14
Sosial Humaniora vol I No. II | 95 PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUIMATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Suatu Penelitian Pada SMA Negeri 1 Mila Pidie) Halik Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jabal Ghafur Absract This research entitled "Application of Democratic Values in Teaching and Learning Process in SMA Negeri 1 Mila Pidie" formulation of the problem; 1) How is the application of democratic values in the teaching and learning process of Civic Education subjects ?, 2) What are the barriers experienced by teachers in applying democratic values in the learning process ?. Research purposes; 1) to know the application of democratic values in teaching and learning process of Civic Education subjects, and 2) to know the obstacles faced by teachers in applying democratic values. This study used descriptive qualitative method. The population of this study is all teachers of Civic Education. using sampling sampling, data collection Observations and in-depth interviews. The results of this study indicate that the application of democratic values in teaching and learning process subjects of Civic Education has been done well by teachers, although there are obstacles experienced by teachers. The conclusion of the researcher are: 1) Application of democratic values; tolerance, cooperation, and consensus, striving to maintain differences, fostering friendship among students, developing mutual understanding of each other, and teaching openness and dialogue, applying diversity values through lecture models and discussions about cultural riches. 2) Obstacles experienced by teachers of this application is the method of teaching and learning that is used for example; a lecture model that can bore students, material democracy is vast. Suggestion; a) To the teacher in the teaching and learning process always prioritize the values of democracy, so that the learning process can be used as a guide to a more effective and efficient. b) To the students in terms of teaching and learning process for the application of democratic values to be more pro-active to implement in taking a decision, policy, resolve conflict, and the achievement of learning objectives and can improve student learning achievement. Keywords: Implementation, Values, and Democracy. Latar belakang Masalah Dewasa ini lebih banyak negara meng- gunakan sistem yang berlaku dalam memenej negaranya adalah sistem “Demokrasi”... Oleh sebab itu demokrasi sistem pendidikan nasional di Indonesia, sebagaimana merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan “bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Artinya setiap orang memiliki kebebasan untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mengembangkan diri dan mening-katkan pengetahuan serta kemampuan”. Demokrasi yang tertuang dalam UUD 1945 mengakui adanya kebebasan dan persamaan hak dan kedudukan sebagai warga negara, juga mengakui perbedaan serta keanekaragaman mengingat Indonesia adalah "Bhineka Tunggal Ika". Menurut pasal UUD 1945 pasal 28 (2015:21) disebutkan bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang- undang”. Oleh sebab itu unsur-unsur kemerdekaan berserikat dan berkumpul tersebut, mengeluarkan pikiran atau pendapat maka demokrasi meng-andung ciri yang merupakan patokan bahwa warga negara dalam hal tertentu dapat membuat keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun tidak langsung adanya keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam memilih pemimpin termasuk presiden dan wakil presiden. Model demokrasi di Indonesia tidak saja tercermin dari rakyat untuk rakyat, tetapi lebih dari itu seperti toleransi, kerjasama dan mufakat juga merupakan bagian dari demokrasi. Semua nilai-nilai demokrasi tersebut ada dipelajari dari

PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 95

PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJARMELALUIMATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Suatu Penelitian Pada SMA Negeri 1 Mila Pidie)

Halik

Program Studi Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jabal Ghafur

Absract

This research entitled "Application of Democratic Values in Teaching and Learning Process inSMA Negeri 1 Mila Pidie" formulation of the problem; 1) How is the application of democratic values inthe teaching and learning process of Civic Education subjects ?, 2) What are the barriers experienced byteachers in applying democratic values in the learning process ?. Research purposes; 1) to know theapplication of democratic values in teaching and learning process of Civic Education subjects, and 2) toknow the obstacles faced by teachers in applying democratic values. This study used descriptivequalitative method. The population of this study is all teachers of Civic Education. using samplingsampling, data collection Observations and in-depth interviews. The results of this study indicate that theapplication of democratic values in teaching and learning process subjects of Civic Education has beendone well by teachers, although there are obstacles experienced by teachers. The conclusion of theresearcher are: 1) Application of democratic values; tolerance, cooperation, and consensus, striving tomaintain differences, fostering friendship among students, developing mutual understanding of eachother, and teaching openness and dialogue, applying diversity values through lecture models anddiscussions about cultural riches. 2) Obstacles experienced by teachers of this application is the method ofteaching and learning that is used for example; a lecture model that can bore students, material democracyis vast. Suggestion; a) To the teacher in the teaching and learning process always prioritize the values ofdemocracy, so that the learning process can be used as a guide to a more effective and efficient. b) To thestudents in terms of teaching and learning process for the application of democratic values to be morepro-active to implement in taking a decision, policy, resolve conflict, and the achievement of learningobjectives and can improve student learning achievement.

Keywords: Implementation, Values, and Democracy.

Latar belakang MasalahDewasa ini lebih banyak negara meng-

gunakan sistem yang berlaku dalam memenejnegaranya adalah sistem “Demokrasi”... Olehsebab itu demokrasi sistem pendidikan nasionaldi Indonesia, sebagaimana merujuk padaUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional menyebutkan“bahwa setiap warga negara mempunyai hakyang sama untuk memperoleh pendidikan.Artinya setiap orang memiliki kebebasan untukmemperoleh pendidikan dalam rangkamengembangkan diri dan mening-katkanpengetahuan serta kemampuan”.

Demokrasi yang tertuang dalam UUD1945 mengakui adanya kebebasan danpersamaan hak dan kedudukan sebagai warganegara, juga mengakui perbedaan sertakeanekaragaman mengingat Indonesia adalah"Bhineka Tunggal Ika". Menurut pasal UUD

1945 pasal 28 (2015:21) disebutkan bahwa“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pendapat dengan lisan dan tulisandan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.

Oleh sebab itu unsur-unsur kemerdekaanberserikat dan berkumpul tersebut,mengeluarkan pikiran atau pendapat makademokrasi meng-andung ciri yang merupakanpatokan bahwa warga negara dalam hal tertentudapat membuat keputusan-keputusan politik,baik secara langsung maupun tidak langsungadanya keterlibatan atau partisipasi masyarakatdalam memilih pemimpin termasuk presiden danwakil presiden.

Model demokrasi di Indonesia tidak sajatercermin dari rakyat untuk rakyat, tetapi lebihdari itu seperti toleransi, kerjasama dan mufakatjuga merupakan bagian dari demokrasi. Semuanilai-nilai demokrasi tersebut ada dipelajari dari

Page 2: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 96

berbagai mata pelajaran seperti sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, olahraga,Pendidikan Ke-warganegaraan dan bahkan IPA(matematika, fisika, kimia dan biologi) jugamengajar sifat kejujuran dan toleransi padasiswa.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan yang paling dominan mengajarkananak didiknya untuk menerapkan nilai-nilaidemokrasi dalam kehidupan sehari-hari.Pendidikan kewarganegaraan dalam pengerti-ansecara substantif dan pedagogis didesain untukmengembangkan warga negara yang cerdas danbaik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan.

Sebab itu Pendidikan Kewarganegara-andi Indonesia ditempatkan sebagai salah satubidang kajian yang mengemban misi nasionaluntuk mencerdaskan kehidupan bangsaIndonesia melalui koridor “value-basededucation”. dalam era global Pendidi-kanKewarganegaraan di Indonesia meng-embanmisi sebagai pendidikan demokrasi atau CivicEducation for democracy.

Pendidikan Kewarganegaraan meng-kajikonsep besar akibat pengaruh globalisasi, yaknidemokrasi, hak-hak asasi manusia, danmenempatkan hukum di atas segalanya yangdidasarkan pada fondasi sepuluh pilar demokrasiyang menjadi dasar pengembangan pendidikankewarganegaraan yang baru.

Secara konseptual, pendidikan kewar-ganegaraan adalah suatu bentuk pendidikanyang memuat unsur-unsur pendidikan demokrasiyang berlaku universal, di mana prinsip-prinsipumum demokrasi yang mengandung pengertianmeka-nisme sosial politik yang dilakukanmelalui prinsip dari, oleh, dan untuk warganegara menjadi fondasi dan tujuannya.

Oleh sebab itu tujuan PendidikanKewarganegaraan untuk membangun kesadaranpeserta didik terhadap hak dan kewajibannyasebagai warga negara dan mampu mengguna-kannya secara demokratis. Untuk itu penerapannilai-nilai demokratis di sekolah harapannyauntuk menghadapi era globalisasi yang kinidiyakini akan menghadirkan banyak perubahanglobal seiring dengan akselerasi keluarmasuknya berbagai kultur dan peradaban barudari berbagai bangsa di dunia. Itu artinya, duniapendidikan dalam mencetak sumber dayamanusia yang bermutu dan profesional harusmenyiapkan generasi yang demokratis, sehinggamemiliki resistensi yang kokoh di tengah-tengahkonflik peradaban.

