Upload
doannhu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMILIHAN JENIS POHON OLEH PETANI DALAM
PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA GOBANG,
KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR
EUIS WAHYUNI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemilihan Jenis Pohon
oleh Petani dalam Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Euis Wahyuni
NIM E14100123
ii
ABSTRAK
EUIS WAHYUNI. Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani dalam Pengembangan
Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI.
Salah satu solusi mengurangi tekanan terhadap hutan alam adalah dengan
pembangunan hutan rakyat. Pemilihan jenis pohon merupakan salah satu faktor
pendukung berkembangnya usaha hutan rakyat. Jenis pohon yang dipilih oleh
petani dalam pengembangan hutan rakyat itu berbeda-beda, sehingga perlu adanya
penelitian mengenai pemilihan jenis ditinjau dari karakteristik internal dan
eksternal petani. Penelitian ini dilakukan di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin,
Bogor dengan jumlah responden 45 orang yang dipilih menggunakan metode
purposive sampling. Dengan menggunakan analisis deskriptif dari data yang
didapatkan diketahui bahwa karakteristik internal tidak ada yang berpengaruh
karena tidak adanya perbedaan dalam memilih jenis pohon, pemilihannya
dibuktikan dengan hampir seluruh responden memilih menanam jenis pohon
sengon (95.6%). Karakteristik eksternal yang paling banyak dipertimbangkan
dalam memilih jenis pohon adalah daur yang cepat (82.2%).
Kata kunci: Hutan rakyat, pemilihan jenis, pengembangan
ABSTRACT
EUIS WAHYUNI. Selection of Trees Species by Farmers in Community Forest
Development at Gobang Village, Rumpin District, Bogor Regency. Supervised by
LETI SUNDAWATI.
One solution to reduce the pressure on natural forests is the development of
community forests. Selection of tree species is one of the supporting factors in the
development of community forest businesses. Types of trees selected by farmers
in the development of community forest is different, so the need for research on
the selection of the type in terms of internal and external characteristics of
farmers. This research was conducted in the village of Gobang, Rumpin District,
Bogor Regency with the amount of 45 respondents were selected using purposive
sampling method. By using descriptive analysis of the data obtained, it is known
that the internal characteristics have no effect because there is no difference in
choosing the type of tree, the selection proved that almost all respondents chose
sengon plant species (95.6%). External characteristics of the most widely
considered in choosing the type of tree is a fast tree cycle (82.2%).
Key words: Comunity Forest, species selection, development
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
PEMILIHAN JENIS POHON OLEH PETANI DALAM
PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA GOBANG,
KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR
EUIS WAHYUNI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Agustus
2014 ini ialah pemilihan jenis, dengan judul “Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani
dalam Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ibrahim selaku RW Kampung
Babakan, Warga Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor; Staf
BP3K Leuwiliang, serta teman-teman yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
Euis Wahyuni
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran 2
Waktu dan Lokasi 3
Alat dan Bahan 3
Jenis Data 3
Metode Pengumpulan Data 3
Teknik Pengumpulan Data 4
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 4
HASIL PEMBAHASAN
Kondisi Umum 4
Karakteristik Responden 7
Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Internal 8
Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Eksternal 14
SIMPULAN DAN SARAN 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 21
viii
DAFTAR TABEL
1 Tata guna lahan 6
2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik internal 7
3 Keragaman jenis pohon dari setiap tipe daur 8
4 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 9
5 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur petani dan sebaran
jenis yang ditanam 9
6 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 10
7 Distribusi responden berdasarkan karakteristik pendidikan dan sebaran
jenis yang ditanam 10
8 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 11
9 Distribusi responden berdasarkan karakteristik jumlah anggota keluarga
dan sebaran jenis yang ditanam 11
10 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 12
11 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama tinggal dan sebaran
jenis yang ditanam 12
12 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 12
13 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama bertani dan sebaran
jenis yang ditanam 13
14 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 13
15 Distribusi responden berdasarkan karakteristik luas lahan hutan rakyat
dan sebaran jenis yang ditanam 14
16 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam 14
17 Distribusi responden berdasarkan pertimbangan karakteristik eksternal
petani memilih jenis pohon 15
18 Distribusi responden berdasarkan kombinasi kombinasi jumlah jenis
pohon terhadap kombinasi karakteristik eksternal 16
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran 2
2 Kondisi Tegakan Hutan Rakyat di Desa Gobang 5
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data responden 19
2 Peta Desa 20
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan rakyat merupakan salah satu solusi dalam menghadapi pasokan bahan
baku kayu yang semakin kritis dari hutan alam, adapun definisi hutan rakyat
menurut undang-undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan adalah hutan yang
tumbuh diatas lahan yang dibebani hak milik. Definisi ini pula yang membedakan
dengan hutan negara yang mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat
berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan
masyarakat lokal (Hardjanto 2000).
Perkembangan hutan rakyat menunjukan luas dan potensi kayu yang
ditanam meningkat. Menurut Puslitbang Hasil Hutan (2006) perkiraan hutan
rakyat mencapai luasan 1 568 415 ha dengan potensi keseluruhan 39 416 557 m3
atau 7 juta m3 per tahun. Pada tahun 2012 luas dari hutan rakyat di Provinsi Jawa
Barat mencapai 271 802.83 ha, dan menurut data dari Kemenhut (2013)
Kabupaten Bogor termasuk salah satu wilayah yang memiliki perkembangan
produksi kayu rakyat yang cukup pesat.
Anwar dan Hakim (2010) membagi hutan rakyat berdasarkan jenis tanaman
dan pola penanamannya ke dalam 3 kelompok yaitu hutan rakyat murni, hutan
rakyat campuran, dan hutan rakyat dengan sistem wanatani atau tumpangsari. Pola
penanaman campuran dan tumpangsari seperti ini sudah mulai diminati oleh
petani yang umumnya memiliki lahan sempit, terutama petani di Jawa Barat. Desa
Gobang, Kecamatan Rumpin merupakan salah satu sentra hutan rakyat yang ada
di Kabupaten Bogor dimana cukup banyak masyarakatnya menggantungkan diri
pada usaha hutan rakyat. Jenis kayu rakyat pada umumnya merupakan jenis yang
cepat tumbuh dan tidak dirawat seperti di hutan tanaman (Achmad et al 2012).
Faktor yang memengaruhi petani dalam memilih jenis pohon menjadi hal yang
menarik untuk dilakukan penelitian.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemilihan jenis pohon
hutan rakyat oleh petani ditinjau dari karakteristik internal dan eksternal petani.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dalam pengembangan
sistem pengelolaan dan kelembagaan hutan rakyat Desa Gobang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor.
