Upload
cynthia-oktora-dwiyana
View
92
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penelitian tentang air daun sirih terhadap kolesterol
Citation preview
PENGARUH FRAKSI AIR DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP KADAR
KOLESTEROL DARAH PADA TIKUS HIPERKOLESTEROL DAN
HIPERKOLESTEROL-DIABETES
Oleh : Humaira Fadhilah, S. Farm, Apt
(Dibawah bimbingan Prof. Dr. Helmi Arifin, MS, Apt., Dr. M. Husni Muchtar, MS, DEA, Apt)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh fraksi air daun sirih (Piper betle
L.) menurunkan kolesterol darah pada kelompok tikus hiperkolesterol dan hiperkolesterol-
diabetes. Uji pendahuluan dilakukan pada fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air
daun sirih. Tikus dibuat hiperkolesterol dengan memberikan campuran lemak sapi : kuning
telur puyuh (1:5) dan PTU 0,1%. Sampel uji diberikan secara oral masing-masing dosis 100
mg/kgBB. Perlakuan dilakukan selama 28 hari. Pada uji lanjutan, tikus percobaan dibuat
hiperkolesterol dan kondisi patologi hiperkolesterol-diabetes. Fraksi air diberikan secara oral
dengan dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB selama 14 hari. Serum darah
diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Data (kolesterol total, trigliserida, HDL dan
LDL) dianalisis dengan ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan Duncan Post Hock Test.
Hasil uji pendahulan didapatkan bahwa fraksi air adalah fraksi yang memiliki persentase
penurunan kadar kolesterol total lebih tinggi dari fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat Pada
uji lanjutan, kadar parameter kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antara kelompok
tikus hiperkolesterol dan hiperkolesterol-diabetes berbeda signifikan (p<0,05). Pemberian
fraksi air dosis 100 mg/kgBB pada kelompok hiperkolesterol mempengaruhi kadar kolesterol
total dan LDL. Pada Kelompok hiperkolesterol-diabetes, fraksi air dosis 100 mg/kgBB tidak
mempengaruhi kadar kolesterol total dan LDL. Kondisi patologi diabetes menghambat fraksi
air dalam menurunkan kolesterol total sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis pada
kelompok hiperkolesterol-diabetes.
Kata kunci : Piper betle, hiperkolesterol, diabetes, kolesterol total, trigliserida, HDL, LDL
PENDAHULUAN
Hiperlipidemia merupakan penyebab utama aterosklerosis dan aterosklerosis
berkaitan dengan penyakit jantung koroner (CHD), serebrovaskular iskemia dan penyakit
pembuluh perifer (Goodman&Gilman, 2007). Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit
kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di
negara maju dan berkembang termasuk Indonesia (Depkes, 2006).
Aterosklerosis merupakan penyakit progresif yang dikarakterisasikan dengan
terjadinya penumpukan kolesterol, low density lipoprotein (LDL), dan elemen fibrous pada
arteri besar yang berkontribusi terhadap keparahan penyakit kardiovaskular (Farias, 1996 ;
Jeong, 2005). Meningkatnya kolesterol total dan trigliserida merupakan faktor penyebab
perkembangan penyakit aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Farias, 1996 ; Jeong,
2005 ; Chobanian, 1991).
Contoh ekstrim tingginya kolesterol yang menyebabkan aterosklerosis dijumpai pada
diabetes melitus (Corwin, 2009). Diabetes melitus merupakan sindrom metabolik yang
dikarakterisasikan dengan kehilangan homeostasis glukosa sehingga menyebabkan kerusakan
pada metabolisme glukosa dan sumber energi lainnya seperti lipid dan protein (Scheen,
1997). Gambaran patologik diabetes melitus sebagian besar dapat dihubungkan dengan salah
satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel
tubuh, peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak
abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala
aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam tubuh (Guyton, 1996). Penyakit ini sering
berhubungan dengan meningkatnya parameter resiko kardiovaskular yaitu hipertrigliserida,
hiperkolesterol dan rendahnya high density lipoprotein (HDL) (Kannel, 1985 ; Garber, 2002).
