimasyarakat.

c. Proses internalisasi

Berupa proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Dengan perkataan

lain, relatif mantap dan menetapnya suatu nilai sosial pada diriiseseorang

sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dan menjadi milik orang tersebut.

Untuk itu dibutuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai sosial yang baik dan

Page 16: Paud Keterampilan Sosial

27

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang buruk sehingga kelak anak dapat berkembang menjadi makhluk

sosial yang sehat dan bertanggung jawab.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya,

baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman

sebaya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan

peluang terhadap perkembangan sosial anak secara positif, maka anak

akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang Yusuf

(2004:125)

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang

sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat

(zosialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat

berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu

proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Ketiga proses itu adalah:

a. Belajar Berperilaku yang Dapat Diterima Secara Sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang

perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya

harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus

menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.

b. Memainkan Peran Sosial yang Dapat Diterima

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan

dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi.

Page 17: Paud Keterampilan Sosial

28

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan

anak serta bagi guru dan murid.

c. Perkembangan Sikap Sosial

Untuk bermasyarakat/ dalam kurung bergaul dengan baik, anak-anak harus

meyukai orang dan aktivitas sosial. Jika mereka dapat melakukannya

mereka akan berhasil dalam menyesuaikan sosial yang baik dan diterima

sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri

Nugraha (2004)

Sikap anak-anak terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan seberapa

baik mereka dapat bergaul dengan orang lain, sebagian besar akan tergantung

pada pengalaman belajar selama bertahun-tahun awal kehidupan yang merupakan

masa pembentukan. Apakah mereka akan belajar menyesuaikan diri dengan

tuntutan sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat bergantung pada

empat faktor yaitu;

a. Kesempatan yang penuh untuk sosialisasi adalah penting karena anak-anak

tidak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang lain jika sebagian

besar waktu mereka dipergunakan seorang diri.

b. Dalam keadaan bersama-sama, anak-anak tidak hanya harus mampu

berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi

juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan

menarik bagi orang lain. Perkembangan bicara merupakan penunjang

Page 18: Paud Keterampilan Sosial

29

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang penting bagi bersosialisasi, tetapi pembicaraan yang egosentrik

menghalangi perkembangan sosialisasi anak.

c. Anak akan belajar bersosialisasi hanya apabila mereka mempunyai

motivasi untuk melakukannya. Motivasi sebagian besar tergantung pada

tingkat kepuasan yang dapat diberikan oleh aktivitas sosial kepada anak.

jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain,

mereka akan mengulangi hubungan tersebut. Sebaliknya jika hubungan

sosial hanya memberikan kegembiraan sedikit, mereka akan

menghindarinya.

d. Metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah penting. Dengan

metode coba ralat anak mempelajari beberapa pola perilaku yang penting

bagi penyesuaian sosial yang baik Aisyah (2007:9.37)

4. Perilaku Adaptif Anak Taman Kanak-Kanak yang Bekaitan dengan

Keterampilan Sosial

Menurut Dini Daeng P. Sari (1996:114), sebagai makhluk sosial seorang

individu dituntut untuk mampu dan terampil bersosialisasi. Pengertian sosialisasi

adalah proses penyesuaian diri individu terhadap adat istiadat, kebiasaan dengan

cara hidup yang berlaku dimasyarakat sekitarnya. Proses ini berlangsung sejak

masa awal hidupnya, dan bagaimana kemampuan anak dalam meningkatkan

keterampilan sosial ini secara umum banyak tergantung dari pengalamannya pada

awal-awal hidupnya. Bila pengalaman-pengalaman awalnya dalam besosialisasi

lebih banyak memberi kesenangan dan kepuasan, maka dapat dipekirakan proses

Page 19: Paud Keterampilan Sosial

30

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sosialisasinya berkembang ke arah yang positif, sebaliknya bila tidak, hambatan

dan kesulitan dalam bersosialisasi akan banyak ditemuinya.

Empat faktor yang juga dianggap banyak pengaruh pada tingkat

kemampuan anak dalam keterampilan sosial adalah:

a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada di

sekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang yang berbeda. Semakin

banyak dan bervariasi pengalamannya dalam bergaul dengan orang-orang

di lingkungannya, maka akan semakin banyak pula hal-hal yang dapat

dipelajarinya untuk menjdi bekal dalam meningkatkan keterampilan

sosialnya.

b. Adanya minat dan motivsi untuk bergaul. Semakin banyak pengalaman

yang menyenangkan yang diperolehnya melalui pergaualan dan aktifitas

sosialnya, minat dan motivasinya, minat dan motivasinya untuk bergaul

juga akan semakin berkembang. Keadaan ini kan memberi peluang yang

lebih besar untuk meningkatkan keterampilan sosialnya tersebut. Dengan

minat dan motivasi bergaul yang besar anak akan terpacu untuk selalu

memperluas wawasan pergaulan dan pegalamannya dalam bersosialisasi

ini, sehingga makin banyak pula hal-hal yang dipelajarinya yang pada

akhirnya akan meningkatkan keterampilan sosial. Sebaliknya bila

seseorang tidak memilki minat dan motivasi dalam bergaul, ia cenderung

menyendiri dan lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak

melibatkan dan menuntut hubungan dengan orang lain. Dengan demikian

makin sedikit pengalaman bergaulnya dan makin sedikit pula yang dapat

Page 20: Paud Keterampilan Sosial

31

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dipelajarinya tentang pergaulan yang dapat menjadi bekal untuk

meningkatkan keterampilan sosialnya.

c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang bisa menjadi

“model” bagi anak. Walaupun keterampilan sosial ini dapat juga

berkembang melalui cara” coba salah” yang dialami oleh anak, melalui

pengalaman bergaul atau dengan “ meniru “ perilaku orang lain dalam

bergaul, tetapi akan lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yang

sengaja diberikan oleh orang yang dijadikan”model” bergaul yang baik

bagi anak.

d. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki individu.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, individu tidak hanya dituntut

untuk berkomuniksi dengan kata-kata yang dapat difahami, tetapi juga

dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang

lain yang menjadi lawan bicaranya. Dan kemampuan komunikasi ini

menjadi inti dari keterampilan sosial, artinya sekalipun tiga faktor telah

ada, tetapi tidak didukung oleh kemampuan berkomunikasi yang baik

dalam keterampilan sosialpun menjadi kurang baik.

