66
PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI POLRESTA YOGYAKARTA TAHUN 2014) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM OLEH: MA’RUF AJI WICAKSONO 10340177 PEMBIMBING: 1. UDIYO BASUKI, S.H., M.Hum. 2. AHMAD BAHIEJ, S.H., M.Hum. ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

  • Upload
    doquynh

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN

OLEH GENG MOTOR DI KOTA YOGYAKARTA

(STUDI KASUS DI POLRESTA YOGYAKARTA TAHUN 2014)

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM

OLEH:

MA’RUF AJI WICAKSONO 10340177

PEMBIMBING:

1. UDIYO BASUKI, S.H., M.Hum. 2. AHMAD BAHIEJ, S.H., M.Hum.

ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2015

Page 2: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

ii

ABSTRAK

Perubahan pandangan hidup masyarakat sangatlah mempengaruhi

beragamnya motif tindak pidana. Salah satu hal yang cukup menarik perhatian

adalah tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor. Tindak pidana yang

mereka lakukan sangatlah meresahkan masyarakat karena telah berkembang ke

arah tindak pidana yang lebih serius yaitu berupa penjambretan, perampokan,

pengerusakan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan. Salah satu contoh kasus

tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor tersebut terjadi di Kota

Yogyakarta. Dengan demikian ada pokok masalah yaitu bagaimana

penanggulangan Polri khususnya Polresta Yogyakarta terhadap tindak pidana

yang dilakukan oleh geng motor, apakah sudah menjalankan tugas dan fungsinya

secara maksimal sesuai Undang-Undang.

Penelitian hukum ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

penelitian hukum normatif dan dengan pendekatan yuridis empiris. Penelitian

bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik studi dokumen

dan teknik wawancara. Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer

maupun data sekunder, diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis data

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Polresta Yogyakarta telah

melakukan berbagai upaya penanggulangan. Polresta Yogyakarta melakukan

penanggulangan yang bersifat Pre-Emtif, penanggulangan yang bersifat Preventif

dan penanggulangan yang bersifat Represif. Dengan kata lain Polresta Yogyakarta

telah melakukan upaya pencegahan dengan cara melakukan pendekatan kepada

masyarakat, anak sekolah, orang tua maupun pemuka masyarakat. Kemudian juga

melakukan deteksi dini, yaitu dengan melakukan patroli rutin, serta bertindak

cepat jika ada informasi dari manapun mengenai keberadaan dan kegiatan yang

dilakukan geng motor. Kemudian melakukan tindakan penegakan hukum apabila

sudah terjadi tindak pidana yang dilakukan geng motor, yaitu melakukan

penangkapan, penahanan, pemanggilan dan pemeriksaan terhadap tersangka

anggota geng motor tersebut, dan apabila pemeriksaan sudah selesai maka berkas

perkara atau BAP (Berita Acara Pemeriksaan) diserahkan kepada Kejaksaan

Negeri. Adapun faktor penyebab terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng

motor, di antaranya karena faktor lingkungan keluarga, pengaruh minuman keras,

faktor usia, dan faktor kurangnya pemahaman terhadap agama. Dengan

diketahuinya faktor penyebab terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng

motor juga akan menjadikan kepolisian lebih mudah dalam melakukan

penanggulangan tersebut.

Page 3: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley
Page 4: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley
Page 5: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley
Page 6: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley
Page 7: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

vii

Moto

“Kedisiplinan adalah modal utama dalam menuju

kesuksesan”

Page 8: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsiku ini ku persembahkan untuk:

Keluargaku tercinta terkhusus

Ibundaku Sri Dalyati, Ayahku Sandiyono dan

kakakku Danang Candra Rusdiyanto yang

senantiasa memberikan dukungan

dan do’anya kepadaku.

Almamaterku

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 9: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa

melimpahkan nikmat, rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga dengan nikmat

penulis diberi kekuatan untuk dapat menyusun tugas akhir skripsi ini yang

berjudul “Penanggulangan Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Geng Motor Di

Kota Yogyakarta (Studi Kasus Di Polresta Yogyakarta Tahun 2014)”.

Senandung sholawat serta do’a salam semoga tercurahkan selalu ke pangkuan

baginda tercinta, Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi

persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu

Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Penulis sangatlah menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud

sebagaimana yang diharapkan, tanpa bimbingan dan bantuan serta

tersedianya fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mempergunakan kesempatan ini untuk menyampaikan

rasa terima kasih dan hormat kepada:

Page 10: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

x

1. Bapak Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A, Ph.D. selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D. selaku Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

3. Bapak Udiyo Basuki, S.H., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang

selalu memberikan motivasi, dukungan, masukan serta kritik-kritik

yang membangun sehingga penyusun dapat menyelesaikan studi di Program

Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Bapak Ach. Tahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A. selaku Dosen Pembimbing

Akademik dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

5. Bapak Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya

yang selalu memberikan motivasi, dukungan, masukan serta kritik-

kritik yang membangun sehingga penyusun dapat menyelesaikan studi di

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Staf Pengajar/Dosen yang telah dengan tulus

ikhlas membekali dan membimbing penyusun untuk memperoleh ilmu

yang bermanfaat sehingga penyusun dapat menyelesaikan studi di

Page 11: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

xi

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

7. Komisaris Besar Polisi R. Slamet Santoso, S.I.K., M.H. Selaku Kepala

Kepolisian Resort Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Komisaris Polisi Dodo Hendro Kusumo, S.I.K. selaku Kasat Reskrim Polresta

Yogyakarta yang telah bersedia untuk memberikan data informasi dan

diwawancarai dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Aiptu Subagyo, Brigadir Fandi Ahmad beserta anggota-anggota Sat Reskrim

Polresta Yogyakarta yang telah berkenan membantu dalam proses penelitian

skripsi ini.

10. Ibunda dan Ayahku serta Kakakku tercinta yang selalu memberikan doa dan

semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Aida Nur’aini Putri yang aku sayangi, yang telah membuat hidupku berubah

dan kembali semangat dalam menyelesaikan skripsiku ini.

12. Teman-teman Ilmu Hukum angakatan tahun 2010, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat, hiburan dan

segala bantuannya.

13. Teman-teman Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Bantul, khusus buat

Azis Andika Putra yang telah memberikan arahan dan motivasinya.

14. Semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menulis skripsi ini

baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penyusun

sebutkan satu persatu.

Page 12: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley
Page 13: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI ............................................................ iii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... vi

MOTTO ......................................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 5

D. Telaah Pustaka.............................................................................. 6

E. Kerangka Teoretik ......................................................................... 9

F. Metode Penelitian .......................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 19

BAB II TINJAUAN TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

A. Pengertian Kepolisian ................................................................... 21

B. Kedudukan dan Struktur Organisasi Kepolisian ........................... 24

C. Tugas dan Wewenang Kepolisian ................................................. 26

D. Tahapan Tindakan Kepolisian ....................................................... 31

E. Azas yang Digunakan Polri dalam Menjalankan Wewenang ....... 37

Page 14: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

xiv

BAB III PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN

OLEH GENG MOTOR DI WILAYAH HUKUM POLRESTA

YOGYAKARTA

A. Deskripsi Polresta Yogyakarta ................................................. 40

1. Sejarah Polresta Yogyakarta ................................................ 40

2. Letak Geografis Polresta Yogyakarta .................................. 42

3. Struktur Organisasi Polresta Yogyakarta ............................. 43

4. Visi dan Misi Polresta Yogyakarta ...................................... 44

5. Tugas dan Wewenang Polresta Yogyakarta ........................ 45

6. Wilayah Kerja dan Personil Polresta Yogyakarta................ 51

B. Penanggulangan Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Geng

Motor di Kota Yogyakarta. ....................................................... 52

1. Pengertian Tindak Pidana ................................................... 52

2. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana .............................. 54

3. Pengertian Geng Motor ...................................................... 61

4. Data Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Geng Motor di

Yogyakarta ......................................................................... 67

BAB IV ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG

DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR DI KOTA YOGYAKARTA

A. Upaya Penanggulangan Polresta Yogyakarta terhadap Kasus

Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Geng Motor ...................... 72

B. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana yang Dilakukan

oleh Geng Motor. ........................................................................ 86

Page 15: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

xv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 91

B. Saran .............................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93

Page 16: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara hukum dimana hukum dijadikan

panglima tertinggi untuk mewujudkan suatu kebenaran dan keadilan di

Indonesia. Hukum adalah suatu rangkaian ugeran/peraturan yang menguasai

tingkah laku dan perbuatan tertentu dari hidup manusia dalam hidup

bermasyarakat.1 Sehingga hukum sangat diperlukan dalam sebuah negara

untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalamnya agar

tercapai suatu supremasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

Sebagai negara yang sedang berkembang dan memiliki penduduk yang

padat terutama di kota-kota besar, Indonesia dipenuhi dengan berbagai

permasalahan sosial yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Pergaulan

masyarakat dengan anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

menimbulkan berbagai peristiwa atau kejadian yang dapat menggerakkan

peristiwa hukum.2 Sebagai contohnya Yogyakarta yang merupakan salah satu

kota dengan penduduk yang padat memiliki permasalahan kejahatan

kriminalitas yang tinggi. Kejahatan kriminalitas merupakan salah satu

permasalahan yang banyak terjadi di sebuah kota, dari mulai pencurian,

penculikan, perampokan, pengeroyokan dan bahkan pembunuhan banyak

1 Bambang Purnomo, Asas-asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 1978),

hlm. 13.

