Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penataan, Pembinaan, &
Pengawasan
Daging Celeng
DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2019
Jakarta, 1 November 2019
CELENG/
BABI HUTAN
PeraturanPerUndang-Undangan
Kebijakanperburuandanpemanfaatan hasilburuan
KebijakanPembinaanUnit Usaha, Penerapanoperasionalpengelolaan, dan sistemmamputelusur
KebiajakanPeredaran, Pengawasan, sistim telusurdanPenegakanHukum
JaminanKeamananProdukHewan
UU No. No.18 Tahun 2009 jo UU 41 Tahun 2014
“Peternakan & Kesehatan Hewan”
Pasal 28
(1) Pemerintah menetapkan hewan hasil budi daya yang
memanfaatkan satwa liar sebagai ternak sepanjang
populasinya telah mengalami kestabilan genetik
tanpa bergantung lagi pada populasi jenis tersebut di
habitat alam.
(2) Satwa liar baik dari habitat alam maupun hasil
penangkaran dapat dimanfaatkan di dalam budi daya
untuk menghasilkan hewan peliharaan sepanjang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang konservasi satwa liar.
Pasal 58
(1) Dalam rangka menjamin produk hewan yang aman, sehat,
utuh, dan halal bagi yang dipersyaratkan, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian,
standardisasi, sertifikasi, dan registrasi produk hewan.
(2) Pengawasan dan pemeriksaan produk hewan berturut-
turut dilakukan di tempat produksi, pada waktu
pemotongan, penampungan, dan pengumpulan, pada
waktu dalam keadaan segar, sebelum pengawetan, dan
pada waktu peredaran setelah pengawetan
(6) Setiap Orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan
Produk Hewan dilarang memalsukan Produk Hewan
dan/atau menggunakan bahan tambahan yang dilarang.
UU No. No.18 Tahun 2009 jo UU 41 Tahun 2014
“Peternakan & Kesehatan Hewan”
Setiap Orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan
Produk Hewan dengan memalsukan Produk Hewan dan/atau
menggunakan bahan tambahan yang dilarang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (6), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”
Pasal 91A
UU No. No.18 Tahun 2009 jo UU 41 Tahun 2014
“Peternakan & Kesehatan Hewan”
Sanksi administratif bagi: unit usaha tidak ber-NKV (Pasal 60) &
tidak dilakukan di rumah potong serta tidak mengikuti kaidah
kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan
(Pasal 61) & tidak dilakukan di bawah pengawasan dokter
hewan berwenang (Pasal 62).
Pasal 85
Kewenangan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat VeterinerBerdasarkan UU No. 23 Tahun 2014
Pemerintah Pemerintah PropinsiPemerintah
Kabupaten/Kota
e. Penetapan
persyaratan teknis
kesehatan masyarakatveteriner.
g. Penetapan
persyaratan tekniskesejahteraan hewan
b. Pengawasan
pemasukan dan
pengeluaran hewan
dan produk hewan
lintas Daerah provinsi.
c. Penerapanpersyaratan teknis
sertifikasi
zona/kompartemen
bebas penyakit dan
unit usaha produk
hewan. d. Sertifikasi
persyaratan teknis
kesehatan masyarakat
veteriner dankesejahteraan hewan.
b. Pengawasan pemasukan
hewan dan produk hewan
ke Daerah
kabupaten/kota serta
pengeluaran hewan dan
produk hewan dariDaerah kabupaten/kota.
d. Penerapan dan
pengawasan persyaratan
teknis kesehatan
masyarakat veteriner.
e. Penerapan danpengawasan persyaratan
teknis kesejahteraan
hewan.
UU No. 5 Tahun 1990:
“Konservasi Sumberdaya Alam”
Pasal 36 (1c): “Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilaksanakan
dalam bentuk ……. perburuan,…..”
PP No. 13 Tahun 1994:
“Perburuan Satwa Buru”
❑ Pasal 17 huruf d: “Pemburu yang melakukan kegiatan berburu wajib
……. memanfaatkan hasil buruan yang diperoleh,…..”
PP No. 8 Tahun 1999:
“Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar”
❑ Pasal 44 & 46 : “penetapan kuota pengambilan dan
penangkapan setiap jenis dan jumlah satwa liar yang dapat
diambil atau ditangkap dari alam untuk kurun waktu 1 tahun”
UU No. 8 Tahun 1999:
“Perlindungan Konsumen”
Pasal 4 huruf c: “Hak konsumen adalah ……. Hak atas informasi yang benar, jelas
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”
Peraturan Menteri Terkait
• Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/MENHUT-II/2010 tentang Surat
Izin Berburu dan Tata Cara Permohonan Izin Berburu
✓ Babi Hutan merupakan satwa buru golongan satwa besar yang tidak dilindungi, dengan
tetap memperhatikan izin buru dan jumlah satwa buru yang izinkan(kouta tangkap)
• Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/MENHUT-II/2010 tentang Penggolongan
dan Tata Cara Penetapan Jumlah Satwa Buru
✓ Daging celeng diperoleh dari pemburu yang telah memiliki izin buru
• Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.71/MENHUT-II/2014 tentang memiliki dan
membawa hasil berburu
✓ setiap pemburu memiliki izin berburu di lokasi buru (taman buru, areal buru dan
kebun buru) berhak memiliki dan membawa hasil buruan berupa spesimen satwa
buru.