Adapun temuan awal penelitian inipenerapan nilai-nilai demokrasi dalam prosespembelajaran di SMA Negiri 1 Mila Pidiebelum menunjukkan hasilyang memuaskan,disebabkan oleh model pelaksanaannya yangkurang tepat, dan media yang digunakan kurangbervariasi, hal itu menyebabkannilai-nilaidemokrasi yang diperoleh siswa-siswi belummemenuhi harapan.

Sementara itu hakikat yang sebenarnyapenggunaan media dan strategi pembelajarandapat memperluas dan memperjelas kema-mpuan siswa untuk merasakan, mendengar danmelihat dalam batas jarak ruang tertentu.Kenyataannya ada sebagian guru dalam prosespembelajaran yang belum paham teknikpenerapan nilai-nilai demokrasi, inilah yang jadipembelajaran kurang menyenangkan, sehingganilai-nilai demokrasi kurang men-dapat respondari siswa-siswi, oleh sebab itu, penelitimenaruh minat terhadap tema penelitian ini;penerapan nilai-nilai demokrasi dalam prosesbelajar mengajar di SMA Negeri 1 Mila Pidiemenarik untuk diteli.

Rumusan MasalahAtas dasar latar belakang diuraikan di

atas, rumusan masalah pada penelitian inisebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan nilai-nilai Demo-krasi dalam proses belajar mengajar matapelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan?

2. Kendala apa saja yang dialami guru dalampenerapan nilai-nilai demokrasi padaproses belajar mengajar mata pelajaranPendidikan Kewarganegaraan?

Manfaat PenelitianPenerapan nilai-nilai demokrasi dalam

proses belajar mengajar mata pelajaranPendidikan Kewarganegaraan dapat bermanfaatuntuk :

1. Guru bidang studi Pendidikan Kewarga-negaraan untuk meningkatkanpemahaman dan pengetahuannya tentangpenerapan nilai-nilai demokrasi dalamproses belajar mengajar(pembelajaran)yang lebih baik.

2. Sekolah agar memperhatikan kualitas danprofesionalisme guru, khususnya padaproses penerapan nilai-nilai demokrasidalam mata pelajaran PendidikanKewarga-negaraan.

Page 3: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 97

3. Peneliti untuk meningkatkan penge-tahuan dan pengalaman dalam prosespenelitian lapanganyang lebih baikdimasa yang akan datang.

Hasil penelitian1) Penerapan Nilai-Nilai Demokrasi Dalam

Proses Belajar Mengajar Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Penerapan nilai demokrasi sepertitoleransi, kerjasama dan mufakat sangatdiutamakan dalam proses pembelajaran demo-krasi di SMA Negeri 1 Mila Pidie. Hasilwawancara dengan guru-guru mengatakanbahwa penerapan nilai-nilai demo-krasi sepertitoleransi, kerjasama dan mufakat dilakukanmelalui pembelajaran tatap muka langsung.

Mengingat dalam proses pembelajaransiswa terdiri dari berbagai watak dan perilakuada yang penyabar fitna, egois dan bahkan adayang keras wataknya, seperti berbeda budaya,suku dan bahkan agama. wajah multikulturaltersebut sekolah dapat disebut sebagai lembagapluralis, salah satu bagian penting dari tatakehidupan yang pularis yakni ditandaikemajemukan agama, budaya, dan etnis.

Oleh sebab itu guru PendidikanKewarganegaraan di SMA Negeri 1 Mila Pidiemengungkapkan bahwa penerapan nilai toleransikerjasama, dan mufakat dilakukan yaitu: a)Berusaha membentuk pendidikan alternatif.Yaitu suatu bentuk pendidikan yang berusahamenjaga perbedaan antar siswa dan mengajarkankepada mereka untuk menumbuhkan akan tatanilai dan prinsip-prinsip kebersamaan, b)Memupuk persaha-batan antara siswa yangberaneka ragam tersebut, c) Mengembangkansikap saling memahami satu sama lain, d)Mengajarkan keterbukaan dan dialog dalamdiskusi kelas, menyelesaikan tugas-tugaskelompok secara bersama-sama.

wawancara dengan guru PendidikanKewarganegaraan menyebutkan bentuk pendi-dikan toleransi, kerjasama dan mufakat yangditawarkan kepada siswa antara lain; a) Sebagaiinstrumen penting dalam penanaman nilaikebersamaan. Sebab, “pendidikan” sampaisekarang diyakini mempunyai peran besar dalammembentuk karakter setiap individu yangdididiknya dan mampu menjadi petunjukpenerang bagi generasi muda, terlebih melaluipendidikan kewarga-negaraan, dan b) Sebagaimedia penyadaran siswa untuk membangunsikap toleran, kerjasama dan mufakat demiterciptanya harmonisasi antar siswa-siswi untuk

dijadikan kebutuhan bersama dalam proses pem-belajaran. wawancara dengan guru; penerapandemokrasi seperti nilai toleransi, kerjasama danmufakat dalam proses pembelajaran dengan carasebagai berikut. a) Meningkatkan nilai toleransi,kerjasama dan mufakat dengan cara membangunkebera-gamaan peserta didik untuk tidakmemper-masalahkannya. b) Memberikankemungkinan keterbukaan untuk mempelajaridan tidak mempermasalahkan orang lain sebatasuntuk menumbuhkan sikap toleransi, kerjasamadan mufakat. c) Berdiskusi harus menghormatidan toleransi terhadap pendapat orang lain walaupendapat itu tidak sesuai dengan keinginan kita.Hasil wawancara tersebut jelas bahwa denganguru di SMA Negeri Mila Pidie telahmenerapkan nilai-nilai toleransi, kerja-sama danmufakat dalam proses pembelajar-an danmerupakan bagian integral dari pendidikan padaumumnya dan berfungsi untuk membantuperkembangan paham-paham demokrasi.

wawancara lain dengan guru terkaitdengan penerapan nilai-nilai toleransi,kerjasama dan mufakat memberikan pengerti-anyang dibutuhkan bagi orang-orang yang berbedaperilaku, budaya, agama dan suku. ArtinyaPendidikan Kewarganegaraan adalah sebagaiwahana untuk mengekplorasi sifat dasarpendidikan demokrasi. Wawancara dengan gurumenyebutkan bahwa pembelajaran toleransi,kerjasama dan mufakat melalui mata pelajaranPendidikan Kewarganegaraan akan mampu: a)Mewujudkan jalan menuju kehidupan secarapersonal dan sosial. b) Pembelajaran dapatmenjadi cerminan dapat mempraktekkan sesuatuyang telah diajarkanya. c) Lingkungan sekolahtersebut dapat dijadikan percontohan olehmurid-murid.

Dengan penanaman nilai pendidikantoleransi, kerjasama dan mufakat di dalamsekolah, peserta didik dapat mempelajari adanyakurikulum-kurikulum umum di dalam kelas-kelas heterogen. Hal ini diperlukan dalam prosespembelajaran demokrasi di sekolah. Hasilwawancara dengan guru penerapan nilaitoleransi, kerjasama dan mufakat untuk: a)Guna mendorong adanya persamaan ideal, b)Membangun perasaan persamaan, dan c)Memastikan adanya input dari peserta didikyang memiliki latar belakang berbeda. Hasilwawancara dengan guru bahwa penerapan nilaitoleransi, kerjasama dan mufakat memiliki nilaistrategis dalam pembelajaran. Tanpapembelajaran yang difokuskan padapengembangan perspektif multikultural dalam

Page 4: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 98

kehidupan anak didik adalah tidak mungkinuntuk menciptakan keberadaan aneka ragambudaya di masa depan dalam masyarakatIndonesia.

Dengan sistem pendidikan toleransi,kerjasama dan mufakat ini akan berusahamemelihara dan berupaya menumbuhkanpemahaman yang inklusif pada peserta didik.Dengan suatu orientasi untuk memberikanpenyadaran terhadap para siswa akan pentingnyasaling menghargai, menghormati dan bekerjasama dengan agama-agama lain. wawancaradengan guru pentingya pendidikan toleransi,kerjasama dan mufakat ini untuk: a) Agama,suku bangsa dan tradisi, secara aktualmerupakan ikatan yang terpenting dalamkehidupan siswa. Bagaimanapun juga hal ituakan menjadi perusak kekuatan masyarakat yangharmonis ketika hal itu digunakan sebagaisenjata politik atau fasilitas individu-individuatau kelompok ekonomi. Di dalam kasus ini,agama terkait pada etnis atau tradisi kehidupandari sebuah masyarakat. Masing-masingindividu telah menggunakan prinsip agamauntuk menuntun dirinya dalam kehidupan dimasyarakat, tetapi tidak berbagi pengertian darikeyakinan agamanya pada pihak lain. Hal inihanya dapat dilakukan melalui pendidikanmultikultural untuk mencapai tujuan dan prinsipsiswa dalam menghargai agama. b) Kepercayaanmerupa-kan unsur yang penting dalamkehidupan bersama. Dalam masyarakat yangplural selalu memikirkan resiko terhadapberbagai perbedaan.