2 Chainur Arasjid, Dasar-dasar Ilmu Hukum , (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm.133.

Page 17: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

2

sekali kita temui. Banyaknya kejahatan yang terjadi tentunya sangat

meresahkan serta mengganggu keamanan dan ketentraman warga masyarakat.

Perubahan pandangan hidup masyarakat mempengaruhi semakin

beragamnya motif tindak pidana. Salah satu hal yang cukup banyak menarik

perhatian adalah tindak kriminal yang dilakukan oleh geng motor. Akhir-akhir

ini tindakan-tindakan yang dilakukan oleh geng motor memang semakin

meresahkan masyarakat. Hal ini dikarenakan tindakan yang mereka lakukan

bukan lagi hanya sekadar mengganggu ketertiban umum, misalnya dengan

melakukan balapan liar tetapi telah berkembang kearah tindak pidana yang

lebih serius yaitu berupa penjambretan, perampokan, perusakan, penganiayaan

bahkan sampai melakukan pembunuhan.

Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang suka

kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai, dan dewasa

ini geng motor sering sekali melakukan hal-hal yang mengarah ke tindakan-

tindakan kriminal. Perlu dibedakan antara geng motor dengan Club Motor.

Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor

tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson

Club), Scooter (kelompok pencinta Vesva) kelompok Honda, kelompok

Suzkuki, Tiger, Mio. Club motor biasanya juga sering melakukan aksi sosial,

seperti mengadakan kegiatan bersih-bersih di sepanjang tepi pantai, membantu

anak yatim dan lain sebagainya. Tetapi kalau soal aksi jalanan, semuanya

Page 18: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

3

sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau

didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.3

Salah satu contoh terbaru kasus kriminal yang dilakukan geng motor di

Yogyakarta adalah penganiayaan dan pengerusakan sebuah mobil di Jalan

Urip Sumoharjo, Gondokusuman, Yogyakarta. Sebanyak 45 orang anggota

geng motor diamankan petugas Polresta Yogyakarta di dua lokasi yang

berbeda, Minggu (19/10/2014) dini hari. Sebanyak 45 orang yang diamankan,

16 orang diantaranya merupakan anggota Geng King Wathon Rolling Club

(KWRC) dan 29 orang lainnya dari Geng Pion. Dari puluhan anggota geng

tersebut sebagian besar masih berstatus pelajar SMP maupun SMA. Kepada

pelaku akan dikenakan Pasal 170 KUHP tentang pengerusakan dan

penganiayaan yang dilakukan secara bersama-sama, dengan ancaman

kurungan selama 5 tahun 6 bulan penjara.4 Hal ini merupakan masalah yang

harus segera diselesaikan, agar ketentraman dan keamanan dalam masyarakat

tetap terjaga dan terpelihara. Sebagai upaya penanggulangan kejahatan-

kejahatan tersebut, maka aparat penegak hukum harus bertindak tegas dalam

memberantas kejahatan-kejahatan tersebut. Dalam upaya menanggulangi

kejahatan tersebut maka digunakanlah hukum pidana.

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-

pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbutan

3 www.kemhan.com, “Pengertian Geng Motor Kenakalan Remaja”, diakses pada tanggal 5

Februari 2015. Pukul 08.00 WIB

4 www.krjogja.com, “Anggota Geng Motor Diciduk Polisi”, diakses pada tanggal 5

Februari 2015. Pukul 09.00 WIB

Page 19: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

4

mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau

siksaan.5

Dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) pelanggaran

(overtredingen) adalah perbuatan yang melanggar (ringan dengan ancaman

denda. Sedangkan kejahatan (misdrijven) adalah perbuatan yang melanggar

(berat) seperti pencurian, penganiayaan, pembunuhan, dan sebagainya.

Kejahatan-kejahatan yang terjadi harus diproses sesuai dengan prosedur

hukum yang berlaku di Indonesia agar hukuman yang diterapkan sesuai

dengan kejahatan yang dilakukan dan mencapai keadilan.

Peranan kepolisian sebagai aparat penegak hukum sangat diharapkan

mampu mengusut kasus-kasus pidana yang dilakukan oleh geng motor di

Yogyakarta sehingga tindak kejahatan yang dilakukan geng motor tersebut

dapat digagalkan. Penanggulangan tindak pidana yang dilakukan oleh geng

motor tersebut dapat dilakukan secara preventif (pencegahan) dan represif

(penindakan). Hal ini tidak terlepas dari tugas dan fungsi kepolisian

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa

fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.6 Maka dari itu

peran kepolisian sangat diperlukan untuk memberantas dan menanggulangi

5 CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jilid II, ( Jakarta: Balai

Pustaka, 1993), hlm. 89.

6 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia

Page 20: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

5

atau paling tidak meminimalisir tindakan-tindakan negatif yang dilakukan

oleh geng motor guna terwujudnya stabilitas dalam setiap hubungan di tengah-

tengah masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang seperti tersebut di atas tentang

tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor di daerah Yogyakarta, maka

penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang akan memfokuskan

pembahasan masalah dengan judul “Penanggulangan Tindak Pidana Yang

Dilakukan Oleh Geng Motor Di Kota Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan

yang dibahas adalah:

1. Bagaimana penanggulangan aparat kepolisian terhadap tindak pidana yang

dilakukan oleh geng motor di Kota Yogyakarta?

2. Apa faktor penyebab terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh geng

motor?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam pembuatan skripsi ini, untuk menjawab pokok permasalahan

sebagaimana telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas, yakni:

a. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan tindak pidana yang

dilakukan oleh geng motor di Kota Yogyakarta.

Page 21: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

6

b. Untuk mengetahui apa faktor penyebab terjadinya tindak pidana yang

dilakukan oleh geng motor di Yogyakarta?

2. Kegunaan

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat serta dapat menambah pengetahuan melalui sumbangsih

pemikiran di bidang hukum pidana mengenai bagaimana

penanggulangan aparat kepolisian terhadap tindak pidana yang

dilakukan oleh geng motor dan mengetahui apa faktor penyebab

terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor di Kota

Yogyakarta.

b. Secara praktis, penelitian ini untuk mengetahui bagaimana

penanggulangan aparat kepolisian terhadap tindak pidana yang

dilakukan oleh geng motor dan mengetahui apa faktor penyebab

terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor di Kota

Yogyakarta.

D. Telaah Pustaka

Dalam penelitian sebuah karya ilmiah, studi pustaka sangatlah penting

sebelum penulis melakukan langkah yang lebih jauh dan berguna untuk

memastikan keaslian bahwa judul karya ilmiah ini bukan hasil plagiat/copyan

terhadap karya ilmiah yang telah ada sebelumnya.

Page 22: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

7

Setelah peyusun melakukan pra penelitian terhadap beberapa karya

ilmiah, penyusun mmenemukan beberapa karya ilmiah yang sedikit banyak

telah membahas tentang pihak kepolisian dalam menanggulangi beberapa

macam tindak pidana dan membahas tentang macam tindak pidana yang

dilakukan oleh geng motor. Adapun karya ilmiah tersebut di antaranya:

Skripsi yang berjudul “Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Di

Kabupaten Gunung Kidul (Studi Kasus Di Polres Gunung Kidul Tahun 2010-

2013)” yang disusun oleh Assamiiu Iswan menjelaskan tentang bagaimana

penanggulangan yang dilakukan pihak kepolisian terhadap tindak pidana

pencurian.7 Skripsi ini hampir sama dengan skripsi yang akan ditulis sekarang,

karena sama-sama membahas tentang penanggulangan tindak pidana, akan

tetapi ada perbedaan di jenis tindak pidananya dan lokasi penelitiannya.

Skripsi yang ditulis Assamiu Iswan hanya fokus di satu tindak pidana, yaitu

tindak pidana pencurian di Gunung Kidul. Sedangkan skripsi yang ditulis

sekarang mengarah ke berbagai jenis tindak pidana yang dilakukan oleh geng

motor di Yogyakarta.

Skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana

Perkelahian Kelompok yang Menyebabkan Kematian Oleh Geng Motor (Studi

Kasus Putusan No. 826/Pid.B/2012/PN.Mks)” yang disusun oleh Dewi

Aqsariyanti Simen yang menjelaskan mengenai implementasi penegakan

hukum pidana terhadap pelaku kasus perkelahian kelompok yang

7 Assamiiu Iswan “ Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Di Gunung Kidul (Studi

Kasus di Polres Gunung Kidul Tahun 2010-2013)”, Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014.

Page 23: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

8

menyebabkan tewasnya seseorang geng motor di Pengadilan Negeri Makasar.8

Perbedaan skripsi yang ditulis oleh saudara Dewi Aqsariyanti Simen dengan

skripsi yang ditulis sekarang adalah skripsi yang ditulis Dewi Aqsariyanti

Simen mengarah terhadap implementasi penengakan hukum tindak pidana

yang dilakukan geng motor di Pengadilan Negeri Makasar dengan cara

mengkaji sebuah putusan yang sudah ingkrah, sedangkan untuk penulis yang

sekarang meneliti secara langsung mengenai penanggulangan pihak kepolisian

terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor di Polresta

Yogyakarta.