✓ Spesimen satwa buru dapat berupa satwa hidup maupun satwa mati atau bagian-
bagiannya.
✓ Pemburu dapat memiliki dan membawa hasil buruannya setelah memperoleh
penandaan dan sertifikat serta Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri
(SATS-DN) dari Kepala UPT KSDA.
✓ Penandaan terhadap spesimen dilakukan dengan menggunakan alat penanda,
sedangkan sertifikat memuat informasi tentang kode tanda, nama jenis, ukuran, jenis
kelamin, asal-usul dan umur.
• Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447 Tahun 2003 tentang Tata Usaha
Pengambilan atau Penangkapan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) :
pengaturan pengambilan atau penangkapan tumbuhan dan satwa liar
(sumber specimen, penetapan dan pembagian kuota tangkap dan
penetapan lokasi), pemanfaatan specimen TSL (pemanfaatan komersil dan
non komersil, izin pengambilan atau penangkapan, izin pemanfaatan
komersil dan non komersil baik dalam dan luar negeri, peredaran komersil
dan non komersil baik dalam dan luar negeri), pengawasan dan
pengendalian peredaran serta penegakan hukum dan sanksi.
Pasal 94 : Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam melakukan
pengawasan dan pengendalian perdagangan spesimen satwa liar di pasar
satwa dan tempat lain yang menjual hasil-hasil satwa untik memastikan
perdagangan satwa liar dan hasilnya dilengkapi dengan bukti-bukti sah yang
menunjukan spesimen berasal dari sumber yang legal.
Keputusan Menteri Terkait
TUJUAN PENATAAN
Menjamin keamanan dan kesehatan produk hewan
Mencegah beredarnya produk hewan yang dapat mengganggu ketenteraman, keselamatan dan kesehatan
Memberikan kepastian usaha dalam pemanfaatan produk hewan
Memanfaatkan sumber daya alam hayati yang memperhatikankelangsungan dan keanekaragaman satwa liar
KLHK• Izin Buru Pelaku Usaha;
• Kuota tangkap;
• Penandaan, sertifikat dan
SATS-DN (Kepala BKSDA).
KEMENTAN (PKH)• Persyaratan Pelaku Usaha
dan unit usaha
(pengumpulan atau
penanganan atau penjualan)
terdaftar & memenuhi
sayarat lokasi;
• Persyaratan teknis
penerapan cara yang baik
(pengangkutan,
pengumpulan, produksi,
pelabelan, distribusi, dan
penjualan produk daging
celeng);
Pemerintah Provinsi• Pembinaan dan sertifikasi
penerapan persyaratan teknis
HS;
• Rekomendasi teknis
pemasukan/pengeluaran antar
prov;
• Pengawasan lalu-lintas masuk
dan/atau keluar wilayahnya;
Pemerintah Kab/Kota• Registrasi/pendaftaran unit
usaha & pelaku usaha;
• Pengawasan & pemeriksaan
kesehatan produk di unit usaha;
• Sertifikat veteriner;
• Pembinaan jaminan keamanan
produk;
• Pengawasan unit usaha dan
peredaran produk;
KEMENTAN,
(Karantina
Hewan)
• Pengawasan
lalu-lintas
produk
daging
celeng yang
masuk
dan/atau
keluar antar
pulau antar
negara;
• Sertifikat
pelepasan
ALUR KEWENANGAN PENATAAN DAGING CELENG
Skema Sistem Ketertelusuran
Pengumpul
Celeng /
Pelaku
Usaha
Unit Pemeriksaan Kesehatan PH
• Sertifikat Veteriner
• Penandaan produk (stempel & label)
• Penyimpanan/pelayuan produk
• Pemusnahanan produk
Distributor/
eksportir
Laporan realisasi
distribusi PH
Pemeriksaan di IKH
Monitoring &
Surveillans di
Peredaran
UPAYA PENATAAN PEREDARAN DAGING CELENG
OLEH DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
2018
21 November 2018
1 November 2019
Identifikasi
dan
pengawasan
unit usaha
daging celeng
Pertemuan
Tindak Lanjut
Pengawasan
dan Penataan
Peredaran
Daging
Celeng
3 September 2019
Penyusunan
Pedoman
Teknis
Penataan
Daging
Celeng
TemuTeknis
PengawasKesmavet
Identifikasi dan pengawasan unit usaha
daging celeng (2018) :
1) Provinsi Jambi
2) Provinsi Bengkulu
3) Provinsi Sumatera Utara
Alur pengeluaran dokumen untuk daging celeng
(Kabupaten Bengkulu)
• Pelaku usaha (pengumpul celeng) membuat permohonan rekomendasi
pemasukan dari provinsi tujuan;
• Pelaku membuat permohonan SKKH/SKKPH dari dinas Kabupaten Bengkulu
Tengah (yang diterbitkan oleh dokter hewan berwenang di Puskeswan);
• Pelaku usaha membawa sampel daging celeng ke UPTD laboratorium
Kesmavet Prov untuk pengujian lab (mikrobiologi TPC, coliform & Formalin);
• Dengan rekomendasi pemasukan dari provinsi tujuan, SKKPH dari Kabupaten
& hasil pengujian lab ke Dinas Provinsi, pelaku untuk mendapatkan
SKKPH/rekomendasi dari Provinsi Bengkulu.