Untuk itu munculnya resiko darikecurigaan/ketakutan atau ketidakpercayaanterhadap yang lain dapat juga timbul ketika tidakada komunikasi di dalam masyarakat, dan c)Toleransi, kerjasama dan mufakat merupakanbentuk tertinggi, bahwa kita dapat mencapaikeyakinan. Toleransi, kerjasama dan mufakatdapat menjadi kenyataan ketika kitamengasumsikan adanya perbedaan. Keyakinanadalah sesuatu yang dapat diubah. Sehinggadalam toleransi, kerjasama dan mufakat tidakharus selalu mempertahankan keyakinannya,pendapatnya. Untuk mencapai tujuan sebagaimanusia Indonesia yang demokratis dan dapathidup di Indonesia diperlukan pendidikanmultikultural. Penerapan nilai toleransi,kerjasama dan mufakat yang diterapkan olehguru dalam pembelajaran yang diberikan kepadasiswa yang berbeda secara kultural mengarahkanatau mendorong siswa memiliki perasaan positif,mengembangkan konsep diri, mengembangkan

toleransi, kerjasama dan mufakat dan maumenerima orang lain. Guru berupayamenciptakan arena belajar dalam satu kelompokbudaya.

2) Penerapan Unsur-Unsur Keberagamandalam Pembelajaran.

Penerapan unsur-unsur keberagamandalam pembelajaran di SMA Negeri 1 MilaPidie dilakukan dengan cara penyampaiantujuan pembelajaran. Langkah penyampaiantujuan pembelajaran dimaksudkan untukmemastikan kompetensi yang akan dicapaidalam pembelajaran. Selain itu jugadisampaikan item-item materi yang akandipelajari, dan aktivitas siswa dalam mencapaitujuan tersebut. Guru menyuruh antar siswauntuk berdiskusi. Dalam diskusi siswamembahas tentang Keberagaman Budaya.

Melalui keberagaman budaya yangdiajarkan, maka melahirkan satu persepsitentang: a) Kekayaan budaya ini merupakan asetkekayaan bangsa dan sekaligus mewarnaikesatuan bangsa yang ditandai dengan mottonya,bhineka tunggal ika. b) Keragaman budaya yangmerupakan aset kekayaan bangsa Indonesia ini,perlu dikenalkan kepada generasi muda, parasiswa, melalui pengajaran, khususnyapengajaran Pendidikan Kewarga-negaraan yangmemuat nilai-nilai demokrasi, dan c) Dalamdiskusi tersebut juga dibahas gejolak disintegrasibangsa yang akhir-akhir ini memperlihatkandampak negatif terhadap kesatuan dan persatuanbangsa yang telah dihasilkan oleh parapendahulu bangsa ini. Berdasarkan hasil diskusiyang dilakukan para siswa-siswi di SMA Negeri1 Mila Pidie jelas memperlihatkan unsur-unsurkeberagaman menjadi konteks yang utamadibahas jangan ada sikap saling memusuhi antarsuku, saling mencurigai, dan saling tidakmenghargai budaya orang lain, merupakangejala yang mempertajam disintegrasi bangsa.

wawancara dengan guru terhadappenerapan unsur-unsur keberagaman dalamproses pembelajarannya adalah: a) Mengenalkankepada para siswa sebagai generasi penerusbangsa tentang keragaman budaya bangsanya. b)Dengan mengenalkan kera-gaman budayabangsanya diharapkan kelak ia akan salingmenghargai dan menghormati budaya-budaya diluar budaya masyarakatnya sendiri, dan c)Pengenalan budaya masyarakat yang tidakindividualis, penuh kebersamaan merupakancara pemupukan kepribadian bagi siswa sebagai

Page 5: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 99

generasi muda yang akan menyandang bangsaIndonesia di masa datang yang penuh tantangan.Penerapan unsur-unsur keberagaman yangdiajarkan di SMA Negeri 1 Mila Pidie dilakukanuntuk mendidik siswa menjadi orang yang maumenerima orang lain walau ada perbedaan.Pembelajaran unsur-unsur keberagaman dalamproses pembelajaran di sekolah untuk membawakualitas perilaku kebangsaan yang khas-baikyang tecermin dalam kesadaran, pemahaman,rasa, karsa sebagai hasil olah pikir, olah hati,olah rasa dan karsa,serta olah raga seseorangatau sekelompok orang.

wawancara dengan guru cara-caramenerapkan unsur-unsur keberagaman dalamproses pembelajaran dilakukan dengan: a)Proses pembelajaran tatap muka langsung untukmenentukan perilaku kolektif kebangsaan bagiyang khas-baik yang tecermin dalamkesadaran,pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsadan bernegara yangberdasarkan nilai-nilaiPancasila, norma UUD 1945, keberagamandengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dankomitmen terhadap NKRI, b) Melalui tugas-tugas yang diberikan guru untuk memberikanhak dan kewajiban, mau mengambil tanggungjawab dalam setiap tugas-tugas kelompok dantugas individu, dan c) Tugas-tugas tersebutdikerja-kan secara bersama-sama tidakmemandang yang satu bodoh dan yang satupandai, tetapi dalam kelompok itukedudukannya sama.

Oleh sebab itu, pembelajaran unsur-unsurkeberagaman melalui pelajaran PendidikanKewarganegaraan di SMA Negeri 1 Mila Pidiediusahakan untuk memantapkan nilai-nilaidemokrasi dalam setiap pemecahan masalahyang dilakukan secara bersama-sama.Pendidikan demokrasi merupakan salah satumisi yang harus diemban.

Misi lain adalah sebagai pendidikanpolitik/pendidikan, pendidikan hukum,pendi-dikan HAM, dan bahkan sebagai pendidikan antikorupsi. Mata pelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan memiliki posisi sebagai ujung tombakdalam menerapkan unsur-unsur keberagamandalam proses pembelajaran untukmenghilangkan adanya sikap egoisme. Padaprinsipnya pendidikan unsur-unsur keberagamanyang diajarkan guru pada SMA Negeri 1 MilaPide telah dijadikan sebagai sasaranpembelajaran. Perubahan persepsi peserta didikmerupakan usaha yangdirencakan, bukansekedar dampakpengiring. Hal ini dapatditunjukkan bahwa komponen Pendidikan

Kewarganegaraan adalah penge-tahuanketrampilan dan demokrasitelah menjadi wacanautama masing-masing guru PendidikanKewarganegaraan di sekolah. Dengan kata laintanpa ada kebijakan peng-integrasian pendidikandemokrasi ke dalamPendidikanKewarganegaraan, maka jangan diharapkanmata pelajaran yang lain dapatmengimplementasikannya.

wawancara lain disebutkan bahwa guruPendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1Mila Pidie berkomitmen untuk senantiasamengutamakan unsur-unsur keberagaman dalamproses pembelajaran. Lebih-lebih dengan adanyakebijakan pengembangan nilai-nilai demokrasiyang terintegrasi di dalamnya, ini merupakantantangan untuk menunjukan bahwa PendidikanKewarganegaraan sebagai ujung tombak yangtajam bagi pendidikan demokrasi. Wawancaradengan guru bahwa pembelajaran unsur-unsurkeberagaman dalam setiap pembelajaran selaludiutamakan. Pembelajaran PendidikanKewarga-negaraan sebagai pendidikandemokrasi dapat dikenali dari konsep, tujuan,fungsi, tuntutankuali-fikasi dan keunikanpembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Pendidikan Kewarganegaraan adalahpembelajaran yang mengugahrasa ingin tahu dankepercayaan terhadap norma–norma sosial yangmengaturhubungan personal dalam masyarakatsebagaimana mengatur partisipasi politik.

Berdasarkan wawancara di atas, jelasbahwa pembelajaran unsur-unsur keberagamandalam mata pelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan tentang demokrasi “merupakan matapelajaran yang memfokuskan pada pembentukanwarganegara yangmemahami dan mampumelaksanakan hak-hak dan kewajibannya untukmenjadi warganegara Indonesia yang cerdas,terampil, dan berkarakter yang diamanatkan olehPancasila dan UUD 1945.”

