14
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009 9 PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA Samsuhadi Pusat Teknologi Lingkungan, Deputi TPSA, BPP Teknologi Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat Abstract The Jakarta groundwater is one of the water resources in which people rely on it in great deal. With the limitation of the Water Supply Company to serve its user, groundwater becomes very valuable and dependable resource. The magnitude of extraction reaches out above it’s save yield. In the year of 2002 about 1230 to 1590 millions cubic meters water were accumulated from precipitation. Approximately of 1027 million cubic meters each year about to be consumed by the people of Jakarta. The groundwater consumption tend to increase while the land capability to absorb groundwater decreasing as the land development expanding. Hidrologically the hydraulic conductivity of the Jakarta groundwater aquifer system is very low, so that the groundwater flowrate from the south region of Jakarta basin is also low. With the magnitude of extraction’s very havily, the cone of depression incident has been occurring in the north Jakarta region. Along with this incident, a land subsidence was also occurring in the neighboring area. To overcome these problems, the assessment of the artificial recharge to the Jakarta aquifer particularly at the critical locations has been done. Schemes of the artificial recharges were simulated. Locations and magnitudes of these schemes were recommended to prevent further depression and saltwater intrusions. Key words : groundwater, aquifer, basin Jakarta, simulation, artificial recharge. 1. Pendahuluan Seperti sudah kita sadari bersama bahwa air tanah Jakarta menjadi tumpuan harapan warga Jakarta dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Hal ini dimungkinkan karena sistem penyediaan air bersih yang sudah ada tidak menjangkau semua warganya (diperkirakan hanya 38% warga Jakarta yang dapat menikmatinya, sehingga pilihan sumber lain yang dapat diharapkan adalah air tanah, karena air sungai yang mengalir ke Jakarta juga tidak layak untuk dimanfaatkan karena permasalahan kualitas yang sangat buruk. Karena sebagian besar warga Jakarta memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih, terjadilah ekstraksi air tanah secara besar-besaran dan hampir tanpa terkendali. Akibat dari ekstraksi air tanah yang besar ini, sistem air tanah menanggung beban yang sangat berat. Aliran imbuhan air tanah yang seharusnya didapat dari area resapan yang berasal dari selatan Jakarta (yang mengalir melalui akuifer dan menjadi air tanah artesis) maupun yang berasal dari resapan lokal (dari hujan lokal yang kelak menjadi air tanah dangkal) tidak dapat mengimbangi tingkat pengambilan air tanah yang sangat tinggi. Penggunaan air tanah sudah melebihi kemampuan alamnya untuk mengembalikan keseimbangannya secara mandiri (homoeostatis). Akibat dari pemakaian yang tidak dikendalikan, terjadi penurunan yang luar biasa pada muka air tanah akuifer dangkal maupun tekanan akuifer artesis. Insiden penurunan muka air tanah dan tinggi tekan ini terutama sangat terasa di kawasan utara Jakarta. Selain penurunan muka air tanah, insiden penurunan muka tanah juga terjadi di kawasan yang sama. Walaupun penurunan muka air tanah dangkal atau penurunan tinggi tekan air tanah artesis bukan merupakan penyebab langsung turunnya muka tanah, akan tetapi rongga antar butir tanah yang kosong (akibat turunnya muka air tanah) dapat memicu pemadatan tanah (kompaksi). Dari aspek lain, walaupun tidak seburuk insiden penurunan muka tanah dan penurunan muka air tanah, intrusi air laut di kawasan pesisir masih menjadi masalah yang serius. Perambatan intrusi air laut khususnya dikawasan pantai semakin meningkat 1) . Dengan terjadinya insiden seperti diatas, pemanfaatan air tanah terancam tidak dapat dipertahankan keberlanjutannya, karena kemampuan sistem untuk memenuhi kebutuhan warganya semakin menurun dan kemampuan sistem untuk memperoleh kesimbangan dirinya juga tidak pernah tercapai. 2. Tujuan Pembuatan Paper Dengan adanya permasalahan yang terjadi pada sistem air tanah Jakarta terutama pada akufer air tanah dalam, yang terjadi defisit yang sangat besar antara pemanfaatan dengan suplesi (pemanfaatan air tanah yang tinggi sementara suplesi air tanah berlangsung sangat lambat), solusinya adalah mengembalikan

PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

9

PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi

Pusat Teknologi Lingkungan, Deputi TPSA, BPP TeknologiJl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat

AbstractThe Jakarta groundwater is one of the water resources in which people rely on it in greatdeal. With the limitation of the Water Supply Company to serve its user, groundwaterbecomes very valuable and dependable resource. The magnitude of extraction reachesout above it’s save yield. In the year of 2002 about 1230 to 1590 millions cubic meterswater were accumulated from precipitation. Approximately of 1027 million cubic meterseach year about to be consumed by the people of Jakarta. The groundwater consumptiontend to increase while the land capability to absorb groundwater decreasing as the landdevelopment expanding. Hidrologically the hydraulic conductivity of the Jakartagroundwater aquifer system is very low, so that the groundwater flowrate from the southregion of Jakarta basin is also low. With the magnitude of extraction’s very havily, thecone of depression incident has been occurring in the north Jakarta region. Along withthis incident, a land subsidence was also occurring in the neighboring area. To overcomethese problems, the assessment of the artificial recharge to the Jakarta aquiferparticularly at the critical locations has been done. Schemes of the artificial rechargeswere simulated. Locations and magnitudes of these schemes were recommended toprevent further depression and saltwater intrusions.

Key words : groundwater, aquifer, basin Jakarta, simulation, artificial recharge.

1. Pendahuluan

Seperti sudah kita sadari bersamabahwa air tanah Jakarta menjadi tumpuanharapan warga Jakarta dalam pemenuhankebutuhan air bersih. Hal ini dimungkinkankarena sistem penyediaan air bersih yang sudahada tidak menjangkau semua warganya(diperkirakan hanya 38% warga Jakarta yangdapat menikmatinya, sehingga pilihan sumberlain yang dapat diharapkan adalah air tanah,karena air sungai yang mengalir ke Jakarta jugatidak layak untuk dimanfaatkan karenapermasalahan kualitas yang sangat buruk.

Karena sebagian besar warga Jakartamemanfaatkan air tanah sebagai sumber airbersih, terjadilah ekstraksi air tanah secarabesar-besaran dan hampir tanpa terkendali.Akibat dari ekstraksi air tanah yang besar ini,sistem air tanah menanggung beban yang sangatberat. Aliran imbuhan air tanah yang seharusnyadidapat dari area resapan yang berasal dariselatan Jakarta (yang mengalir melalui akuiferdan menjadi air tanah artesis) maupun yangberasal dari resapan lokal (dari hujan lokal yangkelak menjadi air tanah dangkal) tidak dapatmengimbangi tingkat pengambilan air tanah yangsangat tinggi.

Penggunaan air tanah sudah melebihikemampuan alamnya untuk mengembalikankeseimbangannya secara mandiri(homoeostatis). Akibat dari pemakaian yang tidakdikendalikan, terjadi penurunan yang luar biasapada muka air tanah akuifer dangkal maupun

tekanan akuifer artesis. Insiden penurunan mukaair tanah dan tinggi tekan ini terutama sangatterasa di kawasan utara Jakarta. Selainpenurunan muka air tanah, insiden penurunanmuka tanah juga terjadi di kawasan yang sama.

