Upload
doandien
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX
JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING
TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI
PENGKOK 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Romadhon
NIM: K 5605006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX
JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING
TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI
PENGKOK 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Romadhon
NIM: K 5605006
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
3
4
5
ABSTRAK
Muhammad Romadhon. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK
MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE
LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA
JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI PENGKOK
1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan Pengaruh latihan
pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding
terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok. (2) Bentuk latihan pliometrik yang
lebih baik pengaruhnya antara latihan pliometrik multiple box to box jumps with single
leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok
pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 berjumlah 40 siswa.
Sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan semua populasi yang ada. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan lompat
jauh. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.
Untuk memenuhi asumsi hasil penelitian dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri
uji normalitas dan uji homogenitas. Subyek penelitian dibagi dalam 2 kelompok yaitu
masing-masing kelompok ada 20 orang dengan ordinal pairing. Kelompok 1
mendapatkan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing,
sedangkan kelompok 2 mendapatkan latihan pliometrik single leg bounding.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1)
Tidak ada perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik multiple box to box jumps with
single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya
jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran
2009/2010. Dari hasil penghitungan uji perbedaan K1 dan K2 diperoleh nilai thitung
sebesar 0,6083 dan ttabel sebesar 1,680 dengan taraf signifikasi 5%. (t hit < t tabel 5%). (2)
Latihan plometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg
bounding sama-sama memberikan pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010. Peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada K1
12,762% > K2 11,025%.
6
MOTTO
.........niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Mujaadilah: 11)
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7)
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Alam Nasyrah: 5)
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta
Kakak dan Adik-adik tersayang
D’hani, yang selalu memberi semangat
Teman-teman Angkatan 2005
Teman teman JPOK FKIP UNS dan
Almamater
8
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat
bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Kegururuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sukono sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Mulyono, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Pengkok 1 yang telah
memberikan ijin penelitian.
7. Siswa putra Kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 yang telah bersedia menjadi
sampel penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, April 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................………………………………………………….....
PENGAJUAN ...............................………………………………………….......
PERSETUJUAN .........................…………………………………………........
PENGESAHAN ..............................…………………………….........................
ABSTRAK .................………………………………………………………......
MOTTO .....................……………………………………………………….......
PERSEMBAHAN .............................………………………………………......
KATA PENGANTAR ..................................……………………………….......
DAFTAR ISI ......................................……………………………………..........
DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….......
DAFTAR TABEL ....................…………………………………………….......
DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….......
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. AHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 7
A.Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
1. Lompat Jauh ................................................................................. 7
a. Unsur Kondisi Fisik Dalam Lompat Jauh ................................. 7
b. Komponen Teknik Dalam Lompat Jauh ................................... 7
2. Latihan Pliometrik ........................................................................ 8
a. Pengertian dan Tujuan Latihan Pliometrik ................................ 8
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xii
xiii
xiv
1
1
3
4
4
5
5
6
6
6
7
8
13
13
10
b. Dasar Fisiologi Latihan Pliometrik ........................................... 9
c. Prinsip-Prinsip Latihan Pliometrik ............................................ 10
d. Bentuk Latihan Pliometrik Untuk Meningkatkan
Kemampuan Lompat Jauh ..........................................................
e. Penyusunan Program Latihan .................................................... 11
3. Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single
Leg Landing ................................................................................ 12
a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box
Jumps With Single Leg Landing ............................................... 16
b. Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps
With Single Leg Landing .......................................................... 17
4. Latihan Pliometrik Single Leg Bounding ..................................... 18
a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Single Leg Bounding .............
b. Pengaruh Latihan Pliometrik Single Leg Bounding ..................
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................
C. Perumusan Hipotesis ....................................................................... .
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
B. Rancangan Penelitian ......................................................................
C. Variabel Penelitian ..........................................................................
D. Definisi Operasional Variabel .........................................................
E. Populasi dan Sampel ........................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
G. Teknik Analisis Data .......................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………….
A. Deskripsi Data ...............……………………………………………
B. Pengujian Reliabilitas.........................................................................
C. Uji Prasyarat Analisis Data………………………………….............
1. Uji Normalitas……………………………………………….......
2. Uji Homogenitas…………………………………………………
14
14
18
19
21
21
22
23
23
24
24
26
27
27
27
28
29
29
30
30
33
33
34
34
34
35
36
11
D. Hasil Analisis Data.....................…………………………………..
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan………………….........
2. Uji perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan………………….........
E. Pembahasan Hasil Analisis Data………………………..…………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………..………......
A. Simpulan..................……………………………………………......
B. Implikasi ....................…………………………………………........
C. Saran .........................…………………………………………..........
DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………….....
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................……………………….......................
36
36
39
41
41
41
42
43
45
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Awalan Lompat Jauh……………………………………………….
Gambar 2. Tumpuan Lompat Jauh........................................................................
Gambar 3. Melayang di Udara pada Lompat Jauh Gaya Jongkok......................
Gambar 4. Pendaratan Dalam Lompat Jauh .......................................................
Gambar 5. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With
Single Leg Landing ...........................................................................
Gambar 6. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Single Leg Bounding …………….
9
10
11
12
21
23
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok.…………….
Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas ………………………..........................
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data………………………………
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji HomogenitasData…………………………….
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1
dan Kelompok 2……………………………………………………….
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes
Akhir Pada Kelompok 1………………………………………..…….
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes
Akhir Pada Kelompok 2…………………………………………….
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2…………………………………………
Tabel 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai PerbedaanPeningkatan
Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dalam
Persen Pada K1 dan K2 ……………….................................................
33
34
35
35
36
37
37
38
38
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes awal Lompat Jauh Gaya
Jongkok…………………………….. ..............................................
Lampiran 2. Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Lompat Jauh dan
Latihan Pliometrik……..................................................................
Lampiran 3. Program Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With
Single Leg Landing …………………...............................................
Lampiran 4. Program Latihan Pliometrik Single Leg Bounding……………………
Lampiran 5. Data Tes Awal Lompat Jauh Gaya Jongkok…………………......
Lampiran 6. Data Tes Akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok.................................
Lampiran 7. Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya
Jongkok.............................................................................................
Lampiran 8. Data hasil tes awal Lompat Jauh Gaya Jongkok Berdasar
Rangking...........................................................................................
Lampiran 9. Pemasangan subyek penelitian berdasarkan hasil tes
Awal Lompat Jauh Gaya Jongkok.……………...............................
Lampiran 10. Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya
Jongkok pada kelompok 1 (kelompok Latihan Pliometrik Multiple
Box To Box Jumps With Single Leg Landing).................................
Lampiran 11. Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya
Jongkok pada kelompok 2 (Latihan Pliometrik Single Leg
Bounding)………………………… ………………………………...
Lampiran 12. Uji Reliabilitas Dengan Anava (tes awal)..........................................
Lampiran 13. Uji Reliabilitas Dengan Anava (tes akhir)........................................
Lampiran 14. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors............................
Lampiran 15. Uji Homogenitas …………..............................................................
Lampiran 16. Uji Perbedaan....................………………………….......................
45
46
49
51
53
55
57
58
60
61
62
66
70
74
76
15
Lampiran 17. Menghitung nilai peningkatan power otot tungkai dalam persen
pada kelompok 1 dan kelompok 2……………………………….....
Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta …….................................................................................
Lampiran 19. Surat Keterangan Penelitian dari SD Negeri Pengkok 1............
Lampiran 20. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian…………………................
88
89
96
97
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan
suatu bangsa. Dengan adanya prestasi olahraga yang baik, harga diri atau martabat dari
suatu bangsa akan menjadi lebih baik di mata bangsa atau negara – negara lain. Untuk
mencapai hal tersebut, tentu tidaklah mudah dalam meraihnya. Harus ada usaha yang
sungguh – sungguh dan kerja keras dari semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik
bagi atlet, pelatih, maupun faktor – faktor pendukung lainnya. Dalam upaya
meningkatkan kematangan bagi seorang atlet, harus diadakan pembinaan dari usia yang
sedini mungkin. Pembinaan dalam cabang olahraga mutlak diperlukan agar dapat
berprestasi dengan baik di kelak kemudian hari. Sebab suatu prestasi yang maksimal
sangat dipengaruhi oleh bibit yang unggul, yang apabila kita lakukan pembinaan
dengan baik.
Aip Syarifudin dan Yusuf Adisasmita (1996:62) menyatakan bahwa “Pada
anak-anak usia muda, keadaan jaringan-jaringan tubuhnya masih elastis dan umumnya
jaringan-jaringan tubuhnya mempunyai kadar fleksibilitas yang tinggi. Selain itu
kemampuan fisik dan mentalnya pada anak usia muda masih dalam relatif mantap,
sehingga lebih mudah dalam melakukan pembinaannya”. Pada anak-anak usia muda, di
dalam melakukan kegiatan fisiknya, terutama dalam bentuk ketrampilan gerak lebih
cepat dalam mengambil suatu keputusan. Jaringan-jaringan tubuh anak usia muda
mempunyai fleksibilitas yang tinggi.
Olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan di
sekolah, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Cabang olahraga atletik
terdiri dari nomor jalan, lari, lompat, dan lempar.
Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik.
Tujuan utama dalam melakukan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan
yang sejauh – jauhnya. Untuk dapat mencapai jarak lompatan yang sejauh – jauhnya,
seorang pelompat harus memiliki kondisi fisik dan penguasaan teknik yang baik.
Penguasaan teknik dalam lompat jauh merupakan unsur pokok untuk dapat mencapai
17
lompatan yang sejauh – jauhnya. Unsur – unsur teknik dasar dalam lompat jauh adalah
meliputi, awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan.
Agar dapat melakukan lompat jauh dengan baik dan dapat mencapai jarak yang
sejauh – jauhnya, selain menguasai teknik dasar, juga harus didukung dengan kondisi
fisik yang memadai. Faktor kondisi fisik merupakan faktor yang menjadi tuntutan di
setiap cabang olahraga. Menurut M. Sajoto (1995:8) menyatakan bahwa ”Kondisi fisik
adalah suatu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi
seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda
atau ditawar – tawar lagi”.
Faktor biologis atau fisik yaitu yang berkaitan dengan struktur, postur dan
kemampuan biomotorik yang ditentukan secara genetik merupakan salah satu faktor
penentu prestasi yang terdiri dari beberapa komponen dasar yaitu : kekuatan (strength),
kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), kelincahan (agility), daya tahan
(endurance), daya ledak (explosive power), keseimbangan (balance), koordinasi
(coordination). Kemampuan biomotorik manusia yang komplek ini dapat ditingkatkan
sesuai dengan kekhususan cabang olahraga masing-masing. Untuk mencapai prestasi
tersebut tidak dapat hanya dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan-latihan yang
intensif. Latihan yang dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus dan
mengembangkan komponen-komponen yang diperlukan dalam lompat jauh.
Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh khususnya siswa Sekolah Dasar,
diperlukan bentuk latihan yang dapat meningkatkan penguasaan teknik, sekaligus
meningkatkan kemampuan fisik yang diperlukan untuk lompat jauh. Untuk dapat
memberikan latihan fisik dan teknik untuk menunjang prestasi lompat jauh, diperlukan
jenis metode latihan yang tepat. Metode yang cukup efektif untuk meningkatkan
kemampuan lompat jauh diantaranya adalah latihan pliometrik.
Latihan pliometrik merupakan latihan dengan memanfatkan berat badan sendiri
atau menggunakan beberapa alat untuk merangsang latihan. Latihan pliometrik terdiri
dari bermacam-macam bentuk pembebanan latihan. Latihan pliometrik yang teratur
dengan pembebanan yang tepat merupakan salah satu bentuk dan jenis latihan untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh. Karena latihan pliometrik merupakan salah
satu metode untuk meningkatkan power khususnya power otot tungkai.
18
Tujuan latihan pliometrik adalah kelelahan lokal pada otot dan sistem nerves
pusat. Menurut Bompa (1994 : 47) bahwa “Intensitas latihan pliometrik tinggi,
sehingga ketepatan dalam menentukan masa interval kerja sangat penting. Ketepatan
dalam memberikan interval kerja sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan hasil
latihan seorang atlet.”Agar latihan dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan,
maka harus direncanakan dan diprogramkan dengan baik.
Bentuk latihan pliometrik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan fisik sekaligus memperbaiki gerakan teknik tumpuan dan saat melayang di
udara cukup bervariasi. Dalam penelitian ini ingin mengembangkan bentuk latihan
pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding.
Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg
bounding tersebut belum diketahui dengan pasti, mana yang lebih memberikan
perbaikan untuk hasil lompatan yang sejauh – jauhnya. Untuk mengetahui bentuk
latihan yang manakah yang dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dalam latihan,
perlu diteliti.
Berdasakan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai perbedaan
pengaruh latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan
single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas
V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Perlunya pembinaan prestasi olahraga sejak usia dini.
2. Untuk meningkatkan pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok diperlukan
metode latihan yang baik.
3. Untuk mencapai hasil lompatan yang optimal, perlu adanya perbaikan teknik dan
kondisi fisik yang baik.
4. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg
bounding merupakan salah satu bentuk latihan yang dapat digunakan untuk
memperbaiki teknik dan kondisi fisik.
19
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap permasalahan penelitian,
maka perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
2. Latihan pliometrik single leg bounding untuk meningkatkan kemampuan lompat
jauh gaya jongkok.
3. Kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri
Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka masalah
yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan pliometrik antara multiple box to box jumps
with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh
gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010?
2. Latihan pliometrik manakah yang lebih baik pengaruhnya antara multiple box to
box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1
tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg
landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok
pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010.
2. Bentuk latihan pliometrik yang lebih baik pengaruhnya antara multiple box to box
jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat
20
jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
guru olahraga, maupun bagi siswa yang dijadikan objek penelitian, antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh bagi siswa putra kelas V dan VI SD
Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. Sehingga dapat mendukung prestasi
dalam lompat jauh.
2. Dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi guru olahraga SD Negeri Pengkok 1
dalam memberikan latihan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh.
3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih latihan yang efektif guna
meningkatkan kemampuan lompat jauh.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga
atletik. Lompat jauh adalah gerakan melompat yang menggunakan tumpuan dengan
satu kaki yang bertujuan untuk mencapai jarak yang sejauh – jauhnya. Dalam hal ini
Aip Syarifuddin (1992:90) mengemukakan bahwa :
Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas
dan ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara
(melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan
tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh – jauhnya.
Lompat jauh merupakan perpaduan antara lari dan lompatan atau tolakan.