Wawancara lain dengan guru Pendi-dikanKewarganegaraan menyebutkan bahwapembelajaran unsur-unsur keberagaman yangditerapkan selama ini bertujuan agar pesertadidik memiliki kemampuan untuk: a) Berpikirsecara kritis, rasional, dan kreatif dalammenanggapi isu kewarganegaraan; b)Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalamkegiatan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara, serta anti-korupsi; dan c)Berkembang secara positif dan demokratis untukmembentuk diri berdasarkan karakter-

Page 6: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 100

karaktermasyarakat Indonesia agar dapat hidupbersama dengan bangsa-bangsa lainnya;

Oleh sebab itu, fungsi PendidikanKewarganegaraan dalam pembelajaran unsur-unsur keberagaman adalah wahana untukmembentuk dan mengakui hak-hak orang lain,hidup penuh dengan nuansa toleransi dan tidakmenganggap orang lain jelek, bodoh, kolot dansebagainya. Dalam wawancara dengan guruPendidikan Kewarganegaraan menyebutkanbahwa dalam menerapkan unsur-unsurkeberagaman dalam proses pembelajaran guruharus memiliki kompetensi guru khususmeliputi: a) Memahami materi, struktur, konsep,dan pola pikir keilmuan yang mendukung matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. b)Memahami substansi PendidikanKewarganegaraan yang meliputi pengetahuankewarganegaraan; c) Nilai dan sikapkewarganegaraan, dan ketrampilan kewarga-negaraan; dan d) Menunjukkan manfaat matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Oleh sebab itu memahami, menghayati,konsensus, dan menerapkan nilai-nilai budipekerti, demokrasi, hak asasi manusia dannasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Memahami danmenerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusiadalam kehidupan sehari-hari itulah pembe-lajaran demokrasi yang ada dalam pembelajaranPendidikan Kewarganegaraan.

3) Pola Penyelesaian Konflik Antar SiswaAdapun pola penyelesaian konflik antar

siswa di SMA Negeri 1 Mila Pidie sebagaimanawawancara berikut ini; a) Mengakui adanyakonflik. Langkah ini merupakan langkah awaluntuk menyelesaikan konflik secara dini. b)Tanpa adanya pengakuan secara sadar bahwatelah terjadi konflik maka masalah tidak akanpernah terselesaikan. Kearifan dari semua pihaksangat diperlukan dalam proses ini, dan c)Mengidentifikasi konflik yang sebenarnya.Siswa dapat menyebutnya sebagai identifikasimasalah. Kegiatan ini sangat diperlukan danmemerlukan keahlian khusus. Konflik dapat sajamuncul dari sumber atau akar masalah tertentu,namun masalah tersebut menjadi konflik bilatidak dikelola dengan emosi yang baik.

wawancara tersebut jelas bahwa menyele-saikan suatu konflik di antara siswa, guru perlumemilah mana yang menjadi masalah inti danmana yang menjadi masalah karena hal-halemosional. Masalah inti merupakan masalahyang mendasari terjadinya konflik sedangkan

emosi hanya memperkeruh masalah itu saja.Hasil wawancara dengan guru bahwapenyelesaian konflik antara siswa dalam prosespembelajaran dilakukan dengan pola sebagaiberikut; a) Mendengarkan semua pendapat atausudut pandang dari siswa yang terlibat, b)Menghindari keberpihakan pada siswa-siswatertentu. bersikaplah yang jujur dalammenyelesaikan masalah siswa, dan c) Memberinasihat bagi siswa bersalah dan tidakmengulangi perbuatannya. Siswa yang ber-salahharus meminta maaf kepada temannya ataspersetujuan guru.

Oleh sebab itu pola penyelesaian konflikantar siswa-siswi di SMA Negeri 1 Mila Pidietelah memfokuskan pembicaraan pada fakta danperilaku, bukan pada perasaan atau unsur-unsurpersonal/pribadi, sehingga setiap konflik dapatdiselesaikan dengan baik. Wawancara laindengan guru Pendidikan Kewarganegaraanmenyebutkan bahwa: 1) Penyelesaian konflikantara siswa dilakukan bersama-sama mencaricara terbaik untuk menyelesaikan konflik, b)Melakukan diskusi terbuka untuk memperluaswawasan dan informasi serta alternatif solusiuntuk menumbuhkan rasa saling percaya danhubungan yang sehat di antara semua yangterlibat konflik.

Selain itu konfirmasi tersebut telahmembuktikan bahwa guru-guru di SMA Negeri IMila Pidie telah menyelesaikan konflik antarsiswa-siswi dilakukan dengan model: a)Musyawarah dan mufakat; b) Mendapatkankesepakatan dan tanggung jawab untukmenemukan solusi, c) Mendorong pihak-pihakyang terlibat konflik untuk saling bekerja samamemecahkan perma-salahan secara tepat, dan d)Membuat semua pihak merasa tenang danmerasa diperlukan dan memerlukan satu samalain.

Untuk itu, salah satu cara yang efektifdalam menyelesaikan konflik antara siswa-siswidalam proses pembelajaran adalah dengan salingmemposisi-kan dirinya pada peranan orang lain,sehingga akhirnya dapat dimengerti kenapa siAnu bertindak begini, dan mengapa si Bunobertindak begitu, dan seterusnya.

Selanjutnya hasil wawancara dengan gurupola yang ditempuh dalam menyelesaikankonflik antara siswa-siswi dengan model: a)Membuat jadwal sesi tindak lanjut untukmengkaji solusi yang dihasilkan, b) Memberikantanggung jawab untuk melaksanakan solusimemerlukan komitmen yang kuat. Oleh sebabitu perlu dikaji solusi yang dihasilkan untuk

Page 7: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 101

mengetahui tingkat kefektifan dari solusitersebut. Wajar kalau seluruh kom-ponen dalamproses pembelajaran merindukan keadaan yangbebas dari konflik. Oleh karena itulah makaseluruh stakeholder di sekolah rindu akankedamaian. Pola-pola yang ditentukan dalammenghindari konflik adalah melalui nasihat-nasihat untuk dapat diterapkan dalam kontekshubungan antar pribadi atau dalam kontekspelayanan. Karena waktu terbatas, guru akanberfokus pada konteks pelayanan, dan siswadapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalammenjaga hubungan antar siswa.

Pada sisi lain, setiap konflik yang dialamisiswa-siswi dalam proses pembelajaran ada sisipositifnya, menurut wawancara dengan gurumenyebutkan bahwa; a) Membuktikan hidupdan daya hidup; b) Dapat memperbaharuimotivasi; c) Memberi kesempatan untukmembicarakan dan mengatasi frustrasi-frustrasiyang mungkin ada tanpa disadari yang sudahlama mengganggu orang dan hubungan, d)Dapat memungkinkan pertumbuhan pribadi; e)Dapat juga menjadi kesempatan untuk belajar,bertumbuh, dan maju dalam pelayanan.

Oleh karena itu konflik yang terjadi jugamengandung unsur-unsur positif untuk terusmaju. Kalau tidak ada konflik, maka tidak tahukita untuk menyelesaikan suatu masalah, karenaselama ini proses pembelajaran yang dilakukanlancar-lancar saja. Dengan adanya konfliktersebut sehingga guru perlu membenahikembali apa yang salah dalam pembelajarannya.Konflik tidak dapat dihindari dalam setiapkehidupan proses pembela-jaran di sekolah.

Oleh sebab itu guru dan siswa tidakmungkin menghindari konflik. Bila dalamproses pembelajaran guru atau siswamenghindari konflik atau masalah yang terjadi,maka akan terjadi perasaan sebal terusmenumpuk, ketidakpuasan, gosip, dan fitnahakan tumbuh. Hasil wawancara dengan gurumenyebutkan bahwa: Pada prinsipnya prosespembelajaran sudah jelas bahwa konflik tidakdapat dihindari, guru harus menentukan polakonflik yang akan dipakai. Ada pola-polatertentu untuk mengatasi konflik, yaitu: berpikir,berbicara, dan/atau bertindak diambil dari pola-pola yang yang telah digariskan Al-Quran danAl-Hadis yaitu bermusyawaralah danbermufakatlah kamu dengan seadil-adilnya.Itulah jalan yang terbaik bagi mu untuk berbuatadil.