Menurut Hurlock (1978) dalam lingkup budaya Amerika dewasa ini para

orang tua dan guru menaruh perhatian pada jenis penyesuaian yang dilakukan

anak. Bagi mereka, populer atau tidaknya seorang anak begitu penting sehingga

mereka membantu berbagai upaya untuk membantu agar si anak dapat menjadi

anggota yang diterima secara sosial dalam kelompok teman sebaya. Sebagian

Page 21: Paud Keterampilan Sosial

32

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

besar orang tua menyadari adanya hubungan yang erat antara penyesuaian sosial

seorang anak dengan keberhasilan dan kebahagiaan pada masa kanak-kanak dan

pada masa kehidupan selanjutnya. Untuk menjamin bahwa anak-anak mereka

akan dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, mereka memberikan

kesempatan kepada anak-anak mereka untuk menjalin kontak sosial dengan anak-

anak yang lain, dan berusaha memotivasi mereka agar aktif secara sosial. Apabila

seorang anak diterima dengan baik oleh teman-teman sebayanya, kondisi ini akan

menghasilkan pola perilaku dan sikap yang akan membuka peluang bagi

terciptanya perkawinan yang bahagia dan akan menjadi batu loncatan untuk

meraih keberhasilan dalam dunia kerja, yang selanjutnya akan menimbulkan

mobilitas sosial ke atas.

Guru menaruh perhatian terhadap penyesuaian sosial murid, karena

mereka mengetahui bahwa anak yang diterima dengan baik mempunyai

kemungkinan yang jauh lebih besar untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan

kemampuannya dibandingkan dengan anak yang ditolaknya atau diabaikan oleh

teman sekelasnya.

Perhatian orang tua dan guru terhadap penyesuaian sosial anak dapat

dibenarkan karena dua alasan:

a. Pola perilaku dan sikap. Yang dibentuk pada masa awal kehidupan,

cenderung menetap.

b. Jenis penyesuaian sosial yang akan dilakukan anak-anak meninggalkan ciri

konsep diri mereka.

Page 22: Paud Keterampilan Sosial

33

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penyesuaian sosial diartikansebagai keberhasilan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok

pada khususnya.

Menurut Nugraha dan Rachmawati (2004:1.9) dalam perkembangan

keterampilan sosial terdapat pula istilah individu yang disebut introvert dan

extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari

lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun keputusan-keputusan yang diambil

selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Orang-

orang dengan kecenderungan introvert, biasanya pendiam dan tidak membutuhkan

orang lain karena merasa segala kebutuhannya bisa terpenuhi sendiri. Sedangkan

extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian ke luar

dirinya sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambilnya

lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang-orang

extrovert biasanya cenderung aktif, suka berteman, dan ramah tamah. Seorang ahli

menyatakan introvert dan extrovert hanya merupakan suatu tipe yang ditunjukkan

seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus menerus seperti itu atau

sudah menjadi suatu kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai tipe

kepribadiaannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suatu kepribadian yang

sehat atau seimbang haruslah memiliki dua kecenderungan ini. Dengan demikian,

kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta kebutuhan akan

prestasi dan refleksi diri dari keduanya bisa terpuaskan.

Page 23: Paud Keterampilan Sosial

34

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Karakteristik Perkembangan Keterampilan Sosial Anak Taman

Kanak-kanak

Menurut Nugraha (2004) perkembangan keterampilan sosial individu

mengikuti suatu pola, yaitu urutan perilaku sosial yang yang teratur. Pada

dasarnya semua anak menempuh tahapan sosialisasi. Kurangnya kesempatan anak

untuk bergaul secara baik dengan orang lain dapat menghambat perkembangan

keterampilan sosialnya. Adapun ciri-ciri keterampilan sosial anak usia prasekolah

adalah sebagai berikut:

a. Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya.

b. Dikenal dengan istilah pregangage. Dikatakan pregang karena anak

parsekolah berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi yang

sebenarnya. Mereka mulai belajar menyesuaikan diri dengan harapan

lingkungan sosial.

c. Hubungan dengan orang dewasa. Melanjutkan hubungan dan selalu ingin

dekat dengan orang dewasa baik dengan orang tua maupun guru. Mere

akan selalu berusaha untuk berkomunikasi dan menarik perhatian orang

dewasa.

d. Hubungan dengan teman sebaya.3-4 tahun mulai bermain bersama

(cooperativ play). Mereka tampak mulai mengobrol selama bermain

memilih teman untuk bermain, mengurangi tingkah laku bermusuhan.

Minat anak anak terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi

keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Mereka membentuk kelompok (gang)

Page 24: Paud Keterampilan Sosial

35

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sehingga periode ini disebut gang age. Peranan teman sebaya pada tahap ini

sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Diantara

pengaruh yang ditimbulkannya pada keterampilan sosial anak diantaranya:

a. Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah

laku yang dapat diterima oleh kelompoknya.

b. Membantu anak mengembangkan nilai-nila sosial lain di luar nilai-nilai

orang tua.

c. Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan

mendapatkan kepuasan emosional dari rasa berkawan.

(Snowman, Patmono Dewo 1995:29) dalam Nugraha dan Rachnawati

(2004:2.18) mengemukakan beberapakarakteristik perilaku sosial pada

anak usia pra sekolah, diantaranya sebagai berikut:

d. Pada umumnya anak pada usia dini memiliki satu atau dua sahabat. Akan

tetapi, sahabat ini cepat berganti. Mereka pada umumnya dapat cepat

menyesuaikan diri secara sosial. Sahabat yang dipilih biasanya dari jenis

kelamin yang sama, kemudian berkembang menjadi bersahabat dangan

anak jenis kelamin yang berbeda.

e. Kelompok bermainnya cenderung kelompok kecil, tidak terlalu

terorganisasi secara baku sehingga kelompok tersebut cepat berganti-ganti.

f. Anak yang lebih kecil seringkali mengamati anak yang lebih besar.

g. Pola bermain anak prasekolah lebih bervariasi fungsinya sesuai dengan

kelas sosial dan gender. Anak dari kelas menengah lebih banyak bermain

Page 25: Paud Keterampilan Sosial

36

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

asosiatif, kooperatif, dan konstruktif, sedangkan anak perempuan lebih

banyak bermain soliter, konstruktif, paralel, dan dramatik. Anak laki-laki,

lebih banyak bemain fungsional solitaire dan asosiatif dramatis,

h. Perselisihan sering terjadi. Akan tetapi, sebentar kemudian mereka

berbaikan kembali. Anak laki-laki banyak melakukan tindakan agresif dan

menantang.

i. Setelah masuk TK, pada umumnya kesadaran mereka terhadap peran jenis

kelamin telah berkembang. Anak laki-laki senang bermain di luar, bermain

kasar dan bertingkah laku agresif, sedangkan anak perempuan lebih suka

bermain yang bersifat kesenian, bermain boneka atau menari.