Skripsi tentang “Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Yang

Dilakukan Oleh Geng Motor Di Kabupaten Gowa (Studi Kasus Polres Gowa

Tahun 2011 s/d 2012)” yang disusun oleh Ibnu Tofail yang menjelaskan

tentang apa faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana yang dilakukan

oleh geng motor di Kabupaten Gowa.9 Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi

yang ditulis sekarang karena skripsi yang ditulis Ibnu Tofail rumusan

masalahnya hanya mengarah kepada faktor-faktor yang menyebabkan anggota

geng motor melakukan tindak pidana dan lokasi penelitiannya berada di

Kabupaten Gowa sedangkan skripsi yang ditulis sekarang mengarah kepada

8 Dewi Aqsariyanti Simen “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perkelahian

Kelompok yang Menyebabkan Kematian Oleh Geng Motor (Studi Kasus Putusan No.

826/Pid.B/2012/PN.Mks)”. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasannudin Makasar 2013.

9 Ibnu Tofail “Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Yang Dilakukan Oleh Geng

Motor Di Kabupaten Gowa (Studi Kasus Polres Gowa Tahun 2011 s/d 2012)”. Skripsi Fakultas

Hukum Universitas Hasannudin Makasar 2013.

Page 24: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

9

penanggulangan pihak kepolisian terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh

geng motor dan lokasi penelitiannya di Kota Yogyakarta.

Jadi judul-judul karya ilmiah di atas yang menjadi pembanding dengan

karya ilmiah yang akan diteliti sekarang supaya tidak terjadi plagiat dari hasil

penelitian nanti.

E. Kerangka Teoritik

Di dalam kerangka teoritik ini menggunakan beberapa teori untuk

menjelaskan upaya penanggulangan tindak pidana yang dilakukan oleh geng

motor yang di antaranya sebagai berikut :

1. Teori Tentang Kepatuhan/Penegakan Hukum/Ketaatan Hukum

Hukum adalah suatu motor penggerak dan menata perilaku

manusia atau sebagai aturan yang harus ditaati oleh manusia, walaupun

hukum bisa dibilang pengontrol soaial tetapi terkadang hukum senantiasa

selalu tertinggal dari obyek yang diaturnya.10

Adapun menurut beberapa ahli tentang yang dimaksud teori

tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a. Ewick dan Silbey, Kesadaran Hukum mengacu kecara-cara dimana

orang-orang memahami hukum dan institusi-institusi hukum, yaitu

10

Satjipto Raharjo, Hukum Dan Masyarakat (Semarang: Angkasa Bandung, 1980), hlm

99.

Page 25: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

10

pemahaman-pemahaman yang memberikan makna kepada pengalaman

dan tindakan orang-orang.11

b. Bagi Ewick dan Silbey, Kesadaran Hukum terbentuk dalam tindakan

dan karenanya merupakan persoalan praktik untuk dikaji secara

empiris. Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah persoalan “hukum

sebagai perilaku,” dan bukan “hukum sebagai aturan norma atau

asas”.12

Sebagai hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara

kesadaran hukum dan ketaatan hukum maka beberapa literatur yang

diungkap oleh beberapa pakar mengenai ketaatan hukum bersumber

pada kesadaran hukum, hal tersebut tercermin dua macam kesadaran,

yaitu:

a. Legal consciouness as within the law, kesadaran hukum sebagai

ketaatan hukum, berada dalam hukum, sesuai dengan aturan

hukum yang disadari atau dipahami.

b. Legal consciouness as against the law, kesadaran hukum dalam

wujud menentang hukum atau melanggar hukum.13

Penggunaan upaya hukum, termasuk hukum pidana,

merupakan salah satu upaya yang bisa digunakan dalam mengatasi

masalah sosial terutama dalam penegakan hukum. Namun disamping

11

Ali Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial

Prudence) Termasuk Interprestasi Undang-undang (Bandung: Kencana, 2009), hlm. 510. 12

Ibid., hlm. 511.

13

Ibid.,

Page 26: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

11

itu harus dilandasi dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, kebijakan hukum ini pun

termasuk dalam bidang kebijakan sosial, yaitu segala usaha yang

rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.14

Untuk dapat tegaknya suatu hukum di dalam lingkungan

masyarakat harus memenuhi beberapa unsur, yang diantaranya:

a. berlakunya hukum secara yuridis, artinya apabila penentuannya

didasarkan pada kaedah yang lebih tinggi tingkatnya;

b. berlakunya secara sosiologis, apabila kaedah tersebut efektif.

Artinya kaedah tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh

penguasa walaupun keputusan tersebut tidak diterima masyarakat;

c. berlakunya secara filosofis, artinya sesuai dengan cita-cita hukum

sebagai nilai positif yang tinggi.15

Ketiga unsur inilah yang seharusnya dipenuhi dalam hukum

dan penegakan hukum. Hal ini dikarenakan tanpa adanya suatu hukum

yang dapat ditegakan di dalam tengah-tengah masyarakat maka tidak

ada kontrol sosial terhadap pola tingkah laku masyarakat.

Dari unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum

tersebut, di dalam penegakan hukum juga terdapat kaedah-

kaedah/faktor-faktor yang ada didalamnya. Di antaranya kaedah

14

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan

Pidana Penjara, cet ke-4 (Semarang: Genta Publising, 2009), hlm 17

15

Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, cet ke-3 (Jakarta: Rajawali,

1987), hlm. 13.

Page 27: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

12

hukum/peraturan itu sendiri, petugas/penegak hukum, fasilitas,

masyarakat. Akan tetapi untuk berfungsinya suatu kaedah hukum

dalam masyarakat sangat tergantung dari hubungan yang serasi (kaitan

proposionil) antara keempat faktor di atas.16

Sehingga dengan begitu

dalam penegakan hukum dapat berjalan dengan baik.

2. Teori Penanggulangan Tindak Pidana

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan

termasuk bidang kebijakan kriminal (criminal policy). Kebijakan

kriminal juga tidak lepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu

kebijakan sosial (social policy), yang terdiri dari kebijakan atau upaya-

upaya untuk kesejahteraan sosial, dan kebijakan atau upaya-upaya

untuk perlindungan masyarakat (social defency policy).17

Dari itu

semua dalam pencegahan dan penanggulangan kejahatan juga harus

menunjang tujuan (goal), kesejahteraan masyarakat atau social

welfare (SW) dan perlindungan masyarakat atau social defence (SD).

Akan tetepi, juga terdapat aspek yang sangat penting didalamnya,

yaitu aspek kesejahteraan/perlindungan masyarakat yang bersifat

Imateriil, terutama nilai kepercayaan, kebenaran/kejujuran/keadilan.18

Dengan begitu, dalam menanggulangi suatu perbuatan yang melawan

16

Ibid., hlm. 14.

17

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Kejahatan (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 76.

18

Ibid., hlm. 78.

Page 28: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

13

hukum dapat sesuai dengan harapan dan dapat mengurangi suatu

tindak kejahatan yang terjadi.

Perbuatan melawan hukum atau yang biasa disebut tindak

pidana merupakan tindakan yang menyimpang dari peraturan

perundang-undangan dan dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu

tindakan yang tidak boleh dilakukan dan terhadap pelakunya akan

dikenai sanksi pidana. Berkembangnya zaman kini mempengaruhi

perbuatan tindak pidana justru semakin merajalela. Kasus tindak

pidana yang terjadi dewasa ini dilakukan seseorang dengan tidak

mengenal usia, dari yang tua,muda bahkan masih anak-anak pun ada

yang melakukan tindak pidana.

Dalam melakukan upaya-upaya penanggulangan tindak pidana

aparat kepolisian haruslah melakukan dengan hati-hati, cermat, hemat,

selektif dan limitatif, jangan sampai menerapkan sebuah hukum atau

sanksi sebagai suatu pembalasan tetapi harus sebagai suatu pembinaan

terhadap terdakwa, dengan cara pendekatan integral/sistematik dalam

upaya pencegahan kejahatan yang sering kali di ungkapkan di dalam

kongres PBB:

a. Pencegahan kejahatan serta peradilan pidana janganlah

diperlakukan atau dilihat sebagai problem yang terisolir dan

ditangani dengan metode simplistik serta fragmatir, tetapi

seyogyanya dilihat sebagai masalah yang lebih kompleks dan

Page 29: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

14

ditangani dengan kebijakan atau tindakan lebih luas atau

menyeluruh;

b. Pencegahan kejahatan harus didasarkan pada penghapusan sebab-

sebab dan kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya

kejahatan. Upaya penghapusan sebab-sebab dan kondisi-kondisi

yang demikian harus merupakan strategi pokok/mendasar dalam

upaya pencegahan kejahatan (the basic crime prevention stretegy);

c. Penyebab utama kejahatan di banyak negara ialah ketimpangan

sosial, diskriminasi rasial dan diskriminasi nasional, standar hidup

yang rendah, pengangguran dan kebutahurufan (kebodohan)

diantara golongan besar penduduk;

d. Pencegahan kejahatan dan peradilan pidana seyogyanya

dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pembangunan

ekonomi, sistem politik, nilai-nilai sosial kulturan dan perubahan

masyarakat, juga dalam hubungannya dengan tata ekonomi dunia

atau internasional baru.19

F. Metode Penelitian

Metode merupakan hal yang cukup penting untuk mencapai tujuan dari

sebuah penelitian itu sendiri. Di dalam melakukan sebuah penelitian untuk

mencapai hasil yang diharapkan dari pokok masalah sebagaimana telah

diuraikan penyusun proposal di atas, maka sangat dibutuhkan langkah-langkah

19

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penengakan dan Pengemnbangan

Hukum Pidana, cet. Ke-2 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hlm 79

Page 30: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

15

kerja dalam melakukan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

yaitu metode penelitian untuk mendapatkan data langsung dari lapangan

tempat dilakukannya penelitian yaitu Polresta Yogyakarta, melukiskan

secara aktual dan cermat terkait masalah yang diteliti tersebut.20

2. Pendekatan Penelitian

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode yuridis empiris. Peneliti menggunakan pendekatan yuridis empiris

karena data langsung dari lapangan atau data-data yang masih mentah

terutama di Polresta Yogyakarta. Penelitian yuridis empiris adalah

penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan

hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu

yang terjadi dalam masyarakat..21

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup Polresta Yogyakkarta,

sebagaimana judul dan latar belakang masalah dibahas.

