Upload
haquynh
View
253
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN METODE SOSIODRAMA DALAM
PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 9
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
Zuzun Istiqomah
NIM: 1112011000043
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2017 M
i
ABSTRAK
Zuzun Istiqomah (NIM: 1112011000043). Pelaksanaan Metode Sosiodrama
dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Rendahnya kecerdasan emosional pada siswa berakibat pada perilaku
negatif siswa, sehingga perlu dikembangkan kecerdasan emosional pada usia
remaja. Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan untuk memiliki
kesadaran diri, pengaturan diri, pengendalian diri, dan motivasi yang tinggi serta
memiliki kecakapan sosial yang meliputi empati dan keterampilan sosial yang
tinggi. Sedangkan metode sosiodrama adalah salah satu metode yang dilakukan
dengan cara bermain peran agar siswa dapat menumbuhkan kreativitasnya.
Kecerdasan emosional disini sebagai output dari pelaksanaan metode sosiodrama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan metode
sosiodrama terhadap kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 9 Tangerang
Selatan yang berada di Jl. Lontar Martil Perum Serua Permai Benda Baru
Pamulang Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober-Desemer 2016 di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling.
Sedangkan Teknik analisis datanya dengan menggunakan teknik editing, skoring,
dan tabulating. Dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan bentuk
daftar ceklist. Selain itu, peneliti memperoleh data penunjang lainnya melalui
observasi dan wawancara.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa berdasarkan pelaksanaan
metode sosiodrama dalam pembelajaran PAI dapat diidentifikasi bahwa metode
sosiodrama sangat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
emosional siswa dengan prosentase 84,6%.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil-a’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, yang selalu mencintai dengan kasih sayang Aamiin yaa
rabbal ‘aalamiin.
Alhamdulillah, atas karunia dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PELAKSANAAN METODE
SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 9
TANGERANG SELATAN”
Terima kasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta
Ayahanda Matohar dan Ibunda Umul Istamah, atas segala pengorbanan dan
kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti
cinta, makna kehidupan serta telah mendidik penulis dengan kasih sayang sejak
kecil.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan
dan hambatan yang dihadapi. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai
pihak penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih juga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
4. Ibu Dr. Sururin, MA, selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan
Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan arahan, bimbingan dan
dukunganya selama perkuliahan.
5. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu sabar dalam memberikan membimbing dan memotivasi penulis.
6. Bapak Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama melaksanakan
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala SMP Negeri 9 Tangerang Selatan, yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Bapak Slamet Efendi, M, Pd selaku Guru PAI kelas VII di SMP Negeri 9
Tangerang Selatan, yang telah memberikan izin dan menyediakan waktu
pembelajaran untuk untuk penulis teliti.
9. Seluruh anggota keluarga tersayang yang selalu memberikan doa dan
semangat kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku Indriana Puspita, Nadia Hasanah, Mei Annisa dan
Masruroh yang selalu memberi semangat dan motivasi.
11. Teman-temanku PAI angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya keluarga PAI B yang telah memberikan semangat dan
bantuannya selama ini, semoga tali silaturrahmi kita tetap terjalin hingga
nanti.
Serta semua pihak yang berjasa, mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan
do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah
SWT. di dunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya
Jakarta, Januari 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
F. Kegunaan Penelitian ................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................... 10
1. Metode Sosiodrama............................................................... 10
a. Pengertian Metode ......................................................... 10
b. Pengertian Metode Sosiodrama ..................................... 11
c. Tujuan Metode Sosiodrama ........................................... 11
d. Langkah-langkah Metode Sosiodrama .......................... 13
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sosiodrama ............ 14
f. Komponen yang Terdapat dalam Metode Sosiodrama .. 15
2. Pembelajaran PAI ................................................................. 16
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................. 16
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ................................... 17
v
c. Tujuan Pendidikan Islam ............................................... 18
d. Ruang Lingkup ............................................................... 19
3. Pengertian Pengembangan .................................................... 19
4. Pengertian Kecerdasan Emosional ........................................ 20
a. Pengertian Kecerdasan ................................................... 20
b. Pengertian Emosi ........................................................... 21
c. Pengertian Kecerdasan Emosioanl ................................. 23
d. Komponen-komponen Kecerdasan Emosi .................... 25
e. Pengembangan Kecerdasan Emosi ................................ 33
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 38
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 41
B. Metode Penelitian ...................................................................... 41
C. Unit Analisis .............................................................................. 41
D. Instrumen Penenilitian ............................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 45
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 46
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP N 9 Tangerang Selatan ........................ 49
1. Sejarah Singkat SMP Negeri 9 Tangerang Selatan ............... 49
2. Profil Singkat SMP N 9 Tangerang Selatan ......................... 50
3. Visi dan Misi ......................................................................... 50
4. Sarana dan Prasarana ............................................................ 52
5. Data siswa ............................................................................. 53
6. Guru dan Tenaga Kependidikan ........................................... 55
7. Esktrakulikuler ...................................................................... 57
B. Temuan Hasil Penelitian ............................................................ 58
1. Tahap Persiapan ..................................................................... 58
2. Tahap Pelaksanaan ................................................................. 60
vi
3. Tahap Evaluasi ....................................................................... 63
4. Hasil Temuan Penelitian ........................................................ 64
C. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ................................ 65
1. Pengembangan Kecerdasan Emosional ................................ 67
2. Penerapan Metode Sosiodrama ............................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 88
B. Saran .......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil wawancara dengan Bpk Slamet
2. Hasil wawancara dengan Bpk Yadi
3. Hasil wawancara dengan ibu Siti Ruqoiyah
4. RPP
5. Angket
6. Naskah drama siswa
7. Surat bimbingan skripsi
8. Surat keterangan penelitian
9. Uji Referensi
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi nstrument
Tabel 3.2 Kriteria penilaian angket
Table 3.3 Skala persentasi
Tabel 4.1 Data Siswa Kelas VII
Tabel 4.2 Data Siswa Kelas VIII
Tabel 4.3 Data Siswa Kelas IX
Tabel 4.4 Data Keseluruhan Siswa
Tabel 4.5 Data Guru SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Tabel 4.6 Data Pegawai SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Tabel 4.7 Data Siswa Kelas VIII 1 SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Tabel 4.8 Saya engetahui hal-hal yang menyebabkan saya malas belajar
Tabel 4.9 Saya sadar bahwa perasaan malu untuk bertanya dapat mengganggu
kesulitan dalam belajar
Tabel 4.10 Jika saya belajar, maka nilai saya baik
Tabel 4.11 Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saya
Tabel 4.12 Saya mampu meredam emosi disaat sedang marah
Tabel 4.13 Jika saya sedang tertekan, saya akan mengarahkanya ke hal-hal yang
positif
Tabel 4.14 Saya menolak ajakan teman untuk membolos
Tabel 4.15 Masalah yang berat membuat saya tertekan
Tabel 4.16 Saya mudah tersinggung
Tabel 4.17 Saya berusaha mendapat nilai-nilai yang terbaik
Tabel 4.18 Saya berusaha masuk peringkat 10 besar setiap semesternya
Tabel 4.19 Saya berusaha untuk tidak menyontek saat ujian
ix
Tabel 4.20 Saya mampu bertindak tegas dalam membuat keputusan yang baik
walaupun dalam keadaan tertekan
Tabel 4.21 Saya dapat mengenali perasaan teman
Tabel 4.22 Saya berusaha merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain
Tabel 4.23 Saya berusaha menolong teman yang membutuhkan bantuan
Tabel 4.24 Saya menghargai perbedaan pendapat
Tabel 4.25 Saya mudah bergaul dengan orang lain
Tabel 4.26 Saya mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
Tabel 4.27 Saya dapat berkomunikasi dengan baik
Tabel 4.28 Metode sosiodrama membuat saya merasa lebih dihargai
Tabel 4.29 Saya antusias ketika pembelajaran PAI menggunakan metode
sosiodrama
Tabel 4.30 Saya lebih mudah memahami pembelajaran PAI dengan metode
sosiodrama
Tabel 4.31 Metode sosiodrama memudahkan menghafal materi pembelajaran
PAI
Tabel 4.32 Metode sosiodrama membuat minat belajar saya tinggi
Tabel 4.33 Metode sosiodrama menumbuhkan kreativitas
Tabel 4.34 Metode sosiodrama menumbuhkan rasa percaya diri saya berbicara
didepan kelas
Tabel 4.35 Saya memainkan peran dengan baik
Tabel 4.36 Saya merasa senang ketika bermain peran
Tabel 4.37 Saya mampu bekerjasama dengan baik
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ahli psikologi memandang manusia adalah makhluk yang secara alami
memiliki emosi. Menurut James, emosi adalah keadaan jiwa yang
menampakkan diri dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.1 Emosi
setiap orang adalah mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak
secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang
diliputi rasa marah, wajahnya akan memerah, nafasnya menjadi sesak, otot-
otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memuncak.
Pada dasarnya emosi manusia dapat dibagi menjadi dua kategori umum
jika dilihat dari dampak ditimbulkanya. Kategori pertama adalah emosi
posistif. Emosi positif memberikan dampak yang menyenangkan dan
menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks,
gembira, lucu, haru dan senang. Ketika kita merasakan emosi positif ini,
kitapun akan merasakan keadaan psikologis yang positif. Katagori yang
kedua adalah emosi negatif. Ketika kita merasakan emosi negative ini maka
dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan dan
menyusahkan. Emosi negatif diataranya adalah sedih, kecewa, putus asa,
depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan lain-lain. Emosi negatif
ini dapat menyebabkan akibat yang sangat buruk bagi pelajar, seperti:
gampang tersinggung, perkelahian, penggunaan obat-obat terlarang,
pembunuhan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain-lain.
Biasanya seseorang berusaha menghindari dan menghilangkan emosi
negatif ini. Ada kalanya seseorang mampu mengendalikanya, tetapi
adakalanya gagal melakukanya. Ketika gagal mengendalikan atau
1Trianto Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.ke-1,
h.11
2
menyeimbangkan emosi negatif ini maka ketika itu keadaan suasana hati
kita menjadi buruk.
Beberapa kasus yang berkaitan dengan ketidak mampuan seseorang
khususnya remaja dalam mengendalikan emosi negatifnya, diantaranya:
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya bulan Mei 2016 terjadi kasus
pemerkosaan paling sadis yang terjadi pada hari kamis tanggal 12 Mei 2016,
yang dilakukan oleh tiga orang pemuda salah satunya seorang remaja siswa
SMP di Tangerang yang berinisial RAL (15) membunuh korban bernama
EP (19). Menurut laporan pihak Polres Metro Tangerang dan Polda Metro
Jaya mengatakan jika motif pembunuhan terhadap EP itu dilakukan pelaku
karena merasa kesal dan marah karena korban tak mau diajak berhubungan
badan.
Hal ini menjukkan bahwa tugas seorang pelajar yang seharusnya belajar
menjadi seorang pembunuh dikarenakan tidak dapat mengontrol emosinya.
Padahal dalam kehidupan bermasyarakat dengan budaya dan berbgai macam
perilaku seseorang. Seharusnya anak bisa menghargai dan memahami sikap
dan karakter yang dimiliki oleh orang lain sehingga anak tidak melakukan
hal-hal yang merugikan dirinya maupun orang lain. Sebab inilah mengapa
kecerdasan emosi perlu dikembangkan dari kecil bahkan dalam usia remaja
pun harus benar-benar dibina dengan baik. Dari kasus yang dikemukakan
diatas, kasus tersebut terjadi karena ketidakmampuan setiap orang terutama
remaja dalam mengontrol emosi negatifnya, untuk itu perlu adanya
kecerdasan emosi yang diajarkan dan dikembangkan dalam dunia
pendidikan.
Kecerdasan emosi hendaknya dikembangkan dan perlu mendapat
perhatian serius dari para pendidik tingkat sekolah menegah pertama, karena
masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju
dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, emosional. Umumnya, masa ini
berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai 18 tahun, yaitu masa anak duduk
dibangku sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa
3
sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkunganya.
Masa remaja biasanya memiliki energi yang sangat besar, emosi yang
berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga
mengalami perasaan tidak aman, kurang percaya diri, tidak tenang, dan
khawatir kesepian.2
Remaja yang memiliki kecerdasan dalam mengelola emosinya akan
lebih objektif dan realistis dalam menganalisis masalahnya. Kemampuan
menganalisis permasalahanya secara objektif realistis ini akan mendorong
individu mampu menyelesaikan dengan baik. Sebaliknya, remaja yang
memiliki kecerdasan emosi yang rendah, tidak terampil dalam mengelola
emosinya sehingga permasalahan yang sedang dihadapinya tidak mampu
dipecahkan secara efektif.
Hasil pengamatan yang pernah peneliti lakukan selama PPKT di SMP
Negeri 9 Tangerang Selatan. Perkembangan emosi siswa pada usia 13 tahun
mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju remaja. Pada waktu di
Sekolah Dasar mereka terbiasa lebih banyak bermain akan tetapi menginjak
usia remaja memasuki jenjang SMP mereka dituntut untuk mengubah
kebiasaan tersebut. Tidak sedikit siswa yang mengalami kesukaran dalam
beradaptasi dengan lingkungan barunya. Mengikuti naluri mereka yang
dianggap benar, dan lain-lain. Seperti kasus yang terjadi dikelas 7.6, ada
salah satu siswa yang merasa tertekan karena orang tuanya sering
menyuruhnya belajar. Akibatnya anak menjadi stress dan tertekan.
Menurutnya, ia masih anak-anak dan butuh waktu untuk bermain, hal ini
yang menyebabkan anak tersebut sering membolos dan sering bertengkar
dengan ibunya dikarenakan hampir setiap malam ia habiskan waktunya
bukan untuk belajar tetapi nongkrong diwarung dengan temanya-temanya
yang bukan sebaya. Lebih disayangkan lagi ia juga kerap kali tidur didalam
kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung.
2Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikolgi Remaja; Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet.ke- 7, h. 767
4
Tidak hanya itu dikelas 8.3 ada salah satu siswi yang tidak dapat
ditebak suasana isi hatinya, ia kerap kali menangis tanpa alasan, menyendiri,
dan pingsan. Dan hal ini sering terjadi pada waktu pembelajaran sedang
berlangsung. Menurut teman-temannya siswi ini memang punya kebiasaan
seperti itu, dan menurut peneliti siswi ini kurang mampu memahami isi
hatinya sehingga ia merasa cara yang dapat digunakan untuk meluapkan isi
hatinya yaitu dengan menangis. Karena beberapa kali peneliti mencoba
mengajak berbicara namun siswi ini diam dan hanya tersenyum. dan masih
banyak lagi masalah yang berkaitan dengan keadaan emosional seperti
gampang tersinggung apabila ada temannya yang tidak sengaja menyenggol.
Bercanda yang berakhir dengan pertengkaran dan lain-lain.
Perubahan sikap atau tingkah laku pada remaja SMP ini mulai tampak.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwasanya remaja yang berada pada
masa transisi akan mengalami gejolak emosi yang tidak terduga. Hari-hari
yang dilalui dan aktivitas yang mereka lakukan banyak berada pada wilayah
belajar dan sekolah, para pendidik disekolah semestinya memahami hal-hal
yang berkaitan dengan perkembangan emosi remaja, sehingga dapat
menempatkan remaja ini pada proporsi sesuai dengan sesuai kondisi
perkembanganya.Salah satu tugas seorang pendidik adalah memastikan dan
membimbing mereka melalui masa remaja dengan sebaik-baiknya agar
tumbuh menajdi manusia dewasa yang sehat jasmani, mental dan emosional.
Pada tahun 2003 keluarlah Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan awal reformasi
pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola pembangunan SDM
dengan megedepankan SQ (kecerdasan spiritual), EQ (kecerdasan emosi)
dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan Intelektual). Oleh karena itu,
kecerdasan emosional harus selalu diasah. Penelitian-penelitian telah
menunjukkan bahwa ketrampilan EQ yang sama untuk membuat siswa yang
bersemangat tinggi dalam belajar, atau untuk disukai oleh teman-temanya di
area bermain, juga akan membantunya dua puluh tahun kemudian ketika
sudah masuk dunia kerja atau ketika sudah berkeluarga.
5
Kualitas pendidikan umumnya dikaitkan dengan tinggi rendahnya
prestasi yang ditunjukan dengan kemampuan siswa mencapai skor dalam tes
dan kemampuan lulusan mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan. Padahal
kecerdasan yang sering dinyatakan dengan angka IQ (Intelligensi Quotient),
bukan satu-satunya jaminan kesuksesan seorang anak dimasa depan. Faktor
lain yang perlu mendapat perhatian serius dari orang tua adalah kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosi terdapat beberapa aspek antara lainmengenali
emosi diri, mengelola emosi, motivasi, empati dan kesadaran diri. Dimana
siswa diharapkan memiliki semangat yang tinggi dan akan berusaha keras
untuk belajar dalam mengikuti pembelajaran serta memiliki sikap percaya
diri terhadap kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang bermotivasi tinggi
senang kesekolah dan menyerap proses belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran tidak akan merasa tertekan dan paksaan dari siapapun. Jika
anak senang mengikuti pembelajaran materi yang disampikan akan mudah
diserap dan dipahami.
Konsep kecerdasan emosional dapat dikembangkan dengan baik oleh
peserta didik ketika disajikan dalam bentuk empiris. Dalam kurikulum
pendidikan nasional, penanaman kecerdasan emosional ini terintegrasikan
dalam berbagai bidang studi, diantaranya adalah bidang studi pendidikan
agama islam (PAI). Arti pendidikan Islam dapat dipahami sebagai
pendidikan yang secara khas memiliki ciri keislaman, artinya kajian
pendidikan islam bukan sekedar menyangkut aspek normatif ajaran islam,
tetapi juga terapanya dalam ragam materi, intitusi, budaya, nilai, dan
dampaknya terhadap pemberdayaan umat.3
Kedudukan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang
diajarkan disekolah merupakan upaya penyampaian ilmu pengetahuan
agama islam tidak hanya untuk dihayati dan difahami tetapi juga diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
3Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif,
(Jakarta: Amzah, 2013), Cet. Ke-1, h. 25
6
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, islam mengupayakan
pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang dengan
terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna. Diharapkan dapat
melaksanakan fungsi pengabdianya sebagai khalifah dimuka bumi seperti
dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30
“ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."
