34
PENERJEMAHAN TIGA PUISI TAUFIK ISMAIL KE DALAM MAHASA INGGRIS Parlindungan Pardede Abstrak Dibandingkan dengan penerjemahan jenis teks lainnya, penerjemahan puisi merupakan aktivitas tersulit karena adanya nilai-nilai estetik (sarana penyampaian keindahan melalui penggunaan diksi, metafora, imageri, dan bahasa figuratif) dan nilai- nilai ekspresif (sarana penyampaian pikiran atau emosi pengarang melalui struktur, rima, maupun pelafalan) yang perlu dipertimbangkan selain pengalihan makna. Untuk menghasilkan terjemahan puisi yang baik, penerjemah harus memindahkan makna dan nilai-nilai tersebut dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Makalah ini membandingkan hasil analisis tiga puisi Taufik Ismail sebagai teks sumber (TSu) dengan hasil terjemahan masing-masing dalam bahasa Inggris sebagai teks sasaran (TSa) untuk melihat aspek-aspek apa saja yang membuat TSa tersebut diterima sebagai hasil penerjemahan baik. Ketiga TSa tersebut diakui sebagai hasil terjemahan yang baik sehingga turut serta diterbitkan dalam sebuah antologi terbitan Yayasan Lontar dan disponsori oleh Perhimpunan Persahabatan Indonesia Amerika (PPIA) dan The Ford Foundation. Kata Kunci: penerjemahan, puisi, nilai-nilai estetis, nilai-nilai ekspresif, analisis makna. 1

Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

PENERJEMAHAN TIGA PUISI TAUFIK ISMAIL

KE DALAM MAHASA INGGRIS

Parlindungan Pardede

AbstrakDibandingkan dengan penerjemahan jenis teks lainnya,

penerjemahan puisi merupakan aktivitas tersulit karena adanya nilai-nilai estetik (sarana penyampaian keindahan melalui penggunaan diksi, metafora, imageri, dan bahasa figuratif) dan nilai-nilai ekspresif (sarana penyampaian pikiran atau emosi pengarang melalui struktur, rima, maupun pelafalan) yang perlu dipertimbangkan selain pengalihan makna. Untuk menghasilkan terjemahan puisi yang baik, penerjemah harus memindahkan makna dan nilai-nilai tersebut dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Makalah ini membandingkan hasil analisis tiga puisi Taufik Ismail sebagai teks sumber (TSu) dengan hasil terjemahan masing-masing dalam bahasa Inggris sebagai teks sasaran (TSa) untuk melihat aspek-aspek apa saja yang membuat TSa tersebut diterima sebagai hasil penerjemahan baik. Ketiga TSa tersebut diakui sebagai hasil terjemahan yang baik sehingga turut serta diterbitkan dalam sebuah antologi terbitan Yayasan Lontar dan disponsori oleh Perhimpunan Persahabatan Indonesia Amerika (PPIA) dan The Ford Foundation.

Kata Kunci: penerjemahan, puisi, nilai-nilai estetis, nilai-nilai ekspresif, analisis makna.

Pendahuluan

Penerjemahan merupakan salah satu profesi tertua dan terpenting

dalam kebudayaan manusia. Aktivitas yang keberadaanya paling tidak

dapat ditelusuri pada zaman Menara Babel (Adewuni, 2006) ini

merupakan sarana utama dalam mengatasi kesulitan komunikasi antar

bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda. Melalui aktivitas

penerjemahan kerjasama antar bangsa menjadi mungkin. Penerjemahan

1

Page 2: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

juga membuat akses kepada lautan pengetahuan yang begitu luas

terbuka sehingga bangsa-bangsa di dunia dapat saling memperkaya

kebudayaan dan ilmu pengetahuan masing-masing.

Diantara begitu banyak kegiatan penerjemahan, penerjemahan karya

sastra telah memainkan peran penting dalam upaya penciptaan

perdamaian dunia. Secara umum, karya sastra mengungkapkan pikiran,

perasaan, atau ide pengarang tentang kehidupan, yang didasarkan pada

pengalaman dan/atau pengamatannya tentang realita. Dengan membaca

karya sastra, pembaca dapat memahami pandangan pengarang dengan

baik. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, penerjemahan karya sastra

dapat membantu sebuah bangsa untuk memahami karya sastra bangsa

lain dalam rangka memahami bangsa itu secara lebih mendalam. Oleh

karena itu, sejak didirikan pada tahun 1948, UNESCO, badan PBB yang

membidangi pengembangan pendidikan, ilmu dan kebudayaan, dan

bertujuan menciptakan perdamaian di hati umat manusia, telah

menggunakan penerjemahan karya-karya sastra sebagai salah satu

upaya utama untuk mencapai tujuan tersebut (Rosi, 2005).