20

M.Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2002), hlm 22.

21

Muhammad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,

2004), hlm 134.

Page 31: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

16

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan untuk

mendapatkan data secara langsung dan didukung dengan teori-teori serta

cara yang digunakan yaitu:

a. Dokumentasi, yaitu cara memperoleh data tentang suatu masalah

dengan menelusuri dan mempelajari data primer, baik dari dokumen-

dokumen, arsip-arsip, buku, jurnal, artikel baik cetak maupun online,

serta bahan lain yang terkait dengan masalah yang dikaji.22

b. Interview (wawancara) yaitu metode pengumpulan data dengan

menggunakan pedoman tanya jawab. Ada juga pengertian interview

yang lain adalah percakapan metode dengan bertatap muka dengan

tujuan memperoleh informasi faktual, untuk menaksir dan menilai

kepribadian individu, atau untuk tujuan-tujuan konseling/penyuluhan

dan lain sebagainya.23

Interview ini mempunyai ciri utama adalah

kontak langsung terhadap sipencari informasi dengan sumber

informasi.24

Adapun menurut Sutrisni Hadi (1986) yang harus

diperhatikan dalam metode ini yaitu bahwa sujek (responden) adalah

orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, bahwa apa yang

ditanyakan oleh pihak responden kepada peneliti adalah benar dan

22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

1998), hlm. 202.

23

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, cet ke-6 (Bandung: Mandar Maju,

1990), hlm. 187.

24

Tatang Arifin, Menyusun Rencan Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm. 133.

Page 32: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

17

dapat dipercaya. Sedangkan pihak yang diwawancarai yaitu Kepala

Polresta Yogyakarta atau anggota Polresta Yogyakarta dan lain

sebagainya.

c. Observasi

Observasi yaitu pengalaman dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.25

Observasi

merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari

dekat kegiatan yang dilakukan. Metode observasi sering kali diartikan

sebagai metode pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada subjek penelitian. Teknik observasi sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematik hendaknya dilakukan

pada subjek yang secara aktif mereaksi terhadap objek.

Adapun kriteria yang hendak diperhatikan oleh observeser

antara lain:

1) Memiliki pengetahuan yang cukup terhadap objek yang diteliti;

2) Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data;

3) Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati;

4) Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan

kritis;

5) Pencatatan setiap gejala harus dilaksanakan secara terpisah agar

tidak saling mempengaruhi;

25

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1993), hlm. 100.

Page 33: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

18

6) Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara

mencatat hasil observasi.26

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan

mengamati perubahan fenomena–fenomena social yang tumbuh dan

berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian

tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment

tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan

yang tidak diperlukan.27

5. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer atau data dasar dalam penelitian adalah data yang

diperoleh langsung dari sumber utama di lapangan, yaitu di Polresta

Yogyakarta. Bahan hukum primer ini juga mempunyai siafat

autoratatif, artinya mempunyai otoritas bisa menjelaskan bahwa suatu

kejadian di lapangan tidak sesuai dengan hukum yang berrlaku atau

hukum yang berlaku tidak sesuai dengan keadaan sosial.28

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah tersedia berupa hasil

penelitian dipublikasikan, penelitian-penelitian yang sebelumnya,

26 http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com, “pengertian metode observasi definisi”,

diakses pada tanggal 5 Februari 2015. Pukul 10.30 WIB.

27

Margono, Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2007), hlm. 159.

28

Pater Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cet. Ke-3 (Jakarta: Prenada Media Group,

2005), hlm. 141.

Page 34: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

19

buku-buku, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan data-data

lainnya.29

Data seekunder ini juga nantinya akan menjadi sumber

pendukung dalam melakukan penelitian atau mengkaji permasalahan

yang terjadi di tempat yang akan dijadikan penelitian tersebut.

6. Analisis Data

Analisis data adalah suatu cara yang dipakai untuk menganalisa,

mempelajari serta mengolah kelompok data tertentu, sehingga dapat

diambil suatu kesimpulan yang konkrit tentang permasalahan yang diteliti

dan dibahas.

Metode analisis data ini dilakukan secara deskriptif kualitatif,

artinya data tersebut digambarkan secara sistematis dan wujud uraian-

uraian kalimat yang diambil maknanya sebagai pernyataan atau

kesimpulan. 30

G. Sistematika Pembahasan

Di dalam sistematika pembahasan penyusun skripsi akan menguraikan

lima pokok bab yang akan menjadi objek dan batasan-batasan pembahasan. Di

dalam bab ini akan memuat seputar latar belakang masalah yang akan menjadi

pendukung penyusun dalam proses-proses menguraikan alasan-alasan

diambilnya pokok bahasan mengenai peran kepolisian dalam menanggulangi

tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor di kota Yogyakarta.

29

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), hlm. 30.

30

Soemitro Rony Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Juri Metri, (Jakarta:

Ghalia, 1998), hlm.82.

Page 35: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

20

Bab pertama yang diantaranya berisikan Latar belakang masalah,

Rumusan masalah, Tinjauan dan Kegunaan penelitian, Telaah pustaka,

Kerangka teoritik, Metode penelitian, Sistematika pembahasan. Dengan

adanya tatacara perumusan masalah atau cara-cara pengumpulan data ini dapat

memberikan gambaran seputar apa yang akan menjadi pokok pembahasan

pada penyusun skripsi kali ini.

Bab kedua berisi tentang tinjauan umum tentang kepolisian, pengertian

kepolisian, kedudukan dan struktur organisasi kepolisian, tugas dan wewenang

kepolisian, tahapan tindakan kepolisian.

Bab ketiga berisikan diskripsi tentang Polresta Yogyakarta, gambaran

tata letak geografis Polresta Yogyakarta, sejarah Polresta Yogyakarta, visi dan

misi Polresta Yogyakarta, wilayah kerja Polresta Yogyakarta. Tentang tindak

pidana yang dilakukan oleh geng motor di Yogyakarta, pengertian tindak

pidana, upaya penanggulangan tindak pidana, pengertian geng motor, jenis

tindak pidana yang dilakukan geng motor.

Bab keempat berisi tentang hasil analisis penanggulangan aparat

kepolisian terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor di Kota

Yogyakarta dan faktor penyebab terjadinya tindak pidana.

Bab kelima sebagai bab penutup laporan hasil penelitian yang

menyajikan kesimpulan sebagai jawaban akhir atas pokok permasalahan yang

diajukan sehingga dapat memberikan saran atau rekomendasi bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dalam mengatasi masalah kejahatan geng motor di Kota

Yogyakarta yang semakin marak dan mencemaskan bagi masyarakat.

Page 36: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Upaya Polresta Yogyakarta dalam melakukan penanggulangan terhadap

tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor, di antaranya:

a. Penanggulangan yang bersifat Pre-Emtif, yaitu penanggulangan

dengan cara melakukan pendekatan kepada masyarakat, sekolah

ataupun orang tua melalui penyuluhan-penyuluhan.

b. Penanggulangan yang bersifat Preventif, yaitu penanggulangan dengan

cara deteksi dini melalui patroli rutin dan mencari informasi terhadap

tindak pidana yang akan terjadi.

c. Penanggulangan yang bersifat Represif, yaitu penanggulangan dengan

cara melakukan tindakan penegakan hukum apabila sudah terjadi

tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh geng

motor, di antaranya:

a. Faktor lingkungan keluarga;

b. Faktor pengaruh minuman keras;

c. Faktor usia; dan

d. Faktor kurangnya pemahaman terhadap agama.

Page 37: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

92

B. Saran-Saran

Atas kesimpulan tersebut diatas, penulis mengemukakan saran sebagai

berikut:

1. Polresta Yogyakarta harus benar-benar menjalankan tugas dan fungsinya

sesuai Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002, di antaranya harus

meningkatkan kerja sama dengan masyarakat dan sekolahan untuk

memberikan penyuluhan mengenai hukum dan dampak-dampak dari

kenakalan remaja, terutama tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor

2. Pihak sekolah juga harus berperan dalam upaya ini, contohnya dengan

memberikan pelajaran mengenai hukum dan selalu memantau atau

memperhatikan perilaku anak didiknya di dalam maupun di luar sekolah.

