21
Penanganan Limbah Industri Biskuit dan Bakso (diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengolahan Limbah) Dosen Pengampu: Ibu Puji Rahmawati, S.TP, M.si Disusun oleh: Anja Wulan Sari Andari Sulfaj Hetty Restika Sari Tedy Tarudin Yatin Dwi Rahayu Kelompok Bakso dan Biskuit

Penanganan Limbah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penanganan Limbah

Penanganan Limbah Industri Biskuit dan Bakso

(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengolahan Limbah)

Dosen Pengampu:

Ibu Puji Rahmawati, S.TP, M.si

Disusun oleh:

Anja Wulan SariAndari Sulfaj

Hetty Restika SariTedy Tarudin

Yatin Dwi Rahayu

Program Studi Pendidikan Teknologi AgroindustriFakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan IndonesiaBandung

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 2: Penanganan Limbah

2012

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 3: Penanganan Limbah

PENDAHULUAN

Biskuit adalah kue kering yang tipis, keras, dan renyah yang dibuat tanpa

peragian dan kandungan air yang rendah. Biskuit dapat digolongkan menjadi

dua,berdasarkan cara pencampurannya dan resep yang dipakai, yaitu jenis adonan

dan jenis busa yang dapat disemprotkan atau dicetak, sedangkan kue busa terdiri

dari kue “sponge”. Biskuit adalah sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu

yang melalui proses pemanasan dan pencetakan. Karbohidrat sangat dibutuhkan

karena merupakan sumber energi dan kesehatan bagi tubuh, serat merupakan

komponen dari jaringan tumbuhan yang tahan terhadap proses hidrolisa oleh

enzim dalam lambung dan usus kecil, serat bukan merupakan zat gizi tetapi

berguna bagi kesehatan karena Peranannya dalam proses pencernaan makanan,

dan mencegah berbagai penyakit.

Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulatan-bulatan, dan

selanjutnya direbus. Berbeda dengan sosis, bakso dibuat tanpa mengalami proses

kiuring, pembungkusan maupun pengasapn.

Industri bsikuit dan bakso dalam proses pengolahannya menghasilkan

limbah baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses

pencetakan, pencampuran adonan. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari

proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan bakso. Oleh karena itu,

limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair dengan karakteristik

mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup tinggi pula,

jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung

lingkungan. Sehingga industri biskuit dan bakso memerlukan suatu pengolahan

limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.

Teknologi pengolahan limbah dapat dilakukan dengan proses biologis sistem

anaerob, aerob dan kombinasi anaerob-aerob.

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 4: Penanganan Limbah

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biskuit

Biskuit merupakan produk pangan hasil pemanggangan yang dibuat dengan

bahan dasar tepung terigu, dengan kadar air akhir kurang dari 5%. Biasanya

formulasi biskuit dibuat dengan diperkaya bahan-bahan tambahan seperti lemak,

gula (ataupun garam) serta bahan pengembang (Anonymous, 2004). Proses

pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari pencampuran (mixing),

pembentukan (forming) dan pemanggangan (bucking). Tahap pencampuran

bertujuan meratakan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan dan untuk

memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus.

Pencampuran adonan cookies biasanya diawali pencampuran antara gula dan

shortening (disebut creaming method) kemudian bahan-bahan lain seperti tepung

dan bahan pengembang dimasukkan (Bennion, 1980). Adonan yang diperoleh

selanjutnya dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Adonan

biskuit dibentuk lembaran-lembaran dan dipotong-potong dengan pisau pemotong

atau alat pencetak biskuit. Adonan yang telah dicetak selanjutnya dipanggang

dengan oven.

B. Bakso

Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainya, dibentuk bulat, selanjutnya

direbus tidak mengalami proses kiuring, pengemasan dan pengasapan. Bahan

baku bakso terdiri dari bahan baku utama yaitu daging dan bahan baku tambahan

yaitu bahan pengisi, garam, penyedap, dan es atau air es. Bahan pengisi yang

biasanya digunakan adalah tepung tapioka yang berguna dalam mengikat air.