Sebagai salah satu jenis karya sastra, puisi merupakan salah satu

target penerjemah yang penting. Puisi tergolong karya sastra tertua yang

mulai diciptahan dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat—baik

petani, tentara, ilmuwan, pengacara, dokter, filsuf, hingga raja dan ratu—

kira-kira sejak tahun 3000 S.M. (Microsoft Encarta, 2005). Meskipun

demikian, hingga kini puisi tetap merupakan bagian dari kehidupan

2

Page 3: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

manusia sehari-hari. Perrine (1973: 3) menyatakan bahwa puisi

merupakan karya sastra yang penting karena memiliki sesuatu yang

khusus, sejenis nilai-nilai yang unik tentang kehidupan. Oelh sebab itu,

tidaklah mengherankan bila puisi banyak diterjemahkan ke berbagai

bahasa. Menurut Baker (2005: 170), praktik penerjemahan puisi sudah

berlangsung lebih dari 2000 tahun.

Makalah ini ditulis untuk melihat aspek-aspek apa saja yang

membuat tiga puisi terjemahan berjudul Full Moon in the Midwest, Is it the

Sound of Pines dan The Moon, yang diterjemahkan oleh John H. McGlynn

ke dalam bahasa Inggris dari tiga puisi Taufiq Ismail yang berjudul Pantun

Terang Bulan di Midwest, Adakah Suara Cemara dan Bulan, diterima

sebagai terjemahan yang baik. Untuk mencapai tujuan itu, seluruh puisi

terjemahan dan puisi asli masing-masing dianalisis, dan hasil analisis itu

dibandingkan untuk melihat dalam aspek apa saja masing-masing puisi

terjemahan dan puisi aslinya sepadan (equivalent) dan setia (faithful).

Temuan yang diperoleh diharapkan dapat berkontribusi bagi praktik

penerjemahan puisi Indonesia ke dalam bahasa Inggris.

Ketiga puisi terjemahan McGlynn tersebut diterima sebagai

contoh hasil terjemahan yang baik dengan pertimbangan bahwa

keikutsertaannya diterbitkan dalam antologi sekaliber On Foreign

Shores: American Image in Indonesian Poetry (1990) terbitan Yayasan

Lontar dan disponsori oleh Perhimpunan Persahabatan Indonesia

Amerika (PPIA) dan The Ford Foundation merupakan sebuah bukti

3

Page 4: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

yang kuat akan kualitas ketiga puisi terjemahan itu. Selain itu,

proses penerjemahan seluruh puisi dalam antologi tersebut juga

telah melalui tahapan konfirmasi dan diskusi dengan penulis puisi

asli masing-masing (McGlynn, 1990: viii).

On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry berisikan

54 puisi karya 21 penyair Indonesia dan terjemahan masing-

masing dalam bahasa Inggris. Seluruh puisi itu ditulis ketika para

penulisnya berada di Amerika Serikat atau setelah kembali dari

negara itu dan mengungkapkan hal-hal yang tidak mereka

temukan di Indonesia. Dengan kata lain, karya-karya itu

mengungkapkan berbagai sisi kehidupan di Amerika Serikat

melalui pandangan beberapa penyair Indonesia. Latar belakang

ini menjadi alasan tambahan mengapa penulis memilih ketiga

puisi dan terjemahannya tersebut sebagai korpus dalam analisis

ini.

Hakikat Penerjemahan Puisi

Dibandingkan dengan penerjemahan jenis teks lainnya,

penerjemahan karya sastra merupakan pekerjaan tersulit karena teks

sastra memiliki unsur-unsur khusus yang disebut dengan nilai-nilai estetik

dan ekspresif (aesthetic and expressive values). Nilai-nilai estetik dalam

karya sastra digunakan sebagai sarana penyampaian keindahan melalui

penggunaan diksi, metafora, imageri, dan bahasa figuratif. Nilai-nilai

4

Page 5: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

ekspresif digunakan untuk menyampaikan pikiran atau emosi pengarang.

Untuk menghasilkan terjemahan yang baik, penerjemah harus

memindahkan seluruh nilai-nilai tersebut dari bahasa sumber (BSu) ke

dalam bahasa sasaran (BSa).

Khusus dalam penerjemahan puisi, kesulitan tersebut terasa

semakin kompleks karena nilai-nilai keindahan (aesthetic values) puisi

tidak hanya dibangun oleh diksi, metafora, imageri, dan bahasa figuratif.

Puisi memiliki nilai-nilai estetik tersendiri, yang tidak ditemukan dalam

novel atau cerita-pendek, yaitu ritme, rima, tekanan kata (meter), nada

(tone) dan struktur yang mungkin berbeda dengan unsur-unsur serupa

dalam bahasa sehari-hari. Sehubungan dengan itu, tidaklah berlebihan

bila Newmark (1988: 162) menyatakan bahwa penerjemahan puisi

merupakan jenis yang paling sulit (most testing type) dan Dastjerdi (2004)

menyimpulkan bahwa penerjemahan puisi merupakan ujian yang berat

mengingat hakikatnya yang sangat menantang. Bahkan, sebagian ahli

berpendapat bahwa penerjemahan puisi pada hakikatnya tidak dapat

dilakukan. Penyair Amerika Robert Frost (dalam Dudek, 2003) pernah

menyatakan bahwa puisi ‘hilang’ dalam penerjemahan. Sedangkan

Merwin (dalam Kessler, 2000) menyatakan bahwa penerjemahan

puisi tidak mungkin dilakukan.