Hal ini dikarenakan kebanyakan geng motor beanggotakan anak-anak

yang masih sekolah.

3. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam upaya penanggulangan tindak

pidana yang dilakukan oleh geng motor ini, dengan kata lain masyarakat

harus selalu mengadakan kegiatan-kegiatan positif dan para tokoh

masyarakat harus memberikan panutan yang baik kepada generasi muda.

4. Pemerintah juga harus berperan dalam hal penanggulangan ini, yaitu

dengan cara menambah fasilitas-fasilitas atau prasarana-prasarana di

dalam kepolisian, sekolah, dan masyarakat guna menunjang kegiatan-

kegiatan yang bernilai positif sesuai dalam upaya penanggulangan tindak

pidana yang dilakukan oleh geng motor. Dengan demikian kejahatan-

kejahatan kemungkinan besar dapat diminimalisir.

Page 38: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

93

DAFTAR PUSTAKA

A. Perundang-Undangan

Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ctk. Ke duapuluh enam,

Jakarta: BumiAksara, 2007 (KUHP).

UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Perpres Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

B. BUKU HUKUM

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicial Prudence) Termasuk Interprestasi Undang-undang,

Bandung: Kencana, 2009.

Andang dan Yesmil Anwar, Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen,&

Pelaksanaannya dalam Penegakan Hukum di Indonesia), Bandung:

Widya Pajajaran, 2009.

Arasjid, Chainur, Dasar-dasar Ilmu Hukum , Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Atmasasmita, Romli, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung: PT.

Eresco, 1992.

Asikin, Zainal dan Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif terhadap Unsur-

unsurnya, Jakarta: UI Press, 1995.

Barda Nawawi, Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penengakan dan

Pengemnbangan Hukum Pidana, cet. Ke-2, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2005.

Page 39: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

94

, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan

Kejahatan dengan Pidana Penjara, cet ke-4, Semarang: Genta

Publising, 2009.

, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum

Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2007.

Hamzah, Andi. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2001.

Hanitijo Soemitro, Rony, Metodologi Penelitian Hukum dan Juri Metri,

Jakarta: Ghalia, 1998.

Ibnu Tofail “Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Yang Dilakukan

Oleh Geng Motor Di Kabupaten Gowa (Studi Kasus Polres Gowa

Tahun 2011 s/d 2012)”. Skripsi Fakultas Hukum Universitas

Hasannudin Makasar 2013.

Ilyas, Amir dan A. S. Alam, Pengantar Kriminologi, Makassar: Pustaka

Refleksi Books, 2010.

Iswan, Assamiiu “ Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Di Gunung

Kidul (Studi Kasus di Polres Gunung Kidul Tahun 2010-2013)”,

Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta 2014.

Kansil, CST, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jilid II,

Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

Kelana, Momo, Hukum Kepolisian, Edisi Ketiga, Jakarta: PTIK, 1984.

Lamintang, P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 1997.

Lopa, Baharuddin, Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2001.

Page 40: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

95

Mahmud Marzuki, Pater, Penelitian Hukum, cet. Ke-3, Jakarta: Prenada

Media Group, 2005.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2004.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,

Bandung: Alumni, 1992.

Prodjomidjojo, Martiman, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia

I, Jakarta: Pradnya Pramita, 1995.

Purnomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia

Indonesia, 1978.

Raharjo, Satjipto, Hukum Dan Masyarakat, Semarang: Angkasa Bandung,

1980.

, Penegakan Hukum suatu tinjauan sosiologis, Yogyakarta:

Genta Publishing, 2009.

Sadjijono, Suatu Telaah Filosofis Terhadap Konsep dan Implementasi dalam

Pelaksanaan Tugas Profesi Polisi, Yogyakarta : Laksbang Mediatama,

2008.

Syani, Abdul, Sosiologi Kriminologi, Makassar, Pustaka Refleksi, 1987.

Simons, Leerbook van Het Nederlandsche Strafrecht (terjemahan), Bandung:

Pioner Jaya, 1992.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, cet ke-3, Jakarta:

Rajawali, 1987.

Subekti Tjitrosoedibio, R, Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Pramita, 2005.

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990.

Page 41: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

96

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 1998.

Utrecht, E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, cetakan ke-4,

Jakarta: Balai Buku lchtiar, 1960.

C. Lain-Lain

Arifin, Tatang, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali, 1990.

Data dari Polresta Yogyakarta tahun 2014

Iqbal, M, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2002.

Kartono, Kartini, Patologi Sosial Kenakalan Anak, Jakarta Utara: Rajawali

Pers, 1986.

Hasil wawancara dengan Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta Kompol Dodo

Hendro Kusumo pada tanggal 20 februari 2015 di Polresta Yogyakarta.

Margono, Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2007.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1993.

Purwodarminto, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka 1986.

http://ceritadanas.blogspot.com, “pengertian geng motor”, diakses pada

tanggal 13 Februari jam 17.00 WIB.

http://menujuhijau.blogspot.com, “perbedaan geng motor dan club motor”,

diakses pada tanggal 13 Februari jam 17.30 WIB.

http://moonrakerclub, “ perilaku geng motor dari segi sosiologi”, diakses pada

tanggal 13 Februari 2015. Pukul 20.00.

Page 42: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

97

http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com, “pengertian metode observasi

definisi”, diakses pada tanggal 5 Februari 2015. Pukul 10.30 WIB.

www.kemhan.com, “pengertian geng motor kenakalan remaja”, diakses pada

tanggal 5 Februari 2015. Pukul 08.00 WIB.

www.krjogja.com, “anggota geng motor diciduk polisi”, diakses pada tanggal

5 Februari 2015. Pukul 09.00 WIB.

www.facebook.com, “kesejarahan mako polresta yogyakarta”, diakses pada

tanggal 13 Februari 2015. Pukul 08.00 WIB.

Page 43: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM Alamat: Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 512840, Fax. (0274) 545614

Yogyakarta 55281

No. : UIN.02/DS.1/PP.00.9/ / 2015 Yogyakarta, 13 Februari 2015 Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth. Kepala Kepolisian Resort Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta

di. Yogyakarta

Assalamu’alaikum wr.wb. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memohon kepada Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga sebagaimana yang tersebut di bawah ini :

No Nama NIM JURUSAN

1. Ma’ruf Aji Wicaksono 10340177 IH

Untuk mengadakan penelitian di Polresta Yogyakarta guna mendapatkan pengetahuan dan informasi dalam rangka Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi ) yang berjudul “PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI POLRESTA YOGYAKARTA TAHUN 2014)” Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih Wassalamu’alaikum wr.wb.

a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. H. Kamsi, MA. NIP. 19570207 198703 1 003

Tembusan : Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 44: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

DAFTAR INTERVIEW POLRESTA YOGYAKARTA

1. Bagaimana upaya Polresta Yogyakarta terhadap penanggulangan tindak

pidana yang dilakukan oleh geng motor di Kota Yogyakarta?

2. Apa yang menjadi kendala dalam melakukan penanggulangan tindak

pidana yang dilakukan oleh geng motor di Yogyakarta?

3. Apakah upaya penanggulangan yang dilakukan Polresta Yogyakarta sudah

maksimal dan sudah dapat mencegah terjadinya tindak pidana yang

dilakukan oleh geng motor tersebut?

4. Bagaimana pencegahan yang dilakukan Polresta Yogyakarta terhadap

maraknya kasus geng motor di Indonesia saat ini?

5. Apakah upaya pencegahan tersebut ada kendalanya?

6. Apakah ada oknum anggota baik Polri maupun TNI yang membackingi

aksi geng motor di Kota Yogyakarta?

7. Apabila ada keterlibatan oknum anggota, tindakan apa yang akan

dilakukan Polresta?

8. Bagaimana proses tindakan hukum yang dilakukan Polresta Yogyakarta

terhadap pelaku tindak pidana?

9. Apakah faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindak pidana di Kota

Yogyakarta, khususnya tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor?

10. Siapa saja yang seharusnya melakukan upaya penanggulangan tindak

pidana yng dilakukan oleh geng motor ini?

Page 45: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002

TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya

masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

c. bahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing;

d. bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan hukum serta ketatanegaraan Republik Indonesia;

e. sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VI/MPR/2000 tentang

Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran

Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

Dengan persetujuan bersama antara

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan : 1. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 46: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

3. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum Kepolisian.

4. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

6. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan bangsa dan negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri.

8. Penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan.

9. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

10. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

12. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang.

13. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kapolri adalah pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi kepolisian.

Pasal 2

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 3 (1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

dibantu oleh : a. kepolisian khusus; b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, dan c, melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Page 47: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Pasal 4 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pasal 5 (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

BAB II

SUSUNAN DAN KEDUDUKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pasal 6 (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan peran dan fungsi

kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 5 meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

(2) Dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(3) Ketentuan mengenai daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7

Susunan organisasi dan tata kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia disesuaikan dengan kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

Pasal 8 (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden. (2) Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam

pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9

(1) Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisian.

(2) Kapolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas : a. penyelenggaraan kegiatan operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas

Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan b. penyelenggaraan pembinaan kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 10

(1) Pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia di daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenang kepolisian secara hierarki.

(2) Ketentuan mengenai tanggung jawab secara hierarki sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Page 48: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Pasal 11 (1) Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat. (2) Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden kepada Dewan

Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya. (3) Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul Presiden

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(5) Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(6) Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.