2
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Memilih dan menentukan jenis pohon adalah salah satu tahap awal yang
dilakukan oleh petani dalam membangun hutan rakyat. Pemilihan jenis pohon ini
dapat dipengaruhi oleh karakteristik internal dan eksternal petani. Karakteristik
internal merupakan faktor yang berasal dari individunya sendiri yaitu: umur,
pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama tinggal, lama bertani, dan, luas lahan
hutan rakyat. Karakteristik eksternal meliputi bantuan, harga kayu, harga bibit,
manfaat, daur, hama penyakit, sosial, turun-temurun, kemudahan pemasaran,
akses pasar, dan kemudahan pemeliharaan. Pemilihan jenis pohon yang sesuai
dengan kondisi sekitar dan sumberdaya lahan petani dapat mendorong
perkembangan hutan rakyat kedepannya. Kerangka pemikiran disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hutan Rakyat
Faktor Internal Faktor Eksternal
Tingkat Pendidikan
Umur
Jumlah Anggota Keluarga
Lama tinggal
Lama bertani
Luas lahan hutan rakyat
Bantuan Sosial
Harga Kayu Turun-temurun
Harga Bibit Kemudahan pemasaran
Manfaat Akses Pasar
Daur Hama Penyakit
Kemudahan penanaman
Kemudahan Penanaman
Pemilihan Jenis Pohon
Pengembangan Hutan Rakyat
Petani Hutan Rakyat
3
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat pada bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014. Pemilihan Desa
Gobang sebagai lokasi penelitian dikarenakan cukup banyak masyarakatnya yang
menggantungkan diri pada hutan rakyat, sistem pengelolaan yang sudah cukup
baik, dan juga akses yang tidak terlalu sulit.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat interview disertai alat
tulis menulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk
keperluan dokumentasi, kalkulator, laptop, Microsoft Excel, dan Microsoft Word.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan dengan
mengidentifikasi jenis pohon yang ditanam oleh petani hutan rakyat dengan
mengajukan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden yang sifatnya
terstruktur, dimana responden diberikan pertanyaaan yang jawabannya dibatasi.
Data primer ini terdiri dari identitas responden seperti nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, luas lahan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Data sekunder
didapat dari instasi-instasi yang terkait dengan penelitian ini, seperti kondisi
umum lokasi penelitian, informasi mengenai sosial ekonomi masyarakat (jumlah
penduduk, umur, pendidikan, kepemilikan lahan).
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan
jumlah 45 responden yang terdiri dari petani pemilik dan pengelola hutan rakyat.
Jumlah total seluruh petani hutan rakyat 82 orang yang tersebar pada tiga
kelompok tani. Pemilihan lokasi penelitian yaitu Desa Gobang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dilakukan secara sengaja karena terdapat
cukup banyak hutan rakyat dan merupakan salah satu sentra hutan rakyat di
Kabupaten Bogor. Penentuan jumlah responden dihitung berdasarkan metode
Slovin, dengan rumus sebagai berikut:
n =
Keterangan:
n = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan (10%)
4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Teknik observasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati
langsung obyek yang diteliti, seperti keberadaan hutan rakyat, jenis-jenis
pohon yang ditanam di hutan rakyat, karakteristik yang mempengaruhi petani
memilih jenis pohon, dan bentuk pengembangan dari usaha hutan rakyat itu
sendiri.
2. Teknik wawancara, pengumpulan data dengan menggunakan tekhnik
wawancara dilakukan seperti tanya jawab langsung kepada masyarakat terkait
pemilihan jenis pohon. Wawancara dilakukan menggunakan acuan pertanyaan
terstruktur dari kuesioner yang telah disediakan.
3. Studi pustaka, metode studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari
dokumen-dokumen terkait ataupun hasil penelitian yang serupa, dan sumber-
sumber pustaka yang berkaitan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data penelitian ini diolah dengan menggunakan Microsoft Word dan
Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan
mengolah serta mentabulasikan data primer. Tabulasi data dilakukan untuk
menentukan kategori pilihan responden terkait pemilihan jenis tanaman oleh
petani di hutan rakyat ditinjau dari karakteristik internal dan eksternal, dimana hal
ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam menentukan
pemilihan jenis pohon oleh petani kaitannya dengan pengembangan hutan rakyat.
Tahapan selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan analisis statistika
deskriptif sederhana yang disajikan dalam bentuk tabel. Metode pengolahan data
berupa tabulasi data primer yaitu dengan membagi karakteristik petani dalam
pemilihan jenis pohon hutan rakyat, yaitu:
a. Karakteristik internal seperti umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama
tinggal, lama bertani, dan, luas lahan hutan rakyat.
b. Karakteristik eksternal meliputi bantuan, harga kayu, harga bibit, manfaat, daur,
hama penyakit, sosial, turun-temurun, kemudahan pemasaran, akses pasar, dan
kemudahan pemeliharaan.
Data tersebut kemudian dianalisis untuk masing-masing jenis beserta
pertimbangan utamanya, serta dilihat kombinasi jumlah jenis berdasarkan
karakteristik internal dan eksternal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lokasi Penelitian
Desa Gobang terletak di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Provinsi
Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 7219 jiwa, dimana jumlah laki-laki
5
sebanyak 3839 jiwa dan perempuan berjumlah 3380 jiwa. Jumlah dari petani
hutan rakyat Desa Gobang adalah 82 orang yang tersebar pada 3 kelompok tani.
Desa Gobang berada pada ketinggian 375 mdpl dengan curah hujan rata-rata 3300
mm per tahun dan suhu rata-rata sebesar 25.50C.
Luas Desa Gobang 628 ha dan
terdiri dari tujuh kampung, yaitu: 1) Kampung Babakan, 2) Kampung Cibuluh, 3)
Kampung Gobang, 4) Kampung Bedeng, 5) Kampung Seuseupan, 6) Kampung
Kebon Kalapa, dan 7) Kampung Pabuaran.
Hutan Rakyat
Kondisi hutan rakyat Desa Gobang berdasarkan jenis tanaman dan pola
penanamannya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu hutan rakyat campuran
(polikultur) dan hutan rakyat sistem tumpangsari (agroforestri) pada Gambar 2.
Pola penanaman campuran dan tumpangsari banyak diminati oleh petani karena
memanfaatkan lahan yang umumnya sempit untuk dipadukan secara bersamaan
dengan kegiatan pertanian dan kehutanan tanpa mengurangi kelestarian hasilnya.