Dibawah ini merupakan proses pembuatan bakso:

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 5: Penanganan Limbah

Keterangan:

1. Pembersihan daging dari lemak pada permukaan dan urat.

2. Penimbangan 1 kg daging bersama 200 gr es batu dan 50 gr garam dapur.

3. Penggilingan daging dan ditambahkan 100-1000 gram tapioka , 2,5 MSG, 2,5

gram Titanium dioksida dan 1,5 gram Sodium tripolifosfat. Adonan yang

sudah jadi, dicetak dengan tangan dan dengan bantuan sendok.

4. Pemasakan bakso yang kemudian dimasukkan kedalam air hangat dengan

suhu 800C dan dibiarkan sampai mengambang.

5. Penirisan Bakso

6. Pengemasan Bakso

C. Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,

disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air

kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya

(grey water). [1]

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki

kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu

Kelompok Bakso dan Biskuit

pembersihan

penimbangan bahan baku dan bahan

tambahan

pencampuran dan penggilingan pencetakan

pemasakan

penirisan

Page 6: Penanganan Limbah

dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang

ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Pengelolaan limbah industri pangan (cair, padat dan gas) diperlukan untuk

meningkatkan pencapaian tujuan pengelolaan limbah (pemenuhan peraturan

pemerintah), serta untuk meningkatkan efisiensi pemakain sumber daya. Secara

umum, pengelolaan limbah merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup

reduksi (reduction), pengumpulan (collection), penyimpangan (storage),

pengangkutan (transportation), pemanfaatan (reuse, recycling), pengolahan

(treatment), dan/ atau penimbunan (disposal).

1. Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran

lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut jenis

industrinya. Sebagian besar limbah cair industri pangan dapat ditangani dengan

mudah dengan sistem b1ologis, karena polutan utamanya berupa bahan organik,

seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Polutan tersebut umumnya dalam

bentuk tersuspensi atau terlarut.

Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

pengolahan primer, pen,-,olahan sekunder, dan pengolahan tersier. Pengolahan

primer merupakan pengolahan secara fisik untuk menyisihkan benda-benda

terapung atau padatan tersuspensi terendapkan (seltleable solids). Pengolahan

primer ini berupa penyaringan kasar, dan pengendapan primer untuk memisahkan

bahan inert seperti butiran pasir / tanah. Saringan kasar digunakan untuk metlah4n

benda berukuran relatif besar. Karena butiran pasir / tanah merupakan bahan non-

biodegradable dan dapat terakumulasi di dasar instalasi pengolahan limbah cair,

maka bahan tersebut harus dipisahkan dari limbah cair yang akan diolah.

Penyisihan butiran pasir / tanah dapat dilakukan dengan bak pengendapan primer.

Pengendapan primer ini umumnya dirancang untuk waktu tinggal sekitar 2 jam.

Pengolahan primer hanya dapat mengurangi kandungan bahan yang

mengambang atau bahan yang dapat terendapkan oleh gaya gravitasi.

Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah pemanfaatan aktivitas

mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut mengkonsumsi

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 7: Penanganan Limbah

polutan organik biodegradable dan mengkonversi polutan organik tersebut

menjadi karbondioksida, air dan energi untuk pertumbuhan dan reproduksinya.

Oleh karena itu, sistem pengolahan limbah cair secara biologis harus mampu

memberikan kondisi yang optimum bagi mikroorganisme, sehingga

mikroorganisme tersebut dapat menstabilkan polutan organik biodegradable

secara optimum.