Untuk mendapatkan hasil lompatan yang maksimal harus diawali dengan berlari
dengan kecepatan yang maksimal. Selanjutnya menolak sekuat – kuatnya dengan
menggunakan salah satu kaki. Karena lari dengan kecepatan maksimal dan tolakan
dengan kekuatan tinggi akan mendapat keuntungan berupa dorongan ke depan pada
saat badan terangkat ke atas. Pada lompat jauh menurut Soegito (1992:39) terdapat tiga
macam gaya, antara lain:
”1) Gaya jongkok di udara (sit down in the air)
2) Gaya bergantung di udara (hanging in the air)
3) Gaya berjalan di udara (walking in the air)”
Tujuan dari lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh –
jauhnya. Untuk dapat mencapai jarak lompatan yang maksimal, sangat diperlukan
penguasaan teknik dan kondisi fisik yang baik. Gunter Bernhard (1993:45) berpendapat
bahwa:
Unsur – unsur dasar bagi suatu prestasi dalam lompat jauh dan
pembangunannya adalah:
a. Faktor – faktor kondisi: kecepatan, tenaga lompat dan tujuan yang
diarahkan kepada keterampilan.
b. Faktor – faktor teknik: ancang – ancang, persiapan lompat dan perpindahan,
fase melayang dan pendaratan.
22
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar faktor –
faktor yang menentukan terhadap kemampuan lompat jauh adalah faktor teknik dan
kondisi fisik. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, unsur –
unsur tersebut harus dikembangkan melalui latihan secara intensif dengan berdasarkan
pada prinsip latihan yang benar.
a. Unsur Kondisi Fisik Dalam Lompat Jauh
Dalam olahraga khususnya lompat jauh, disamping memiliki kemampuan
teknik yang baik, juga harus mempunyai kondisi fisik yang baik pula. M. Sajoto
(1995:8) mengatakan bahwa, ”Kondisi fisik adalah suatu prasyarat yang sangat
diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan
sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar – tawar lagi”. Kondisi
fisik sebagai modal dasar yang dapat dijadikan sebagai syarat untuk melakukan
lompatan dengan jarak yang semaksimal mungkin.
Unsur fisik yang diperlukan untuk masing – masing olahraga tidak sama, sesuai
dengan karakteristik dari olahraga tersebut. Demikian juga unsur fisik yang diperlukan
untuk mencapai prestasi dalam nomor lompat jauh, tidak sama dengan nomor olahraga
yang lain. Unsur kondisi fisik yang harus dimiliki oleh pelompat jauh menurut Tamsir
Riyadi (1985:95) antara lain adalah ”daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan,
kelentukan, koordinasi”.
Dari berbagai unsur kondisi fisik tersebut, unsur yang paling menentukan
terhadap pencapaian prestasi dalam lompat jauh adalah kecepatan lari dan daya ledak
otot tungkai. Hal ini sesuai dengan pendapat Jess Jarver (1986:32) yang mengatakan
bahwa: ”jauhnya lompatan tergantung pada kecepatan lari, kekuatan dan percepatan
pada saat take off (memindahkan kecepatan horisontal ke gerakan bersudut)”. Dalam
upaya untuk meningkatkan prestasi dalam lompat jauh, maka kecepatan dan daya ledak
otot tungkai pelompat harus ditingkatkan.
Dalam lompat jauh, power otot tungkai sangat besar peranannya dalam
memperoleh prestasi yang maksimal. Bahkan dapat dikatakan bahwa power otot
tungkai merupakan kondisi fisik yang utama dalam lompat jauh. Dengan otot tungkai
yang kuat, maka akan berpengaruh terhadap daya eksplosif otot tungkai dalam tolakan
23
untuk mendapatkan dorongan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan mereka
yang memiliki otot tungkai yang lemah.
Gerak explosif power dapat dilihat pada seorang pelompat jauh saat menolakkan
kaki tumpu sekuat mungkin pada balok tumpu dalam waktu yang singkat untuk dapat
mengangkat tubuh naik ke depan secara parabola, serta dapat memperoleh jangkauan
lompatan yang lebih jauh. Semakin besar daya ledak otot tungkai dalam melakukan
tumpuan atau tolakan, maka akan memperoleh tekanan atau tolakan yang sama
besarnya dan perlawanan arahnya, sehingga dapat memperoleh jarak lompatan yang
jauh.
b. Komponen Teknik Dalam Lompat Jauh
Teknik merupakan unsur yang sangat penting yang harus dikuasai agar dapat
berprestasi dalam olahraga termasuk lompat jauh. Penguasaan teknik yang baik akan
memberikan keuntungan dan kegunaan dengan terjadinya efisiensi dan efektifitas
gerakan untuk mencapai hasil yang optimal. Penguasaan teknik yang baik juga akan
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera, memberi perasaan lebih mantap dan
percaya diri dalam penampilan.
Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang terdiri dari lari awalan,
tumpuan pada papan tumpu, melayang di udara dan pendaratan pada bak lompat. Yusuf
Adisasmita (1992:65) menyatakan bahwa: ”lompat jauh terdiri dari unsur – unsur
awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara melakukan pendaratan”.
Dari beberapa uraian dapat disimpulkan bahwa teknik dasar yang ada dalam
lompat jauh terdiri dari empat tahap, yaitu awalan (ancang – ancang), tolakan (take off),
melayang di udara dan pendaratan (landing). Gerakan – gerakan dalam lompat jauh
tersebut merupakan suatu rangkaian yang harus dilakukan secara harmonis, tidak
terputus – putus atau secara berurutan di dalam pelaksanaannya. Unsur – unsur teknik
lompat jauh tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Awalan
Tujuan dari awalan yaitu untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal pada
saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimum untuk tolakan.
24
Awalan dalam lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat – cepatnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Soegito (1992:36) yang menyatakan bahwa, ”Kecepatan waktu
mengambil awalan untuk lompat jauh harus sama dengan lari jarak pendek”.
Pelompat harus lari semakin cepat sehingga mencapai kecepatan penuh dapat
dicapai sesaat sebelum salah satu kaki menumpu. Kecepatan yang tinggi dalam
melakukan awalan akan mendapatkan dorongan ke depan yang lebih besar saat badan
melayang di udara. Jarak kira – kira 3 atau 4 langkah sebelum sampai di balok
tumpuan, dengan tanpa mengurangi kecepatan pelompat harus dapat berkonsentrasi
untuk melakukan tumpuan dengan kuat. Menurut Soegito (1992:36) rangkaian cara
dalam mengambil awalan sebagai berikut:
a. Berdirilah di belakang tanda titik awalan anda. Berkonsentrasi sejenak.
b. Berlarilah dengan cepat dengan irama yang tetap menuju balok tumpuan.
c. Setelah ± 4 langkah dari balok tumpuan, berkonsentrasilah pada tumpuan
tanpa mengurangi kecepatan.
d. Pada saat melakukan tumpuan, badan agak condong ke belakang.
Pelaksanaan awalan dalam lompat jauh dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Awalan Lompat Jauh
(Soegito, 1992:37)
Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan simultan dan dengan kecepatan
yang maksimal. Jarak atau panjangnya awalan merupakan hal yang sangat penting yang
perlu diperhitungkan. Panjangnya awalan dalam lompat jauh yaitu kira – kira 30 – 40
meter dari balok tumpuan.
25
2) Tumpuan
Tumpuan merupakan gerak lanjutan dari kecepatan lari yang maksimal.
Tumpuan dalam lompat jauh adalah menjejakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa
langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tumpuan yang baik. Tujuan gerakan
tumpuan ini adalah untuk merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan.
Teknik bertumpu pada balok tumpuan harus dilakukan dalam tempo yang cepat
dan tepat. Dimana tumit bertumpu lebih dahulu baru diteruskan ke seluruh telapak kaki.
Pandangan tetap ke depan. Teknik gerakan melompat dilakukan dengan mengayunkan
kaki setinggi mungkin ke depan atas dan dengan bantuan ayunan kedua lengan ke atas
agar seluruh badan terangkat ke atas. Cara bertumpu pada balok tumpuan harus kuat.
Tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki. Pandangan mata
tetap lurus ke depan agak ke atas, tidak menunduk melihat balok tumpuan. Pelompat
jauh yang baik harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan berkonsentrasi
pada gerakan berikut yang harus dilakukannya, yaitu gerakan melayang di udara. Sudut
lompatan yang baik pada saat melayang di udara adalah ± 45°.
Gambar 2. Tumpuan Lompat Jauh
(Soegito, 1992:38)
3) Saat Melayang
26
Pada saat badan melayang di udara diusahakan membuat gerakan sesuai dengan
kemampuan, hal ini bertujuan untuk menambah jarak jangkauan. Sikap pada saat
melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat
tinggi ke atas. Pada tahap melayang, pelompat harus berusaha untuk dapat
mempertahankan diri supaya tidak cepat jatuh ke tanah. Karena pada saat melayang
diperlukan keseimbangan tubuh yang baik untuk mempersiapkan pendaratan. Jonath U.
et all (1987:200) menyatakan: ”Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga
keseimbangan dan mempersiakan pendaratan”.
Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai terjatuh, bahkan kalau
mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jarak
jangkauan lompatan. Menurut Soegito (1992:39) menyatakan bahwa: ”Dalam
mengambil sikap di udara adalah dalam melakukan gaya jongkok di udara, sikap
melayang ini adalah sikap seolah – olah berjongkok di udara”. Secara lebih jelas,
bentuk gerakan saat melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok dapat dilihat
pada gambar:
Gambar 3. Melayang di Udara Pada Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Soegito, 1992:40)
4) Mendarat
27
Pada waktu badan akan mendarat kedua tungkai diluruskan ke depan dan rapat,
kedua lengan diayunkan ke depan bersamaan dengan membungkukkan badan ke depan.
Pada saat jatuh di bak lompat, diusahakan jatuh pada kedua ujung kaki dan sejajar.
Perlu dijaga agar dalam pendaratan jangan jatuh pada bagian pantat terlebih dahulu.
Setelah mendarat dengan segera tubuh dibawa ke depan, agar tidak jatuh ke belakang.
Soegito (1992:41) mengemukakan mengenai hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
pendaratan sebagai berikut:
1. Pada saat badan akan jatuh ke tanah lakukan gerakan pendaratan sebagai
berikut:
a. Luruskan kedua kaki ke depan
b. Rapatkan kedua kaki
c. Bungkukkan badan ke depan
d. Ayunkan kedua tangan ke depan
e. Berat badan dibawa ke depan
2. Pada saat jatuh di tanah atau mendarat:
a. Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar
b. Segera lipat kedua lutut
c. Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah
arah belakang
Untuk lebih jelasnya, pelaksanaan teknik pendaratan tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 4. Pendaratan Dalam Lompat Jauh
(Soegito, 1992:42)
28
Pada lompat jauh, mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan
kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir
duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai
menyentuh tanah, kaki mengeper dan lengan diayun ke depan.
2. Latihan Pliometrik
a. Pengertian dan Tujuan Latihan Pliometrik
Pengertian latihan pliometrik tidak terlepas dari pengertian latihan pada
umumnya. Adapun pengertian latihan atau training secara umum menurut Harsono
(1988:101) adalah ”Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan
secara berulang – ulang dengan kian hari kian menambah beban latihannya atau
pekerjaannya”. Adapun menurut A. Hamidsyah Noer ( 1995:9) bahwa: ”Latihan adalah
suatu proses penyesuaian tubuh yang dilakukan dengan berulang-ulang secara
sistematis dan ajeg dengan penambahan beban secara bertahap untuk mencapai prestasi
maksimal”. Latihan dalam olahraga meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan mental.
Latihan pliometrik merupakan salah satu jenis dari latihan fisik. Latihan fisik
merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh. Dalam hal ini
Harsono (1988:153) menyatakan bahwa tujuan latihan fisik adalah ”Untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga
mencapai prestasi yang lebih baik”. Latihan pliometrik merupakan metode latihan yang
bersifat khusus. Latihan pliometrik merupakan metode latihan yang dikembangkan
untuk meningkatkan power otot. Tipe kerja dalam latihan pliometrik yaitu cepat dan
eksplosif, sehingga latihan pliometrik cocok untuk mengembangkan power otot.
Menurut Chu D.A. (19992:1) bahwa ”Pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan
sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan latihan
kecepatan dan kekuatan”. Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan merupakan
perwujudan dari daya ledak otot.
b. Dasar Fisiologis Latihan Pliometrik
29
Tipe kerja latihan pliometrik yaitu dengan adanya kontraksi – kontraksi otot
yang dilakukan dengan cepat dan kuat. Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:2)
bahwa ”Pliometrik mengacu pada latihan – latihan yang ditandai dengan kontraksi –
kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis
atau peregangan otot – otot yang terlibat”.
Gerakan – gerakan yang dilakukan dalam latihan pliometrik bersifat refleks dan
reaktif. Radcliffe & Farentinos (1985:9) menyatakan bahwa, ”Dasar – dasar proses
gerak sadar maupun tak sadar yang terlibat dalam pliometrik adalah apa yang disebut
refleks peregangan (stretch reflex), juga disebut refleks spindle atau refleks miotatik”.
Dalam hal ini Pyke (1991:144) menyatakan bahwa, ”Latihan dan drill pliometrik
didasarkan pada prinsip – prinsip peregangan pendahuluan (pra–peregangan) otot yang
terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan dari
tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan”.
Ciri khas dari latihan pliometrik adalah adanya peregangan pendahuluan (pre-
stretching) dan tegangan awal (pre-tention) pada saat melakukan kerja. Dari uraian di
atas dapat dikemukakan bahwa latihan pliometrik merupakan latihan yang
menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam latihan pliometrik
adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe – tipe seperti ini merupakan tipe dari
kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan pliometrik merupakan latihan yang
sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power).
c. Prinsip – Prinsip Latihan Pliometrik
Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya latihan
fisik secara umum. Prinsip – prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk
latihan pliometrik. Prinsip – prinsip yang harus diterapkan pada latihan pliometrik,
menurut Sarwono & Ismaryati (1999:39-42) antara lain, ”(a) memberi regangan
(stretch) pada otot, (b) beban lebih yang meningkat (progresive overloade), (c)
kekhususan latihan, (d) pulih asal”. Prinsip – prinsip latihan pliometrik tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Memberi Regangan (stretch) Pada Otot
30
Dasar gerak latihan pliometrik adalah adanya refleks peregangan sebelum
kontraksi otot untuk melawan beban yang berlangsung dengan cepat. Menurut Sarwono
& Ismaryati (1999:39) bahwa, ”Tujuan dari pemberian regangan yang cepat (segera)
pada otot – otot sebelum melakukan kontraksi (gerak), secara fisiologis untuk, (1)
memberi panjang awal yang optimum pada otot, (2) mendapatkan tenaga elastis dan (3)
menimbulkan refleks regang”.
Gerakan pliometrik didasarkan pada kontraksi refleks dari serabut – serabut otot
dengan pembebanan yang cepat yang didahului dengan peregangan otot secara cepat
pula. Dengan adanya regangan otot sebelum berkontraksi dapat memberikan stimulasi
pada sistem neuromuskuler dan meningkatkan refleks peregangan dinamis pada otot.