Kegiatan pertanian tersebut terdiri dari penanaman tanaman perkebunan (kopi,
cengkeh, kelapa, karet, cabe), tanaman buah (mangga, jeruk, manggis, duku,
rambutan, alpukat, durian, kecapi, pisang, nanas, jengkol, pete), dan tanaman
palawija secara bersamaan ataupun pada sela-sela tegakan pohon kehutanan
(sengon, melia, kayu afrika, mahoni, akasia, jabon, rasamala, gmelina). Jarak
tanam yang digunakan 1×1 m2 atau 3×3 m
2 untuk tanaman kayu. Kondisi tegakan
hutan rakyat di Desa Gobang disajikan pada Gambar 2.
(a) (b)
Gambar 2 Kondisi tegakan hutan rakyat di Desa Gobang pola campuran (a) dan
pola tumpangsari (b)
Hutan rakyat yang dikelola oleh petani pada umumnya terletak tidak dalam
satu hamparan melainkan menyebar pada berbagai kawasan, seperti di kaki
gunung. Penyebaran lahan terjadi karena masyarakat memiliki lahan secara
bertahap dan hasil dari warisan orang tua. Selain itu, status kepemilikan hutan
rakyat Desa Gobang didominasi oleh girik yaitu sebesar 98% dan sertifikat hanya
sebesar 2% atau 1 responden saja yang memiliki lahan hutan rakyat bersertifikat.
Tata guna lahan yang tercatat selama wawancara dengan 45 responden
didapat tata guna lahan sebagai hutan rakyat, sawah, kebun, pekarangan, kandang
ternak, serta kolam ikan (Tabel 1). Kebun yang menjadi batasan pada penelitian
ini adalah lahan yang didominasi oleh tanaman selain kayu, sedangkan
6
pekarangan adalah lahan yang tepat berada di depan rumah warga dan ditanami
oleh berbagai macam tanaman termasuk tanaman kayu.
Tabel 1 Tata guna lahan
Tata guna lahan
responden
Luas rata-rata
kepemilikan lahan (ha)
%
Hutan Rakyat 0.36 0.06
Sawah 0.86 0.14
Kebun 0.17 0.03
Pekarangan 0.06 0.01
Kandang Ternak 0.03 0.00
Kolam Ikan 0.10 0.02
Total 1.58 0.26
Luasan dari penggunaan lahan tersebut sangat beragam dimana rata-rata
luas dari hutan rakyat sebesar 0.36 ha per responden dengan persentase 0.06%
diatas luas batasan minimal hutan rakyat 0.25 ha. Sawah memiliki rata-rata luasan
yang lebih besar yaitu 0.86 ha per responden dan persentase mencapai 0.14%. Hal
tersebut terjadi karena masyarakat Desa Gobang masih di dominasi oleh sektor
pertanian yang lebih dahulu dikenal. Penggunaan lahan untuk kandang ternak
terhitung tidak ada, hal ini karena masyarakat menganggap bahwa memelihara
ternak lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih banyak dibanding dengan bertani
baik hutan rakyat maupun sawah. Luasan rata-rata total dari seluruh penggunaan
lahan terhitung 1.58 ha, hanya sebesar 0.26% dari luasan total Desa Gobang.
Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat
Lembaga Penelitian IPB (1990) membagi sistem pengelolaan hutan rakyat
menjadi tiga bagian yaitu produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran. Sistem
produksi terdiri dari proses penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan. Proses
penanaman yang dilakukan dimulai dengan persiapan lahan, pengadaan bibit, dan
penanaman. Persiapan lahan biasanya dilakukan satu minggu sebelum penanaman,
seperti membersihkan lahan dari tumbuhan lain yang dapat mengganggu
pertumbuhan pohon. Pengadaan bibit petani terbagi menjadi empat sumber, yaitu:
membeli, cabutan, budidaya, dan bantuan. Penanaman dilakukan saat musim
penghujan karena pada masa awal penanaman pohon membutuhkan banyak air
untuk tetap survive.
Proses pemeliharaan dimulai dari pemupukan, pemeliharaan, dan
pemangkasan. Kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada tiga bulan pertama
pohon tersebut ditanam, sedangkan untuk proses pemeliharaan dan pemangkasan
petani lakukan ketika memang sudah dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan
dan pemangkasan. Kegiatan pemeliharaan disini hanya sebatas pembersihan lahan
dan pemberantasan hama pada 6 bulan pertama. Proses pemanenan di Desa
Gobang seluruhnya diserahkan kepada pembeli/tengkulak yang lebih dikenal
dengan sebutan rental dengan sistem borongan.
Tahap pengolahan hasil adalah tahap pengolahan kayu setelah penebangan
untuk kemudian kayu tersebut dijual atau digunakan sendiri. Berdasarkan
pengamatan di lapangan didapatkan data bahwa rata-rata petani hutan rakyat Desa
Gobang menjual hasil panen tidak melalui tahap pengolahan hasil. Petani
menyadari kayu yang melalui tahap pengolahan hasil akan memiliki harga yang
7
lebih tinggi, namun kendala ketersediaan alat dan waktu yang dibutuhkan lebih
lama menjadi alasan petani tetap bertahan dengan tidak adanya tahap pengolahan
hasil. Pada tahap pemasaran biasanya petani tidak turut didalamnya karena
sepenuhnya sudah diserahkan kepada tengkulak pada tahap pemanenan.
Pada sistem pengelolaan hutan rakyat tidak ditemukan adat-adat khusus
tentang tata cara pengelolaan hutan rakyat. Masyarakat mengelola hutan rakyat
dengan kebiasaan atau ilmu yang didapat dari orang tua, tetangga ataupun
penyuluh sehingga terkadang sistem pengelolaannya masih bersifat tradisional
dan terbatas. Dalam mengelola lahan sebagian petani hutan rakyat melakukannya
secara pribadi ataupun dengan menggunakan tenaga buruh tani yang biasa dibayar
Rp 30 000 per setengah hari.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini meliputi umur,
pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama bertani, lama tinggal, luas lahan, dan
pekerjaan terhadap pemilihan jenis pohon hutan rakyat yang dilakukan.