Untuk dapat melaksanakan pengabdian tersebut harus dibina potensi
yang dimiliki yaitu potensi spiritual, kecerdasan, perasaan, dan kepekaan.
Potensi-potensi itu sesungguhnya merupakan kekayaan dalam diri manusia
yang amat berharga.4
Salah satu kunci keberhasilan pengajaran bilamana guru memiliki dan
menguasai metodologi pengajaran secara baik. Tidak sedikit kegagalan guru
dalam mengajar disebabkan oleh lemahnya penguasaan metodologi
pengajaran tersebut. Sebagai guru, tidak boleh hanya mengajarkan siswa
untuk belajar secara lebih efektif tetapi juga harus memonitor bagaimana
biasanya mereka belajar (learn and study). Kadang-kadang guru
mendapatkan ide mengenai pendekatan mereka terhadap tugas belajar
dikelas dengan menanyakan apa yang merka kerjakan secara mental ketika
mereka belajar. Apa yang siswa lakukan juga bisa menjadi informasi
belajar. Dengan demikian penggunaan metode yang sesuai dengan
4Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997), Cet. Ke-1, h.
53-54
7
kebutuhan siswa dan mengusai metode tersebut serta memahami kebiasaan
mereka belajar diharapkan siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
Kecerdasan emosi mempengaruhi keberhasilan anak pada masa
mendatang karena aspek tersebut dapat mengarahkan pikiran dan tindakan
mereka dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu kecerdasan emosi anak perlu
ditingkatkan dan dikembangangkan. Banyak metode yang dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran kurikulum tingkat SMP, salah satu
metode yang dapat digunakan dalam menunjang dan meningkatkan
kecerdasan emosional siswa dalam pembelajaran SMP khususnya mata
pelajaran PAI adalah metode sosiodrama. Karena proses belajar dengan
menggunakan metode sosiodrama sangat kuat kandungan emosinya dan
informasi yang didapat akan masuk kedalam memori jangka panjang siswa.
Serta mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan dapat bertanggung jawab
terhadap tugas masing-masing individu.
Selain berguna bagi kehidupanya dimasa mendatang, Allah SWT juga
akan memberikan pahala bagi orang yang berilmu dan akan meninggikan
derajatnya. Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 11:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
Ayat diatas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang
pertama sekedar beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman dan
beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini
menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangya, tetapi
juga amal dan pengajaranya kepada pihak lain, baik secara lisan, atau
tulisan, maupun dengan keteladanan.5 Jadi ayat diatas dapat dijadikan
sebagai acuan bagi guru ataupun siswa agar lebih bersemangat dan
bersungguh dalam menuntut ilmu.
5M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an, jilid 13,
(Jakarta:Lentera Hati, 2002), h. 491
8
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengadakan penelitian dengan
judul “PELAKSANAAN METODE SOSIODRAMA DALAM
PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 9 TANGERANG SELATAN”
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Minimnya guru dalam menggunakan dan menguasai berbagai metode
pembelajaran yang dapat menunjang kecerdasan emosional siswa.
2. Penggunaan metode pembelajaran PAI yang selama ini digunakan
berakibat pada kurang berkembangya kecerdasan emosional siswa.
3. Masih sedikit guru PAI yang merapkan metode sosiodrama
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai pengembangan kecerdasan
emosional melalui metode sosiodrama maka penulis memberi batasan-
batasan agar dalam penelitian ini permasalahan lebih terarah dan terfokus.
Maka penelitian ini dibatasi pada: Pelaksanaan metode sosiodrama dalam
pembelajaran PAI kelas VIII.1 pada materi kaum muslimin setelah hijrah
terhadap kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan
apakah pelaksanaan metode sosiodraama dalam pembelajaran PAI
berpengaruh terhadap kecerdasan emosionl siswa di SMP Negeri 9
Tangerang selatan?
9
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pelaksanaan metode sosiodrama pada mata pelajaran PAI
dikelas VIII.1 terhadap perkembangan kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 9 Tangerang Selatan.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi banyak
pihak, adapaun manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah dapat
memberikan suasana baru yang menyenangkan dalam pembelajaran PAI,
melalui metode sosiodrama diharapkan siswa lebih tertarik mengikuti
pembelajarn yang variatif dari guru. Sehingga kemampuan emosional siswa
akan meningkat dan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi
peneliti mengenai pentingya penggunaan metode pembelajaran yang variatif
khususnya metode sosiodrama, yang mampu meningkatkan kecerdasan
emosional siswa.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Metode Sosiodrama
a. Pengertian Metode
Menurut M. Rianto, “Metode Pembelajaran Adalah seperangkat
komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas
pembelajaran”.1
Menurut Iif Khoiru Ahmadi, dkk, “Metode pembelajaran adalah
cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi
tertentu”.2
Menurut Abdul Majid, “Metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimak”.3
Sedangkan menurut Muhammad Yaumi, “Metode adalah alat
atau cara yang digunakan untuk mengajarkan materi pembelajaran
kepada peserta didik.4
Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk mempermudah peserta didik dalam
memahami pembelajaran.
1 M.Riyanto, Pendekatan dan metode pembelajaran, (Malang: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah proyek peningkatan pusat
pengembangan penataran guru IPS dan PMP), h. 32 2 Iif Khiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2011), Cet. Ke-1, h. 101
3 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. Ke-1,
h.193 4 Muhmamad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet.
ke-1, h. 224
11
b. Pengertian Metode Sosiodrama
Menurut Tukiran, “Sosiodrama (role playing) berasal dari kata
sosio dan drama. Sosio berarti social menunjuk pada objeknya yaitu
masyarakat menunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan”.5
Menurut S. Sagala, “Metode sosiodrama berarti cara menyajikan
bahan pelajaran dengan mempertunjukan dan mempertontonkan atau
mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan social”.6
Menurut Zakiah, “Metode sosiodrama atau sandiwara dilakukan
oleh sekelompok orang, untuk memainkan suatu cerita yang telah
disusun naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan. Adapun
pelakunya harus memahami lebih dahulu tentang peranan masing-
masing yang akan dibawakanya”.7
Menurut Munif Chatib, “Sosiodrama adalah salah satu strategi
multiple intelligence yang sangat efektif memasukkan informasi
materi belajar kedalam memori jangka panjang siswa”.8
Dari penjelasan di atas dapat simpulkan metode sosiodrama
adalah salah satu metode yang dapat dilakukan dengan cara bermain
peran atau mendramatisasikan suatu peristiwa agar siswa dapat
memahami pembelajaran dengan baik dengan mengasah kreativitas
siswa.
.
c. Tujuan Metode Sosidrama
Bermain peran atau sosiodrama sebagai suatu model
pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna
diri (jati diri) didunia social dan memecahkan dilema dengan
bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar
5 Tukiran Taniredja, Model-model pembelajaran inovatif dan efektif, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet. Ke-4, h. 39 6 S Sagala, Konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika
belajar dan mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 213 7 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
Cet. Ke-4, h. 301
8 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013) Cet. Ke-12, h. 163
12
menggunakan konsep peran, menyadari adanya konsep-konsep yang
berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain.9
Kesan dari peran atau drama yang dimainkanya sendiri akan besar
pengaruhnya kepada perkembangan jiwa anak didik baik yang
langsung berperan dalam sandiwara, maupun yang menyaksikan.
Oleh karena itu, metode sosiodrama ini akan lebih banyak
berpengaruh terhadap perubahan sikap kepribadian anak didik.10
Menurut Syaiful Bahri, tujuan penggunaan metode sosiodrama
antara lain sebagai berikut:
1) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang
lain.
2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
3) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi
kelompok dalam sepontan
4) Merangsang kelas untuk berfikir dan menyelesaikan masalah.11
Menurut Oemar Hamalik, tujuan bermain peran sesuai dengan
jenis belajar, diantaranya:
1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu
sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuanya adalah
untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau
ketrapilan-ketrampilan reaktif.
2) Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama
menyamakan diri dengan pelaku (actor) dan tingkah laku
mereka.
3) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari
(menanggapi) perilaku para pemain/pemegang peran yang telah
ditampilkan. Tujuanya adalah untuk mengembangkan prosedur-
9 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran; menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif
dan efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), Cet. Ke-10, h. 26
10
Daradjat, op. cit., h. 302 11
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. Ke-
4, h. 88
13
prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku
ketrampilan yang telah didramatisasikan.
4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para
peserta dapat memperbaiki ketrampilan-ketrampilan mereka
dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.12
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan tujuan metode
bermain peran adalah proses bermain peran ini dapat memberikan
contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana
bagi siswa untuk:
1) Menggali perasaanya
2) Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh
terhadap sikap, nilai dan presepsinya
3) Mengembangkan ketrampilan dan sikap dalam menyelesaikan
segala masalah, dan
4) Mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara. Dengan
demikian, jika siswa terjun ke masyarakat kelak, ia dapat
menempatkan dirinya dalam segala situasi Dimana begitu
banyak peran tejadi seperti dalam lingkungan keluarga,
tetangga, lingkungan kerjanya dan lain-lain.
d. Langkah-Langkah Metode Sosiodrama
Menurut Iif Khoiru Ahmadi, prosedur dalam bermain peran atau
sosiodrama terdiri atas sembilan langkah yaitu:
1) Pemanasan
2) Memilih partisipan
3) Menyiapkan pengamat
4) Menata panggung
5) Memainkan peran
6) Diskusi dan evaluasi
12 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan system, (Jakarta: Bumi
aksara, 2005) cet. Ke-4, h.199
14
7) Memainkan peran ulang (manggung ulang)
8) Diskusi dan evaluasi kedua
9) Berbagai pengalaman dan kesimpulan.13
Menurut Syaiful Bahri, langkah-langkah metode sosiodara
sebegai berikut:
1) Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik
perhatian siswa untuk dibahas.
2) Ceritakan kepada siswa mengenai isi atau maksud yang
terkandung dalam maslaah tersebut.
3) Tetapkan siswa yang bersedia bermain peran didepan kelas
4) Menjelaskan kepada pendengar mengenai pernana mereka
5) Memberi kesempatan kepada pemain untuk melakukan
persiapan
6) Akhiri sosiodrama pada waktu pembicaraan mencapai
ketegangan
7) Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama
memcehkan maslah persoalan yang ada pada sosiodrama
tersebut, dan
8) Menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan
lebih lanjut.14
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sosiodrama
Keunggulan metode sosiodrama adalah:
1) Siswa terlatih untuk mendramatisasikan sesuatu dan juga
melatih keberanian mereka
2) Kelas akan menjadi hidup karena menarik perhatian para siswa
3) Siswa dapat menghayati sesuatu peristiwa sehingga mudah
mengambil suatu kesimpulan berdasarkan penghayatanya
sendiri
13 Ahmadi, op. cit., h. 34
14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. Ke-4, h. 89
15
4) Siswa dilatih dalam menyusun sebuah pikiran secara teratur.
Adapun kelemahan metode ini adalah :
1) Banyak menyita waktu atau jam pelajaran
2) Memerlukan persiapan yang teliti dan matang
3) Kadang-kadang siswa berkebaratan untuk melakukan peranan
yng diberikan karena alasan psikologis, seperti rasa malu, peran
yang diberikan kurang cocok dengan minatnya, dan sebagainya
4) Bila dramatisasi gagal, siswa tidak dapat mengambil suatu
kesimpulan.15
f. Komponen yang Terdapat dalam Metode Sosiodrama
Adapun poin-pin penting dalam metode sosiodrama sebagai
berikut:
1) Pemeran
Pemeran dalam drama dimainkan oleh siswa-siswi.
Terkadang, tidak semua siswa dapat berperan, mungkin hanya
sebagian. Namun, siswa yang tidak kebagian peran dapat
menjadi penanya atau interuptor. Akhirnya, dapat dikatakan
bahwa sebenarnya semua siswa pemeran drama atau sebagai
penonton yang interaktif. Keterlibatan siswa untuk memainkan
drama dalam materi pembelajaran inilah yang akan membuat
proses pembelajaran masuk kedalam memori jangka panjang
siswa. Selain itu terdapat pemeran host, pemeran host ini sangat
penting. Fungsinya sebagai pemutus cerita agar waktu yang
digunakan tidak terlalu lama.
2) Skenario atau naskah
Skenario yang digunakan berupa lembaran-lembaran naskah
yang berisi kalimat yang harus diucapkan oleh pemeran dalam
drama. Keterlibatan emosi siswa untuk berperan menjadi tokoh,
15
Basyirudin Usman, Metodologi pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
h. 51-52
16
secara otomatis menyebabkan siswa punya pemahaman materi
yang kuat.
3) List Skenario (daftar scenario)
List skenario berupa urutan-dalam bentuk nomor urut yang
mengatur jalannya sosiodrama sejak awal hingga akhir.
4) Teaching aids
Teaching aids dalam strategi sosiodrama dapat beragam;
bisa berupa pakaian para tokoh, perangkat yang mungkin
digunakan dalam drama, atau gambar-gambar afirmasi
(penegasan) yang sesuai.
5) Pertanyaan umpan balik atau feedback
Puncak strategi pembelajaran sosiodrama adalah meminta
umpan balik/feedback kepada siswa tentang pelaksanaan
sosiodrama dengan cara membuat beberapa pertanyaan tingkat
tinggi.
2. Pembelajaran PAI
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam adalah “Usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalakan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihann yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan”.16
Muhaimin juga menjelaskan, Pendidikan Agama Islam adalah
“usaha sadar dalam bimbingan, pengajaran atau latihan yang
dilakukan secara terencana dan sadar atas tujuan yang hendak
dicapai”.17
16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006) h. 132 17
Muhaimin, Suti‟ah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012) h. 76
17
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah
“Suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadkan Islam sebagai pandangan hidup.18
Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah mata pelajaran
yang dikembangkan dari materi pokok pendidikan agama Islam (al-
Qur‟an dan Hadis, aqidah, akhlak, fiqih dan sejarah peradaban
Islam) agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan,
kecerdasan, serta keterampilan spiritual keagamaan, sehingga
membentuk pribadi yang berakhlakul karimah yang diperlukan
dirinya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah madrasah berfungsi
sebagai berikut:
1) Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah yang ditanankan dalam lingkungan
keluarga.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3) Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan social
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam
4) Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam
kehidupan sehari-hari
18 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-10, h. 86
18
5) Pencegahan yaitu untuk menyangkal hal-hal negatif dari
6) lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
7) Pengajaran yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum sistem dan fungsionalnya.
8) Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.19
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam Permendikbud no Nomor 59 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah,
tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu:
Untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang
mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam,
terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga
dapat dijadikan bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau
mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif
yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.20
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam disekolah atau di
madrasah memiliki tujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tenang
agama Islam sehingga menjadi pribadi muslim yang salih atau
salihah yang terus berkembang dalam hal keimanan dan ketaqwaan
19
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op.Cit h.135 20
Permendikbud no Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah, Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
19
kepada Allah SWT di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam sangat luas karena
ajaran Islam memuat ajaran tentang hidup manusia di dunia dan
akhirat dan berisi pedoman manusia dalam menjalani kehidupannya
di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupan sejahtera di akhirat
nanti. Sehingga ruang lingkup pendidikan Agama Islam meliputi
keserasian keselasasan dan keseimbangan antara:
1) Hubungan manusia dengan Allah.
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia
3) Hubungan manusia dengan diri sendiri
4) Hubungan manusia dengan lingkungannya.
Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi lima
unsur pokok yaitu: Al Qur‟an, Aqidah, Akhlak, Syariah, dan Tarikh.
Pada tingkat sekolah dasar penekanan diberikan pada empat unsur
pokok yaitu keimanan, ibadah, akhlak dan al qur‟an. Sedangkan
pada sekolah lanjut tingkat pertama dan sekolah menengah atas
disamping empat unsur pokok diatas, maka unsur pokok syariah
semakin dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara
seimbang pada suatu pendidikan.21
Dalam pendidikan Islam berbagai ciri yang menandai
kecerdasan emosional siswa terdapat pada pendidikan akhlak. Para
pakar pendidikan Islam dengan berbagai ungkapan pada umumnya
sepakat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membina
pribadi yang berakhlak.
Adapun yang dimaksud pengembangan kecerdasan emosional
dalam pembelajaran PAI dalam penelitian ini adalah bagaimana guru
21
Ramayulis, Metododologi Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. Ke-
4 h. 22-23.
20
PAI dalam membentuk siswa menjadi lebih baik dan sempurna
dengan suatu kemampuan untuk mengetahui, memahami, mengenali
dan merasakan keinginan lingkunganya serta dapat mengambil
hikmah sehingga akan memperoleh kemudahan dalam berinteraksi
.
3. Pengertian Pengembangan
Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar “kembang” yang artinya mekar, terbuka, atau membentang
menjadi besar, menjadi bertambah sempurna (pribadi, pikiran,
pengetahuan, dsb), menjadi banyak. Dengan begitu pengembangan
berarti proses, cara, perbuatan mengembangkan atau menjadikan sesuatu
lebih baik dan sempurna.22
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002
Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah
terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan
teknologi baru.
Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik
formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana,
terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian
yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, ketrampilan sesuai dengan
bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuan sebagai bekal atas
prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri
kearah tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan manusiawi yang
optimal serta pribadi mandiri.23
22
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 414 23
Iskandar Wiryokusumo, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), h. 55
21
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah
untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi kualitas yang
dihasilkan menjadi sempurna.
4. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan dalam
bahasa arab disebut al-dzaka. Menurut arti bahasa adalah
pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu dalam arti,
kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara tepat dan
sempurna.24
Menurut M. Alisuf, “Kecerdasan adalah kata benda yang
menerangkan kata kerja atau keterangan. Seseorang menunjukkan
kecerdasanya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi
cerdas atau bodoh, kecerdasan seseorang dapat dilihat dalam caranya
orang tersebut atau bertindak”.25
Menurut Akyas Azhari, “Intelligensi berasal dari kata lain ialah
(intelligere) yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu
sama lain (to organize, to relate, to behind together)”.26
David Wechler, seorang penguji kecerdasan. “Kecerdasan
adalah “kemampuan sempurna (komprehensif) seseorang untuk
berprilaku terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik
dengan lingkunganya”.27
24
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-2, h. 265 25
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. Ke-4 h.