Walaupun penurunan muka air tanahdangkal atau penurunan tinggi tekan air tanahartesis bukan merupakan penyebab langsungturunnya muka tanah, akan tetapi rongga antarbutir tanah yang kosong (akibat turunnya mukaair tanah) dapat memicu pemadatan tanah(kompaksi). Dari aspek lain, walaupun tidakseburuk insiden penurunan muka tanah danpenurunan muka air tanah, intrusi air laut dikawasan pesisir masih menjadi masalah yangserius. Perambatan intrusi air laut khususnyadikawasan pantai semakin meningkat 1).

Dengan terjadinya insiden seperti diatas,pemanfaatan air tanah terancam tidak dapatdipertahankan keberlanjutannya, karenakemampuan sistem untuk memenuhi kebutuhanwarganya semakin menurun dan kemampuansistem untuk memperoleh kesimbangan dirinyajuga tidak pernah tercapai.

2. Tujuan Pembuatan Paper

Dengan adanya permasalahan yangterjadi pada sistem air tanah Jakarta terutamapada akufer air tanah dalam, yang terjadi defisityang sangat besar antara pemanfaatan dengansuplesi (pemanfaatan air tanah yang tinggisementara suplesi air tanah berlangsung sangatlambat), solusinya adalah mengembalikan

Page 2: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

10

Keterangan :Sungai Luas (Ha)

1. Cengkareng 11.6742. Angke 27.3383. Pesanggrahan 12.1824. Sekretaris 2.0655. Grogol 4.4936. Krukut 11.3377. Mampang 3.4868. Ciliwung 38.1769. Cipinang 5.53410. Sunter 14.67311. Buaran 2.05312. Cakung 3.40513. Jatikramat 1.78514. Cakung Timur 10.037

Gambar 1. Pembagian DAS sungai sungai yang mengalir ke kawasan Jakarta (Tambunan, 2005)

kondisinya sehingga secara ekologis tercapaikeseimbangan dan pemanfaatan air tanah dapatberkelanjutan. Penerapan Imbuhan buatan padaair tanah dalam (air tanah artesis) adalah salahsatu opsi skema untuk menambah ketersediaanair tanah. Jika keseimbangan dapat dicapai,dampak yang lain adalah dapat mencegahterjadinya intrusi air laut yang lebih jauh.

3. Kondisi Hidrogeologis SistemAir Tanah Jakarta

Secara fisik sumberdaya air tanahJakarta tidak dibatasi oleh wilayah administrasi,akan tetapi lebih dibatasi oleh wilayah aliran airtanah, yang terminologi umumnya disebut basin.Basin Air tanah Jakarta ini mempunyai area yangsangat luas yang secara fisik mengikuti 14

Daerah Aliran Sungai yang mengalir kekawasanJakarta dan sekitarnya (Gambar 1).

Kalau ditelusuri dari hulu, aliran air tanahdimulai dari lereng gunung Pangrango, gunungGede dan gunung Salak, gunung Halimundimana didaerah hulu ini air tanah mulai diterimaoleh permukaan tanah dan kemudian meresapkedalam tanah, kemudian setelah meresapkedalam tanah, oleh akuifer dialirkannya kearahhilir sebelah selatan menjadi air tanah dangkal(air tanah bebas) dan air tanah dalam (air tanahtertekan, atau sering disebut juga air tanahartesis).

Selanjutnya sesampainya dikawasanutara, yang diatasnya meliputi wilayahKabupaten Bogor, kota Depok, sebagianKabupaten dan kota Tangerang, sebagianwilayah kabupaten dan kota Bekasi dan paling

Page 3: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

11

besar adalah Propinsi DKI Jakarta, lapisan tanahpembawa air tanah (akuifer) terbagi lagi menjadibeberapa lapisan yang semakin kompleks dansifatnya sangat lokal 27).

Akuifer Jakarta secara geologismemperlihatkan strata tanah yang sangatberagam dan sangat kompleks. Untuk membagisecara tegas lapis demi lapis pada akuiferJakarta, hampir tidak mungkin. Disana siniterdapat zona–zona air tanah yang terperangkapdalam lensa–lensa kecil. Walaupun agak sulituntuk dikelompokkan secara vertikal, secarakasar akuifer Jakarta dapat dikelompokkanmenjadi 3 (tiga) lapis, yakni lapis kesatumerupakan akuifer air tanah dangkal (akuiferbebas) yang mempunyai kedalaman hingga 50meter dibawah muka tanah, lapis keduamerupakan akuifer tertekan (akuifer artesis)mempunyai kedalaman antara 50 hingga 150meter dibawah muka tanah dan lapis ketigamerupakan akuifer tertekan, mempunyaikedalaman antara 150 hingga 250 meterdibawah permukaan tanah. Akuifer artesis lazimjuga disebut akuifer dalam. Dilihat dari segi jenistanahnya, akuifer Jakarta pada umumnyamerupakan butiran pasir lepas, tanah aluivialwalaupun diselang seling dengan tanah lempungyang kedap air (yang ini kelak membuat akuiferitu tidak menerus) mempunyai potensi yangsangat baik sebagai penyimpan air tanah 12).

Jika dilihat secara lokal, dengan tingkatkelulusan yang tinggi, maka dapat diperkirakanbahwa porositas dan konduktivitas hidrolismempunyai besaran yang tinggi, akan tetapimengingat kompleksitas basin yang sedemikiantinggi, dimana akuifer sering dijumpai tidakmenerus, mengakibatkan kecepatan aliran airtanah secara menyeluruh (total) yang rendah.Dampak dari rendahnya kecepatan aliran airtanah ini dapat menyebabkan defisit neraca airpada wilayah atau kawasan tertentu, terutamayang jauh dari daerah imbuhan 25).

Tingkat produktivitas akuifer Jakartadapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yakni :1. Akuifer dengan produksi baik, menghasilkan

air tanah diatas 5 liter/detik.2. Akuifer dengan produksi sedang,

menghasilkan air tanah 5 liter/detik.3. Akuifer dengan produksi rendah,

menghasilkan air tanah dibawah 5 liter/detik.Akuifer dengan produksi baik berada tepat dibawah wilayah DKI.

Di sebelah barat, disekitar wilayahTangerang akuifer mempunyai produksi baik dansedang. Dikawasan ini juga terdapat batuankedap air yang juga menjadi batas fisik akuiferJakarta untuk sebelah barat, sedangkandisebelah timur, dikawasan Bekasi, akuifermempunyai produktivitas yang sangat rendah,sehingga hampir tidak mungkin digunakan

sebagai sumber air yang dapat diandalkan.Sejumlah batuan juga berada dikawasan inisehingga ini merupakan batas timur dari akuiferJakarta

Dari uraian diatas dapat disimpulkanbahwa akuifer Jakarta mempunyai batas fisikyang meliputi 3 (tiga) wilayah propinsi (Banten,Jawa Barat dan DKI) dan lebih rinci lagi terdiriatas 12 (dua belas) pemerintah daerah tingkat IIyakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor, KotaDepok, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang,Kota Jakarta Selatan, Jakarta Barat, JakartaPusat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara 25).

4. Penggunaan Air Tanah DanPermasalahannya

Pengguna air tanah basin Jakartameliputi penduduk yang bermukim di wilayahJABODETABEK, jika dilihat secara ringkas,kondisi sekarang dan kemudian penulis mencobauntuk memproyeksikannya hingga tahun 2025,perkiraan jumlah populasi, kebutuhan air bersihdan kebutuhan air tanah akan meningkat sepertidisajikan pada tabel 1 dibawah ini denganasumsi bahwa : Kebutuhan air bersih ini ditentukan dengan

perkiraan konsumsi air bersih perorangperhari sebesar 200 liter, sudah termasukkebutuhan untuk industri, dll.

