13
ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN A. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN Definisi Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses memikirkan, mengelola, dan memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih di antara berbagai alternative tindakan yang berdampak pada masa depan. Proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang berurutan, yaitu : 1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang Langkah ini dapat berupa suatu respons terhadap suatu kejadian yang problematic, sutau ancaman atau suatu peluang. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan dan operasi. Sekali suatu masalah atau peluang telah ditentukan sebagai pokok perhatian, maka masalah tersebut harus didefiniskan dengan hati- hati. 2. Pencarian atas tindakan alternative dan kuantifikasi atas konsekuensinya

Pengambilan Keputusan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses memikirkan, mengelola, dan memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih di antara berbagai alternative tindakan yang berdampak pada masa depan.

Citation preview

Page 1: Pengambilan Keputusan

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN

PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

A. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Definisi

Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses memikirkan, mengelola, dan

memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai

proses memilih di antara berbagai alternative tindakan yang berdampak pada masa depan. Proses

pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang berurutan, yaitu :

1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang

Langkah ini dapat berupa suatu respons terhadap suatu kejadian yang problematic,

sutau ancaman atau suatu peluang.

Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil

keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan dan operasi. Sekali

suatu masalah atau peluang telah ditentukan sebagai pokok perhatian, maka masalah

tersebut harus didefiniskan dengan hati-hati.

2. Pencarian atas tindakan alternative dan kuantifikasi atas konsekuensinya

Ketika definisi atas suatu masalah atau peluang telah selesai, pencarian tindakan

alternative dan kuantifikasi atas konsekuensinya dimulai. Dalam tahap ini, sebanyak

mungkin alternative yang praktis didentifikasikan dan dievaluasi. Fitur-fitur yang

dapat dikuantifikasikan akan berupa estimasi keuangan atas biaya dan manfaat yang

berkaitan dengan setiap alternative. Alternative-alternatif tersebut akan dievaluasi

dalam hal kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang ditetapkan

sebelumnya.

3. Pemilihan alternative yang optimal atau memuaskan

Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu

dari beberapa alternative.

Page 2: Pengambilan Keputusan

4. Penerapan dan tindak lanjut

Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi dari

penerapannya. Situasi yang ideal akan terwujud jika sumber kekuatan itu dikuasai

oleh pendukung dari keputusan yang diambil

Motif Kesadaran

Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan

sumber dari proses berpikir. Terdapat 2 faktor dari motf kesadaran, yaitu: 1) keinginan akan

kestabilan atau kepastian serta 2) keinginan akan kompleksitas dan keragaman.

Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan. Hal

ini akan memenuhi keinginan individu untuk membangun bagian-bagian konsep yang sesuai satu

sama lain secara konsisten. Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan

eksplorasi serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari

ingatan atau lingkungan, kemudian meyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Dua

factor penting dari pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan predikisnya.

Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat

prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :

a. Model keputusan yang deprogram secara sederhana

b. Mode keputusan yang tidak deprogram secara sederhana

c. Model keputusan yang deprogram secara kompleks

d. Model keputusan yang tidak deprogram secara kompleks

Jenis-jenis dari Model Proses

1. Model Ekonomi

Model ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia adalah

rasional sempurna dan bahwa dalam sutau organisasi terdapat konsistensi antara

beragam motif dan tujuan.

2. Model Sosial

Model ini adalah kebalikan yang ekstrim dari model ekonomi. Model ini

mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah irasional dan keputusan yang

dihasilkan terutama didasarkan pada interaksi social.

Page 3: Pengambilan Keputusan

3. Model Kepuasan Simon

Model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada konsep Simon

tentang manusia administrative yang memandang manusia sebagai makhluk yang

rasional karena mereka mempunyai kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi,

membuat pilihan dan belajar. Akan tetapi, ada batasan dari rasionalitas mereka.

CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

Rasioanal Terbatas

Aspek yang menarik dari konsep rasional terbatas adalah membuat urutan pertimbangan

beberapa alternative. Pengurutan alternative tersebut sangat penting dalam menentukan

alternative yang dipilih. Akan tetapi, tidak demikian dengan kasus yang solusinya dianggap

cukup memuaskan. Dengan asumsi bahwa suatu masalah mempunyai lebih dari satu solusi

potensial, pilihan yang cukup memuaskan akan menjadi pilihan pertama yang dapat diterima

dengan baik oleh pengambil keputusan.

Intuisi

Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang diciptakan dari

pengalaman tersaring. Intuisi ini tidak harus berjalan secara independen dari analisis. Lebih

tepatnya, keduanya saling melengkapi.

Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih

tinggi dibandingkan dengan masalah-masalah yang penting. Peryataan ini didasarkan setidaknya

pada dua alasan. Pertama, mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak (visible).

Kedua, peril diingat bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap pengambilan

keputusan dala organisasi.