Karakteristik responden ini dikelompokan kedalam faktor internal yang dapat
mempengaruhi dalam memilih jenis pohon disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik internal
Karakteristik Sebaran Jumlah (orang) %
Umur (tahun) <52 19 42.2
52–64 19 42.2
>64 7 15.6
Tingkat pendidikan Tidak sekolah 2 4.4
SD
SMP
SMA
29
7
7
64.4
15.6
15.6
Jumlah anggota keluarga (orang) <6 24 53.3
6–9 17 37.8
>9 4 8.9
Lama tinggal (tahun) <32 2 4.4
32–54 24 53.3
>54 19 42.2
Lama bertani (tahun) <20 17 37.8
20–35 22 48.9
>35 6 13.3
Luas lahan (ha) <0.5 31 68.9
0.5–1 13 28.9
>1 1 2.2
Umur responden petani hutan rakyat di Desa Gobang berkisar antara 37–75
tahun dan persentase sebaran umur terbanyak berada pada umur <52 tahun dan
52–64 tahun yaitu mencapai 42.2% dengan jumlah responden 19 orang. Pada
negara berkembang, umur produktif untuk bekerja umumnya berkisar antara 15–
55 tahun dimana pada umur tersebut kemampuan tubuh masih bekerja secara
optimal (Murtafiah 2014). Tingkat pendidikan responden didominasi oleh
responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 64.4%. Jumlah anggota keluarga
terbesar tersebar pada jumlah anggota keluarga <6 orang dengan persentase
53.3%. Sementara itu, untuk lama tinggal dari responden didominasi pada sebaran
8
32–54 tahun mencapai persentase 53.3% dan untuk lama bertani didominasi oleh
sebaran 20–35 tahun dengan persentase 48.9%. Sebaran luas lahan didominasi
oleh luasan <0.5 ha sebesar 68.9%.
Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Internal
Jenis pohon yang ditanam di Desa Gobang berjumlah 8 jenis pohon, yaitu:
sengon (Albizia falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla), melia (Melia
azedarach), kayu afrika (Maesopsis eminii), akasia (Acacia sp), gmelina (Gmelina
arborea), jabon (Antochepalus cadamba), dan rasamala (Altingia excelsa).
Berdasarkan daur pertumbuhan jenis tersebut dapat dikelompokan kedalam daur
pendek (sengon, akasia, gmelina, melia, kayu afrika, jabon) dan panjang (rasamala,
mahoni). Kampung yang memiliki keragaman jenis yang paling banyak yaitu 8
jenis pohon adalah kampung babakan, dimana kampung ini merupakan kampung
yang lebih sering mendapatkan bantuan baik berupa bibit atau pupuk. Bantuan
bibit-bibit tersebut yang nantinya turut menyumbang keragaman dari jenis pohon
yang ditanam oleh petani hutan rakyat Desa Gobang. Keragaman jenis pohon dari
setiap tipe daur disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Keragaman jenis pohon dari setiap tipe daur
Sengon merupakan pohon yang paling banyak ditanam oleh petani (95.6%).
Pohon sengon banyak dipilih petani karena daur yang cepat yaitu 3–7 tahun dan
memiliki tingkat adaptasi yang baik terhadap lingkungan, namun hama yang
menyerang lebih banyak ditemukan. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi dan
wawancara di lapangan. Pohon pada tipe daur panjang didominasi oleh pohon
mahoni dengan persentase 42.2%. Pohon Mahoni banyak ditanam karena alasan
ekonomi yang dipandang dari harga kayu yang mahal.
Terdapat empat kombinasi jumlah jenis dan kombinasi jenis yang ditanam
oleh petani, serta persentase dari responden pada setiap kombinasi jumlah jenis
dan kombinasi jenisnya. Pemilihan jenis yang ditanam, didominasi oleh 3
kombinasi jumlah jenis dengan persentase 33.1%. Namun, kombinasi jenis yang
paling banyak ditanam oleh petani adalah kombinasi jenis pohon sengon+melia
mencapai 15.6%. distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang
ditanam disajikan pada Tabel 4.
Tipe daur Kelompok jenis Jumlah (orang) %
Pendek
(<10 tahun)
Sengon
Melia
Kayu afrika
43
35
24
95.6
77.8
53.3
Akasia 6 13.3
Gmelina 6 13.3
Jabon 5 11.1
Panjang
(>10 tahun)
Mahoni 19 42.2
Rasamala 3 6.7
9
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Kombinasi
Jumlah
Jenis
Kombinasi jenis Jumlah
(orang)
% Total %
2 Sengon + melia 7 15.6
Sengon + mahoni 5 11.1 31.1
Sengon + kayu afrika 1 2.2
Mahoni + melia 1 2.2
3 Sengon + melia + kayu afrika 6 13.3
Sengon + melia + mahoni 2 4.4
Sengon + melia + gmelina 2 4.4
Sengon + kayu afrika + mahoni 2 4.4 33.1
Sengon + gmelina + mahoni 1 2.2
Sengon + gmelina + kayu afrika 1 2.2
Melia + kayu afrika + akasia 1 2.2
4 Sengon + melia + kayu afrika + mahoni 5 11.1
Sengon + melia + kayu afrika + akasia 2 4.4
Sengon + melia + kayu afrika + rasamala 2 4.4 26.5
Sengon + melia + kayu afrika + jabon 1 2.2
Sengon + melia + jabon + akasia 1 2.2
Sengon + melia + jabon + mahoni 1 2.2
5 Sengon + melia + kayu afrika + jabon + gmelina 1 2.2
Sengon + melia + mahoni + jabon + rasamala 1 2.2
Sengon + melia + kayu afrika + gmelina + akasia 1 2.2 8.8
Sengon + melia + kayu afrika + mahoni + akasia 1 2.2
Total 45 100.0 100.0
Umur Petani
Tabel 5 menyajikan keragaman jenis pohon yang ditanam dilihat dari kelas
umur petani. Petani di Indonesia umumnya lebih didominasi oleh kelas umur yang
sudah tidak produktif, karena kaum muda yang masuk dalam usia produktif
biasanya lebih memilih bekerja diluar pertanian.
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur petani dan sebaran
Jenis yang ditanam
Karakteristik Internal
Umur (tahun)
Jenis
<52 Sengon, jabon, akasia, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala
52–64 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni,
rasamala
>64 Sengon, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
Pada kelas umur petani <52 tahun ditemukan jenis-jenis pohon yang
ditanam seperti sengon, jabon, akasia, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala.
Kemudian pada kelas umur 52–64 tahun ditemukan jenis-jenis pohon yang
ditanam (sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan
rasamala). Petani pada kelas umur >64 tahun menanam jenis-jenis pohon sengon,
kayu afrika, melia, dan mahoni.