Perdebatan tentang mungkin tidaknya puisi diterjemahkan

hingga saat ini belum berkesudahan. Akan tetapi, praktik

penerjemahan puisi sudah lama dan tetap dilaksanakan. Praktisi

5

Page 6: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

penerjemahan dan pendukung penerjemahan puisi menyatakan

bahwa penerjemahan puisi dapat dilakukan karena sebagian

besar unsur puisi dapat ditemukan, disusun dan ‘diwarnai’

kembali oleh penerjemah. Bahkan, tak jarang hasil terjemahan itu lebih

‘cemerlang’ dari versi aslinya (Dastjerdi, 2004).

Mengingat berbagai kesulitan yang timbul dalam

penerjemahan puisi, sebagian orang berpendapat bahwa puisi

hanya dapat diterjemahkan oleh penyair. Hingga tahap tertentu

pernyataan ini mungkin ada benarnya. Namun menurut Lazim

(2000), penerjemah dengan kualifikasi yang tinggi dipandang

dapat menghasilkan terjemahan puisi yang baik. Penerjemah

berkualifikasi tinggi dimaksud harus memenuhi paling tidak

empat persyaratan: (1) penguasaan yang baik atas BSu dan BSa;

(2) pengetahuan, minat, dan kemampuan mengapresiasi yang

tinggi atas puisi, khususnya puisi dalam BSu dan BSa; (3)

penguasaan yang baik atas metode dan prosedur penerjemahan

puisi; dan (4) pemahaman yang baik atas konsep-konsep

struktur, ritme, rima, tekanan kata (meter), nada (tone), metafora,

imageri, dan bahasa figuratif.

Metode Penerjemahan Puisi

Pada dasarnya terdapat banyak metode yang dapat

digunakan untuk menerjemahkan teks, tapi tidak semuanya

6

Page 7: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

sesuai digunakan untuk menerjemahkan puisi. Menurut Lafevere

(dalam Bassnett-McGuire, 1980: 81-82), terdapat tujuh metode

yang digunakan dalam menerjemahkan puisi-puisi Catullu, yakni:

(1) penerjemahan fonemis (phonemic translation), (2)

penerjemahan lteral (literal translation), (3) penerjemahan metris

(metrical translation), (4) penerjemahan syair-ke-prosa (verse-to-

prose translation), (5) penerjemahan bersajak (rhymed

translation), (6) penerjemahan syair bebas (free verse

translation), dan (7) interpretasi (interpretation).

Penerjemahan fonemis adalah metode yang mencoba

menciptakan ulang bunyi-bunyi puisi dari BSu ke dalam BSa dan

pada saat yang bersamaan menyampaikan makna. Metode ini

diyakini memberikan hasil terjemahan yang kaku dan cenderung

menghilangkan sebagian makna yang asli.

Penerjemahan metris menekankan reproduksi pengucapan

TSu ke dalam TSa. Mengingat bahwa setiap bahasa memiliki

sistem pelafalan sendiri, metode menghasilkan terjemahan yang

tidak sepadan dalam segi makna dan struktur. Sedangkan

penerjemahan syair-ke-prosa akan membuat hilangnya

keindahan puisi yang asli.

Agak mirip dengan penerjemahan metris, penerjemahan

bersajak menekankan transfer rima ke dalam BSa. Hasilnya akan

7

Page 8: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

mirip secara fisik, namun akan berbeda atau tidak sepadan

secara semantis.

Metode penerjemahan syair bebas dianggap dapat

menghasilkan terjemahan yang sepadan dan bernilai tinggi

ditinjau dari segi kesusastraan. Akan tetapi, dalam metode ini

rima dan pelafalan cenderung diabaikan. Oleh karena itu hasil

terjemahan agak berbeda secara fisik dengan yang asli namun

sepadan dari segi semantis.

Metode interpretasi mencakup dua tipe, yaitu syair (verse)

dan imitasi. Tipe syair memberikan hasil yang sama secara

semantis namun berbeda secara fisik dengan puisi asli (jadi,

metode ini mirip dengan metode penerjemahan syair bebas).

Metode imitasi menghasilkan terjemahan yang sangat berbeda

dengan puisi asli, kecuali judul, topik, dan titik awalnya yang

tetap dipertahankan.

Menurut Lafavere, kelemahan-kelemahan berbagai metode

di atas diakibatkan oleh adanya penekanan pada satu atau lebih

komponen puisi selama berlangsungnya proses penerjemahan.

Penerjemahan literal, metris, dan bersajak cenderung

menekankan “bentuk” atau “struktur puisi”. Sedangkan metode

lainnya menekankan pemindahan makna secara tepat ke dalam

BSa. Oleh sebab itu, tak satupun dari metode itu yang dapat

memenuhi kebutuhan penerjemah puisi.