2) Beban Lebih Yang Meningkat (Progressive Overload)
Prinsip beban lebih atau overload merupakan prinsip dasar latihan, termasuk
dalam latihan pliometrik. Prinsip beban lebih dapat merangsang penyesuaian fisiologis
dalam tubuh yang mendorong peningkatan kemampuan otot atau tubuh. Kemampuan
orang dapat meningkat jika mendapatkan beban latihan lebih berat dari beban yang
diterima sebelumnya secara teratur dan kontinyu. Dalam hal ini Pate R., Rotella R.&
McClenaghan B. (1993:318) mengemukakan bahwa, ”sebagian besar sistem fisiologi
dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa
dijumpai dalam kehidupan sehari – hari”.
Dengan demikian agar kemampuan atlet dapat meningkat, maka beban yang
diberikan dalam latihan harus merupakan beban yang lebih berat dari beban yang telah
terbiasa diterima sebelumnya. Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya,
maka akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut. Sehingga
kemampuan tubuh akan meningkat. Oleh karena itu prinsip beban lebih ini harus benar
– benar diterapkan dalam pelaksanaan latihan.
Harus selalu diingat, bahwa peningkatan beban latihan yang diberikan tidak
boleh terlalu tinggi atau berlebihan. Jika beban latihan yang diberikan tersebut selalu
tinggi dan berlebihan, maka yang diperolah bukanlah kemajuan kondisi fisik, tetapi
malah sebaliknya yaitu kemunduran kondisi fisik. Karena beban yang berlebihan
kemungkinan dapat menimbulkan cedera, sehingga kondisi fisiknya menurun karena
31
sakit. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka pemberian beban
latihan diberikan secara progresif.
Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang dilakukan dengan
menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit.
Menurut Soekarman (1987:60) bahwa ”Dalam latihan, beban harus ditingkatkan sedikit
demi sedikit sampai maksimum. Dan jangan berlatih melebihi kemampuan”. Dengan
pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah
pembebanannya akan memberikan efektivitas kemampuan fisik.
Pembebanan dalam latihan pliometrik memiliki ciri – ciri yang bersifat khusus.
Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:17) bahwa, ”program latihan pliometrik harus
diberikan beban lebih dalam hal tahanan atau beban (resistif), kecepatan (temporal),
dan jarak (spasial)”. Peningkatan beban latihan pliometrik dapat dilihat dari beban yang
digunakan, kecepatan gerak dan jarak tempuh.
3) Kekhususan Latihan
Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan
karakteristik kondisi fisik, pola gerakan dan sistem energi yang digunakan dalam
latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal
tersebut, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang
diberikan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan pola gerak jenis
olahraga yang akan dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman (1987:60)
mengemukakan bahwa, ”latihan itu harus bersifat khusus untuk meningkatkan kekuatan
atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”. Latihan
hendaknya melibatkan gerakan yang langsung menuju pada nomor – nomor cabang
olahraga yang bersangkutan.
Prinsip kekhususan juga berlaku untuk latihan pliometrik. Program latihan yang
diberikan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
Kekhususan tersebut yaitu menyangkut kelompok otot utama yang digunakan, sistem
energi dan pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang
dikembangkan. Bentuk latihan yang dilakukan harus bersifat khas sesuai cabang
32
olahraga tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang
dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.
Agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka program
latihan yang disusun juga harus berpegang pada prinsip kekhusususan latihan ini. Baik
dalam pola gerak, jenis kontraksi otot, kelompok otot yang dilatih dan sistem energi
yang dikembangkan dalam latihan tersebut harus sesuai dengan ciri – ciri dan
karakteristik lompat jauh.
4) Pulih Asal
Prinsip pemulihan sering juga disebut dengan recovery atau sering pula disebut
prinsip interval. Dalam suatu latihan tubuh harus mendapat pulih asal yang cukup.
Penggunaan prinsip interval ini cukup besar manfaatnya dalam proses pelaksanaan
latihan. Menurut Suharno H.P. (1993:17), manfaat prinsip interval ini antara lain untuk:
”(a) Menghindari terjadinya overtraining, (b) Memberikan kesempatan organisme atlet
untuk beradaptasi terhadap beban latihan, (c) Pemulihan tenaga kembali bagi atlet
dalam proses latihan”.
Cedera dalam latihan sering terjadi karena adanya pembebanan yang berat dan
dilakukan secara terus menerus. Dengan interval istirahat yang cukup akan dapat
memberikan kesempatan pada tubuh untuk istirahat, sehingga dapat menghindari
terjadinya cedera. Interval yang cukup juga dapat memberikan kesempatan tubuh untuk
beradaptasi terhadap beban latihan.
Prinsip pulih asal ini harus diterapkan dalam latihan, termasuk dalam latihan
pliometrik. Lama waktu pulih asal untuk latihan pliometrik, menurut Chu (1992:14)
yaitu, ”menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1:5 sampai 1:10”. Dalam hal ini
Radcliffe & Farentinos (1985:20) mengemukakan bahwa, ”periode istirahat 1 – 2 menit
di sela – sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat
tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih kembali”. Dengan pulih asal (recovery)
yang cukup, tubuh akan siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya.
Jika tidak ada waktu pemulihan yang cukup, atlet akan mengalami kelelahan yang berat
dan akibatnya penampilan akan menurun.
33
d. Bentuk Latihan Pliometrik Untuk Meningkatkan Kemampuan Lompat
Jauh
Komponen utama dalam lompat jauh adalah kemampuan fisik dan teknik.
Pelatih dituntut untuk dapat menyusun dan memberikan progaram latihan untuk
mengembangkan unsur fisik dan unsur teknik yang diperlukan dalam lompat jauh
secara terpadu.
Sesuai dengan prinsip kekhususan latihan, latihan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh harus bersifat khusus. Program latihan yang
disusun untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh harus sesuai dengan karakteristik
atau pola gerakan lompat jauh. Tanpa memperhatikan hal tersebut, maka latihan yang
dilakukan tidak akan efektif dan efisien. Bentuk dan metode latihan yang digunakan
juga harus bersifat khusus, yang dapat mengembangkan unsur – unsur dalam lompat
jauh tersebut.
Latihan pliometrik untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh terutama
adalah dengan bentuk latihan melompat – lompat. Bentuk latihan pliometrik yang dapat
digunakan untuk mengembangkan prestasi lompat jauh, diantaranya yaitu latihan
melompat menggunakan satu kaki dengan alat bantu kotak (box) dan latihan melompat
dengan memantul. Bentuk latihan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu ”multiple box
to box jumps with single leg landing dan single leg bounding”. (Chu, 1992:46,61).
Pada lompat jauh gaya jongkok, pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to
box jumps with single leg landing menggunakan bantuan 6 kotak kecil dengan tinggi 12
inci. Dan untuk latihan pliometrik single leg bounding tidak menggunakan alat bantu
kotak, tetapi dengan menggunakan tempat yang datar untuk melompat dan memantul.
e. Penyusunan Program Latihan
Pelaksanaan latihan harus direncanakan, disusun dan diprogram dengan baik
sehingga tujuan dapat tercapai. Untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi
mungkin, mutlak diperlukan penyusunan program latihan yang baik dan tepat. Program
latihan harus disusun dengan teliti dan seksama dengan memperhatikan prinsip –
34
prinsip latihan yang benar. Dalam hal ini Dangsina Moeloek dan Arjatmo
Tjokronegoro (1984:12-14) mengemukakan bahwa:
Pada pembuatan program latihan harus meliputi faktor berikut:
a. Tipe latihan
b. Intensitas latihan
c. Frekuensi latihan
d. Lama latihan
e. Peningkatan
Menurut M. Sajoto (1995:33-35) dalam menyusun program latihan harus
memperhatikan, ”(a) Jumlah beban, (b) Repetisi dan set, (c) Frekuensi dan lama
latihan”. Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan
untuk latihan melompat – lompat antara lain adalah intensitas latihan, repetisi dan set
serta frekuensi dan lama latihan.
1) Intensitas
Intensitas latihan adalah ”jumlah beban dalam latihan yang dilakukan dengan
sungguh – sungguh dan benar pelaksanaannya”. (A. Hamidsyah Noer, 1995:12).
Ukuran kesungguhan dalam pelaksanaan latihan merupakan bentuk dari intensitas
latiahan. Intensitas dapat pula diartikan sebagai ukuran berat ringannya beban latihan.
Dalam hal ini Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984:12) mengemukakan
bahwa, ”Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan faktor utama
yang mempengaruhi efek latihan terhadap efek tubuh”.
Pelaksanaan latihan pliometrik menurut Pyke (1991:144) yaitu meliputi,
”Latihan memantul – mantul, lompatan dalam dan dapat juga latihan lempar pantul”.
Jadi pelaksanaan latihan ini adalah melompat – lompat dengan memantul, sehingga
tidak ada waktu istirahat antar lompatan yang dilakukan. Dengan demikian latihan
pliometrik ini dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bompa (1994:42) yaitu bahwa latihan pliometrik dengan lompat – lompat
memantul itu dilakukan dengan ”intensitas submaximal”.
2) Repetisi dan Set
35
Repetisi adalah jumlah ulangan gerakan dalam latihan, sedangkan set adalah
suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Penentuan jumlah repetisi dan set yang
harus dilakukan atlet harus ditentukan dengan tepat.
Dalam latihan melompat – lompat dengan memantul, menurut Bompa
(1994:44) yaitu dengan jumlah repetisi ”3-25, sedangkan jumlah setnya yaitu 2-15”.
Adapun istirahat antar setnya yaitu ”3-5 menit”. Sedangkan menurut Nosseck
(1982:81) bahwa dosis latihan lompat untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai
adalah dengan: ”intensitas 30-50%, repetisinya 6-12, antara 4-6 seri, interval istirahat
2-5 menit, dengan irama latihan cepat dan eksplosif”.
Berdasarkan uraian di atas, maka latihan melompat – lompat yang dilakukan
untuk melakukan kemampuan melompat dalam lompat jauh adalah dengan repetisi 3-5,
dalam 2-4 set, dengan istirahat antar set selama 3 menit.
3) Frekuensi dan Lamanya Latihan
Frekuensi dan lamanya latihan merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam
pelaksanaan latihan. Frekuensi merupakan jumlah berapa kali latihan yang dilakukan
setiap minggunya. Sedangkan lamanya latihan yaitu lamanya waktu yang diperlukan
dalam latihan sampai mendapatkan pengaruh yang nyata. Dalam hal ini M. Sajoto
(1995:35) mengemukakan bahwa, ”Para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk
menjalankan program latihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis.
Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih”. Dengan
latihan yang dilakukan 3 kali seminggu secara teratur selama 6 minggu, kemungkinan
sudah menampakkan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kondisi fisik.
3. Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing
a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg
Landing
36
Gerakan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing
adalah melompat dari bawah naik ke atas kotak atau box dengan menggunakan satu
kaki, kemudian turun dari kotak dengan menggunakan satu kaki yang sama. Gerakan
dilanjutkan ke kotak-kotak berikutnya dengan tanpa mengubah kaki tumpuan. Kedua
lengan diayun dari belakang ke depan untuk memperoleh keseimbangan. Latihan ini
dilakukan dengan kedua kaki secara bergantian, kemudian diberikan porsi yang lebih
banyak pada kaki yang dianggap lebih kuat untuk melakukan tumpuan.
Pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg
landing tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5. Pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single
leg landing. (Chu, 1992:46)
Penekanan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing
yaitu pada saat siswa melakukan gerakan melompat dan menuruni kotak dengan satu
kaki dan diikuti dengan ayunan kedua lengan dari belakang ke depan. Dengan gerakan
ini dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai, juga pengembangan saat
berada di udara dengan adanya ayunan lengan untuk koordinasi keseimbangan.
b. Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg
Landing
Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing merupakan
latihan melompat-lompat dengan menggunakan satu kaki yang dilakukan secara
berulang-ulang. Dengan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg
37
landing dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai. Sebab selama latihan,
otot-otot tungkai dituntut untuk melompat-lompat secara berulang-ulang.
Pelaksanaan tumpuan dalam latihan ini dilakukan dengan satu kaki. Karena
lompatan tersebut dilakukan dengan satu kaki, maka beban tubuh akan ditopang dan
dilawan hanya dengan satu kaki. Berdasakan hal tersebut, maka beban yang diangkat
akan lebih berat. Hal ini menyebabkan pengembangan power otot tungkai lebih besar.
Dalam latihan ini gerakannya dari bawah melompat ke atas kotak dengan satu
kaki kemudian turun dengan kaki yang sama. Gerakan tersebut dapat meregangkan otot
paha dan merangsang kontraksi otot paha. Hal ini menyebabkan pengembangan
kekuatan dan power otot tungkai yang lebih besar. Dengan power otot tungkai yang
besar, maka akan menghasilkan tenaga tumpuan yang lebih besar pula. Sehingga jarak
lompatan menjadi lebih jauh.
Latihan ini dilakukan dengan melompat ke atas, maka beban otot tungkai
menjadi lebih berat. Hal ini disebabkan karena pengaruh gaya gravitasi bumi yang
menarik badan ke bawah. Dengan adanya gaya tersebut, maka beban otot tungkai
menjadi lebih berat. Sehingga pada latihan ini memiliki kelebihan, yaitu dengan adanya
beban berat badan pada otot tungkai, akan sangat baik untuk meningkatkan power otot
tungkai. Dengan power otot tungkai yang besar, maka akan dapat meningkatkan
kemampuan dalam lompat jauh.
Penekanan latihan ini ditujukan untuk meningkatkan power otot tungkai, dan
penekanan gerakan memantul tidak diperhatikan. Dengan demikian latihan ini memiliki
kelemahan, yaitu tidak ada unsur pantulan untuk melatih kaki pada saat malakukan
tolakan dalam lompat jauh.
4. Latihan Pliometrik Single Leg Bounding
a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Single Leg Bounding
Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding yaitu melompat-lompat ke
arah depan di tempat yang datar dengan menggunakan satu kaki dan memantul dengan
satu kaki yang sama pula. Lompatan dilakukan dengan memantul. Gerakan diawali
38
dengan berdiri dua kaki, kemudian melompat-lompat dan memantul dengan satu kaki
yang sama. Kaki yang lain ditekuk ke atas dan kedua lengan diayunkan dari belakang
ke depan untuk menjaga keseimbangan. Gerakan ini dilakukan terus menerus dengan
kedua kaki secara bergantian. Kaki yang lebih dominan diberikan porsi latihan yang
lebih banyak.