10
Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Kombinasi
jumlah jenis
Umur petani
<52 tahun
(orang)
% 52–64 tahun
(orang)
% >64 tahun
(orang)
%
2 4 8.9 8 17.8 2 4.4
3 4 8.9 6 13.3 5 11.1
4 9 20.0 3 6.7 - -
5 2 4.4 2 4.4 - -
Jumlah responden 19 19 7
Tabel 6 menyajikan data kelas umur <52 tahun tersebar pada responden
yang memilih pada 4 kombinasi jumlah jenis pohon karena kelas umur tersebut
terdapat banyak responden dengan umur muda (umur produktif) yang relatif lebih
berani mengambil resiko dalam menanam jenis, sehingga cenderung menanam
pada banyak kombinasi jenis. Kemudian pada kelas umur 52–64 tahun, responden
lebih banyak menanam pada 2 kombinasi jumlah jenis pohon karena disini terjadi
variasi antara responden yang berumur produktif dan responden dengan umur
non-produktif dimana responden dengan umur non-produktif lebih banyak
mendominasi. Kelas umur petani >64 tahun masuk dalam umur non-produktif
dimana pada petani dengan kelas umur tersebut akan lebih selektif dalam memilih
jenis serta kombinasi jenis pohon sehingga cenderung menanam pada sedikit
kombinasi.
Pendidikan
Pendidikan responden di Desa Gobang tersebar pada kelas pendidikan Tidak
Sekolah (TS), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Distribusi responden berdasarkan karakteristik
pendidikan dan sebaran jenis yang ditanam disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan karakteristik pendidikan dan sebaran
jenis yang ditanam
Karakteristik Internal Jenis
Tingkat pendidikan
TS Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia
SD Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni,
rasamala
SMP Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
SMA Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
Sebaran jenis pada responden yang tidak menempuh pendidikan menanam
jenis-jenis pohon (sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, dan melia). Pada
responden dengan tingkat pendidikan SD ditemukan jenis-jens pohon yang
ditanam seperti sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan
rasamala. Kemudian pada responden dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA
menanam jenis-jenis pohon yang sama yaitu: sengon, akasia, gmelina, kayu afrika,
melia, dan mahoni.
11
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Kombinasi
jumlah jenis
Pendidikan
TS
(orang)
% SD
(orang)
% SMP
(orang)
% SMA
(orang)
%
2 1 2.2 9 20.0 1 2.2 3 6.7
3 - - 9 20.0 4 8.9 2 4.4
4 - - 9 20.0 2 4.4 1 2.2
5 1 2.2 2 4.4 - - 1 2.2
Jumlah responden 2 29 7 7
Tabel 8 menyajikan responden yang tidak menempuh pendidikan tidak
dapat disimpulkan lebih memilih kombinasi jenis yang mana karena jumlah
responden yang hanya berjumlah 2 orang. Pada tingkat pendidikan SD, responden
banyak menanam pada 2, 3, dan 4 kombinasi jumlah jenis. Sedangkan responden
pada tingkat pendidikan SMP lebih banyak menanam pada 3 kombinasi jumlah
jenis, dan responden pada tingkat pendidikan SMA banyak menanam pada 2
kombinasi jumlah jenis. Kombinasi jenis pohon ditanam oleh petani berdasarkan
pendidikan itu cenderung beragam dari setiap tingkat pendidikan, hal tersebut
dikarenakan pendidikan formal tidak berpengaruh besar dalam mendapatkan
informasi sehingga pengalaman yang didapat diluar lebih berpengaruh dalam
memilih kombinasi jenis.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah jenis pohon yang ditanam dapat dilihat berdasarkan jumlah anggota
keluarga dari setiap responden. Distribusi responden berdasarkan karakteristik
jumlah anggota keluarga dan sebaran jenis yang ditanam disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan karakteristik jumlah anggota keluarga
dan sebaran jenis yang ditanam
Karakteristik Internal
Jumlah anggota keluarga
(orang)
Jenis
<6 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
6–9 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala
>9 Sengon, akasia, kayu afrika, melia
Jumlah anggota keluarga <6 orang didapat sebaran jenis pohon sengon,
jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni. Pada sebaran jumlah
anggota keluarga 6–9 orang ditemukan jenis-jenis yang ditanam seperti: sengon,
jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala. Kemudian pada
sebaran jumlah anggota keluarga >9 orang (sengon, akasia, kayu afrika, dan
melia).
Jumlah anggota keluarga <6 orang cenderung menanam pada 3 dan 4
kombinasi jenis, berbeda pada jumlah anggota keluarga 6–9 orang yang lebih
cenderung menanam pada 2 kombinasi jumlah jenis (Tabel 10). Pada jumlah
anggota keluarga >9 orang cenderung menanam 3 kombinasi jumlah jenis.
Pemilihan kombinasi jenis ini tidak dapat ditentukan dari banyak sedikitnya
jumlah anggota keluarga karena tingkat kesejahteraan dari setiap responden itu
berbeda.
12
Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Kombinasi
jumlah jenis
Jumlah anggota keluarga
<6 orang
(orang)
% 6–9 orang
(orang)
% >9 orang
(orang)
%
2 7 15.6 6 13.3 1 2.2
3 8 17.8 5 11.1 2 4.4
4 8 17.8 3 6.7 1 2.2
5 1 2.2 3 6.7 - -
Jumlah responden 24 17 4
Lama Tinggal
Sebaran jenis pohon ditanam berdasarkan lama tinggal petani yang terbagi
dalam tiga kelas lama tinggal <32 tahun, 32–54 tahun, dan >54 tahun. Distribusi
responden berdasarkan karakteristik lama tinggal dan sebaran jenis yang ditanam
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama tinggal dan sebaran
jenis yang ditanam
Karakteristik Internal
Lama tinggal (tahun)
Jenis
<32 Sengon, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
32–54 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni,
rasamala
>54 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
Pada kelas lama tinggal <32 tahun jenis pohon yang ditanam adalah sengon,
gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni, sedangkan pada kelas lama tinggal 32–
54 tahun jenis yang ditanam yaitu: sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika,
melia, mahoni, dan rasamala. Jenis yang ditanam pada kelas umur >54 tahun
adalah sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan mahoni.
Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Kombinasi
jumlah jenis
Lama tinggal
<32 tahun
(orang)
% 32–54 tahun
(orang)
% >54 tahun
(orang)
%
2 1 2.2 5 11.1 8 17.8
3 1 2.2 8 17.8 6 13.3
4 - - 9 20.0 3 6.7
5 - - 2 4.4 2 4.4
Jumlah responden 2 24 19
Berdasarkan kombinasi jumlah jenis pohon responden dengan lama tinggal
<32 tahun tidak dapat disimpulkan lebih memilih kombinasi jenis yang mana
karena jumlah responden yang hanya berjumlah 2 orang (Tabel 12). Responden
dengan lama tinggal 32–54 tahun banyak menanam 4 kombinasi jumlah jenis, dan
responden dengan lama tinggal >54 tahun lebih banyak menanam pada 2
kombinasi jumlah jenis. Pemilihan kombinasi jenis ini tidak dapat ditentukan dari
lama tinggalnya seorang petani, karena setiap orang itu sudah memiliki pilihan
yang sesuai dalam memilih kombinasi jenis.