8

Page 9: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

Berbeda dengan Lafavere, Newmark (1988: 46)

mengusulkan penerjemahan semantis sebagai metode yang

sesuai digunakan untuk menterjemahkan karya-karya sastra,

termasuk puisi. Metode ini mencoba mereproduksi makna

kontekstual teks asli secara tepat dengan cara mempertahankan

nilai-nilai estetis dan komponen ekspresif, seperti pilihan kata

yang khas, makna konotatif, bahasa figuratif, metafora, imageri,

bunyi, struktur, rima, dan lain-lain. Dengan demikian, metode ini

mampu memenuhi dua tujuan utama penerjemahan: akurasi dan

ekonomi (Newmark, 1988: 47).

Prosedur Penerjemahan Puisi

Menurut Hariyanto (2002) proses penerjemahan puisi dapat

dibagi ke dalam dua tahapan, yaitu pembacaan dan penulisan

yang kemudian dibagi lagi ke dalam langkah-langkah yang lebih

kecil. Kedua langkah pokok itu merupakan pertimbangan utama

dalam penerjemahan puisi meskipun prosedur yang dilakukan

mungkin saja berbeda antara penerjemah yang satu dengan

yang lainnya.

Hariyanto (2002) juga mengusulkan teknik penerjemahan

yang digunakan Robert Bly dengan menggunakan puisi Berjaga

Padamukah Lampu-Lampu Ini, Cintaku karya Gunawan Muhamad

untuk menggambarkan teknik itu. Di tahap pertama, penerjemah

9

Page 10: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

menerjemahkan puisi secara literal tanpa perlu khawatir

sekalipun hasilnya “jelek dan membosankan”. Kemudian, dengan

menggunakan pengetahuannya tentang sastra secara umum dan

puisi secara khusus, penerjemah menggali makna puisi asli yang

sebenarnya. Pada tahap ini mungkin membutuhkan bantuan dari

orang lain, terutama penutur asli BSu untuk menangkap makna

yang ingin disampaikan penyair. Makna yang dirumuskan dalam

tahap kedua ini kemudian dibandingkan dengan makna yang ada

pada versi literal. Pada tahap ketiga ini penerjemah memperbaiki

dan menulis ulang bagian-bagian versi literal yang maknanya

menyimpang dan sekaligus mengupayakan agar makna tersebut

terungkap dengan baik dalam konstruksi BSa.

Meskipun sudah bagus dalam segi makna, kemungkinan

besar teks yang diperoleh pada tahap ketiga ini masih kaku. Oleh

sebab itu, tugas selanjutnya yang harus dilakukan penerjemah

adalah ‘menyegarkan’ versi yang kaku tersebut agar terasa

alami bagi penutur BSa. Hal ini dicapai dengan menyesuaikan

ragam bahasa TSa dengan TSu. Bila bahasa Tsu bersifat formal,

maka bahasa TSa juga harus formal, dan bila bahasa puisi asli

bersifat informal, maka bahasa puisi terjemahan juga harus

informal.

Pada tahap kelima, penerjemah ‘mengoptimalkan

kupingnya’ untuk menyimak perasaan-perasaan yang

10

Page 11: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

diungkapkan puisi asli melalui bunyi. Dengan kata lain,

penerjemah harus berupaya merealisasikan suasana (mood)

puisi tersebut. Jika suasana puisi asli menyenangkan, suasana

puisi terjemahan juga harus menyenangkan. Pada tahap inilah si

penerjemah membutuhkan kemampuan seorang penyair dalam

hal mengungkapkan suasana melalui bunyi-bunyi bahasa puitis.

Pada tahap berikutnya, penerjemah perlu memperhatikan

musik—irama puisi asli harus dipertahankan dalam puisi

terjemahan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghafal puisi asli

dan kemudian dilafalkan pada diri sendiri serta orang lain.

Setelah itu, penerjemah perlu menanyakan pada seorang

penutur asli yang memahami unsur-unsur sastra dalam puisi asli

untuk memperbaiki hal-hal yang mungkin belum sesuai. Sebagai

tahap akhir, penerjemah perlu mempelajari puisi terjemahan itu

berulang-ulang agar dapat diapresiasi dalam BSa.

Kriteria Puisi Terjemahan yang Berhasil

Keberhasilan penerjemahan puisi hingga saat ini masih

menjadi kontroversi. Penyair Amerika kenamaan, Robert Frost

(dalam Dudek, 2003), misalnya pernah menyatakan bahwa puisi

‘tersesat dalam penerjemahan’. Oleh karena itu, tidak ada

penerjemahan puisi yang berhasil. Meskipun demikian, dalam

(Referencsics.com) berbagai ahli berpendapat bahwa

penerjemahan puisi bisa berhasil asal memenuhi dua kriteria,

11

Page 12: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

yakni fidelity (penerjemahan memindahkan makna TSu secara

akurat ke TSa) dan transparency (hasil terjemahan terlihat alami

dalam BSa). Walaupun pengertian kedua kriteria itu masih

kontroversial, secara umum, puisi terjemahan yang memenuhi

keduanya merupakan puisi yang dapat menyampaikan makna

puisi asli. Oleh karena itu, sebuah puisi terjemahan itu adalah

puisi dalam pengertian yang sebenarnya. Dengan kata lain,

sebuah puisi terjemahan yang baik mampu menyampaikan

pesan, unsur-unsur emosi, dan nilai-nilai estetik puisi asli serta

sekaligus merupakan puisi yang baik dalam BSa.