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk,proyeksi kebutuhan air bersih dan proyeksikemampuan PDAM memproduksi airbersihnya dilakukan dengan menggunakananalisa regresi dengan kecenderungandisesuaikan dengan perkembangan yangsedang berlangsung (eksponensial,logaritmik, polynomial atau linier)

Tabel 1. Kondisi jumlah penduduk, kebutuhan airbersih dan kemampuan PDAM memproduksi air

bersih dan kebutuhan air tanah

Jenis Obyek Satuan Kondisi2002

Proyeksi2025

1. JumlahPenduduk

jiwa 21.600.698 27.800.000

2. Kebutuhanair bersih

Juta m3 1548 2.000

3. ProduksiPDAM

Juta m3 561.21 645

4. Kebutuhanair tanah

Juta m3 986,79 1.355

Sumber : Hasil perhitungan

Data kondisi eksisting kontur tinggi mukaair tanah dan tinggi tekan air tanah menunjukkanbahwa kondisi akuifer basin Jakarta tidakmenunjukkan gambaran yang memuaskan. Mukaair tanah menunjukkan penurunan terjadi sejalan

Page 4: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

12

dengan berjalannya tahun. Bahkan dibeberapakawasan besaran penurunan tinggi tekan airtanah yang ekstrim. Dikawasan Jakarta Baratlokasi sekitar Mookervart (TOL Bandara)penurunan tinggi tekan hingga negative (-) 20meter pada tahun 1986 menjadi hingga (-) 40meter pada tahun 2000, demikian juga dengantinggi tekan air tanah disekitar Pulomas terjadipenurunan hingga (-) 20 meter terhadap muka airlaut pada tahun 1986 menjadi (-) 25 meter padatahun 2000.

Pada tahun 2000 pula data pengamatanmenunjukkan penurunan tinggi tekan (-) 30 meterdikawasan Bekasi Utara. (Gambar 2 dan 3) 17,32).Pemerintah Daerah DKI Jaya mengeluarkanperaturan yang diperkirakan dapat memberikandampak yang signifikan dalam pengembaliankondisi muka air tanah melalui SK Gubernur no.115 tahun 2001, akan tetapi masih belummemberikan hasil yang memuaskan.

Berdasarkan uraian diatas, dapatdiidentifikasikan masalah masalah sebagaiberikut :1. Meskipun akuifer basin Jakarta mempunyai

karakteristik yang baik sebagai penyimpanair tanah, harus dikaji apakah secarakuantitatif neraca air tanah sudahmenunjukkan besaran yang seimbang antaraekstraksi (pengambilan) dan imbuhannya.

2. Secara hidrolis karaktetristik akuifermenentukan kecepatan aliran air tanah,

sehingga dari aspek ini dapat diperkirakanapakah kecepatan air tanah dapatmengimbangi kecepatan pengambilan(ekstraksi) air tanah oleh penduduk. Denganmelihat kenyataan dilapangan, terlihat bahwabeberapa kasus kekurangan air tanah hinggamenurunnya muka air tanah yang sangatdalam, dapat dipastikan bahwa hal inimerupakan cerminan ketidak seimbanganantara tingkat pengambilan air tanah dankecepatan air tanah. Terlebih lagi kasuspenurunan tinggi tekan air tanah dalam yangpaling parah terjadi di kawasan utara Jakartayang notabene jauh dari daerah imbuhan,sehingga dapat disimpulkan bahwa faktorjarak relatif antara lokasi ekstraksi dandaerah imbuhan dan juga rendahnyakecepatan aliran air tanah merupakanmasalah yang memicu terjadinya penurunanmuka air tanah dan hal ini belumterpecahkan.

3. Tindakan penanggulangan kekurangan airtanah tidak pernah berhasil mengatasimasalah pokok, dan kebijakan pengelolaansumberdaya air tanah yang diterapkan dapatdikatakan tidak pernah efektif mengatasimasalah, hal ini terbukti bahwa setiap tahunmasalahnya berulang bahkan mungkin lebihparah. Warga tetap kekurangan air bersih,dan air tanah tidak mengganti sumber airbersih alternatif.

(a)

(b)

Gambar 2. Kontur piezometrik air tanah dalam, lapis 1 (kedalaman dibawah – 140 m)(a). Kondisi tahun 1987 (Indec, 1987), (b). Kondisi tahun 2000 (Wandowo, 2000)

Page 5: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

13

(a)

(b)

Gambar 3. Kontur piezometrik air tanah dalam, lapis 2 (kedalaman 40 – 140 m).(a). Kondisi tahun 1987 (Indec, 1987), (b). Kondisi tahun 2000 (Wandowo, 2000)

Di samping masalah seperti yang telahdisebutkan diatas, ada beberapa pertanyaanyang dijadikan arahan untuk mendapatkan solusiyang paling tepat atau optimal, yaitu :

Berapakah tingkat kebutuhan air bersihwarga JABODETABEK? Berapa besarkemampuan PDAM memasok air dan berapatingkat kebutuhan air tanah? Berapa besarpotensi air tanah akuifer Jakarta?1. Sampai sejauh mana efektifitas koordinasi

kelembagaan pengendali sumberdaya airtanah menjalankan peraturan pengendaliansumberdaya air tanah sehingga dapatdijalankan secara konsekuen?

2. Dapatkah imbuhan buatan sebagaipengganti imbuhan alami, meningkatkanpotensi air tanah?

5. Konsep Pemecahan Masalah AirTanah Jakarta

5.1. Kependudukan Dan PenggunaanAir Tanah

Perkiraan proyeksi penduduk, kebutuhanair bersih dan kebutuhan air tanah untukkawasan JABODETABEK, disajikan seperti padaGambar 4 dan Gambar 5 dibawah ini. Darigrafik yang disajikan pada gambar 4 dan 5diatas, diketahui bahwa kebutuhan sumberdayaair tanah ini akan meningkat sejalan denganpertambahan jumlah penduduk. Hal ini berartijika diasumsikan tidak terjadi perubahan polapengelolaan dan pemanfaatan air tanah, makasudah dapat dipastikan bahwa kondisi air tanahakan bertambah parah, sehingga penggunaan airtanah sudah tidak berkelanjutan lagi.

Kebutuhan air bersih wargaJABODETABEK yang pada saat ini diperkirakansebesar 1549 juta m3 dan jumlah ini masihterus meningkat di masa masa yang akandatang. Dengan kemampuan PDAM yang

Page 6: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

14

terbatas, sebagian besar dari kebutuhan air inididapat dari air tanah. Pada tahun 2002 iniPDAM hanya dapat menyediakan air bersihsebesar 339 juta m3 dan belum adapenambahan kapasitas hingga sekarang, jadisecara garis besar sisanya sebesar 1210 jutam3 dipenuhi dari air tanah. Untuk DKI Jakarta,dari perhitungan kebutuhan air bersih 612 jutam3/tahun, PDAM Jakarta hanya mampumenyediakan 232 juta m3/tahun atau ± 38 % darikebutuhan, sehingga sisanya sebesar 380 jutam3/tahun mengandalkan potensi air tanah.