115 26
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembanganya, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 142 27
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Ter. Dari Adz-Dzaka’
Al-Lathifi wa Ash-Shihhah Al-Athifiyah oleh Muhammad Muchson Anasy, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2010), Cet. Ke- 4, h. 13
22
Menurut William Stern sebagaimana dikutip oleh Akyas Azhari,
“Inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk menyesuaikan diri
dengan cepat dan tepat dalam situasi yang baru”.28
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, kecerdasan adalah
kemampuan mental individu yang tepat dipergunakan untuk
menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru, serta dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan cepat dan
tepat.
b. Pengertian Emosi
Dalam kamus psikolgi, Emosional adalah Pertama, berkaitan
dengan ekspresi emosi, atau dengan perubahan-perubahan yang
mendalam yang menyertai emosi, Kedua mencirikan individu yang
mudah terangsang untuk menampilkan tingakh laku emosional.29
Menurut Agus Efendi, “Akar kata emosi adalah movere yang
berarti (menggerakkan, bergerak)”.30
Menurut Goleman, “Emosi
adalah kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”.31
Goleman juga
mengemukakan beberapa macam emosi, diantaranya:
1) Amarah: Beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,
kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan,
tindakan kekerasan dan kebencian patologis.
2) Kesedihan: Pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi
berat.
3) Rasa takut: Cemas, takut, gugup, khawatir, was was,
perasaan takut sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri,
takut, fobia, dan panik.
4) Kenikmatan: Bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, rasa,
28
Ibid 29
J ames P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Dictionary of Psichology oleh Kartini
Kartono, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-9, h. 56 30
Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 176 31
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, Terj. Hermaya, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 411
23
terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa,
senang, senang sekali dan batas ujungya mania.
5) Cinta: Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.
6) Terkejut: Terkejut, terkesiap, takjup, dan terpana.
7) Jengkel: Hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau
muntah.
8) Malu: Rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan
hati hancur lebur.
Menurut Syamsu Yusuf , “Emosi merupakan warna afektif yang
menyertai setiap keadaan atau prilaku individu. Yang dimaksud
warna afektif ini adalah perasaan tertentu yang dialami pada saat
seseorang menghadapi situasi tertentu. Contohnya; gembira, bahagia,
putus asa, terkejut, benci, dan sebagainya”.32
Menurut M. Alisuf Sabri, “Perasaan dan emosi adalah berbeda.
Pada perasaan terdapat kesedihan kontak dengan situasi luar (baik
positif maupun negatif), sedangkan pada emosi kontak itu seolah-
olah menjadi retak atau terputus (misalnya terkejut, ketakutan,
mengantuk, dan sebagainya)”.33
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah
pergolakan pikiran yang mendorong seseorang untuk bertindak
dalam memberikan respon.
c. Kecerdasan emosional
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknologi, khususnya dalam dikemukakan satu kecerdasan manusia
yang cara kerjanya berbeda dengan model kecerdasan intelektual
(IQ), yaitu kecerdasan emosi.
Menurut Davies dan rekan-rekanya (1998) sebagaimana dikutip
oleh Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, “Intelegensi
emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi
32
Syamsu Yusuf LN, M,Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Karya, 2010), Cet. Ke-11, h. 115 33
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2001), h. 74
24
dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan
lainya, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses
berfikir serta perilaku seseorang”.34
Menurut Salovy dan Mayer “Kecerdasan emosi adalah sebagai
kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan
orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk
memandu pikiran dan tindakan”.35
Menurut Ary Ginanjar, “Kecerdasan emosi adalah kemampuan
untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran suara
hati. Suara hati itulah yang harus dijadikan pusat prinsip dalam
memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaa”.36
Menurut Reuven Bar-On sebagaimana dikutip oleh Steven J.
Stein dan Howard E. Book, dalam bukunya Hamzah B. Uno,
“Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampun, kompetensi,
dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
ligkungan”.37
Menurut Nana Syaodih, “Kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengendalikan diri atau emosi, memelihara dan
memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah
atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress, dapat
merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan”.38
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan kecerdasan emosi
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali emosi,
mengelola emosi, mengetur emosi diri sendiri dan mengenali emosi
34
Monty P, op. cit., h. 27 35
Daniel Goleman, Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005), h. 513 36
Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, (Jakarta:
Arga Wijaya Persada, 2001), h. 9 37
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Gramedia
Utama, 2006), h. 69 38
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003) Cet. Ke-1, h. 97
25
orang lain. Seseorang yang cerdas emosi adalah mereka yang selalu
berusaha untuk mempertahankan pikiran dan sikap positif sepanjang
masa, walaupun pada saat itu sedang dihinggapi perasaan-perasaan
negatif. Dia akan selalu berjuang untuk mengubah perasaan negatif
menjadi positif agar benar-benar bisa memancarkan sikap yang
menyenangkan dan cocok dengan lingkunganya, kemudian berupaya
menerjemahkan diri kedalam perilaku yang sedap dipandang mata
dan serasi. Perasan negatif menjadi positif tidak bisa secara langsung
dinilai, namun dapat disimpulkan dari caranya bertindak.
d. Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional
Untuk melihat bagaimana kecerdasan emosional siswa dalam
proses pembelajaran dikelas, maka perlu ada komponen-komponen
yang menunjukkan kecerdasan emosional siswa. Adapun komponen-
komponen kecerdasan emosional menurut para ahli.
Menurut Goleman membagi menjadi lima bagian yaitu tiga
komponen berupa kecakapan pribadi (kesadaran diri, pengaturan
diri, dan motivasi) dan dua komponen yang berupa kecakapan social
(empati dan ketrampilan). Lima komponen kecerdasan emosional
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita rasakan pada
suatu saat, dan menggunakanya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas
kemamapuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran
diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan
dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau
perasaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi
wawasan psikologi dan pemahan diri. Ketidak mampuan untuk
mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita
berada dalam kekuasaan persaan. Unsur-unsur kesadaran diri,
yaitu sebagai berikut:
26
a) Kesadaran Emosi, yaitu mengenali emosinya sendiri dan
efeknya.
b) Penilaian diri secara teliti, yaitu mengetahui kekuatan dan
batas-batas diri sendiri.
c) Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri.
2) Pengaturan diri atau mengelola emosi adalah mengenai emosi
kita sedemikian sehingga berdampak positif pada pelaksanaan
tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari
tekanan emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada
kesadaran diri. Kemampuan mengelola emosi yaitu kemampuan
menangani perasaan diri sendiri agar dapat terungkap secara
tepat dan wajar. Intinya adalah seseorang yang pintar mengelola
emosi adalah pintar menenangkan diri dan mengekspresikan
emosinya dengan tepat. Unsur-unsur pengaturan diri, yaitu
sebagai berikut:
a) Kendali diri, yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang
merusak.
d) Sifat dapat dipercaya, yaitu memelihara norma kejujuran
dan integritas.
e) Kehati-hatian, yaitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
f) Adaptabilitas, yaitu keluwesan dalam menghadapi
perubahan.
g) Inovasi, yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap
gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
3) Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam
untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran,
membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif,
dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Seorang
27
anak yang sukses dalam hidupnya adalah anak yang memiliki
motivasi positif, kendali diri, serta memiliki harapan dalam
hidup. Motivasi yang mengaktifkan dan membangkitkan
perilaku yang tertuju pada pemenuhan kebutuhan. Unsur-unsur
motivasi, yaitu sebagai berikut:
a) Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik
atau memenuhi standar keberhasilan.
b) Komitmen, yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran
kelompok atau lembaga.
c) Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
d) Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan
sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
4) Empati adalah merasakan yang dirasakan orang lain, mampu
memahami prespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelarasakan diri dengan bermacam-macam
orang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki
orang lain sehingga lebih mampu menerima pendapat orang lain,
peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain. Unsur-unsur empati yaitu sebagai
berikut:
a) Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan dan
perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap
kepentingan mereka.
b) Mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
kemampuan orang lain.
c) Orientasi pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengenali,
berusaha mememnuhi kebutuhan orng lain.
28
d) Memanfaatkan keragaman, yaitu menumbuhan peluang
melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.
e) Kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi
sebuah kelompok dan hubunganya dengan perasaan.
5) Ketrampilan sosial adalah menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi dan jaringan social; berinteraksi dengan lancar;
menggunakan ketrampilan-ketrampilan untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan
perselisihan, dan untuk bekerjasama dan bekerja dalam team.
Ketrampilan sosial adalah seni membina hubungan dengan
orang lain. Orang-orang yang hebat dalam ketrampilan membina
hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun yang
mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Unsur-
unsur dalam ketrampilan sosial yaitu:
a) Pengaruh, yaitu memiliki taktik-taktik untuk melakukan
persuasi
b) Komunikasi, yaitu mengirimkan pesan yang jelas dan
meyakinkan
c) Kepemimpinan, yaitu membangkitkan inspirasi dan
memandu kelompok dan orang lain
d) Katalisator perubahan, yaitu memulai dan mengelola
perubahan
e) Manajemen konflik, yaitu negosiasi dan pemecahan silang
pendapat
f) Pengikat jaringan, yaitu menumbuhkan hubungan sebagai
alat
g) Kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerjasama denga orang lain
demi tujuan bersama
29
h) Kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi kelompok
dalam memperjuangkan tujuan bersama39
Dalam buku “Kecerdasan dan Kesehatan emosional anak”,
Makmun Mubayidh membagi komponen kecerdasan emosional
menjadi dua bagian yaitu EQ terhadap diri sendiri dan EQ terhadap
orang lain.
1) EQ terhadap diri sendiri terdiri dari :
a) Mengenali diri sendiri
Di dalam al-Qur‟an juga mendorong manusia untuk
memahami perasaan dan mengenali emosi dalam diri kita.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf
ayat 33.
ؤ
"
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai
daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika
tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka,
tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan
mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang
bodoh."
Cara yang dapat dilakukan dalam mengenali diri
sendiri yaitu dengan:
(1) Mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi
(2) Melihat secara realistis dan optimis
(3) Mengenal emosi pribadi
b) Menghormati diri sendiri
39
Goleman, op. cit., h. 42
30
Dalam Al-Quran juga dijelaskan bagaimana manusia
beradaptasi dengan emosinya, serta mengatasi emosi yang
ada dalam hatinya:
“(kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu gembira[1459] terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai
Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS.
Al-Hadiid: 23)
Cara yang dapat dilakukan dalam menghormati diri
sendiri yaitu dengan:
(1) Merasa aman, baik secara fisik maupun emosi
(2) Merasakan adanya tujuan yang jelas dalam hidup
(3) Merasa dianggap sebagai bagian orang lain
(4) Merasa memiliki kemampuan dan peluang
(5) Merasa istimewa dan unggul
c) Menyikapi emosi diri
Seperti dalam ayat al-Qur‟an dijelaskan bahwasanya
Allah SWT melarang kita untuk berputus asa, ini artinya
Allah menyuruh hambanya untuk selalu termotivasi agar
tetap bersemangat dalam menyikapi emosi diri.
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
31
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-
Zumar: 53)
Cara yang dapat dilakukan dalam menyikapi emosi
diri yaitu dengan:
(1) Mampu mempekecil perasaan gelisah yang kadang
terjadi pada jiwa
(2) Mampu mengendalikan emosi
(3) Mampu menghadapi kegagalan
(4) Mampu melawan kecerobohan
(5) Melejitkan potensi diri
(6) Optimis
(7) Konsisten
(8) Giat bekerja
(9) Mempunyai cita-cita
(10) Mengendalikan kegelisahan dengan cara yang baik
(11) Mampu mengikuti tujuan tertentu
(12) Mampu tersenyum dan menggembirakan hati dan
perasaan
(13) Gembira terasa terarah dan tenang
(14) Konsentasi dan perhatian
(15) Fleksibel
2) EQ terhadap orang lain terdiri dari :
a) Empati pada orang lain
Al-Qur‟an memerintahkan kita untuk selalu berusaha
memahami perasaan dan emosi orang lain. Allah SWT
berfirman dalam surah „Abasa ayat 38-41:
32
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan
bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu
tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan (ditimpa
kehinaan dan kesusahan”
Cara yang dapat dilakukan dalam berempati pada
orang lain yaitu dengan:
(1) Suka menolong orang lain
(2) Tidak egois
(3) Membaca pesan orang lain, baik yang diutarakan secara
langsug dengan kata-kata maupun tidak
(4) Mengenal emosi dan perasaa orang lain
(5) Mengetahui kebutuhan orang lain
(6) Mampu menjalin hubungan yang tepat dengan orang
lain
(7) Mampu memahami sudut pandang dan sikap orang lain
b) Interaksi dengan orang lain/membina hubungan dengan
orang lain
Orang-orang yang hebat dalam ketrampilan membina
hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun yang
mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.
Dalam al-Qur‟an dijelaskan bahwa Allah memerintahkan
hambanya untuk bersilaturahim untuk menjaga hubungan
agar tetap terjalin dengan baik.
33
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. An-Nisa: 1)
Cara yang dapat dilakukan dalam membina hubungan
dengan orang lain yaitu:
(1) Mampu mendengar orang lain secara aktif
(2) Mampu tertawa dan memperlihatkan keriangan
(3) Mampu memecahkan masalah tertentu
(4) Mampu bekerja kelompok atau tim
(5) Mampu meyakinkan dan mempengaruhi orang lain
(6) Mampu membaca sikap dan keadaan sosial
(7) Mampu meringankan beban dan penderitaan ornag lain
(8) Mampu memulai memberikan salam dan penghormatan
(9) Mampu menahan beban dan penderitaan orang lain
(10) Mampu bersikap tegas dan keras tanpa memperlihatkan
sikap marah dan negatif40
e. Pengembangan Kecerdasan meosional
Menurut Daniel Goleman yang dikutip oleh Mohammad Ali dan
Mohammad Asrori, cara yang dapat digunakan untuk
mengembangkan emosi siswa agar memiliki kecerdasan emosional
adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang didalamya
terdapat materi yang kemudian diberi nama Self-Science Curriculum,
adapun kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Belajar mengembangkan kesadaran diri dengan cara mengamati
sendiri dan mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosa kata
40 Mubayidh, op. cit., h. 22-24
34
untuk mengungkapkan perasaan, serta memahami hubungan
antara pikiran, perasaan dan respon emosional.
2) Belajar mengambil keputusan pribadi dengan cara mencermati
tindakan-tindakan dan aibat-akibatya, memahami apa yang
enguasai suatu keputusan, pikiran atau perasaan, serta
menerapkan pemahaman ini kemasalah yang cukup berat.
3) Belajar mengelola perasaan dengan cara memantau pembicaraan
sendiri untuk menangkap pesan-pesan negatif yang terkandung
didalamnya serta menyadari apa yang ada dibalik perasaan.
4) Belajar menangani stress dengan cara berolahraga, perenungan
yang terarah dan metode relaksasi.
5) Belajar berempati dengan cara memahami perasaan dan masalah
orang lain, menerima sudut pandang orang lain, serta
menghargai perbedaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.
6) Belajar berkomunikasi dengan cara menjadi pendengar dan
penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan atau
yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian sendiri
tentang sesuatu, serta mengirim pesan dengan sopan dan
bukanya mengumpat.
7) Belajar membuka diri dengan bersikap terbuka dan saling
percaya dalam suatu hubungan serta mengetahui situasi yang
aman untuk membicarakan tentang perasaan diri sendiri.
8) Belajar mengembangkan pemahaman dengan cara
mengidentifikasi pola-pola kehidupan emosional dan reaksi-
reaksi serta mengenali pola-pola serupa pada orang lain.
9) Belajar menerima diri sendiri dengan cara merasa bangga dan
memandang diri sendiri dari sisi positif, mengenali kekuatan dan
kelemahan diri anda, serta belajar mampu untuk menertawakan
diri anda sendiri.
10) Balajar mengembangkan tanggung jawab pribadi dengan
memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari
35
keputusan dan tindakan pribadi, serta menindaklanjuti komitmen
yang telah dibuat dan disepakati.
11) Belajar mengembangkan ketegasan dengan cara
mengungkapkan keprihatinan dan perasaan anda tanpa rasa
marah atau berdiam diri.
12) Mempelajari dinamika kelompok dengan cara mau kerja sama,
memahami kapan dan bagaimana memimpin, serta memahami
kapan harus mengikuti.
13) Belajar menyelesaikan konflik dengan cara memahami
bagaimana melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang
lain, orang tua guru, serta memahami contoh penyelesaian
menang-menang (win-win solution) untuk merundingkan atau
menyelesaikannya suatu perselisihan. 41
Sedangkan menurut Lawrence E. Saphiro dalam bukunya
“Mengajarkan Emotinal Intelligence pada anak”, sesuatu yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan kecerdasan emosional pada
anak, diantaranya:
1) Mengajari anak-anak bersikap peduli pada orang lain
2) Mengajarkan kepada anak nilai kejujuran sejak mereka masih
muda dan konsisten
3) Mendorong anak untuk mengungkapkan persaan mereka
melalui kata-kata sebagai upaya mengatasi konflik dan
kesusahan mereka, dan agar kebutuhan mereka terpenuhi
4) Mengajari anak ketrampilan mendengar aktif untuk membantu
mereka mengembangkan hubungan yang secara emosional
selain memberi saat sekarang dan kemudian hari
5) Mengembangkan kemampuan memahami komunikasi emosi
meliputi kesadaran atas perilaku nonverbal orang lain (gerak
tubuh, bahasa tubuh, ekspresi wajah, nada suara dan sebagainya)
41Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Perkembangan Remaja Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 74-75
36
karena emosi non verbal lebih berperan daripada kata-kata yang
terucapkan
6) Mengajarkan sopan santun
7) Mengajarkan anak merasakan ganjaran dari suatu keberhasilan
kerjasama tidak mungkin dicapai oleh satu orang saja.42
Suharsono dalam bukunya “Melejitkan IQ, IE &IS”
mengemukakan pendapatnya, bahwa untuk mewujudkan agar anak
memiliki kecerdasan emosional terdapat langkah-langkah dalam
mengembangkanya yaitu:
2) Mengekspresikan diri. Pada dasarnya “mengalirkan” air mata
yang menggenang. Jika dapat mengalir deras, maka dengan
sendirinya menjadi jernih dan pancaran mata airnyapun semakin
deras. Sebaliknya jika air tidak bisa mengalir, anak akan
menjadi keruh bahkan menyumbat air matanya sendiri.
3) Mengartikulasikan ide atau konsep. Pengenalan yang sangat
baik berkenaan dengan ide-ide komunitas sosial yang
melingkupinya. Dari sinilah pentingya bersosialisasi perlu
dipupuk secara dini, biarkan anak-anak itu bermain dengan
teman sebayanya, berdialoglah dengan mereka, sehingga mereka
terbiasa mengemukakan pendapatnya, ide atau sikapnya tentang
suatu hal.