Sementara itu menurut Hurlock (1978) dalam Nugraha dan Rachmawati

(2004:2.19) mengemukakan beberapa pola pada perilaku daam situasi sosial pada

awal masa kanak-kanak, yaitu sebagai berikut:

a. Kerjasama

Anak belajar bermain atau bekerjasama hingga usia mereka emapat tahun.

Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melatih

keterampilan ini, semakin cepat mereka belajar dan menerapkannya secara

nyata dalam kehidupannya.

b. Persaingan

Persaingan ini dapat mengakibatkan perilaku baik pada anak. Jika anak

melakukannya karena merasa terdorong untuk melakukan sesuatu sebaik

mungkin maka hal ini dapat berakibat baik pada prestasi dan pengolahan

Page 26: Paud Keterampilan Sosial

37

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

motivasinya, namun jika persaingan diangap sebagai pertengkaran dan

kesombongan maka hal ini dapat mengakibatkan timbulnya sosialisasi

yang buruk.

c. Kemurahan Hati

Kemurahan hati ini merupakan perilaku kesediaan untuk berbagi dengan

anak lain. Jika hal ini meningkat maka perilaku mementingkan diri sendiri

akan berkurang. Perilaku kemurahan hati ini sangat disukai oleh

lingkungan sehingga menghasilkan penerimaan sossial yang baik.

d. Hasrat Akan Penerimaan sosial

Jika anak memiliki hasrat yang kuat akan penerimaan sosial, hal ini akan

mendorong anak untuk melakukan penyesuaian sosial secara baik.

e. Simpati

Seorang anak belum mampu melakukan simpati sehingga mereka pasti

mengalami situasi yang mirip dengan duka cita. Merka mengekspresikan

simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang sedang

bersedih.

f. Empati

Merupakan kemampuan meletakkan diri sendiridalam posisi orang lain

serta menghayati posisi orang tersebut. Hal ini hanya akan berkembang

jika anak memahami ekspresi wajah orang lain atau maksud pembicaraan

orang alain.

g. Ketergantungan

Page 27: Paud Keterampilan Sosial

38

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kebutuhan anak akan bantuan, perhatian, dan dukungan orang lain

membuat anak memperhatikan cara-cara berperilaku yang dapat diterima

lingkungannya. Namun berbeda dengan anak yang bebas, ia cenderung

mengabaikan ini.

h. Sikap ramah

Seorang anak memperhatikan sikap ramah dengan cara melakukan sesuatu

dengan orang lain, membantu teman, dan menunjukkan kasih sayang.

i. Meniru

Anak-anak melakukan peniruan terhadap orang-orang yang diterima baik

oleh lingkungannya. Dengan meniru anak-anak mendapatkan respon

penerimaan kelompok terhadap diri mereka.

j. Perilaku Kelekatan

Berdasarkan pengalamannya pada masa bayi, tatkala akan merasakan

kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih bersama ibunya, anak

mengembangkan sikap ini untuk membina persahabatan dengan anak lain.

Menurut Nugraha dan Rachmawati (2004:2.21) salah satu pengalaman

sosial yang dialami anak adalah proses penerimaan sosial. Pengalaman ini akan

membekali anak dalam melakukan peneyesuaian diri di lingkungan sosialnya.

Fungsi teman sangat penting dalam mengembangkan keterampilan ini. Menurut

Hetherington (1987) dalam Nugraha dan Rachmawati (2004:2.21) fungsi teman

ini diantaranya adalah membantu anak belajar mematuhi aturan-aturan melalui

Page 28: Paud Keterampilan Sosial

39

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bermain, menjadi sumber informasi, teman berfungsi sebagai pendorong perilaku

positif atau negatif bagi anak.

Berkenaan dengan permainan sosial ini, Hurlock (1991) dalam Nugraha dan

Rachmawati mengemukakan beberapa tahapan (stage) dalam penerimaan oleh

kelompok teman sebaya, adalah sebagai berikut:

a. A Reward-Cost Stage

Pada stage ini ditandai oleh harapan yang sama, akativitas yang sama dan

kedekatan. Biasanya pada anak kelas 2 dan 3, tetapi belum mendalam.

b. A Normative Stage

Pada stage ini ditandai oleh dimilikinya nilai yang sama, sikap terhadap

aturan, dan sanksi yang diberikan. Biasanya terjadi pada anak kelas 4 dan5

c. An Empetik Stage

Pada stage ini dimilikinya pengertian, pembagian minat, self

disclosureadanya kedekatan yang mulai mendalam biasanya di atas kelas

6.

Mengukur kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dan melibatkan diri

serta berperilaku dalam situasi sosial yang dihadapinya, termasuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya dalam situasi sosial sehari-hari uyaitu:

a. Kemampuan berhubungan antar manusia yaitu: menunjukkan minat dan

kemampuannya dalam berhubungan dengan orang lain.

Page 29: Paud Keterampilan Sosial

40

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Kemampuan dalam menggunakan waktu luang yaitu: menunjukkan minat

terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada waktu luang,

kemampuan memanfaatkan waktu luang.

c. Kemampuan mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapi sehari-hari /

corping skill yitu: memahami tanggung jawabnya, menunjukkan kepekaan

terhadap kebtuhan orang lain Sari (1996:103).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keterampilan

Sosial Anak.

Menurut Sutarno (1989) dalam Nugraha dan Rachmawati (2004:4.15-426)

bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu

faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Ke dua

faktor tersebut dilengkapi oleh Hurlock 91978) dengan faktor ke tiga, yaitu faktor

pengalaman awal yang diterima anak.

a. Faktor linkungan keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial

anak. Didalam keluarga yang berinteraksi sosial berdasarkan simpati inilah

manusia pertama kali belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain,

belajar bekerjasama, belajar membantu orang lain. Pengalaman-pengalaman

berinteraksi sosial dalam keluarga turut menentukan tingkah lakunya terhadap

orang lain dalam kehidupan sosial di luar keluarga.

Page 30: Paud Keterampilan Sosial

41

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Diantara faktor yang terkait dengan kelurga dan yang berpengaruh

terhadap perkembangan sosial anak - anak adalah hal-hal yang berkaitan dengan

orang tua yaitu:

1. Status sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi keluarga ternyata mempunyai pengaruh terhadap

faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Perkembangan

sosial anak juga tergantung pada sikap orang tua dan corak interaksi dalam

keluarga itu. Walaupu keadaan sosial ekonomi orang tua memuaskan jika

mereka jika mereka tidak memperhatikan pendidikan anak atau seringkali

bertengkar, perkembangan sosial anak akan terganggu.