Mekanisme terjadinya penyakit jantung koroner pada diabetes melitus sangat
komplek dan resiko terjadinya aterosklerosis dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
hipertensi, hiperglikemia, kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL (low density
lipoprotein), kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein), kadar trigliserida, merokok,
latihan fisik kurang, jenis kelamin, umur (penuaan), riwayat penyakit keluarga, dan obesitas
(Grundy, 1999).
Penggunaan obat-obat tradisional sudah merupakan salah satu potensi dan kebiasaan
masyarakat Indonesia. Daun sirih (Piper betle L) dipercaya masyarakat dapat
menyembuhkan atau mengurangi kadar kolesterol. Secara empiris tanaman daun sirih
digunakan untuk menurunkan kolesterol, batuk, asma, radang saluran napas (bronkritis), sakit
magh (gastritis), perut kembung, pegal linu, bengkak-bengak, keputihan, lepra, bau badan
dan bau mulut (Dalimarta, 2008 dan Heyne, 1987).
Penelitian sebelumnya telah memperlihatkan efek farmakologi rebusan air daun sirih
pada level 7,5% dalam air minuman ayam petelur berpengaruh dalam penurunan kadar
kolesterol serum darah ayam petelur (Haruman, 2009), pada dosis 300 mg/kgbb berefek
hipolipidemia pada tikus (Saravanan, 2004) dan sebagai anti adipogenik (Gokaraju, 2010).
Aktivitas yang lainnya menunjukkan efek hepatoprotektitif dan antioksidan (Saravanan et al.,
2002 ; Houlihan dan Ho, 1985), antiseptika (Sundari et al., 1992), antibakteri (Fadila, 2010)
dan antikanker (Srisadono, 2008).
Bertolak dari hal tersebut diatas maka penelitian ini akan mengkaji pengaruh fraksi
air daun sirih terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada kondisi patologis diabetes. Uji
efek kadar kolesterol darah dilakukan dengan metode induksi secara endogen (diet lemak
tinggi dan propiltiourasil) sedangkan untuk uji efek diabetes dilakukan dengan metode
induksi dengan zat diabetogenik (Streptozotosin). Dengan demikian diharapkan penelitian
ini dapat mengetahui pengaruh fraksi air sirih hijau terhadap kadar kolesterol darah dalam
kondisi hiperkolesterol dan hiperkolesterol-diabetes pada tikus putih.
METODOLOGI PENELITIAN
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar, umur di
atas 3 bulan, berat badan rata-rata 200 gr dan sebanyak 39 ekor tikus sehat. Hewan diadaptasi
selama 7 hari untuk membiasakan hewan pada kondisi percobaan dan diberi makanan standar
dan minuman yang cukup. Sampel yang digunakan adalah daun sirih (Piper betle L.).
Sampel segar diambil di Kampung Timbalun Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
Daun sirih segar (Piper betle L.) dibersihkan dan dirajang kemudian dimasukkan ke dalam
wadah maserasi. Daun rajangan ini dimaserasi dengan etanol 96% dalam wadah yang
tertutup baik dan terlindung dari cahaya sambil sekali-kali diaduk. Hasil perendaman ini
disaring dan dipindahkan ke dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk terlindung
dari cahaya selama 2 hari kemudian dienaptuangkan. Sari etanol yang jernih ini diuapkan
secara invacuo sehingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental etanol 96% difraksinasi dengan n-heksan
dan air (1:3) dalam corong pisah dan dikocok secukupnya. Setelah itu dibiarkan sampai
terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan n-heksan dan lapisan air. Perlakuan dilakukan sebanyak 3
kali pengulangan sehingga diperoleh fraksi n-heksan. Lapisan air kemudian difraksinasi
dengan etil asetat (3:1) sebanyak 3 kali pengulangan seperti perlakuan diatas sehingga
diperoleh fraksi air dan fraksi etil asetat. Semua fraksi air, etil asetat dan n-heksan diuapkan
secara in vacuo.