13
Lama Bertani
Jenis pohon ditanam dapat ditinjau dari pengalaman lama bertani seseorang,
lama bertani ini berdasarkan lamanya petani bergelut dalam dunia bertani.
Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan karakteristik lama bertani dan sebaran
jenis yang ditanam
KarakteristikInternal
Lama Bertani (tahun)
Jenis
<20 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni,
rasamala
20–35 Sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
>35 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni
Tabel 13 memperlihatkan bahwa sebaran jenis pada responden dengan lama
bertani <20 tahun (sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni,
dan rasamala). Pada responden dengan lama bertani 20–35 tahun ditemukan jenis-
jenis pohon yang ditanam seperti sengon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan
mahoni. Kemudian pada responden dengan lama bertani >35 tahun menanam
jenis-jenis pohon yaitu: sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, dan
mahoni.
Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Kombinasi
jumlah jenis
Lama bertani
<20
tahun
(orang)
% 20–35 tahun
(orang)
% >35 tahun
(orang)
%
2 4 8.9 8 17.8 2 4.4
3 5 11.1 8 17.8 2 4.4
4 7 15.6 5 11.1 - -
5 1 2.2 1 2.2 2 4.4
Jumlah responden 17 22 6
Kombinasi jenis ditanam pada lama bertani <20 tahun tersebar pada 4
kombinasi jumlah jenis, hal tersebut karena pengalaman bertani yang masih
sebentar sehingga informasi yang didapat masih sangat minim dan cenderung
ingin mencoba menanam lebih banyak kombinasi jenis agar mendapatkan hasil
yang maksimal (Tabel 14). Berbeda dengan lama bertani 20–35 tahun yang lebih
banyak menanam pada 2 dan 3 kombinasi jumlah jenis, karena pengalaman yang
lebih lama dan selektif dalam memilih kombinasi jenis. Pada lama bertani >35
tahun itu selektif dengan banyaknya responden yang menanam pada 2, 3, dan 5
kombinasi jumlah jenis. Faktor kesejahteraan dari setiap keluarga itu berbeda
sehingga tidak dapat dilihat hanya dari lamanya bertani.
Luas Lahan Hutan Rakyat
Hutan rakyat yang dikelola oleh petani pada umumnya tidak dalam satu
hamparan melainkan menyebar pada berbagai kawasan, seperti di kaki gunung.
Penyebaran lahan terjadi karena masyarakat memiliki lahan secara bertahap dan
14
hasil dari warisan orang tua. Sebaran luasan hutan rakyat terhadap jenis yang
ditanam disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan karakteristik luas lahan hutan rakyat
dan sebaran jenis yang ditanam
KarakteristikInternal
Luas lahan (ha)
Jenis
<0.5 Sengon, jabon, akasia, gmelina, kayu afrika, melia, mahoni,
rasamala
0.5-1 Sengon, akasia, kayu afrika, melia, mahoni, rasamala
>1 Sengon, kayu afrika, mahoni
Sebaran jenis pada luasan hutan rakyat <0.5 ha (sengon, jabon, akasia,
gmelina, kayu afrika, melia, mahoni, dan rasamala), dan pada luas hutan rakyat
0.5–1 ha terdapat jenis-jenis pohon seperti: sengon, akasia, kayu afrika, melia,
mahoni, dan rasamala. Sedangkan pada luas hutan rakyat >1 ha terdapat jenis
pohon yang ditanam (sengon, kayu afrika, dan mahoni).
Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis yang ditanam
Kombinasi
jumlah jenis
Luas lahan hutan rakyat
<0.5 ha
(orang)
% 0.5–1 ha
(orang)
% >1 ha
(orang)
%
2 10 22.2 4 8.9 - -
3 9 20.0 5 11.1 1 2.2
4 8 17.8 4 8.9 - -
5 4 8.9 - - - -
Jumlah responden 31 13 1
Tabel 16 menunjukan kombinasi jenis pada luas lahan hutan rakyat <0.5 ha
didominasi oleh 2 kombinasi jumlah jenis, sedangkan pada luas lahan 0.5–1 ha
cenderung menanam pada 3 kombinasi jumlah jenis. Responden dengan luas
lahan hutan rakyat >1 ha tidak dapat disimpulkan lebih memilih kombinasi jenis
yang mana karena jumlah responden yang hanya berjumlah 1 orang. Sebagian
besar responden petani hutan rakyat Desa Gobang memiliki luasan hutan rakyat
<1 ha. Semakin kecil luasan hutan rakyat dari seorang responden maka
kecenderungan memilih menanam pada banyak kombinasi untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.
Pemilihan Jenis ditinjau dari Karakteristik Eksternal
Pertimbangan karakteristik eksternal ini dipilih berdasarkan banyaknya
jumlah responden yang memilih karakteristik tersebut sebagai pertimbangan
dalam memilih jenis pohon yang ditanam. Karakteristik eksternal diantaranya:
bantuan, harga kayu, harga bibit, manfaat, daur, hama penyakit, sosial, turun-
temurun, kemudahan penanaman, kemudahan pemeliharaan, dan akses pasar
(Tabel 17).
15
Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan pertimbangan karakteristik eksternal
petani memilih jenis pohon
Karakteristik
eksternal
Jenis pohon
Sengon
(%)
Kayu
afrika
(%)
Melia
(%)
Mahoni
(%)
Akasia
(%)
Jabon
(%)
Rasamala
(%)
Gmelina
(%)
Bantuan 2.2 2.2 2.2 6.7 4.4 - - -
Harga kayu - 24.4 28.9 33.3 - - 4.4 -
Harga bibit 13.3 - 6.7 - 2.2 - - 2.2
Manfaat 2.2 - - - - - 2.2 -
Daur 57.8 - 4.4 - 4.4 8.9 - 6.7
Hama
penyakit
- 26.7 33.3 2.2 2.2 2.2 - 4.4
Sosial 6.7 - - - - - - -
Turun-
temurun
4.4 - - - - - - -
Kemudahan
penanaman
2.2 - 2.2 - - - - -
Akses pasar 2.2 - - - - - - -
Kemudahan
pemeliharaan
4.4 - - - - - - -
Bantuan pupuk ataupun bibit yang diterima oleh masyarakat Desa Gobang
berasal dari pemerintah dan instansi terkait seperti lembaga pendidikan. Sengon,
kayu afrika, melia, mahoni, dan akasia merupakan jenis yang ditanam oleh
sebagian masyarakat Desa Gobang yang bibitnya berasal dari bantuan. Harga
kayu yang relatif stabil dari masing-masing jenis kayu afrika dan melia berumur 8
tahun adalah ±Rp 700 000/pohon dan ±Rp 500 000/pohon. Harga kayu yang
tinggi dari masing-masing jenis mahoni dan rasamala berumur 15 tahun adalah
sebesar ±Rp 1 500 000/pohon dan ±Rp 800 000/pohon. Harga bibit yang murah
pada tipe daur pendek (sengon, melia, akasia, gmelina) yaitu berkisar antara Rp
1000 sampai dengan Rp 2000/bibit menjadi alasan petani memilih jenis pohon.