(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

(8) Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 12

(1) Jabatan penyidik dan penyidik pembantu adalah jabatan fungsional yang pejabatnya diangkat dengan Keputusan Kapolri.

(2) Jabatan fungsional lainnya di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia ditentukan dengan Keputusan Kapolri.

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 13 Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 14 (1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian

Negara Republik Indonesia bertugas : a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan

masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas di jalan; c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran

hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional; e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian

khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium

forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

Page 49: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15 (1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan

14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: a. menerima laporan dan/atau pengaduan; b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu

ketertiban umum; c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa; e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif

kepolisian; f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam

rangka pencegahan; g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti; j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka

pelayanan masyarakat; l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang : a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan

masyarakat lainnya; b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan

senjata tajam; f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di

bidang jasa pengamanan; g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan

petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan

memberantas kejahatan internasional; i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada

di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian

internasional; k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Page 50: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Pasal 16 (1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan

14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk : a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara

untuk kepentingan penyidikan; c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda

pengenal diri; e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan; i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang

di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. (2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan

penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut : a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut

dilakukan; c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan e. menghormati hak asasi manusia.

Pasal 17

Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, khususnya di daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18 (1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan

dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 19

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepolisian Negara Republik Indonesia mengutamakan tindakan pencegahan.

BAB IV

ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pasal 20 (1) Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdiri atas :

a. anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

Page 51: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

b. Pegawai Negeri Sipil. (2) Terhadap Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b

berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

Pasal 21 (1) Untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia seorang

calon harus memenuhi syarat sekurang-kurangnya sebagai berikut : a. warga negara Indonesia; b. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; d. berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat; e. berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun; f. sehat jasmani dan rohani; g. tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan; h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; dan i. lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian.

(2) Ketentuan mengenai pembinaan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 22

(1) Sebelum diangkat sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, seorang calon anggota yang telah lulus pendidikan pembentukan wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pengambilan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 23

Lafal sumpah atau janji sebagaimana diatur dalam Pasal 22 adalah sebagai berikut : "Demi Allah, saya bersumpah/berjanji : bahwa saya, untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tri Brata, Catur Prasatya, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah yang sah; bahwa saya, akan menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan kedinasan di Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab; bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan; bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan; bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak akan menerima pemberian berupa hadiah dan/atau janji-janji baik langsung maupun tidak langsung yang ada kaitannya dengan pekerjaan saya".

Pasal 24 (1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalani dinas keanggotaan dengan

ikatan dinas. (2) Ketentuan mengenai ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih

lanjut dengan Keputusan Presiden.

Page 52: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Pasal 25 (1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberi pangkat yang

mencerminkan peran, fungsi dan kemampuan, serta sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam penugasannya.

(2) Ketentuan mengenai susunan, sebutan, dan keselarasan pangkat-pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 26

(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memperoleh gaji dan hak-hak lainnya yang adil dan layak.

(2) Ketentuan mengenai gaji dan hak-hak lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 27

(1) Untuk membina persatuan dan kesatuan serta meningkatkan semangat kerja dan moril, diadakan peraturan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai peraturan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 28

(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.

(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak menggunakan hak memilih dan dipilih.

(3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menduduki jabatan di luar kepolisian setelah mengundurkan diri atau pensiun dari dinas kepolisian.

Pasal 29

(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tunduk pada kekuasaan peradilan umum.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 30

(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat.

(2) Usia pensiun maksimum anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia 58 (lima puluh delapan) tahun dan bagi anggota yang memiliki keahlian khusus dan sangat dibutuhkan dalam tugas kepolisian dapat dipertahankan sampai dengan 60 (enam puluh) tahun.

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V

PEMBINAAN PROFESI

Pasal 31 Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus memiliki kemampuan profesi.

Pasal 32 (1) Pembinaan kemampuan profesi pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia

diselenggarakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta pengalamannya di bidang teknis kepolisian melalui pendidikan, pelatihan, dan penugasan secara berjenjang dan berlanjut.

(2) Pembinaan kemampuan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Page 53: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Pasal 33

Guna menunjang pembinaan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dilakukan pengkajian, penelitian, serta pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian.

Pasal 34 (1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat pada Kode

Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menjadi pedoman

bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya.

(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 35

(1) Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia oleh pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia diselesaikan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai susunan organisasi dan tata kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 36

(1) Setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pengemban fungsi kepolisian lainnya wajib menunjukkan tanda pengenal sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam mengemban fungsinya.

(2) Ketentuan mengenai bentuk, ukuran, pengeluaran, pemakaian, dan penggunaan tanda pengenal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Kapolri.

BAB VI

LEMBAGA KEPOLISIAN NASIONAL

Pasal 37 (1) Lembaga kepolisian nasional yang disebut dengan Komisi Kepolisian Nasional

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (2) Komisi Kepolisian Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan

Keputusan Presiden.

Pasal 38 (1) Komisi Kepolisian Nasional bertugas :

a. membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

b. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Komisi Kepolisian Nasional berwenang untuk : a. mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran kepada

Presiden yang berkaitan dengan anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengembangan sumber daya manusia Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pengembangan sarana dan prasarana Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. memberikan saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya mewujudkan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang profesional dan mandiri; dan

c. menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja kepolisian dan menyampaikannya kepada Presiden.

Page 54: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Pasal 39 (1) Keanggotaan Komisi Kepolisian Nasional terdiri atas seorang Ketua merangkap

anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, seorang Sekretaris merangkap anggota dan 6 (enam) orang anggota.

(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari unsur-unsur pemerintah, pakar kepolisian, dan tokoh masyarakat.

(3) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tata kerja, pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Kepolisian Nasional diatur dengan Keputusan Presiden.

Pasal 40

Segala pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas Komisi Kepolisian Nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB VII BANTUAN, HUBUNGAN, DAN KERJA SAMA

Pasal 41

(1) Dalam rangka melaksanakan tugas keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat meminta bantuan Tentara Nasional Indonesia yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Dalam keadaan darurat militer dan keadaan perang, Kepolisian Negara Republik Indonesia memberikan bantuan kepada Tentara Nasional Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

(3) Kepolisian Negara Republik Indonesia membantu secara aktif tugas pemeliharaan perdamaian dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 42

(1) Hubungan dan kerja sama Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan badan, lembaga, serta instansi di dalam dan di luar negeri didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsional, saling menghormati, saling membantu, mengutamakan kepentingan umum, serta memperhatikan hierarki.

(2) Hubungan dan kerja sama di dalam negeri dilakukan terutama dengan unsur-unsur pemerintah daerah, penegak hukum, badan, lembaga, instansi lain, serta masyarakat dengan mengembangkan asas partisipasi dan subsidiaritas.

(3) Hubungan dan kerja sama luar negeri dilakukan terutama dengan badan-badan kepolisian dan penegak hukum lain melalui kerja sama bilateral atau multilateral dan badan pencegahan kejahatan baik dalam rangka tugas operasional maupun kerja sama teknik dan pendidikan serta pelatihan.

(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku : a. semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan mengenai

Kepolisian Negara Republik Indonesia dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

b. tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sedang diperiksa baik di tingkat penyidikan maupun pemeriksaan di pengadilan militer dan belum mendapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan peradilan militer.

c. tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang belum diperiksa baik di tingkat penyidikan maupun pemeriksaan di pengadilan militer berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di lingkungan peradilan umum.

Page 55: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3710) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 45 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 2002 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 2002 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 2

Page 56: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002

TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebelum Undang-Undang ini berlaku adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3710) sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepolisian Negara (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2289). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia telah memuat pokok-pokok mengenai tujuan, kedudukan, peranan dan tugas serta pembinaan profesionalisme kepolisian, tetapi rumusan ketentuan yang tercantum di dalamnya masih mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988 (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3368), dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3369) sehingga watak militernya masih terasa sangat dominan yang pada gilirannya berpengaruh pula kepada sikap perilaku pejabat kepolisian dalam pelaksanaan tugasnya di lapangan. Oleh karena itu, Undang-Undang ini diharapkan dapat memberikan penegasan watak Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Tri Brata dan Catur Prasatya sebagai sumber nilai Kode Etik Kepolisian yang mengalir dari falsafah Pancasila. Perkembangan kemajuan masyarakat yang cukup pesat, seiring dengan merebaknya fenomena supremasi hukum, hak asasi manusia, globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas, telah melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya menyebabkan pula tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya. Sejak ditetapkannya Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000, maka secara konstitusional telah terjadi perubahan yang menegaskan rumusan tugas, fungsi, dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia serta pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Undang-Undang ini telah didasarkan kepada paradigma baru sehingga diharapkan dapat lebih memantapkan kedudukan dan peranan serta pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral dari reformasi menyeluruh segenap tatanan kehidupan bangsa dan negara dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan Kedua, Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000, keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan secara konsisten dinyatakan dalam perincian tugas pokok yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