2. Kerukunan Keluarga

Keluarga adalah hadirnya ayah, ibu dan anak-anak dalam satu keluarga.

Apabila ayah atau ibu atau kedua-duanya tidak ada maka struktur keluarga

dianggap sudah tidak utuh lagi.

3. Sikap dan Kebiasaan orang tua.

Tingkah laku orang tua sebagai pemimpin kelompok dalam keluarga

sangat mempengaruhi interaksi keluarga dan dapat merangsang

perkembangan ciri-ciri tertentu pada pribadi anak. Orang tua yang otoriter

dapat mengakibatkan anak yang tidak taat, takut, pasif, tidak memiliki

inisiatif, tak dapat merencanakan sesuatu, serta mudah menyerah. Orang

tua yang terlalu melindungi anak dan menjaga anak secara berlebihan

akan membuat anak sangat tergantung pada orang tua. Orang tua yang

Page 31: Paud Keterampilan Sosial

42

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menunjukkan sikap menolak, yang menyesali kehadiran anak akan

menyebabkan anak menjadi agresif dan memusuhi, suka berdusta, dan

suka mencuri.

b. Faktor dari luar rumah

Pengalaman sosial awal dari luar rumah melengkapi pengalaman awal di

dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola

perilaku anak.

Jika anak senang berhubungan dengan orang luar, ia akan terdorong untuk

berperilaku dengan cara yang dapat diterima orang luar tersebut. Karena hasrat

terhadap pengakuan dan penerimaan sosial sangat kuat pada akhir masa anak-

anak, pengaruh kelompok teman sebaya lebih kuat dibadingkan dengan sewaktu

masa sekolah

c. Faktor pengaruh pengalaman sosial awal

Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku pribadi selanjutnya.

Kekuatan sosia awal sebagai pola perilaku anak pada situasi perilaku yang

cenderung menetap mampu mempengaruhi perilaku anak pada situasi sosial

selanjutnya. Oleh karena itu, pengalaman sosial awal anak harus difasilitasi

dengan situasi sosial dan dapat diterima secara positif dan dapat diterima oleh

lingkungan yang luas. Jika lingkungan tidak mampu menyediakan situasi sosial

yang kondusif maka akan menimbulkan kerugian yang sosial bagi anak juga dapat

mencemaskan orangtua dan guru. Situasi sosial yang dikemas oleh orang tua dan

Page 32: Paud Keterampilan Sosial

43

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

guru hendaklah mencerminkan kesinambungan dan konsistensi sehingga perilaku

sosial anak terjaga secara terus-menerus. Artinya jika telah diciptakan situasi

sosial yang ideal bagi anak di sekolah maka hendaklah diikiuti dengan penciptaan

lingkungan sosial yang senada di rumah maupun dalam kelompok bermainnya.

Pengalaman sosial awal juga menentukan dan berpengaruh terhadap

partisipasi sosial anak. Jika pilihan dan variasi kegiatan sosial yang diikuti anak

sebagaimana yang disajikan di atas menyenangkan maka selanjutnya anak akan

lebih aktif untuk mengikuti aktivitas sosial karena dianggap memenuhi

kepuasannya. Apabila anak dihadapkan pada pengalaman sosial awal yang tidak

menyenangkan, bahkan merasa tertekan maka pada perkembangan selanjutnya ia

akan menghindari berpartisipasi, bahkan menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Hal tersebut tentunya mencemaskan, apalagi sampai muncul sikap dan perilaku

antisosial dari anak. Hal ini perlu diwaspadai oleh guru maupun orang tua, juga

perlu mengevaluasi serta memperbaiki atau mencari kegiatan/lingkungan

pengganti secepatnya sehingga hal-hal yang lebih buruk terhadap perilaku sosial

anak dapat dihindari, impliksi dari kondisi tersebut adalah betapa pentingnya para

guru menampilkan cara-cara yang menyenangkan bagi anak dalam mengenalkan

sikap dan perilaku sosial yang positif. Dalam konteks ini, anjuran dalam

meggunakan pendekatan belajar sambil bermain (learning troungh play) atau

dalam konteks pembelajaran prasekolah di Indonesia dikenal dengan istilah 3B

(Bercerita, Bernyanyi, dan Bermain) merupakan pilihan pendekatan yang bijak.

Perkenalkanlah sikap dan perilaku sosial melalui berbagai cara yang diketahui

Page 33: Paud Keterampilan Sosial

44

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

guru, yaitu bercerita, bernyanyi, dan bermain. Jenis permainan yang dianggap

tepat juga cukup banyak, seperti bermain sosiodrama, bermain peran (role

playing) bermain yang melibatkan kelompok.

Menurut Hadis (1996:117) anak yang ramah umumnya mempeunyai orang

tua yang demikian pula, karena bayi terpengaruh oleh sikap orang-orang yang

berada di sekelilingya. Dan dengan makin bertambahnya usia, kegiatan sosialisasi

anak makin luas, tidak terbatas dalam keluarga saja. Pada masa ini maka

keterampilan sosial makin penting artinya.

7. Metode Pengembangan Keterampilan Sosial di Taman Kanak-kanak

Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah

kompetensinya dalam memilih metode pengajaran yang tepat untuk bahan

pelajaran yang akan diajarkan. Ketepatan pemilihan meteode mengajar ini sangat

penting karena akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Jika pemilihan

metode pembelajaran kurang tepat maka tujuan pembelajaranpun menjadi samar

dan tidak fokus pada sasaran. Oleh karena itu Nugraha dan

Rachmawati(2004:9.17) mengemukakan:

Beberapa metode pengembangan keterampilan sosial yang dapat

dilakukan guru TK adalah sebagai berikut:

1. Pengelompokan anak:

Page 34: Paud Keterampilan Sosial

45

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengembangan keterampiln sosial dengan cara mengelompokan anak di TK

dirasakan sangat efektif. Melalui pengelompokan, anak akan saling mengenal

dan berinteraksi secara intensif dengan anak lain.

2. Modeling dan Imitating

Imitasi adalah peniruan sikap tingkah laku, serta cara pandang orang lain

yang dilakukan secara sengaja.

Proses peniruan ini sangat wajar pada anak bahkan mungkin terjadi di

masa dewasa, namun sekalipun namanya meniru, objek yang ditiru pun

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tingkah laku yang ditiru merupakan tingkah laku yang mendapat

penguatan, yaitu mendapat respon positif atau negatif dari lingkungannya

b. Umumnya anak meniru tingkah laku orang dewasa ketimbang tingkah laku

anak sebayanya.

3. Bermain kooperatif.

Bermain kooperatif adalah permainan yang melibatkan sekelompok anak,

dimana setiap anak mendapatkan peran dan tugas masing-masing yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama

4. Belajar berbagi (sharing)

Belajar berbagi (sharing) merupakan keterampilan sosial yang sangat

dibutuhkan oleh anak. melalui sharing anak akan terlatih untuk membaca

situasi lingkungan, belajar berempati terhadap kebutuhan anak lain, belajar

bermurah hati, melatih bersikap lebih sosial, serta bertahap meninggalkan

perilaku egosentrismenya.

Page 35: Paud Keterampilan Sosial

46

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Bermain peran

Menurut Pamela A. Coughlin dalam Gunarti dkk (2008:10.37), bermain

peran berdampak pada beberapa aspek perkembangan anak, dengan

bermain peran, anak saling memberikan kontribusi satu sama lain, anak

menempatkan dirinya pada posisi orang lain, memahami arti hubungan

sosial, bekerja sama hal ini mendukung perkembangan sosial.

A. Hakikat Metode Bermain Peran

1. Pengertian Metode

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode merupakan cara

yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode

menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan.

Sesuai dengan tujuan dan program kegiatan, metode yang dipergunakan

berkaitan erat dengan dimensi perkembangan anak dengan aspek-aspek

perkembangan anak.

2. Jenis-jenis Metode

Metode yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan aspek

perkembangan yang akan dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan usia

anak. Berukut di bawah ini merupakan metode-metode pembelajaran untuk anak

usia dini dalam Gunarti dkk (2008)

a. Bemain

Page 36: Paud Keterampilan Sosial

47

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin

pertumbuhan anak (Gordon & Browne). Melalui bermain anak

memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan.

b. Karyawisata

Metode ini bertujuan agar anak memperoleh kesempatan untuk

mengobservasi, memperoleh informasi, atau mengkaji segala sesuatu

secara langsung

c. Bercakap-cakap

Bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan dan

perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa represif dan

bahasa ekspresif.

d. Metode Bercerita

Bercerita marupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu

generasi berikutnya. Bercerita dapat menjadi media untuk menyampaikan

nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

e. Metode Bermain Peran

Bermain peran adalah pengembangan yang efektif di mana seseorang

memerankan karakter orang lain dan mencoba berpikir/ berbuat dengan

cara/sudut pandang sosok yang diperankannya.

f. Metode Demonstrasi

Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan. Dalam

demonstrasi keita menunjukkan, dan menjelaskan cara-cara mngerjakan

sesuatu.

Page 37: Paud Keterampilan Sosial

48

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

g. Metode Proyek

Metode proyek adalah suatu metode yang digunakan untuk melatih

kemampuan anak dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini dapat

menggerakkan anak untuk melakukan kerjasama sepenuh hati untuk

mencapai tujuan bersama.

h. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas merupakan pekerjaan tertentu yang dengan se-

ngaja dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas.

3. Pengertian Bermain

„Bermain‟ (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga

arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat adalah setiap kegiatan yang

dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan

hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan

dari luar atau kewajiban. Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas

tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungdional.”menurut

Bettleheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain

kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang

dimaksudkan realitas luar Hurlock (1978:320)

Menurut Anggani S (1995:1) bermain merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat atau yang menghasilkan

Page 38: Paud Keterampilan Sosial

49

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun

mngembangka imajinasi anak .

Tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles, Frobel lebih melihat bermain

sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan

sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada

anak Mayke (1995:5)

4. Pengertian Metode Bermain Peran

Asmawati dkk (2008:8.10) Main peran sangat penting untuk

perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak. Main peran menjadi landasan bagi

dasar perkembangan daya cipta, daya ingat, kerjasama kelompok, penyerapan

kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan

memahami sapsial dan afeksi. Tujuan terakhir dari bermain peran adalah belajar

bermain dan bekerja dengan orang lain, sebagai latihan untuk menghadapi

pengalaman di dunia nyata.

Bermain peran mulai tampak sejalan dengan mulai tumbuhnya

kemampuan anak untuk berpikir simbolik. Dalam bermain peran atau khayal ini,

misalnya anak tampak menyuapi boneka, mengajaknya berbicara dan bermain,

mengajari boneka binatangnya berpakaian dan sebagainya. Sekelompok anak

dapat bekerja sama menciptakan jalan cerita sendiri dalam permainan ini.

Chaterine Garvey (1977, dalam Stasen Berger 1983 dan dalam Mayke Sugianto T

Page 39: Paud Keterampilan Sosial

50

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1995) menemukan bahwa pada umumnya anak –anak menyukai bermain peran

(dramatik), mulai dari main ibu-ibuan dengan bonekanya, main sekolah-

sekolahan atau menjadi ayah dan ibu. Dewasa ini kita juga dapat menjumpai anak

-anak bermain menjadi penari, pilot, ksatria baja hitam atau pawer rengers.

Bermain dramatik semacam ini membantu anak mencobakan berbagai peran

sosial yang diamatinya, memantapkan peran sesuai jenis kelaminnya, melepaskan

ketakutan atau kegembiraannya, mewujudkan khayalannya, selain belajar bekerja

sama dan bergaul dengan anak lainnya (Garvey, 1990; Singer dan Singer, 1990

dalam Berk, 1994) dalam Sugianto: 1995).

Selain Kathleen Stassen Barger maka Turner dan Helms (1993) (dalam

Sugianto,1995:25) lebih menyoroti kegiatan bermain sebagai sasaran sosialisasi

anak. Kegiatan bermain memberi kesempatan pada anak untuk bergaul dengan

anak lain dan belajar mengenal bergai aturan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosialnya. Secara garis besar, kegiatan bermain dibedakan menjadi 3

kategori besar yaitu:

1. Exploratory and manipulative play (bermain menjelajah dan manipulatif)

2. Destructive play (bermain menghancurkan)

3. Imaginative atau make-bilieve play (bermain berkhayal atau pura-pura).

Dahlan (1990:123) masalah-masalah yang dipecahkan melalui bermai

peran berbeda dengan masalah-masalah yang dipecahkan melalui metode tanya

jawab, discovery, inquiry, atau diskusi kelas. Bermain peran diarahkan pada

Page 40: Paud Keterampilan Sosial

51

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar – manusia

(human relation problems) terutama yang berkaitan dengan kehidupan siswa.

Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksplorasi masalah-

masalah hubungan antar-manusia dengan cara memperagakannya. Hasil peragaan

tersebut didiskusikan dalam kelas, sehingga secara bersama-sama mereka dapat

mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi

pemecahan masalah.

Sebagai suatu model mengajar, bermai peran berakar pada dimensi pribadi

dan dimensi sosial pendidikan. Dari dimensi pribadi, model ini berusaha

membantu para siswa menemukan makna dari lingkungan sosialnya, yang

bermanfaat bagi dirinya. Selain itu melalui model ini para siwa diajak untuk

belajar memecahkan dilema-dilema pribadi yang (sedang) mngungkungnya

dengan bantuan kelompok sosial yang anggota-anggotanya adalah teman-teman

mereka sendiri. Dengan kata lain dilihat dari dimensi pribadi, model ini berupaya

membantu individu melalui proses kelompok sosial Dahlan (1990:123).

Supriyanti dalam Gunarti dkk (2008) berpendapat bahwa metode bermain

peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar

anak sehingga dapat menegembangkan daya khayal (imajinasi) dan perhayatan

terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Bermain perean berati menjalankan

fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai dokter, ibu

guru, nenek tua renta.

Page 41: Paud Keterampilan Sosial

52

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peran diartikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan

individu yang ditunjukan kepada orang orang lain. Peran seseorang dalam

kehidupan dipengaruhi persepsi dan penilaian dirinya dan orang lain. Untuk dapat

berperan dengan baik, diperlukan pemahaman tentang peran sendiri mencakup

apa yang tampak dan tindakan yang tersebunyi dalam perasaan persepsi dan sikap.

Esensi bermain peran ditunjukan untuk membantu individu untuk memahami

perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sekaligus berupaya

memahami perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang mendasarnya.

Pada dasarnya ide utama dari bermain peran adalah untuk menjadi “sosok”

individu yang diperankan dan untuk mendapatkan pemahaman tentang peran

tersebut dan motivasi yang berkaitan. Kegiatan ini dapat melibatkan jumlah anak

yang terbatas dalam interaksi berpasangan atau beberapa anak dalam kelompok

kecil.

Bermain peran sering digunakan untuk mengajarkan masalah tanggung

jawab warga negara, kehidupan sosial atau konseling kelompok. Metode ini

memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari tingkah laku manusia.

Anak dapat mengeksplorasi perasaan mereka, menghayati persepsi dan tingkah

laku orang lain dan belajar terlibat dan berinteraksi dalam proses pembuatan

keputusan. Metode ini mengajarkan pada anak untuk belajar melalui dramatisasi.

Pengertian bermain peran menurut buku Didaktik Metodik di Taman

Kanak-kanak (Depdikbud 1998) adalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-

benda di sekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal

Page 42: Paud Keterampilan Sosial

53

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan penegembangan yang dilakasanakan.

Dengan demikian metode bermain peran, artinya mendaramatisasikan cara

tingkah laku dalam hubungan sosial.

1. Tujuan dan Manfaat Bermain Peran.

Mengenai manfaat metode bermain peran , Fieldman J.R (1997)

mengatakan:

“In the dramatic play area children have the opportunity to role-play

real-life situation, release emotion, practice language, develop sicial

skill, and express themselves creatively.”

Wonderful Rooms Where Children Can Bloom.

Fieldman (1997) berpendapat bahwa di dalam area drama, anak-anak

memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang

sebenarnya, melepaskan emosi, mempraktikan kemampuan berbahasa,

membangun keterampilan sosial dan mengekspresikan diri dengan kreatif.

Menurut Vigotsky (Gunarti dkk 2008:10.11) bermain peran mendukung

munculnya kemampuan penting yaitu:

a. Kemampuan untuk memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda.

b. Kemampuan menahan dorongan hati dan menyusun tindakan yang

diarahkan sendiri dengan sengaja dan fleksibel.

Bermain peran mempunyai makna penting bagi perkembangan anak usia

dini karena dapat:

a. Mengembangkan daya khayal ( imajinasi) anak

b. Menggali kreatvitas anak

Page 43: Paud Keterampilan Sosial

54

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Melatih motorik kasar anak untuk bergerak

d. Melatih penghayatan anak terhadap peran tertentu

e. Menggali perasaan anak.

Penggunaan metode ini juga memupuk adanya pemahaman peran sosial

dan melibatkan interaksi verbal paling tidak dengan satu orang lain. Penggunaan

metode ini membantu anak untuk mempelajari lebih dalam mengenai dirinya

sendiri, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya. Mereka menjalankan perannya

berdasarkan pengalamannya terdahulu. Mereka belajar memutuskan dan memilih

berbagai informasi yang relevan. Hal tersebut sangat membantu mereka dalam

mengembangkan kemampuan intelektualnya. Mereka juga banyak belajar dari

temannya tentang cara-cara berkonsentrasi dalam kondisi sosiodramatik. Selain

itu, mereka juga belajar berkonsentrasi dalam satu tema drama dalam waktu

tertentu. Area ini juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan

kemampuan sosial dan emosionalnya dalam, seperti mengatasi rasa takut dengan

memerankan berbagai tokoh yang sebenarnya bagi mereka menakutkan. Misalnya

seorang anak yang takut disuntik memerankan tokoh sebagai pasien sehinngga

metode ini juga berfungsi sebagai katharis (pelepasan emosi) dan terapis .

Muhibin Syah (1999: 196) mendefinisikan bermain peran sebagai upaya

pemecahan masalah yang khususnya yang berkaitan dengan kehidupan sosial

melalui peragaan tindakan. Sedangkan Nana Sujana (2000 : 84) mendefinisikan

bermain peran sama artinya dengan sosio drama yang dalam pemakaiannya sering

Page 44: Paud Keterampilan Sosial

55

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disilih gantikan. Sosiodrama pada dasarnya yaitu mendramatisasikan tingkah laku

dalam hubungannya dengan masalah sosial.

Bermain peran adalah suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk membatu

siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema

dengan bantuan kelompok. Djawad Dahlan (1990:12) mengemukakan peran

dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, lelucon dan tindakan, peran

merupakan suatu pola hubungan unik dan membiasa yang ditunjukan individu

kepada individu lain.