Analisis

Dengan menggunakan konsep-konsep penerjemahan

puisi di atas sebagai landasan, berikut ini adalah

perbandingan hasil analisis antara tiga puisi Taufiq Ismail, Pantun

Terang Bulan di Midwest, Adakah Suara Cemara dan Bulan dengan

terjemahannya dalam bahasa Inggris, yang diberi judul: Full Moon in the

Midwest, Is it the Sound of Pines dan The Moon. Analisis dilaksanakan

dengan menggunakan meode gabungan (eklektik) antara berbagai

konsep analisis puisi yang diuraikan oleh Barnet (1993), Guchess (1980),

Hirsch (1999) dan Tylor (1981). Untuk mempermudah pembahasan,

analisis dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, analisis

difokuskan pada perbandingan makna antara setiap puisi asli dan

12

Page 13: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

terjemahannya masing-masing. Setelah itu, analisis berpindah pada

perbandingan nilai-nilai estetis (diksi, metafora, imageri, dan bahasa

figuratif). Pada tahap ketiga, analisis dilanjutkan pada struktur dan nilai-

nilai ekspresif.

Perbandingan Makna

Pantun Terang Bulan di Midwest pada hakikatnya merupakan

sebuah puisi deskriptif yang mengungkapkan ketakjuban penyair terhadap

keindahan alam Midwest, Amerika. Sewaktu membaca puisi ini pembaca

seolah-olah dihadapkan pada sebuah lukisan pemandangan alam yang

memukau. Kemanapun mata memandang, yang terlihat adalah pesona

alam yang sedang ditaburi cahaya rembulan. Puisi diawali dengan

gambaran bulan purnama dengan sinar yang agak merah. Diterangi sinar

bulan, Sungai Mississippi terlihat dengan jelas, termasuk lebar dan airnya

yang keruh. Ketika mengalihkan pandangan, terlihat hamparan ladang

jagung, rawa-rawa, bukit, asap, danau, burung belibis, dan lereng bukit

yang dipenuhi phon pina. Pemandangan alam yang indah itu diiringi oleh

musik alam yang dihasilkan oleh gemuruh awan, dengungan serangga,

dan hembusan angin yang akhirnya berubah menjadi gerimis.

Sama dengan Pantun Terang Bulan di Midwest (sebagai TSu), Full

Moon in the Midwest (sebagai TSa), juga menggambarkan alam Midwest

yang sangat mempesona. Dilihat dari detail makna yang diungkapkan,

kedua puisi ini tidak memiliki perbedaan. Dengan kata lain, McGlynn

13

Page 14: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

berhasil secara setia (faithful) menerjemahkan makna dalam Pantun

Terang Bulan di Midwest ke dalam Full Moon in the Midwest.

Berbeda dengan Pantun Terang Bulan di Midwest yang lebih

menekankan gambaran visual, Adakah Suara Cemara lebih menekankan

keindahan “musik alam”. Dilihat dari diksi “cemara” dan “lautan ladang

jagung” yang digunakan, jelaslah bahwa puisi ini juga mengungkapkan

ketakjuban penyair terhadap keindahan alam Amerika. Jika Pantun

Terang Bulan di Midwest menjelma menjadi lukisan yang indah, Adakah

Suara Cemara terdengar sebagai orkestra alam yang menakjubkan. Musik

dalam puisi ini diawali dengan desingan suara cemara yang diiringi oleh

suara daun-daun yang terlepas. Musik itu kemudian digemakan oleh bukit-

bukit dan diteruskan secara bergelombang oleh ladang jagung.

Dilihat dari detil makna yang terungkap, Adakah Suara Cemara tidak

berbeda dengan Is it the Sound of Pines. Keduanya muncul sebagai

orkestra alam yang sama dalam dua bahasa yang berbeda. Jadi, dapat

dikatakan bahwa McGlynn berhasil secara setia menerjemahkan makna

dalam Adakah Suara Cemara ke dalam Is it the Sound of Pines.

Seperti Pantun Terang Bulan di Midwest dan Adakah Suara Cemara,

Bulan merupakan puisi yang mengungkapkan keindahan alam. Namun

berbeda dengan Pantun Terang Bulan di Midwest yang menekankan

gambaran visual dan Adakah Suara Cemara yang terfokus pada

keindahan “musik alam”, Bulan mengungkapkan keindahan melalui

gerakan-gerakan yang membentuk tarian. Puisi ini dimulai dengan

14

Page 15: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

memberlihatkan bagaimana bulan “tersangkut” di “rimba musim gugur”.

Penyair kemudian memperlihatkan gerakan sungai yang mengalir dan

daun-daun yang bertaburan dan kemudian hanyut di sungai. Setelah itu,

muncullah ayunan pohon-pohon jagung dan putaran baling-baling.

Sebelum mengulangi gambaran gerakan bulan yang tersangkut di rimba,

penyair memperlihatkan gerakan ekor lembu yang dikibas-kibaskan dan

gerakan jerami yang terlpelanting.