Membuat Pilihan

Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keoutusan

mengandalkan heuristic atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua

kategori heuristik, yaitu ketersediaan dan keterwakilan.

Perbedaan Individual : Gaya Pengambilan Keputusan

Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan

individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan.

Page 4: Pengambilan Keputusan

Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas

dan mencari rasionalitas. Tipe analitis memiliki toleransi jauh lebih besar terhadap ambiguitas

dibandingkan dengan tipe direktif. Tipe dengan gaya konseptual cenderung menjadi sangat luas

dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternative. Kategori yang terakhir

gaya perilaku yang dicirkan oleh pengambil keputusan yang dapat bekerja baik dengan pihak

lain.

Keterbatasan Organisasi

Organisasi itu sendiri merupakan pengahambat bagi para pengambil keputusan.

ASUMSI KEPERILAKUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ORGANISASI

1. Perusahaan sebagai Unit Pengambilan Keputusan

Suatu perusahaan dapat dianggap sebagai suatu unit pengambilan keputusan yang serupa

dalam banyak hal dengan seorang individu. Cybert dan March menggambarkan empat konsep

dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis.

a. Resolusi Semu dari Konflik

Suatu organisasi adalah koalisi dari individu-individu dengan tujuan yang berbeda

yang sering kali menimbulkan konflik. Karena pengambilan keputusan melibatkan

pemilihan atas satu alternative yang sesuai dengan tujuan dan harapan scara

keseluruhan, maka diperlukan suatu prosedur untuk menyelesaikan konflik tujuan.

b. Menghindari Ketidakpastian

Ketika mengambil keputusan, organisasi secara terus-menerus akan dihantui oleh

ketidakpastian dalam lingkungan internal maupun eksternalnya. Solusi yang

ditawarkan sebagian besar bersifat kuantitatif dan melibatkan prosedur pengambilan

keputusan secara statistic.

Schiff dan Lewin (1974) menambahkan kelonggaran (slack) organisasi kea lat-alat

yang digunakan untuk menghindari ketidakpastian.

c. Pencarian Masalah

Cybert dan March mengembangkan satu teori pencarian organisasional untuk

melengkapi konsep-konsep pengambilan keputusan. Mereka menggunakan istilah

“pencarian masalah”. Pencarian organisasional mempunyai empat karakteistik :

Page 5: Pengambilan Keputusan

pertama, pencarian tersebut dimotivasi oleh adanya masalah atau peluang. Kedua,

pencarian tersebut bersifat sederhana. Ketiga, setiap pencarian bersifat bias. Keempat,

pencarian tersebut dapat dirusak oleh bias komunikasi.

d. Pembelajaran Organiasai

Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajran seperti individu, organisasi

memperlihatkan perilaku adaptif dari karyawannya.

2. Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasional

Penting untuk diingat bahwa manusia dan bukannya organiasai yang mengenali dan

mendefinisikan masalah atau peluang dan yang mencari tindakan alternative. Manusialah yang

memilih kroteria pengambilan keputusan, memilih alternative yang optimal, dan menerapkannya.

Lingkungan organisasi di mana manusia digunakan bergantung pada jenis dari masalah

pengambilan keputusan atau peluang yang dihadapi.

3. Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambil Keputusan

Batasan pengambilan keputusan secara rasional bervariasi menurut :

a. Lingkup pengetahuan yang tersedia dalam kaitannya dengan seluruh alternative yang

mungkin dan konsekuensinya.

b. Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satupun gaya kognitif yang

unggul karena dalam situasi masalah tertentu.

c. Struktur nilai mereka yang berubah

d. Tendensi yang lebih cenderung untuk memuaskan daripada untuk melakukan

optimalisasi.

4. Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecah Masalah

Dalam situasi pengambilan keputusan, komite semacam ini menawarkan keunggulan dari

keragaman dalam pengalaman, pengetahuan, dan keahlian serta luasnya ide dan dukungan yang

menguntungkan. Kemampuan kelompok untuk menganalisis masalah, mendefinisikan dan

menilai alternative secara kritis serta untuk mencapai keputusan yang valid dapat diperlemah

oleh dua fenomena yaitu :

a. Fenomena Pemikiran Kelompok

Pemikiran kelompok menggambarkan situasi di mana tekanan untuk mematuhi

mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresentasikan idea tau

pandangan yang tidak popular. Hal ini mencegah kelompok tersebut sehingga tidak

Page 6: Pengambilan Keputusan

dapat dengan objektif menilai pandangan yang tidak biasa atau minoritas. Gejala dari

fenomena tersebut adalah :

- Anggota-anggota kelompok merasionalisasikan setiap resistensi terhadap asumsi

yang telah mereka buat.

- Para anggota menerapkan tekanan langsung kpeada mereka yang untuk sekejap

menyatakan keraguan terhadap pandangan bersama kelompok tersebut atau yang

mempertanyakan validitas dari argument yang mndukung alternative yang dipilih

oleh mayoritas.