Dari sisi neraca air tanah, banyaknyacurah hujan yang jatuh di basin Jakarta hinggamencapai antara 2000 – 3500 mm pertahun, jikaluas basin ± 3000 km3, maka basin Jakartamenerima air hujan antara 6000 – 10.500 juta m3pertahun. Dari presipitasi yang jatuh di basinJakarta ini, diperkirakan 1230 hingga 4850 jutam3 setiap tahun akan meresap kedalam tanah.Jika 5 % dari air yang meresap ini terserap lebihdalam oleh akuifer artesis, maka potensi airtanah dangkal berkisar antara 1170 hingga 4600juta m3 pertahun sementara air tanah dalammempunyai potensi sebesar 62 hingga 230 jutam3.

Di sisi lain, pembangunan kota Jakartadan wilayah sekitarnya (BODETABEK) sudahsedemikian rupa sehingga terdapat banyak sekalibangunan, jalan raya dan areal parkir yangmenutupi permukaan tanah. Luas tanah terbukamenjadi semakin sempit. Kegiatan penutupanpermukaan tanah ini masih berlangsung,sehingga potensi pengisian kembali (imbuhanalam) air tanah yang diharapkan dari peresapanlangsung semakin menurun.

Seperti yang diketahui, bahwa tanahterbuka ini seharusnya dapat menjadi tempatperesapan air hujan yang turun ke bumi yangselanjutnya menjadi tempat pengisian langsungbagi air tanah, terutama untuk air tanah dangkal,akan tetapi harapan ini tidak menjadi kenyataan.Akibat semakin menyempitnya lahan untukperesapan air hujan, kapasitas air tanah yangdapat dimanfaatkan jumlahnya menurun. Tidakterjadi keseimbangan antara pengisian air tanahdan pengambilannya.

Dari perkiraan neraca air tanah diatas,diketahui bahwa persediaan air tanah maupun airpermukaan seharusnya cukup untuk memenuhikebutuhan air bersih penduduk JABODETABEK.Akan tetapi di beberapa kawasan, terutama dikawasan utara Jakarta terjadi masalah air tanah,dan yang sering mengemuka adalah masalahkualitas dan kuantitas air tanah.

Akan tetapi sebelum itu terjadi, adabeberapa tindakan pengatasan masalah yangdapat dilakukan yakni tindakan fisik menambahcadangan air tanah, yakni merupakan tindakan

pintas memasukkan air kedalam akuifer. Prosesini seharusnya dilakukan dengan memanfaatkankinerja akuifer dalam mengembalikankeseimbangan hidrolisnya, akan tetapi tidakdapat tercapai karena kecepatan pengambilantidak dapat diimbangi oleh kecepatan aliran airtanah untuk mencapai keseimbangan hidrolisnya,sehingga dibeberapa kawasan mengalamipenurunan yang sangat hebat, terutama di areayang jauh dari daerah pengisian.

Untuk mengembalikan tinggi muka airtanah dangkal, program sumur resapan. yangdituangkan kedalam SK Gubernur 115 tahun2000 tentang sumur resapan perlu ditingkatkanefektifitas penerapannya. Sementara itu untukakuifer tertekan perlu diadakan imbuhan buatan.Karena skema imbuhan buatan ini dianggap lebihefektip dibanding dengan metode yang lain(Hutasoit, 2003). Pengisian air tanah inidilakukan pada lokasi – lokasi yang mengalamikrisis yang paling parah, yakni lokasi dimanaterjadi depresi kerucut yang sangat dalam.Teknologi skema penyuntikan air kedalam akuiferini sudah dikenal dan diterapkan di AmerikaSerikat (Orange County, California). Maksud daripenyuntikan air kedalam akuifer ini juga untukmeninggikan muka air tanah 18).

Selain daripada penanggulangan secarafisik, tindakan koordinasi pengelolaansumberdaya air tanah secara terpadu juga harusdilakukan secara bersamaan. Pihak terkait(stakeholders) terdiri atas para pemegangkendali di Pemerintah Daerah yang warganyamerupakan pengguna air tanah basin Jakarta ini.Koordinasi pengelolaan ini merupakan lintassektoral yang merupakan kerjasama antar 3propinsi (Jawa Barat, Banten dan DKI).Kebijakan pengelolaan air tanah yang selama inihanya berlaku lokal sudah seharusnya berlakusecara lebih luas. Masing masing stakeholdermempunyai suatu kepentingan yang sama(something in common) dalam mengatasimasalah air tanah ini.

Pelaksanaan peninggian muka air tanahdilakukan dengan cara menyuntikkan air kedalamakuifer, Sebelum pelaksanaan penyuntikan itudilakukan, karena membutuhkan biaya yangmahal dan waktu yang relative lama, makaterlebih dahulu dilakukan simulasi model yangbertujuan untuk mengamati perilaku air tanah jikadilakukan skema penyuntikan (imbuhan buatan).Dari model ini pula akan diketahui secarakuantitatif volume air baku yang akan disuntikkandan lokasi tempat penyuntikan. Simulasipermodelan menggunakan Visual Modflow(Waterloo Hydrologic, 1996). Skema penyuntikanakan dilakukan terhadap akuifer tertekan. Hasilsimulasi disajikan seperti pada gambar 6 ~ 9.

Page 7: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

15

20,000,000

22,000,000

24,000,000

26,000,000

28,000,000

30,000,000

20022004

20062008

20102012

20142016

20182020

20222024

tahun

jiwa

JABODETABEK

Sumber: Hasil perhitungan

Gambar 4. Proyeksi jumlah penduduk JABODETABEK hingga tahun 2025

0

500

1000

1500

2000

2500

20022004

20062008

20102012

20142016

20182020

20222024

tahun

juta M

3

Kebutuhan air bersih Produksi PDAM Kebutuhan Air Tanah

Sumber: Hasil perhitungan

Gambar 5. Proyeksi kebutuhan air bersih, produksi PDAM dan kebutuhan air tanahuntuk wilayah JABODETABEK hingga tahun 2025

Gambar 6. Hasil simulasi imbuhan buatan untukakuifer lapis I (kedalaman dibawah -140 m)

(Situasi sebelum imbuhan dilakukan)

Gambar 7. Hasil simulasi imbuhan buatan untukakuifer lapis I (kedalaman dibawah -140 m

(Situasi sesudah imbuhan dilakukan)

Page 8: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

16

Gambar 8. Hasil simulasi imbuhan buatan untukakuifer lapis 2 (kedalaman -40 hingga -140 m)

(Situasi sesudah imbuhan dilakukan)

Gambar 9. Hasil simulasi imbuhan buatan untukakuifer lapis 2 (Situasi sebelum imbuhan

dilakukan)Adapun dari simulasi permodelan

penyuntikan air tanah, hasilnya diperlihatkanseperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 10. Lokasi imbuhan buatan pada akuiferair tanah dangkal (Lapis 2)

Gambar 11. Lokasi imbuhan buatan pada akuiferair tanah dangkal (Lapis 1)

Pada akuifer tertekan lapis kedua,terdapat 10 sel yang direkomendasikan untukpelaksanaan penyuntikan. Sumur penyuntikanyang direkomendasikan konsentrasikan disekitarTOL Bandara untuk Jakarta Barat dan di Jakartatimur disekitar Pulogadung. Jumlah sumurpenyuntikan yang direkomendasikan sebanyak10 unit sumur dengan besaran air total yangakan disuntikkan adalah 130.000 m3 perhari atau

Page 9: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

17

kira kira 1500 liter/detik. Dengan air sebanyak itu,setiap sumur akan dialirkan air sebanyak kira kira150 liter/detik untuk disuntikkan kedalam akuifertertekan lapis kedua. Pada akuifer air tanahtertekan lapis terbawah (lapis kesatu) dengankedalaman di bawah 140 m direkomendasikan 8unit sumur yang akan digunakan sebagaiimbuhan buatan. Adapun lokasi sumur tersebardisepanjang kawasan Jakarta pusat memanjangdari mulai area tol bandara hingga Jakarta Timurdisekitar Pulomas seperti diperlihatkan padagambar 8. Volume total air yang disuntikkankedalam akuifer sebesar 100.000 m3 untuksetiap hari atau kira-kira 1.160 liter/detik. Dengandemikian setiap sumur akan dialirkan airsebanyak 145 liter/detik.