Gambaran pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding adalah sebagai
berikut:
Gambar 6. Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding.(Chu,1992:61)
Gerakan dalam latihan pliometrik single leg bounding adalah dengan melompat-
lompat dan memantul dengan menggunakan satu kaki yang sama. Dengan latihan ini
diharapkan dapat meningkatkan power otot tungkai.
b. Pengaruh Latihan Pliometrik Single Leg Bounding
Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding dilakukan secara kontinyu
dan berulang-ulang. Dengan latihan melompat-lompat yang dilakukan secara berulang-
ulang tersebut maka akan dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai. Hal
ini sesuai dengan pendapat Pyke (1991:144) bahwa ”semua latihan (lompatan
39
memantul) itu sangat baik untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan eksplosif,
karena latihan itu menjembatani perbedaan antara kekuatan dan power”.
Gerakan dalam latihan ini adalah dengan melompat dan memantul ke depan
dengan satu kaki. Sehingga pada saat melompat dan memantul secara berulang-ulang,
otot paha akan berkontraksi dan menahan beban tubuh. Dengan demikian power otot
tungkai menjadi meningkat. Selain hal tersebut, dalam gerakan ini akan memberikan
pengembangan koordinasi untuk keseimbangan yang dibutuhkan dalam lompat jauh.
Dalam latihan pliometrik single leg bounding, dilakukan dengan melompat ke
depan dan dengan memantul. Sehingga kelebihan pada latihan ini disamping dapat
meningkatkan power otot tungkai, juga dapat melatih kemampuan tolakan ke depan
atas pada saat menolak dalam lompat jauh.
Latihan pliometrik single leg bounding mempunyai kelemahan. Pada latihan ini
dilakukan menggunakan satu kaki sebagai tumpuan dengan cara melompat-lompat ke
depan dan dengan memantul. Beban tubuh menjadi lebih ringan jika dibanding dengan
latihan Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing. Hal ini dipengaruhi oleh
dorongan ke depan dan gaya gravitasi yang lebih ringan daripada melompat ke atas.
Dengan demikian beban otot tungkai menjadi lebih ringan dalam menopang berat
badan.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan tersebut di atas, dapat diuraikan
kerangka berfikir sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With
Single Leg Landing dan Single Leg Bounding
Program latihan yang dilakukan secara sistematis, teratur dan berkelanjutan
dengan dosis latihan yang tepat, akan memberikan penyesuaian terhadap kerja fisik
yang selalu meningkat. Perubahan-perubahan akibat latihan tersebut ditandai dengan
meningkatnya kemampuam fungsi organ dan otot, yang akan memberikan
kemungkinan adanya peningkatan dalam mencapai prestasi olahraga.
Dalam rangka meningkatkan jarak lompatan, siswa diberikan latihan pliometrik
multiple box to box jumps with single leg landing. Penekanan latihan pliometrik
40
multiple box to box jumps with single leg landing adalah pada saat siswa melakukan
lompatan dengan satu kaki pada balok atau box, kemudian dilanjutkan melompat
dengan satu kaki ke depan bawah. Dengan latihan tersebut dimungkinkan dapat
meningkatkan power otot tungkai dan koordinasi dari elemen teknik dasar lompat jauh.
Latihan yang kedua adalah latihan pliometrik single leg bounding. Metode
latihan pliometrik single leg bounding merupakan metode latihan dalam lompat jauh.
Dimana latihan tersebut dilakukan dengan cara melompat dan memantul dengan
menggunakan satu kaki secara bergantian. Metode latihan tersebut menekankan pada
tumpuan dan tolakan kaki pada saat menumpu dan saat melakukan tolakan dalam
lompat jauh.
Tumpuan dalam latihan ini selalu dilakukan dengan menggunakan satu kaki
secara bergantian. Dengan tumpuan satu kaki maka akan menghasilkan power otot
tungkai dan memberikan pengembangan keseimbangan posisi badan pada saat di udara.
Dengan demikian, latihan ini dapat memberikan sumbangan untuk
meningkatkan kemampuan lompatan dalam lompat jauh. Ini disebabkan karena dalam
latihan ini dapat memberikan peningkatan power otot tungkai dan juga dapat
meningkatkan koordinasi tangan untuk menjaga keseimbangan pada saat di udara.
2. Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg
Landing dan Single Leg Bounding
Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single
leg bounding memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada pola gerakan yang
dilakukan dan alat bantu yang dipakai. Latihan pliometrik multiple box to box jumps
with single leg landing merupakan latihan melompat naik dan turun ke beberapa kotak
atau box dengan menggunakan satu kaki. Sedangkan pelaksanaan latihan pliometrik
single leg bounding yaitu melompat dan memantul pada daerah yang datar dengan
menggunakan satu kaki secara bergantian. Perbedaan pelaksanaan latihan tersebut akan
menyebabkan perbedaan pengaruh yang ditimbulkan terhadap perkembangan
kemampuan otot-otot yang terlibat.
Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing merupakan
latihan melompat naik turun ke beberapa kotak atau box dengan menggunakan satu
41
kaki, sehingga beban tubuh menjadi lebih berat. Dalam latihan ini juga terjadi
peregangan dan pembebanan otot tungkai yang lebih besar. Gerakan latihan pliometrik
multiple box to box jumps with single leg landing diawali dengan meregangkan otot
paha. Secara fisiologis, maka otot mengalami refleks stretch sebelum melakukan
kontraksi otot. Lompatan dalam latihan ini dapat menghasilkan tenaga tumpuan yang
lebih besar dan lebih maksimal. Hal ini menyebabkan pengembangan kekuatan dan
power otot tungkai yang cukup besar. Sehingga dengan meningkatnya power otot
tungkai, akan memberikan pengaruh terhadap jauhnya lompatan dalam lompat jauh.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan dari kajian teoritis dan kerangka pemikiran di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik multiple box to box jumps
with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh
gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010.
2. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing memiliki
pengaruh lebih baik dari single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh
gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di halaman sekolah dan lapangan lompat jauh SD
Negeri Pengkok 1, Kedawung, Sragen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 12 Desember
2009, dengan frekuensi latihan 3 kali pertemuan dalam satu minggu selama 6 minggu.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian
matching by subject design yang biasa disebut dengan M – S. Metode eksperimen
adalah metode yang menggunakan suatu kegiatan percobaan yang biasa disebut dengan
perlakuan. Dengan adanya perlakuan tersebut akan terlihat hubungan sebab akibat dari
pengaruh pelaksanaan perlakuan yng diberikan.
Pembagian kedua kelompok dalam penelitian eksperimen diperoleh dari hasil
matching nilai tes awal, sehingga kedua kelompok itu berangkat dari titik tolak yang
sama. Dalam hal ini Sutrisno Hadi (1995:484) mengemukakan teorinya bahwa
”Matching by subject tentu sekaligus juga group matching karena hakekatnya subject
matching adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan – pemisahan subyek (pair of
subject) masing – masing ke group eksperimen dan group kontrol secara otomatis akan
menyeimbangkan kedua group itu”.
Untuk menyeimbangkan kedua kelompok dalam penelitian ini menggunakan
subject matching ordinal pairing, yaitu anak yang kemampuannya seimbang
dipasangkan, kemudian anggota tiap-tiap pasangan dipisahkan pada kelompok 1 dan 2.
Adapun pembagian kelompok eksperimen tersebut adalah sebagai berikut:
43
Kelompok 1 Kelompok 2
1 2
4 3
5 6
dst 7
Gambar 7. Pembagian Kelompok Dalam Eksperimen
Rancangan penelitian eksperimen Matched by Subject Design tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
K1 X1 Y2
R Y1 (op)
K2 X2 Y2
Gambar 8. Rancangan Penelitian
Keterangan:
R = Pengambilan sampel secara total sampling
Y1 = Tes awal lompat jauh
op = Melalui prosedur subject matching ordinal pairing
K1 = Kelompok 1
K2 = Kelompok 2
X1 = Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing
X2 = Latihan pliometrik single leg bounding
Y2 = Tes akhir lompat jauh gaya jongkok
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ”Gejala-gejala yang bervariasi dan menjadi objek
penelitian” (Suharsini Arikunto, 1983:92). Dalam penelitian ini variabel-variabel dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (independen)
Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah:
44
a. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing
b. Latihan pliometrik single leg bounding
2. Variabel Terikat (dependen)
Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing
Latihan ini merupakan latihan pliometrik, dengan menggunakan alat bantu
kotak atau box. Pelaksanaan latihan ini adalah dengan cara melompat menggunakan
salah satu kaki ke atas kotak, kemudian turun lagi ke depan bawah dengan
menggunakan satu kaki yang sama. Untuk menjaga keseimbangan maka kedua lengan
diayunkan ke depan. Gerakan dilakukan beberapa kali dari kotak pertama sampai kotak
yang terakhir dengan cara yang sama.
2. Latihan pliometrik single leg bounding
Latihan pliometrik ini dilakukan dengan cara melompat ke depan dengan satu
kaki dan memantul dengan menggunakan kaki yang sama juga. Pada saat melompat,
kedua lengan diayunkan ke depan untuk memperoleh keseimbangan badan.
Pelaksanaan latihan ini dilakukan di tempat yang datar.
3. Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam malakukan lompatan
dalam lompat jauh gaya jongkok. Kemampuan seseorang dapat dilihat dari hasil
lompatan yang telah dilakukan. Semakin jauh jarak lompatan yang dicapai, maka
semakin bagus kemampuan orang tersebut dalam melakukan lompatan.
E. Populasi dan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa putra kelas V dan VI SD
Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010, sebanyak 40 siswa. Karena masing -
masing siswa yang menjadi populasi sekaligus menjadi sampel dalam
penelitian, maka penelitian ini adalah penelitian populasi.
45
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik tes dan pengukuran. Tes yang dilakukan untuk pengambilan data dalam
penelitian ini adalah tes lompat jauh gaya jongkok. ”Tiap siswa diberi kesempatan 3
kali percobaan”, Aip Syarifudin (1992:104). Tes tersebut yaitu tes awal dan tes akhir.
Tes awal dilaksanakan sebelum kedua kelompok atau sampel diberi perlakuan.
Sedangkan tes akhir dilaksanakan setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang
berbeda dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu selama 6 minggu.
Mencari Reliabilitas
Sebelum dilakukan analisis dilakukan uji prasyarat tes yaitu dengan uji
reliabilita. Hal ini dimaksudkan untuk mencari keajegan hasil tes.
Untuk mencari reliabilitas tes dilakukan menggunakan teknik Anava, dengan rumus
sebagai berikut:
MSA – MSW
R =
MSA
(Mulyono. B, 2008:44)
Keterangan:
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata – rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata – rata antar kelompok
G. Teknik Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dikumpulkan, disusun dan dianalisis secara statistik
dengan langkah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors
(Sudjana, 1992:466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai
berikut:
46
1) Pengamatan X1, X2,......., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, .......,Zn dengan
menggunakan rumus:
Xi – X
Zi =
s
Keterangan:
Xi = Nilai tiap kasus
X = Rata – rata
s = Simpangan baku
2) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ...., zn yang masih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi),
Banyaknya z1, z2, ...., zn yang ≤ zi
Maka S(zi) =
n
4) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga – harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L hitung.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan memberi varians yang terbesar dengan
varians terkecil yang diperoleh. Adapun rumus yang digunakan menurut Sutrisno Hadi
(1982:386) adalah:
SD² bs
Fdbvb:dbvk =
SD² kt
(Sutrisno Hadi, 1982:386)
Keterangan:
dbvb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar
dbvk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil
SD² bs = varians yang lebih besar
SD² kt = varians yang lebih kecil
47
2. Uji Perbedaan
Uji perbedaan penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik uji t dengan
rumus sebagai berikut:
Md
t =
∑ d²
N (N – 1)
(Sutrisno Hadi, 1995:457)
Keterangan:
Md = Mean deviasi (beda) dari pasangan
∑d² = Jumlah deviasi kuadrat
N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut:
∑D
Md =
N
Keterangan:
∑D = Jumlah selisih (deviasi) masing – masing subyek
N = Jumlah pasangan
Data yang diperoleh dari hasil penghitungan t test baik tes awal maupun tes akhir
dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan db = N – 1.
3. Penghitungan Persentase Peningkatan
Untuk mengetahui hasil dari perlakuan penelitian digunakan penghitungan
persentase peningkatan pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Mean Different
Persentase peningkatan = X 100%
Mean Pretest
Mean Different = mean posttest – mean pretest
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data
Setelah dilaksanakan penelitian, diperoleh data. Data yang dikumpulkan berupa
tes lompat jauh gaya jongkok. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal dan tes
akhir pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok 1 dan kelompok 2. Data tersebut
kemudian dikelompokkan dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran.
Berturut-turut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, hasil analisis
data serta pembahasan dan pengujian hipotesis.
Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan lompat jauh gaya jongkok
yang dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok Tes N Hasil
Terendah
Hasil
Tertinggi Mean SD
Kelompok 1
(Multiple
Box To Box
Jumps With
Single Leg
Landing)
Awal 20 2.29 3.55 2.860 0.3979
Akhir 20 2.78 3.88 3.225 0.3287
Kelompok 2
(Single Leg
Bounding)
Awal 20 2.30 3.53 2.848 0.3949
Akhir 20 2.70 3.74 3.162 0.3263
49
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan kelompok 1
memiliki rerata kemampuan lompat jauh adalah 2.860, sedangkan setelah mendapat
perlakuan memiliki rerata kemampuan lompat jauh adalah 3.225. Adapun rata-rata
kemampuan lompat jauh pada kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah 2.848,
sedangkan setelah mendapat perlakuan memiliki rata-rata kemampuan lompat jauh
adalah 3.162.
