11
KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia sp.) Rita Sahara (C34090015) Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Tanggal : 5 Mei 2011 ABSTRAK Uji fitokimia merupakan suatu uji yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji. Sampel uji yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sotong (Sepia sp.). Dalam percobaan kali ini uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkoloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch, Benedict, Biuretdan Ninhidrin. Hasil pengujian alkoloid diperoleh dengan menggunakan pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya endapan mearh bata atau jingga pada uji dragendorff, endapan putih kekuningan pada uji Ninhidrin memberikan hasil positif pada uji Meyer, dan endapan cokelat pada uji Wagner. Pengujian steroid menunjukkan hasil positif dengan terjadinya perubahan warna dari merah menjadi biru/hijau. Pengujian karbohidrat pada uji Molisch menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya warna ungu di antara lapisan asam sulfat pekat dan larutan sampel. Hasil pengujian peptida dengan uji Biuret dan pengujian asam amino pada uji Ninhidrin memberikan hasil positif dengan terbentuknya larutan warna ungu. Kata kunci : alkoloid, asam amino, fitokimia, karbohidrat, peptida, PENDAHULUAN Sotong (Sepia sp.) merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang mengandung senyawa kimia, nilai gizi dan nilai tambah yang berpotensi tinggi untuk dimanfaatkan. Pengujian kandungan senyawa yang dilakukan dapat menentukan nilai guna suatu bahan baku. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan- kandungan senyawa kimia dapat dilakukan dengan uji fitokimia. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau

pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia sp.)

Rita Sahara (C34090015)

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Tanggal : 5 Mei 2011

ABSTRAK

Uji fitokimia merupakan suatu uji yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji. Sampel uji yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sotong (Sepia sp.). Dalam percobaan kali ini uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkoloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch, Benedict, Biuretdan Ninhidrin. Hasil pengujian alkoloid diperoleh dengan menggunakan pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya endapan mearh bata atau jingga pada uji dragendorff, endapan putih kekuningan pada uji Ninhidrin memberikan hasil positif pada uji Meyer, dan endapan cokelat pada uji Wagner. Pengujian steroid menunjukkan hasil positif dengan terjadinya perubahan warna dari merah menjadi biru/hijau. Pengujian karbohidrat pada uji Molisch menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya warna ungu di antara lapisan asam sulfat pekat dan larutan sampel. Hasil pengujian peptida dengan uji Biuret dan pengujian asam amino pada uji Ninhidrin memberikan hasil positif dengan terbentuknya larutan warna ungu.

Kata kunci : alkoloid, asam amino, fitokimia, karbohidrat, peptida,

PENDAHULUANSotong (Sepia sp.)

merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang mengandung senyawa kimia, nilai gizi dan nilai tambah yang berpotensi tinggi untuk dimanfaatkan. Pengujian kandungan senyawa yang dilakukan dapat menentukan nilai guna suatu bahan baku. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan-kandungan senyawa kimia dapat dilakukan dengan uji fitokimia.

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat

kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu

Page 2: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Fitokimia, senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung.

Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat–zat kombinasi fitokimia ini didalam tubuhmemilikmi fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim–enzim sebagai penangkal racun, merangsang system pertahanan tubuh, mencegah penggupalan keeping–keeping darah, menghambat sintesa kolesterol dihati, meningkatkan metabolisme hormon, meningkatkan pengenceran dan pengikatan zat karsionogen dalam liang usus, menimbulkan efek anti bakteri.

Uji fitokimia adalah uji yang digunakan untuk mengetahui hasil metabolit sekunder serta ada tidaknya komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada uji sampel. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa bahan baku berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu bahan baku. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang

mempunyai nilai ekonomi. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, saponin (uji busa), uji Molisch, uji Benedict, uji Biuret dan uji Ninhidrin.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada sotong.

METODE

Waktu dan TempatPraktikum ini dilakukan pada

Tanggal 5 Mei 2011 pada pukul 15.00 sampai dengan 18.00 dan bertempat di Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan , Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan

pada praktikum kali ini adalah aquades, H2SO4, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, kloroform, asetat anhidrat, Mg powder, amil alkohol, alkohol, HCl, etanol 70%, FeCl3 5%, pereaksi ninhidrin, pereaksi molisch, pereaksi benedict dan pereaksi biuret. Bahan baku yang digunakan yaitu sotong (Sepia sp.).

Alat-alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, sudip, rak tabung reaksi, plastik, label, tissue, masker, sarung tangan, kompor listrik, gelas piala, batang pengaduk, dan pipet tetes.

Prosedur Kerja

AlkaloidSampel dilarutkan dalam

beberapa tetes H2SO4 2N yang dikocok dan diendapkan. Kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi

Page 3: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

Dragendorff, pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif dengan pereaksi Mayer terbentuk endapan putih kekuning-kuningan, endapan cokelat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi dragendorff.

Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1,36 HgCl2 dengan 0,5 gran KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 100 mL dengan labu takar sehingga pereaksi ini tidak berwarna. Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 mL akuades dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 200 mL dalam labu takar sehingga dihasilkan pereaksi berwarna cokelat. Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara 0,8 gram bismut subnitrat ditambahkan dengan 10 mL asam asetat dan 40 mL air. Larutan ini dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 mL air. Sebelum digunakan, 1 volume campuran ini diencerkan dengan 2,3 volume campuran 20 mL asam asetat glasial dan 100 mL air sehingga dihasilkan pereaksi berwarna jingga.

Steroid/triterpenoidSampel dilarutkan dalam 2 mL

kloroform dalam tabung reaksi yang kering. Lalu, ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.

FlavonoidSampel ditambahkan serbuk

magnesium 0,1 mg dan 0,4 mL amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama) dan 4 mL alkohol kemudian

campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

Saponin (uji busa)Saponin dapat dideteksi dengan

uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.

Fenol hidrokuinon (pereaksi FeCl3)

Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 mL etanol 70%. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan.

Uji MolischSebanyak 1 mL larutan

sampel diberi 2 tetes pereaksi Molisch dan 1 mL asam sulfat melalui dinding tabung. Uji positif yang menunjukkan adanya karbohidrat ditandai terbentuknya kompleks berwarna ungu di antara dua lapisan cairan.

Uji BenedictLarutan sampel sebanyak

8 tetes dimasukkan ke dalam 5 mL pereaksi Benedict. Campuran dikocok dan dididihkan selama 5 menit. Terbentuknya warna hijau, kuning, atau endapan merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi.

Uji Biuret

Page 4: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

Sebanyak 1 mL larutan sampel ditambahkan 4 mL pereaksi Biuret. Campuran dikocok dengan seksama. Terbentuknya larutan berwarna ungu menunjukkan hasil positif adanya peptida.

Uji NinhidrinSebanyak 2 mL larutan

sampel ditambah beberapa tetes larutan Ninhidrin 0,1%. Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit. Terjadinya larutan berwarna biru menunjukkan reaksi positif terhadap adanya asam amino.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji fitokimia sotong (Sepia sp.) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji fitokimia pada sotong (Sepia sp.)

Uji Fitokimia Jenis Ekstrak Standar (warna)Ekstrak badan Ekstrak tinta

Alkaloid a. Dragendorff

b. Wegnerc. Meyer

+++

++++++

++

+++++

Endapan merah atau jinggaEndapan coklatEndapan putih kekuningan

Steroid + ++Perubahan merah menjadi biru/hijau

Flavonoid - -

Lapisan amil alkohol berwarna merah/kuning/hijau

Saponin- -

Terbentuk busa

Fenol Hidrokuinon- -

Warna hijau atau hijau biru

Molisch+ +

Warna ungu antara 2 lapisan

Benedict- -

Warna hijau/kuning/endapan merah bata

Page 5: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

Biuret++ +

Warna ungu

Ninhidrin++ +

Warna biru

Keterangan: +++ : sangat sangat kuat, ++ : sangat kuat, +  : kuat, - : lemah

Alkaloid adalah hasil dari metabolit sekunder, dimana metabolit primer mencakup proses katabolisme (degradasi) dan anabolisme (sintesis) dalam tubuh makhluk hidup seperti mensintesis gula, asam amino, asam lemak dan sebagainya (Mann 1987).