4) Penyelesaian Secara DamaiPola Penyelesaian konflik di sekolah

selalu dilakukan secara damai. Hasil wawancaradengan guru bahwa untuk penyelesaian konfliksecara damai, guru terlebih dahulu harusmengetahui penyebab konflik yaitu: a)Perbedaan budaya, latar belakang, pendapat,pendekatan atau kepri-badian (sifat).Kepribadian mencakup perbedaan pribadi yangdiciptakan Allah SWT (peka, tegas, sertakelemahan yang kadang-kadang berkaitan:sensitif, keras kepala, b) Idealistis lawanpragmatis; bersifat menurut kata hati, lawanlamban; riang lawan, orang yang inginsegalanya sempurna; teratur lawantidak teratur,c) Prasangka (bisa karena budaya atau latarbelakang, tapi juga bisa karena masalah pribadi):sakit hati atau curiga terhadap seseorang atausuatu kelompok, dan d) Kealpaan; pilihan yangkurang bijaksana, perasaan tidak dihargai ataudiperlakukan secara tidak adil, danmementingkan diri sendiri

Oleh karena itu, bila guru mengetahuiseluk beluk konflik maka cara damai mudahditempuh untuk menyelesaikan konflik yangterjadi antar siswa. Hasil wawancara denganguru bahwa penyelesaian konflik yang selamaini dilakukan adalah dengan cara damai. Guruterlebih dahulu menentukan hal-hal sebagaiberikut; a) Menentu-kan perbedaan dalam nilai-nilai, kepercayaan, tradisi; tujuan, target;metode, strategi; fakta dan sumber fakta dan b)Menentukan perbedaan budaya (perilaku,keadaan keluarga, sikap sehari-hari dan lain-lain). Oleh sebab itu, penyelesaian konflik yangdilakukan guru secara damai antara lain: a)Mengusulkan bahwa masalah timbul karenasalah komunikasi, b) Menjelaskan pengertiantentang salah komunikasi tanpa memberi kesanbahwa guru mempersalahkan siswa-siswatertentu, c) Menghindari mis-komunikasi yangdapat menimbulkan rasa kurang percaya satuterhadap yang lain, dan d) Menghindarimunculnya kecurigaan terhadap siswa yangdituduh atau terhadap yang lain yang dapatmembayangkan motivasi yang buruk.

Penyelesaian konflik yang dilakukan gurudalam proses pembelajaran adalah berusahauntuk memaklumi dengan sikap positif setiapkepribadian dan latar belakang siswa yangterlibat, dan menjelaskan apa yang ditangkapguru sudah dapat diambil dari pandangan siswa.Penyelesaian konflik yang dilakukan guru dalamproses pembelajaran yang dilakukan di SMANegeri 1 Mila Pidie selalu mengedepankan

Page 8: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 102

perdamaian melalui: a) Menyatakan sikap siapuntuk dikoreksi; dan b) Menganalisis perbedaanantara perspektif siswa bersalah (terdakwa) danperspektif siswa (korban).

Dengan wawancara tersebut membukti-kan bahwa penyelesaian konflik secara damaiselalu ditempuh guru. Guru mengungkapkandengan jelas (kalau masalahnya rumit, guruPendidikan Kewarganegaraan bekerjasamadengan wali kelas dan guru lain) prinsip, nilaiyang ditempuh di sini adalah saling setuju. Disamping itu wawancara dengan guru bahwamengingatkan penyelesaian konflik masalahyang dilakukan secara damai membutuhkan hal-hal sebagai berikut; a) Menyetujui secarabersama untuk mendoakan perbedaan haltersebut, dan minta hikmat dan jalan keluar dariAllah SWT, b) Berdoa masing-masing danminta hikmat dan jalan keluar dari Allah swt.Data semua ide yang muncul sebagai jalankeluar yang mungkin dapat diterapkan, c)Menentukan hal-hal dari ide guru yang dapatditawar dan hal-hal yang tidak dapat ditawar.

Sejalan dengan itu, pola penyelesaian konflikantar siswa-siswa sering dilakukan dengan jalandamai, sehingga solusinya dapat ditempuhsecara mufakat dan musya-warah dengan tidakmeninggalkan doa-doa yang dipanjatkan kepadaYang Maha Kuasa untuk memberikan jalan yangterbaik dalam pemecahan, misalnya konflikantara guru dengan siswa masalah kesalahannilai, atau salah penafsiran dari orang tuaterhadap nilai yang diberikan guru. Wawancaradengan guru menyebutkan bahwa penyelesaiansecara damai sering dilakukan dengan model: a)Bertemu lagi untuk membicarakan hasil doa danmencari bersama, dari antara semuakemungkinan, jalan terbaik yang ditunjuk AllahSWT. b) Jika ternyata ada hal-hal pokok yangbertentangan dan tidak rela ditawar dari keduabelah pihak, “setuju untuk tidak setuju” dalamhal-hal tersebut, dan c) Dengan persetujuan ini,kerja sama mungkin harus dibatasi, tetapihubungan komunikasi dapat tetap jalan.

Sementara itu bahwa guru penyele-saianmasalah konflik antar siswa dalam dalambanyak hal, perbedaan pendapat diperbolehkan.Yang lebih penting daripada persoalan itusendiri adalah sikap kita satu terhadap yang lain.Dalam hal yang tidak jelas dilarang/diwajibkandan diperintahkan sekolah atau guru adalahjangan bertengkar atau saling menghakimi,melainkan setuju.

Pola penyelesaian konflik yang dilakukanguru adalah berusaha untuk mengerti dan

menghargai pola pikir, tingkah laku, nilai-nilaidan hal-hal yang dirasakan penting oleh siswalain. Berusaha untuk berperilaku danberkomunikasi dengan cara yang akan dipahamidan diterima oleh banyak orang. Kalau adakealpaan, kekurangan, atau apa saja yang adapada diri sendiri (guru), langsung akui haltersebut dan berusaha untuk memperbaikinya.Giatlah untuk melakukan hal ini, meskipunmungkin siswa merasa bahwa kekurangan oranglain jauh lebih besar daripada kekurangandirinya sendiri. Hal ini membuktikankerendahan hati, sikap, perilaku dan membukapintu untuk penyelesaian yang baik.

5) Kendala Penerapan Nilai-nilai Demokrasidalam Proses Pembelajaran

Penerapan nilai-nilai demokrasi dalamproses pembelajaran di SMA Negeri 1 MilaPidie, selalu diliputi oleh hambatan-hambatanyang ada, baik sarana dan prasarana,pengetahuan, maupun hambatan dari siswa,semuanya itu akan mempengaruhi penerapandemokrasi dalam proses pembelajaranPendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasilwawancara dengan guru bahwa sebagian besarresponden menyatakan kesulitan yang palingmendasar yang dirasakan guru dalam penerapannilai-nilai demokrasi adalah penge-tahuan akanstrategi dan metode pembelajaran yang sesuaidan menyusun strategi pembelajaran yang tepatuntuk siswa. Pengetahuan akan strategi danmetode pembelajaran yang sesuai membutuhkanpengalaman dengan membaca, meneliti danmengikuti pelatihan, karena penerapan nilai-nilai demokrasi merupakan sebuah teori yangmemerlukan pengetahuan dan wawasan luas,maka sedikit sekali pengetahuan yang barudiperoleh. Oleh sebab itu proses pembelajarandemokrasi harus ada tugas-tugas yang diberikankepada siswa agar proses pembelajaran sesuaidengan rencana.

Dengan merumuskan instrumen penilaianuntuk mengetahui terserap tidaknya siswadiajarkan nilai-nilai demokrasi membutuhkankecakapan yang memadai, dengan demikian apayang diharapkan dari tes sesuai dengankeinginan yang diharapkan, dan sesuai puladengan indikator. Dengan demikian instrumenyang disusun benar-benar dapat mengukurkemampuan siswa pada tahap yangsesungguhnya. Merumuskan indikator menurutguru Pendidikan Kewarganegaraan memerlukanpengetahuan yang memadai tentang kata-kataoperasional, misalnya jangan sering dalam

Page 9: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 103

indikator tersebut hanya ter-cantummenyebutkan, tetapi hendaknya beragam sepertimenjelaskan, membandingkan, memberi contoh,mengidentifikasi, meng-analisis, menemukan,membedakan dan lain-lain. Wawancara laindengan guru bahwa kendala yang palingmendasar dalam menerapkan nilai-nilaidemokrasi pada siswa adalah siswa yang kurangpeka terhadap apa yang diberikan guru, kadang-kadang ada siswa setelah dijelaskan berulangkali ada yang belum paham tentang bagaimananilai-nilai demokrasi yang sesungguhnya. Padadasarnya siswa dalam proses pembelajaransangat beragam, ada siswa yang sekalidijelaskan sudah mengerti, ada yang berulang-ulang dijelaskan baru mengerti dan ada pulapayah dijelaskan oleh teman-temannya yanglain.

Pembahasan1) Penerapan Nilai-Nilai Demokrasi;

Toleransi, Kerjasama, dan MufakatPenerapan nilai-nilai demokrasi seperti

toleransi, kerjasama dan mufakat dalam prosespembelajaran di SMA Negeri 1 Mila Pidiedilakukan melalui pembelajaran tatap mukalangsung, mengingat siswa terdiri dari berbagaiwatak dan perilaku ada yang penyabar, egoisdan bahkan ada yang keras wataknya. Penerapannilai toleransi kerjasama, dan mufakat dilakukandengan cara: a) Membentuk pendidikanalternatif. Yaitu suatu bentuk pendidikan yangberusaha menjaga perbedaan siswa danmengajarkan kepada mereka untukmenumbuhkan akan tata nilai dan prinsip-prinsip kebersamaan, b) Memupuk persahabatanantara siswa yang beraneka ragam tersebut, c)Mengembangkan sikap saling memahami satusama lain, dan d) Mengajarkan keterbukaan dandialog dalam diskusi kelas, menyelesaikantugas-tugas kelompok secara bersama-sama.