Setelah menelusuri detil makna yang dalam Bulan dan

terjemahannya, The Moon, terlihat bahwa keduanya sama-sama

mengungkapkan “tarian” alam yang identik. Urutan detail isi yang

disampaikan kedua puisi ini juga serupa. Jadi, dapat dikatakan bahwa

McGlynn berhasil menerjemahkan makna Bulan ke dalam The Moon

tanpa penyimpangan.

Perbandingan Nilai-Nilai Estetis

Sebagai sebuah puisi deskriptif yang melukiskan keindahan

pemandangan alam, Pantun Terang Bulan di Midwest banyak

menggunakan imageri visual yang merangsang indera penglihatan

pembaca. Kebanyakan dari baris-baris dalam kelima bait puisi ini

menggunakan kata-kata yang menstimulir indera penglihatan, seperti:

“Bersinar agak merah”, “Lebar dan keruh”, “Ladang-ladang jagung”, dan

“Biru abu-abu”. Dalam Full Moon in the Midwest, imageri ini diterjemahkan

dengan tepat menjadi “Sheds rosy light”, “Wide and muddy”, “Fields of

15

Page 16: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

corn”, dan “grayish blue.” Jadi, ditinjau dari segi penggunaan imageri, Full

Moon in the Midwest merupakan terjemahan yang baik dari Pantun

Terang Bulan di Midwest.

Berbeda dengan Pantun Terang Bulan di Midwest yang didominasi

oleh imageri visual, Adakah Suara Cemara, menggunakan banyak imageri

auditorial. Hal ini sangat tepat mengingat tujuan penulisan puisi ini

sebagai puisi tentang keindahan “musik” alam, Baris-baris dalam ketiga

bait puisi ini menggunakan kata-kata yang menstimulir indera

pendengaran, seperti: “suara”, “mendesing”, “menderu”, dan “menyeru”.

Dalam Is it the Sound of Pines, imageri ini diterjemahkan dengan tepat

menjadi “sound”, “hiss”, “roar”, dan “knell”. Oleh karena itu, ditinjau dari

segi penggunaan imageri, Is it the Sound of Pines merupakan terjemahan

yang baik dari Adakah Suara Cemara.

Sebagai puisi yang mengungkapkan keindahan gerakan-gerakan

atau “tarian” alam, Bulan banyak menggunakan imageri kinestetik. Baris-

baris dalam kelima bait puisi ini menggunakan verba yang

memperlihatkan gerakan, seperti: “tersangkut”, “mengangkut”,

“mendesing”, berpusing” “mengibas-ngibaskan”, dan “terpelanting”. Dalam

versi terjemahannya, The Moon, imageri ini diterjemahkan dengan tepat

menjadi “snared”, “shoulder”, “buzzling”, “twirl” dan “swish”. Yang kurang

memadai hanyalah penerjemahan “terpelanting” menjadi “broken”.

Bulan dan The Moon juga sama-sama menggunakan beberapa

personifikasi untuk meningkatkan kesan “lively” kedua puisi tersebut.

16

Page 17: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

Dalam Bulan, terdapat personifikasi “Sungai pun lelah” serta “Dan

mengangkut”, yang dalam The Moon diterjemahkan menjadi “The weary

river” dan “Shoulders”. Penggunaan “Shoulders”, yang menyatakan bahwa

sungai “memundak” daun-daun yang bertaburan dalam konteks ini bahkan

berhasil mempertegas fungsinya sebagai personifikasi. Sehubungan

dengan itu, ditinjau dari segi penggunaan imageri dan personifikasi, The

Moon merupakan terjemahan yang relatif baik dari Bulan.

Perbandingan Struktur dan Nilai-Nilai Ekspresif

Pantun Terang Bulan di Midwest memiliki struktur yang sangat rapi.

Puisi ini ditulis dalam lima bait, dan setiap bait terdiri dari empat baris

dengan rima akhir (end-rhyme) yang ketat, yaitu: a-b-a-b. Pola tekanan

kata (meter) seluruh baris dalam setiap bait juga relatif baik. Sebagai

contoh, baris pertama dan ketiga bait kedua sama-sama mengandung

enam suku kata, sedangkan baris kedua dan keempat sama-sama

mengandung lima suku kata. Struktur, rima, dan ‘meter’ ini membuat puisi

ini indah didengar. Jika dibaca bersuara, puisi ini terdengar seperti pantun,

jadi sangat sesuai dengan judul yang diberikan padanya.

Sama dengan Pantun Terang Bulan di Midwest, Full Moon in the

Midwest memiliki struktur yang rapi—ditulis dalam lima bait dan masing-

masing bait terdiri dari empat baris. Akan tetapi kesamaan dalam hal

struktur ini tidak diikuti oleh kesamaan dalam hal ‘meter’ dan rima.

Sebagai contoh, keempat baris pada bait pertama menggunakan rima

17

Page 18: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

akhir yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dilihat dari segi struktur dan

nilai-nilai ekspresif, Full Moon in the Midwest tidak sepadan dengan puisi

aslinya.