Pertimbangan manfaat lain sebagai kayu bakar dan pakan ternak menjadi
alasan dalam memilih jenis sengon, kemudian pertimbangan manfaat sebagai
kayu bangunan dan meubel menjadi alasan dalam memilih jenis rasamala. Daur
yang cepat yaitu 3–8 tahun menjadi pertimbangan dalam memilih jenis sengon,
melia, akasia, jabon, dan gmelina. Tidak adanya hama penyakit yang menyerang
menjadi pertimbangan dalam memilih jenis yang ditanam. Salah satu karakteristik
eksternal yang menjadi pertimbangan adalah sosial, dimana petani dalam memilih
jenis pohon yang ditanam hanya sekedar mengikuti lingkungan sekitar dengan
memperhatikan keuntungan yang didapat.
Karakteristik turun-temurun berdasarkan kebiasaan keluarga menjadi
pertimbangan dalam memilih jenis pohon sengon. Kemudahan penanaman karena
tidak adanya persiapan khusus dalam melakukan penanaman menjadi karakteristik
yang dipertimbangkan dalam memilih jenis. Kemudian untuk akses pasar yang
mudah karena hampir sebagian besar industri kayu disana menerima semua jenis
pohon khususnya jenis sengon. Pemeliharaan yang tidak dilakukan secara rutin
membuat biaya yang dikeluarkan menjadi minim, menjadi pertimbangan dalam
memilih jenis yang ditanam.
Daur yang relatif cepat yaitu berkisar 3–8 tahun menjadi pertimbangan
utama memilih jenis pohon sengon (57.8%), jabon (8.9%), gmelina (6.7%), dan
16
akasia (4.4%). Harga kayu yang stabil dan mahal menjadi pertimbangan utama
petani memilih jenis pohon mahoni (33.3%) dan rasamala (4.4%). Selain itu hama
penyakit yang menyerang sedikit bahkan tidak ada menjadi pertimbangan petani
memilih jenis pohon melia (33.3%) dan kayu afrika (26.7%). Pada pohon akasia
selain daur yang menjadi pertimbangan utama petani memilih jenis tersebut,
bantuan menjadi pertimbangan utama karena persentase yang sama yaitu 4.4%.
Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan kombinasi jumlah jenis pohon
terhadap kombinasi karakteristik eksternal
Kombinasi
jumlah
jenis
Kombinasi karakteristik eksternal Jumlah
(orang)
%
2 Daur + hama penyakit 4 8.9
Daur + bantuan 3 6.7
Harga bibit + hama penyakit 2 2.2
Daur + harga kayu 1 2.2
Daur + harga bibit 1 2.2
Harga kayu + sosial 1 2.2
Harga kayu + bantuan 1 2.2
Harga kayu + harga bibit 1 2.2
3 Daur + harga kayu 5 11.1
Daur + hama penyakit 2 4.4
Harga kayu + sosial 1 2.2
Harga kayu + bantuan 1 2.2
Daur + harga kayu + hama penyakit 1 2.2
Daur + harga kayu + harga bibit 2 4.4
Harga kayu + hama penyakit + bantuan 1 2.2
Harga kayu + hama penyakit + kemudahan penanaman 1 2.2
Harga kayu + hama penyakit + harga bibit 1 2.2
4 Daur + hama penyakit 2 4.4
Hama penyakit + turun-temurun 1 2.2
Daur + harga kayu + hama penyakit 2 4.4
Daur + harga kayu + turun-temurun 1 2.2
Daur + harga kayu + harga bibit 1 2.2
Harga kayu + hama penyakit + harga bibit 1 2.2
Harga kayu + hama penyakit + kemudahan pemeliharaan 1 2.2
Harga kayu + hama penyakit + manfaat 1 2.2
Harga kayu + daur + hama penyakit + kemudahan pemeliharaan 1 2.2
Harga kayu + hama penyakit + bantuan + sosial 1 2.2
5 Daur + harga kayu
Daur + hama penyakit + bantuan + akses pasar
Harga kayu + harga bibit + hama penyakit + kemudahan penanaman
2
1
1
4.4
2.2
2.2
Total 45 100
Tabel 18 menunjukan pada 2 kombinasi jumlah jenis ditanam didominasi
oleh kombinasi karakteristik eksternal daur dan hama penyakit dengan persentase
8.9%, kemudian pada 3 kombinasi jumlah jenis ditanam didominasi daur dan
harga kayu mencapai persentase 11.1%, pada 4 kombinasi jumlah jenis ditanam
(daur dan hama penyakit (4.4%)), serta 5 kombinasi jumlah jenis ditanam
didominasi (daur dan harga kayu mencapai 4.4%). Setelah diteliti lebih lanjut,
karakteristik eksternal yang lebih mendominasi adalah daur. Hal ini dikarenakan
daur memiliki pengaruh yang paling besar dalam pemilihan jenis pohon.
17
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jenis pohon yang ditanam oleh petani mayoritas dari kelompok berdaur
pendek (<10 tahun) dan pemilihan jenis yang mendominasi adalah jenis pohon
sengon (95.6%), melia (77.8%), dan kayu afrika (53.3%). Kombinasi penanaman
banyak terdapat pada 3 kombinasi penanaman (33.1%). Karakteristik internal
berdasarkan umur petani pada umur petani <52 tahun dan 52–64 tahun masing-
masing banyak memilih 2 dan 4 kombinasi jumlah jenis pohon. Kemudian
responden dengan tingkat pendidikan SD lebih banyak menanam 2–4 kombinasi
jumlah jenis pohon, responden dengan jumlah anggota keluarga <6 orang banyak
menanam 3 dan 4 kombinasi jumlah jenis. Responden dengan lama tinggal 32–54
tahun lebih banyak memilih 4 kombinasi jumlah jenis pohon, sedangkan untuk
lama bertani 20–35 tahun didominasi oleh 2 dan 3 kombinasi jumlah jenis pohon.
Berdasarkan luas lahan hutan rakyat <0.5 ha petani banyak menanam 2 kombinasi
jumlah jenis pohon.