B. Pengujian Reliabilitas
Agar data yang dianalisis adalah hasil dari suatu tes atau pengukuran yang baik,
maka perlu uji reliabilitas. Dalam penelitian ini diadakan uji reliabilitas tehadap hasil
tes awal kemampuan lompat jauh. Adapun hasil dari analisis yang dilakukan dengan uji
reliabilitas tes awal diperoleh R = 0,9897. Hasil tersebut kemudian di konsultasikan
dengan tabel kategori reliabilitas tes termasuk dalam kategori Tingkat Tinggi, dan
dapat digunakan sebagai alat ukur. Adapun dalam mengartikan katagori koefisien
reabilitas tes tersebut dengan menggunakan pedoman tabel koefisien dari Book Walter
seperti dikutip Mulyono B. (1992:22) yaitu :
Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas
No Kategori Validita Reliabilita Obyektivita
1 Tingkat Tinggi 0,80 – 1,00 0,90 – 1,00 0,95 – 1,00
2 Tinggi 0,70 – 0,79 0,80 – 0,89 0,85 – 0,94
3 Cukup 0,50 – 0,69 0,60 – 0,79 0,70 – 0,84
4 Kurang 0,30 – 0,49 0,40 – 0,59 0,50 – 0,69
5 Tidak Signifikan 0,00 – 0,29 0,00 – 0,39 0,00 – 0,49
C. Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum data hasil penelitian dianalisis dengan teknik t-tes, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji normalitas, 2) uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
sebelum digunakan untuk menganalisis data. Pengujian normalitas data dilakukan
terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan mengikuti uji
Liliefors pada taraf = 0,05. Hasil pengujian tersebut disajikan dalam tabel berikut:
50
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok N M SD Lo Lt5%
K1 20 2,860 0,3979 0,117 0,190
K2 20 2,848 0,3949 0,124 0,190
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung sebesar
0,117, dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0,190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K1
termasuk berdistribusi normal. Sedangkan data hasil uji normalitas yang dilakukan
pada K2 diperoleh nilai Lhitung sebesar 0,124, dimana nilai tersebut lebih kecil dari
angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,190. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua
kelompok. jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila
nantinya kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut
dikarenakan oleh perbedaan rata-rata kemampuan lompat jauh. Hasil uji homogenitas
data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Dari hasil uji homogenitas varians yang tertera dalam tabel di atas, diperoleh
hasil dengan db = 20 lawan 20, angka F tabel 5% = 2,120 Sedangkan harga F hitung =
1,015. Yang ternyata lebih kecil dari harga F tabel 5%. Karena F hitung < F tabel 5%, maka
hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan
kelompok 2 memiliki varians yang homogen.
Kelompok N SD2 Fo Ft5%
K1 20 0,108 1,015 2,120
K2 20 0,106
51
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum dilakukan uji perbedaan dengan t-tes telah diadakan "Matching",
yaitu tes awal yang mempunyai kemampuan setara dipasang-pasangkan dibagi
menjadi 2 kelompok, yakni kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini dilakukan untuk
menjaga keseimbangan antara kedua kelompok tersebut.
Dalam penentuan kelompok, kelompok 1 mendapat perlakuan latihan
pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan kelompok 2
mendapat perlakuan dengan latihan pliometrik single leg bounding. Hasil t-test untuk
tes awal antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 5. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok N Mean Md to T t5%
K1 20 2,860 0,012 0,0957 1,680
K2 20 2,848
Dari rangkuman hasil t-test untuk tes awal di atas, pada K1 dapat diketahui
bahwa rata-rata sebesar 2,860 sedangkan K2 diketahui bahwa rata-rata sebesar 2,848
dan untuk Mean deviasi sebesar 0,012. Dengan derajat kebebasan N - 1 = 20 - 1 = 19
pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 1,680 sedangkan nilai thitung
sebesar 0,0957. Ternyata kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Maka
hipotesis nol diterima. Sehingga dari hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan
kelompok 2 menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut adalah homogen.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
a. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah melakukan latihan selama 6 minggu, kemudian diadakan tes akhir.
Dan untuk membuktikan apakah latihan yang diberikan telah menunjukkan pengaruh
yang meyakinkan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok, maka dicari
dengan uji t-test antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok. Adapun
52
hasil t-test untuk mengetahui peningkatan prestasi tes awal ke tes akhir antara K1 dan
K2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
a.1 Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K1
Tabel 6. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1
Tes N Mean Md to t t5%
Awal 20
2,860 0,365 3,1626 1,680
Akhir 3,225
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K1 dapat diketahui bahwa pada tes
awal rata-rata sebesar 2,860 dan tes akhir sebesar 3,225 untuk Mean deviasi sebesar
0,365. Dengan derajat kebebasan 19 (N – 1 = 20 - 1) pada taraf signifikansi 5%,
ternyata nilai t tabel sebesar 1,680 sedangkan nilai to sebesar 3,1626. Berarti to lebih
besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes
akhir pada K1 ada perbedaan yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat
perlakuan, K1 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang signifikan.
a.2 Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K2
Tabel 7. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2
Tes N Mean Md to t t5%
Awal 20
2.848 0,314 2,7413 1,680
Akhir 3.162
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K2 dapat diketahui bahwa pada tes
awal rata-rata sebesar 2,848 dan tes akhir sebesar 3,162 untuk Mean deviasi sebesar
0,314. Dengan derajat kebebasan 19 (N – 1 = 20 - 1) pada taraf signifikansi 5%,
ternyata nilai t tabel sebesar 1,680 sedangkan nilai to sebesar 2,7413. Berarti to lebih
besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes
akhir pada K2 ada perbedaan yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat
perlakuan, K2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang signifikan.
53
a.3 Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antar Kelompok
Untuk mengetahui ada perbedaan hasil latihan antara K1dan K2 setelah diberi
perlakuan, dapat dilihat pada hasil t-test untuk tes akhir dari kedua kelompok dalam
tabel berikut ini :
Tabel 8. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok
Kelompok N Mean Md to t t5%
K1 20
3,23 0,07 0,6083 1,680
K2 3,16
Berdasarkan rangkuman di atas, pada tes akhir pada K1 diketahui rata-rata
sebesar 3,23 dan untuk K2 diketahui rata-rata sebesar 3,16. Mean deviasi sebesar 0,07
dengan derajat kebebasan 19 (N – 1 = 20 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata
nilai to sebesar 0,6083 sedangkan nilai t tabel sebesar 1,680. Berarti to lebih kecil dari
t tabel maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian pada tes akhir kemampuan lompat
jauh gaya jongkok antara K1 dan K2 tidak terdapat perbedaan.
a.4 Perbedaan Persentase Peningkatan
Untuk mengetahui kelompok yang memiliki persentase peningkatan yang lebih
baik, diadakan perhitungan perbedaan persentase peningkatan tiap-tiap kelompok.
Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dalam
persen pada kelompok 1 dan 2 adalah :
Tabel 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dalam Persen Pada K1 dan K2
Kelompok N Mean
Pretest
Mean
Posttest
Mean
Different
Persentase
Peningkatan
K1 20 2,860 3,225 0,365 12,762%
54
K2 20 2,848 3,162 0,314 11,025%
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebesar 12,762%. Sedangkan kelompok 2
memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebesar 11,025%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki persentase
peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang lebih besar dari pada
kelompok 2.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan diperoleh nilai
t antara tes awal pada K1 dan K2 sebesar 0,0957, sedangkan ttabel sebesar 1,680.
Ternyata t hitung yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima.
Dengan demikian K1 dan K2 sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang.
Berarti apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan yang diberikan selama
penelitian, antara K1 dan K2 berangkat dari titik tolak kemampuan lompat jauh gaya
jongkok yang sama.
Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 1 diperoleh nilai t sebesar 3,1626. Ternyata t hitung = 3,1626 > t tabel 5% =
1,680, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Yang berarti
bahwa latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing memiliki
pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 2 diperoleh nilai t sebesar 2,7413. Ternyata t hitung = 2,7413 > t tabel 5% =
1,680, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Yang berarti
bahwa latihan pliometrik single leg bounding memiliki pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada K1 dan K2
diperoleh nilai t sebesar 0,6083 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,680. Ternyata t yang
55
diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan selama 6 minggu, tidak terdapat
perbedaan pengaruh antara hasil tes akhir K1 dan K2. Pengaruh pada latihan pliometrik
multiple box to box jumps with single leg landing terhadap kemampuan lompat jauh
gaya jongkok dengan hasil perhitungan diperoleh nilai t hit sebesar 3,1626 dan pengaruh
latihan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok dengan
hasil perhitungan diperoleh nilai t hit sebesar 2,7413 dan t tabel sebesar 1,680.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh
latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg
bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan
VI SD Negeri Pengkok 1 tahun ajaran 2009/2010 tidak ada perbedaan.
Dalam penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
kelompok 1 dan kelompok 2 dikarenakan :
1) Subyek yang dijadikan sampel melakukan kegiatan lain yang dapat
mempengaruhi penelitian ini.
2) Subyek sering tidak fokus pada program latihan yang diberikan.
56
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat
disimpukan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik multiple box to box
jumps with single leg landing dan single leg bounding pada siswa putra kelas V
dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010.
t hitung = 0,6083 < t tabel = 1,680.
2. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing (K1) dan
single leg bounding (K2), sama-sama dapat meningkatkan kemampuan lompat
jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010. K1 12,762 % > K2 11,025 %.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menimbulkan implikasi, adapun implikasi
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, latihan yang
diberikan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan beban latihan
yang meningkat, menunjukkan bahwa latihan pliometrik multiple box to box jumps with
single leg landing dan single leg bounding dapat meningkatkan kemampuan lompat
jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010.
Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada K1 dan K2
diperoleh nilai t sebesar 0,6083 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,680. Ternyata t yang
diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian tidak
terdapat perbedaan pengaruh antara hasil tes akhir K1 dan K2.
Dengan demikian, untuk melatih kemampuan lompat jauh gaya jongkok dapat
dilakukan dengan cara memberikan latihan pliometrik multiple box to box jumps with
single leg landing dan latihan pliometrik single leg bounding, untuk variasi-variasi
57
latihan agar siswa tidak jenuh. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih dan menentukan metode latihan khususnya untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada guru penjasorkes khususnya di SD Negeri Pengkok 1,
disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan latihan
pliometrik single leg bounding dapat digunakan sebagai variasi latihan untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
2. Dalam melatih kemampuan lompat jauh, modifikasi latihan dapat dilakukan
dengan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan
latihan pliometrik single leg bounding agar siswa tidak mengalami kejenuhan
dalam latihan.
58
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidsyah Noer. 1995. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud.
Bernhard, G. 1993. Atletik, Alih Bahasa Tim Redaktur Effar & Dahara Prize Offset.
Semarang : Effar & Dahara Prize Offset.
Bompa T.O. 1994. Power Training For Sport, Plyometric For Maximum Power
Development. Kendall/Hant : Low Of University
Chu D.A. 1980. Jumping Into Plyometrics. California: Leisure Press Champaign,
Illinois.
Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro. 1984. Kesehatan Dan Olahraga. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti.
Jarver J. 1986. Belajar dan Berlatih Atletik, Alih Bahasa BE. Handoko. Bandung:
Pionir Jaya.
Jonath. U., Haag. E & Krempel. R. 1987. Atletik 1, Alih Bahasa Suparmo. Jakarta: PT
Rosda Jaya Putra.
M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Press.
Mulyono. B. 2008. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.
Pate. R., Clenaghan. M.B. & Rotella.R. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan, Alih
Bahasa Kasiyo Dwijowinoto. Semarang: IKIP Semarang Press.
Pyke F.S. 1991. Better Coaching. Australia. Australian Coaching Council Incorporated.
Radcliffe. J.C. & Farentinos R.C. 1985. Plyometrics Explosive Power Training.
Amerika: human Kinetics Publishers, Inc.
Soegito. 1992. Teori dan Praktek Atletik 1. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Soekarman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: Inti
Idayu Press.
59
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung. Penerbit Tarsito.
Sutrisno Hadi. 1982. Statistika III. Yogyakarta: Andi Offset.
Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: FPOK IKIP
Yusuf Adisasmita. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Depdikbud.
60
Lampiran 1
Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Aip Syarifudin, 1992:104)
a. Alat-alat:
1. Roll meter
2. Bak Pasir
3. Bendera
4. Cangkul
5. Perata Pasir
b. Petugas:
1. Pencatat hasil 1 orang
2. Pengawas tolakan/tumpuan 1 orang
3. Pemberi tanda 1 orang
4. Pengukur jarak lompatan 2 orang
b. Pelaksanaan:
Siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan awalan dengan teknik dan
ketentuan seperti dalam perlombaan atletik. Tiap siswa diberi kesempatan tiga kali
percobaan.
c. Penilaian:
Jarak lompatan terbaik dari tiga kali percobaan yang diukur mulai dari tepi dalam
papan tolak sampai batas tumpuan kaki/badan yang terdekat dengan papan tolak.
d. Teknik pengukuran hasil lompatan
Hasil lompatan diukur dengan cara sebagai berikut:
- Angka nol (roll meter) diletakkan pada bekas pendaratan yang terdekat dengan
balok tolakan.
- Roll meter ditarik lurus ke balok tumpuan
- Hasil yang dicatat yaitu jarak antara tempat pendaratan sampai pada batas balok
tolakan/tumpuan bagian luar.
61
Lampiran 2
Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Lompat Jauh
Keterangan petunjuk pelaksanaan program latihan lompat jauh gaya jongkok:
Latihan lompat jauh gaya jongkok dilaksanakan setiap kali latihan pliometrik
multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding setelah
selesai dilakukan.
Adapun latihan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melompat tanpa awalan dengan menggunakan 2 kaki
Latihan ini dilakukan dengan cara siswa berdiri berurutan di tepi bak lompat,
kemudian melompat ke dalam bak lompat dengan menggunakan 2 kaki, dan
mendarat dengan menggunakan 2 kaki secara bersamaan.
2. Melompat tanpa awalan dengan menggunakan 1 kaki
Latihan ini dilakukan dengan cara siswa berdiri berurutan di tepi bak lompat,
kemudian melompat ke dalam bak lompat dengan menggunakan 1 kaki, dan
mendarat dengan menggunakan 2 kaki secara bersamaan. Pada waktu melayang di
udara gaya yang digunakan adalah gaya jongkok.
3. Melompat dengan menggunakan awalan
Dalam latihan ini lompatan dimulai dengan mengambil awalan dari jarak yang
sudah ditentukan, kemudian lari dengan secepat-cepatnya menuju ke bak lompat.
Setelah sampai pada tumpuan, salah satu kaki menumpu untuk melakukan lompatan
ke depan atas menuju bak lompat dan mendarat dengan menggunakan 2 kaki secara
bersamaan Pada waktu melayang di udara gaya yang digunakan adalah gaya
jongkok.
62
Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan
Pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing
Keterangan Program Latihan Pliometrik multiple box to box jumps with single leg
landing:
1. Latihan dilaksanakan dalam 3 bagian, yaitu :
a. Pendahuluan (pemanasan) selama 15 menit.
b. Inti (pelaksanaan program latihan)
Pelaksanaan latihan ini dimulai dengan posisi sampel berdiri menghadap
box yang diletakkan berjajar. Salah satu kaki melompat ke atas box,
kemudian melompat kedepan bawah dengan kaki yang sama. Gerakan
dilakukan berulang-ulang sampai enam kali. Latihan dilakukan sesuai
dengan intensitas yang telah ditentukan. Setelah itu melakukan istirahat
sesuai yang telah ditentukan. Kemudian melakukan lagi set berikutnya
sesuai dengan set yang telah ditetapkan pada program latihan. Setelah
selesai melakukan latihan fisik, kemudian dilanjutkan latihan lompat jauh
gaya jongkok.
Gambar Pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to box jumps with
single leg landing. (Chu, 1992:46)
c. Penenangan (penutup) selama 15 menit.
2. Repetisi dan set ditingkatkan setiap 2 minggu sekali.
63
Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan
Pliometrik single leg bounding
Keterangan Program Latihan Pliometrik single leg bounding:
1. Latihan dilaksanakan dalam 3 bagian, yaitu :
a. Pendahuluan (pemanasan) selama 15 menit.
b. Inti (pelaksanaan program latihan)
Pelaksanaan latihan ini dimulai dengan posisi sampel berdiri. Salah satu
kaki melompat ke depan atas dan jatuh dengan kaki yang sama. Gerakan
dilakukan berulang-ulang sampai enam kali. Latihan dilakukan sesuai
dengan intensitas yang telah ditentukan. Setelah itu melakukan istirahat
sesuai yang telah ditentukan. Kemudian melakukan lagi set berikutnya sesuai
dengan set yang telah ditetapkan pada program latihan. Setelah selesai
melakukan latihan fisik, kemudian dilanjutkan latihan lompat jauh gaya
jongkok.
Gambar Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding. (Chu,1992:61)
c. Penenangan (penutup) selama 15 menit.
2. Repetisi dan set ditingkatkan setiap 2 minggu sekali.
64
Lampiran 3.
Program Latihan
Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing
Minggu Ke Hari Repetisi Set Istirahat
Antar Set Ritme
Tes Awal
I
Selasa
Kamis
Sabtu
3
2
3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
II
Selasa
Kamis
Sabtu
3 2 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
III
Selasa
Kamis
Sabtu
4 3 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
IV
Selasa
Kamis
Sabtu
4 3 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
V
Selasa
Kamis
Sabtu
5 4 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
VI
Selasa
Kamis
Sabtu
5 4 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
Tes Akhir
65
Lampiran 4.
Program Latihan
Latihan Pliometrik Single Leg Bounding
Minggu Ke Hari Repetisi Set Istirahat
Antar Set Ritme
Tes Awal
I
Selasa
Kamis
Sabtu
3
2
3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
II
Selasa
Kamis
Sabtu
3 2 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
III
Selasa
Kamis
Sabtu
4 3 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
IV
Selasa
Kamis
Sabtu
4 3 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
V
Selasa
Kamis
Sabtu
5 4 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
VI
Selasa
Kamis
Sabtu
5 4 3 menit
Cepat
Cepat
Cepat
Tes Akhir
66
Lampiran 5.
Data Lompatan Terbaik Tes Awal Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas
V dan VI SDN Pengkok I
NO NAMA LOMPATAN TERBAIK
(m)
1 Fengki Kiki Yono 3.34
2 Fuad Dwi Saputro 3.55
3 Teguh Hariyanto 3.14
4 Aqsol Afif Ma'ruf 3.42
5 Depri Pujianto 3.45
6 Dwi Andriyono 3.44
7 Faisal Agung Prabowo 3.23
8 Joni Aryanto 2.82
9 Nanung Veriyan BP 2.29
10 Prengki Iwan Andi PS 2.91
11 Rosyid Prasetyo 2.3
12 Rendi Setyanto 2.31
13 Rahayu Sugiyanto 2.98
14 Sulis Setyawan 2.85
15 Toni Rohmadi 3.15
16 Tri Mustaim 2.87
17 Wahyudi 2.7
18 Widodo 2.4
19 Puput Jatmiko 2.42
20 Aminudin 2.46
21 Ananda Adi Prasetyo 2.88
22 Nova Ariyanto 3.25
23 Teguh Prasetyo 2.36
24 Ivan Rudiyanto 3.53
25 Alfian Mauli 2.48
26 Anang Prasetyo 2.33
27 Arif Taufik Hidayat 2.68
28 Dedy Khoirul Anwar 2.66
29 Eko Widi Priyanto 3.22
30 Febri Yulianto 3.05
31 Muhammad Yusuf 2.77
32 Nofa Ardiana 3.2
33 Nico Wisnu Haryanto 2.33
67
34 Rokhim 2.34
35 Shofa 2.75
36 Rosyid Fakhrudin 2.68
37 Latif Aji Saputro 2.95
38 Walid Al Afghani 3.18
39 Suwardi 2.9
40 M. Joni Kurniawan 2.59
68
Lampiran 6.
Data Lompatan Terbaik Tes Akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas
V dan VI SDN Pengkok I
NO NAMA LOMPATAN TERBAIK
(m)
1 Fengki Kiki Yono 3.51
2 Fuad Dwi Saputro 3.88
3 Teguh Hariyanto 3.4
4 Aqsol Afif Ma'ruf 3.7
5 Depri Pujianto 3.7
6 Devi Andriyono 3.75
7 Faisal Agung Prabowo 3.46
8 Joni Aryanto 3.19
9 Nanung Veriyan BP 2.8
10 Prengki Iwan Andi PS 3.22
11 Rosyid Prasetyo 2.7
12 Rendi Setyanto 2.8
13 Rahayu Sugiyanto 3.29
14 Sulis Setyawan 3.18
15 Toni Rohmadi 3.41
16 Tri Mustaim 3.25
17 Wahyudi 3.21
18 Widodo 2.81
19 Puput Jatmiko 2.83
20 Aminudin 2.8
21 Ananda Adi Prasetyo 3.18
22 Nova Ariyanto 3.55
23 Teguh Prasetyo 2.7
24 Ivan Rudiyanto 3.74
25 Alfian Mauli 2.9
26 Anang Prasetyo 2.78
27 Arif Taufik Hidayat 3.09
28 Dedy Khoirul Anwar 2.95
29 Eko Widi Priyanto 3.47
30 Febri Yulianto 3.3
31 Muhammad Yusuf 3.12
32 Nofa Ardiana 3.38
33 Nico Wisnu Haryanto 2.85
69
34 Rokhim 2.71
35 Shofa 3.13
36 Rosyid Fakhrudin 3
37 Latif Aji Saputro 3.27
38 Walid Al Afghani 3.38
39 Suwardi 3.2
40 M. Joni Kurniawan 3.15
70
Lampiran 7.
Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra
Kelas V dan VI SDN Pengkok I
NO NAMA Lompat Jauh GJ
Tes Awal Tes Akhir
1 Fengki Kiki Yono 3.34 3.51
2 Fuad Dwi Saputro 3.55 3.88
3 Teguh Hariyanto 3.14 3.4
4 Aqsol Afif Ma'ruf 3.42 3.7
5 Depri Pujianto 3.45 3.7
6 Dwi Andriyono 3.44 3.75
7 Faisal Agung P 3.23 3.46
8 Joni Aryanto 2.82 3.19
9 Nanung Veriyan BP 2.29 2.8
10 Prengki Iwan Andi 2.91 3.22
11 Rosyid Prasetyo 2.3 2.7
12 Rendi Setyanto 2.31 2.8
13 Rahayu Sugiyanto 2.98 3.29
14 Sulis Setyawan 2.85 3.18
15 Toni Rohmadi 3.15 3.41
16 Tri Mustaim 2.87 3.25
17 Wahyudi 2.7 3.21
18 Widodo 2.4 2.81
19 Puput Jatmiko 2.42 2.83
20 Aminudin 2.46 2.8
21 Ananda Adi P 2.88 3.18
22 Nova Ariyanto 3.25 3.55
23 Teguh Prasetyo 2.36 2.7
24 Ivan Rudiyanto 3.53 3.74
25 Alfian Mauli 2.48 2.9
26 Anang Prasetyo 2.33 2.78
27 Arif Taufik Hidayat 2.68 3.09
28 Dedy Khoirul A 2.66 2.95
29 Eko Widi Priyanto 3.22 3.47
30 Febri Yulianto 3.05 3.3
31 Muhammad Yusuf 2.77 3.12
32 Nofa Ardiana 3.2 3.38
33 Nico Wisnu H 2.33 2.85
71
34 Rokhim 2.34 2.71
35 Shofa 2.75 3.13
36 Rosyid Fakhrudin 2.68 3
37 Latif Aji Saputro 2.95 3.27
38 Walid Al Afghani 3.18 3.38
39 Suwardi 2.9 3.2
40 M. Joni Kurniawan 2.59 3.15
72
Lampiran 8
Data hasil tes awal lompat jauh gaya jongkok pada siswa
putra kelas V dan VI SD negeri Pengkok 1 tahun
pelajaran 2009/2010 berdasarkan urutan rangking.
No Nama Hasil Rangking
1 FUAD DWI S 3.55 1
2 IVAN RUDIYANTO 3.53 2
3 DEPRI PUJIANTO 3.45 3
4 DEVI ANDRIYONO 3.44 4
5 AQSOL AFIF 3.42 5
6 FENGKI KIKIYONO 3.34 6
7 NOVA ARIYANTO 3.25 7
8 FAISAL AGUNG 3.23 8
9 EKO WIDIYANTO 3.22 9
10 NOFA ARDIANA 3.2 10
11 WALID AL AFGHANI 3.18 11
12 TONI ROHMADI 3.15 12
13 TEGUH HARIYANTO 3.14 13
14 FEBRI YULIANTO 3.05 14
15 RAHAYU SUGIYANTO 2.98 15
16 LATIF AJI SAPUTRO 2.95 16
17 PRENGKI IWAN 2.91 17
18 SUWARDI 2.9 18
19 ANANDA ADI P 2.88 19
20 TRI MUSTAIM 2.87 20
21 SULIS SETYAWAN 2.85 21
22 JONI ARYANTO 2.82 22
23 MUHAMMAD YUSUF 2.77 23
24 SHOFA 2.75 24
25 WAHYUDI 2.7 25
26 ROSYID FAKHRUDIN 2.68 26
27 ARIF TAUFIK H 2.68 27
28 DEDI KHOIRUL A 2.66 28
29 M. JONI K 2.59 29
30 ALFIAN MAULI 2.48 30
31 AMINUDIN 2.46 31
32 PUPUT JATMIKO 2.42 32
33 WIDODO 2.4 33
34 TEGUH PRASETYO 2.36 34
73
35 ROKHIM 2.34 35
36 NICO WISNU H 2.33 36
37 ANANG P 2.33 37
38 RENDI S 2.31 38
39 ROSYID P 2.3 39
40 NANUNG V 2.29 40
74
Lampiran 9
Pemasangan subyek penelitian berdasarkan hasil tes awal lompat jauh gaya jongkok
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
No Nama
Jauh
Lompatan
(m)
Rangking Nama
Jauh
Lompatan
(m)
Rangking
1 FUAD DWI 3.55 1 IVAN R 3.53 2
2 DEVI.A 3.44 4 DEPRI P 3.45 3
3 AQSOL A 3.42 5 FENGKI K 3.34 6
4 FAISAL A 3.23 8 NOVA A 3.25 7
5 EKO W 3.22 9 NOFA A 3.2 10
6 TONI R 3.15 12 WALID AL 3.18 11
7 TEGUH H 3.14 13 FEBRI Y 3.05 14
8 LATIF AJI 2.95 16 RAHAYU S 2.98 15
9 PRENGKI 2.91 17 SUWARDI 2.9 18
10 TRI M 2.87 20 ANANDA A 2.88 19
11 SULIS S 2.85 21 JONI A 2.82 22
12 SHOFA 2.75 24 M. YUSUF 2.77 23
13 WAHYUDI 2.7 25 ROSYID F 2.68 26
14 DEDI .K.A 2.66 28 ARIF T 2.68 27
15 M. JONI K 2.59 29 ALFIAN M 2.48 30
16 PUPUT.J 2.42 32 AMINUDIN 2.46 31
17 WIDODO 2.4 33 TEGUH P 2.36 34
18 NICO W 2.33 36 ROKHIM 2.34 35
19 ANANG P 2.33 37 RENDI S 2.31 38
20 NANUNG 2.29 40 ROSYID P 2.3 39
75
Lampiran 10
Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir lompat jauh gaya jongkok pada
kelompok 1 (kelompok latihan pliometrik multiple box to box jumps with
single leg landing).
No Nama Tes Awal Tes Akhir Peningkatan
1 FUAD DWI S 3.55 3.88 0.33
2 DEVI A 3.44 3.75 0.31
3 AQSOL AFIF 3.42 3.7 0.28
4 FAISAL AGUNG 3.23 3.46 0.23
5 EKO W 3.22 3.47 0.25
6 TONI ROHMADI 3.15 3.41 0.26
7 TEGUH H 3.14 3.4 0.26
8 LATIF AJI S 2.95 3.27 0.32
9 PRENGKI IWAN 2.91 3.22 0.31
10 TRI MUSTAIM 2.87 3.25 0.38
11 SULIS S 2.85 3.18 0.33
12 SHOFA 2.75 3.13 0.38
13 WAHYUDI 2.7 3.21 0.51
14 DEDI KHOIRUL 2.66 2.95 0.29
15 M. JONI K 2.59 3.15 0.56
16 PUPUT JATMIKO 2.42 2.83 0.41
17 WIDODO 2.4 2.81 0.41
18 NICO WISNU H 2.33 2.85 0.52
19 ANANG P 2.33 2.78 0.45
20 NANUNG V 2.29 2.8 0.51
76
Lampiran 11
Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir lompat jauh gaya jongkok pada
kelompok 2 (kelompok latihan pliometrik single leg bounding).
No Nama Tes Awal Tes Akhir Peningkatan
1 IVAN R 3.53 3.74 0.21
2 DEPRI P 3.45 3.7 0.25
3 FENGKI K 3.34 3.51 0.17
4 NOVA A 3.25 3.55 0.3
5 NOFA ARDIANA 3.2 3.38 0.18
6 WALID AL A 3.18 3.38 0.2
7 FEBRI Y 3.05 3.3 0.25
8 RAHAYU S 2.98 3.29 0.31
9 SUWARDI 2.9 3.2 0.3
10 ANANDA ADI P 2.88 3.18 0.3
11 JONI ARYANTO 2.82 3.19 0.37
12 M.YUSUF 2.77 3.12 0.35
13 ROSYID F 2.68 3 0.32
14 ARIF TAUFIK 2.68 3.09 0.41
15 ALFIAN MAULI 2.48 2.9 0.42
16 AMINUDIN 2.46 2.8 0.34
17 TEGUH P 2.36 2.7 0.34
18 ROKHIM 2.34 2.71 0.37
19 RENDI S 2.31 2.8 0.49
20 ROSYID P 2.3 2.7 0.4
77
Lampiran 12
Uji Reliabilitas dengan Annava
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal lompat jauh gaya jongkok
Langkah I
No. I II III
T1 X12 X2
2 X3
2 T1
2
X1 X2 X3
1 3.3 3.26 3.34 9.9 10.89 10.6276 11.1556 98.01
2 3.28 3.24 3.55 10.07 10.7584 10.4976 12.6025 101.4049
3 2.92 2.85 3.14 8.91 8.5264 8.1225 9.8596 79.3881
4 3.42 3.36 3.2 9.98 11.6964 11.2896 10.24 99.6004
5 3.45 3.37 3.4 10.22 11.9025 11.3569 11.56 104.4484
6 3.2 3.32 3.44 9.96 10.24 11.0224 11.8336 99.2016
7 3.23 3.05 3.15 9.43 10.4329 9.3025 9.9225 88.9249
8 2.74 2.69 2.82 8.25 7.5076 7.2361 7.9524 68.0625
9 2.29 2.13 2.25 6.67 5.2441 4.5369 5.0625 44.4889
10 2.82 2.75 2.91 8.48 7.9524 7.5625 8.4681 71.9104
11 2.25 2.18 2.3 6.73 5.0625 4.7524 5.29 45.2929
12 2.27 2.16 2.31 6.74 5.1529 4.6656 5.3361 45.4276
13 2.96 2.84 2.98 8.78 8.7616 8.0656 8.8804 77.0884
14 2.67 2.78 2.85 8.3 7.1289 7.7284 8.1225 68.89
15 3.06 2.96 3.15 9.17 9.3636 8.7616 9.9225 84.0889
16 2.82 2.75 2.87 8.44 7.9524 7.5625 8.2369 71.2336
17 2.7 2.64 2.57 7.91 7.29 6.9696 6.6049 62.5681
18 2.4 2.35 2.32 7.07 5.76 5.5225 5.3824 49.9849
19 2.42 2.29 2.35 7.06 5.8564 5.2441 5.5225 49.8436
20 2.38 2.27 2.46 7.11 5.6644 5.1529 6.0516 50.5521
21 2.73 2.75 2.88 8.36 7.4529 7.5625 8.2944 69.8896
22 2.97 3.17 3.25 9.39 8.8209 10.0489 10.5625 88.1721
23 2.22 2.27 2.36 6.85 4.9284 5.1529 5.5696 46.9225
24 3.32 3.45 3.53 10.3 11.0224 11.9025 12.4609 106.09
25 2.48 2.34 2.4 7.22 6.1504 5.4756 5.76 52.1284
26 2.28 2.14 2.33 6.75 5.1984 4.5796 5.4289 45.5625
27 2.68 2.56 2.38 7.62 7.1824 6.5536 5.6644 58.0644
28 2.53 2.55 2.66 7.74 6.4009 6.5025 7.0756 59.9076
29 3.04 3.12 3.22 9.38 9.2416 9.7344 10.3684 87.9844
30 2.86 2.92 3.05 8.83 8.1796 8.5264 9.3025 77.9689
31 2.62 2.64 2.77 8.03 6.8644 6.9696 7.6729 64.4809
32 3.2 3.12 2.95 9.27 10.24 9.7344 8.7025 85.9329
33 2.33 2.22 2.3 6.85 5.4289 4.9284 5.29 46.9225
34 2.25 2.29 2.34 6.88 5.0625 5.2441 5.4756 47.3344
78
35 2.57 2.56 2.75 7.88 6.6049 6.5536 7.5625 62.0944
36 2.6 2.53 2.68 7.81 6.76 6.4009 7.1824 60.9961
37 2.72 2.87 2.95 8.54 7.3984 8.2369 8.7025 72.9316
38 2.98 3.06 3.18 9.22 8.8804 9.3636 10.1124 85.0084
39 2.9 2.78 2.86 8.54 8.41 7.7284 8.1796 72.9316
40 2.4 2.43 2.59 7.42 5.76 5.9049 6.7081 55.0564
Jumlah 110.26 109.01 112.79 332.06 309 303 324 2807
∑X1 ∑X2 ∑X2 ∑T1 ∑X12 ∑X2
2 ∑X2
2 ∑T1
2
Langkah II
EX = 332.06
EX2 = 936
ET12 = 2807
Langkah III
SST = ∑X2 - (∑X)
2
n.k
= 936.2966 - 110263.8
120
= 936.2966 - 918.87
= 17.43
SSA = ∑(Ti)2 - (∑X)
2
k n.k
= 2806.79 - 110263.8
3 120
= 935.5966 - 918.87
= 16.73
SSW = ∑X2 - ∑(Ti)
2
k
= 936.2966 - 2806.79
3
= 936.2966 - 935.5966
= 0.7
Langkah IV:
SST = SSA + SSW
= 16.73 + 0.7
= 17.43
79
Langkah V
dfT = (n) . (k) - 1
= (40) . (3) - 1
= 119
dfA = n - 1
= 39
dfW = n . (k - 1)
= 40 . (3 - 1)
= 80
Langkah VI
dfT =
dfA + dfW
= 39 + 80
= 119
Langkah VII
MSA = SSA
dfA
= 16.73
39
= 0.429
MSW = SSW
dfW
= 0.7
80
= 0.009
Langkah VIII
Letakkan semua harga yang diperoleh ke dalam tabel ANAVA
Sumber df SS MS
Diantara Subyek dfA = 39 SSA = 16.73 MSA = 0.4290
Dalam Subyek dfW = 80 SSW = 0.700 MSW = 0.0088
Total dfT = 119 SST = 17.43
Langkah IX
Sekarang dapat dihitung :
R = MSA - MSW
MSA
80
= 0.429 - 0.009
0.429
= 0.420
0.429
= 0.980
Dimasukkan ke dalam formula Spearman Brown :
r = 2 . rY1.Y2
1 + rY1.Y2
= 2 x 0.9796
1 + 0.9796
= 1.9592
1.9796
= 0.9897
Jadi nilai reliabilitas hasil tes awal Lompat Jauh Gaya Jongkok yaitu 0,9897.
81
Lampiran 13
Uji Reliabilitas dengan Annava
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir lompat jauh gaya jongkok
Langkah I
No. I II III
T1 X12 X2
2 X3
2 T1
2
X1 X2 X3
1 3.46 3.45 3.51 10.42 11.9716 11.9025 12.3201 108.5764
2 3.76 3.69 3.88 11.33 14.1376 13.6161 15.0544 128.3689
3 3.32 3.4 3.36 10.08 11.0224 11.56 11.2896 101.6064
4 3.65 3.48 3.7 10.83 13.3225 12.1104 13.69 117.2889
5 3.54 3.65 3.7 10.89 12.5316 13.3225 13.69 118.5921
6 3.63 3.54 3.75 10.92 13.1769 12.5316 14.0625 119.2464
7 3.29 3.46 3.39 10.14 10.8241 11.9716 11.4921 102.8196
8 3.05 3.19 3.13 9.37 9.3025 10.1761 9.7969 87.7969
9 2.72 2.66 2.8 8.18 7.3984 7.0756 7.84 66.9124
10 3.12 3.18 3.22 9.52 9.7344 10.1124 10.3684 90.6304
11 2.59 2.68 2.7 7.97 6.7081 7.1824 7.29 63.5209
12 2.56 2.8 2.79 8.15 6.5536 7.84 7.7841 66.4225
13 3.2 3.25 3.29 9.74 10.24 10.5625 10.8241 94.8676
14 2.84 2.95 3.18 8.97 8.0656 8.7025 10.1124 80.4609
15 3.23 3.4 3.41 10.04 10.4329 11.56 11.6281 100.8016
16 2.86 3.1 3.25 9.21 8.1796 9.61 10.5625 84.8241
17 3.06 3.11 3.21 9.38 9.3636 9.6721 10.3041 87.9844
18 2.64 2.73 2.81 8.18 6.9696 7.4529 7.8961 66.9124
19 2.79 2.79 2.83 8.41 7.7841 7.7841 8.0089 70.7281
20 2.62 2.76 2.8 8.18 6.8644 7.6176 7.84 66.9124
21 3.13 3.06 3.18 9.37 9.7969 9.3636 10.1124 87.7969
22 3.3 3.47 3.55 10.32 10.89 12.0409 12.6025 106.5024
23 2.58 2.7 2.64 7.92 6.6564 7.29 6.9696 62.7264
24 3.68 3.74 3.63 11.05 13.5424 13.9876 13.1769 122.1025
25 2.73 2.9 2.85 8.48 7.4529 8.41 8.1225 71.9104
26 2.55 2.64 2.78 7.97 6.5025 6.9696 7.7284 63.5209
27 2.86 2.98 3.09 8.93 8.1796 8.8804 9.5481 79.7449
28 2.74 2.89 2.95 8.58 7.5076 8.3521 8.7025 73.6164
29 3.4 3.47 3.34 10.21 11.56 12.0409 11.1556 104.2441
30 3.15 3.3 3.28 9.73 9.9225 10.89 10.7584 94.6729
31 2.86 3.12 2.95 8.93 8.1796 9.7344 8.7025 79.7449
32 3.16 3.32 3.38 9.86 9.9856 11.0224 11.4244 97.2196
33 2.72 2.65 2.85 8.22 7.3984 7.0225 8.1225 67.5684
34 2.62 2.67 2.71 8 6.8644 7.1289 7.3441 64
82
35 3.1 3.13 2.96 9.19 9.61 9.7969 8.7616 84.4561
36 2.85 3 2.93 8.78 8.1225 9 8.5849 77.0884
37 2.96 3.27 3.19 9.42 8.7616 10.6929 10.1761 88.7364
38 3.22 3.29 3.38 9.89 10.3684 10.8241 11.4244 97.8121
39 2.87 3.15 3.2 9.22 8.2369 9.9225 10.24 85.0084
40 3.12 2.93 3.15 9.2 9.7344 8.5849 9.9225 84.64
Jumlah 121.53 124.95 126.7 373.18 374 394 405 3518
∑X1 ∑X2 ∑X2 ∑T1 ∑X12 ∑X2
2 ∑X2
2 ∑T1
2
Langkah II
EX = 373.18
EX2 = 1174
ET12 = 3518
Langkah III
SST = ∑X2 - (∑X)
2
n.k
= 1173.608 - 139263.3
120
= 1173.608 - 1160.53
= 13.08
SSA = ∑(Ti)2 - (∑X)
2
k n.k
= 3518.385 - 139263.3
3 120
= 1172.795 - 1160.53
= 12.27
SSW = ∑X2 - ∑(Ti)
2
k
= 1173.608 - 3518.385
3
= 1173.608 - 1172.795
= 0.812667
Langkah IV:
SST = SSA + SSW
= 12.27 - 0.812667
= 13.08
83
Langkah VIII
Letakkan semua harga yang diperoleh ke dalam tabel ANAVA
Sumber df SS MS
Diantara Subyek dfA = 39 SSA = 12.27 MSA = 0.3146
Dalam Subyek dfW = 80 SSW = 0.813 MSW = 0.0102
Total dfT = 119 SST = 13.08
Langkah IX
Sekarang dapat dihitung :
R = MSA - MSW
MSA
Langkah V
dfT = (n) . (k) - 1
= (40) . (3) - 1
= 119
dfA = n - 1
= 39
dfW = n . (k - 1)
= 40 . (3 - 1)
= 80
Langkah VI
dfT =
dfA + dfW
= 39 + 80
= 119
Langkah VII
MSA = SSA
dfA
= 12.27
39
= 0.315
MSW = SSW
dfW
= 0.812667
80
= 0.010
84
= 0.315 - 0.010
0.315
= 0.304
0.315
= 0.968
Dimasukkan ke dalam formula Spearman Brown :
r = 2 . rY1.Y2
1 + rY1.Y2
= 2 x 0.9677
1 + 0.9677
= 1.9354
1.9677
= 0.9836
Jadi nilai reliabilitas hasil tes akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok yaitu 0,9836.
85
Lampiran 14
Uji Normalitas Data Dengan Metode
Lilliefors
1. Uji normalitas data tes awal pada kelompok 1.
Dari penghitungan data diperoleh:
M = 2.860
SD = 0.3979
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)}
1 2.29 -1.43 0.076 0.0500 0.0264
2 2.33 -1.33 0.092 0.1000 0.0082
3 2.33 -1.33 0.092 0.1500 0.0582
4 2.40 -1.16 0.123 0.2000 0.0770
5 2.42 -1.11 0.134 0.2500 0.1165
6 2.59 -0.68 0.248 0.3000 0.0517
7 2.66 -0.50 0.309 0.3500 0.0415
8 2.70 -0.40 0.345 0.4000 0.0554
9 2.75 -0.28 0.390 0.4500 0.0603
10 2.85 -0.03 0.488 0.5000 0.0120
11 2.87 0.03 0.512 0.5500 0.0380
12 2.91 0.13 0.552 0.6000 0.0483
13 2.95 0.23 0.591 0.6500 0.0590
14 3.14 0.70 0.758 0.7000 0.0580
15 3.15 0.73 0.767 0.7500 0.0173
16 3.22 0.90 0.816 0.8000 0.0159
17 3.23 0.93 0.824 0.8500 0.0262
18 3.42 1.41 0.921 0.9000 0.0207
19 3.44 1.46 0.928 0.9500 0.0221
20 3.55 1.73 0.957 1.0000 0.0427
Keterangan:
L-hitung = 0.117
L 0,95(20) = 0.190 (Lilliefors n = 20, dengan taraf nyata= 0,05)
Kesimpulan:
Karena Lhit < Ltab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi
normal
86
2. Uji normalitas data tes awal pada kelompok 2.
Dari penghitungan data diperoleh:
M = 2.848
SD = 0.3949
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
Keterangan:
L-hitung = 0.124
L 0,95(20) = 0.190 (Lilliefors n = 20, dengan taraf nyata = 0,05)
Kesimpulan:
Karena Lhit < Ltab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi
normal.