Struktur Adakah Suara Cemara dibentuk cukup rapi. Puisi yang

ditulis dalam tiga bait ini memiliki jumlah baris yang sama—empat baris—

di setiap bait. Rima akhir (end-rhyme) setiap baik tidak begitu ketat. Bait

pertama berpola a-b-c-c; bait kedua berpola a-a-b-b; sedangkan bait

ketiga berpola a-b-c-b; Variasi rima akhir ini mungkin dimaksudkan untuk

mencegah kemonotonan bunyi. Selain itu, agar pembaca dapat segera

akrab, penyair menggunakan pengulangan, yakni menggunakan seluruh

baris pertama dan kedua bait pertama sebagai baris pertama dan kedua

bait ketiga. Fungsi pengulangan ini dapat dibandingkan dengan fungsi

penggunaan “refrain” dalam lagu.

Is it the Sound of Pines juga terdiri dari tiga bait, dan masing-masing

bait terdiri dari empat baris. Seperti halnya Adakah Suara Cemara, pola

rima akhir Is it the Sound of Pines tidak begitu ketat. Pengulangan baris

pertama dan kedua bait pertama di bait ketiga juga dilakukan oleh

McGlynn. Sehubungan dengan itu, dapat dikatakan bahwa Is it the Sound

of Pines merupakan terjemahaan yang sepadan dengan teks aslinya.

Dilihat dari segi struktur, Bulan dan terjemahannya, The Moon tidak

berbeda. Keduanya sama-sama memiliki lima bait. Bait pertama dan

kedua masing-masing puisi ini dibentuk oleh tiga baris, dan bait ketiga

hingga kelima kedua puisi ini juga sama, yakni empat baris. Kedua puisi

18

Page 19: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

ini juga sama-sama menggunakan baris-baris yang pendek, berkisar

antara tiga hingga delapan suku kata. Dengan demikian, dilihat dari

struktur dan nilai-nilai ekspresif, The Moon merupakan hasil terjemahan

yang sepadan dengan Bulan.

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan analisis di atas, terungkap bahwa dari segi makna,

nilai-nilai estetis, dan struktur, Full Moon in the Midwest, Is it the

Sound of Pines dan The Moon merupakan hasil terjemahan yang

setia (“faithful translation”) dari Pantun Terang Bulan di Midwest,

Adakah Suara Cemara, dan Bulan. Masing-masing TSa itu berhasil

mempertahankan makna TSu masing-masing. Dengan kata lain,

penerjemahan ketiga puisi tersebut dapat memenuhi persyaratan

fidelity.

b. Dilihat dari segi nilai-nilai ekspresif (khususnya aspek ‘meter’

dan rima) penerjemahan ketiga puisi tersebut tidak begitu setia,

karena TSu dan TSa memiliki beberapa perbedaan. Pada dasarnya

hal ini dapat diterima mengingat bahwa bahasa Indonesia (sebagai

BSu) memiliki perbedaan yang sangat besar dalam hal pelafalan

(pronounciation) dengan bahasa Inggris (sebagai BSa). Akibatnya,

‘meter’ dan rima BSu tidak mungkin dipaksakan ke dalam BSa tanpa

merusak kealamian (naturalitas) TSa bagi pembaca target (penutur

19

Page 20: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

asli bahasa Inggris). Karena ketiga TSa muncul sebagai puisi yang

alami bagi penutur asli bahasa Inggris, dapat dikatakan bahwa

penerjemahan itu mampu memenuhi kriteria transparency.

2. Saran

a. Karena analisis ini hanya menggunakan tiga pasang puisi asli dan

terjemahannya, untuk memperoleh kesimpulan yang lebih valid,

analisis terhadap lebih banyak pasangan puisi asli dan

terjemahannya sangat disarankan.

b. Melihat keberhasilan penerjemahan ketiga puisi Taufik Ismail

tersebut ke dalam bahasa Inggris oleh John H. McGlynn, dapat

dipastikan bahwa penerjemah menggunakan prosedur dan metode

yang baik untuk menerjemahkan puisi bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Inggris. Selain itu, McGlynn pasti memiliki kompetensi yang

dibutuhkan untuk menjadi penerjemah puisi yang baik. Oleh karena

itu, penelitian terhadap prosedur dan metode yang digunakan

McGlynn dan kompetensi yang dimilikinya sangat direkomendasikan.

Daftar Pustaka

Adewuni, Salawu. 2006 “Narrowing the Gap between Theory and Practice of Translation”, Diunduh pada tanggal 10 Desember 2008 dari: http://accurapid.com/ journal/36yoruba.htm.

Baker, Mona (ed.). 2005. Routledge Encyclopedia of Translation Studies. New York: Routledge.

20

Page 21: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

Barnet, Sylvan. 1993. An Introduction to Literature. New York: Harper Collins College Publishers.

Bassnett-McGuire. 1980. Translation Studies. NY: Mathuen & Co. Ltd.

Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. London: Longman.

Berman D. & Epstein M. D. (1983). The Health Guide to Poetry. Massachusetts: D.C. Heath and Company.