Oleh karena itu, guru PendidikanKewarganegaraan telah menerapkan nilai-nilaitoleransi dalam proses pembelajaran. Hal inisejalan dengan ungkapan Rosyada (2014:17)bahwa: Toleransi yang diterapkan adalah sabarmembiarkan sesuatu. Toleransi secara luasadalah suatu sikap atau perilaku manusia yangtidak menyimpang dari aturan, dimanaseseorang menghargai atau menghormati setiaptindakan yang orang lain lakukan. Toleransidalam konteks sosial budaya dan agama yangberarti sikap dan perbuatan yang melarangadanya sikap diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat

diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.Contohnya adalah toleransi beragama dimanapenganut mayoritas dalam suatu masyarakatmengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwapenerapan nilai-nilai demokrasi seperti toleransi,kerjasama dan mufakat yang diterapkan di SMANegeri 1 Mila Pidie diyakini mempunyai peranbesar dalam membentuk karakter setiap individuyang dididiknya dan mampu menjadi Penerangbagi generasi muda, terlebih melalui pendidikankewarganegaraan. Penerapan nilai-nilaiitoleransi, kerjasama dan mufakat di SMANegeri 1 Mila Pidie dilakukan untukpenyadaran siswa dalam membangun sikapkeharmonisan antar siswa yang menjadikebutuhan bersama dalam proses pembelajaran.Hal ini sejalan dengan ungkapan Hikam(2015:21) sebagai berikut. Beberapa langkahdan strategis untuk memupuk jiwa toleransi,kerjasama dan mufakat: a) Menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama; tidakmemperdebat-kan segi-segi perbedaan agama; b)Melakukan kegiatan sosial yang melibatkan parapemeluk agama yang berbeda; c) Mengubahorientasi pendidikan agama yang menekankanaspek sektoral fiqhiyah menjadi pendidikanagama yang berorientasi pada pengembanganaspek universal-rabbaniyah; d) Meningkatkanpembina-an individu yang mengarah padaterbentuknya pribadi yang memiliki budi pekertiyang luhur dan akhlakul karimah, dan e) SMANegeri 1 Mila Pidie menghindari jauh-jauh sikapegoism dalam beragama sehingga mengklaimdiri yang paling benar.

Uraian di atas menggambarkan bahwanilai-nilai toleransi, mufakat dan kerjasamasangat strategis dilakukan untuk menghindaribenturan-benturan dalam proses pembelajaran,sehingga tujuan dapat tercapai. Guru-guruPendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1Mila Pidie telah menerapkan nilai toleransi,kerjasama dan mufakat dalam prosespembelajaran melalui;a) membangunkeberagamaan peserta didik untuk tidakmempermasalahkannya, b) memberikankemungkinan keterbukaan untuk mempelajaridan tidak mempermasalahkan orang lain sebatasuntuk menumbuhkan sikap toleransi, kerjasamadan mufakat, c) berdiskusi harus menghormatidan toleransi terhadap pendapat orang lain walaupendapat itu tidak sesuai dengan keinginan kita.Lebih lanjut Suparno (2014: 19)mengungkapkan bahwa: Pendidikanmultikultural menjadi tanggung jawab kita

Page 10: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 104

bersama, tidak hanya di lingkup sekolah tapijuga dirumah dan lingkungan sosial denganmenanamkan dalam benak pikiran siswa dananak-anak kita, bahwa perbedaan merupakansunnatullah yang harus dijalani, semua sudahada yang mengatur, maka, tidak selayaknya kitalari dari tanggungjawab. Mari memupuk dankembangkan pendidikan multikultural dantoleransi dalam wadah pembelajaran.

Oleh karena itu, penerapan nilai-nilaitoleransi di SMA Negeri 1 Mila Pidie sangatdiutamakan sebab; nilai-nilai tersebut secaraaktual merupakan ikatan yang terpenting dalamkehidupan siswa. Nilai-nilai toleransimerupakan kesediaan siswa untuk menerimapandangan-pandangan politik dan sikap sosialyang berbeda dalam pergaulan antar siswa, sikapsaling menghargai dan menghormati pendapat,serta aktifitas yang dilakukan olehsiswa/kelompok lain. Pada prinsipnya nilaitoleransi, kerjasama dan mufakat yangditerapkan di SMA Negeri 1 Mila Pidiemerupakan bentuk nilai tertinggi, bahwa siswadapat mencapai keberhasilan karena adanyatoleransi. Toleransi, kerjasama dan mufakatdapat menjadi kenyataan ketika kitamengasumsikan adanya perbedaan. Sehinggadalam toleransi, kerjasama dan mufakat tidakharus selalu mempertahankan keyakinannya,pendapatnya. Untuk mencapai tujuan sebagaimanusia Indonesia yang demokratis dan dapathidup di Indonesia diperlukan pendidikanmultikultural.

2) Penerapan Unsur-Unsur KeberagamanPada prinsipnya proses pembelajaran di

sekolah sebagai guru Pendidikan Kewarga-negaraan juga telah menerapkan unsur-unsurkeberagaman melalui item-item materi yangdipelajari siswa. Guru menyuruh siswa untukberdiskusi sesamanya. Dari diskusi siswa dapatmengetahui dan memahami tentang pentingnyakeberagaman budaya yang merupakan asetkekayaan bangsa Indonesia ini yang harusdiperkenalkan kepada generasi muda, parasiswa, melalui pengajaran, khususnyapengajaran Pendidikan Kewarganegaraan yangmemuat nilai-nilai demokrasi. Berdasarkan hasilpaparan di atas membuktikan bahwa dalamproses pembelajaran unsur-unsur keberagamanyang diterapkan merupakan unsur pokok untukmencegah timbulnya disintegrasi bangsa. Hal inisejalan dengan ungkapan Moeyono, Anton(2014:21) menjelaskan bahwa: “Suku bangsayang menempati wilayah Indonesia dari sabang

sampai merauke sangat beragam. Sedangkanperbedaan ras muncul karena adanyapengelompokan besar manusia yang memilikiciri-ciri biologis lahiriah yang sama sepertirambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukurankepala, dan lain sebagainya.”

Penerapan unsur-unsur keberagaman yangdiajarkan guru dalam proses pembelajaran diSMA Negeri 1 Mila Pidie, sangat ditekankanbagaimana unsur-unsur keberagaman tersebutmenjadi pilar utama untuk menghormati oranglain dan mencegah timbulnya konflik dalammasyarakat. Lebih lanjut John Potter dalamRosyada (2014:10) mengungkapkan sebagaiberikut. Substansi mata pelajaran PendidikanKewarganegaraan berisikan tentang hak-hakkita, tetapi harus diakui memiliki tiga keunikanyang membedakannya dengan mata pelajaranlain;a) Sekolah harus mendukung secaraeksplisit untuk mengkaitkan PendidikanKewarga-negaraan dengan mata pelajaran yanglain; b) Pendidikan Kewarganegaraan harusmengakar dalam pandangan hidup dan etossekolah secara keseluruhan; dan c) PendidikanKewarganegaraan memerlukan generasi mudauntuk belajar melalui partisipasi danpengalaman nyata.

Oleh sebab itu, keragaman dalampembelajaran di sekolah adalah suatu kondisidalam kehidupan siswa di mana terdapatperbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang,terutama budaya, agama dan ideologi, adatkesopanan, serta situasi ekonomi. Melaluipembelajaran unsur-unsur keberagaman inisiswa dituntut untuk memiliki kesederajatan,artinya sama tingkatan, persepsi dan pandangan.Dengan demikian konteks kesederajatan di siniadalah suatu kondisi di mana dalam perbedaandan keragaman yang ada manusia tetap memilikisatu kedudukan yang sama dan satu tingkatanhierarki.

Untuk itu guru di SMA Negeri 1 MilaPidie telah menerapkan unsur-unsurkeberagaman dalam proses pembelajarandilakukan untuk: menentukan perilaku kolektifkebangsaan bagi yang khas-baik yang tecermindalamkesadaran, pemahaman, rasa, karsa, danperilaku berbangsa dan bernegarayangberdasarkan nilai-nilai Pancasila, normaUUD 1945, keberagaman dengan prinsipBhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadapNKRI. Unsur-unsur keberagaman yangdiajarkan untuk memberikan hak dan kewajiban,mau mengambil tanggung jawab dalam setiaptugas-tugas kelompok yang diberikan kepada

Page 11: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 105

siswa. Tugas-tugas tersebut dikerjakan secarabersama-sama tidak memandang yang satubodoh dan yang satu pandai, tetapi dalamkelompok itu kedudukannya sama, disadaribahwa penerapan unsur-unsur keberagamandalam proses pem-belajaran di sekolah untukmenanamkan kepada siswa bahwa Indonesiamerupakan masyarakat yang majemuk denganbermacam tingkat, pangkat, dan strata sosialyang hierarkis. Hal ini dapat terlihat dandirasakan dengan jelas yaitu adanyapenggolongan orang berdasarkan pangkat dankedudukan. Hal inilah yang dapat menimbulkankesenjangan sosial yang tidak saja dapatmenyakitkan, namun juga membahayakan bagikerukunan masyarakat.