Dengan pengolahan. sekunder BOD dan TSS dalam limbah cair dapat

dikurangi secara signifikan, tetapi efluen masih mengandung amonium atau nitrat,

dan fosfor dalam bentuk terlarut. Kedua bahan ini merupakan unsur hara (nutrien)

bagi tanaman akuatik. Jika unsur nutrien ini dibuang ke perairan (sungai atau

danau), akan menyebabkan pertumbuhan biota air dan alp-a secara berlebih yang

dapat mengakibatkan eutrofikasi dan pendangkalan badan air tersebut. Oleh

karena itu, unsur hara tersebut perlu dieliminasi dari efluen. Nitrogen dalam

efluen instalasi pengolahan sekunder kebanyakan dalam bentuk senyawa amonia

atau ammorimm, tergantung pada nilai pH. Senyawa amonia ini bersifat toksik

terhadap ikan, Jika konsentrasinva cukup tinggi. Permasalahan lain yang berkaitan

dengan amonia adalah penggunaan oksigen terlarut selama proses konversi dari

amonia nien. Jadi nitrat oleh mikroorganisme (nitrifikasi). Oleh karena itu, untuk

meningkatkan kualitas efluen dibutuhkan pengolahan tambahan, yang, dikenal

sebagai pengolahan tersier (advanced waste waten treatment) untuk mengurangi /

menghilangkan konsentrasi BOD, TSS dan nutrien. (N,P). Proses pengolahan

tersier yang dapat diterapkan antara lain adalah filtrasi pasir, eliminasi nitrogen

(nitrifikasi dan denitrifikasi), dan eliminasi fosfor (secara kimia maupun biologis).

a. Sistem lumpur aktif

Prinsip. Pada dasarnya sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses

utama, yaitu bioreaktor (tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem

lumpur aktif, limbah cair dan biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu

reaktor dan diaerasi. Pada umumnya, aerasi ini juga berfungsi sebagai sarana

pengadukan suspensi tersebut. Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian

dialirkan ke tangki sedimentasi~ dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah

diolah. Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan ke bioreaktor, dan air

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 8: Penanganan Limbah

yang telah terolah dibuang ke lingkungan. Agar konsentrasi biomassa di dalam

reaktor konstan (MLSS = 3 - 5 gfL), sebagian biomassa dikeluarkan dari sistem.

tersebut sebagai excess sludge.

Dalam sistem tersebut, mikroorganisme dalam biomassa (bakteri dan

protozoa) mengkonversi bahan organik terlarut sebagian menjadi produk akhir

(air, karbon dioksida), dan sebagian lagi menjadi sel (biomassa). Tujuan

pengolahan limbah cair dengan sistem. lumpur aktif dapat dibedakan menjadi 4

(empat)% yaitu (i) penyisihan senyawa karbon (oksidasi karbon), (ii) penyisihan

senyawa nitrogen, (iii) penyisihan fosfor, (iv) stabilisasi lumpur secara aerobik

simultan.

Hampir semua jenis limbah cair industri pangan dapat diolah dengan

sistem lumpur aktif seperti limbah cair industri tapioka, industri nata de coco,

industri kecap, dan industri tahu. Sistem lumpur aktif dapat digunakan untuk

mengeliminasi bahan organik dan nutrien (nitrogen dan fosfor) dari limbah cair

terlarut.

b. Sistem trickling filter

Prinsip. Trickling filter terdiri atas tumpukan media padat dengan

kedalaman sekitar 2 m, umumnya berbentuk silinder. Limbah cair disebarkan ke

permukaan media bagian atas dengan lengan distributot berputar, dan air

kemudian mengalir (menetes) ke bawah melalui lapisan media. Polutan dalam

limbah cair yang mengalir melalui permukaan media padat akan terabsorps oleh

miikrooreanisme yang tumbuh dan berkembang pada permukaan media padat

tersebut. Setelah mencapai ketebalan tertentu, biasanya lapisan biomassa ini

terbawa aliran limbah cair ke bagian bawah. Limbah cair di bagian bawah

dialirkan ke tangki sedimentasi untuk memisahkan blomassa.