• SKKPH dari dinas Provinsi dibawa ke Perizininan satu pintu untuk diterbitkan
surat rekomendasi pengeluaran.
Rekomendasi Pemasukan Ke Provinsi
(Sumatera Utara)• Kelengkapan administrasi/rekomendasi pengeluaran dari
daerah asal;
• Hasil uji laboratorium dari daerah asal pemasukan;
• Rekomendasi pemasukan dari kabupaten/kota tujuan
pemasukan;
• Surat Keterangan Kesehatan Produk Hewan dari daerah asal
pemasukan;
• Realisasi distribusi daging celeng/babi hutan di daerah tujuan;
• Laporan realisasi pemasukan dan pengeluaran/distribusi
Kepada Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Yang Menangani Fungsi
Peternakan Kabupaten/Kota
2. Pertemuan Tindak
Lanjut Pengawasan dan
Penataan Peredaran
Daging Celeng
(21 November 2018)
Kuota tangkap Babi Hutan
2018 : 1.000 ekor untuk
wilayah Riau, Nusa
Tenggara Barat dan
Sumatera Selatan
Kuota tangkap Babi Hutan
2019 : 1.375 ekor untukwilayah Riau, NusaTenggara Barat, Jawa Timur,Bawean, Bengkulu dan
Sumatera Selatan
3. Penyusunan Pedoman Teknis
Penataan Daging Celeng
(3 September 2019)
RESPON POSITIF DARI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
4. TEMU TEKNIS PENGAWAS KESMAVET
(1 November 2019)
Rekomendasi untuk pelaksanaan kebijakan
penataan peredaran daging celeng dari areal
bulu sampai ke pengumpul/penjual, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
TERIMA KASIH
• Taman buru: kawasan hutan yang ditetapkan
sebagai tempat diselenggarakan perburuan
secara teratur;
• Kebun buru: lahan di luar kawasan hutan yang
diusahakan oleh badan usaha dengan sesuatu
atas hak, untuk kegiatan perburuan
• Areal buru: area di luar taman buru dan kebun
buru yang di dalamnya terdapat satwa buru
yang dapat diselenggarakan perburuan
Laporan hasil monitoring peredaran
daging celeng asal Bengkulu
Alur Pemburuan Celeng
• Kelompok Pemburu (10 orang/ kelompok) memburu babi hutan
celeng yang merupakan hama di kebun, setelah di tembak
dipotong kepala dan dikeluarkan jeroannya di kebun (tujuan
agar babi hutan lain takut masuk ke kebun).
• Karkas buruan dibagi menjadi 4 bagian dan dimasukkan ke
dalam mobil bak terbuka dengan alas terpal dan diangkut
dengan menggunakan es batu.
• Sampai ke tempat pengumpul, karkas digantung dan dikuliti
• Daging dipotong per 2 kg dan dimasukkan ke dalam kantong
plastic packing 20 kg, selanjutnya daging disimpan dalam
freezer.
• Limbah kulit dikumpulkan dan dibuang ke dalam lubang
berpenutup 3 m2 , lokasi di hutan.
Surat permohonan dari
pelaku usaha
Surat rekomendasi
pemasukan dari Prov.
tujuan
Hasil pengujian Lab
Prov. asal
Surat SKKPH dari Kab
asal
Surat SKKPH dari Prov
asal
Surat Kontrak Bisnis
Sanksi Administratif (Pasal 85)
• Peringatan secara tertulis
• Penghentian sementara dari kegiatan,
produksi dan/atau peredaran
• Pencabutan produk hewan dari peredaran
• Pencabutan izin usaha