No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)}
1 2.30 -1.39 0.0823 0.0500 0.0323
2 2.31 -1.36 0.0869 0.1000 0.0131
3 2.34 -1.29 0.0985 0.1500 0.0515
4 2.36 -1.24 0.1056 0.2000 0.0944
5 2.46 -0.98 0.1635 0.2500 0.0865
6 2.48 -0.93 0.1762 0.3000 0.1238
7 2.68 -0.43 0.3335 0.3500 0.0165
8 2.68 -0.43 0.3335 0.4000 0.0665
9 2.77 -0.20 0.4207 0.4500 0.0293
10 2.82 -0.07 0.4721 0.5000 0.0279
11 2.88 0.08 0.5319 0.5500 0.0181
12 2.90 0.13 0.5517 0.6000 0.0483
13 2.98 0.33 0.6293 0.6500 0.0207
14 3.05 0.51 0.6950 0.7000 0.0050
15 3.18 0.84 0.7995 0.7500 0.0495
16 3.20 0.89 0.8133 0.8000 0.0133
17 3.25 1.02 0.8461 0.8500 0.0039
18 3.34 1.25 0.8944 0.9000 0.0056
19 3.45 1.52 0.9357 0.9500 0.0143
20 3.53 1.73 0.9582 1.0000 0.0418
87
3. Uji normalitas data tes akhir pada kelompok 1.
Dari penghitungan data diperoleh:
M = 3.225
SD = 0.3287
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)}
1 2.78 -1.35 0.0885 0.0500 0.0385
2 2.80 -1.29 0.0985 0.1000 0.0015
3 2.81 -1.26 0.1038 0.1500 0.0462
4 2.83 -1.20 0.1151 0.2000 0.0849
5 2.85 -1.14 0.1271 0.2500 0.1229
6 2.95 -0.84 0.2005 0.3000 0.0995
7 3.13 -0.29 0.3859 0.3500 0.0359
8 3.15 -0.23 0.4090 0.4000 0.0090
9 3.18 -0.14 0.4443 0.4500 0.0057
10 3.21 -0.05 0.4801 0.5000 0.0199
11 3.22 -0.02 0.4200 0.5500 0.1300
12 3.25 0.08 0.5319 0.6000 0.0681
13 3.27 0.14 0.5557 0.6500 0.0943
14 3.40 0.53 0.7019 0.7000 0.0019
15 3.41 0.56 0.7123 0.7500 0.0377
16 3.46 0.71 0.7611 0.8000 0.0389
17 3.47 0.75 0.7734 0.8500 0.0766
18 3.70 1.44 0.9251 0.9000 0.0251
19 3.75 1.60 0.9452 0.9500 0.0048
20 3.88 1.99 0.9767 1.0000 0.0233
Keterangan:
L-hitung = 0.130
L 0,95(20) = 0.190 (Lilliefors n = 20, dengan taraf nyata = 0,05)
Kesimpulan:
Karena Lhit < Ltab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi
normal.
88
4. Uji normalitas data tes akhir pada kelompok 2.
Dari penghitungan data diperoleh:
M = 3.162
SD = 0.3263
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)}
1 2.70 -1.42 0.0778 0.0500 0.0278
2 2.70 -1.42 0.0778 0.1000 0.0222
3 2.71 -1.39 0.0823 0.1500 0.0677
4 2.80 -1.11 0.1335 0.2000 0.0665
5 2.80 -1.11 0.1335 0.2500 0.1165
6 2.90 -0.80 0.2119 0.3000 0.0881
7 3.00 -0.50 0.3085 0.3500 0.0415
8 3.09 -0.22 0.4129 0.4000 0.0129
9 3.12 -0.13 0.4483 0.4500 0.0017
10 3.18 0.06 0.5239 0.5000 0.0239
11 3.19 0.09 0.5359 0.5500 0.0141
12 3.20 0.12 0.5517 0.6000 0.0483
13 3.29 0.39 0.6517 0.6500 0.0017
14 3.30 0.42 0.6628 0.7000 0.0372
15 3.38 0.67 0.7486 0.7500 0.0014
16 3.38 0.67 0.7486 0.8000 0.0514
17 3.51 1.07 0.8577 0.8500 0.0077
18 3.55 1.19 0.8830 0.9000 0.0170
19 3.70 1.65 0.9505 0.9500 0.0005
20 3.74 1.77 0.9616 1.0000 0.0384
Keterangan:
L-hitung = 0.117
L 0,95(20) = 0.190 (Lilliefors n=20, dengan taraf nyata= 0,05)
Kesimpulan:
Karena Lhit < Ltab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi
normal.
89
Lampiran 15
Uji Homogenitas
Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas antara hasil tes awal lompat
jauh gaya jongok pada kelompok 1 dan kelompok 2.
Hasil perhitungan data untuk uji homogenitas:
Variabel No.
Kelompok 1 Kelompok 2
Atributif Y1 Y12 Y2 Y2
2
1 3.88 15.05 3.74 13.99
2 3.75 14.06 3.70 13.69
3 3.70 13.69 3.51 12.32
4 3.46 11.97 3.55 12.60
5 3.47 12.04 3.38 11.42
6 3.41 11.63 3.38 11.42
7 3.40 11.56 3.30 10.89
8 3.27 10.69 3.29 10.82
9 3.22 10.37 3.20 10.24
Data Tes 10 3.25 10.56 3.18 10.11
11 3.18 10.11 3.19 10.18
12 3.13 9.80 3.12 9.73
13 3.21 10.30 3.00 9.00
14 2.95 8.70 3.09 9.55
15 3.15 9.92 2.90 8.41
16 2.83 8.01 2.80 7.84
17 2.81 7.90 2.70 7.29
18 2.85 8.12 2.71 7.34
19 2.78 7.73 2.80 7.84
20 2.80 7.84 2.70 7.29
Jumlah 64.50 210.07 63.24 201.99
Rerata 3.225 3.162
SD 0.329 0.326
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dihitung uji homogenitas dengan
rumus:
Fdbvb : dbvk = SD2bs
SD2kt
= 0.108
0.106
= 1.015
90
Dengan df = 20 lawan 20, angka F tabel = 2,120. Sedangkan harga Fhitung adalah
1,015, ternyata nilainya lebih kecil dari Ftabel. Sehingga hipotesis nol diterima, artinya
bahwa data kedua kelompok tersebut homogen.
91
Lampiran 16
Uji Perbedaan
Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan akhir
lompat jauh pada kelompok 1 dan kelompok 2.
Hasil Tes
No. Awal Akhir X12 X2
2
(X1) (X2)
1 3.55 3.88 13 15
2 3.53 3.74 12 14
3 3.45 3.70 12 14
4 3.44 3.75 12 14
5 3.42 3.70 12 14
6 3.34 3.51 11 12
7 3.25 3.55 11 13
8 3.23 3.46 10 12
9 3.22 3.47 10 12
10 3.20 3.38 10 11
11 3.18 3.38 10 11
12 3.15 3.41 10 12
13 3.14 3.40 10 12
14 3.05 3.30 9 11
15 2.98 3.29 9 11
16 2.95 3.27 9 11
17 2.91 3.22 8 10
18 2.90 3.20 8 10
19 2.88 3.18 8 10
20 2.87 3.25 8 11
21 2.85 3.18 8 10
22 2.82 3.19 8 10
23 2.77 3.12 8 10
24 2.75 3.13 8 10
25 2.70 3.21 7 10
26 2.68 3.00 7 9
27 2.68 3.09 7 10
28 2.66 2.95 7 9
29 2.59 3.15 7 10
30 2.48 2.90 6 8
31 2.46 2.80 6 8
32 2.42 2.83 6 8
92
33 2.40 2.81 6 8
34 2.36 2.70 6 7
35 2.34 2.71 5 7
36 2.33 2.85 5 8
37 2.33 2.78 5 8
38 2.31 2.80 5 8
39 2.30 2.70 5 7
40 2.29 2.80 5 8
Jumlah 114 128 332 412
Mean 2.85 3.19 8.29 10.30
a. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk kelompok awal:
Me = X = 114 = 2.854
N 40
SD2e = X
2 - Mx1
N
=
332
2.85
40
=
8.2946
8.145
= 0.149
SD2Me =
SD
2e
0.149
=
0.0038
Ne - 1 39
b. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk kelompok tes akhir :
Mk = X = 128 = 3.194
N 40
SD2k = X
2 - Mx1
N
=
412
3.194
40
93
=
10.301
10.198
= 0.103
SD2Mk =
SD
2e
0.103
=
0.003
Ne - 1 39
SDbM = SD2Mk + SD
2Me
=
0.0026
0.0038
= 0.0804
c. Statistik uji :
t = [Mk - Me]
SDbM
=
3.1935
2.854
0.0804
= 0.3395
0.0804
= 4.2217
Dari perhitungan diketahui harga t-hit = 4,2217 lebih besar dari t-tabel (0.05;40) = 1.680
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : ada perbedaan antara kelompok tes awal
dengan tes akhir.
94
Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan tes akhir
lompat jauh gaya jongkok pada kelompok 1.
Hasil Tes Kelompok 1
No. Awal Akhir X12 X2
2
(X1) (X2)
1 3.55 3.88 13 15
2 3.44 3.75 12 14
3 3.42 3.70 12 14
4 3.23 3.46 10 12
5 3.22 3.47 10 12
6 3.15 3.41 10 12
7 3.14 3.40 10 12
8 2.95 3.27 9 11
9 2.91 3.22 8 10
10 2.87 3.25 8 11
11 2.85 3.18 8 10
12 2.75 3.13 8 10
13 2.7 3.21 7 10
14 2.66 2.95 7 9
15 2.59 3.15 7 10
16 2.42 2.83 6 8
17 2.4 2.81 6 8
18 2.33 2.85 5 8
19 2.33 2.78 5 8
20 2.29 2.80 5 8
Jumlah 57 65 167 210
Mean 2.86 3.23 8.33 10.50
Std 0.397915622 0.328721607
3.16261
0.158336842
95
a. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk tes awal :
Me = X = 57 = 2.860
N 20
SD2e = X
2 - Mx1
N
=
167
2.86
20
=
8.3300
8.180
= 0.150
SD2Me =
SD2
e
0.150
=
0.0079
Ne - 1 19
b. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk tes akhir :
Mk = X = 65 = 3.225
N 20
SD2k = X
2 - Mx1
N
=
210
3.225
20
=
10.503
10.401
= 0.103
SD2Mk =
SD2e
0.103
=
0.005
Ne - 1 19
96
SDbM = SD2Mk + SD
2Me
=
0.0054
0.0079
= 0.1154
c. Statistik uji :
t = [Mk - Me]
SDbM
=
3.2250
2.860
0.1154
= 0.3650
0.1154
= 3.1626
Dari perhitungan diketahui harga t-hit = 3.1626 lebih besar dari t-tabel (0.05;40) = 1.680
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : ada perbedaan K1 antara tes awal dan tes akhir.
97
Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan tes akhir
lompat jauh gaya jongkok pada kelompok 2.
Hasil Tes Kelompok 2
No. Awal Akhir X12 X2
2
(X1) (X2)
1 3.53 3.74 12 14
2 3.45 3.70 12 14
3 3.34 3.51 11 12
4 3.25 3.55 11 13
5 3.2 3.38 10 11
6 3.18 3.38 10 11
7 3.05 3.30 9 11
8 2.98 3.29 9 11
9 2.9 3.20 8 10
10 2.88 3.18 8 10
11 2.82 3.19 8 10
12 2.77 3.12 8 10
13 2.68 3.00 7 9
14 2.68 3.09 7 10
15 2.48 2.90 6 8
16 2.46 2.80 6 8
17 2.36 2.70 6 7
18 2.34 2.71 5 7
19 2.31 2.80 5 8
20 2.3 2.70 5 7
Jumlah 57 63 165 202
Mean 2.85 3.16 8.26 10.10
Std 0.394869732 0.326328862
2.74127
0.155922105
98
a. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk tes awal :
Me = X = 57 = 2.848
N 20
SD2e = X
2 - Mx1
N
=
165
2.85
20
=
8.2592
8.111
= 0.148
SD2Me =
SD2
e
0.148
=
0.0078
Ne - 1 19
b. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk tes akhir :
Mk = X = 63 = 3.162
N 20
SD2k = X
2 - Mx1
N
=
202
3.162
20
=
10.099
9.998
= 0.101
SD2Mk =
SD2e
0.101
=
0.005
Ne - 1 19
99
SDbM = SD2Mk + SD
2Me
=
0.0053
0.0078
= 0.1145
c. Statistik uji :
t = [Mk - Me]
SDbM
=
3.1620
2.848
0.1145
= 0.3140
0.1145
= 2.7413
Dari perhitungan diketahui harga t-hit = 2,7413 lebih besar dari t-tabel (0.05;40) = 1.680
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : ada perbedaan K2 antara tes awal dan tes akhir.
100
Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan hasil tes akhir lompat jauh pada
kelompok 1 dan kelompok 2.
Hasil Tes Kelompok
No. II I X12 X2
2
(X1) (X2)
1 3.74 3.88 14 15
2 3.70 3.75 14 14
3 3.51 3.70 12 14
4 3.55 3.46 13 12
5 3.38 3.47 11 12
6 3.38 3.41 11 12
7 3.30 3.40 11 12
8 3.29 3.27 11 11
9 3.20 3.22 10 10
10 3.18 3.25 10 11
11 3.19 3.18 10 10
12 3.12 3.13 10 10
13 3.00 3.21 9 10
14 3.09 2.95 10 9
15 2.90 3.15 8 10
16 2.80 2.83 8 8
17 2.70 2.81 7 8
18 2.71 2.85 7 8
19 2.80 2.78 8 8
20 2.70 2.80 7 8
Jumlah 63 65 202 210
Mean 3.16 3.23 10.10 10.50
Std 0.326328862 0.328721607
0.60827
0.106490526
101
a. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk kelompok II :
Me = X = 63 = 3.162
N 20
SD2e = X
2 - Mx1
N
=
202
3.16
20
=
10.0994
9.998
= 0.101
SD2Me =
SD2
e
0.101
=
0.0053
Ne - 1 19
b. Menghitung Mx, SD2x, dan SD
2MX untuk kelompok I :
Mk = X = 65 = 3.225
N 20
SD2k = X
2 - Mx1
N
=
210
3.225
20
=
10.503
10.401
= 0.103
SD2Mk =
SD
2e
0.103
= 0.005
Ne - 1 19
SDbM = SD2Mk + SD
2Me
102
=
0.0054
0.0053
= 0.1036
c. Statistik uji :
t = [Mk - Me]
SDbM
=
3.2250
3.162
0.1036
= 0.0630
0.1036
= 0.6083
Dari perhitungan diketahui harga t-hit = 0,6083 lebih kecil dari t-tabel (0.05;40) = 1.680
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : tidak ada perbedaan antara kelompok I dan II.
103
Lampiran 17
Menghitung nilai peningkatan kemampuan lompat jauh dalam persen pada kelompok 1
dan kelompok 2.
1. Hasil penghitungan pada kelompok 1.
Mean test awal = 2,860
Mean tes akhir = 3,225
Mean different = 0,365
Prosentase peningkatan =
Mean different X 100%
Mean test awal
=
0,365 X 100% = 12,762%
2,860
2. Hasil penghitungan pada kelompok 2.
Mean test awal = 2,848
Mean tes akhir = 3,162
Mean different = 0,314
Prosentase peningkatan =
Mean different X 100%
Mean test awal
= 0,314
X 100% = 11,025%
2,848
Kesimpulan :
Dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan lompat
jauh pada kelompok 1 adalah sebesar 12,762%. Sedangkan peningkatan
kemampuan lompat jauh pada kelompok 2 adalah sebesar 11,025%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ternyata kelompok 1 memiliki peningkatan
kemampuan lompat jauh yang lebih baik daripada kelompok 2.
104
105
106
107
108
109
110
111
Pengarahan Tes Lompat Jauh dan Latihan Pliometrik
Pemanasan
112
Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing
Latihan pliometrik single leg bounding
113
Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok
Pengukuran Hasil Lompatan