Trickilne filter dapat digunakan untuk mengoksidasi karbon organik dan

nitrogen organik atau amonium (nitrifikasi) dalam limbah cair. Trickling filter

jarang digunakan untuk proses denitrifikasi. Hampir semua jenis limbah industri

pangan yang dapat diolah dengan sistem lumpur aktif dapat juga diolah dengan

sistem trickling filter.

c. RBC (Rotating Biolocal Contactor)

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 9: Penanganan Limbah

Prinsip. Sistem RBC terdiri atas deretan cakram yang dipasang pada as

horisontal dengan jarak sekitar 4 cm. Contoh RBC dapat dilihat pada Gambar 6.

Sebagian dari cakram tercelup dalam limbah cair, dan sebagian lagi kontak

dengan udara. Pada saat as diputar, permukaan cakram secara bergantian kontak

dengan limbah cair dan kemudian kontak dengan udara. Akibatnya,

mikroorganisme tumbuh pada permukaan cakram sebagai lapisan biologis

(biomasa), dan mengabsorpsi bahan organik dalam limbah cair.

d. SBR (Sequencing Batch Reactor)

Prinsip sstem SBR adalah suatu sistem lumpur aktif yang dioperasikan

secara curah (batch). Satuan proses dalam sistem SBR identik dengan satuan

proses dalam sistem lumpur aktif, yaitu aerasi dan sedimentasi untuk memisahkan

biomassa. Pada sistem lumpur aktif, kedua proses tersebut berlangsung dalam dua

tanki yang berbeda, sedangkan pada SBR berlangsung secara bergantian pada

tanki yang sama. Keunikan lain sistem SBR adalah bahwa tidak diperlukan

resirkulasi sludpe. Proses sistem SBR terdiri atas lima tahap, yaitu pengistan,

reaksi (aerasi), pengendapan (sedimentasi), pembuangan, dan istirahat (idle).

e. Sistem Kolam (Kolam Oksidasi)

Prinsip. Sistem kolam (pola sistem) atau sering disebut juga sebagai kolam

oksidasi merupakan salah satu sistem pengolahan limbah cair tertua, dan

merupakan perkembangan dari cara pembuangan limbah cair secara langsung ke

badan air. Pada sistem kolam. konsentrasi mikroorganisme relatif kecil, suplai

oksigen dan pengadukan berlangsung secara alami, sehingga proses perombakan

bahan organik berlangsung relatif lama dan pada area yang luas.

Berbagai jenis mikroorganisme berperan dalam proses perombakan, tidak

terbatas mikroorganisme aerobik, tetapi juga mikroorganisme anaerbik.

Organisme heterotrof aerobik dan aerobik berperan dalam proses konversi bahan

organik; organisme autotrof (fitoplankton, alga, tanaman air) mengambil bahan-

bahan anorganik (nitrat dan fosfat) melalui proses fotosintetsis. Karena lamanya

waktu tinggal limbah cair, maka organisme dengan waktu generasi tinggi

(zooplankton, larva insekta, kutu air, ikan kecil) juga dapat tumbuh dan

berkembang dalam sistem kolam. Organisme tersebut hidup aktif di dalam air atau

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 10: Penanganan Limbah

pada dasar kolam. Komposisi organisme sangat tergantung pada temperatur,

suplai oksigen, sinar matahari, jenis dan konsentrasi substrat.

f. UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blanket)

UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blanket) merupakan salah jenis reaktor

anaerobik yang paling banyak- diterapkan untuk pengolahan berbagai Jenis

limbah cair. Berbeda dengan proses aerobik, dimana bahan organik dikonversi

menjadi produk akhir berupa karbon dioksida dan air, pada proses anaerobik

sebagai produk adalah gas metana dan karbon dioksida.

Parameter penting dalam desain dan operasi reaktor UASB adalah waktu

tinggal hidrolik, konsentrasi COD influen, beban organic.

Reaktor UASB dapat diaplikasikan untuk mengolah limbah cair dengan

kadar COD tinggi (sampai 20.000 mg/L), seperti limbah cair industri tapioka, atau

rumah pemotongan hewan (RPH).