Dastjerdi, Hossein Vahid. (2004). “Translation of Poetry: Sa`di’s Oneness of Mankind Revisited.” Diunduh pada tanggal 16 Mei 2009 dari: http://accurapid.com/journal/30liter.htm

Dudek, S. (2003). “Can Translated Poetry matter?”. Diunduh pada tanggal 8 Oktober 2008 dari: http://www.poetryinternational.org

Guches, Richard C. 1980. Sequel: A Handbook for the Critical Analysis for Literature. Palo Alto: Peek Publications.

Hariyanto, Sugeng. 2002. “Steps in Translating Poetry”. Diunduh pada tanggal 8 Oktober 2008 dari: www.TranslationDirectory.com

Hirsch, Edward. 1999. How to Read a Poem and Fall in Love with Poetry. New York: Harcourt Brace.

Kessler, S. 2000. “Forgery & Possession: The Poet as Translator.” Diunduh pada tanggal 2 Juni 2009 dari: http://www.poetryflash.org /archive.286.kessler.htm

Lazim, Hashim G. 2000. “Poetry Translation”. Diunduh pada tanggal 2 Juni 2009 dari: www.TranslationDirectory.com

McGlynn, John H. (Ed. & Transl.). 1990. On Foreign Shores: American Images in Indonesian Poetry. Jakarta: The Lontar Foundation.

Microsoft® Encarta® Online Encyclopedia 2005. (2005). “Poetry.” Diunduh pada tanggal 2 Mei 2009 dari: http://encarta.msn.com

Munday, Jeremy. 2001. Introducing Translation Strategies: Theories and Practice. London: Routledge.

Newmark, Peter. 1988a. A Textbook of Translation. New York: Prentice Hall.

_____. 1988b. Approaches to Translation. Oxford: Pergamon Press.

21

Page 22: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

_____. 1991. About Translation. Clevedon: Multilingual Matters Ltd.

Perrine, L. (1973). Sound and Sense. New York: Harcount Brace Jovanovich INC.

Referensic.com. (n.d). “Translation Resources Diunduh pada tanggal 10 April 2009 dari: http://www.referensics.com/T/translation.php

Rosi, Mauro. 2005. “UNESCO's Programmes in Favour of Literary Translation: History and Perspectives”. UNESCO, (Diunduh pada tanggal 6 Desember 2008 dari: http://portal.unesco.org/ en/ev.php

Taylor, Richard. 1981. Understanding the Elements of Literature. New York: Prentice Hall Inc.

Jakarta, 29 Agustus 2009

Lampiran 1

Pantun Terang Bulan di Midwest

Sebuah bulan sempurna

Bersinar agak merah

Lingkarannya di sana

Awan menggaris bawah

Full Moon in the Midwest

A perfect moon

Sheds rosy light

An aureole around it

An underline of clouds

22

Page 23: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

Sungai Mississippi

Lebar dan keruh

Bunyi-bunyi sepi

Awan gemuruh

Ladang-ladang jagung

Rawa-rawa dukana

Serangga mendengung

Sampaikah suara

Cuaca musim gugur

Bukit membisu

Asap yang hancur

Biru abu-abu

Danau yang di sana

Seribu burung belibis

Lereng pohon pina

Angin pun gerimis

(Taufiq Ismail)

The Mississippi

Wide and muddy

Sounds of solence

Roll like thunder

Fields of corn

Sensual swamps

Insects buzzing

Do you hear the sound?

In the autum air

Hills lie mute

Smoke transforms

To grayish blue

On the lake beyond

A thousand ducks

The hillside pines

Even the wind is wet

(Translator: John H. McGlynn)

Adakah Suara Cemara

buat Ati

Adakah suara cemara

Mendesing menderu padamu

Adakah melintas sepintas

Gemersik dedaunan lepas

Is it the Sound of Pines

for Ati

Is it the sound of the pines

That hiss and roar at you

Is it the fleeting passage

Of rustling leaves

23

Page 24: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

Deretan bukit-bukit biru

Menyeru lagu itu

Gugusan mega

Ialah hiasan kencana

Adakah suara cemara

Mendesing menderu padamu

Adakah lautan ladang jagung

Mengombakkan suara itu

(Taufiq Ismail)

A line of blue hills

Knell the song

A cluster of cloud

Is the bracelet’s jewel

Is it the sound of the pines

That hiss and roar at you

Is it the sea of corn fields

Throwing up waves of sound

(Translator: John H. McGlynn)

Bulan

Bulan pun merah

Dan tersangkut

Pada rimba musim gugur

The Moon

The blushing moon

Is snared

By the autumn woods

The weary river

24

Page 25: Penerjemahan Tiga Puisi Taufik Ismail--Mklh Teori Terjemahan

Sungai pun lelah

Dan mengangkut

Daun-daun bertabur

Padang-padang jagung

Serangga mendesing

Baling-baling

Berpusing

Lembu mengibas-ngibaskan

Ekornya

Jerami

Terpelanting

Bulan merah

Tersangkut

Ke bawah rimba

Musim gugur.

(Taufiq Ismail)

Shoulders

A dappling of leaves

Fields of corn

Insects buzzling

Whirligigs twirl

In midair

Cows swish their tails

Straw lies

Broken

On the ground

The blushing moon

Is snared

Beneath the woods

Of autumn.

(Translator: John H. McGlynn)

25