3) Pola Penyelesaian Konflik Antar SiswaPola penyelesaian konflik antar siswa-

siswi di SMA Negeri 1 Mila Pidie dilakukandengan cara mengakui adanya konflik. Langkahini merupakan langkah awal untukmenyelesaikan konflik secara dini. Tanpaadanya pengakuan secara sadar bahwa telahterjadi konflik maka masalah tidak akan pernahterselesaikan, dan mengidentifikasi konflik yangsebenarnya.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa gurutelah menempuh pola-pola menyelesai-kandengan prinsip demokrasi. Hal ini sejalandengan ungkapan Suteng (2014:7) bahwa;Pendapat yang saling bertentangan. Pertama,muncul di ling-kungan penganut pahamdemokrasi liberal yang menentang sekolahdijadikan sebagai instrumen sosialisasi politikyang dapat memunculkan suatu konflik ataumasalah yang menguntungkan penguasa. Sebab,pendidikan akan menghasilkan lulusan yangtidak memiliki kemandirian dan cenderungmenjadi robot. Menurut kelompok inipendidikan harus ditempatkan sebagai instrumenuntuk mengembangkan watak demokratis,meningkatkan daya kritis, mendorong semangatuntuk mengejar pengetahuan dan senantiasamenjunjung harkat dan martabat manusia.Kedua, menyatakan bahwa pendidikanmerupakan suatu instrumen untukmengembangkan kesadaran, sikap dan perilakupolitik dengan harapan siswa menjadi wargamasyarakat yang baik.

Karena itu sekolah merupakan lembagayang tepat dalam menentukan pola-polapenyelesaian masalah (konflik). Sesungguhnyapenyelesaian konflik yang dilakukan guruPendidikan Kewarganegaraan untuk

menerapkan prinsip demokrasi dan pendidikan,keduanya, saling berkaitan satu sama lain danmempunyai bubungan timbal balik. Misalnya:pendidikan jika dimaknai suatu proses bantuanuntuk mengembangkan seluruh potensi pesertadidik, maka pendidikan harus dilaksanakansecara demokratis (sering disebut dengan istilahdemokrasi pendidikan). Guru PendidikanKewarganegaraan di SMK Negeri 1 Mila Pidietelah menyelesaikan konflik antar siswa denganberpola mendengarkan semua pendapat atausudut pandang dari siswa yang terlibat, memberinasihat pada siswa yang bersalah dan lain-lain.Untuk menyelesaikan konflik antar siswa telahmempunyai pola-pola tertentu sesuai denganprinsip-prinsip demokrasi. Suparno (2014:7)mengutarakan sebagai berikut. Pendidikandemokratis mempunyai ciri adanya suasanabelajar yang berkemampuan optimalmenumbuhkan potensi peserta didik untuktujuan tertentu. Begitu juga sebaliknya, agarnilai-nilai demokrasi hak-hak asasi, kebebasan,keadilan, persamaan dan keterbukaan dapatdipahami dan memiliki peserta didik, makaperlu pendidikan.

Dengan pendidikan diarahkan anak didikuntuk tidak menimbulkan konflik antar sesamamereka. Siswa dapat menentukan pilihan yangmana dipilih agar tidak berbenturan dengansiswa-siswa yang lain, alternatif apa yangdipakai untuk bertindak agar tidak menimbulkankonflik baik dengan guru maupun antar siswa.Siswa dapat menyebutnya sebagai identifikasimasalah. Konflik dapat muncul dari sumberatau akar masalah tertentu, namun masalahtersebut menjadi konflik bila tidak dikeloladengan emosi yang baik.

4) Penyelesaian Dilakukan Secara DamaiPada prinsipnya pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Mila Pidiepenyelesaian konflik antar siswa dilakukansecara damai dan demokratis. Guru terlebihdahulu harus mengetahui penyebab konflikyaitu: a) Perbedaan budaya, latar belakang,pendapat, pendekatan atau kepribadian (sifat).Kepribadian mencakup perbedaan pribadi (peka,tegas, serta kelemahan yang kadang-kadangberkaitan: sensitif, keras kepala); b) Idealistislawan pragmatis; bersifat menurut kata hati,lawan lamban; riang lawan, orang yang inginsegalanya sempurna; teratur lawantidak teratur;c) Prasangka (bisa karena budaya atau latarbelakang, tapi juga bisa karena masalah pribadi):sakit hati atau curiga terhadap seseorang atau

Page 12: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 106

suatu kelompok; d) Kealpaan; pilihan yangkurang bijaksana, perasaan tidak dihargai ataudiperlakukan secara tidak adil, danmementingkan diri sendiri. Bila guru telahmengetahui penyebab konflik, makapenyelesaian-nya mudah dilakukan. Sekolahsebagai lembaga pendidikan mempunyai tugasyang banyak, yang salah satunya adalahmenyelesaikan konflik antar siswa secarademokratis. Hal ini sejalan dengan ungkapanHikam (2015:17) bahwa: Wariskan budaya-budaya bangsa kepada geberasi muda sepertibudaya saling menghormati antarsesama, tidaksaling sikat-sikut diantara teman, dan tidaksaling mengejek bila suatu pendapat tidakditerima. Budaya menghormati perlu disisipkandan dikembangkan dalam setiap kegiatan disekolah baik dalam kegiatan belajar mengajarmaupun di luar kegiatan belajar mengajar.

Untuk itu, budaya-budaya seperti dalamkutipan tersebut diterapkan di sekolah makakonflik antar siswa dan guru tidak akan terjadi.Selanjutnya Hikam (2015:18) menjelaskan kem-bali bahwa menghormati di luar kegiatan belajarmengajar juga perlu sebagai langkah awal untukmenyelesaikan konflik yang timbul seperti: a)Menyapa guru dan teman saat berpapasan, b)Mengikuti upacara bendera dengan khidmat, c)Menggunakan tutur bahasa yang baik, benar dansopan, d) Memprioritaskan musyawarah kelasuntuk memutuskan kebijakan-kebijakan berhu-bungan dengan kepentingan kelas, dan Tidakmembedakan teman.

Oleh sebab itu yang dapat disimpulkanbahwa penyelesaian konflik di SMA Negeri 1Mila Pidie telah sesuai dengan nilai-nilaidemokrasi pada umumnya, yaitu selainmenghormati, sikap demokratis yang perludimiliki adalah rasa tanggung jawab. Dalam halpengambilan keputusan, siswa harus dilatihmemutuskan dan melaksanakan keputusansecara bertanggung jawab. Dalam mengajarkanhal ini kepada siswa guru sebaiknyamemberikan contoh dalam kehidupan sehari-haridi dalam kelas, misalnya dalam pemilihan ketuakelas. Langkah pertama untuk menyelesaikansebuah masalah di sekolah adalah sangattergantung pada manajemen kelas itu sendiri,yaitu ketua kelas. Setelah terpilih menjadi ketuakelas, selanjutnya ketua kelas itu mengaturkelasnya masing-masing. Lebih lanjut Widodo(2014:12) menjelaskan sebagai berikut; a) Ketuakelas: mengadakan rapat kelas yang dipimpin

ketua kelas. Dalam rapat ketua kelas akanmendapat banyak saran, pendapat, dan tidaktertutup kemungkinan pendapat tadi ada yangbertentangan dengan pendapatnya. Pendapat tadikemudian dibicarakan dalam rapat secaramusyawarah, dengan peretimbangan yangdisepakati sejujur-jujurnya dan penuh tanggungjawab melaksanakan keputusan yang diambilsecara bersama itu, b) Hasil keputusan tersebutharus dipatuhi dan ditaati oleh setiap siswa dankeputusan yang berupa peraturan itu harusdibuat secara tertulis, sehingga setiap siswadapat mengetahui apa yang boleh dan tidakboleh dilakukan. Sehingga apabila siswamelanggar mereka akan melaksanakan sanksitersebut secara konsekwen dan penuh kesadaran,c) Setiap siswa harus mengetaui tugasnyamasing-masing, siapa yang bertugas merapikanmeja, siapa yang bertugas mengambil danmenyiapkan kapur, penghapus, dan sebagainya.Selain itu guru juga harus menjadi contoh dalampengembangan sikap saling menghormati. Guruharus mampu menunjukkan sikap meng-hormatisekalipun pada orang yang lebih muda.Misalnya dalam menghadapi siswa yang mela-kukan kesalahan harus diberi kesempatanmelakukan pembelaan diri. Janganmemposisikan siswa sebagai pihak yang palingbersalah sehingga harus menerima sanksi tanpamelakukan kontrak sosial bersama siswa.