Tikus Hiperkolesterol
Makanan lemak tinggi terdiri dari lemak sapi dan kuning telur puyuh (1 : 5), 0,1%
propilltiourasil. Makanan dibuat dengan cara sebagai berikut : panaskan gajih sapi,
campurkan dengan kuning telur puyuh, gerus PTU dalam lumpang. Masukkan PTU ke dalam
campuran lemak sapi dan kuning telur puyuh, aduk sampai homogen. Penginduksi ini dibuat
baru setiap hari dan diberikan selama 21 hari.
Tikus Hiperglikemik
Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 8-16 jam. Tikus didiabeteskan dengan cara
melarutkan streptozotosin dalam larutan NaCl 0,9%. Streptozotosin dosis 35 mg/kgBB
diinduksikan pada tikus dengan intraperitoneal (ip) (Pulok K Mukarjee, 2002). Setelah itu
diberikan minuman glukosa 10% selama 3 hari. Glukosa darah diperiksa pada hari ke 5 pada
tikus diabetes dalam keadaan tidak puasa.
Tahap Tahap Pengujian
Uji Pendahuluan
Tiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus dan diperlakukan seperti terlihat dalam tabel berikut :
Perlakuan dilakukan selama 28 hari kemudian tentukan salah satu fraksi yang memiliki
aktivitas paling tinggi dalam menurunkan kolesterol.
Kel. Perlakuan Dosis
(mg/kgBB)
1 Hiperkolesterol + fraksi n-hexan 100
2 Hiperkolesterol + fraksi etil asetat 100
3 Hiperkolesterol + fraksi air 100
Uji Lanjutan
Hewan uji dikelompokkan menjadi 10 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus.
Pemberian fraksi dilakukan selama 14 hari.
Kel. Perlakuan Dosis
(mg/kgBB)
I. Kontrol negatif -
II. Kontrol positif hiperkolesterol -
III. Hiperkolesterol + fraksi 50
IV. Hiperkolesterol + fraksi 100
V. Hiperkolesterol + fraksi 200
VI. Kontrol positif hiperkolesterol-diabetes -
VII. Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 50
VIII Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 100
IX Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 200
Metode Pengambilan Serum Darah
Tikus mula-mula dibius dengan menggunakan eter, setelah pingsan darah diambil melalui
sinus orbital mata dengan menggunakan pipet kapiler. Darah ditampung pada test tube
sebanyak ±1,5 ml kemudian disentrifus pada putaran 3000 rpm selama 15 menit.
Pengukuran Parameter Kadar
Serum kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL diukur dengan menggunakan metode
enzimatik dengan menggunakan kit (DiaSys®). Untuk mengukur kadar kolesterol LDL
dihitung dengan rumus (Friedewald et al., 1972) :
LDL (mg/dl) = kolesterol total – (trigliserida/5) – HDL
Analisa Data
Data hasil percobaan dianalisa secara statistik menggunakan metode anova satu arah dan
dilanjutkan dengan Duncan Post Hock Test dan kebermaknaan diambil pada tingkat
kepercayaan 95%.
HASIL
Pengaruh Fraksi Daun Sirih Terhadap Kolesterol Total Darah Pada Uji Pendahuluan
Penurunan kadar kolesterol total pada fraksi air daun sirih lebih tinggi dibandingkan
dengan fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat.
Tabel 1. Rerata % Penurunan Kolesterol Total Fraksi Air Daun Sirih
No.
Kelompok Perlakuan
Rerata Kolesterol Total (mg/dl) %
penurunan kolesterol
awal hari 21 (induksi
kolesterol)
hari 49 (induksi kolesterol
+fraksi)
1 n-heksan 100 mg/kg bb 51,202 114,432 75,996 35,371 %
2 etil asetat 100 mg/kg bb 64,843 121,088 77,162 36,276 %
3 Fraksi air 100 mg/kg bb 48,758 108,649 61,030 43,828 %
Pengaruh Pemeriksaan Fraksi Air Daun Sirih Terhadap Parameter Lipid Darah Pada Uji lanjutan
1. Kolesterol Total
Kolesterol total dipengaruhi secara signifikan oleh kelompok perlakuan fraksi air
sirih (p<0,05). Kolesterol total pada kelompok kontrol negatif berbeda signifikan
dengan kelompok kontrol positif hiperkolesterol. Pada kelompok hiperkolesterol-
diabetes, fraksi air dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB menunjukkan penurunan
kolesterol berbeda nyata dengan kontrol positif hiperkolesterol. Dosis 100 mg/kgBB
memperlihatkan penurunan kolesterol total yang hampir mendekati kontrol negatif.