2. Limbah Padat

Limbah padat industri pangan terutama terdiri dari bahan bahan organik

seperti karbohidrat, protein, lemak, serat kasar dan air. Bahan-bahan ini mudah

terdegradasi secara biologis dan menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama

menimbulkan bau busuk.

Pengomposan merupakan salah satu altematif pemecahan masalah

manajemen limbah padat industri pangan. Pengomposan adalah suatu proses

biologis dimana bahan organik didegradasi pada kondisi aerobik terkendali.

Dekomposisi dan transformasi tersebut dilakukan oleh bakteri fungi dan

mikroorganisme lainnya. Pada kondisi optimum, pengomposan dapat mereduksi

volume bahan bau sebesar 50-70 %.

Selama pengomposan bahan-bahan organik seperti karbohidrat, selulosa,

hemiselulosa dan lemak dirombak menjadi C02 dan air, Protein dirombak menjadi

amida, asam amino, amonium, C02 dan air. Pada proses pengomposan terjadi

pengikatan unsure-unsur hara (nutrien), seperti nitrogen, fosfor dan kalsium oleh

mikroorganisme, tetapi unsur-unsur tersebut akan dilepas lagi ke kompos apabila

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 11: Penanganan Limbah

m1kroorganisme tersebut mati. Oleh karena itu, selama proses pengomposan

terjadi peningkatan ratio N/C dan P/C.

Pengomposan dapat digunakan untuk manajemen limbah padat industri

pangan, seperti kulit buah-buahan, bunga biji lapuk, bungkil kacang, tongkol

jagung, jerami, kotoran ternak, serbuk gergaji dan limbah prabik lain yang

mengandung banyak bahan organik. Meskipun hampir semua bahan organik dapat

dikomposkan, tetapi beberapa bahan organik perlu dihindari untuk dikomposkan,

karena dapat menimbulkan bau busuk dan merupakan media tumbuh beberapa

jenis mikroba patogen. Bahan yang harus dihindari, untuk dikomposkan antara, la

in daging, ikan, tulang, produk susu dan sisa makanan berlemak.

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 12: Penanganan Limbah

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Limbah Biskuit

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi limbah biskuit PT. Mayora yaitu

berupa limbah padat dan limbah cair.

1. Limbah padat

Biasanya limbah padat berupa limbah non organik seperti inner biskuit,

cello, kardus cangkang telur, sisa adonan atau bahan lainnya toples yang

rusak, untuk pemusnahan limbah padat ini dengan cara dijual untuk didaur

ulang. Limbah berupa nude atau permen biasanya dibakar

2. Limbah Cair

g. Pengolahan limbah cair dari proses produksi biskuit dengan sistem SBR

(Sequencing Batch Reactor), yaitu:

a. Equization tank

Dalam tanki ini ditambahkan beberapa zat, yaitu

1) Lastik untuk mengendapakan flak

2) Leapus untuk menjernihkan air

3) Poliner untuk meringankan flak-flak

4) Ferosvisat untuk memperberat flak

5) Starbrod untuk menginjak bakteri

6) Urea untuk menyuburkan bakteri

b. Vis Separator

Separator merupakan proses pemisahan limbah dari minyak

c. Penambahan zat kimia

d. Koagulan tangki

Koagulan merupakan pengkoagulasi limbah.

e. Clarifer 1

Clarifer merupakan proses pengendapan lumpur

f. Anaerob (pembusukan bakteri)

g. Clarifer 2

h. Aerosif 1

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 13: Penanganan Limbah

Aerosif merupakan proses pertumbuhan bakteri dan penambahan oksigen

i. Calrifer 3

j. Aerosif 2

k. Clarifer 4

l. Buffer tank.

Dalam buffer tank ini biasanya dilakukan pengecekan keberhasilan

pengolahan limbah. Apabila bagus maka limbah langsung dibuang.

Sedangkan apabila limbah masih merugikan lingkungan maka pengolahan

limbah diulangi dari proses aerosif.