5) Kendala yang DialamiAdapun kendala yang dirasakan guru

Pendidikan Kewarganegaraan dalam penerapannilai-nilia demokrasi adalah adalah pengetahuantentang strategi dan metode pembelajaran yangtepat. Guru sering berceramah, membuat siswabosan kurang respon terhadap pembelajaranyang dilakukan guru. Djamarah dan Zain (2013)menjelaskan kelemahan metode ceramah yaitu:a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), b) Yang visual menadi rugi, yang auditif(mendengar) lebih besar menerimanya, c) Bilaselalu digunakan dan terlalu lama,membosankan, d) Guru menyimpulkan bahwasiswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya,ini sukar sekali, dan e) Menyebabkan siswamenjadi pasif.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapatdisimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai demo-krasi dalam proses pembelajaran berjalan kurangsesuai dengan prinsip pembelajaran kooperatif.Bila ceramah selalu digunakan dan terlalu lamadigunakan dapat membuat bosan siswa, keber-hasilan metode ini sangat bergantung pada siapa

Page 13: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 107

yang menggunakannya, dan cenderung membuatsiswa pasif dan cenderung menerima saja apayang dijelaskan guru.

Sementara itu kendala lain yang dialamiguru Pendidikan Kewarganegaraan dalam pen-erapan nilai-nilai demokrasi adalah programpengajaran tidak bisa terlaksana sesuai denganjadwal yang ditentukan, metode mengajar yangdigunakan tidak sesuai dengan rencana pem-belajaran. Sering siswa beranggapan bahwapem-belajaran Pendidikan Kewarganegaraantidak ter-lalu penting, sebab pelajaran ini tidakada Ujian Nasional, dan ada anggapan lain darisiswa bahwa pelajaran ini hanya sekedarpelengkap.

KesimpulanSebagaimana pembahasan telah diurai-

kan tersebut di atas, maka dapat disimpulkanbeberapa hal sebagai berikut:1. Penerapan nilai-nilai demokrasi seperti

toleransi, kerjasama, dan mufakat dilakukandengan pola pembentukan pendidikanalternatif, yaitu pendidikan yang berusahamenjaga perbedaan siswa dan mengajarkankepada mereka untuk menumbuhkan tatanilai dan prinsip-prinsip kebersamaan,mupuk persahabatan antara siswa-siswi yangber-aneka ragam, mengembangkan sikapsaling memahami satu sama lain, danmengajarkan keterbukaan dan dialog dalamdiskusi kelas, menyelesaikan tugas-tugaskelompok secara bersama-sama. Sementarayang lain, pen-erapan unsur-unsurkeberagaman dilakukan melalui item-itemmateri yang dipelajari siswa-siswi melaluiceramah dan diskusi yang membahas tentangkekayaan budaya yang mewarnai kesatuanbangsa yang ditandai dengan mottonya,bhineka tunggal ika. Karena itu keragamanbudaya yang diperkenalkan kepada siswa,memuat nilai-nilai demokrasi. Dalam diskusitersebut dibahas gejolak disintegrasi bangsayang muncul memperlihatkan dampaknegatif terhadap kesatuan dan persatuanbangsa yang telah dihasilkan oleh parapendahulu bangsa ini. Selan itu polapenyelesaian konflik antar siswa di SMANegeri 1 Mila Pidie dilakukan dengan caramengakui adanya konflik danmengidentifikasi konflik yang sebenarnya.

Sekolah merupakan lembaga yang tepatdalam menentukan pola-pola penyelesaiankonflik. Sementara yang lain, prosespembelajaran Pendidikan Kewarganegaraandi SMA Negeri 1 Mila Pidiemenyelesakankonflik antar siswa-siswi dilakukan secaradamai dan demokratis. Guru terlebih dahulumengetahui penyebab konflik antara lain :a. Perbedaan budaya, latar belakang,

pendapat, pendekatan atau kepribadian.Kepribadian mencakup perbedaanpribadi; peka, tegas, serta kelemahanyang kadang-kadang berkait-an; sensitif,keras kepala;

b. Idealistis; bersifat menurut kata hati,lawan lamban; riang lawan, orang yangingin segalanya sempurna; teraturlawantidak teratur;

c. Prasangka; bisa karena budaya atau latarbelakang, tapi juga bisa karena masalahpribadi; sakit hati atau curiga terhadapseseorang atau suatu kelompok; d)Kealpaan; pilihan yang kurang bijaksana,perasaan tidak dihargai atau diperlakukansecara tidak adil, dan mementingkan dirisendiri.

2. Kendala yang dialami dan dirasakan gurudalam penerapan nilai-nilai demokrasi adalahmetodeceramah hal ini dianggap bahwa dapatmembuat pembelajaran membosankan siswa-siswi.

Saran-SaranBerdasarkan uraian kesimpulan tersebut

di atas maka dapat diuraikan saran-saran sebagaiberikut:1. Guru diharapkan dalam proses pembelajaran

selalu mengutamakan nilai-nilai demokrasi,sehingga proses pembelajaran berikutnyadapat dijadikan pedoman ke arah yang lebihefektif dan efisien. Untuk siswa-siswihendak-nya dalam proses pembelajarandemokrasi lebih pro aktif untukmensosialisasikan nilai-nilai demokrasi baikdalam mengambil suatu keputusan,kebijakan, menyelesaikan konflik dan lain-lain, sehingga pencapaian tujuanpembelajaran lebih bermakna yang dapatmeningkatkan prestasi belajar siswa.Diharap-kan penyelesaian konflik antar

Page 14: PENERAPAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES BELAJAR

Sosial Humaniora vol I No. II | 108

siswa dalam proses pembelajaran dilakukandengan meng-edepankan prinsip-prinsipdemokrasi, sehing-ga konflik tidakberkepanjangan dan tidak merugikan semuapihak baik yang terlibat maupun yang tidakterlibat.

2. Konflik antar siswa-siswi maupun guruhendaknya dapat diminimalisasir atau di-hilangkan sesuai dengan kapasitas yang adasehingga tujuan akhir dari pembelajarantercapai sesuai rencana, selain itu guru tidaksaja menggunakan metode ceramah, tetapihendaknya secara bervariasi dengan model-model pembelajaran, dengan model belajarsambil bermain sehingga pembelajaran lebihbermakna dan tidak membosankan siswa-siswi.

DAFTAR PUSTAKADegeng, Nyoman. 2016. Paradigma

Membangun Kewibawaan Guru dalamPengembangan Profesi di Era Global.Makalah disajikan dalam SeminarNasional Universitas PGRI Adibuana,Madiun, 10 Oktomber 2016.

Bogdan, Robert dan Biklen, Sari Knopp. 2014.Qualitative Research for Education AnIntroduction to Theory Methods, Boston:Allyn and Bacon Inc.

Djamarah,dan Zain Asawan, 2013. StrategiBelajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Budirardjo, Miriam. 2015. Dasar-dasar IlmuPolitik, Jakarta: Gramedia.

Kasmiran. dkk. 1996. Filsafat Manusia, Jakarta:Erlangga.

Widodo. 2014. Pendidikan Pancasila danFilsafat Pancasila. Malang: UniversitasWisnuwardana.

Hikam, Mohammad AS. 2015. Demokrasi danCivil Society, Jakarta: LP3ES.

Moelyono, Anton M. dkk 2014. Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

John Potter, Rosdaya dkk. 2015. Modul StrategiBelajar Mengajar, Banda Aceh: FKIPUnsyiah.

MPR Republik Indonesia. 2015. Undang-Undang Dasar 1945 Negara RepublikIndonesia. Jakarta: Sekretariat JenderalMPR RI.

Rosyada, Dede. 2014. Paradigma PendidikanDemokratis. Jakarta: Prenada Media

Rusyan, A. Tabrani. 2013. Pendekatan dalamProses Belajar Mengajar, Bandung:Remaja Karya.

Nasution, S. 2014. Metode PenelitianNaturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito.

Sparingga, Daniel. 2013.Paradigma BaruPengemasan Pendidikan yang DemokratisDitinjau dari Segi Sosiologi. Malang:IPTP.

Suparno, Paul. 2014. Guru Demokratis di EraReformasi. Jakarta: Gramedia.

Surakhmad, Winarno.2003. Pengantar PenelitianIlmiah Dasar Metode Teknik, Bandung:Tarsito.

Suteng, Bambang. 2014. Pendidikan Kewarga-negaraan, Untuk SMA Kelas XI, Jakarta:Erlangga.

Tim Penyusun. 2014. Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan. Blitar: Karya Muda

Wuryo, Kasmiran. dkk. 2013. Filsafat Manusia,Jakarta: Erlangga.

Widodo. 2014. Pendidikan Pancasila danFilsafat Pancasila.Malang: UniversitasWisnuwardana.