Pada kelompok hiperkolesterol-diabetes, fraksi air dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB
tidak mempengaruhi kolesterol total.
Tabel 2. Pengaruh dan Potensi Fraksi Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Hiperkolesterol dan Hiperkolesterol-Diabetes
Perlakuan Rata-rata
±SE
Kontrol negatif 69,475±0,706c
Kontrol positif hiperkolesterol 137,934±2,859a
Hiperkolesterol + fraksi 50 mg/kgBB 106,778±2,044bc
Hiperkolesterol + fraksi 100 mg/kgBB 93,905±1,933bcde
Hiperkolesterol + fraksi 200 mg/kgBB 117,101±2,665ab
Kontrol positif hiperkolesterol-diabetes 82,951±2,944cde
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 50 mg/kgBB 75,329±11,233de
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 100 mg/kgBB 104,253±3,790bcd
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 200 mg/kgBB 115,853±9,038ab
Keterangan : Data dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan (p<0,05)
2. Trigliserida
Trigliserida dipengaruhi secara signifikan oleh kelompok perlakuan fraksi air sirih
(p<0,05). Trigliserida pada kelompok kontrol negatif berbeda signifikan dengan
kelompok kontrol positif diabetes. Pada kelompok hiperkolesterol, fraksi air dosis
50, 100 dan 200 mg/kgBB tidak mempengaruhi trigliserida secara bermakna. Pada
kelompok hiperkolesterol-diabetes, fraksi air dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB tidak
mempengaruhi trigliserida secara bermakna.
Tabel 3. Pengaruh dan Potensi Fraksi Terhadap Trigliserida Tikus Hiperkolesterol dan Hiperkolesterol-Diabetes
Perlakuan Rata-rata ±SE
Kontrol negatif 54,651±3,841c
Kontrol positif hiperkolesterol 56,507±3,347c
Hiperkolesterol + fraksi 50 mg/kgBB 71,007±6,319bc
Hiperkolesterol + fraksi 100 mg/kgBB 51,229±4,991c
Hiperkolesterol + fraksi 200 mg/kgBB 71,586±15,337bc
Kontrol positif hiperkolesterol-diabetes 177,976±10,373bc
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 50 mg/kgBB
189,553±34,287bc
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 100 mg/kgBB
240,153±13,351b
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 200 mg/kgBB
458,422±79,129a
Keterangan : Data dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan (p<0,05).
3. HDL
HDL dipengaruhi secara signifikan oleh kelompok perlakuan fraksi air sirih
(p<0,05). HDL pada kelompok kontrol negatif berbeda nyata dengan kelompok
kontrol positif hiperkolesterol-diabetes. Pada kelompok hiperkolesterol, fraksi air
pada dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB tidak mempengaruhi HDL secara bermakna.
Pada kelompok hiperkolesterol-diabetes, fraksi air dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB
tidak mempengaruhi HDL secara bermakna.
Keterangan : Data dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan
nilai yang signifikan (p<0,05)
4. LDL
LDL dipengaruhi secara signifikan oleh kelompok perlakuan fraksi air sirih
(p<0,05). LDL pada kelompok kontrol negatif berbeda signifikan dengan kelompok
kontrol positif hiperkolesterol. Pada kelompok hiperkolesterol, fraksi air dosis 50,
100 dan 200 mg/kgBB menunjukkan penurunan LDL yang signifikan. LDL dosis
50, 100 dan 200 mg/kgBB berbeda signifikan dengan kontrol positif hiperkolesterol.