Page 57: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Namun, dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara fungsional dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui pengembangan asas subsidiaritas dan asas partisipasi. Asas legalitas sebagai aktualisasi paradigma supremasi hukum, dalam Undang-Undang ini secara tegas dinyatakan dalam perincian kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Namun, tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri. Oleh karena itu, Undang-Undang ini mengatur pula pembinaan profesi dan kode etik profesi agar tindakan pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat dipertanggungjawabkan, baik secara hukum, moral, maupun secara teknik profesi dan terutama hak asasi manusia. Begitu pentingnya perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia karena menyangkut harkat dan martabat manusia, Negara Republik Indonesia telah membentuk Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang ratifikasi Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib mempedomani dan menaati ketentuan Undang-Undang di atas. Di samping memperhatikan hak asasi manusia dalam setiap melaksanakan tugas dan wewenangnya, setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib pula memperhatikan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya, antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, ketentuan perundang-undangan yang mengatur otonomi khusus, seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Papua serta peraturan perundang-undangan lainnya yang menjadi dasar hukum pelaksanaan tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang-Undang ini menampung pula pengaturan tentang keanggotaan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890) yang meliputi pengaturan tertentu mengenai hak anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia baik hak kepegawaian, maupun hak politik, dan kewajibannya tunduk pada kekuasaan peradilan umum. Substansi lain yang baru dalam Undang-Undang ini adalah diaturnya lembaga kepolisian nasional yang tugasnya memberikan saran kepada Presiden tentang arah kebijakan kepolisian dan pertimbangan dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sesuai amanat Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000, selain terkandung pula fungsi pengawasan fungsional terhadap kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga kemandirian dan profesionalisme Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat terjamin. Dengan landasan dan pertimbangan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, dalam kebulatannya yang utuh serta menyeluruh, diadakan penggantian atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tidak hanya memuat susunan dan kedudukan, fungsi, tugas dan wewenang serta peranan kepolisian, tetapi juga mengatur tentang keanggotaan, pembinaan profesi, lembaga kepolisian nasional, bantuan dan hubungan serta kerja sama dengan berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Meskipun demikian, penerapan Undang-Undang ini akan ditentukan oleh komitmen para pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap pelaksanaan tugasnya dan juga komitmen masyarakat untuk secara aktif berpartisipasi dalam mewujudkan Kepolisian

Page 58: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Negara Republik Indonesia yang mandiri, profesional, dan memenuhi harapan masyarakat. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Fungsi kepolisian harus memperhatikan semangat penegakan HAM, hukum dan keadilan. Pasal 3 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "dibantu" ialah dalam lingkup fungsi kepolisian, bersifat bantuan fungsional dan tidak bersifat struktural hierarkis. Huruf a Yang dimaksud dengan "kepolisian khusus" ialah instansi dan/atau badan Pemerintah yang oleh atau atas kuasa undang-undang (peraturan perundang-undangan) diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi kepolisian dibidang teknisnya masing-masing. Wewenang bersifat khusus dan terbatas dalam "lingkungan kuasa soal-soal" (zaken gebied) yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya. Contoh "kepolisian khusus" yaitu Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM Depkes), Polsus Kehutanan, Polsus di lingkungan Imigrasi dan lain-lain. Huruf b Cukup jelas Huruf c Yang dimaksud dengan "bentuk-bentuk pengamanan swakarsa" adalah suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas kemauan, kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti satuan pengamanan lingkungan dan badan usaha di bidang jasa pengamanan. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memiliki kewenangan kepolisian terbatas dalam "lingkungan kuasa tempat" (teritoir gebied/ruimte gebied) meliputi lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, lingkungan pendidikan. Contohnya adalah satuan pengamanan lingkungan di pemukiman, satuan pengamanan pada kawasan perkantoran atau satuan pengamanan pada pertokoan. Pengaturan mengenai pengamanan swakarsa merupakan kewenangan Kapolri. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 4 Hak asasi manusia adalah hak dasar yang secara alamiah melekat pada setiap manusia dalam kehidupan masyarakat, meliputi bukan saja hak perseorangan melainkan juga hak masyarakat, bangsa dan negara yang secara utuh terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta sesuai pula dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Declaration of Human Rights, 1948 dan konvensi internasional lainnya. Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1) Wilayah Negara Republik Indonesia adalah wilayah hukum berlakunya kedaulatan Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, sehingga setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat melaksanakan kewenangannya di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, terutama di wilayah dia ditugaskan. Ayat (2) Untuk melaksanakan peran dan fungsinya secara efektif dan efisien, wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas

Page 59: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan memperhatikan luas wilayah, keadaan penduduk, dan kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pembagian daerah hukum tersebut diusahakan serasi dengan pembagian wilayah administratif pemerintahan di daerah dan perangkat sistem peradilan pidana terpadu. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden baik dibidang fungsi kepolisian preventif maupun represif yustisial. Namun demikian pertanggungjawaban tersebut harus senantiasa berdasar kepada ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga tidak terjadi intervensi yang dapat berdampak negatif terhadap pemuliaan profesi kepolisian. Pasal 9 Ayat (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai pimpinan teknis kepolisian menetapkan kebijakan teknis kepolisian bagi seluruh pengemban fungsi dan mengawasi serta mengendalikan pelaksanaannya. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Ayat (1) Yang dimaksud "dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat" adalah setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Ayat (2) Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap usul pemberhentian dan pengangkatan Kapolri dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat. Usul pemberhentian Kapolri disampaikan oleh Presiden dengan disertai alasan yang sah, antara lain masa jabatan Kapolri yang bersangkutan telah berakhir, atas permintaan sendiri, memasuki usia pensiun, berhalangan tetap, dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menolak usul pemberhentian Kapolri, maka Presiden menarik kembali usulannya, dan dapat mengajukan kembali permintaan persetujuan pemberhentian Kapolri pada masa persidangan berikutnya. Ayat (3) Yang dimaksud dengan "dua puluh hari kerja DPR-RI" ialah hari kerja di DPR-RI tidak termasuk hari libur dan masa reses. Sedangkan yang dimaksud dengan "sejak kapan surat Presiden tersebut berlaku" ialah sejak surat Presiden diterima oleh Sekjen DPR-RI dan diterima secara administratif. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Yang dimaksud dengan "dalam keadaan mendesak" ialah suatu keadaan yang secara yuridis mengharuskan Presiden menghentikan sementara Kapolri karena melanggar sumpah jabatan dan membahayakan keselamatan negara. Ayat (6) Yang dimaksud dengan "jenjang kepangkatan" ialah prinsip senioritas dalam arti penyandang pangkat tertinggi dibawah Kapolri yang dapat dicalonkan sebagai Kapolri. Sedangkan yang dimaksud dengan "jenjang karier" ialah pengalaman penugasan dari Pati calon Kapolri pada berbagai bidang profesi kepolisian atau berbagai macam jabatan di kepolisian.

Page 60: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Pasal 12 Ayat (1) Jabatan penyidik dan penyidik pembantu sebagai jabatan fungsional terkait dengan sifat keahlian teknis yang memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ayat (2) Yang dimaksud dengan "ditentukan" adalah suatu proses intern Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menentukan jabatan fungsional lainnya yang diperlukan di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 13 Rumusan tugas pokok tersebut bukan merupakan urutan prioritas, ketiga-tiganya sama penting, sedangkan dalam pelaksanaannya tugas pokok mana yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan. Di samping itu, dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pasal 14 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Ketentuan Undang-Undang Hukum Acara Pidana memberikan peranan utama kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penyelidikan dan penyidikan sehingga secara umum diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana. Namun demikian, hal tersebut tetap memperhatikan dan tidak mengurangi kewenangan yang dimiliki oleh penyidik lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing. Huruf h Penyelenggaraan identifikasi kepolisian dimaksudkan untuk kepentingan penyidikan tindak pidana dan pelayanan identifikasi non tindak pidana bagi masyarakat dan instansi lain dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian. Adapun kedokteran kepolisian adalah meliputi antara lain kedokteran forensik, odontologi forensik, dan pskiatri forensik yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas kepolisian. Huruf i Cukup jelas Huruf j Hal ini dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebatas pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan penegakan hukum, perlindungan, dan pelayanan masyarakat. Huruf k Cukup jelas

Page 61: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Huruf l Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 15 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Yang dimaksud dengan "penyakit masyarakat" antara lain pengemisan dan pergelandangan, pelacuran, perjudian, penyalahgunaan obat dan narkotika, pemabukan, perdagangan manusia, penghisapan/praktik lintah darat, dan pungutan liar. Wewenang yang dimaksud dalam ayat (1) ini dilaksanakan secara terakomodasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Huruf d Yang dimaksud dengan "aliran" adalah semua aliran atau paham yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa antara lain aliran kepercayaan yang bertentangan dengan falsafah dasar Negara Republik Indonesia. Huruf e Cukup jelas Huruf f Tindakan kepolisian adalah upaya paksa dan/atau tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab guna mewujudkan tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman masyarakat. Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Keterangan dan barang bukti dimaksud adalah yang berkaitan baik dengan proses pidana maupun dalam rangka tugas kepolisian pada umumnya. Huruf j Yang dimaksud dengan "Pusat Informasi Kriminal Nasional" adalah sistem jaringan dari dokumentasi kriminal yang memuat baik data kejahatan dan pelanggaran maupun kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas serta regristrasi dan identifikasi lalu lintas. Huruf k Surat Izin dan/atau surat keterangan yang dimaksud dikeluarkan atas dasar permintaan yang berkepentingan. Huruf l Wewenang tersebut dilaksanakan berdasarkan permintaan instansi yang berkepentingan atau permintaan masyarakat. Huruf m Yang dimaksud dengan "barang temuan" adalah barang yang tidak diketahui pemiliknya yang ditemukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia atau masyarakat yang diserahkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Barang temuan itu harus dilindungi oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diambil oleh yang berhak akan diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah menerima barang temuan wajib segera mengumumkan melalui media cetak, media elektronik dan/atau media pengumuman lainnya. Ayat (2) Huruf a Keramaian umum yang dimaksud dalam hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 510 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),