B. Pengelolaan Limbah Bakso

Limbah yang dihasilkan pada industri bakso digolongkan menjadi 3 macam

yaitu :

1. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan berupa bahan yang terjatuh ketika produksi

berlangsung sehingga tidak layak diproduksi, sisa-sisa potongan daging, plastik,

kardus bekas pengemas daging dan bahan lain. Penanganan yang dilakukan adalah

dengan mengumpulkan limbah tersebut ke dalam keranjang sampah yang telah

disediakan di ruang produksi. Limbah-limbah tersebut kemudian dipisahkan

menurut jenisnya.dan dikumpulkan menjadi satu pada tempat sampah dan akan

diambil oleh petugas dari Dinas Kebersihan. Limbah padat berupa sisa daging

tidak cocok untuk pengomposan.

2. Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan berasal dari sisa-sisa cairan pada saat proses

berlangsung yaitu air dari pembersihan bahan baku, pembersihan peralatan

produksi, dan sisa pemasakan atau perebusan bakso. Penanganan yang dilakukan

untuk menangani limbah cair tersebut adalah dengan mengolah limbah tersebut

menggunakan lumpur aktif yang hasilnya berupa air bersih untuk kolam ikan.

Adapun proses penanganannya adalah :

a. Limbah cair yang berasal dari ruang produksi dialirkan melalui lubang-

lubang pembuangan yang dilengkapi dengan ember yang telah dilubangi

agar air bisa lolos dan limbah padat yang berukuran bear akan tersaring.

Kelompok Bakso dan Biskuit

Page 14: Penanganan Limbah

Limbah cair dan padat yang berukuran kecil dialirkan melalui selokan-

selokan ke bak pengontrol.

b. Pada bak pengontrol, limbah padat yang berukuran kecil diendapkan dan

limbah cairnya akan ditampung. Di atas bak pengontrol diletakkan

saringan yang mempunyai lubang dengan diameter kecil. Tujuannya untuk

menyaring limbah padat yang tidak tersaring atau yang lolos pada saringan

ember. Air dalam bak pengontrol kemudian ditambahkan NaOH dan

diaduk. Penambahan NaOH bertujuan untuk mengatur pH menjadi 8-9

dengan tujuan agar Lumpur aktif (sludge) dapat bekerja aktif.

c. Dari bak penampung cairan limbah kemudian dialirkan melalui pipa mesin

penyedot ke tangki I dan II. Tangki ini mempunyai fungsi yang sama yaitu

tempat aerasi dan pengendapan. Pada tangki tersebut juga ditambahkan

lumpur aktif sebanyak 40% dari volume tangki yang mengandung bakteri

pengurai sehingga mempercepat proses pengendapan. Pada tangki ini juga

terjadi pengadukan dengan cara memberikan aerasi yang dipompakan dari

mesin kompresor sehingga bakteri pengurai dapat bekerja secara efektif.

Proses pengendapan ini membutuhkan waktu 4-5 jam.

d. Dari tangki I dan II limbah cair yang agak jernih dialirkan ke tangki III

yang berfungsi untuk mengendapkan sisa lumpur yang masih terbawa air

dari tangki I dan II.

e. Setelah dari tangki III limbah dialirkan ke tangki IV yang berisi arang

aktif, kerikil dan pasir sebagai penyaring kotoran yang halus dan tidak

terlihat serta untuk menyaring bau. Air yang keluar dari tangki ini sudah

jernih dan dialirkan ke kolam ikan yang berfungsi sebagai indicator

kebersihan limbah. Selanjutnya akan keluar ke selokan indikator

kebersihan limbah. Dan akhirnya akan keluar ke selokan-selokan sehingga

tidak berbahaya bagi lingkungan. Pemantauan limbah dilakukan setiap

hari meliputi kadar DO, COD, dan pH untuk mengetahui apakah air

limbah tersebut layak untuk dibuang.

Kelompok Bakso dan Biskuit