Perlakuan Rata-rata ±SE
Kontrol negatif 41,889±2,616abc
Kontrol positif hiperkolesterol 34,907±0,746abcd
Hiperkolesterol + fraksi 50 mg/kgBB 43,090±1,712a
Hiperkolesterol + fraksi 100 mg/kgBB 45,216±1,967a
Hiperkolesterol + fraksi 200 mg/kgBB 42,582±0,803ab
Kontrol positif hiperkolesterol-diabetes 29,393±2,575cde
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 50 mg/kgBB
21,624±4,299e
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 100 mg/kgBB
28,554±2,492de
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 200 mg/kgBB
29,763±1,493bcde
Tabel 4. Pengaruh dan Potensi Fraksi Terhadap HDL Tikus Hiperkolesterol dan Hiperkolesterol-Diabetes
Pada kelompok hiperkolesterol-diabetes, fraksi air dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB
tidak mempengaruhi LDL secara bermakna.
Tabel 5. Pengaruh dan Potensi Fraksi Terhadap LDL Tikus Hiperkolesterol dan Hiperkolesterol-Diabetes
Perlakuan Rata-rata ±SE
Kontrol negatif 16,637±3,921de
Kontrol positif hiperkolesterol 91,726±2,849a
Hiperkolesterol + fraksi 50 mg/kgBB 49,486±1,308bc
Hiperkolesterol + fraksi 100 mg/kgBB 38,443±3,556bcd
Hiperkolesterol + fraksi 200 mg/kgBB 60,202±4,805b
Kontrol positif hiperkolesterol-diabetes 17,962±2,672de
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 50 mg/kgBB 15,794±4,652de
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 100 mg/kgBB 27,668±3,921cd
Hiperkolesterol-diabetes + fraksi 200 mg/kgBB -5,594±8,065e
Keterangan : Data dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan (p<0,05)
PEMBAHASAN
Pada penelitian pendahuluan, penurunan kolesterol terbesar terdapat pada fraksi
air 43,828 %, kemudian fraksi etil asetat 36,276 % dan terakhir fraksi heksan 35,371 %.
Selisih perbedaan penurunan kolesterol yang sedikit antara ketiga fraksi diduga karena
pada ke tiga fraksi mengandung senyawa kimia yang berbeda tapi memiliki aktivitas
yang sama dalam menurunkan kolesterol.
Fraksi air dari daun sirih mengandung senyawa polar yaitu flavonoid yang
merupakan senyawa fenol alami. Tumbuhan yang mengandung polifenol atau flavonoid
telah digunakan abad ini sebagai obat herbal untuk berbagai jenis penyakit dan telah
ditemukan berefek terhadap penyakit diabetes dan obesitas (Mary et al., 2003).
Komponen senyawa fenolik bersifat polar. Flavonoid dapat menurunkan kadar kolesterol
darah dengan cara meningkatkan ekskresi asam empedu dan mengurangi kekentalan
(viskositas) darah sehingga mengurangi terjadinya pengendapan lemak pada pembuluh
darah (Carvajall-Zarrabal et al., 2005). Berdasarkan literatur, daun sirih menurunkan
kolesterol dengan cara penghambatan biosintesa kolesterol hepatik dan mengurangi
absorpsi lipid di usus (Anna, 2005).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian fraksi air dosis 100 mg/kgBB
pada kelompok hiperkolesterol mempengaruhi kadar kolesterol total dan LDL. Pada
Kelompok hiperkolesterol-diabetes, fraksi air dosis 100 mg/kgBB tidak mempengaruhi
kadar kolesterol total dan LDL. Kondisi patologi diabetes menghambat fraksi air dalam
menurunkan kolesterol total sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis pada kelompok
hiperkolesterol-diabetes.