4) Mengkomunikasikan dengan orang lain. Jika usianya relatif
matang, doronglah mereka untuk mengikuti kehidupan
berorganisasi, seperti remaja masjid, kelompok-kelompok studi,
pengabdian masyarakat, dan sebagainya. Akhirnya mereka akan
menjadi manusia yang matang, baik intelektual maupun
emosionalnya dalam beroragnisasi tersebut. Karena kehidupan
organisasi menyajikan menu bagi jiwa manusia untuk saling
42 Saphiro, op. cit., h. 59
37
mengenal, bertukar fikiran, membentuk kerja sama bahkan
memecahkan konflik dengan cara diskusi43
Menurut Basuki dalam jurnal cendekia mengemukakan bahwa
ada banyak manfaat bila seseorang memiliki kecerdasan emosional
yang memadai, diantaranya bahwa kecerdasan emosional:
1) Mampu menjadi alat untuk pengendaliana diri, sehingga
seseorang tidak terjerumus kedalam tindakan-tindakan bodoh,
yang merugikan dirinya maupun orang lain
2) Dapat diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk
memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah
produk, dan
3) Modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat
kepemimpinan dalam dalam bidang apapun juga.44
Dengan demikian sudah seharusnya guru berperan dalam
membantu siswa untuk menentukan kapan dan dimana ia bisa
mengungkapkan perasaan dan emosinya serta berupaya
mengembangkan kecerdasan emosi dalam suasana pembelajaran.
Adapun kelebihan dari kecerdasan emosional adalah dapat
dikembangkan lebih baik, lebih menantang, dan lebih prospek bila
dibandingkan kecerdasan IQ yang cenderung statis.
Kecerdasan emosional dapat diterapkan secara luas untuk
belajar, bekerja, mengasuh anak, persahabatan dan dalam dunia
rumah tangga. Inti dari kecerdasan emosional adalah mengikuti hati
nurani. Hati nurani akan menjadi pembimbing terhadap apa yang
harus ditempuh dan apa yang harus diperbuat, artinya setiap manusia
sebenarnya telah memiliki sebuah radar hati sebagai pembimbingya.
43 Suharsono, op. cit., h. 118-119 44
Basuki, Kecerdasan Emosional: Esensi dan urgensinya dalam Pendidikan Islam,
Cendekia, VOL.5, 2007, h. 29
38
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang pelaksanaan metode
sosiodrama dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan,
terlebih dahulu peneliti melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan,
yaitu:
1. Kasturianto (Mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN SUSKA RIAU) tentang “Pelaksanaan Metode Sosiodrama dalam
Pembelajaran PAI di SMP Negeri 5 Desa Kuapan Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar”
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode sosiodrama
dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 5 Desa Kuapan Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitianini
menunjukkan bahwa pelaksanaan metode sosiodrama dalam
pembelajaran PAI di SMP Negeri 5 Desa Kuapan Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar tergolong “cukup baik” dengan jumlah prosentase
70,9%.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasturianto
adalah tempat penelitian yaitu di SMP Negeri 5 Desa Kuapan Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar sedang peneliti melakukan penelitian di
SMP Negeri 9 Tangerang Selatan. Adapun persamaanya sama-sama di
Sekolah menengah pertama dan sama-sama tentang pelaksanaan metode
sosiodrama dalam pembelajaran PAI.
2. Romiyati (Mahasiswi Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah STAIN Surakarta)
tentang, “Metode Sosiodrama dalam Pembelajaran PAI di SD Negeri
Pandansari Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun
Pelajaran 2013/2014”
Penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui metode sosiodrama dalam pembelajaran PAI
di SD Negeri Pandansari Ajibarang Kabupaten Banyumas. Teknik
39
pengumpulan data yang penulis lakukan adalah wawancara, observasi
dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode
sosiodrama dalam pembelajaran PAI yang digunakan dikelas V SD
Negeri Pandansari Ajibarang telah berhasil dilaksanakan dngan baik,
siswa bergairah dalam belajar dan memperoleh nilai yang bagus.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Romiyati adalah
tempat penelitian yaitu di Banyumas pada lingkup sekolah dasar sedang
peneliti melakukan penelitian di Tangerang Selatan pada lingkup sekolah
menengah pertama. Adapun persamaanya sama-sama meneliti tentang
pelaksanaan metode sosiodrama dalam embelajaran PAI.
Secara umum kedua penelitian diatas memiliki kemiripan dengan
penelitian yang diajukan penulis. Tetapi setiap penelitian mempunyai focus
masing-masing. Peneliti ini adalah deskriptif yang focus terhadap
pelaksanaan metode sosiodrama dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 9
Tangerang Selatan.
Dengan demikian perbedaan skripsi ini dengan skripsi relevan diatas
adalah tempat penelitian yang dilakukan. Penelitian diatas bertempat di
Banyumas dan Riau sedang tempat penelitian peneliti di Tangerang Selatan.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian pada kajian teori diatas, maka dapat dipahami
bahwa dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses kegiatan
pembelajaran banyak hal yang perlu diperhatikan agar rencana pengajaran
yang telah disusun mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Satu dari
sekian masalahnya adalah bagaimana agar dalam pembelajaran guru tidak
hanya memperhatikan kecerdasan intelektualnya saja tetapi kecerdasan-
kecerdasan yang lain seperti kecerdasan emosional dan spiritual, dan metode
yang sesuai untuk mengembangkan kecerdasan emosional tersebut.
Seorang siswa yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional yang tinggi, maka proses belajar mengajar akan bertambah cepat
dan hasil yang dicapai akan lebih baik.
40
Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai sangat berkaitan dengan
pengembangan kecerdasan emosional siswa, karena siswa dapat
menumbuhkembangkan kecerdasan emosional dalam diri mereka agar
mampu menyadari emosi diri sendiri, mengendalikan diri, memotivasi diri,
memahami emosi orang lain dan ketrampilan sosial secara tepat sehingga
mampu menyesuaikan diri secara mental terhadap lingkungan serta mampu
merespon secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang emosi-
emosi tersebut. Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa sangat
bermanfaat bagi perjalanan hidup siswa dimasa yang akan datang.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat yang penulis jadikan sebagai lapangan penelitian
adalah SMP Negeri 9 Tangerang Selatan yang berada di Jl. Lontar Martil
Perum Serua Permai Benda Baru Pamulang Kota Tangerang Selatan. Dan
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2016
B. Metode Penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang
akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian
tentang pengembangan kecerdasan emosional melalui metode sosiodrama,
penulis melaksanakan penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kasus
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskripstif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan yang
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, fenomena yang
diselidiki.1
Sedangakan jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat
memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat
mengenai pengembangan kecerdasan emosional melalui metode sosiodrama
di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan.
C. Unit Analisis, Populasi dan Sampel
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai
subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah para
siswa di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan.
1 Moh Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2005), Cet. Ke-6, h. 54
42
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu
wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan
dengan masalah penelitian.2 Populasi adalah wilayah generalisasi, yakni
keseluruhan subjek penelitian yang memiliki karakter sama dan ditetapkan
oleh penliti sebagai objek dalam penelitianya, serta akan ditarik kesimpulan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9
Tangerang Selatan.
Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah suatu cara pengambilan
sampel yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau tujuan tertentu, serta
berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.3
Yang dapat dipandang memberikan data secara maksimal, dimana semua
anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
Pemilihan siswa kelas VIII sebagai sampel dalam penelitian ini karena
memiliki alasan-alasan tertentu, yaitu:
1. Kelas VIII secara psikologis lebih memiliki kematangan emosional dari
pada kelas VII. Karena kelas VII baru beberapa bulan duduk dibangku
SMP. Sehingga masih butuh waktu untuk menyesuaikan dengan
lingkngan barunya.
2. Kelas VII lebih memiliki waktu yang luang dan cukup sehingga peneliti
banyak memiliki waktu dalam melakukan penelitian dibandingkan degan
kelas IX.
3. Kelas IX lebih berkonsentrasi kepada ujian nasional sehingga mwaktu
yang tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap kelas
IX.
4. Saran dari guru PAI, beliau meyarankan untuk melakukan penelitian
dikelas VIII.
2 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 46
3 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2011), Cet.Ke-1, h.221
43
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam
penelitian sebagai alat pengumpulan data. Adapun instrument penelitian
yang digunakan untk memeproleh data mengenai pengembanagn kecerdasan
emosional siswa melalui metode sosiodrama pada mata pelajaran PAI dibuat
dalam bentuk non test yaitu dengan menggunakan angket dalam bentuk
quesioner. Quisioner yaitu sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya
atau hal-hal yang di ketahui ini terdiri dari 10 butir soal untuk mengukur
penerapan metode sosiodrama dan 20 butir soal untuk mengukur kecerdasan
emosional siswa.
Kemudian instrumen non tes dalam bentuk wawancara diperuntukkan
kepada guru PAI yang mengajar di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan, yang
digunakan untuk mempertajam informasi mengenai pengembangakan
kecerdasan emosional siswa melalui metode sosiodrama pada mata
pelajaran PAI di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen
No Variabel Dimensi Indikator No
Item
Jml
Item
1.
Kecerdasan
Emosional
Siswa
a. Mengenali
Emosi Diri
b. Mengelola
1) Mampu mengenali
perasaan diri sendiri
2) Mampu menilai diri
secara teliti
3) Percaya diri
4) Menerima keadaan diri
sendiri
1) Mampu mengatur Emosi
sendiri
1
2
3
4
5
1
1
1
1
1
44
Emosi
c. Motivasi
d. Mengenali
emosi orang
lain
2) Mampu
mengendalikann dan
mengatasi stress
3) Mampu menolak
perilaku negative
4) Mampu menilai
kemampuan diri
5) Mampu menahan
implus agresi
kemarahan
1) Memiliki harapan dan
optimism
2) Dorongan untuk
berprestasi
3) Mampu untuk berpikir
positif
4) Mampu untuk
memecahkan masalah
1) Mampu mengenali
emosi orang lain
2) Punya kepedulian
terhadap orang lain
3) Berbagi
4) Mau menerima sudut
pandang orang lain
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
45
2.
Metode
Sosiodrama
e. Membina
hubungan
a. Kesesuaian
b. Melatih
Keberanian
1) Mampu menjalin
hubungan dengan orang
lain
2) Mampu berdaptasi
dengan lingkungan baru
3) Mampu berkomunikasi
dengan orang lain
1) Kesesuaian metode
dengan materi
pembelajaran
1) Menumbuhkan minat dan
bakat
2) Mampu
mendramatisasikan peran
3) Mampu menjalin
hubungan
18
19
20
1, 2,
3, 4
5, 6,
7
8, 9
10
1
1
1
4
3
2
1
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian
lapangan, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke
objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Observasi
Dalam buku “Metodologi penelitian kualitif” oleh Djam’an Satori
dan Aan Komariah mejelaskan bahwa observasi dalam penelitian
46
kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui
keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian.4
Observasi yang peneliti lakukan bertempat di SMP Negeri 9
Tangerang Selatan, guna memperoleh gambaran yang jelas tentang
gambaran umum serta keadaan SMP Negeri 9 Tangerang Selatan.
2. Wawancara
Wawancara adalah sutatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab.5
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dengan
mengajukan pertanyaan kepada orang-orang yang bersangkutan tentang
pengembangan kecerdasan emosional siswa melalui metode sosiodrama
di SMP negeri 9 Tangerang Selatan. Wawancara dilakukan kepada guru
PAI yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
3. Quesioner
Quesioner adalah instrument penelitian yang berisi serangkaian
petanyaan atau pernyataan untuk menjarin data atau informasi yang harus
dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.6 Quesioner
diberikan kepada siswa untuk mengetahui bagaimana pengembangan
kecerdasan emsoional siswa melalui metode sosiodrama.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan panggilan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
4 Satori, loc.cit., h.76
5 Ibid., h. 130
6 Zainal Arifin, Penenlitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h.228.
47
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun oang lain.7
Dalam teknik ini penulis menggunakan beberapa teknik dalam
mengumpulkan data hasil penelitian, yaitu:
1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang
diserahkan oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu
persatu, tujuanya untuk mngurangi kesalahan atau kekurangan yang
ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban
yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi
responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabanya.
2. Skoring, yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir
pernyataan yang terdapat dalam angket. Dalam pengambilan angket
menggunakan skala likert, dalam skala liket, responden tidak hanya
memilih pernyatan-pernyaan positif, tetapi juga pernyataan negative.
Tiap item dibgai kedalam lima skala. Maka penulis melakukan
perhitungan skor rata-ratanya dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Krieria Penilaian Angket
Alternatif Jawaban Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
3
2
1
0
0
1
2
3
4
3. Tabulating, yaitu proses memindahkan jawaban kedalam table,
sehingga diketahui perhitungan prosentasenya.
7 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alafbeta, 20011) Cet.Ke-12, h.335
48
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data secara
kualitatif yang dinamakan deskripsi analisis, yaitu menggambarkan apa
adanya. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi dan kemudian
dilengkapi dengan persentasi. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus
sebagai berikut:
x 100%
Keterangan:
P : Angka presentasi untuk setiap jawaban
F : Frekuensi untuk setiap jawaban
N : Jumlah responden
100% : Bilangan tetap
Dalam menetapkan ada tidaknya pengembangan kecerdasan
emosional siswa melalui metode sosiodrama, peneliti menentukan kriteria
data-data kualitatif berdasarkan nilai-nilai agket yaitu:
Table 3.3
Skala Persentasi
No Persentasi Penafsiran
1 100% Seluruhnya
2 90%-99% Hampir Seluruh
3 60%-89% Sebagian Besar
4 51%-59% Lebih dari Setengah
5 50% Setengah
6 40%-49% Hampir Setengah
7 10%-39% Sebagian Kecil
8 1%-9% Sedikit Sekali
9 0% Tidak Ada
49
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas beberapa data hasil penelitian yang didapatkan
selama penelitian, data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang
terkumpul melalui observasi, quesioner, dan wawancara. Adapun pembahasan
dalam bab ini diawali dengan profil sekolah SMP Negeri 9 Tangerang Selatan,
kemudian penjabaran dan analisis data yang diperoleh melalui questioner dan
wawancara. Penelitian ini lebih memfokuskan pada angket yang diberikan kepada
siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 9 Tangerang Selatan dan wawancara kepada guru
PAI sebanyak 3 orang ditambah dengan observasi sebagai penguat.
A. Gambaran Umum SMP Negeri 9 Tangerang selatan
1. Sejarah Singkat SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
SMP Negeri 9 Tangerang Selatan berdiri pada tahun 1993,
diatas luas tanah seluruhnya 3.425 M2. SMPN 9 Tagerang Selatan
sebelumnya benama SMPN 2 Pamulang. Namun karena terbentuknya
kota tangerang, maka berubah pula nama SMPN 2 pamulang menjadi
SMPN 9 Tangerang Selatan. Semenjak berupah nama SMP Negeri 9
terkenal dengan sebutan “Dolang” yang berarti dua Pamulang.
Berikut adalah runtutan pergantian nama sekolah :
a. 1992 – 1996, bernama SMPN 1 Pamulang
b. 1997 – 2001, berganti nama menjadi SLTPN 2 Pamulang
c. 2002 – 2008, berganti nama kembali menjadi SMPN 2 Pamulang
d. 2009 – sekarang, berganti nama menjadi SMPN 9 Tangerang
Selatan.
Sekolah yang berstatus Negeri ini telah terakreditasi A oleh
Badan Akreditasi Provinsi. Yang dapat dijadikan rujukan oleh
masayarakat setempat untuk menyekolahkan anak-anaknya di SMPN
9 tersebut. semua siswa yang belajar disekolah ini harus menempuh
50
pendidikan selama 3 tahun, diawali dengan kelas VII, VIII, dan kelas
IX yang merupakan kelas akhir.
2. Profil SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Nama Sekolah : SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jl. Lontar Martil Perum Serua Permai
Benda Baru Pamulang Kota Tangerang
Selatan
No. Telepon : 021-7417703
Kode Pos : 15417
Alamat email : [email protected]
Web Site : http://www.smpn9tangsel.sch.id
Dibuka Tahun : 1993
SK/Izin Pendirian Sekolah : No.2826/102
NSS : 201280309010
Akreditasi : Terakreditasi A
3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
VISI SEKOLAH
“Insan Bertaqwa, berprestasi dan berbudaya”
MISI SEKOLAH
Dalam rangka mencapai visi yang dicanangkan ditetapkan langkah-
langkah misi sebagai berikut:
a. Menjalankan nilai-nilai agama dan berperilaku yang akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari
b. Melaksankaan pebelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan untuk mengembangkan potensi keilmuan peserta
didik
c. Menumbuhkan semangat berprestasi kepada seluruh warga
sekolah
d. Membimbing dan mengembangkan bakat dan minat peserta didik
51
e. Melaksanakan program ekstrakulikuler untuk menghasilkan siswa
yang berprestasi dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari
f. Menerapkan management berbasis sekolah yang berpartisipasi dan
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari
g. Mengembangkan hasil karya yang dimiliki peserta didik
h. Meningkatkan kesadaran untuk memelihara lingkungan
TUJUAN SEKOLAH
Dari visi dan misi tersebut dapat terdapat tujuan yang ingin
dicapai oleh SMP Negeri 9 Tangerang Selatan. Adapun tujuannya
antara lain:
1) Tujuan Umum
Meletakkan dasar akhlak mulia, kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan perilaku peserta didik yang berakhlak mulia,
beriman menuju ketaqwaan terhadap Allah SWT.
b) Meningkatkan prestasi lulusan peserta didik yang siap
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Meraih prestasi dalam berbagai ajang lomba/seleksi pada
tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi.
d) Meningkatkan ketrampilan peserta didik
e) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah
Dari visi sekolah yang telah di paparkan dapat dilihat
bahwasanya SMPN 9 Tangerang Selatan ingin menjadikan siswa-
siswinya menjadi insan yang bertaqwa, berprestasi dan berbudaya.
Kelak jika mereka sudah lulus mereka punya akhlak yang baik, santun
dan beriman pada Allah SWT, tidak hanya itu diharapakan siswa-
siswinya selain mempunyai akhlak yang baik juga berprestasi dalam
kelas maupun dimasyarakat, agar nantinya ketika mereka terjun
52
dimasyakat mempunyai skill dan bekal untuk mejalani kehidupan
mendatang.
Selain visi, misi yang dimiliki SMPN 9 Tangsel juga terlihat
sangat baik, dari beberapa poin yang telah dipaparkan dapat
disimpulkan bahwasanya sekolah ingin menanamkan nilai-nilai
kegamaan agar anak berakhlakul karimah, dengan berpedoman pada
Alqur’an dan Hadist. Dalam kegiatan pembelajaran sendiri agar anak
berprestasi sekolah bersama guru mengupayakan agar pembelajarn
dikelas dilaksanakan dengan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
sehingga ketika pembelajaran siswa tidak merasa bosan. Serta siswa
dan siswi diberi kebebasan untuk mengembangkan minat dan bakat
mereka melalui program ekstrakuler yang nantinya akan bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Sarana dan prasarana
Salah satu penunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar
yaitu dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Di SMP
Negeri 9 Tangerang Sendiri terdapat beberapa sarana dan prasarana
yang diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan siswa-siswinya
disekolah, antara lain:
a. 27 Ruang Kelas
b. Ruang Guru
c. Ruang PKS
d. Ruang BK
e. Rung Tata Usaha
f. Ruang UKS
g. Musholla
h. Kantin
i. Koperasi
j. Perpustakaan
k. Laboratorium IPA
l. Laboratorium Komputer
m. Laboratorium Bahasa
n. Toilet
o. Taman
p. Lapangan Olahraga
q. Lapangan Upacara
Dari berbagai fasilitas yang telah disediakan, keadaan sarana
dan prasarana kondisinya tergolong baik. Sarana dan prasarana yang
ada di sekolah sangat mendukung siswa dalam mengembangan
53
kecerdasan emosional siswa. Antara lain jika siswa sedang berada di
perpustakaan, mereka tidak boleh membawa makan dan minum serta
berbicara dengan nada tinggi, hal ini dikarenakan siswa harus
mengahargai temannya yang sedang membaca atau sedang
mengerjakan tugas.
Kemudian adanya musolla agar siswa dapat melakukan solat
bermaah dan solat jumat. Dengan adanya pembiasaan solat berjamah
disekolah diharapkan mereka dirumah akan melakukan hal yang sama
tanpa disuruh orang tua. Selanjutnya adanya ruang BP memfasilitasi
siswa agar dapat berkonsultasi dengan guru BP tentang masalah yang
sedang mereka alami. Dengan berkonsultasi akan membantu siswa
memecahkan masalah atau membantu mengelola emosi yang sedang
bergejolak dalam dirinya.
5. Data Siswa
Berikut ini adalah daftar jumlah siswa SMP Negeri 9 Tangsel
tahun ajaran 2016/2017:
a. Data Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2016-2017
Kelas VII terdiri dari sepuluh kelas, yaitu VII 1, VII 2, VII 3,
VII 4, dan VII 5, VII 6, VII 7, VII 8, VII 9, dan VII 10
Tabel 4.3
Data siswa kelas VII
Kelas Siswa Siswi Jumlah
VII 1 20 17 37
VII 2 19 19 38
VII 3 20 16 36
VII 4 19 19 38
VII 5 20 18 38
VII 6 20 18 38
VII 7 18 19 37
VII 8 20 18 38
VII 9 16 20 36
VII 10 18 18 36
190 182 372
54
b. Data Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2016-2017
Berbeda dengan kelas VII, kelas VIII terdiri dari delapan
kelas, yaitu VIII 1, VIII 2, VIII 3, VIII 4, dan VIII 5, VIII 6, VIII
7, VIII 8, VIII 9 dan VIII 10.
Tabel 4.4
Data siswa kelas VIII
Kelas Siswa Siswi Jumlah
VIII 1 18 22 40
VIII 2 18 22 40
VIII 3 18 22 40
VIII 4 18 22 40
VIII 5 18 21 39
VIII 6 17 23 40
VIII 7 18 22 40
VIII 8 16 23 39
VIII 9 16 21 37
VIII 10 17 21 38
174 219 393
c. Data Siswa Kelas IX Tahun Pelajaran 2016-2017
Seperti halnya kelas VIII, kelas IX juga terdiri dari delapan
kelas, yaitu IX 1, IX 2, IX 3, IX 4, dan IX 5, IX 6, dan IX 7,
Tabel 4.5
Data siswa kelas IX
Kelas Siswa Siswi Jumlah
IX 1 19 21 40
IX 2 16 22 38
IX 3 18 21 39
IX 4 17 23 40
IX 5 16 24 40
IX 6 19 21 40
IX 7 19 21 40
124 153 277
55
Tabel 4.6
Data keseluruhan siswa
TOTAL LAKI-LAKI 488
TOTAL PEREMPUAN 554
GRAND TOTAL 1042
6. Data guru dan pegawai SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Guru adalah pendidik professional, karena guru dipandang
sebagai faktor yang sangat menentukan berlangsungnya kegiatan
pendidikan dan pengajaran, tanpa adanya ruang kelas pun, kegiatan
pendidikan akan tetap berjalan apabila ada guru yang mengajar.
Sebagai seorang guru hendaknya dapat mempengaruhi anak didik
kearah kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk itu salah satu syarat
menjadi seorang guru yaitu Taqwa kepada Allah SWT agar menjadi
guru yang berkualitas untuk peserta didiknya.1
Tenaga pengajar/guru SMP Negeri 9 Tangsel dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya siswa.
Peningkatan bukan hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas.
Rekrutmen dilakukan berdasarkan kualifikasi dan kriteria yang cukup
ketat. Untuk mengetahui keadaan guru SMP Negeri 9 Tangerang
Selatan tahun ajaran 2016-2017 dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah
ini.
Tabel 4.7
Data Guru SMPN 9 Tangerang Selatan
No Nama Lengkap Jabatan Mata
Pelajaran
1 H. Mardi Yuana A. MM, MPd Kepala
Sekolah
-
2 Hj. Yeti Djumiarti, SE, M.Si Pendidik Seni Budaya
1 Zakiah daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Aksara, 2012), Cet.Ke-10, h. 41
56
3 Dra. Dewi Utami Latih
Pendidik Bahasa
Indonesia
4 Dra. Nurhasanah Pendidik BP/BK
5 Dra. Watiah Pendidik BP/BK
6 Drs. Djoko Supono,M.Pd Pendidik PKn
7 Ema Rohmah, S. Pd Pendidik IPS
8 Siswanto, S.Pd Pendidik Matematika
9 Dra. Siti Budiherti Pendidik IPA
10 Hj. Munhelmi, S.Pd. Pendidik IPA
11 Ridawati, S.Pd. Pendidik Bahasa Inggris
12 Drs. H.Edy Susanto Samilin Pendidik IPA
13 Ribut Hari Subekti, S.Pd. Pendidik Matematika
14 Nuriyah, S.Pd.
Pendidik Bahasa
Indonesia
15 H. Mukhtar Rahman Azis,
M.Pd.
Pendidik IPA
16 Rozanty Nely, S.Pd. Pendidik PKn
17 Agustomi, S.Pd Pendidik Penjaskes
18 Slamet Afandi S.Ag,M.Pd Pendidik PAI
19 Euis Adilah
Pendidik Bahasa
Indonesia
20 Dra. Hj. Betty Nurbaeti Pendidik Seni Budaya
21 Sayekti, S.Pd Pendidik Tata Busana
22 Dede Mulyadin, S.Pd. Pendidik Matematika
23 Tuting Tubarsih, S.Pd. Pendidik Bahasa Inggris
24 Warsino, S.Pd Pendidik Penjaskes
25 Sri Isnaeniwati, S.Pd Pendidik Matematika
26 Ir. Hj. Siti Jamilah Pendidik IPA
27 Drs. Supriadi Pendidik Bahasa Inggris
28 Dra. Etik Suhartika Pendidik IPS
57
29 Yadi Setiadi S.Ag Pendidik PAI
30 Supriyanto,M.Pd Pendidik Bahasa Inggris
31 Dra. Siti Ruqoiyah Pendidik PAI & BTQ
32 Robingati Rochmah, S.Pd Pendidik IPS
33 Iman Sugiman Pendidik Tikom
34 Ikfi Mubarokah S.Pd Pendidik Tata Buku
35 Fajar Setyo Utomo S.Pd Pendidik Bhs. Indonesia
36 Beny S.Pd Pendidik Bhs. Inggris
Tabel 4.8
Data Pegawai SMPN 9 Tangerang Selatan
No Nama Tugas yang diampu
1 Syaroni Kepala TU
2 Sri Wineni Bendahara TU
3 Herry Irawan Pel. TU
4 Nurlaelah, SE Pel. TU
5 M. Habib Masturi Pel. TU
6 Mila Midia Wati, SE Pel. TU
7 Mulyati Petugas Perpustakaan
8 Suraji Pesuruh
9 Udin Petugas Kebersihan
10 Warsidi Petugas Kebersihan
11. Abadi Petugas Keamanan
7. Ekstrakulikuler
Dalam upaya membantu mengembangkan dan menuangkan
bakat serta ketrampilan yang dimiliki siswa, maka SMPN 9
Tangerang Selatan memliki banyak kegiatan ekstrakuler yang dapat
diikuti oleh seluruh siswa. Akan tetapi ekstrakuler pramuka menjadi
ekstrakulikuler wajib bagi kelas VII sampai kelas IX. Dan di SMPN 9
58
Tangerang Selatan terdapat ektrakulikuler Qiroah yang baru
berlangsung beberapa bulan meskipun secara formalitas belum
mendapat persetujan, Guru PAI mengusulkan ekstrakulikuler ini
dikarenakan melihat beberapa siswa yang mempunyai bakat dalam
dunia qoriah, sehingga jika disekolah ada tempat untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki tersebut dapat menjadi kanya
sorang qari’ internasional. Beberapa ekstrakuler yang ada di SMPN 9
Tangerang Selatan diantaranya sebagai berikut:
a. Osis
b. Paskibra
c. Palang Merah remaja
d. Pramuka
e. Basket
f. Taekwondo
g. Siswa Gemar
membaca
h. Tari saman
i. Marawis
j. Paduan Suara
k. Footsal
l. Badminton
B. Temuan Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
sosiodrama di kelas VIII.1 SMP Negeri 9 Tangerang Selatan, ada beberapa
tahapan yang harus dijalankan terlebih dahulu agar pelaksanaan sosiodrama
efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan. Tahapan tersebut diantaranya
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti bersama guru PAI yang
bersangkutan bermusyawah terlebih dahulu untuk merencanakan
bagaimana pelaksanaan metode sosio drama yang akan digunakan dalam
pembelajaran PAI pada materi Kaum muslimin setelah hijrah. Sebelum
pembelajaran dimulai yang harus peneliti siapkan adalah RPP untuk 2 kali
pertemuan yang berlangsung selama 4 x 40 menit. Hal ini dikarenakan
dalam satu pertemuan waktunya tidak mencukupi.
60
Kemudian menyiapkan alat atau bahan yang diperlukan dalam proses
pelaksanaan metode sosiodrama, meyiapkan quesioner yang harus diisi
siswa untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode sosiodrama dan
pengaruhnya terhadap perkembangan kecerdasan emsoional siswa yang
berhubungan afektif siswa. Serta memberitahukan kepada siswa bahwa
pembelajaran pada materi kaum muslimin setelah hijrah menggunakan
metode sosiodrama, agar siswa mempersiapakan diri untuk bermain
drama.
2. Tahap Pelaksanaan
Sebelum metode sosiodrama dilaksanakan. Seperti yang sudah
dijelaskan di tahap persiapan, guru menginformasikan kepada siswa
bahwa pembelajaran pada materi kaum muslim setelah hijrah akan
menggunakan metode sosiodrama, sehingga siswa harus bersungguh-
sungguh memahami materi yang dijelaskan oleh guru, agar dalam
membuat naskah drama tidak mengalami kesulitan. Dan pelaksanaan
kegiatan sosiodrama dilakukan dalam 2x pertemuan.
a. Pertemuan Pertama
Pada peretemuan ini guru menerapkan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode sosiodrama. Dan berikut pelaksanaan
kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama.
1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a) Guru mengucapkan salam.
b) Siswa menjawab salam guru, berdoa, membaca asmaul husna
serta mengkondisikan diri untuk siap belajar.
c) Guru memeriksa kehadiran, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Guru mempersiapkan alat bantu belajar
f) Guru memberikan apresepsi sebelum memulai pelajaran
2) Kegiatan Inti (65 menit)
61
a) Mengamati
(1) Siswa membaca dan mengamati materi yang akan
dipelajari
b) Menanya
(1) Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang
telah dibaca
(2) Guru juga memberi pertanyaan seputar materi yang telah
dibaca oleh siswa
c) Mengumpulkan informasi/mencoba
(1) Guru menjelaskan materi secara singkat
(2) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
(3) Setiap kelompok mendiskusikan materi yang telah
didapat
d) Menalar/mengasosiasi
(1) Guru menjelaskan teknik pelaksanaan sosiodrama
(2) Setiap kelompok menunjuk teman anggotanya untuk
melakukan sosiodrama
(3) Setiap kelompok harus membuat naskah drama sesuai
materi yang didapat
(4) Siswa yang tidak kebagian bermain drama bertugas
menjadi observer
e) Mengomunikasikan
(1) Setiap kelompok secara bergantian maju kedepan untuk
bermain sosiodrma (7-10 menit)
(2) Kelompok lain bertugas menjadi observer dan
mengemukakan pendapat
3) Kegiatan Penutup (5 menit)
a) Guru bersama siswa mengevaluasi kegiatan sosiodrama yang
telak dilaksanakan
b) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari
62
c) Guru memberikan motivasi agar meneladani sikap Nabi
Muhammad SAW dan para Sahabat Nabi
d) Siswa merenungkan/merefleksikan aktivitas pembelajaran
yang telah dilaksanakan
e) Guru menginformasikan rencana kegiatan untuk pertemuan
selanjutnya.
f) Guru mengucapkan salam kepada para peserta didik sebelum
keluar kelas.
b. Pertemuan Kedua
Dalam pertemuan kedua melanjutkan kelompok yang belum
bermain dram serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama. Adapun pelaksanaannya sebagai
berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a) Guru mengucapkan salam.
b) Siswa menjawab salam guru, berdoa, membaca asmaul husna
serta mengkondisikan diri untuk siap belajar.
c) Guru memeriksa kehadiran, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Guru mempersiapkan alat bantu belajar
f) Guru memberikan apresepsi sebelum memulai pelajaran
2) Kegiatan Inti (65 menit)
a) Mengamati
(1) Siswa mengamati kelompok yang sedang bermain drama
b) Menanya
(1) Siswa diberi kesempatan bertanya ataupun menyanggah
kepada kelompok yang sedang bermain drama
c) Mengumpulkan informasi/mencoba
63
(1) Kelompok yang sedang bermain drama dapat
mengumpulkan informasi dari pertanyaan dan sanggahan
siswa lain, dari buku maupun bertanya kepada guru.
d) Menalar/mengasosiasi
(1) Kelompok yang mendapat pertanyaan diberi waktu untuk
menjawab pertanyaan
(2) Dapat menjelaskan pertanyaan sesuai dengan drama yang
telah diperankan
e) Mengomunikasikan
(1) Semua perwakilan kelompok maju kedepan kelas dan
mempresentasikan jawaban yang telah dibuat
3) Kegiatan Penutup (5 menit)
a) Guru bersama siswa mengevaluasi kegiatan sosiodrama yang
telah dilaksanakan
b) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari
c) Guru memberikan motivasi agar meneladani sikap Nabi
Muhammad SAW dan para Sahabat Nabi
d) Siswa merenungkan atau merefleksikan aktivitas
pembelajaran yang telah dilaksanakan
e) Guru mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas.
3. Tahap Evaluai
Secara umum metode yang diterapkan di kelas VIII.1 SMP Negeri 9
Tangerang Selatan adalah metode ceramah, tanya jawab, latihan / drill dll.
Metode-metode tersebut jika terus digunakan kurang membantu dalam
meningkatkan kecerdasan emosional siswa, untuk itu guru harus pintar
menggunakan metode pembelajaran seperti metode sosiodrama. Metode
sosiodrama yang gunakan pada materi kaum muslimin setelah hijrah sudah
dikatakan baik, karena seluruh siswa dapat memainkan sosiodrama
walupun masih ada yang belum maksimal dikarenakan ada yang pemalu,
64
tidak hafal naskah dll. Untuk itu guru harus melakukan persiapan secara
maksimal dan metode sosiodrama dapat digunakan secara terus menerus
sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan agar siswa lebih
mudah dalam melaksanakan kegiatan metode sosiodrama.
Dalam pelaksaanaanya siswa tidak hanya mudah mengingat materi
(pengetahuan) yang telah disampaikan guru tetapi juga dapat
meningkatkan kemampuan afektif siswa seperti pada aspek kecerdasan
emosional siswa. Dimana dalam pelaksanaanya mereka harus bekerjasama
dengan kelompok, menerima perbedaan pendapat, tidak egois, mampu
menjalin hubungan baik dengan kelompoknya, melatih kepercayaan diri
dan dapat memainkan peran dengan baik.
4. Hasil Temuan Penelitian
Berdasarkan pelaksanaan metode sosiodrama dalam pembelajaran PAI
serta penyebaran questioner dan wawancara yang dilakukan kepada guru
PAI dapat diidentifikasi bahwa metode sosiodrama sangat mempunyai
pengaruh dalam meningkatkan kompetensi dasar yang meliputi aspek
kognitif, afektif (kecerdasan emosional) dan psikomotorik. Didalam
kurikulum 2013 kompetensi dasar atau kompetensi inti dirancang dalam
empat kelompok yang saling terkait yaitu pada kompetensi inti 1 (KI -1)
berkenaan dengan sikap keagamaan, kompetensi inti 2 (KI - 2) berkenaan
dengan sikap sosial, kompetesi inti 3 (KI -3) berkenaan dengan
pengetahuan, dan kompetensi inti 4 (KI-4) berkaitan dengan ketrampilan.
Pada KI-2 yang berkenaan dengan sosial, pembelajaran menggunakan
metode sosiodrama ada kaitanya dengan afektif siswa karean dalam
pelaksaanya siswa tidak hamya mendengar dan menalar materi tetapi
siswa belajar untuk bersikap baik dengan lingkungan sosioalnya. Seperti
menghargai perbedaan pendapat, bekerjasama dalam kelompok,
bertanggung jawab, dll. Jika dari segi afektif sudah diajarkan dengan baik
maka kecerdasan emosional siswa akan berkebangan dengan baik pula.
Pada KI-3 yang berkenaan dengan pengetahuan, pembelajaran
menggunakan metode soiodrama sudah mengarah kepada kompetensi
65
pengetahuan. Selain dapat memahami materi dengan mudah siswa juga
dapat mengingat materi tersebut, karena disampaikan secara berulang-
ulang. Dan penggunaan metode sosiodrama kuatkaitanya dengan memori
jangka panjang, sehingga anak tidak mudah lupa dengan apa yang telah
didengar, karena mereka mengaplikasikan materi yang telah diajarkan.
Pada KI-4 yang berkaitan dengan Ketrampilan, pembelajaran dengan
menggunakan sosiodrama dituntut untuk kreatif, karena siswa harus
membuat naskah drama dengan baik. Hal ini melatih ketrampilan siswa
dalam menggunakan EYD bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta
melatih ketrampilan berbicara siswa didepan umum agar tidak canggun
dan percaya diri.
C. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian
Setelah melakukan kegiatan sosiodrama peneliti menyebarkan
questioner yang diberikan kepada 40 siswa kelas VIII.1 dengan jumlah 30
item. Adapun daftar nama siswa kelas VIII 1 SMPN 9 Tangerang selatan
tahun pelajaran 2016/2017 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Data Siswa SMPN 9 TAngerang Selatan
No NAMA JK
1 ALIFVIA TALITHA SALSABILA P
2 AMANDA JULIANTI PUTRI INTANIASARI P
3 ANIQ WIDA PITALOKA P
4 ARIF PUTRA ROCHMAN L
5 CECILIA SHAFADHIYA JAHSYI P
6 CHINTA APRILIANI PUTRI P
7 CLAUDYA ANGGRAENI USWATHUN KHAZANAH P
8 DEKI RAVANELI MUSTARY L
9 DEVI AL FAZIRA P
10 DODI DWI WIDODO L
66
11 FARIS ANDIKA RAHMAT L
12 FISKA NURUL AINI SIREGAR P
13 GILANG PUTRA MAHARDHIKA L
14 HAZAEL HAITO MATTHEW TARIHORAN L
15 I KOMANG TRI SARDANA L
16 IHSAN RAMADHAN L
17 INDRI AURILDA P
18 INTANIA SYAHL AKIRANA P
19 JAHIRA ANGELI P
20 KAMILA SULTANA ZAFIRA P
21 KATRINA TEGUH ATMAJA P
22 LENI INTAN AGNAINI ANAM P
23 LISANDI SAPUTRA L
24 MUHAMMAD FIRZA ANANDITA L
25 MUHAMMAD FUDHAIL QODRI L
26 MUHAMMAD RADJA ARIEV L
27 MUTIARA ARAFAH P
28 PRASDYANING TRI WULANDARI P
29 PUTRI JULIA AYESHA P
30 RACHMAT MAULANA ALAM L
31 RAIHAN AKBAR L
32 RATU AYU AMELIA P
33 SATRIA ADHI PRADANA L
34 SAYYID FATH ANSHABRI L
35 SEPHIANA SURI P
36 SYAZANA ZAFIRA ICHSAN P
37 TRIA MITRA FATIA P
38 TRIANDY RESTU RAMADHAN L
39 YESSA OCTAVIANA P
40 ZIDANE ALKHAISSYU ULYA FADLILAH L
67
Dari 40 siswa tersebut 2 diantaranya non muslim, sebelum
pembelajaran dimulai biasanya guru memberikan kebebasan kepada siswa
yang non muslim untuk mengikuti pembelajaran atau diberikan tugas yang
lain. Pada saat penelitian kedua siswa tersebut memilih untuk mengikuti
pembelajaran.
Setelah data diperoleh bedasarkan quesioner yang diberikan, maka
langkah yang dilakukan adalah mencari prosentase dalam bentuk tabel
dengan menggunakan rumus:
x 100% , kemudian prosentase tersebut
dianalisis dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru PAI.
Hasil penyebaran angket tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
1. Pengembangan Kecerdasan Emosional Siswa
a. Mengenali Emosi Diri
Tabel 4.10
Saya mengetahui hal-hal yang menyebabkan saya malas belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
14
24
2
-
-
35%
60%
5%
-
-
Jumlah 40 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui sebagian kecil (35%) siswa
menjawab “sangat setuju”, sebagian besar (60%) siswa menjawab “setuju”,
dan sedikit sekali (5%) siswa yang menjawab “tidak tentu”, dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa dapat mengenali
emosi dirinya sendiri sehingga mereka tahu hal-hal yang menyebakan malas
68
belajar. Dalam hal ini peranan guru PAI sangatlah penting untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar rajin belajar.
Tabel 4.11
Saya sadar bahwa perasaan malu untuk bertanya dapat mengganggu
kesulitan dalam belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
18
4
-
-
45%
45%
10%
-
-
Jumlah 40 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah (45%) siswa
menjawab “sangat setuju”, hampir setengahnya lagi (45%) menjawab
“setuju”, dan sebagian kecil (10%) siswa menjawab tidak tentu. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang belum memahami materi pelajaran namun
malu untuk bertanya dapat mengganggu kesulitan dalam belajar. Karena ia
belum paham materi yang diajarkan sehingga mereka akan merasa bingung
apa yang harus mereka pelajari. Hal ini guru harus membiasakan siswa
untuk bertanya dan aktif dalam pembelajaran.
Tabel 4.12
Jika saya belajar, nilai saya baik
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
25
12
3
-
-
62,5%
30%
7,5%
-
-
Jumlah 40 100%
69
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar (62,5%) siswa
menjawab “sangat setuju”, sebagian kecil (30%) siswa menjawab “setuju”,
dan sedikit sekali (7,5%) siswa yang menjawab “tidak tertentu”. Artinya
mereka tahu kalau mereka belajar dengan sungguh-sungguh mereka akan
mendapatkan nilai yang baik.
Tabel 4.13
Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saya
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
15
21
3
1
-
37,5%
52,5%
7,5%
2,5%
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sebagian kecil (37,5%) siswa
menjawab “sangat setuju”, lebih dari setengah (52,5%) siswa menjawab
setuju, sedikit sekali (3%) siswa menjawab “tidak tentu” dan sedikit sekali
(1%) siswa yang menjawab “tidak setuju”, hal ini dapat disimpulkan lebih
dari setengahnya mereka sudah mampu mengetahui kelebihan dan
kekurangan yang ada pada diri mereka.
b. Mengelola Emosi
Tabel 4.14
Saya mampu meredam emosi disaat sedang marah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
6
12
19
1
2
15%
30%
47,5%
2,5%
5%
Jumlah 40 100%
Beradasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian kecil (15%)
siswa menjawab “sangat setuju”, sebagian kecil (30%) siswa menjawab
70
“setuju”, hampir setengah (47,5%) siswa menjawab tidak tentu, dan sedikit
sekali (2,5%) dan (5%) siswa yang menjawab “setuju” dan “sangat tidak
setuju”. Dapat disimpulkan bahwa anak yang berusia remaja khusunya pada
bangku SMP mereka belum dapat meredam emosi ketika marah.
Tabel 4.15
Jika saya sedang tertekan, saya akan mengarahkanya ke hal yang
positif
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
14
15
10
1
-
35%
37,5%
25%
2,5%
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (35%)
siswa menjawab “sangat setuju”, sebagian kecilnya lagi (37,5%) menjawab
“setuju” dan sebagian kecil (10%) siswa menjawab “tidak tentu” serta
sedikit sekali (1%) siswa yang menjawab “tidak setuju”. Dapat disimpulkan
bahwa hnya sebagian kecil dari mereka yang menjawab setuju dan sangat
setuju apabila sedang tertekan mereka mengarahkan ke hal yang positif. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa tersebut dapat menempatkan diri mereka
pada sistusi yang kondusif dimana mereka tidak melampiaskankanya kehal-
hal yang negative.
Tabel 4.16
Saya menolak ajakan teman untuk membolos
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
27
7
1
2
3
67,5%
17,5%
2,5%
5%
7,5%
Jumlah 40 100%
71
Beradasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar (67,5%)
siswa menjawab “sangat setuju”, sebagian kecil (17,5%) siswa menjawab
“setuju”, dan sedikit sekali siswa yang menjawab “tidak tentu”, “tidak
setuju” dan “sangat tidak setuju”. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
memiliki pemikiran yang positif karena sebagian besar dari mereka menolak
ajakan untuk membolos karena merugikan dirinya sendiri.
Tabel 4.17
Masalah yang berat membuat saya tertekan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
8
18
10
4
-
20%
45%
25%
10%
-
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian kecil (20%) siswa
menjawab “sangat setuju”. Hampir setengah (45%) siswa menjawab
“setuju”, sebagian kecil (25%) siswa menjawab “tidak tentu” dan sedikit
sekali (10%) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan sebagian
siswa jika mempunyai masalah yang berat mereka akan merasa tertekan.
Mereka kesulitan mencari jalan keluar dari masalah tersebut. artinya mereka
belum mampu memanfatkan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Tabel 4.18
Saya mudah tersinggung
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
10
25
-
-
12,5%
25%
62,5%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil
(12,5%) siswa menjawab “sangat setuju”, sebagian kecilnya lagi (25%)
72
siswa menjawab “setuju” dan sebagian besar (62,5%) siswa menjawab
“tidak setuju”. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mereka menjawab
tidak setuju artinya mereka tidak mudah tersinggung. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa tersebut dapat mengelola emosinya dengan baik.
c. Motivasi
Tabel 4.19
Saya berusaha medapatkan nilai-nilai yang terbaik
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
35
5
-
-
-
87,5%
12,5%
-
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikethui bahwa sebagian besar (87,5%)
siswa menjawab “sangat setuju”, dan sebagian kecil (12,5%) siswa
menjawab “setuju”. Artinya hampir seluruhnya siswa berusaha untuk
mendapatkan nilai yang terbaik.
Tabel 4.20
Saya berusaha masuk peringkat 10 besar setiap semesternya
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
30
7
3
-
-
75%
17,5%
7,5%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar (75%) siswa
menjawab “sangat setuju”, sebagian kecil (17,5%) siswa menjawab “setuju”
dan sedikit sekali (7,5%) siswa yang menjawab “tentu”. Dapat disimpulkan
hampir seluruhnya mereka ingin dan berusaha untuk masuk peringkat 10
besar disetiap semesternya. Dan sedikit sekali yang menjawab tidak tentu.
73
Hal ini menunjukkan bahwa 7,5 % dari mereka merasa tidak yakin dapat
masuk kedalam peringkat 10 besar. Dorongan untuk berprestasi dari orang
tua dan guru-guru harus ditingkatkan agar seluruh siswa optimis dalam
meraih prestasi
Tabel 4.21
Saya berusaha untuk tidak menyontek saat ujian
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
13
6
2
1
45%
32,5%
15%
5%
2,5%
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah
(45%) siswa menjawab “sangat setuju”, sebagian kecil (32,5%) siswa
menjawab “tidak setuju”, sebagian kecil (15%) siswa menjawab “tidak
tentu”, dan sedikit sekali siswa yang menjawab “setuju” dan “sanagt tidak
setuju”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mereka berusaha unutuk berlaku
jujur dengan kemampuan yang mereka miliki.
Tabel 4.22
Saya mampu bertindak tegas dalam membuat sebuah keputusan yang
baik walaupun dalam keadaan tertekan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
7
25
8
-
-
17,5%
62,5%
20%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian kecil (17,5%) siswa
menjawab “sangat setuju”, sebagian besar (62,5%) siswa menjawab “setuju”
74
dan sebagian kecil (20%) siswa menjawab “tidak tentu”. Artinya sebagian
besar siswa sudah berani mengambil keputusan yng baik walaupun mereka
merasa tertekan, hal ini menunjukkan siswa tersebut dapat memutuskan
masalah dengan tegas tanpa ada tekanan dari orang-orang disekitarnya
d. Mengenali emosi orang lain
Table 4.23
Saya dapat mengenali perasaan teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
9
20
7
3
1
22,5%
50%
17,5%
7,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil
(22,5%) siswa menjawab “sangat setuju”, setengahnya (50%) siswa
menjawab “setuju”, sebagian kecil (17,5%) siswa menjawab “tidak tentu”
dan sedikit sekali siswa yang menjawab “tidak setuju” dan “sangat tidak
setuju”. Hal ini menunjukkan sebagian besar dari mereka dapat mengenai
persaan teman mereka, artinya mereka sudah dapat mengenali emosi orang
lain dengan baik.
Tabel 4.24
Saya berusaha merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
20
10
-
-
25%
50%
25%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (25%)
siswa menjawab “sangat setuju”, setengahnya (50%) siswa menjawab
“setuju” dan sebagian kecil (25%) siswa menjawab “tidak tentu”. Hal ini
75
menunjukkan sebagian besar siswa punya kepedulian terhadap orang lain,
mereka mampu mersakan apa yang sedang dirasakan orang lain. Dalam
mengenali emosi orang lain mereka sudah termasuk baik.
Tabel 4.25
Saya menolong teman yang membutuhkan bantuan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
24
16
-
-
-
60%
40%
-
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar (60%) siswa
menjawab “sangat setuju” dan hampir setengah (40%) siswa menjawab
“setuju”, hal ini dapat disimpulkan siswa seluruhnya sudah memiliki sikap
berbagi kepada siapa saja, termasuk teman yang sedang membutuhkan
bantuan.
Tabel 4.26
Saya menghargai perbedaan pendapat
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
11
24
5
-
-
27,5%
60%
12,5%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian kecil (27,5%) siswa
menjawab “sangat setuju”, sebagian besar (60%) siswa menjawab “setuju”
dan sebagian kecil (12,5%) siswa menjawab “tidak tentu”. Hal ini
menunjukkan sebagian besar siswa mau menerima sudut pandang orang lain
dengan cara menghargai perbedaan pendapat.
76
e. Membina Hubungan
Tabel 4.27
Saya mudah bergaul dengan orang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
20
17
3
-
-
50%
42,5%
7,5%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa setengah (50%) siswa
menjawab “sangat setuju”, hampir setengah (42,5%) siswa menjawab
“setuju”, dan sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “tidak tentu”. Dari tabel
diatas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa memiliki kecerdasan
emosional yang baik dalam aspek membina hubungan dengan orang lain,
siswa memiliki ketrampilan sosial sehingga mudah baginya untuk berteman
dan bergaul dengan siapapun.
Tabel 4.28
Saya mudah menyesuaikan diri dengan lingungan baru
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
15
12
3
-
25%
37,5%
30%
7,5%
-
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (25%)
siswa menjawab “sangat setuju”, sebagian kecil (37,5%) menjawab
“setuju”, sebagian kecilnya lagi (27,5%) siswa menjawab “tidak tentu”, dan
sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “tidak setuju”. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa setengah dari mereka mudah bergaul dengan ligkungan
baru dan sisanya dari mereka masih kesulitan dalam beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
77
Tabel 4.29
Saya dapat berkomunikasi dengan baik
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
12
22
6
-
-
30%
55%
15%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (30%)
siswa menjawab “sangat setuju”, lebih dari setengah (55%) siswa menjawab
“setuju”, dan sebagian kecil (15%) siswa menjawab “tidak tentu”. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mereka dapat berkomunikasi
dengan baik. Artinya mereka dapat membina hubungan baik dengan orang
lain.
2. Metode sosiodrama
a. Kesesuaian
Tabel 4.30
Metode sosiodrama membuat saya merasa lebih dihargai
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3
20
15
2
-
7,5%
50%
37,5%
5%
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sedikit sekali (7,5%)
siswa menjawab “sangat setuju”, setengah (50%) siswa menjawab “setuju”,
sebagian kecil (37,5%) siswa menjawab “tidak tentu” dan sedikit sekali
(5%) siswa yang menjawab “tidak setuju”. Artinya lebih dari setengah siswa
78
merasa bahwa mereka lebih dihargai dalam pembelajaran PAI dengan
menggunakan metode sosiodrama.
Table 4.31
Saya antusias ketika pembelajaran PAI menggunakan metode
sosiodrama
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
14
25
1
-
-
35%
62,5%
2,5%
-
-
Jumlah 40 100%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sebagian kecil (35%) siswa
menjawab “sangat setuju”, sebagian besar (62,5%) siswa menjawab
“setuju”, dan sedikit sekali (2,5%) siswa yang menjawab “tidak tentu”. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa merasa antusias ketika
pembelajaran PAI menggunakan sosiodrama.
Tabel 4.32
Saya lebih mudah memahami pembelajaran PAI dengan metode
sosiodrama
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
27
3
-
-
25%
67,5%
7,5%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (25%)
siswa menjawab “sangat setuju”, sebagian besar (67,5%) siswa menjawab
“setuju” dan sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “tidak tentu”. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa dapat memahami materi
79
pembelajaran PAI dengan menggunakan metode sosiodrama. Karena
metode sosiodrama siswa dapat meresapi dan memahami materi lewat cerita
yang didramakan.
Tabel 4.33
Metode sosiodrama memudahkan menghafal materi pembelajaran PAI
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
13
20
7
-
-
32,5%
50%
17,5%
-
-
Jumlah 40 100%
Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil (32,5%) siswa
menjawab “sangat setuju”, setengah (50%) siswa menjawab “setuju”, dan
sebagian kecil (17,5%) siswa menjawab “tidak tentu”. Artinya sebagian
besar siswa berpendapat bahwa dengan menggunakan metode sosiodrama
siswa lebih mudah menghafal materi pembelajaran PAI. Karena materi yang
dipelajari tidak hanya dijelaskan sekali tetapi siswa akan mendengarkan dan
melihat beberapa teman kelompok mereka bermain peran tentang materi
yang dipelajari tersebut.
b. Melatih Keberanian
Tabel 4.304
Metode sosiodrama membuat minat belajar saya tinggi
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
17
10
3
-
25%
42,5%
25%
7,5%
-
Jumlah 40 100%
80
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (25%)
siswa menjawab “sangat setuju”, hampir setengah (42,5%) siswa menjawab
“setuju”, sebagian kecilnya lagi (25%) siswa menjawab “tidak tentu”, dan
sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “tidak setuju”. Dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan metode sosiodrama
sehingga minat belajar siswa tinggi.