5.2. Strategi Pengelolaan Sumberdaya AirTanah basin Jakarta

Seperti diketahui bahwa saranapenyediaan air bersih untuk Jakarta tidaksepenuhnya dapat diperoleh dari Perusahaan AirMinum, maka air tanah merupakan salah satucara yang paling banyak dipilih bagi wargaJakarta untuk mendapatkan air bersih sebagaisumber air bersih alternatif. Air baku yangdipergunakan untuk penyediaan air bersih yangdilayani oleh PDAM berasal dari air permukaan.Akan tetapi jangkauan pelayanan PDAM hanyamampu melayani bagian kota tertentu saja,sehingga masyarakat Jakarta harusmengandalkan air tanah sebagai pemenuhankebutuhan air bersihnya. Seperti juga diketahuibahwa sangat sedikit atau bahkan tidak satu kotametropolitanpun didunia ini yang mengandalkanpenyediaan air bersihnya utamanya dari airtanah, kecuali Jakarta.

Keterbatasan penyediaan air permukaanini juga memicu industri dalam usahapemenuhan air bersihnya. Beberapa industrimenggunakan air tanah tidak cukup hanya darisumur dangkal saja, akan tetapi sudahmerambah air tanah yang lebih dalam, karenapertimbangan kapasitas yang lebih besar. Akibatpemanfaatan air tanah yang semakin tidakterkendali menyebabkan penurunan muka airtanah (pada air tanah dangkal) juga penurunantinggi tekan (pada air tanah tertekan). Sebagaiakibat dari penurunan muka air tanah danpenurunan tinggi tekan yang ekstrim ini akanmenurunkan pula muka air tanah (dan tinggitekan) disekitar industri tersebut, yangselanjutnya akan dapat memicu ketegangansosial, karena secara langsung berdampak padapenyediaan air bersih warga sekitarnya.

Dari segi fisik, secara geologis akuiferJakarta mempunyai kemampuan yang baikdalam menyimpan air tanah. Akan tetapi inisifatnya hanya lokal, untuk secara keseluruhan,

kemampuan untuk mengalirkan air tanah hinggake kawasan utara Jakarta sangat rendah.Kecepatan aliran air tanah yang diekspresikandengan angka kelaluan hidrolis yang rendah,yakni berkisar 0,00002 m/detik hingga 0,0001m/detik, atau ± 2 m/hari. Dengan kata lain bahwakecepatan pengaliran air tanah hanya sekitar 2m/hari 33). Oleh karena itu banyak terjadimasalah. Masalah yang menonjol adalahturunnya muka air tanah. Semakin keutaramasalah penurunan muka air tanah semakinparah, hingga terjadi depresi kerucut yangsangat dalam.

Konsep pemecahan masalah air tanahyang utama adalah ditujukan untuk menaikkanmuka air tanah (dan tinggi tekan). Wacanapengisian buatan akan lebih tepat jika diterapkanuntuk mengisi air tanah tertekan, sedangkanuntuk air tanah dangkal karena masih dapatmengandalkan resapan dari permukaan tanah.Pengelolaan air tanah dangkal akan lebih tepatjika diterapkan suatu kebijakan yang melibatkanstakeholders yang lebih luas sesuai denganbatasan fisik akuifer basin Jakarta.

Sebagai salah satu usaha agarpemanfaatan air tanah dapat lebih berkelanjutan,kebijakan pengisian air tanah dangkal, melaluiKeputusan Gubernur nomor 115 tahun 2001tentang pembuatan sumur resapan di PropinsiDKI Jaya dirasakan kurang efektip dalammengatasi permasalahan air tanah. Oleh karenaitu peraturan perundangan ini sudah selayaknyadiadakan penyempurnaan, yakni disempurnakansedemikian rupa sehingga peran masyarakatluas ikut dilibatkan dalam mengatasi masalah airtanah.

Sebagai arahan dalam perumusankebijakan yang akan ditempuh dibidangsumberdaya air tanah, ditujukan agar 21):a. Mengelola sumberdaya air tanah dari hulu

hingga hilir dengan mengacu pada DAS 14sungai yang mengalir dikawasanJABODETABEK.

b. Memberdayakan masyarakat bagipeningkatan kesejahteraan masyarakat.

c. Memelihara kawasan konservasi yang sudahada dan menetapkan konservasi barudiwilayah tertentu.

d. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangkamenanggulangi permasalahan air tanah.

Dengan arahan kebijakan ini, strategiyang ditempuh dalam bidang sumberdaya airtanah adalah :a. Mengoptimalkan upaya konservasi

rehabilitasi dan penghematan sumberdayaair (baik air permukaan maupun air tanah)melalui sosialisasi penghematan,meningkatkan kerja sama antar unit daninstansi terkait dalam pengelolaan danpenegakan hukum.

Page 10: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

18

b. Meningkatkan partisipasi dan akuntabilitasmasyarakat, swasta dan pemerintah dalammengatasi masalah air tanah (baik kualitatifmaupun kuantitatif), mengikutsertakanmasyarakat dalam penegakan hukum dalampenanganan sumber sumber penyebabpermasalahan.

5.3. Konsep Pengelolaan Sumberdaya AirLintas Wilayah

Secara geografis akuifer Jakartamempunyai area permukaan yang tersebarmeliputi 3 wilayah propinsi, yakni :1. Propinsi DKI Jakarta,2. Propinsi Jawa Barat yang terdiri atas wilayah

(Kota dan kabupaten Bogor, Kota Depok,Kota dan Kabupaten Bekasi)

3. Propinsi Banten yang terdiri atas wilayah(Kota dan Kabupaten Tangerang)

Selain itu diatas wilayah geografis Propinsi DKIJakarta mengalir 14 buah sungai, wilayahPropinsi lain juga dialiri oleh beberapa darisungai sungai tersebut.

Berkaitan dengan kondisi ini makabeberapa wilayah tersebut mempunyai suatukesamaan kepentingan (something in common),yakni :1. Karena keempatbelas sungai tersebut

mengalir, maka ada suatu kondisi yang tidakdapat dihindari bahwa warga dari gabunganwilayah (JABODETABEK) mempergunakansungai sungai tersebut (terlepas dari fungsiapapun)

2. Warga di wilayah ini juga mempergunakanakuifer air tanah yang sama dalammemanfaatkan air tanahnya.

Dengan adanya persamaan kepentingan ini,maka terdapat alasan yang kuat bahwa perludiusulkan suatu sistem pengelolaan DASbersama dengan tema ”one river onemanagement”.

Beberapa aspek yang perlu mendapatperhatian dalam membentuk badan pengelolaadalah :1. Regulasi yang mengatur standar kualitas

keempatbelas sungai2. Regulasi yang mengatur perlindungan hulu

seluruh sungai sungai diatas.3. Regulasi yang mengatur daerah tangkapan

air4. Regulasi yang mengatur pemanfaatan air

tanah akuifer Jakarta5. Regulasi yang mengatur penggunaan lahan6. Pemantauan bersama kualitas dan kuantitas

sungai dan potensi air tanah7. Regulasi yang mengatur sistem dan pola

imbuhan air pada akuifer air tanah Jakarta.Adapun tanggung jawab badan

pengelola harus diatas gubernur atau setingkat

menteri (MENDAGRI) karena badan pengelolaini mempunyai daerah kewenangan yangmelintasi batas propinsi.

6. Pembahasan Hasil Kajian

Sistem air tanah di kawasan Jakarta dansekitarnya, yang merupakan daerah studi ini,tidak lepas dari sistem sumberdaya air secarakeseluruhan. Dampak yang sedang dialami olehbadan air tanah tidak hanya disebabkan olehpola pemakaian atau pemanfaatan air tanahyang kurang terorganisasi dengan baik, akantetapi juga terdapat korelasi pengaruh sebagaiakibat pengendalian sumberdaya air keseluruhansecara terpadu. Hal ini dimungkinkan karenaadanya siklus hidrologi yang melibatkan seluruhkomponen air, baik air angkasa, air permukaandan air tanah.

Adapun untuk sistem air bawah tanah,sistem akuifer sebenarnya tidak bisa dilihatsebagai sistem hidrogeologi yang rigid danskematisasi yang kaku sesuai dengan definisiakuifer dan akuitarnya, karena dari interpretasidata pemboran tanah memperlihatkan bahwaketegasan batas antara akuifer dan akuitard itusangat berbeda dengan anggapan diatas kertas.Untuk sistem akuifer Jakarta, terdapat lapisanpasir lensa yang ditemui pada kedalamantertentu, jadi tidak secara tegas mempunyaiperbatasan fisik yang jelas, sehingga keterkaitandengan sistem struktur tanah sekitarnya sangaterat.

Pemaparan fakta dari kondisi sistem airtanah Jakarta seperti yang diuraikan pada uraiansebelumnya yaitu kondisi muka air tanah dariketiga lapis akuifer maupun kondisi penurunanmuka tanah dan juga terdeteksinya air payau,secara umum dapat dikatakan bahwa insidenpenurunan muka tanah, penurunan muka airtanah dan terjadinya intrusi air laut, tidak bisadilihat hanya sebagai akibat pola pemanfaatanair tanah yang buruk saja. Akan tetapi dapatdilihat secara lebih jauh, sistem air tanahmerupakan bagian dari sistem hidrogeologi padakhususnya dan sistem hidrologi pada umumnya.Oleh karena itu remedi yang menyeluruh untukmengatasi permasalahan air tanah inisebenarnya tidak secara khusus hanya terpusatpola pengambilan saja yang dikendalikan, akantetapi strategi pengendalian sumberdaya airtanah dan air permukaan secara terpadu jugaharus mengemuka.

Penurunan muka air tanah padabeberapa kawasan tertentu terutama pada areadimana terjadi kerucut depresi yang dalammerupakan suatu kenyataan bahwa pada akuiferuntuk area ini terjadi ketidakseimbanganterhadap neraca air tanah. Secara umumkapasitas pengambilan air tanah didaerah

Page 11: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

19

kerucut depresi tersebut melebihi kapasitaspengisiannya. Sehingga terjadi kerucut depresiyang disebutkan diatas. Hal ini dimungkinkankarena terdapatnya kegiatan fisik dikawasantersebut misalnya kegiatan industri berat yangmengkonsumsi air tanah yang tinggi ataukegiatan lainnya yang juga menggunakan airtanah dalam jumlah besar.

Bila ditinjau lebih jauh terjadinyapenurunan muka air tanah yang mencolok inikemungkinan disebabkan olehketidakseimbangan kuantitatif volume air tanahseperti yang telah diuraikan diatas, kemungkinanyang lain adalah property akuifer yang sensitiveterhadap ekstraksi air tanah. Properti akuifer iniantara lain adalah porositas tanah, angkakelaluan, koefisien storage, ataupun kondisikelokalan akuifer itu sendiri, seperti terjadi lensapengelompokan dan kasus kelokalan yang lain.Bisa juga oleh karena gabungan dari penyebabdiatas.

Untuk kasus penurunan muka tanah,dampak yang disebabkan oleh menurunnyamuka tanah tidak menjadi satu satunya faktorpenyebab. Ada dua penyebab lain yangmenyumbang terjadinya penurunan muka tanah,yakni adanya sebagian kegiatan geologi yangmenyebabkan terjadinya kompaksi butir tanahyang terjadi sepanjang masa dan adanya bebanberat akibat adanya struktur diatas muka tanah,dalam hal ini pada umumnya bangunanbertingkat. Menurut Distamben, DKI (2003),faktor penyebab yang paling dominan adalahbeban berat bangunan yang menyumbang 80%terhadap laju penurunan muka tanah, sedangkanpengambilan air tanah menyumbang 17,5%,yang berarti bahwa proses kompaksi akibatpengambilan air tanah bukan satu satunyapenyebab.

Masalah keberadaan air payau didalamakuifer basin Jakarta juga tidak merupakan satusatunya dampak dari pengambilan air tanah yangberlebihan. Disamping gejala bergesernyainterface air asin dan air tawar, kehadiran airpayau dalam sistem air tanah basin Jakarta jugadisebabkan oleh hadirnya air asin sejak ribuantahun yang silam. Hal ini sudah dibuktikan bahwakeberadaan air asin di beberapa kawasanJakarta tidak terkait dengan aktifitaspengambilan air tanah (Wandowo, 2000). Jugadiketahui bahwa keberadaan air asin yangditemukan pada beberapa lokasi sumurpemantauan diperkirakan sudah disana sejakjaman purba (Wandowo, 2000)

7. Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian ini dapat menyimpulkanbahwa :

1. Dari kajian kependudukan dan kebutuhan airbersih dapat disimpulkan seperti disajikanpada tabel di bawah ini

JENISANALISIS SATUAN TAHUN

2002 20251. Jumlah

Penduduk jiwa 21.600.698 27.779.399

2. KebutuhanAir bersih Juta m3 1.548,79 1.994,72

3. KemampuanPDAMmemasok airbersih

Juta m3 576,86 644,91

4. KebutuhanAir tanah Juta m3 1,027.72 1,429.14

5. Ketersediaanair tanah Juta m3 1230 -

1590 ?

Sehingga dari tabel diatas dapat disimpulkanbahwa potensi air tanah akuifer basinJakarta dalam keadaan kritis, karenaperimbangan antara pemakaian danperkiraan imbuhan alam yang diterima olehair tanah (akuifer bebas) memperlihatkanperbedaan yang tipis. Ini berarti telah atausangat dekat dengan saat pertemuan antaralaju konsumsi air tanah yang naik denganketersediaan sumberdaya yang semakinmenurun. Jika tidak dilakukan intervensimaka potensi sumberdaya air tanah akanmenurun dan defisit dengan tingkatkonsumsi semakin jauh.

2. Kerucut depresi dan penurunan muka tanah(land subsidence) yang terjadi di kawasanutara Jakarta memperlihatkan bahwadistribusi ekstraksi air tanah sangat tidakseimbang. Kondisi yang tidak seimbang inidimungkinkan karena kecepatan pengisianair tanah pada akuifer bagian utara Jakartalebih rendah dibandingkan dengan volumeekstraksi total dikawasan terjadinya insiden(kerucut depresi dan land subsidence).Mengingat daerah pengisian air tanahberada dikawasan selatan Jakarta, dandiperlukan waktu yang relatif lama hingga airtanah pengisi sampai di kawasan utaraJakarta, ini juga memperkuat bahwa besarankonduktivitas hidrolis akuifer ini sampai padatahap terlalu kecil untuk tingkat ekstraksilokal saat ini.

3. Angka kelaluan yang sangat rendah danmempunyai rentang variasi yang sangatlebar (terrendah 0.01 m perhari hinggatertinggi 14 meter perhari) yangmemperlihatkan bahwa kecepatan aliran airtanah yang juga rendah, sifatnya lokal (tidakmenerus), dengan demikian untuk besarank (angka kelaluan) dari formasi total akanjauh kebih rendah setelah lapisan pasir itutidak langsung berhubungan, hal ini

Page 12: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

20

menyebabkan terjadinya kesenjanganantara laju ekstraksi dengan kecepatanpengisian air dari akuifer sekitarnya.Kecepatan ekstraksi jauh lebih tinggidaripada kecepatan pengisian air tanah, dansudah terjadi beberapa tahun sehinggaberdampak pada insiden penurunan mukaair tanah dan penurunan permukaan tanah.

4. Instrumentasi perundang – undangan yangmenyangkut pengelolaan sumberdaya airtanah yang diharapkan dapatmengendalikan penggunaan air tanah, tidakberjalan sesuai dengan harapan. SuratKeputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor.115 tahun 2000 hanya efektip untukpengembang atau pemilik gedung yangsedang dibangun.

5. Skema imbuhan buatan (yang berfungsimenahan laju penurunan muka air tanahdan muka tanah) untuk akuifer air tanahJakarta trutama pada lokasi insiden yangdimaksud diatas, secara teoritis dapatditerapkan.

6. Dari beberapa fakta dan insiden yang telahterjadi, dapat disimpulkan bahwapemanfaatan air tanah Jakarta tidak dapatdipertahankan secara jangka panjang.Untuk mengganti pasokan air minum warga,pemanfaatan air permukaan harus lebihdiintensifkan.

Saran yang dapat diberikan dalampenelitian ini adalah, sebagai berikut :1. Diperlukan sistem penyediaan air bersih

yang memadai oleh Perusahaan Air MinumDKI Jakarta, yaitu sistem penyediaan airbersih yang tidak bersumber pada air tanahuntuk daerah yang mengalami penurunan airtanah yang ekstrim dan untuk daerah pesisir,yaitu dengan : Tidak mengembangkan sistem

penyediaan air bersih yang berbasis airtanah.

Memanfaatkan secara optimal sumberair permukaan yang ada di kawasanJABODETABEK.

2. Diperlukan perluasan sistem penyediaan airbersih (yang dalam hal ini dikelola olehPDAM Jaya) agar lebih menjangkau wargaJakarta secara lebih luas, terutama pada : Daerah pesisir, yaitu area dimana air

tanahnya mempunyai salinitas tinggi(payau)

Daerah yang kritis, yaitu daerah yangmengalami penurunan muka tanah danmuka air tanah yang ekstrim.

Penambahan sambungan umum didaerah pemukiman padat dan warganyamempunyai tingkat ekonomi rendah.

3. Diperlukan instrumen perundangan danprogram pengendalian sumberdaya air tanahyang lebih menyentuh permasalahan yangactual, antara lain kebijakan perlindungandaerah tangkapan air diselatan Jakarta, yaitudaerah pegunungan (Gunung Salak, Gededan Pangrango) maupun di daerahpenggunaan air tanah terutama di wilayahJABODETABEK antara lain dengan cara : Memperketat persyaratan menebang

pohon didaerah tangkapan air. Penyempurnaan SK Gubernur nomor

115 tahun 2001 sehingga diarahkantidak hanya pemilik gedung baru,diperluas jangkauan sasaran kewajibanpembuatan sumur resapan yaitu tidakhanya pemilik bangunan baru di Jakartasaja akan tetapi meliputi seluruh wargaJABODETABEK. Oleh karena itu untukkeperluan ini dibutuhkan kerjasamalintas propinsi.

Sosialisasi secara menyeluruh melaluimedia masa cetak dan elektronikterhadap pedoman konservasi air tanahtermasuk perlindungan daerahtangkapan air, cara cara pembuatansumur resapan dll.

4. Perlu dilakukan kajian teknis secara lebihmenyeluruh dan mendetail kemungkinanpenerapan imbuhan buatan pada akuiferJakarta, antara lain : Penyelidikan karakteristik tanah secara

lebih detail yang meliputi porositastanah, koefisien kelaluan hidrolis padakawasan kritis.

Kajian dan pemilihan teknologi yangpaling tepat dalam implementasi teknikimbuhan buatan.

Kajian secara kuantitatif dan kualitatifterhadap air baku yang akan disuntikkan.

Kajian perlunya sistem purifikasi yangpaling tepat terhadap air baku yang akandisuntikkan.

Analisa mengenai dampak lingkungan dilokasi penyuntikan air.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pengendalian Lingkungan HidupDaerah DKI Jakarta. 2004. Kebijakan danStrategi Pemda DKI JakartaMengantisipasi Bencana Serta DampakKemarau dan Banjir. Lokakarya.Perubahan Iklim Bencana Alam di DKIJakarta ”Antisipasi dan Mitigasi DampakKemarau Banjir”. Jakarta.

2. Bear, J. 1979. Hydraulic of Groundwater.McGraw-Hill. New York.

Page 13: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

21

3. Chang, J – H. 1968. Climate andAgriculture: An Ecological Survey. AldinePublishing Co. Chicago:

4. Chiang, C.Y., M. F. Wheeler dan P.B.Bedient. 1989. A Method of CharacteristicsTechnique and Mixed Finite ElementsMethod for Simulation of GroundwaterSolute Transport. Water ResourcesResearch. July 1989. Vol.25. No.7. 1541-1549.

5. Djajaputra, A. Aziz. 2001. Penurunan MukaTanah dan Faktor Beban PermukaanDaerah Jakarta. Seminar Tinjauan GeologiTerhadap Daerah Genangan Di WilayahD.K.I. Jakarta dari Faktor PenurunanTanah Secara Non-Alami. 3 Mei 2001.Diselenggarakan oleh LaboratoriumMekanika Tanah Jurusan Teknik SipilUniversitas Indonesia dan DinasPertambangan Pemda DKI. Jakarta.

6. Dinas Pertambangan DKI Jakarta. 2000.Studi Pengaruh Pemompaan Air BawahTanah Terhadap Land Subsidence danIntrusi Air Laut,

7. Direktorat Geologi Tata Lingkungan. PetaHidrogeologi Indonesia. Lembar 1209-1.Bogor. Jawabarat. Disalin dari : LaporanTahunan DGTL, 1994/1995.