Alkaloid umumnya terjadi dalam tanaman, tetapi beberapa diantaranya didapatkan pada hewan (Soetarno et al. 1981). Sejumlah besar senyawa obat organik menunjukkan sifat basa yang disebabkan oleh adanya gugus amina, yang termasuk golongan ini adalah alkaloid dan basa nitrogen sintetik yang menyerupai alkaloid. Untuk identifikasi golongan ini dapat diterapkan reaksi pengendapan dengan pereaksi Mayer atau pereaksi Dragendorff (Schunack et al. 1990).

Hasil uji pereaksi Meyer pada ekstrak badan sotong mengahasilkan uji positif sangat-sangat kuat (+++) dan pada ekstrak tinta sotong menunjukkan hasil sangat kuat (++) dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan putih tersebut adalah kompleks kalium-alkanoid. Pada pembuatan pereaksi Meyer , larutan merkurium (II) klorida ditambah kalium iodida akan membentuk endapan merah

merkurium (II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat (II) (Svehla 1990). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (McMurry 2004). Pada uji alkaloid dengan pereaksi Meyer diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraidomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.

Hasil positif alkaloid pada kedua ekstrak memberikan hasil uji Wagner yang sangat-sangat kuat ditandai dengan terbentuknya endapan cokelat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan I3

-

yang berwarna cokelat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid yang mengendap.

Hasil positif pada uji alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff ,ekstrak badan sotong memberikan hasil positif sangat-sangat kuat (+++) dan

Page 6: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

ekstrak tintanya memberikan hasil positif sangat kuat (++) yang ditandai dengan endapan cokelat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada

pembuatan reaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+).

Steroid merupakan triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Pada awalnya, steroid diduga merupakan senyawa yang hanya terdapat pada hewan (sebagai hormon seks, asam empedu, dan lain-lain) tetapi akhir-akhir ini ditemukan senyawa semacam ini pada jaringan tumbuhan yang dikenal dengan fitosterol (Sirait 2007). Hasil pengujian fitokimia pada ekstrak badan sotong menunjukkan hasil positif kuat dan pada ekstrak tinta menunjukkan hasil positif sangat kuat. Steroid terdeteksi pada kedua ekstrak karena prekursor dari pembentukan triterpenoid/steroid adalah kolesterol yang bersifat non polar, sehingga diduga triterpenoid/steroid dapat larut

pada pelarut organik (non polar) (Harbone 1987).

Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selian itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat atau gula merupakan konstituen yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam tanaman dan hewan. Zat tersebut dapat diubah menjadi senyawa kimia organik lain yang diperlukan tanaman (Sirait 2007).

Uji Molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida. Uji ini efektif untuk senyawa – senyawa yang dapat

didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural yang menggunakan asam organik pekat pereaksi Molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol dan akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Pada uji Molisch kedua ekstrak badan dan tinta sotong memberikan hasil positif yang kuat (+). Hal ini berarti bahwa pada kedua ekstrak tersebut terdetekdi adanya karbohidrat.

Karbohidrat yang ada dalam produk perikanan tidak mengandung serat, kebanyakan dalam bentuk glikogen. Kandungan glikogen yang terkandung pada produk perikanan sebesar 1% untuk ikan, 1% untuk krustasea dan 1-8% untuk kerang-kerangan (Okuzumi dan Fujii 2000).

Protein sebagai senyawa organik kompleks dengan bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain

Page 7: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil (Hart 2003). Protein terdapat dalam semua makhluk hidup. Tanaman, hewan, bakteri, bahkan di dalam virus terdapat protein (Florkin & Stotz 1963).

Uji biuret adalah uji kuantitatif untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lainnya. Uji dilakukan dengan penambahan pereaksi biuret dimana reaksi positif dengan tanda adanya warna merah violet atau biru violet (Winarno 2008). Praktikum kali ini menggunakan ekstrak badan sotong menunjukkan hasil positif sangat kuat (++) dan ekstrak tintanya menunjukkan hasil positif kuat (+). Hal ini berarti pada sotong (Sepia sp.) mengandung protein dengan adanya peptida dengan timbulnya warna ungu pada sampel setelah ditambahkan pereaksi. Uji biuret akan positif mengandung ikatan peptida jika bahan tersebut mengandung komposisi protein (Pandji 1989).