Tabel 4.35
Metode sosiodrama menumbuhkan kreativitas
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
15
20
3
2
-
37,5%
50%
7,5%
5%
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil
(37,5%) siswa menjawab “ sangat setuju, setengah (50%) siswa menjawab
“setuju”, sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “tidak tentu”, dan sedikit
sekali (5%) siswa menjawab “tidak setuju”. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa merasa setuju jika dengan menggunakan
metode sosiodrama dapat menumbuhan krestivitas siswa.
Tabel 4.36
Metode sosiodrama menumbuhkan rasa percaya diri saya berbicara
didepan kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
20
16
4
-
-
50%
40%
10%
-
-
Jumlah 40% 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa setengah (50%) siswa
menjawab “sangat setuju”, hampir setengah (40%) siswa menjawab setuju,
81
dan sebagian kecil (10%) siswa menjawab “tidak tentu”. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa merasa setuju jika dengan
menggunakan metode sosiodrama dapat menumbuhkan rasa percaya diri
siswa berbicara didepan kelas, karena setiap kelompok akan memainkan
peran sesuai tema yang telah dipilih, hal ini dapat melatih siswa agar berani
berbicara didepan umum.
Tabel 4.37
Saya memainkan peran dengan baik
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
16
22
2
-
-
40%
55%
5%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir setenagh
(40%) siswa menjawab “sangat setuju”, lebih dari setenagh siswa (55%)
siswa menjawab “setuju”, dan sedikit sekali (5%) siswa yang menjawab
“tidak tentu”. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa sudah
memainkan peran mereka dengan baik. Dan hanya 5% dari mereka yang
menjawab tidak tentu.
Table 4.38
Saya merasa senang ketika bermain peran
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
15
16
6
-
3
37,5%
40%
15%
-
7,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil (37,%)
siswa menjawab “sangat setuju”, hampir setengah (40%) siswa menjawab
“setuju”, sebagian kecilya lagi (15%) siswa menjawab “tidak tentu” dan
82
sedikit sekali (7,5%) siswa yang menjawab “sangat tidak setuju”. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dalam bermain
peran. Mereka antusias ketika pembelajaran PAI menggunakan sosiodrama
Tabel 4.39
Saya mampu bekerjasama dengan baik
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Tentu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
16
20
4
-
-
40%
50%
10%
-
-
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir setengah
(40%) siswa menjawab “sangat setuju”, setengah (50%) siswa menjawab
“setuju” dan sedikit sekali (10%) siswa yang menjawab “tidak tentu”. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa sudah melakukan tugas
mereka dengan baik yakni mampu bekerjasama dengan kelompoknya
masing-masing.
Dari hasil data prosentasi dan wawancara tersebut dapat dianalisis
mengenai kecerdasan emosi dan pelaksanaan metode sosiodrama dalam
pembelajaran PAI di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan.
1. Pengembangan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional menempati posisi yang sangat penting terhadap
kehidupan siswa disekolah maupun di masyarakat, dengan berbagai
kegiatan atau upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan
kecerdasan emosi tersebut. salah satunya dengan menggunakan metode
sosiodrama yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Goleman, bahwasanya orang
dengan keterampilan emosional yang berkembang baik kemungkinan besar
akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan dan mampu menguasai
83
kebiasaan piiran yang mendorong produktivitas mereka.2 Jika siswa
memiliki kecerdasan emosional yang baik sudah dapat dipastikan akhlak
mereka dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan baik. Maka dapat
diketahui perkebambangan kecerdasan emosional siswa pada setiap aspek-
aspek sebagai berikut:
a. Mengenali Emosi diri
Dalam aspek mengenali emosi diri dapat diketahui bahwa siswa
dalam mengenali emosi diri sangat baik, siswa mampu mengenali
perasaan diri sendiri ketika merasa senang, sedih, gelisah atapun kecewa,
ketika siswa merasa senag aura bahagia akan terpancar diwajahnya.
Siswa yang merasa sedih atau gelisah mereka akan tampak murung
dikelas dan memiih untuk berdiam diri dikelas. Siswa juga dapat
mengetahui sebab-sebab dari perasaan yang sedang dirasakan, siswa
mampu menilai diri secara teliti, peracaya diri dan menerima keadaan
diri sendiri, serta mengenal kelebihan dan kekurangan dalam dirinya.
Karena setiap anak memiliki karakter dan kebutuhan berbeda-beda
sehingga perkembangan anak pun berbeda pula.
Mengenali emosi diri atau kesadaran diri telah dijelaskan dalam
bukunya Goleman pada bab 4 tentang kenali diri anda. Dimana
kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus terhadap keadaan batin
seseorang. Seseorang yang sadar diri peka akan suasana hati yang sedang
mereka alami, dapat mengerti bila orang-orang ini memilii kepintaran
tersendiri dalam kehidupan sosial mereka. Kejernihan pikiran tentang
emosi menjadi landasan ciri-ciri kepribadian lain: mereka mandiri dan
yakin akan batas-batas yang mereka bangun, memiliki kesehatan jiwa
yang bagus, dan cenderung berpendapat positif akan kehidupan. Bila
suasana hati mereka sedng jelek, mereka tidak risau dan tidak arut
2 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, Terj. Hermaya, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 46
84
kedalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan
lebih cepat.3
b. Mengelola Emosi
Kemampuan siswa dalam mengelola emosinya dapat diatakan cukup
baik. Karena siswa dapat mengendalikan dirinya ketika mereka sedang
marah. Akan tetapi, mereka mudah tersinggung dan cepat terbawa emosi.
Siswa sudah mampu mengatur emosinya sendiri, disisi lain siswa juga
sudah mampu mengendalikan stress, dapat menghindarkan diri dari
perilaku negatif, mampu menilai kemampuan yang ada dalam dirinya dan
mampu menahan implus agresi kemarahan.
Makmun Mubayidh juga memaparkan, kita tidak hanya perlu
mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain, namun lebih dari itu
kita harus tahu waktu yang tepat untu mengekspresikan, menahan dan
mengendalikan emosi. Kita juga harus tahu saat yang tepat untuk
menampakan emosi atau menyembunyikannya dihadapan orang lain.4
c. Memotivasi Diri
Dalam memotivasi diri pada siswa SMP Negeri 9 Tangerang selatan
sudah baik, hal ini karena siswa memiliki harapan dan optimisme yang
tinggi untuk memperoleh cita-cita dan prestasi, selalu berpikir positif,
konsisten, serta mampu membebaskan diri dari pengaruh emosi negatif
dan dapat mengendalikan kegelisahan dengan cara yang baik sehinga
tujuan hidupnya terarah dan tercapai.
Disekolah mereka dilatih untuk terbiasa disiplin, pukul 6.30 siswa
harus sudah tiba disekolah setelah itu seluruh siswa berkumpul
dilapangan. Sebelum masuk kelas siswa dibiasakan untuk mengahafal
surat-surat pendek, menyanyikan lagu kebangsaan dan pemberian
motivasi agar siswa belajar sungguh-sungguh, setelah itu jika masih ada
3 Ibid, h. 63
4 Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Ter. Dari Adz-Dzaka’
Al-Lathifi wa Ash-Shihhah Al-Athifiyah oleh Muhammad Muchson Anasy, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2010), Cet. Ke-4, h. 61
85
waktu guru memberikan pengumuman. Pukul 7.00 WIB siswa sudah
berada didalam kelas dan siap untuk mengikuti pembelajaran.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Untuk aspek mengenali emosi orang lain dapat dikatakan baik,
karena dari hasil penyebaran angket dapat dilihat bahwasanya siswa
memiliki sikap empati dan simpati yang tinggi, mampu merasakan dan
memahami perasaan orang lain, dapat membaca pesan orang lain dengan
baik yang diutarakan langsung dengan kata-kata maupun tidak, suka
menolong teman yang sedang mengalami kesusahan ataupun musibah,
biasanya kalau ada yang meninggal salah satu dari keluarga mereka,
mereka akan mengumpulkan dana untuk membantu keluarga yang
ditingalka, tidak hanya itu jika ada bencana alam atau musibah yang lain
siswa juga akan mengumpulkan dana untuk para korban dengan
dikoornir ketua kelas yang nantinya akan diserahkan kepada ketua OSIS.
Sebagian siswa juga tidak egois karena mereka sadar bahwa mereka
bukan anak-anak lagi yang tentunya mereka harus dapat mendewasakan
dirinya, menghargai perasaan orang lain, serta dapat memahami sudut
pandang yang berbeda dan sikap orang lain.
Dengan membantu anak mengembangan perasaan yang sehat dalam
memandang orang lain, sesungguhnya telah banyak membantu anak itu
sendiri, keluarga dan masyarakat. Cara pandang yang baik terhadap
orang lainjangan sampai hanya dimotivasi oleh perasaan berdosa, malu,
tertekan dan tidak aman.5
e. Hubungan dengan Orang Lain
Dalam aspek hubungan dengan orang lain, sebagian siswa mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, sebagian lagi belum.
Karena mereka yang belum dapat menyesuaikan lingkungan yang baru
butuh waktu untuk dapat menerima keadaan lingkungan disekitarnya dan
dapat mengenali orang-orang yang baru dikenalnya. Akan tetapi jika
sudah dapat mengenali orang-orang baru mereka mudah bergaul dan
5 Ibid, h. 116
86
berteman dengan siapapun, dapat beradaptasi dengan baik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik sehingga dapat membaca sikap dan keadaan
sosial.
Dan salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik atau
buruk seseorang mengungkapkan perasaannya sendiri. Ketrampilan
berhubungan dengan orang lain sangat dibutuhkan dalam kehidupan
sosial hal ini bertujuan untuk mengetahui perasaan orang lain dan
bertindak sedemikian rupa sehingga dapat membentuk perasaan itu lebih
jauh. Mampu menangani emosi orang lain merupakan inti seni
memelihara hubungan.6
2. Penggunaan Metode sosiodrama
Dari hasil angket yang disebar dapat diketahui bahwa banyak siswa
yang merasa senang terhadap metode pembelajaran ini , tumbuhnya rasa
kebersamaan dalam kelompok, suasana belajar menjadi hidup, adanya
pengalaman baru bagi siswa dalam memainkan drama. Secara garis besar
penerapan metode sosiodrama tersebut dapat dilihat pengaruhnya yang
terdapat pda aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kesesuain
Penggunaan metode sosiodrama pada mata pelajaran PAI dapat
dikatakan baik, karena hampir seluruh siswa merasa sangat atusias
dengan metode tersebut, dengan metode sosiodrama siswa dapat
memahami dan menghafal materi dengan mudah, siswa merasa dihargai
karena dalam prosesnya siswa bekerja sama dalam satu kelompok dan
mereka harus membuat satu naskah drama, dan naskah yang dibuat
berdasarkan hasil diskusi kelompok, kemudian siswa memainkan peran
didepan dikelas, sehingga apa yang telah mereka buat mendapat
apreasiasi dari teman-teman yang lain dan mendapat pujian dari guru.
Sementara dari hasil wawancara guru PAI dapat disimpulkan secara
global bahwa penggunaan metode pembelajaran sebenarnya dpat
meningkatkan kecerdasan emsoional siswa, tergantung penerapan dan
6 Goleman, Op.cit, h. 155
87
kesesuaian dengan materi yang diajarkan. Karena setiap metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.7
b. Melatih Keberanian
Dalam pembelajaran khusunya PAI siswa tidak hanya dituntut untuk
paham akan materi yang telah diajarkan, akan tetapi siswa juga harus
dapat melatih keberanian, dari segi bertanya ataupun menjawab,
menyampaikan mendapat serta mengungkapkan atau menjabarkan materi
didepan kelas. Hal ini perlu adanaya metode yang tepat dan penerapanya
harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan menggunakan
metode sosiodrama siswa mrasa senang dan aktif, hal ini menumbuhkan
minat belajar PAI disamping itu metode sosiodrama juga menumbuhkan
daya kreativitas siswa untuk dapat menyusun naskah drama dengan baik,
kemudian membagi tokoh-tokoh tersebut dan masing-masing individu
harus dapat memainkan peran dengan baik dan mengayati watak dari
tokoh tersebut. serta mereka merasa senang ketika memainkan peran
karena dengan menggunakan metode sosiodrama tidak membuat siswa
bosan ataupun tegang.
Diperkuat dengan hasil wawancara bahwasanya jika pembelajaran
menggunakan metode sosiodrama dapat melatih keberanian siswa.
Karena dalam pelaksananya siswa dituntut serba berani, misalnya berani
mengungkapkan pendapat, berani memainkan peran, berani bertanya dan
menjawab, berani tampil didepan umum dan berani dalam
mengrekspresikan karakakter tokoh.
7 Wawancara kepada guru PAI pada hari jum’at, tanggal 2 Desember 2016 di SMP Negeri 9
Tangerang Selatan
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan metode sosiodrama dalam pembelajaran PAI mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kecerdasan emosional siswa dengan prosentase 84,6%.
Hal ini dapat dilihat dari hasil questioner yang telah dibagikan kepada siswa kelas
8.1 di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan.
B. SARAN.
1. Diharapkan dalam proses belajar mengajar guru memberikan pelajaran
serta pengetahuan bagi siwa tentang segala hal yang berhubungan dengan
kemampuan yang ada dalam diri termasuk kecerdasan emosional. Tidak
hanya pengetahuan yang bersifat rasional saja yang harus diberikan akan
tetapi pengetahuan tentang cara mengelola emosi, mengenali emosi orang
lain, memotivasi diri, berempati serta membina hubungan dengan orang
lain.
2. Untuk meningkatkan dan membina kecerdasan emosiona siswa adalah
langkah yang harus dilakukan guru dengan meningkatkan kecerdasan
emosionalnya sendiri, dan dalam waktu yang sama berusaha
meningkatkan kecerdasan emosional siswa-siswinya dengan cara
mengoptimalkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
3. Kepada orang tua dirumah diharapkan lebih membina kecerdasan
emosional siswa dengan memberi bantuan kepada mereka dalam
menyelesaikan masalahnya, karena selain peran guru, orang tua juga
sangat berperan besar terhadap pertumbuhan kecerdasan emosional
siswa. Dengan bantuan orang tua, gruru dan masyarakat diharapkan akan
89
menumbuhkan generasi muda yang tangguh dan berprestasi baik
dibidang akademik maupun non akdemik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: Prestasi
Pustaka, Cet. Ke-1, 2011
Ali, Muhammad., dan Asrori, Muhammad. PSIKOLGI REMAJA perkembangan
peserta didik. Jakarta: bumi Aksara, 2011
Arifin, Zaenal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011
Azhari, Akyas. Psikologi Umum dan Perkembanganya, Jakarta: Teraju, 2004
Basuki, Kecerdasan Emosional: Esensi dan Urgensinya dalam Pendidikan Islam,
Cendekia, VOL.5, 2007
Chaplin, James P, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Dictionary of Psichology oleh
Kartini Kartono, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-9, 2004
Chatib, Munif., Gurunya Manusia, Bandung: Kaifa, Cet. Ke-12, 2013
Daradjat, Zakiah., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-10,
2012
------, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.Ke-
4, 2008
Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung: Alfabeta, 2005
Ginanjar, Ary., Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ, Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001
Goleman, Daniel., Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005
-------, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, Terj. Hermaya, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2007
Hamalik, Oemar., Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System,
Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-4, 2005
Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-
Normatif. Jakarta: Amzah, Cet. Ke-1, 2013
Mubayidh, Makmun. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Ter. Dari Adz-
dzaka’ Al-lathifi wa Ash-shihhah Al-athifiyah oleh Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, Cet. Ke-4, 2010
Safaria, Trianto., dan Eka Saputra, Nofrans. MANAGEMEN EMOSI sebuah
panduan cerdas bagaimana mengelola emosi positif dalam hidup anda.
Jakarta :Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 2009
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logis Wacana Ilmu, Cet. Ke-1,
1997
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-2, 1995
Riyanto, M., Pendekatan dan Metode Pembelajaran, Malang: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Proyek Peningkatan Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP
Sabri, M Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2001
-------., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. Ke-4, 2010
Sagala, S., Konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan
problematika belajar dan mengajar, Bandung: Alfabeta, 2009
Shihab, M.Quraish, Tafsir al-Misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an,
jilid 13, Jakarta:Lentera Hati, 2002.
Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alafbeta, 20011
Sukmadinata, Nana Syaodih., Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-1, 2003
Taniredja, Tukiran., Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, Bandung:
Alfabeta, Cet. Ke-4, 2013
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran; menciptakan proses belajar mengajar
yang kreatif dan efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. Ke-10, 2014
------., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Gramedia Utama,
2006
Yusuf LN, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:
Remaja Karya, Cet. Ke-11, 2010
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Iskandar Wiryokusumo, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013
Muhmamad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana,
2013
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2006
Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012
Permendikbud no Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Tujuan Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
Lexy J Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2010
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Baru,
2014
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2015
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal : Jum’at, 2 Desember 2016
Tempat : SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Sumber : Slamet Afandi, S.Ag, M.pd
Jabatan : Guru PAI SMPN 9 Tangerang Selatan
Pertanyaan untuk wawancara!
1. Selama Bapak/Ibu mengajar disekolah SMPN 9 Tangerang Selatan,
bagaimakah perkembangan kecerdasan emosional siswa diSMPN 9 ini?
Jawaban: Kecerdasan itu dapat dilihat dari beberapa hal. Misalnya: sopan
santun dan dapat mengatur tata krama. Hal itu harus diajarkan
sehari-hari atau dibiasakan terutama oleh guru PAI. Dan kalau
menurut saya sudah baik kecerdasan emosional siswa disini.
2. Masalah apa saja yang sering terjadi berkaitan dengan kecerdasan
emosional siswa?
Jawaban: Masalah yang terjadi sebetulnya banyak, akan tetapi kalau anak
yang memiliki kecerdasan emosional baik, anak tersebut tanpa
ditindak lanjuti mereka akan paham walaupun hanya diarahkan
ke hal yang lebih baik.
3. Usaha apa saja yang telah dilakukan dalam menangani hal tersebut?
Jawaban: Salah satunya program pembinaan akhlakul karimah. Contoh
solat berjamaah. jika sudah masuk waktu solat, biasanya guru
PAI berkeliling dari kelas ke kelas menyuruh anak untuk
melakukan solat jamaah, dan menurut saya kalau anak yang
memiliki kecerdasan emosional yang baik, ketika mendengar
adzan mereka tanpa disuruh akan langsung melaksanakan solat
berjamaah.
4. Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini dapat
meningkatkan kecerdasan emosional siswa?