- Para anggota yang memiliki keraguan atau pandangan yang berbeda berusaha

untuk menghindari penyimpangan terhadap apa yang tampaknya menjadi

consensus kelompok dengan cara tinggal diam terhadap kekhawatiran tersebut

dan bahkan meminimalkan pentingya keraguan mereka.

- Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.

b. Fenomena Pergeseran yang Berisiko

Fenomena ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternative yang lebih

agresif dan berisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh individu-

individu jika mereka bertindak sendirian. J.P Campbell (1970) menjelaskan fenomena

: “Kehati-hatian yang dirasakan oleh para anggota secara pribadi, mungkin tidak

dokomunikasikan dalam situasi kelompok dan di sana muncul kesan bahwa partisipan

yang lain mengarah pada peningkatan dan bukannya pada penajaman perbedaan

antar-anggota”.

5. Pengambilan Keputusan dengan Konsensus versus Atura Mayoritas

Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972)

sebagai “kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan”. Dalam kebanyakan

situasi consensus hanya dapat dicapai setelah pertimbangan yang matang serta evaluasi yang

kritis atas plus dan minusnya. Pengambilan keputusan dengan consensus membutuhkan lebih

banyak waktu dibandingkan dengan pengambilan keoutusan aturan mayoritas. Oleh karena itu,

consensus adalah kurang sesuai untuk diterapkan jika waktu adalah kritis.

Page 7: Pengambilan Keputusan

6. Kontroversi yang disebabkan oleh Hubungan Atasan dan Bawahan

Ketika kelompok pengambil keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi tidak

dapat dihindarkan. Menurut Vroom dan Yetton(1973) atasan sebagai pimpinan memiliki pilihan-

pilihan seperilakuan sebagai berikut :

a. Menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan

informasi yang tersedia saat itu.

b. Memperoleh informasi yang diperlukan dari bawahan, kemudian menggunakannya untuk

memutuskan suatu solusi.

c. Menceritakan masalah tersebut dengan bawahan yang relevan secara pribadi

d. Menceritakan masalah tersebut kepada bawahan sebagai suatu kelompok, memperoleh

ide-ide dan saran mereka

e. Menceritakan masalah tersebut kepada bawahan sebagai suatu kelompok mendiskusikan

kelebihandan kekurangan yang ada.

Masing-masing pilihan keperilakuan dapat mengarah pada keputusan yang ,e,uaskan,

tetapi riset yang menguji validitasnya menemukan bahwa metode partisipasi unggul ketika

kualitas dari keputusan tersebut penting dan penerimaan serta implementasi yang dipaksakan

bersifat meragukan.

7. Pengaruh Dasar Kekuasaan

Dalam situasi pengambilan keputusan, seseorang mampu memengaruhi hasil keputusan

karena wewenang atau kekuasaan yang diberikan oleh organisasi.

Elemen kekuasaan yang paling sering disebutkan adalah kekuasaan posisi, kekuasaan

keahlian, kekuasaan sumber daya atau kekuasaan politik. Seseorang dapat memiliki lebih dari

satu elemen kekuasaan dan menggunakannya pada tingkatan yang berbeda dalam situasi

pengambilan keputusan tertentu.

a) Kekuasaan posisi ada ketika pengaruh seseorang itu merupakan hasil dari posisi

orang tersebut dalam organisasi, wewenang yang diberikan, serta tugas, tanggung

jawab dan fungsi yang terkandung di dalamnya.

b) Kekuasaan keahlian memengaruhi keputusan ketika hasil dari keputusan itu

merupakan hasil dari pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang

diinvestigasi, keterampilan atau keahlian teknik khusus, pengalaman dalam

menangani situasi yang serupa dan penilaian ahli yang didemonstrasikan.

Page 8: Pengambilan Keputusan

c) Kekuasaan sumber daya ada ketika seseorang mengendalikan sumber-sumber daya

organisasi atau sumber-sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan suatu

keputusan dan menggunakannya sebagai alat untuk memengaruhi hasil keputusan.

d) Kekuasaa politik dapat digambarkan sebagai keunggulan kepemimpinan pribadi

seseorang dan keterampilannya dalam membujuk, melakukan negoisasi, membentuk

koalisi dan berbagai strategi politik lainnya.

8. Dampak dari Tekanan Waktu

Salah satu alasan yang sering kali dikemukakan untuk kinerja yang buruk adalah tekanan

waktu. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika seseorang harus berjuang untuk memastikan

bagaimana individu, kelompok, dan organisasi merespons tekanan waktu dan bagaimana hal itu

memengaruhi akurasi dan efisiensi dari keputusan.

Tekanan waktu menyebabkan para anggota kelompok menjadi lebih sering setuju guna

mencapai consensus kelompok; lebih kurang menuntut dan lebih bersifat mendamaikan dalam

situasi tawar-menawar; lebih membatasi partisipasi dalam proses pengambilan keputusan hanya

pada relative sedikit anggota; dan lebih menyukai mayoritas.