Berdasarkan bisa atau tidaknya asam amino disintesis oleh tubuh manusia, maka asam amino di alam dibedakan menjadi asam amino esensial dan nonesensial. Asam amino memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu dapat larut dalam air, dapat membentuk kristal, dan

nilai konstanta dielktrik tinggi sehingga memiliki sifat amfoter atau dalam keadaan zwitter ion memiliki muatan positif dan negatif yang seimbang. Asam amino juga bersifat tak berwarna, tak larut dalam alkohol atau eter, dapat membentuk garam kompleks, dan dapat membentuk senyawa berwarna biru dengan ninhidrin (Sudamadji, Haryono, & Suhardi 2007).

Ninhidrin merupakan oksidator kuat yang dapat menyebabkan asam amino mengalami dekarboksilasi oksidatif membentuk CO2, NH3, dan aldehid dengan atom karbon yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam amino asalnya. Ninhidrin tereduksi atau hindrindantin kemudian bereaksi dengan NH3

bebas dan ninhidrin sehingga membentuk kompleks yang berwarna biru (Jain et al. 2005).

Hasil uji ninhidrin pada ekstrak badan sotong diperoleh hasil positif sangat kuat (++) dan ekstrak tinta memberikan hasil positif kuat (+). Digunakan larutan ninhidrin atau triketohidrinden hidrat merupakan suatu oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan semua asam amino pada pH 4-8 dengan menghasilkan senyawa ungu yang menandakan bahwa pH yang diuji mengandung asam amino (Winarno 2008).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Page 8: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan Sotong (Sepia sp.) memiliki kandungan metabolit sekunder (komponen-komponen bioaktif). Hasil pengujian alkoloid, steroid, uji Molisch, uji Biuret dan uji Ninhidrin menunjukkan hasil positif. Saran

Sampel yang digunakan dalam uji fitokimia ini sebaiknya tidaknya hanya menggunakan satu sampel saja, tetapi menggunakan beberapa sampel yang tersedia. Tujuannya adalah agar dapat membandingkan secara langsung perbedaan komponen bioaktif yang terkandung dalam setiap sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Florkin M dan Stotz EH. 1963. Comprehensive Biochemistry Volume 7: Proteins Part 1. Elsevier publishing company; New York.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K dan Soediro I, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:Phytochemical methods.

Hart C, Craine LE, dan Hart DJ. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Achmadi SS, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.

Jain JL, Jain S, dan Jain N. 2005. Fundamentals of Biochemistry. S. Chand &C; New Delhi.

Mann J. 1987. Secondary metabolism. Ed ke-2. New York:Oxford University Press Inc.

McMurry, J. and R.C. Fay. 2004. McMurry Fay Chemistry. 4th edition. Belmont, CA.: Pearson Education

International.Okuzumi M, Fujii T. 2000. Nutritional and Functional Properties of Squid and Cuttlefish. Japan: National Cooperative Association of Squid Processors.

Pandji C. 1989. Biosintesis dan Biogenesis Turunan Alkaloid. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Schunack W, Mayer K, Haake M. 1990. Senyawa Obat. Ed ke-2. Wattimena JR dan Soebito S, penerjemah; Kosasih Padmawinata, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB

Soetarno S, Padmawinata K, Kusmardiyani S, Hoyaranda E. 1981. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia I, Pemeriksaan Pendahuluan Fitokimia dan Uji Diuretika Beberapa Ekstrak Biji Anyang-Anyang (Elaeocarpus grandiflorus JE Smith). Laporan Penelitian Dibiayai oleh Proyek Studi Sektoral dan Regional Direktorat Pembinaan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Institut Pertanian Bogor.

Sudarmadji S,Haryono B, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan

Page 9: pbb fitokimia[anggafabanyo.blogspot.com].docx

Semimikro. Edisi kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-BRIO Press