8. Freeze, Allan R., John A. Cherry. 1979.Groundwater. Prentice Hall. EnglewoodCliffs, New Jersey.

9. Fujioka, Yamaguchi. 1982. PengamatanSystem Air Tanah Jakarta. TinjauanHidrogeologi Basin Jakarta.

10. Hadipurwo, Satryo dan Syamsul Hadi.2000. Konservasi Air Tanah DaerahJakarta – Bogor. Menyertai PetaPengendalian Pengambilan Air Tanah.Direktorat Geologi Tata Lingkungan.

11. Havis, R.N., R.E. Smith, dan D. D. Adrian.1992. Partitioning Solute TransportBetween Infiltration and Overland FlowUnder Rainfall. Water ResourcesResearch.October 1992. Vol. 28, No. 10.2569-2580.

12. Hutasoit, Lambok M. 2004. HidrogeologiCekungan Jakarta untuk PengembanganResapan Buatan. Laboratorium SimulasiNumerik Hidrogeologi. Departemen TeknikGeologi. ITB

13. IWACO, DHV Consultants, DELFTHYDRAULICS, TNO, PT. Indah Karya, PT.Kwarsa Hexagon, PT. Wiratman &Associates. 1994. Jabotabek WaterResources Management Study. DirectorateGeneral of Water Resources Development.Ministry of Public Works. Government ofIndonesia. Jakarta

14. McDonald, Adrian T., David Kay. 1988.Water Resources: Issues & Strategies.

Themes in Resource Management.Longman Scientific & Technical. JohnWiley & Sons. Inc. New York.

15. McDonald, Michael T dan Allen W.Harbaugh. 1997. A Three – DimensionalFinite – Difference Groundwater FlowModel.

16. Indec & Associates Ltd. 1987. CisadaneRiver basin development feasibility study.Final feasibility report. Main report. Vol.1.Jakarta. Indonesia

17. Indec & Associates Ltd. 1987. CisadaneRiver Basin Development Feasibility Study.Final Feasibility Report. Groundwater.Vol.3. Jakarta. Indonesia.

18. Orange County Water District. 1999. WaterFactory 21. http://www.ocwd.com

19. Puslitbang Teknologi Sumber Daya AirDepartemen Pemukiman dan PrasaranaWilayah. 2000. Studi Banjir di WilayahKamal – Cengkareng – Kapuk. PropinsiDKI Jakarta.

20. Lindstrom, F.T. and W.T. Piver. 1991.Mathematical Models for DescribingTransport in the Unsaturated Zone of Soil.The Handbook of EnvironmentalChemistry. Vol 5 Part A. Springer-Verlag.Berlin.

21. Pemerintah Daerah DKI Jakarta.2000.Agenda 21 Daerah Khusus IbukotaJakarta.

22. Peta Geologi Tata Lingkungan Indonesia.1996. Lembar: DKI Jakarta. DirektoratGeologi Tata Lingkungan. Bandung.

23. Rogers, Peter P. dan Myron B. Fiering.1986. Use of Systems Analysis in WaterManagement. Water Resources Research.Vol. 22. No.9. Agustus 1986. Hal. 146s-158s.

24. Samsuhadi. 1990. Optimal Control OfSaltwater Intrusion. Application For TheJakarta Groundwater Basin. Master'sThesis. Humboldt State University. Arcata.California.

25. Soeryantono, Herr, Dwita SKMarsudiantoro, Herlina. 2001.Pengendalian Keadaan Hidrogeologi untukMencegah Peningkatan Intensitas SpasialGenangan Air; Studi Kasus: Cekungan AirTanah Jakarta di Sekitar Kampus UI-Depok. Seminar Tinjauan GeologiTerhadap Daerah Genangan Di WilayahD.K.I. Jakarta dari Faktor PenurunanTanah Secara Non-Alami. 3 Mei 2001.Diselenggarakan oleh LaboratoriumMekanika Tanah Jurusan Teknik SipilUniversitas Indonesia dan DinasPertambangan Pemda DKI. Jakarta.

26. Soekardi, P. dkk. 1986. Geological Aspectof The Aquifer System and Groundwater

Page 14: PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

22

Situation of The Jakarta Artesian Basin.Seminar of Geological Mapping in TheUrban Development. Economic and SocialCommision for Asia and The Pacific.Bangkok.

27. Taigbenu, Agpofure E, James A. Liggetdan Alexander H-D. Cheng. 1984.Boundary Integral Solution to SeawaterIntrusion Into Coastal Aquifers. WaterResources Research. Vol.20.No.8.Agustus 1984. Hal.1150-1158.

28. Tambunan, Rudy P. 2005. DampakPerkembangan Fisik Kota terhadap PolaTata Air Ekosistem Dataran RendahJakarta. Disertasi. Jenjang Doktor ProgramStudi Ilmu Lngkungan. ProgramPascasarjana. Universitas Indonesia.

29. Tucciarelli, Tullio dan George Pinder.1991. Optimal Data Acquisition Strategy forThe Development of a Transport Model forGroundwater Remediation. WaterResources Research. April 1991. Vol. 27.No.4. 577-588.

30. Vacher, H.L. 1988. Dupuit-Ghyben-Herzberg of Strip-Island Lenses.Geological Society of America Bulletin.Vol.100. April 1988. Hal 580-591

31. Waterloo Hydrologic. 1997. VisualMODFLOW.

32. Wanakule, Nisai dan Larry W. Mays. 1986.Optimal Management of Large ScaleAquifers Methodology and Application.Water Resources Research. Vol.22. No.4.April 1986. Hal. 446-465.

33. Wandowo. 2000. Teknologi Isotop Alamuntuk Evaluasi Dinamika Aliran Air anah:Studi Daerah Resapan dan Intrusi Air LautAkuifer Jakarta dan sekitarnya. Laporanakhir riset. Riset Unggulan Terpadu V.Bidang Teknologi PerlindunganLingkungan (1997 – 2000). PuslitbangTekinologi Isotop dan Radiasi BadanTenaga Nuklir Nasional. Kantor Menteri

Negara Riset dan Teknologi. Dewan RisetNasional. Jakarta

34. Willis, Robert. 1976. Optimal GroundwaterQuality Management. Well Injection OfWaste Water. Water Resources Research.Vol.12. No. 1:47-53

35. Willis, Robert and William W-G. Yeh. 1987.Groundwater System Planning AndManagement. Prentice Hall. Englewood.New Jersey.

36. Willis, Robert and Brad A. Finney. 1988.Planning Model For Optimal Control OfSeawater Intrusion. Journal of WatersResources Planning and Management.March, 1988, vol.114. No.2, Paperno.22258

37. Willis, Robert dan Philip Liu. 1984.Optimization Model for GroundwaterPlanning. Journal of Water ResourcesPlanning and Management. Vol. 110. No.3.Hal 333-346.

38. Willis, Robert dan Brad Finney. 1985.Optimal Control of Nonlinear GroundwaterHydraulics: Theoretical Development andNumerical Experiments. Water ResourcesResearch. Vol.21. No.10. Oktober 1985.Hal.1476-1482.

39. Willis, Robert. 1976. Optimal GroundwaterQuality Management. Well Injection OfWaste Water. Water Resources Research.Vol.12. No. 1:47-53

40. Willis, Robert and William W-G. Yeh. 1987.Groundwater System Planning AndManagement. Prentice Hall. Englewood.New Jersey.

41. Yates, S. R. 1990. An Analytical Solutionfor One-Dimensional Transport inHeterogeneous Porous Media. WaterResources Research. October 1990. Vol.26. No. 10.2331-2338.