Dosis fraksi air daun sirih pada tikus hiperkolesterol tidak berefek pada kondisi
tikus hiperkolesterol-diabetes. Keadaan diabetes mempengaruhi kerja fraksi air sehingga
perlu dilakukan penyesuaian dosis yang tepat. Berdasarkan mekanisme kerjanya, daun
sirih menurunkan kolesterol dengan cara penghambatan biosintesa kolesterol hepatik
(Anna, 2005). Enzim yang berperan dalam pembentukan biosintesa kolesterol adalah 3
HMG CoA reduktase (Koolman, 2005). Pada kelompok hiperkolesterol, fraksi air dapat
menghambat enzim HMG-CoA reduktase sehingga pembentukan kolesterol dalam darah
menurun. Sedangkan pada kelompok hiperkolesterol-diabetes, kerja fraksi air dalam
menghambat enzim HMG-CoA reduktase tidak berpengaruh terhadap penurunan
kolesterol. Kerja enzim HMG-CoA reduktase ini dipengaruhi oleh hormon insulin
sehingga jika insulin terganggu maka pembentukan biosintesa kolesterol juga terhambat
(Koolman, 2005). Glukagon mengambil alih kerja insulin dengan menghambat enzim 3
HMG CoA reduktase ini melalui cAMP fosforilase. Jadi dengan keadaan patologis
diabetes saja, pembentukan sintesa kolesterol terhambat. Karena terjadi kekurangan
insulin maka hormon glukagon aktif. Glukagon berfungsi meningkatkan katabolisme
molekul-molekul penyimpanan energi melalui lemak sehingga asam lemak terus
meningkat dalam darah. Oleh karena itu, penggunaan variasi dosis 50, 100 dan 200
mg/kgBB fraksi air pada kondisi hewan hiperkolesterol-diabetes tidak mampu
menurunkan kadar kolesterol total karena terjadinya peningkatan asam lemak bebas
dalam darah. Penyesuaian dosis pada kelompok hiperkolesterol-diabetes perlu ditinjau
kembali. Selain itu pemantauan kadar glukosa dalam darah juga perlu diperhatikan.
Karena semakin parah diabetes seseorang maka semakin besar pula energi yang
diperlukan oleh tubuh. Karena terjadinya kekurangan insulin maka sumber energi diambil
dari katabolisme asam lemak sehingga asam lemak terus meningkat dalam darah.
Insulin diperlukan untuk memasukkan glukosa ke dalam sel sebagai sumber tenaga,
membantu proses metabolisme kelebihan glukosa menjadi glikogen untuk seterusnya
disimpan di hati, dan insulin juga membantu proses metabolisme menjadi asam lemak
yang seterusnya disimpan dalam jaringan lemak. Bilamana terjadi diabetes, seperti
terjadinya penghancuran sel-sel beta pankreas oleh STZ, maka insulin yang membantu
masuknya sumber tenaga ke dalam sel akan berkurang atau terhenti sama sekali. Sebagai
kompensasinya maka sel menggunakan sumber tenaga yang lain yang telah tersimpan
dalam bentuk glikogen atau asam amino tadi. Dengan terus berlangsungnya proses
penghancuran lemak dan penggunaan glikogen maka terjadi peningkatan asam lemak
bebas dalam darah.
Hormon insulin merangsang lipogenesis melalui beberapa mekanisme. Hormon
ini meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam ke dalam sel (misalnya dalam jaringan
adiposa) dan dengan demikian meningkatkan keberadaan pirufat untuk sintesis asam
lemak maupun gliserol 3-fosfat untuk esterifikasi asam lemak yang baru terbentuk.