Menurut Gunarti dkk (2008 : 111) manfaat dari bermain peran adalah:

1. Mengembangkan daya khayal

2. Menggali kreativitas.

3. Melatih motorik kasar anak untuk bergerak

4. Melatih penghayatan anak terhadap peran.

5. Menggali perasaan anak.

Penggunaan metode ini juga memupuk adanya pemahaman peran sosial

dan melibatkan interaksi verbal paling tidak dengan satu orang lain. Penggunaan

metode ini membantu anak untuk mempelajari lebih dalam mengenai dirinya

sendiri, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya. Mereka menjalankan perannya

berdasarkan pengalamannya yang terdahulu. Mereka belajar memutuskan dan

memilih berbagai informasi yang relevan. Hal tersebut sangat membantu mereka

dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya. Mereka juga banyak belajar

Page 45: Paud Keterampilan Sosial

56

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dari temannya tentang cara - cara berinteraksi dalam kondisi sosiodramatik. Selain

itu, mereka juga belajar berkonsentrasi dalam satu tema drama untuk waktu

tertentu. Area ini juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan

kemampuan sosial dan emosionalnya, seperti mengatasi rasa takut dengan

memerankan berbagai tokoh sebagai yang sebenarnya bagi mereka yang

menakutkan..

Tujuan bermain peran menurut Gunarti dkk (2008:10.11) diantaranya

adalah

1. Anak dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.

2. Memperoleh wawasan tentang sikap, nilai-nilai, dan persepsinya.

3. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah

yang dihadapi.

4. Mengembangkan kreatiitas dengan membuat jalan cerita atas inisiatif

anak.

5. Melatih daya tangkap

6. Melatih daya konsentrasi

7. Melatih membuat kesimpulan

8. Membantu mengembangkan kognitif

9. Membantu perkembangam fantasi

10. Memciptakan suasana yang menyenangkan

11. Memcapai kemampuan berkomunikasi secara spontan/ berbicara lancar

12. Membangun pemikiran yang analitis dan kritis

Page 46: Paud Keterampilan Sosial

57

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Membangun sikap positif dalam diri anak

13. Menumbuhkan aspek afektif melalui penghayatan isi cerita

14. Untuk membawa situasi yang sebenarnya ke dalam bentuk stimulasi

miniatur kehidupan.

15. Untuk membuat variasi yang menarik dalam kegiatan pengembanga.

Menurut Piaget dalam (Winda Gunarti dkk:2008:112) bermain peran

merupakan suatu aktivitas anak yang alamiah karena sesuai dengan cara berfikir

anak usia dini, yaitu berikir simbolik.

Di samping manfaat dan tujuan bermain peran yang telah di bahas di atas,

terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan metode bermain peran dalah;

a. Kelebihan metode bermain peran:

1. Melibatkan anak secara aktif dalam pembelajaran yang dibangunnya

sendiri

2. Anak memperoleh umpan balik yang cepat/ segera

3. Memungkinkan anak mempraktikan keterampilan berkomunikasi

4. Sangat menarik minat dan antusiasme anak

5. Membuat guru dapat mengajar pada ruang lingkup yang luas dalam

mengoptimalkan kemampuan banyak anak pada waktu yang bersamaan

6. Mendukung anak untuk berfikir kritis dan analitis

7. Menciptakan percobaan situasi kehidupan dengan model lingkungan yang

nyata.

b. Kelemahan metode bermain peran

Page 47: Paud Keterampilan Sosial

58

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Perlu dibangun imajinasi yang sama antara guru dan anak, dan hal ini tidak

mudah.

2. Sulit menghadirkan elemen situasi yang penting seperti yang sebenarnya,

misalnya suara hiruk pikuk pasar, air terjun, ributnya suara kemacetan

lalulintas, tanpa bantuan pendukung, misalnya suara rekaman atau

dubbing.

3. Jalan cerita biasanya berlangsung singkat, dan karenamemungkinkan tidak

adanya kesinambungan adegan demi adegan dapat terpotong-potong

sehingga tidak integral menampakkan suatu jalan cerita yang utuh, hal ini

karena metode bermain peran yang lebih menekankan pada imajinasi,

kreativitas, inisiatif dan spontanitas dari anak sendiri.

Kelemahan-kelemahan itu dapat diatasi dengan perencanaan yang matang.

Guru berperan penting dalam metode ini, namun tentunya keberhasilan terletak

pada pada peran anak dalam membangun simulasi adegan ini.

4. Teknik Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Melalui

Metode Bermain Peran.

Menurut Pamela A. Coughlin (dalam Gunarti, 2008:10.54) bermain peran

berdampak pada beberapa aspek perkembangan anak yaitu:

a. Perkembangan sosial

Page 48: Paud Keterampilan Sosial

59

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dengan metode bermain peran, anak salain memberikan kontribusinya

satu sama lain, anak menempatkan dirinya pada posisi orang lain,

memahami arti hubungan sosial, bekerja sama hal ini mendukung

perkembangan sosial.

b. Perekembangan emosional

Dengan memainkan suatu peranan, akan tumbuh rasa percaya diri anak,

mengenal bentuk-bentuk emosi, seperti berharap, takut marah, anak

menghayati perasaan dirinya dan orang lain, menghargai jasa sesama,

mngenal kekuatan dan kelemahan dirinya.

c. Perkembangan intelektual

Dalam bermain peran, anak belajar untuk membuat hubungan-hubungan,

mengorganisasi informasi, memahami pola, menguji idenya melalui proses

coba ralat (trial and error) atau eksperimen (percobaan).

Di samping itu bermain peran juga dapat mengembangkan hal-hal berikut:

1. Perkembangan bahasa

Di dalam bermain peran, anak berlatih menggunakan bahasa ekspresif (

berbicara) dan bahasa reseptif (mendengarkan), berkomunikasi dan

berbicara laincar.

Page 49: Paud Keterampilan Sosial

60

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Seni

Dalam kegiatan bermain peran, terdapat nyanyian-nyanyian, musik latar,

rekaman dan bunyi dari alat musik yang dimainkan (misalnya perkusi), hal

ini menimbulkan minat anak pada seni musik

3. Perkembangan fisik

Kegiatan bermain peran mendukung perkembangan motorik kasar,

misalnya anak harus melompat, berlari, berputar, dan motorik halus

misalnya mengancingkan baju boneka, membedong bayi.

4. Moral agama

Moral dan agama merupakan nilai-nilai dan pesan yang tercermin dalam

kegiatan bermain peran.

Berdasarkan uraian di atas maka untuk mendukung aspek-aspek

perkembangan di atas dapat digunakan teknik-teknik sebagai berikut:

a. Sediakan variasi alat-alat dan media pendukung yang memberikan

inspirasi.