Page 62: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

yaitu keramaian atau tontonan untuk umum dan mengadakan arak-arakan di jalan umum. Kegiatan masyarakat lainnya adalah kegiatan yang dapat membahayakan keamanan umum seperti diatur dalam Pasal 495 ayat (1), 496, 500, 501 ayat (2), dan 502 ayat (1) KUHP. Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Kegiatan politik yang memerlukan pemberitahuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kegiatan politik sebagaimana diatur dalam perundang-undangan di bidang politik, antara lain kegiatan kampanye pemilihan umum (pemilu), pawai politik, penyebaran pamflet, dan penampilan gambar/lukisan bermuatan politik yang disebarkan kepada umum. Huruf e Yang dimaksud dengan "senjata tajam" dalam Undang-Undang ini adalah senjata penikam, senjata penusuk, dan senjata pemukul, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata dipergunakan untuk pertanian, atau untuk pekerjaan rumah tangga, atau untuk kepentingan melakukan pekerjaan yang sah, atau nyata untuk tujuan barang pusaka, atau barang kuno, atau barang ajaib sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12/Drt/1951. Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Yang dimaksud dengan "kejahatan internasional" adalah kejahatan tertentu yang disepakati untuk ditanggulangi antar negara, antara lain kejahatan narkotika, uang palsu, terorisme, dan perdagangan manusia. Huruf i Cukup jelas Huruf j Dalam pelaksanaan tugas ini Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan hukum internasional, baik perjanjian bilateral maupun perjanjian multilateral. Dalam hubungan tersebut Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat memberikan bantuan untuk melakukan tindakan kepolisian atas permintaan dari negara lain, sebaliknya Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat meminta bantuan untuk melakukan tindakan kepolisian dari negara lain sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dari kedua negara. Organisasi kepolisian internasional yang dimaksud, antara lain, International Criminal Police Organization (ICPO-Interpol). Fungsi National Central Bureau ICPO-Interpol Indonesia dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Huruf k Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Larangan kepada setiap orang untuk meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara maksudnya untuk pengamanan tempat kejadian perkara serta barang bukti. Huruf c Cukup jelas Huruf d

Page 63: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Kewenangan ini merupakan kewenangan umum dan kewenangan dalam proses pidana, dalam pelaksanaannya anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib menunjukkan identitasnya. Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Yang dimaksud dengan "menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum", termasuk tersangka dan barang buktinya. Huruf j Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dapat mengajukan permintaan cegah tangkal dalam keadaan mendesak atau mendadak paling rendah setingkat Kepala Kepolisian Resort, selanjutnya paling lambat dua puluh hari harus dikukuhkan oleh Keputusan Kapolri. Huruf k Cukup jelas Huruf l Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "bertindak menurut penilaiannya sendiri" adalah suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam bertindak harus mempertimbangkan manfaat serta resiko dari tindakannya dan betul-betul untuk kepentingan umum. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Ayat (1) Kata "sekurang-kurangnya" dimaksudkan untuk menjelaskan sebagian persyaratan yang bersifat mutlak, karena selain yang tercantum dalam Undang-Undang ini masih ada persyaratan lain yang harus dipenuhi. Ayat (2) Yang dimaksud dengan "pembinaan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia" meliputi penyediaan, pendidikan, penggunaan, perawatan dan pengakhiran dinas. Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Kalimat pengantar dan penutup sumpah/janji bagi calon anggota yang akan disumpah/janji disesuaikan dengan agama dan kepercayaannya. Pasal 24 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "menjalani ikatan dinas" adalah suatu kewajiban bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk bekerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia selama kurun waktu tertentu mengaplikasikan Ilmu Pengetahuan

Page 64: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Kepolisian yang diperoleh dari Lembaga Pendidikan Pembentukan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui pengabdiannya kepada bangsa dan negara Republik Indonesia dengan patuh serta taat menjalankan pekerjaannya. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "bersikap netral" adalah bahwa anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia bebas dari pengaruh semua partai politik, golongan dan dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Ayat (2) Meskipun anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak menggunakan hak memilih dan dipilih, namun keikutsertaan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menentukan arah kebijakan nasional disalurkan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (3) Yang dimaksud dengan "jabatan di luar kepolisian" adalah jabatan yang tidak mempunyai sangkut paut dengan kepolisian atau tidak berdasarkan penugasan dari Kapolri. Pasal 29 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah adalah menyangkut pelaksanaan teknis institusional. Pasal 30 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Secara umum usia pensiun maksimum anggota Polri 58 tahun, bagi yang mempunyai keahlian khusus dapat diperpanjang sampai dengan usia 60 tahun. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Ayat (1) Pembinaan kemampuan profesi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dilaksanakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta pengalaman penugasan secara berjenjang, berlanjut, dan terpadu. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan, baik di dalam maupun di luar lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, di lembaga pendidikan di dalam atau di luar negeri, serta berbagai bentuk pelatihan lainnya sepanjang untuk meningkatkan profesionalisme. Sedangkan pengalaman maksudnya adalah meliputi jenjang penugasan yang diarahkan untuk memantapkan kemampuan dan prestasi. Tuntutan pelaksanaan tugas serta pembinaan kemampuan profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia mengharuskan adanya lembaga pendidikan tinggi kepolisian yang menyelenggarakan pendidikan ilmu kepolisian yang bersifat akademik maupun profesi dan pengkajian teknologi kepolisian. Ayat (2) Cukup jelas

Page 65: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Ayat (1) Ayat ini mengamanatkan agar setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus dapat mencerminkan kepribadian Bhayangkara Negara seutuhnya, yaitu pejuang pengawal dan pengaman Negara Republik Indonesia. Selain itu, untuk mengabdikan diri sebagai alat negara penegak hukum, yang tugas dan wewenangnya bersangkut paut dengan hak dan kewajiban warga negara secara langsung, diperlukan kesadaran dan kecakapan teknis yang tinggi, oleh karena itu setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia harus menghayati dan menjiwai etika profesi kepolisian yang tercermin dalam sikap dan perilakunya. Etika profesi kepolisian tersebut dirumuskan dalam kode etik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata dan Catur Prasatya yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 35 Ayat (1) Mengingat dalam pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia berkaitan erat dengan hak serta kewajiban warga negara dan masyarakat secara langsung serta diikat oleh kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka dalam hal seorang anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melaksanakan tugas dan wewenangnya dianggap melanggar etika profesi, maka anggota tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ayat ini dimaksudkan untuk pemuliaan profesi kepolisian, sedangkan terhadap pelanggaran hukum disiplin dan hukum pidana diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Anggota Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia sepenuhnya anggota Polri yang masih aktif dan mengenai susunannya disesuaikan dengan fungsi dan kepangkatan anggota yang melanggar kode etik. Pasal 36 Ayat (1) Tanda pengenal dimaksud guna memberikan jaminan kepastian bagi masyarakat bahwa dirinya berhadapan dengan petugas resmi. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Ayat (1) Huruf a Arah kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditetapkan Presiden merupakan pedoman penyusunan kebijakan teknis Kepolisian yang menjadi lingkup kewenangan Kapolri. Huruf b Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c

Page 66: PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN …digilib.uin-suka.ac.id/16823/2/10340177_bab-i_iv-atau-v_daftar... · tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley

Yang dimaksud dengan "keluhan" dalam ayat ini menyangkut penyalahgunaan wewenang, dugaan korupsi, pelayanan yang buruk, perlakuan diskriminatif, dan penggunaan diskresi yang keliru, dan masyarakat berhak memperoleh informasi mengenai penanganan keluhannya. Pasal 39 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan "unsur-unsur Pemerintah" ialah pejabat Pemerintah setingkat Menteri eks officio. Yang dimaksud dengan "pakar kepolisian" ialah seseorang yang ahli di bidang ilmu kepolisian. Yang dimaksud dengan "tokoh masyarakat" ialah pimpinan informal masyarakat yang telah terbukti menaruh perhatian terhadap kepolisian. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan "tugas pemeliharaan perdamaian dunia" (Peace Keeping Operation) adalah tugas-tugas yang diminta oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada suatu negara tertentu dengan biaya operasional, pertanggungjawaban dan penggunaan atribut serta bendera PBB. Pasal 42 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Hubungan kerja sama Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan pihak lain dimaksudkan untuk kelancaran tugas kepolisian secara fungsional dengan tidak mencampuri urusan instansi masing-masing. Khusus hubungan kerja sama dengan Pemerintah Daerah adalah memberikan pertimbangan aspek keamanan umum kepada Pemerintah Daerah dan instansi terkait serta kegiatan masyarakat, dalam rangka menegakkan kewibawaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (3) Yang dimaksud dengan "kerja sama multilateral", antara lain kerja sama dengan International Criminal Police Organization-Interpol dan Aseanapol. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4168