Insulin mengubah piruvat dehifrogenase bentuk inaktif menjadi bentuk aktif di jaringan
adipose tetapi tidak di dalam hati. Disamping itu, asetil KoA karboksilase merupakan
enzim yang dapat diatur oleh fosforilasi yang reversibel. Insulin juga mengaktifkan asetil-
KoA karboksilase. Sintesis asam lemak rantai panjang (lipogenesis) dilaksanakan oleh
dua enzim yang terdapat dalam sitosol pada sel yaitu asetil-KoA karboksilase dan sintase
asam lemak. Lipogenesis diatur pada tahap asetil-KoA karboksilase. Insulin
mengaktifkan asetil KoA karboksilase dalam jangka pendek melalui defosforilasi dan
dalam jangka panjang melalui induksi sintesis. Asetil KoA karboksilase diperlukan untuk
mengubah asetil KoA menjadi malonil KoA, tahap pertama sintesis lemak di hati. Pada
diabetes melitus, kekurangan insulin dapat menghambat pembentukan asetil KoA
menjadi malonil KoA sehingga penyimpanan sejumlah besar asam-asam lemak yang
diangkut dari hati dalam bentuk lipoprotein dihambat. Kekurangan insulin mengaktifkan
hormon glukagon yang kerjanya menghambat enzim asetil KoA karboksilase sehingga
merintangi lipogenesis. Kekurangan insulin pada jaringan adiposa dapat menyebabkan
lipolisis. Kekurangan insulin ini mengaktifkan kerja lipase sensitive hormon. Lipase
sensitive hormon menyebabkan hidrolisis trigliserida yang sudah di simpan dalam sel-sel
lemak. Jadi bila tidak ada insulin, maka semua aspek pemecahan lemak dan yang
digunakan untuk menyediakan energi akan sangat meningkat. Keadaan ini secara normal
bahkan terjadi di antara waktu makan saat sekresi insulin minimum tetapi menjadi sangat
berlebihan pada keadaan diabetes melitus saat sekresi insulin hampir nol. Akibatnya,
konsentrasi asam lemak bebas akan meningkat dalam darah sehingga menyebabkan
cepatnya perkembangan aterosklerosis pada penderita dengan diabetes yang parah
(Ganong, 2002 : Guyton, 1997: Murray, 1997).
Peningkatan kadar kolesterol pada tikus diabetes disebabkan karena kekurangan
insulin. Streptozotosin mempunyai efek lipolisis pada adiposit dan meningkatkan asam
lemak bebas di plasma (Martinez-conde, 1984). Kekurangan insulin mengakibatkan
pengaktifan hormon sensitif lipase di dalam sel-sel lemak sehingga terjadi hidrolisis
trigliserida yang melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam darah. Asam lemak yang
berlebihan juga meningkatkan pengubahan beberapa asam lemak menjadi fosfolipid dan
kolesterol di hati (Guyton, 1997 dan Ganong, 2002). Gangguan lipid dan keabnormalan
lipoprotein pada diabetes antara lain hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia dan
rendahnya HDL (Bierman et al., 1966).
Kadar trigliserida kelompok hiperkolesterol-diabetes jauh lebih tinggi dari pada
kelompok hiperkolesterol. Hal ini disebabkan karena pengaruh kondisi tikus yang
diabetes. Peningkatan kadar trigliserida dipengaruhi oleh kadar glukosa darah, jadi
semakin tinggi kadar glukosa darah maka kadar trigliseridanya juga tinggi. Oleh karena
itu, peningkatan kadar trigliserida pada kelompok hiperkolesterol-diabetes dengan
pemberian dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB sebanding dengan peningkatan kadar glukosa
darahnya. Semakin tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi juga kadar
trigliseridanya. Diabetes sering dihubungkan dengan penyakit katabolisme trigliserida
VLDL yang mana berhubungan dengan tingkat keparahan hiperglikemia (Kissebah, 1982
: Abrams, 1982 : Ginsberg, 1982).
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, J.J., Ginsberg, H., Grundy, S.M. 1982. Metabolism Of Cholesterol And Plasma Triglycerides In Nonketotic Diabetes Mellitus. Diabetes 31:903-910
Anna, G., Jozef Korezak. 2005. (Camellia sinensis L) As Antioxidants In Lipid Systems.
Trends food Sci. Tech 16:351-358 Carjavall-zarrabal, O., Waliszewski, S.M., Barradas-dermitz, D.M., Orta-flores, Z.,
Hayward-jones, P.M., Nolasco-hipolito, C., Angulo-guerrero, O., Sa’nchez-rican, R., Infaso, R.M, and Trujillo, P.R.L. 2005. The Consumption Of Hibiscus Sabdariffa Dried Calyx Ethanolic Extract Reduced Lipid Profile In Rats. Plant Foods for Human Nutrition. 60:153-159
Chobanian, A. V. 1991. Single Risk Factor Intervention May Be Inadequate To Inhibit Atherosclerosis Progression When Hypertension And Hypercholesterolemia Coexist. Hypertension 18:130–1.