Dengan adanya beragam mainan maka anak akan bereksplorasi

menggunakan mainan-mainan tersebut sesuai dengan peran yang

dibawakannya sehingga imajinasi dan kreativitas anak juga akan

berkembang.

b. Berikan kesempatan dan waktu yang luas utuk anak bereksplorasi,

terutama di area bermain drama. Kegiatan bermain peran akan lebih

Page 50: Paud Keterampilan Sosial

61

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

optimal apabila anak diberi kesempatan untuk bermain dan bereksplorasi

dengan alat-alat yang ada, terutama di area drama sehingga kegiatan ini

akan efektif apabila membebaskan anak untuk menentukan jalan cerita

secara spontan, bebas menggunakan alat-alat, bebas memerankan apa saja,

bebas berdialog dan bebas menentukan teman bermain. Dengan demikian,

kreativitas anak akan lebih terasah.

c. Mendukung tindakan anak dengan memberikan komentar atau pertanyaan-

pertanyaan pancingan dari guru.

Untuk anak-anak yang lebih kecil di mana kemampuan berbicara belum

begitu optimal, guru mungkin perlu bertanya, atau membuat pertanyaan

yang menegaskan teindakan yang dilakukan anak pada saat itu, teknik ini

juga bertujuan memperkaya ide-ide anak dalam bermain peran. Perhatian

guru dapat mendukng perilakunya dalam bermain peran.

d. Guru mendampingi dan bermain bersama anak.

Dengan kebersamaan guru dalam bemain, guru dapat memprkaya ide

anak, memberikan contoh secara tidak langsung, menjalin hubungan

akrab dan bergembira bersama anak.

e. Menggunakan musik

Bergerak bebas sesuai irama musik, marching dan parade, melompat

berayun sesuai dengan irama musik.

f. Menggunakan boneka dan wayang

Dalam kegiatan ini anak menjadi sang sutradara atau dalang, di mana anak

bebas menentukan jalan cerita, dialog dan tokoh-tokohnya.

Page 51: Paud Keterampilan Sosial

62

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

g. Teka-teki dengan story telling

Bermain teka-teki di sini adalah dimana beberapa anak berperan

menggambarkan sebuah kisah / cerita terkenal yang terpenggal ketika

dibacakan buku cerita oleh guru.

h. Meniru/mimetics

Mimetics adalah latihan fisik dengan meniru gerakan yang sudah dikenal

tanpa peralatan yang biasanya dipakai untuk aktivitas tersebut. Melalui

mimeticsanak meniru gerakan orang lain, binatang atau mesin. Anak perlu

menggunakan imajinasi mereka.

5. Implikasi pengembangan perilaku dan Kemampuan dasar melalui

metode bermain peran.

1. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan bermain peran

a) Pilihlah sebuah tema yang akan dimainkan

b) Buatlah rencana /skenario/naskah jalan cerita

c) Buatlah skenario kegiatan yang fleksibel, dapat diubah sesuai dengan

dinamika yang terjadi

d) Sediakan media, alat kostum yang diperlukan dalam kegiatan

e) Apabila memungkinkan buatlah media/alat dari daur ulang

f) Guru menerangkan teknik bermain peran dengan cara yang sederhana

g) Guru memberi kebebasan bagi anak untuk memilih peran yang

disukainya.

Page 52: Paud Keterampilan Sosial

63

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

h) Jika bermain peran untuk pertamakali dilakukan, sebaiknya guru

sendirilah memilih siswa yang kiranya dapat melaksanakan peran-

peran itu.

i) Guru menetapkan peran pendengar (anak-anak yang tidak turut

bermain peran)

j) Dalam diskusi perencanaan, gutu memberikan kesempatan pada anak

untuk merancang jalan cerita dan ending cerita.

k) Guru menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan pemain

untuk mulai

l) Anak bermain peran

m) Diakhir kegiatan, adakan diskusi untuk kembli mengulas nilai-nilai

pesan yang terkandung dalam bermain peran

n) Setinglah tempat bermain peran dengan gambar-gambar dan dekorasi

yang mendukung jalan cerita.

2. Contoh Lembaran Perencanaan Kegiatan Bermain Peran

Page 53: Paud Keterampilan Sosial

64

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rencana kegiatan bermain peran

a. Judul

b. Tujuan

1) Pengembangan kognitif

2) Pengembangan fisik

3) Pengembangan sosial

c. Alat-alat yang dibutuhkan

d. Kegiatan

1) Tema

2) Keaksaraan

3) Matematika

e. Penilaian siswa

f. Penilaian kegiatan secara keseluruhan

3. Contoh Kegiatan Bermain

a. Kemampuan yang diharapkan dicapai (bicara lancar dengan kalimat

sederhana)

b. Metode/teknik (bermain peran)

c. Alat peraga (alat-alat sesuai dengan yang diperlukan)

d. Langkah-langkah pelaksanaan

1) Guru menyediakan alat yang diperlukan

2) Guru memberikan penjelasan pada anak tentang kegiatan yang hendak

dilakukan oleh anak

Page 54: Paud Keterampilan Sosial

65

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Anak diberi kesempatan untuk bermain peran sesuai dengan

keinginannya

4) Anak-anak melakukan main peran dengan cara dan percakapannya

sendiri.

5) Guru memperhatikan anak-anak yang sedangberbicara dengan teman-

temannya pada waktu bermain peran.

6) Bagi anak yang sudah berbicara lancar diberi pujian dan yang belum

diberi dorongan/motivasi.

B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Lilik Mukminah Dewi Hastuti (2009)

tentang penggunaan metode bermain metode bermain peran sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak TK Wonogiri di kelompok B.

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mngetahui penerapan

metode bermain peran sebagai upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial

anak. Dari hasil pelaksanaan terlihat bahwa metode bermain peran sangat efektif

dalam mengebangkan kemampuan keterampilan sosial anak, hal ini terlihat dari

anak sudah mampu melakukan percakapan dengan orang lain tanpa rasa malu, dan

dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan, ikut serta dalam kegiatan

kelompok.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuraisa (2006) tentang penerapan bermain

peran untuk meningkatkan kemampuan apresiasi drama. Penelitian tindakan kelas

Page 55: Paud Keterampilan Sosial

66

Sri Handayani, 2012

Meningkatkan Ketermpilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil belajar anak

semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa metode

bermain peran mampu meningkatkan apresiasi drama dan pengalaman akspresif

siswa. Dalam hal peningkatan aktivitas dalam proses pembelajaran, siswa

memiliki keberanian bermain peran, anak berani mengemukakan pendapat,

menghargai pendapat teman, mematuhi etika bermain peran, dapat bekerja sama,

dan memiliki rasa tanggung jawab.