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal : Jumat, 2 Desember 2016
Tempat : SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Sumber : Yadi Setiadi, S.Ag
Jabatan : Guru PAI SMPN 9 Tangerang Selatan
Pertanyaan untuk wawancara!
1. Selama Bapak/Ibu mengajar disekolah SMPN 9 Tangsel, bagaimakah
perkembangan kecerdasan emosional siswa diSMPN 9 ini?
Jawaban: Beraneka ragam. Karena setiap orang berbeda-beda.
2. Masalah apa saja yang sering terjadi berkaitan dengan kecerdasan
emosional siswa?
Jawaban: Anak mudah tersinggung dan marah, meskipun awalnya bermula
dari candaan.
3. Usaha apa saja yang telah dilakukan dalam menangani hal tersebut?
Jawaban: Diberikan pengarahan dan pemahaman, kemudian pembetukan
karakter bisa dengan solat berjamaah, solat jum’at,
mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. dll
4. Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini dapat
meningkatkan kecerdasan emosional siswa?
Jawaban: Kalau menurut saya semakin kesini pembelajaran yang saya
lakukan sudah meningkatkan kecerdasan emosi anak
5. Menurut Bapak/Ibu, kira-kira metode apa saja yang dapat membantu
meningkatkan kecerdasan emosional siswa?
Jawaban: Karena sekarang sudah menggunakan Kurikulum 2013, banyak
metode yang bisa digunakan. Jadi menurut saya hampir semua
metode bisa meningkatkan kecerdasan emosi, akan tapi
tergantung penerapanya.
6. Usaha apa saja yang dilakukan bapak dalam mendorong siswa untuk
berprestasi?
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal : Jum’at, 2 Desember 2016
Tempat : SMP Negeri 9 Tangerang Selatan
Sumber : Dra. Siti Ruqoiyah
Jabatan : Guru PAI SMPN 9 Tangerang Selatan
Pertanyaan untuk wawancara!
1. Selama Bapak/Ibu mengajar disekolah SMPN 9 Tangsel, bagaimakah
perkembangan kecerdasan emosional siswa diSMPN 9 ini?
Jawaban: Saya kira kecerdasan emosi anak dikatakan baik tergantung dari
gurunya. Karena guru yang mengajar dan mendidik anak agar
mempunyai akhlak yang baik. Dan juga peran dari orang tua
sangat penting.
2. Masalah apa saja yang sering terjadi berkaitan dengan kecerdasan
emosional siswa?
Jawaban: Menurut saya sekarang ini anak lebih cenderung bermain gadget
jadi anak kurang dalam bersosialisasi. Mengikuti hal-hal yang
ada dimedia tanpa disaring dulu sehingga anak susah untuk
diatur.
3. Usaha apa saja yang telah dilakukan dalam menangani hal tersebut?
Jawaban: Mendidik siswa untuk belajar lebih giat dengan memberikan PR,
kemudian memantau keseharian mereka dengan wali murid
yang sekiranya agak bermasalah. Mendisiplinkan anak untuk
solat berjamaah, berbicara sopan dengan siapa saja termasuk
dengan guru. Melatih siswa bersikap jujur.
4. Apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini dapat
meningkatkan kecerdasan emosional siswa?
Jawaban: Menurut saya kembali ke guru dan anak.
5. Menurut Bapak/Ibu, kira-kira metode apa saja yang dapat membantu
meningkatkan kecerdasan emosional siswa?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 9 KOTA TANGERANG SELATAN
Mata pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Materi : Kaum Muslimim setelah Hijrah
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2 x pertemuan)
A. Kompetensi Inti (KI)
KI.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI.2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI.3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
KI.4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Kompetensi Dasar
1. Menceritakan sejarah nabi Muhammad SAW, dalam membangun
masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan
2. Meneladani perjuangan nabi dan sahabat di Madinah
C. .Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan reaksi masyarakat madinah terhadap kedatangan islam
2. Menerangkan kisah nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat
melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan
3. Menjelaskan perjuangan Nabi dan para sahabat di Madinah
4. Meneladani perjuangan Nabi dan para sahabat di Madinah
D. Materi Pembelajaran
Kaum muslimin setelah hijrah di Madinah (Terlampir)
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama:
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1) Guru mengucapkan salam.
2) Siswa menjawab salam guru, berdoa, membaca asmaul husna
serta mengkondisikan diri untuk siap belajar.
3) Guru memeriksa kehadiran, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Guru mempersiapkan alat bantu belajar
6) Guru memberikan apresepsi sebelum memulai pelajaran
b. Kegiatan Inti (65 menit)
1) Mengamati
a) Siswa membaca dan mengamati materi yang akan dipelajari
2) Menanya
Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah
dibaca
Guru juga memberi pertanyaan seputar materi yang telah
dibaca oleh siswa
3) Mengumpulkan informasi/mencoba
a) Guru menjelaskan materi secara singkat
b) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
c) Setiap kelompok mendiskusikan materi yang telah didapat
4) Menalar/mengasosiasi
a) Guru menjelaskan teknik pelaksanaan sosiodrama
b) Setiap kelompok menunjuk teman anggotanya untuk
melakukan sosiodrama
c) Setiap kelompok harus membuat naskah drama sesuai materi
yang didapat
d) Siswa yang tidak kebagian bermain drama bertugas menjadi
observer
5) Mengomunikasikan
a) Setiap kelompok secara bergantian maju kedepan untuk
bermain sosiodrma (7-10 menit)
b) Kelompok lain bertugas menjadi observer dan
mengemukakan pendapat
c. Kegiatan Penutup (5 menit)
1) Guru bersama siswa mengevaluasi kegiatan sosiodrama yang telak
dilaksanakan
2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari
3) Guru memberikan motivasi agar meneladani sikap Nabi
Muhammad SAW dan para Sahabat Nabi
4) Siswa merenungkan/merefleksikan aktivitas pembelajaran yang
telah dilaksanakan
5) Guru menginformasikan rencana kegiatan untuk pertemuan
selanjutnya.
6) Guru mengucapkan salam kepada para peserta didik sebelum
keluar kelas.
2. Pertemuan Pertama:
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1) Guru mengucapkan salam.
2) Siswa menjawab salam guru, berdoa, membaca asmaul husna
serta mengkondisikan diri untuk siap belajar.
3) Guru memeriksa kehadiran, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Guru mempersiapkan alat bantu belajar
6) Guru memberikan apresepsi sebelum memulai pelajaran
b. Kegiatan Inti (65 menit)
1) Mengamati
a) Siswa mengamati kelompok yang sedang bermain drama
2) Menanya
a) Siswa diberi kesempatan bertanya ataupun menyanggah
kepada kelompok yang sedang bermain drama
3) Mengumpulkan informasi/mencoba
a) Kelompok yang sedang bermain drama dapat mengumpulkan
informasi dari pertanyaan dan sanggahan siswa lain, dari
buku maupun bertanya kepada guru.
4) Menalar/mengasosiasi
a) Kelompok yang mendapat pertanyaan diberi waktu untuk
menjawab pertanyaan
b) Dapat menjelaskan pertanyaan sesuai dengan drama yang
telah diperankan
5) Mengomunikasikan
a) Semua perwakilan kelompok maju kedepan kelas dan
mempresentasikan jawaban yang telah dibuat
c. Kegiatan Penutup (5 menit)
1) Guru bersama siswa mengevaluasi kegiatan sosiodrama yang telah
dilaksanakan
2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari
3) Guru memberikan motivasi agar meneladani sikap Nabi
Muhammad SAW dan para Sahabat Nabi
4) Siswa merenungkan atau merefleksikan aktivitas pembelajaran
yang telah dilaksanakan
5) Guru mengucapkan salam kepada para peserta didik sebelum
keluar kelas.
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Sikap sosial
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
b. Pengetahuan
Teknik Penilaian : Tes Tulis
c. Keterampilan
Teknik Penilaian : Tes Membaca & Menghafal
2. Instrumen Penilaian
a. Lembar Penilaian antar peserta didik (Sikap Disiplin)
Petunjuk :
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab
yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik yang dinilai : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Memakai seragam sesuai tata tertib
4 Mengerjakan tugas yang diberikan
5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran
Jumlah Skor
b. Aspek Pengetahuan
Bentuk Instrumen : Uraian
Kisi-kisi
No Indikator Butir Instrumen Skor
1
Siapakah sahabat yang
diutus nabi Muhammad
untuk berdakwah diyastrib?
Mush’ab bin Umair
10
2 Apakah arti dari ahlul
quwwah? Orang-orang yang memiliki kekuatan
10
3
Sebelum islam dating di
Madinah, suku apakah yang
sering bermusuhan?
Aus dan Kharaj
10
4
Disebut apakah orang-orang
islam yang menolong
dakwah nabi Muhammad
SAW?
Kaum Anshor
10
5
Sebutkan beberapa factor
yang menyebabkan madinah
mudah menerimag agama
Islam?
a. Islam mengajarkan perdamaian
b. Islam melarang adanya riba
c. Islam melarang persaingan secara
tak sehat
20
Min 3!
6 Sebutkan isi dari piagam
madinah?
a. Masing-masing kelompok
berhak menghukum orang yang
membuat kerusakan
b. Kebebasan beragama terjamin
masing-masing kelompok
20
7 Apakah arti dari muzaro’ah?
Bentuk kerjasama antar pemilik sawah
dan penggarap dengan perjanjian bagi
hasil yang jumlahnya menurut
kesepakatan bersama
10
8
Bagaimanakan cara kita
meneladani perjuangan nabi
Muhammad SAW?
a. Tolong menolong dan
menghormati sesame manusia
b. Mengutamakan persatuan dan
kesatuan
10
Jumlah skor 100
Catatan :
Refleksi
* Hal-hal yang perlu menjadi perhatian
..............................................................................................................
* Siswa yang perlu mendapat perhatian khusus
..............................................................................................................
* Hal-hal yang menjadi catatan keberhasilan
..............................................................................................................
* Hal-hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan
..............................................................................................................
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a) Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan
penilaian. Siswa yang belum menguasai materi akan dijelaskan
kembali oleh guru materi tentang kaum muslimin setelah hijrah. Guru
memberikan penilaian kembali dengan soal yang
sejenis. remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang
disesuaikan contoh: pada saat jam belajar, apabila masih ada waktu,
atau di luar jam pelajaran (30 menit setelah jam pelajaran selesai).
b) Pengayaan
Siswa yang sudah menguasai materi mengerjakan soal
pengayaan yang telah disiapkan oleh guru berupa pertanyaan-
pertanyaan mengenai keadaan kaum muslimin setelah hijrah. Guru
mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang
berhasil dalam pengayaan.
c) Aspek Ketrampilan
Mencari sumber atau materi tentang salah satu sahabat Nabi
Muhammad baik muhajirin ataupun ansor dan masing-masing siswa
berbeda.
G. Media/alat/bahan, dan Sumber Belajar
1. alat/ bahan
a. Spidol
b. Kerta Folio
c. Atribut yang diperlukan
2. Sumber Belajar
a. Buku Pegangan Siswa Kemenag
b. Buka paket pegangan guru
c. Buku LKS pegangan guru
d. Sumber lain yang menunjang
ANGKET PENELITIAN
1. Membaca Bismillah
2. Tulislah Biodata anda ditempat yang telah di sediakan
3. Berilah tanda chek list pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
pengalaman anda selama belajar pendidikan agama Islam, dengan
keterangan sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS), Setuju (SR), Tidak Tentu (TT), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS)
4. Kerjakan setiap nomor jangan sampai ada yang terlewatkan
5. Jawaban yang anda pilih sesuai dengan kata hati sendiri
6. Angket ini tidak mempengaruhi nilai pada pelajaran pendidikan agama
Islam
7. Atas bantuan dan perhatianya, saya ucapkan terimakasih
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
A. KECERDASAN EMOSIONAL
No Pernyataan SS S TT TS STS
1. Saya mengetahui hal-hal yang
menyebabkan saya malas belajar
2. Saya sadar bahwa perasaan malu untuk
bertanya dapat mengganggu kesulitan
dalam belajar
3 Jika saya belajar, nilai saya baik
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan
yang ada pada diri saya
5. Saya mampu meredam emosi disaat sedang
marah
6. Jika saya sedang tertekan, saya akan
mengarahkanya ke hal yang positif
7. Saya menolak ajakan teman untuk
membolos
8. Masalah yang berat membuat saya tertekan
9. Saya mudah tersinggung
10. Saya berusaha medapatkan nilai-nilai yang
terbaik
11. Saya berusaha masuk peringkat 10 besar
setiap semesternya
12. Saya berusaha untuk tidak menyontek saat
ujian
13. Saya mampu bertindak tegas dalam
membuat sebuah keputusan yang baik
walaupun dalam keadaan tertekan
14. Saya dapat mengenali perasaan teman
15. Saya berusaha merasakan apa yang sedang
dirasakan orang lain
16. Saya menolong teman yang membutuhkan
bantuan
17. Saya menghargai perbedaan pendapat
18. Saya mudah bergaul dengan orang lain
19. Saya mudah menyesuaikan diri dengan
lingungan baru
20. Saya dapat berkomunikasi dengan baik
B. METODE SOSIODRAMA
No Penyataan SS S TT TS STS
1. Metode sosiodrama membuat saya merasa
lebih dihargai
2. Saya antusias ketika pembelajaran PAI
menggunakan metode sosiodrama
3. Saya lebih mudah memahami
pembelajaran PAI dengan metode
sosiodrama
4. Metode sosiodrama memudahkan
menghafal amteri pembelajaran PAI
5. Metode sosiodrama membuat minat belajar
saya tinggi
6. Metode sosiodrama menumbuhkan
kreativitas
7. Metode sosiodrama menumbuhkan rasa
percaya diri saya berbicara didepan kelas
8. Saya memainkan peran dengan baik
9. Saya merasa senang ketika bermain peran
10. Saya mampu bekerjasama dengan baik
Kaum Muslim Setelah Hijrah
Kelompok 2
Nama :
1. Restu Sebagai Muhammad
2. Raihan sebagai Ali bin Abi Thalib
3. Radja sebagai Abu Bakar
4. Leni sebagai Mush’ab bin Umair
5. Putri sebagai suku Quraisy
6. Deki sebagai Abu Jahal
7. Faris sebagai Host
Assalamualaikum,,
Pada suatu hari saat dakwah Muhammad sudah memeiliki kekuatan dan
pengikutnya semakin banyak, melihat hal tersebut suku Quraisy sangat benci
terhadap umat Islam. Akhirya kaum Quraisy berniat untuk membunuh
Muhammad dengan cara mengepun rumahnya pada saat beliau sedang tidur.
Suku Quraisy : “Semakin lam pengikut Muhammad semakin banyak,
bagaimana caranya agar Muhammad berhenti
berdakwah?”
Abu Jahal : “Bagaimana kalau merencanakan sesuatu untuk
membunuh Muhammad? kalau begitu kumpulkan pasukan
kita, setelah makan malam kita akan membunuh
Muhammad!!”
Ketika Muhammad sedang berdakwah, beliau mendengar rencana pasukan
Quraisy yang berniat membunuh dan mengepung rumahnya pada saat beliau tidur.
Muhammad : “Wahai Sahabatku, Maukah engkau menggantikanku
disaat aku sedang tidur?”
Ali bin Abi Thalib : “Kenapa aku harus menggantikanmu tidur wahai
Muhammad?”
Muhammad : “Karena pada saat saya sedang berdakwah, saya
mendengar perbincangan suku Quraisy yang berniat untuk
membunuh saya disaat sedang tidur”
Ali bin Abi Thalib : “Baiklah, saya akan menggantikanmu wahai Muhammad”
Muhammad : “Kalau begitu saya akan meninggalkan rumahku ketika
mereka lengah”
Muhammad pun keluar dari rumah secara mengendap-endap dan diikuti
oleh malaikat Jibril dan sahabat Abu Bakar. Merekapun berhasil keluar dari
rumah dan meninggalkan kota Makkah. Pada saat orang Quraisy mendobrak pitu
rumah Muhammad dan membuka selimutnya, ternyata yang ada didalam selimut
bukanlah Muhammad melaikan Ali bin Abi Thalib. Kaum Quraisy pun marah
dan lagsung mengejar Muhammad.
Abu Bakar : “Wahai Muhammad, kemanakah kita akan pergi?”
Muhammad : “Wahai Sahabatku, kita akan pergi ke bukit sur. Tapi,
orang Quraisy mengejar dibelakang kita. Jadi kita
bersembunyi dahulu di Gua Tsur.”
Ketika Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur, mulut Gua
tersebut sudah tertutup dengan sarang laba-laba. Sehingga pada saat Abu Jahal
dan orang-orang Quraisy datang mereka tidak tahu kalau Muhammad ada didalam
gua tersebut
Abu Jahal : “Kemana mereka pergi?”
Suku Quraisy : “Mereka pasti melewati gua ini dan belum jauh dari sini”
Abu Jahal : “Bagaiman mungkin Muhammad dan Abu Bakar pergi
secepat itu?”
Suku Quraisy : “Mungikin mereka ada didalam gua Tsur , wahai Abu
Jahal”
Abu Jahal : “Tidak mungkin mereka bersembunyi didalam gua ini,
kalau mereka ada didalam gua pasti jarring laba-labi ini
akan rusak!”
Suku Quraisy : “Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
Abu Jahal : “Kita kembali saja ke Makkah!” (deengan wajah
memerah)
Setelah kafir Quraisy dan Abu jahal meninggalkan bukit tsur dan diarasa
sudah aman, Muhammad dan Abu Bakar keluar dari gua tersebut.
Muhammad : “ Wahai sahabatku, kita akan pergi ke Yastrib. Dan
ajaklah sahabat-sahabat yang lain dan kaum muslimin yang
ada diMakkah”
Abu Bakar : “Baiklah Muhammad, saya akan menjemput mereka dan
mengajaknya ke Yastrib”
Muhammad : “Kalau begitu kita bersiap-siap menuju ke Yastrib setlah
mereka sampai”
Setelah kaum muslim tiba, mereka melanjutkan perjalanan ke Yastrib
bersama dengan Muhammad. Sesamapainya di Yasrib mereka disambut antusia
dengan penduduk Yasrib yang disebut dengan kaum Ansar. Sedangkan orang
yang ikut hirah bersaa Muhammad disebut Muhajirin. Kaum Anshor menyambut
kedatang Muhamad dan kaum Muhajirin dengan suka cita dan membaca syair
thola’al Badru alaina..