Corwin, J.E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit EGC. Jakarta. Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Penerbit Trubus Agriwidya.
Jakarta Fadila, Z. P. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper Betle L.)
Terhadap Propionibacterium Acne Dan Staphlococcus Aureus Multiresisten. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Farias, R.A.F., Neto, M.F.O., Viana, G.S.B., Rao V.S.N.I. 1996. Effects Of Croton
Cajucara Extract On Serum Lipids Of Rats Fed A High Fat Diet. Phytother Res :10:697–699.
Ganong, William. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ; editor edisi bahasa
indonesia, H.M. Djauhari Widjajakusumah-ed.20. EGC. Jakarta Garber, A. J. 2002. Attenuating CV Risk Factors In Patients With Diabetes: Clinical
Evidence To Clinical Practice. Diabetes Obes Metab, 4;S5
Ginsberg, H.N., Zhang, Y-L., Hernancez-Ono, A. 2005. Regulation of Plasma Triglycerides in Insulin Resistance and Diabetes. Arch Med Res 36 : 232-240
Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, edisi bahasa indonesia, Amalia
hanif et al, ed. 10. EGC. Jakarta Grundy, S.M., et al. 1999. Diabetes and Cardiovascular Disease : A Statement for
Healthcare Profpssionals form the American Heart Association. Circulation 1999. 100 : 1134-46
Guyton, C.A,. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta
Guyton, A. C., John E. H. 1997. Fisiolologi Kedokteran, edisi 9. EGC. Jakarta.
Haruman, T.H. 2009. Kadar Serum Darah Ayam Petelur yang Diberi Air Rebusan Daun Sirih. Skripsi Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pertanian, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Houlihan, C. M., C.T. Ho. 1985. Natural Anti Oxidants di dalam D.B. Min dan T.H. Smous. Flavor Chemistry of fats and oil. American Oils Chemicals Society, USA
Hyne, K,. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jilid II. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kesehatan. Jakarta Jeong, Y.J., Choi, Y.J., Kwon, H.M., Kang, S., Park, H.S., Lee, M., Kang, Y.H. 2005.
Differential Inhibition Of Oxidized LDL Induced Apoptosis In Human Endothelial Cells Heated With Differentflavonoids. Br J Nutr ; 93:581–591.
Kannel, W.B. 1985. Lipids, Diabetes And Coronary Heart Diseases: Insights From The Framingham Study. Am Heart J, 110;1100
Kissebah, A.H., Alfarash S., Evans D.J., Adams P.W. 1982. Integrated Regulation Of Very Low Density Lipoprotein Triglyceride And Apolipoprotein B Kinetics In Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus. Diabetes 31:903-910
Koolman, Jan. 2005. Color Atlas of Biochemistry, 2nd edition. Thieme : New York
Mary NK, Babu BH and Padikkala J. 2003. Antiatherogenic Effect Of Caps HT2, A Herbal Ayurvedic Medicine Formulation. Phytomedicine 10:474-482
Martinez-Conde, A., Mayor de laTorre, P. Dan Tamarit-Tores, J. 1984. Lipolytic Effect
Of Serotonin In Vitro. Rev. Esp. Fisiol. 40:213-219 Murray, R. K. 1997. Biokimia Herper Edisi 25, alih bahasa: Andry Hartono. Penerbit
EGC, Jakarta Saravanan, R. dkk. 2002. Influence Of Piper Betle On Hepatic Marker Enzymes and
Tissue Antioxidant Status In Ethanol-Treated Wistar Rats. Journal of medicine food vol.5 issue 4. India
Scheen J A. 1997. Drug Treatment Of Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus In The
1990s. Achievements and future development, Drugs, 54;335
Srisadono, Arya. 2008. Skrining Awal Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai Antikanker Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BLT). Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang
Sundari, S., Koensoemardiah dan Nusratini. 1992. Minyak Atsiri Daun Sirih Dalam Pasta
Gigi ; Stabilitas Fisis Dan Antibakteri. Warta tumbuhan obat indonesia Vol. 1 No. 1:5