Pertimbangan karakteristik eksternal dalam memilih jenis lebih banyak
dipengaruhi oleh daur yang cepat (82.2%). Pada masing-masing jenis, faktor yang
mempengaruhinya berbeda seperti: sengon, jabon, dan gmelina dipengaruhi oleh
daur yang cepat, kemudian kayu afrika dan melia banyak dipilih karena
pertimbangan hama penyakit yang sedikit, mahoni dan rasamala karena
pertimbangan harga kayu yang cukup tinggi, kemudian akasia dipilih karena
pertimbangan bantuan yang banyak dan daur yang cepat.
Saran
Jenis pohon kayu afrika dan melia yang sebaiknya ditanam oleh petani Desa
Gobang karena memiliki tingkat ketahanan terhadap hama penyakit, namun harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Pentingnya keaktifan penyuluh dalam
memberikan informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat dan sebagai media
musyawarah bagi petani hutan rakyat Desa Gobang khususnya mengenai
pemilihan jenis pohon yang tepat dan penanganan hama penyakit. Bantuan seperti
bibit yang berkualitas, pupuk, ataupun kestabilan harga kayu dan kemudahan
pemasaran sangat diharapkan dapat menjamin kesejahteraan petani dan
perkembangan hutan rakyat kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad B, Simon H, Diniyati D, Widyaningsih TS. 2012. Persepsi Petani
Terhadap Pengelolaan Dan Fungsi Hutan Rakyat Dikabupaten Ciamis.
Jurnal Bumi Lestari 12(1): 123-136.
Anwar S, Hakim I. 2010. Social Forestry Menuju Restorasi Pembangunan
Kehutanan Berkelanjutan. Anwar S, Hakim I, editor. Bogor (ID) : Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementrian Kehutanan.
18
Hardjanto. 2000. Beberapa ciri pengusahaan hutan rakyat di jawa. Dalam
Suharjito (Penyunting). Hutan Rakyat Di Jawa Perannya Dalam
Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian Dan Pengembangan
Kehutanan Masyarakat (P3KM) Fakultas Kehutanan IPB.
Kementrian Kehutanan. 2013. Profil Kehutanan 33 Provinsi. Jakarta (ID):
Kementrian Kehutanan.
Lembaga Penelitian IPB. 1990. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Murtafiah F. 2014. Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan usaha tani di
Desa Bayasari Kecamatan Jatinegara Kabupaten Ciamis Jawa Barat
[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
[Puslitbang] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. 2006. Rumusan
Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Di Dalam: Kontribusi Hutan Rakyat
Dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Bogor (ID): Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Hutan. Hlm IX-X.
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
http://www.dephut.go.id. [28 Maret 2013].
19
Lampiran 1 Identitas responden petani hutan rakyat
Nama Umur
(tahun)
Jenis
kelamin
Pendidikan Pekerjaan Luas
hutan
rakyat
(ha)
Status
hutan
rakyat Utama Sampingan
Said 48 L SMA PNS Petani 0.05 Girik
Mawi 65 L SD Petani - 1.0 Girik
Risan 53 P SD Petani - 0.1 Girik
Titi 45 P SMP Petani - 0.08 Girik
Rukiah 50 P SD Petani - 0.1 Girik
Masni 40 P SD Petani Buruh 0.05 Girik
Jarkasih 45 L SMP Petani Buruh 0.5 Girik
Toha 60 L SD Petani Buruh 0.1 Girik
Ilyas 65 L SD Petani - 0.35 Girik
Muh-nur 65 L SMP Petani Pedagang 0.15 Sertifikat
Rosidi 50 L SMP Pabrik Petani 0.5 Girik
Icang 65 L SD Pedagang Petani 1.0 Girik
Iyas 53 L SD Petani - 0.3 Girik
Cuming 70 L SD Petani - 0.4 Girik
Ismat 55 L SD Petani - 0.5 Girik
Muhassan 53 L SD Petani Pengepul 1.0 Girik
Sayuti 1 66 L SMA Petani - 0.1 Girik
Andi 52 L SD Pengrajin Petani 0.5 Girik
Kusnaedi 62 L SD Petani Buruh 0.2 Girik
Ismail 50 L SD Petani Buruh 0.05 Girik
Amsar 63 L SMA Pedagang Petani 0.5 Girik
Hendri 52 L SD Petani - 0.1 Girik
Hasanudin 48 L SMP Petani - 0.5 Girik
Bisri 60 L SD Petani Buruh 0.2 Girik
Dedy 50 L SD Petani Pedagang 0.4 Girik
Parman 55 L SD Petani Buruh 1.0 Girik
Qudri 46 L SD Petani - 0.2 Girik
Amsari 50 L SD Buruh (B) Petani 0.5 Girik
Ibrahim 62 L SD Petani - 0.05 Girik
Suryadi 45 L SD Pengrajin Petani 0.25 Girik
Kholin 50 L SMP Pendakwah Petani 0.5 Girik
Fitriyani 37 P SMA Pedagang Petani 0.08 Girik
Hambali 45 L SMP Pendakwah Petani 0.1 Girik
Nahali 55 L SD Petani - 0.15 Girik
Ayub 52 L SMA Pedagang Petani 2.0 Girik
Ukik 60 L TS Petani Buruh 0.07 Girik
Jumadi 45 L SD Petani - 0.1 Girik
Opie 55 L SD Petani Buruh 0.15 Girik
Murdani 75 L TS Petani Buruh 0.02 Girik
Sukatma 42 L SD Petani Pedagang 0.2 Girik
Samsudin 45 L SD Petani - 0.07 Girik
Sa’ari 64 L SD Petani - 0.97 Girik
H. Sarim 45 L SMA Petani Pedagang 0.3 Girik
Sayuti 2 55 L SMA Petani - 0.3 Girik
Ja’i 45 L SD Petani Pedagang 0.04 Girik
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 08 Juni 1992 dari pasangan
suami istri Wakin dan Encah Sumiati, dan merupakan anak pertama dari 2
bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di sekolah
Negeri 1 Dramaga pada tahun 2010. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan
tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) tepatnya di Departemen Manajemen
Hutan Fakultas Kehutanan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negri (SNMPTN).
Penulis aktif berorganisasi di IPB sebagai sekretaris Divisi PSDM
Himpunan Profesi Forest Management Student Club (FMSC) periode 2011-2012,
serta sekretaris Kelompok Studi Kebijakan Manajemen Hutan (FMSC) periode
2013. Penulis aktif dalam Olimpiade Mahasiswa IPB cabang Basket Putri
mewakili Fakultas Kehutanan pada tahun 2012-2014.
Dalam memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Pemilihan Jenis Pohon oleh Petani dalam Pengembangan
Hutan Rakyat di Desa Gobang Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor dibimbing
oleh Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop.