Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PENGARUH GAJI, RELASI SOSIAL, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PEMILIHAN KARIR
MAHASISWA/I AKUNTANSI SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK
Oleh :
Drs. Junus Pakpahan, Ak, MM, CA, CPA
Jesta da Fieldman
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh gaji, relasi sosial, dan komitmen
organisasi terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan
publik. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan
Bisnis jurusan akuntansi di Universitas Kristen Krida Wacana. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan metode analisis data regresi linear berganda dengan bantuan
aplikasi SPSS 24. Hasil dari penelitian ini adalah gaji, relasi sosial, dan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi
sebagai akuntan publik (secara simultan). Lalu relasi sosial dan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik, sedangkan gaji tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik (secara
parsial).
Kata kunci: Gaji; Relasi Sosial; Komitmen Organisasi; Karir; Mahasiswa/i
Akuntansi; Akuntan Publik
ABSTRACT
This research aims to examine the effect of salary, social relations, and
organizational commitment on career choices for accounting students as public
accountants. The population in this research were students of the Faculty of
Economics and Business, majoring in accounting at Krida Wacana Christian
University. The sampling technique used was purposive sampling. This research
uses multiple linear regression data analysis methods with the help of the SPSS 24
application. The results of this research are that salary, social relations, and
organizational commitment have a significant effect on the career choice of
accounting students as public accountants (simultaneously). Then social relations
and organizational commitment have a significant positive effect on career choice
of accounting students as public accountants, while salary has no significant effect
on the career choice of accounting students as public accountants (partially).
Key words: Salary; Social Relations; Organizational Commitment; Career;
Accounting Student; Public Accountant.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dunia kerja tentunya memberikan banyak pilihan bagi para mahasiswa/i untuk
melanjutkan karir mereka setelah lulus dan memiliki gelar sarjana. Dari banyak
fakultas di Indonesia, secara khusus mahasiswa/i yang memilih fakultas ekonomi
jurusan akuntansi, dihadapkan dengan beberapa pilihan karir sesuai dengan
pendidikan yang mereka tempuh untuk menjadi seorang sarjana. Beberapa karir
untuk jurusan akuntansi adalah menjadi akuntan publik (internal maupun eksternal),
pegawai lembaga keuangan pemerintah (pegawai PNS, pegawai Bank Indonesia,
auditor pemerintah, dan pegawai Otoritas Jasa Keuangan), akuntan perusahaan,
perpajakan, akuntan pendidikan, perencanaan keuangan, penganalisa keuangan, dan
masih banyak lagi tawaran karir untuk sarjana ekonomi jurusan akuntansi tersebut.
Menjadi seorang sarjana tentunya bukanlah sebuah akhir perjalanan bagi orang
tersebut. Menurut Putra (2017), setidaknya sejak mendapat gelar S1, sarjana
akuntansi akan dihadapkan dengan 3 pilihan untuk meneruskan karir mereka.
Pilihan pertama adalah sarjana bisa langsung terjun ke dunia kerja, tentunya hal ini
menjadi suatu pilihan bagi sarjana akuntansi apabila mereka sudah ditawari
lowongan pekerjaan, melanjutkan usaha orang tua mereka, atau karena ekonomi
yang buruk sehingga mereka harus langsung terjun ke dunia kerja. Pilihan kedua
adalah jika seorang sarjana tidak ingin langsung terjun ke dunia kerja, memiliki
ekonomi yang bagus, dan orang tua tidak menuntut sarjana tersebut untuk mencari
kerja, sarjana akuntansi tersebut dapat melanjutkan studi S2. Dan pilihan terakhir
adalah sarjana akuntansi memilih untuk mendapat gelar akuntan, sehingga kualitas
dari sarjana akuntansi tersebut meningkat, tentunya hal ini untuk mempersiapkan
diri mereka menghadapi persaingan di dunia kerja.
Seperti yang dilansir oleh Afrianto (2016), jumlah akuntan meningkat drastis
dalam 3 tahun, yang tadinya jumlah akuntan hanya sebanyak 2.004 di tahun 2013,
dan mengalami peningkatan jumlah akuntan menjadi 12.048. pada awal tahun 2016.
Tentunya peningkatan jumlah akuntan di Indonesia menjadi sebuah perhatian
khusus. Tercatat bahwa 589 perguruan tinggi yang ada di Indonesia, setiap tahunnya
telah meluluskan lebih dari 35.000 mahasiswa/i akuntansi (Afrianto, 2016).
Merespon universitas di Indonesia yang telah meluluskan lebih dari 35.000
sarjana akuntansi setiap tahunnya, hingga mengalami peningkatan jumlah akuntansi
profesional selama 3 tahun (2013 s/d 2016), ketua Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), Tarkosunaryo dalam laman Dirgantara (2019) justru mengatakan bahwa
Indonesia membutuhkan lebih banyak akuntan publik. Dengan jumlah lulusan tiap
tahun yang mencapai 35.000 sarjana akuntansi, ini tidak sebanding dengan
pertambahan jumlah akuntan publik di Indonesia, ditambah lagi sektor usaha yang
terus berkembang dan membutuhkan banyak tenaga akuntan publik dalam
peningkatan kualitas laporan keuangan perusahaan.
Sebelumnya, ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Harry Azhar Azis dalam
laman Pribadi (2015) mengatakan bahwa jumlah akuntan publik yang dimiliki oleh
lembaganya masih kurang, sehingga ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
meminta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
untuk memberikan kelonggaran dalam penambahan jumlah pegawai. Harry Azhar
Azis juga berkata, “Padahal idealnya lima auditor per kabupaten/kota. Di tingkat
provinsi, kami butuh sembilan auditor per provinsi, tapi sekarang hanya empat”.
Hal ini tentu menjadi sorotan karena Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) kesulitan
untuk meningkatkan porsi pemeriksaan kinerja.
Sumber: IAI & www.asean.org
Gambar 1.1 Presentasi Prof. Dr. Ilya Avianti, SE., M.Si., Ak., CPA., CA.
Menurut Avianti (2015) yang merupakan ketua dewan audit merangkap anggota
dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan bahwa jumlah
akuntan publik di Indonesia, tidak sebanding dengan jumlah penduduk di Indonesia.
Melihat tanggapan dari Harry Azhar Azis (ketua Badan Pemeriksa Keuangan),
Tarkosunaryo (ketua Ikatan Akuntan Publik Indonesia), dan presentasi dari Prof.
Dr. Ilya Avianti, SE., M.Si., Ak., CPA., CA. (ketua dewan audit merangkap anggota
dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan), Indonesia memang kekurangan tenaga
akuntan publik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah lulusan mahasiswa/i akuntansi
yang tiap tahunnya mencapai 35.000 dibandingkan dengan jumlah akuntan publik
yang tercatat oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang totalnya hanya
berjumlah 1.422 anggota, bahkan tidak lebih dari 5% jumlah lulusan mahasiswa/i
akuntansi tiap tahunnya.
Tabel 1.1
Jumlah Penambahan Akuntan Publik dari Tahun ke Tahun
Tahun Jumlah
Akuntan Publik % Kenaikan
2014 999
2015 1.053 5,41%
2016 1.093 3,8%
2017 1.279 17,02%
2018 1.358 6,18%
2019 1.424 4,86%
Sumber: Directory IAPI 2020
Dari tabel 1.1, dapat dilihat lambatnya penambahan jumlah akuntan publik di
Indonesia dari tahun 2014 sampai 2019. Bahkan di tahun 2020, IAPI mencatat
bahwa adanya penurunan pada jumlah akuntan publik di Indonesia. Hal ini sangat
mengkhawatirkan jika melihat jumlah akuntan publik yang sedikit, sedangkan
perusahaan-perusahaan terus mengalami peningkatan yang begitu cepat.
Tabel 1.2
Perbandingan Jumlah Anggota Tiap Karir Akuntansi Tahun 2020
Karir Jumlah
PNS 4.121.176
Konsultan Pajak 5.040
Otoritas Jasa Keuangan 2.600
Akuntan Publik 1.422
Akuntan Pendidikan 308
Sumber: IAPI 2020, IKPI 2020, OJK 2020, BKN 2020
Dan apabila dilihat pada tabel 1.2, dengan jumlah akuntan publik hanya
berjumlah 1.422 dibandingkan dengan jumlah pegawai PNS atau konsultan
pajak atau pegawai Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menimbulkan sebuah
pertanyaan, mengapa mahasiswa/i akuntansi setelah lulus dan mendapat gelar
sarjana akuntansi tidak memilih karir mereka sebagai akuntan publik?
menjawab pertanyaan diatas, penelitian ini akan menguji tiga variabel independen
untuk mengetahui apakah dari ketiga variabel independen ini, mahasiswa/i
akuntansi berminat untuk menjadi akuntan publik? Variabel Independen yang
pertama adalah gaji. Tentunya gaji menjadi salah satu motivasi tersendiri bagi setiap
orang dalam menentukan karir mereka. Seperti yang dilansir oleh Kurniawan
(2019), gaji akuntan publik yang bergelar CA (Chartered Accountant) dan masih
junior, rata-rata mencapai Rp. 6.000.000 – Rp. 8.000.000 per bulan (sudah termasuk
bonus). Bahkan menurut Zahir (2019), gaji akuntan publik yang bekerja di The Big
Four (terdiri dari Deloitte, Ernst & Young, KPMG, dan PwC), gaji pertama bisa
lebih dari Rp. 10.000.000 per bulannya. Hal ini seharusnya menunjukan bahwa gaji
menjadi tolak ukur sarjana akuntansi dalam memilih karirnya sebagai akuntan
publik.
Variabel independen yang kedua adalah relasi sosial. Relasi sosial ini lebih identik
dengan hubungan baik atau buruk antara junior dengan senior pada Kantor Akuntan
Publik (KAP). Baik junior yang sudah mengenal senior mereka semasa kuliah dan
bertemu kembali di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sama, atau junior yang
benar-benar baru pertama kali bertemu dengan senior di Kantor Akuntan Publik
(KAP). Selain relasi vertikal antara junior dan senior, relasi ini juga mengacu pada
relasi horizontal, yaitu antara sesama junior. Selain relasi horizontal dan vertikal,
dukungan relasi sosial juga berasal dari lingkungan sekitar mahasiswa/i akuntansi
tersebut, seperti dosen, orangtua, masyarakat. Menurut LinovHR (2020),
membangun relasi dengan rekan kerja mempunyai berbagai manfaat, diantaranya:
a. Bekerja lebih menyenangkan, b. Support system, c. Kepuasan kinerja, d.
Meningkatkan sense of belonging, e. Merangsang produktivitas dan motivasi, f.
Memperkuat teamwork, g. Sarana menuju karir impian, h. Membangun budaya
positif, i. Mengembangkan komunikasi, dan j. Memperkokoh bisnis. Karena itulah,
variabel relasi sosial harus diuji terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, apakah mahasiswa/i
akuntansi memilih karir sebagai akuntan publik karena adanya hubungan yang baik
dengan senior mereka di kampus? Atau apakah mahasiswa/i akuntansi memilih
karir sebagai akuntan publik karena adanya dukungan dari orangtua?
Lalu variabel independen yang terakhir adalah komitmen organisasi. Yang
dimaksud dengan komitmen organisasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i
akuntansi paham akan tujuan dan nilai-nilai menjadi akuntan publik, memiliki
keinginan untuk berada di lingkungan akuntan publik, dan memiliki mental yang
kuat terhadap tekanan lain setelah menjadi seorang akuntan publik. Seperti yang
sampaikan oleh Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo dalam laman Nurfitriyani
(2020) mengatakan:
“Aspek terpenting yang harus diperhatikan profesi ini di era revolusi industri adalah
bagaimana akuntan di dunia harus memiliki perspektif bahwa pada profesi kitalah
disandarkan terbentuknya trust (kepercayaan) dan akuntabilitas yang tinggi dalam
perekonomian digital”
Yang artinya, agar terbentuk kepercayaan dan akuntabilitas yang tinggi, maka
seorang akuntan publik harus mempunyai komitmen organisasi yang tinggi
sehingga dapat menghadapi era revolusi industri.
Dari penjelasan singkat ketiga variabel independen di atas yang mengangkat
fenomena pertumbuhan akuntan publik yang lambat; dengan mencari pengaruh
ketiga variabel independen tersebut terhadap variabel dependen, yaitu pemilihan
karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik; maka penelitian ini berjudul
Pengaruh Gaji, Relasi Sosial, dan Komitmen Organisasi Terhadap Pemilihan
Karir Mahasiswa/i Akuntansi sebagai Akuntan Publik.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah gaji berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik?
b. Apakah relasi sosial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik?
c. Apakah komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap pemilihan
karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh gaji terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai karir akuntan publik.
b. Untuk mengetahui pengaruh relasi sosial terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik.
c. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini, yaitu untuk memberikan
landasan baru bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian lain
yang sejenis dan memperbaharui teori-teori yang telah dikemukakan
oleh ahli-ahli sebelumnya.
1.4.2. Manfaat praktis
a. Bagi pemerintah
Sebagai saran bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan
kesejahteraan akuntan publik, khususnya akuntan publik
eksternal agar mendapatkan perlakuan yang pantas di bidang
akuntan publik, sehingga meningkatkan jumlah akuntan publik di
Indonesia.
b. Bagi Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Sebagai pertimbangan pihak Ikatan Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) untuk meningkatkan jumlah akuntan publik di Indonesia
dengan menggali lebih dalam minat mahasiswa akuntansi agar
memilih karir sebagai akuntan publik.
c. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Sebagai masukan atau saran bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
dan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak manajer Kantor
Akuntan Publik (KAP) dalam meningkatkan jumlah akuntan
publik di Indonesia.
d. Bagi akuntan publik
Sebagai masukan untuk mengetahui pentingnya gaji yang sesuai,
relasi antara junior dan senior yang baik, serta komitmen
organisasi yang dimiliki akuntan publik itu sendiri.
e. Bagi universitas atau perguruan tinggi
Sebagai tolak ukur universitas atau perguruan tinggi untuk lebih
meningkatkan minat mahasiswa akuntansi sebagai akuntan
publik, sehingga universitas atau perguruan tinggi dapat berperan
dalam menangani masalah negara yang kekurangan akuntan
publik.
f. Bagi mahasiswa/i akuntansi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pertimbangan mahasiswa/i akuntansi dalam pemilihan karir
sebagai akuntan publik, khususnya bagi mereka para sarjana yang
bingung dalam memilih karir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian mengenai Karir Mahasiswa/i Akuntansi
Menurut Wilson (2012) dalam laman Manis (2018), karir adalah pekerjaan yang dilakukan
selama orang tersebut hidup, baik dibayar maupun tidak dibayar. Lalu menurut Manarul (2018),
karir adalah suatu perilaku dan sikap yang berhubungan dengan pengalaman selama seorang
individu melakukan aktivitas tersebut secara berkelanjutan. Sehingga dapat diartikan, karir
adalah sebuah pengalaman seseorang secara berkelanjutan, baik dibayar maupun tidak dibayar.
Lalu menurut Asmoro et al (2016), karir adalah sebuah ide untuk terus berada di dalam garis
pekerjaan yang telah ditentukan. Artinya sebuah kata “karir” akan muncul ketika seseorang
sudah menentukan garis pekerjaan dan menjadikannya sebagai pengalaman semasa hidupnya.
Bagi mahasiswa/i akuntansi itu sendiri, pilihan karir setelah menjadi sarjana akuntansi cukup
banyak, diantaranya adalah:
a. Akuntan publik (internal maupun eksternal)
b. Pegawai lembaga keuangan pemerintah (pegawai PNS, pegawai Bank Indonesia, auditor
pemerintah, dan pegawai Otoritas Jasa Keuangan)
c. Akuntan perusahaan
d. Konsultan perpajakan
e. Akuntan pendidikan
f. Perencanaan keuangan
g. Penganalisa keuangan
2.2. Pengertian mengenai Akuntan Publik
Menurut Mulyadi (2002) dalam artikel Asmoro et al (2016), perikatan akuntan publik dibagi
menjadi empat, yaitu:
a. Junior Auditor Terjun ke lapangan untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh,
seperti membuat kertas kerja, sampai mendokumentasikannya.
Universitas Kristen Krida Wacana | 10
b. Senior Auditor Selain mengawasi junior auditor, senior auditor juga mempunyai tugas
untuk mengusahakan biaya dan waktu audit sesuai dengan rencana yang telah dibentuk
oleh manajer audit.
c. Manager Auditor Selain mengawasi senior auditor, manager auditor bertugas untuk
membuat rencana biaya dan waktu audit.
d. Rekan / Partner Bertanggungjawab atas hubungan antara perusahaan dengan klien.
Menurut UU No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik,
akuntan publik dibagi menjadi dua jenis, diantaranya adalah:
a. Akuntan publik.
b. Akuntan publik asing.
Dan untuk mendapatkan izin menjadi akuntan publik, orang tersebut harus memenuhi
syarat:
a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah.
b. Berpengalaman praktik memberikan jasa.
c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin akuntan publik.
f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau
lebih.
g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh menteri.
h. Tidak berada dalam pengampunan.
2.3. Pengertian mengenai Gaji
Menurut Sujarweni (2015:127) dalam artikel Jiwandono et al (2017) mengatakan bahwa
upah/gaji merupakan pembayaran tiap bulan yang dilakukan oleh perusahaan atas jasa karyawan
tersebut. Ditambah lagi,
menurut Hasibuan (2016:188) dalam artikel Saputri (2018), mengatakan bahwa gaji merupakan
suatu bentuk balas jasa terhadap karyawan. Karena adanya timbal balik antara perusahaan
dengan karyawan, dimana karyawan membutuhkan uang dan perusahaan membutuhkan tenaga
kerja, sehingga terjadilah sebuah kontrak antara karyawan dengan perusahaan. Ketika karyawan
bekerja untuk perusahaan, maka perusahaan wajib membayarkan gaji tiap bulannya kepada
karyawan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Dalam laman Rommalla (2018) yang
berdasarkan pada PP RI No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, gaji atau upah setidaknya
memiliki 9 prinsip dasar:
a. Adanya Hubungan Kerja / Existence of Employment Relationship Seperti yang dijelaskan
pada paragraf sebelumnya, hubungan kerja yang dimaksud adalah hubungan kerja antara
perusahaan dengan karyawan yang memiliki jangka waktu sampai hubungan itu berakhir, yang
biasanya disebut sebagai kontrak.
b. Tanpa diskriminasi / No Discrimination PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 11 mengatakan
bahwa pekerja atau karyawan mempunyai hak untuk mendapatkan gaji/upah sesuai atau
sepantas dengan pekerjaannya. Perusahaan tidak boleh mengukur besaran gaji/upah berdasarkan
warna kulit, suku, agama, jenis kelamin, dan lainlain. Seharusnya perusahaan mengukur besaran
gaji/upah sesuai dengan jam kerja dan/atau hasil dari karyawan yang dipekerjakan, sesuai
dengan PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 12.
c. Tidak bekerja, tak ada bayaran Sama halnya seperti dijelaskan pada PP RI No. 78 Tahun 2015
Pasal 12, pada Pasal 24 juga menjelaskan bahwa apabila seorang karyawan tidak bekerja, maka
perusahaan berhak tidak membayarkan gaji karyawan, dan bukannya memotong gaji karyawan.
d. Cuti tetap digaji / Leave with Pay Hal ini berlawan dengan poin c diatas. Untuk penjelasannya
dapat dibaca pada PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 24 (2 s/d 5).
e. Jangka waktu pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
f. Jumlah gaji pokok minimal 75% dari gaji tetap Gaji tetap yang dimaksud pada poin ini adalah
gaji pokok ditambah dengan tunjangan yang jumlahnya tetap. Selain itu, gaji tetap karyawan
tidak boleh dibawah upah minimum yang telah ditetapkan.
g. Pembayaran dilakukan dalam mata uang yang sah, yaitu rupiah.
h. Pengurangan untuk pihak ketiga harus dilakukan berdasarkan surat kuasa.
i. Total pemotongan upah maksimum adalah 50% Kondisi-kondisi yang menyebabkan
pemotongan upah dapat dibaca pada PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 57 dan maksimum
pemotongan upah sebesar 50%.
2.4. Pengertian mengenai Relasi Sosial
Menurut Public Relations Society of America/PRSA (2012), mengatakan bahwa “Public
relations is a strategic communication process that builds mutually beneficial relationships
between organizations and their publics”,
yang artinya sebuah hubungan masyarakat merupakan sebuah proses komunikasi dalam
membangun hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), relasi adalah 1. hubungan; perhubungan;
pertalian, 2. kenalan, 3. pelanggan. Hubungan tentunya bisa berupa hubungan orang tua dengan
anak, mahasiswa/i dengan dosen, mahasiswa/i dengan teman-temannya, junior dengan senior,
serta karyawan dengan manajer.
Seperti yang kita tahu, manusia merupakan makhluk sosial, sehingga manusia membutuhkan
sesamanya untuk bertahan hidup. Karena manusia membutuhkan sesamanya, maka terbentuklah
relasi. Menurut Sherman (2017), relasi yang tepat memiliki beberapa manfaat, diantaranya
adalah:
a. Memudahkan mencapai tujuan Ketika manusia telah menemukan sesamanya yang tepat
dalam mencapai tujuannya, maka manusia tersebut akan terus membangun relasi dengan
b. sesamanya, sehingga relasi yang tepat ini akan memudahkan manusia dalam mencapai
tujuannya. b. Mudah mendapatkan bantuan saat ada masalah Sama halnya pada penjelasan
poin a diatas. Selain memudahkan mencapai tujuan, relasi yang tepat juga akan membantu
manusia dalam menghadapi suatu masalah.
c. Melancarkan pekerjaan Mempunyai relasi yang tepat tentunya akan memberikan ketenangan
dalam hidup manusia tersebut, sehingga manusia akan melakukan pekerjaannya dengan lancar
tanpa hambatan yang terlalu besar.
d. Membantu memahami pribadi setiap orang Ketika mempunyai relasi yang tepat, manusia
dapat mengenal dan memahami pribadi tiap orang yang menjalin hubungan dengan manusia
tersebut, sehingga manusia tidak salah dalam menentukan orang yang tepat dalam menjalin
relasi.
2.5. Pengertian mengenai Komitmen Organisasi
Menurut Novita et al (2016) dalam artikel Cahyani et al (2020), komitmen organisasi adalah
keadaan seorang karyawan yang sejalan dengan tujuan organisasi. Lalu menurut Mekta (2016)
dalam artikel Cahyani et al (2020), komitmen organisasi adalah sikap loyalitas karyawan
terhadap organisasi dengan bentuk perhatian karyawan terhadap organisasi. Ditambah lagi
menurut Haris (2017) dalam artikel Cahyani et al (2020), komitmen organisasi adalah bentuk
kepercayaan karyawan yang menerima tujuan organisasi dan memilih untuk tetap bertahan atau
tidak meninggalkan organisasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan komitmen organisasi
adalah sikap loyalitas karyawan dengan bentuk perhatian dan kepercayaan karyawan yang
sejalan dengan tujuan organisasi, sehingga karyawan tersebut akan bertahan atau tidak
meninggalkan organisasi tersebut. Kemudian menurut Susanti dan Palupiningdyah (2016)
dalam artikel Cahyani et al (2020), karyawan yang memiliki komitmen tinggi adalah karyawan
yang memiliki
tingkat kepercayaan tinggi terhadap organisasi dan menerima tujuan, serta nilai organisasi
tersebut. Dalam laman Ilham (2020), komitmen organisasi memiliki tiga bentuk, diantaranya
adalah:
a. Komitmen Afektif / Affective Commitment Pada bentuk komitmen ini mengacu pada
pemahaman karyawan terhadap tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut, sehingga karyawan
memiliki keinginan yang tinggi untuk tetap tinggal pada organisasi tersebut.
b. Komitmen Berkelanjutan / Continuance Commitment Bentuk komitmen ini mengacu pada
analisis untung dan rugi jika berada dalam organisasi tersebut dan karyawan merasa lebih baik
bertahan ketimbang meninggalkan organisasi tersebut.
c. Komitmen Normatif / Normative Commitment Bentuk komitmen ini lebih mengacu pada
perasaan karyawan akan tekanan dari yang lain, seperti apa yang akan dikatakan orang lain jika
karyawan tersebut meninggalkan organisasi, atau perasaan tidak ingin mengecewakan atasan
atau senior mereka jika karyawan tersebut memilih untuk mundur.
2.6. Teori-Teori
2.6.1. Teori Persepsi
Persepsi (bahasa latin: perception) memiliki makna yaitu pengertian. Dalam Kamus Besar
Indonesia Kontemporer (1999:243) dalam artikel Prabowo (2015), persepsi adalah cara pandang
seseorang atas peristiwa yang dialami. Dijelaskan juga pada artikel Prabowo (2015), bahwa
seseorang yang mempunyai persepsi dapat menyadari keadaan lingkungan sekitar bahkan yang
ada di dalam diri orang tersebut (Sunaryo, 2004: 93) Menurut Riadi (2020), persepsi adalah
sebuah proses yang dirasakan oleh seseorang dalam menafsir atau menginterpretasikan
informasi yang diterima melalui indera-indera yang dimiliki, sehingga seseorang mendapat arti
atau nilai tentang dunia.
Menurut Prabowo (2015), faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:
a. Faktor Internal
1.) Fisiologis
2.) Perhatian
3.) Minat
4.) Kebutuhan yang searah
5.) Pengalaman dan ingatan
6.) Suasana hati
b. Faktor Eksternal
1.) Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus
2.) Warna dari objek-objek
3.) Keunikan dan kekontrasan stimulus
4.) Intensitas dan kekuatan dari stimulus
5.) Gerakan / Motion
2.6.2. Teori Motivasi
Dalam bukunya, Handoko (2012) menjelaskan bahwa motivasi bukanlah suatu
kekuatan yang kebal terhadap faktor lain (seperti citacita hidup, situasi lingkungan, kemampuan
fisik, pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, dan lain-lain), melainkan “suatu keadaan siap
terjadi suatu perbuatan”, yang disebut sebagai motivatif. “Suatu keadaan siap” yang dimaksud
oleh Handoko (2012) adalah suatu proses internal manusia yang dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, sehingga perubahan motivasi dapat terjadi dalam waktu yang singkat apabila terdapat
hambatan terhadap motivasi tersebut. Handoko (2012) menjelaskan teori-teori tentang motivasi,
diantaranya adalah:
a. Teori Kognitif Teori kognitif menjelaskan bahwa motivasi tidak menggerakan tingkah laku
seseorang, melainkan tingkah laku seseorang digerakan oleh rasio. Teori ini menjelaskan bahwa
seseorang akan
sangat bertanggung jawab atas tindakannya karena tindakan orang tersebut sudah dipikir sebaik-
baiknya. Namun pada teori memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menjelaskan tindakan di luar
rasio yang dipegang oleh orang tersebut.
b. Teori Hedonistis Berbeda dengan teori kognitif, teori hedonistis menjelaskan bahwa segala
tindakan atau pilihan seseorang, baik disadari maupun tidak disadari, berasal dari internal atau
eksternal seseorang, terjadi karena adanya satu tujuan yang dimiliki oleh orang tersebut, yaitu
mencari hal yang menyenangkan dan menghindar dari hal yang menyakitkan. Namun teori ini
hanya berfokus pada pengalaman masa lalu seseorang saja, sehingga teori ini sangatlah
subjektif. Karena kelemahan teori itu, Paul T. Young dan David Mc Clelland memperbaharui
teori tersebut. Young dan Clelland mengatakan bahwa: “...Rangsangan yang menimbulkan
keadaan nikmat/enak menyebabkan seseorang beraksi mendekati ransangan itu. Sebaliknya
rangsangan yang menimbulkan keadaan tidak enak menimbulkan reaksi menjauhi.” Sehingga
muncul 2 istilah baru, yaitu antisipasi yang positif (mendekati ransangan) dan antisipasi yang
negatif (menjauhi ransangan). Teori hedonistis menggunakan istilah “affective arousal model”,
yang artinya adalah setiap rangsangan akan memberikan rasa enak atau tidak enak.
c. Teori Insting
Teori ini sangat bertentangan dengan teori rasionalis. Teori rasionalis menekankan pada fungsi
pikiran seseoranglah yang menentukan tingkah laku orang tersebut. Sedangkan teori insting
menekankan pada insting yang mendominasi tingkah laku manusia. Kelemahan pada teori ini
adalah sangat sulit untuk membuat daftar insting dasar yang membentuk tingkah laku manusia.
D. Teori Psikoanalitis
Teori psikoanalitis menjelaskan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan karena adanya
kekuatan di dalam diri orang tersebut. Seorang psikoanalitis bernama Freud menjelaskan
bahwa ada dua kekuatan dasar pada diri manusia, yaitu insting kehidupan (Eros) dan insting
kematian (Thanatos). Insting kehidupan (Eros) yang mendorong seseorang bertahan hidup
dan ingin mengembangkan diri mereka, seperti bersekolah atau mencari pekerjaan.
Sedangkan insting kematian (Thanatos) yang membuat seseorang merasa ingin mengakhiri
hidupnya, seperti bunuh diri.
e. Teori Keseimbangan (Homeostasis) Teori ini menjelaskan bahwa karena tidak adanya
ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam diri seseorang, sehingga hal tersebut menggerakan
tingkah laku seseorang karena orang tersebut menginginkan adanya keseimbangan di dalam
dirinya. Berbeda dengan binatang, ketika manusia mengalami ketidakseimbangan
(disequilibrium) di dalam dirinya, misalnya lapar, maka manusia akan mencari makanan untuk
dimakan. Tetapi jika terlalu kenyang, maka hal ini akan menimbulkan ketidakseimbangan
lainnya pada dirinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkah laku seseorang digerakan
karena adanya tujuan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut, sehingga terbentuklah
lingkaran motivasi (motivational cycle). Kebutuhan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu
kebutuhan primer (istirahat, bernafas, makan, minum) dan kebutuhan sekunder (kebebasan,
perasaan aman, kasih sayang, pujian, dan lain-lain). Menurut Maslow, agar manusia
berkembang, manusia membutuhkan kebutuhan yang harus terpenuhi, diantaranya adalah:
1.) Kebutuhan biologis
2.) Kebutuhan akan rasa aman
3.) Kebutuhan akan cinta kasih dan rasa memiliki
4.) Kebutuhan akan penghargaan
5.) Kebutuhan akan untuk tahu
6.) Kebutuhan akan keindahan
7.) Kebutuhan akan kebebasan bertindak (aktualisasi diri)
f. Teori Dorongan Teori dorongan hampir sama dengan teori keseimbangan. Apabila teori
keseimbangan menekankan pada adanya disequilibrium, sedangkan teori dorongan menekankan
pada tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu dorongan.
Menurut Handoko (2012), ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:
a. Mengukur faktor luar yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri orang tersebut.
b. Mengukur aspek tingkah laku yang menjadi ungkapan dari motif tersebut. Motivasi (bahasa
latin: movere) memiliki makna sebagai dorongan atau menggerakan, sehingga motivasi adalah
sebuah dorongan untuk menggapai sebuah goals (Putra, 2020). Jenis-jenis motivasi menurut
Putra (2020) diantaranya adalah: a. Motivasi Internal Motivasi yang muncul tanpa adanya
pengaruh dari luar dan hanya berasal dari diri orang itu sendiri. Contohnya seorang mahasiswa/i
akuntansi ingin memilih karir sebagai akuntan publik karena mahasiswa/i tersebut menyukai
karir sebagai akuntan publik dan sudah dari lama menentukan pilihan bahwa setelah lulus akan
memilih karir sebagai akuntan publik. b. Motivasi Eksternal Sebaliknya, motivasi eksternal
muncul karena adanya pengaruh dari luar. Contohnya seorang mahasiswa/i akuntansi ingin
memilih karir sebagai akuntan publik karena gaji yang terbilang besar.
2.7. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Sebelumnya
Judul Peneliti
(Tahun) Hasil Penelitian Keterbatasan
Variabel Gaji (X1)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
Lulusan Sarjana
menjadi Akuntan
Publik
Prabowo
(2015)
Faktor penghargaan
finansial berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
pemilihan karir
lulusan sarjana
menjadi akuntan
publik
Responden hanya
didapat dari mahasiswa
dari beberapa fakultas
yang ada di Universitas
Trisakti, sehingga hasil
yang didapat kurang
luas
Penelitian ini hanya
menggunakan
kuesioner untuk
mengumpulkan data,
sehingga kesimpulan
dari data yang diolah
kurang
Faktor-Faktor Asmoro et Faktor gaji tidak
yang al (2016) berpengaruh
Mempengaruhi signifikan terhadap
Mahasiswa pemilihan karir
Akuntansi mahasiswa S1
dalam akuntansi sebagai
Pemilihan Karir akuntan publik
sebagai
Akuntan Publik
Faktor-Faktor
yang
Juliansah
dan
Faktor penghargaan
finansial berpengaruh
Responden pada
penelitian ini terbatas
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
sebagai Profesi
Akuntan Publik
bagi Mahasiswa
Akuntansi
Suryaputri
(2016)
positif dan signifikan
terhadap pemilihan
karir profesi akuntan
publik bagi
mahasiswa akuntansi
karena hanya
mahasiswa akuntansi di
Universitas Trisakti. Hal
ini juga disebabkan
karena keterbatasan
waktu sehingga peneliti
tidak dapat
menyebarkan kuesioner
kepada mahasiswa
akuntansi dari
universitas lain
Keterbatasan variabel
Keterbatasan
pengukuran karena
hanya menggunakan
pengukuran subjektif,
sedangkan pengukuran
subyektif sangat rentan
terhadap munculnya
kesalahan
pengukuran
Factors
Affecting The
Interests of
Accounting
Students Study
Program
Selection
Career Public
Accountants
Setianto
dan
Harahap
(2017)
Faktor penghargaan
finansial/financial
rewards berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
mahasiswa akuntansi
sebagai akuntan
publik/career
selection of
accounting students
as public accountants
Penelitian hanya
menggunakan
kuesioner dalam
menggunakan data dan
responden dari
penelitian ini juga
terbatas karena hanya
menyebarkan kuesioner
kepada mahasiswa
akuntansi
di Sekolah Tinggi
Politeknik Badan dan
Universitas Riau
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Minat
Mahasiswa
Akuntansi dalam
Pemilihan Karir
sebagai
Akuntan Publik
Febriyanti
(2019)
Faktor penghargaan
finansial berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap minat
mahasiswa menjadi
akuntan publik
Variabel Relasi Sosial (X2)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Mahasiswa
Akuntansi dalam
Pemilihan Karir
sebagai Akuntan
Publik
Asmoro et
al (2016)
Faktor nilai lingkungan
kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
mahasiswa S1
akuntansi sebagai
akuntan publik
Faktor nilai sosial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
mahasiswa S1
akuntansi sebagai
akuntan publik
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
sebagai Profesi
Akuntan Publik
Juliansah
dan
Suryaputri
(2016)
Faktor nilai-nilai sosial
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pemilihan profesi
akuntan publik
Responden pada
penelitian ini terbatas
karena hanya
mahasiswa akuntansi di
Universitas Trisakti.
Hal ini juga
bagi Mahasiswa
Akuntansi
bagi mahasiswa
akuntansi
Faktor lingkungan
kerja berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap pemilihan
profesi akuntan publik
bagi mahasiswa
akuntansi
disebabkan karena
keterbatasan waktu
sehingga peneliti tidak
dapat menyebarkan
kuesioner kepada
mahasiswa akuntansi
dari universitas lain
Keterbatasan variabel
Keterbatasan
pengukuran karena
hanya menggunakan
pengukuran subjektif,
sedangkan pengukuran
subyektif sangat rentan
terhadap munculnya
kesalahan
pengukuran
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Minat Pemilihan
Karir Mahasiswa
Akuntansi
sebagai Auditor
Pemerintah
Putra
(2017)
Faktor lingkungan
kerja berpengaruh
signifikan terhadap
minat pemilihan karir
mahasiswa akuntansi
sebagai auditor
pemerintah
Penelitian hanya
mengumpulkan data
dari angkatan 2013 di
Universitas Gadjah
Mada, Universitas
Indonesia, Universitas
Riau, Universitas
Andalas, Universitas
Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim, dan
Universitas Islam Riau
Dalam melakukan
penelitian
membutuhkan cukup
banyak waktu dalam
melakukan wawancara
dan penyebaran
kuesioner
Factors Setianto Faktor nilai-nilai Limitations of this
Affecting The dan sosial/social values study only used a
Interests of Harahap berpengaruh questionnaire as a
Accounting (2017) signifikan terhadap research instrument,
Students Study pemilihan karir so that the conclusions
Program mahasiswa akuntansi drawn based solely on
Selection sebagai akuntan data collected through
Career Public publik/career questionnaires.
Accountants selection of Respondents were
accounting students used in this study only
as public accountants students from the
Department of
Accounting at the
College of Batam
Polytechnic and the
University of Riau
Islands, so that the
results can be
generalized widely
lacking
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
Menjadi
Akuntan Publik
oleh Mahasiswa
Program Studi
Akuntansi STIE
AKA Semarang
Iswahyuni
(2018)
Faktor nilai-nilai
sosial berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
sebagai akuntan publik
bagi mahasiswa
akuntansi STIE AKA
Semarang
Keterbatasan
responden karena
hanya mahasiswa
akuntansi STIE AKA
Semarang
Keterbatasan
instrumen penelitian
yang hanya
menggunakan
kuesioner, sehingga
data yang didapat
hanya berasal dari
kuesioner yang
disebarkan
Variabel Komitmen Organisasi (X3)
Keahlian Srimindarti Komitmen organisasi Belum memasukan
Auditor dan et al berpengaruh seluruh variabel yang
Turnover (2015) signifikan terhadap mungkin
Intention kinerja auditor mempengaruhi kinerja
sebagai Mediasi auditor
Pengaruh Locus
of Control dan
Komitmen
Organisasi
Terhadap
Kinerja Auditor
Pengaruh Yulianti Komitmen organisasi Penelitian hanya
Komitmen dan berpengaruh positif dilakukan pada BPKP
Organisasi, Hamdiah dan signifikan di Banda Aceh
Independensi (2016) terhadap kinerja
Terhadap auditor BPKP Kota
Kinerja Auditor Banda Aceh
BPKP Kota
Banda Aceh
Pengaruh Meutia dan Komitmen organisasi Penggunaan faktor
Budaya Husada berpengaruh positif dalam menganalisis
Organisasi dan (2019) dan signifikan perusahaan,
Komitmen terhadap kinerja keterbatasan waktu
Organisasi karyawan yang singkat, judul
Terhadap yang sudah umum,
Kinerja dan obyek yang
Karyawan terbatas
Pengaruh Cahyani et Komitmen organisasi Peneliti tidak dapat
Komitmen al (2020) berpengaruh positif langsung bertemu
Organisasi dan dan signifikan dengan responden dari
Kepuasan Kerja terhadap kinerja PDAM kota Salatiga.
Terhadap
Kinerja
Karyawan
(Studi pada
Perusahaan
Daerah Air
Minum
(PDAM) Kota
Salatiga)
karyawan (studi pada
Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM)
kota Salatiga)
Tidak membedakan
komitmen organisasi
pada karyawan yang
bekerja di kantor atau
di lapangan
Pengukuran kepuasan
kerja hanya didasarkan
pada perasaan senang
atau tidak senang yang
dirasakan oleh
karyawan
Pengaruh Gaya Ningrum Komitmen organisasi
Kepemimpinan dan berpengaruh negatif
dan Komitmen Budiarti dan signifikan
Organisasi (2020) terhadap keinginan
Terhadap berpindah kerja
Keinginan karyawan
Berpindah Kerja
Karyawan
2.8. Pengembangan Hipotesis
2.8.1. Gaji
Dengan melihat hasil penelitian Juliansah dan Suryaputri (2016) serta penelitian Setianto
dan Harahap (2017) yang menyatakan bahwa gaji berpengaruh signifikan terhadap
pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik, kemudian didukung dengan
teori motivasi yang dimana gaji seharusnya merupakan suatu motivasi mahasiswa/i
akuntansi dalam memilih karir sebagai akuntan publik, maka peneliti mengangkat hipotesis
variabel gaji terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik
sebagai berikut
H1: gaji berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai
akuntan publik
2.8.2. Relasi Sosial
Dengan melihat hasil penelitian Iswahyuni (2018) dan penelitian Putra (2017) yang menyatakan
bahwa nilai sosial atau lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik, serta didukung dengan teori motivasi yang
dimana dengan relasi sosial yang tinggi seharusnya mendorong minat mahasiswa/i akuntansi
memilih karir sebagai akuntan publik, maka peneliti mengangkat hipotesis variabel relasi sosial
terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik sebagai berikut
H2: relasi sosial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai akuntan publik
2.8.3. Komitmen Organisasi
Dengan melihat hasil penelitian sebelumnya terkait komitmen organisasi yang secara
keseluruhan menyatakan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan dan didukung dengan teori persepsi yang dimana seorang mahasiswa/i akuntansi
semasa berkuliah sudah mendapatkan pemahaman, nilai-nilai, wawasan, dan kemampuan
mengenai akuntan publik seharusnya berminat memilih karir sebagai akuntan publik, maka
peneliti mengangkat hipotesis variabel komitmen organisasi terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik sebagai berikut
H3: komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik.
2.9. Kerangka Penelitian
Dari pengembangan hipotesis di atas, berikut adalah gambaran atau skema kerangka pemikiran
dalam penelitian ini.
Gaji
Relasi
Sosial
Komitmen
Organisasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Menurut Ghozali
(2015), data kuantitatif adalah data yang dapat dinilai dan dihitung, sehingga
data umumnya berbentuk angka. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer. Menurut Khrisna (2017), data primer adalah data yang diambil dari
sebuah penelitian yang menggunakan sebuah instrumen (seperti kuesioner),
namun hasilnya hanya dapat memberikan gambaran suatu keadaan pada saat
itu. Data primer pada penelitian ini akan diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner melalui social media dan email, dengan skala likert 1 sampai 4
(four-point likert scale)
1 Sangat Tidak Setuju (STS)
2 Tidak Setuju (TS)
3 Setuju (S)
4 Sangat Setuju (SS)
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Kristen Krida Wacana
(UKRIDA) Tanjung Duren. Adapun teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Heri (2017),
Purposive sampling menggunakan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti
dalam memilih sampel. Adapun penelitian ini memiliki kriteria sebagai
berikut:
a. Mahasiswa/i jurusan akuntansi angkatan 2014 s/d 2018
b. Sudah atau sedang menempuh mata kuliah Audit 1 dan 2
c. Berkuliah di Universitas Kristen Krida Wacana Tanjung Duren
3.3. Model Penelitian
Peneliti menggunakan analisis model regresi linear berganda dengan
model penelitian sebagai berikut:
𝑨𝑷 = 𝑎 + 𝖰𝟏. 𝑮𝑱 + 𝖰𝟐. 𝑹𝑺 + 𝖰𝟑. 𝑲𝑶 + 𝒆 Dimana:
AP = Akuntan Publik
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
GJ = Gaji
RS = Relasi Sosial
KO = Komitmen Organisasi
e = Standar error
3.4. Operasionalisasi Variabel
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan
kuesioner yang menggunakan four-point likert scale, dengan indikator
kuesioner sebagai berikut:
Tabel 3.1
Indikator Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel Indikator Jumlah Pertanyaan
Pemilihan Karir
Mahasiswa Akuntansi
sebagai Akuntan
Publik (AP)
Syah (2005):
1. Pemusatan perhatian
2. Keingintahuan
3. Motivasi
4. Kebutuhan
17 butir
Gaji (GJ)
Rahayu et al (2003):
1. Adil
2. Layak dan wajar
8 butir
Relasi Sosial (RS)
Anis dan Lyna (2014):
1. Perhatian orang tua
2. Dukungan orang tua
3. Profesi yang ada di
keluarga
9 butir
Rahayu et al (2003):
1. Kesempatan
melakukan kegiatan
sosial
2. Kesempatan
berinteraksi
3. Kesempatan
menjalankan hobi
4. Memberikan kepuasan
pribadi
5. Pekerjaan yang lebih
bergengsi dibanding
karir lain
6. Memperhatikan
perilaku individu
7. Kesempatan bekerja
dengan ahli
7 butir
Komitmen Organisasi
(KO)
Allen dan Mayer (1990):
1. Affective commitment
2. Continuance
commitment
3. Normative
commitment
8 butir
Pada variabel relasi sosial menggunakan indikator Rahayu et al (2003)
ditambah dengan indikator Anis dan Lyna (2014) karena relasi sosial tidak
hanya seputar kegiatan sosial dan hubungan dengan rekan kerja, tetapi juga
menyangkut hubungan dengan orang tua.
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1. Uji Validitas / Validity
Menurut Ghozali (2018), uji validitas digunakan untuk mengetahui
kevalidan setiap butir indikator kuesioner yang digunakan dalam
penelitian. Menurut Sugiyono (2018), suatu butir indikator kuesioner
dinyatakan valid dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: setiap butir indikator kuesioner yang digunakan dalam penelitian
dinyatakan tidak valid
Ha: setiap butir indikator kuesioner yang digunakan dalam penelitian
dinyatakan valid
Apabila,
rhitung < 0,3 H0 diterima
rhitung > 0,3 H0 ditolak
3.5.2. Uji Reliabilitas / Reliability
Menurut Ghozali (2018), uji reliabilitas digunakan untuk
mengukur kekonsistenan atas jawaban kuesioner dari waktu ke waktu.
Menurut Erdawati (2017), suatu variabel kuesioner dinyatakan
reliabel dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: jawaban atas hasil kuesioner dari waktu ke waktu dinyatakan
tidak reliabel
Ha: jawaban atas hasil kuesioner dari waktu ke waktu dinyatakan
reliabel
Apabila,
Cronbach Alpha < 0,6 H0 diterima
Cronbach Alpha > 0,6 H0 ditolak
3.5.3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji pengaruh variabel
pengganggu dari setiap variabel independen. Apabila dalam suatu
model regresi linear berganda terdapat autokorelasi, maka variabel
error yang satu dengan variabel error yang lain terjadi korelasi.
Apabila antar error variabel satu dengan yang lain terjadi korelasi,
maka tidak terdapat variansi yang minimum dan menyebabkan
perhitungan standar error tidak bisa dipercaya kebenarannya.
Dalam uji ini diharapkan tidak ada autokorelasi dalam model
regresi linear berganda, sehingga untuk mendeteksi autokorelasi
digunakan Durbin-Watson test. Menurut Winarno (2011), error
masing-masing variabel terbebas dari autokorelasi apabila Durbin-
Watson berada diantara 1,5 dan 2,5 (1,5 < D-W < 2,5).
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2018), multikolinearitas adalah masalah
statistik dengan dua atau lebih variabel independen dalam model
regresi linear berganda berkorelasi tinggi, sehingga dalam sebuah
penelitian regresi linear berganda tidak boleh ada multikolinearitas.
Dampak lain apabila terjadi multikolinearitas pada model regresi
linear berganda munculnya variansi yang besar, sehingga sulit
mendapatkan analisis yang tepat. Untuk mengetahui tidak adanya
multikolinearitas pada model regresi linear berganda, maka
digunakan hipotesis sebagai berikut:
H0: terdapat multikolinearitas dalam model regresi linear berganda
Ha: tidak terdapat multikolinearitas dalam model regresi linear
berganda
Apabila,
VIF > 10 H0 diterima
VIF < 10 H0 ditolak
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018), Heteroskedastisitas terjadi ketika
kesalahan standar suatu variabel tidak konstan. Dalam analisis
regresi, heteroskedastisitas adalah perubahan sistematis dalam
penyebaran residual selama rentang nilai yang diukur.
Heteroskedastisitas menjadi masalah karena regresi OLS
mengasumsikan semua residual diambil dari populasi yang
memiliki varians konstan (homoskedastisitas). Dengan arti lain,
suatu model regresi haruslah homoskedastisitas, bukan
heteroskedastisitas. Kriteria untuk mengetahui adanya atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat diagram
Scatterplot. Apabila titik-titik pada diagram Scatterplot menyebar
dan tidak membentuk suatu garis diagram atau pola, maka model
regresi dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018), uji normalitas dilakukan untuk
menguji apakah ada distribusi normal antara model regresi linear
berganda, variabel dependen, dan variabel independen. Apabila
pada model regresi linear berganda tidak berdistribusi normal,
maka pada hasil uji statistik akan mengalami penurunan. Untuk
mengetahui adanya distribusi normal dapat dilakukan dengan
melihat diagram Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual. Apabila pada diagram tersebut titik-titik berkumpul dan
membentuk sebuah garis diagram atau pola, maka dinyatakan
berdistribusi normal.
3.5.4. Uji Hipotesis
a. Uji F
Menurut Ghozali (2016), uji F pada uji Hipotesis dilakukan
untuk melihat kesesuaian model, apakah variabel independen
mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen secara
simultan, dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: b1 = b2 = ... = bx = 0, maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan
Ha: b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ bx ≠ 0, maka semua variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan
Apabila,
Nilai Sig. > α (0,05) H0 diterima
Nilai Sig. < α (0,05) H0 ditolak
b. Uji T
Menurut Ghozali (2018), uji T pada uji Hipotesis digunakan
untuk mengetahui apakah model regresi variabel independen,
terdiri dari gaji, relasi sosial, dan komitmen organisasi;
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu
pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik.
1.) Formulasi H0 dan Ha
H0: variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen secara parsial
Ha: variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen secara parsial
2.) Taraf Signifikan (α)
α = 5% = 0,05
3.) Kriteria Keputusan
Apabila,
Nilai Sig. > α (0,05) H0 diterima
Nilai Sig. < α (0,05) H0 ditolak
Dengan model regresi linear berganda sebagai berikut:
𝑨𝑷 = 𝑎 + 𝖰𝟏. 𝑮𝑱 + 𝖰𝟐. 𝑹𝑺 + 𝖰𝟑. 𝑲𝑶 + 𝒆 Dimana:
AP = Akuntan Publik
α = Konstanta
β = Koefisien
Regresi
GJ = Gaji
RS = Relasi Sosial
KO = Komitmen Organisasi
e = Standar error
c. Uji Koefisien Determinan (R2)
Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen yang juga
dipengaruhi oleh faktor lain.
Bab IV
Analisis dan Pembahasan
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dari data yang diperoleh dilakukan
analisis dengan bantuan aplikasi SPSS 24. Setelah kuesioner dalam bentuk Google Form
disebarkan melalui social media dan email, didapatkan sebanyak 81 responden dengan
kriteria mahasiswa/i jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, berkuliah di
Universitas Kristen Krida Wacana, berangkatan 2014 s/d 2018, dan sudah atau sedang
menempuh mata kuliah Audit 1 dan 2. Berikut adalah gambaran dari responden yang
didapat.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
Kategori Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 25 30,86%
Perempuan 56 69,14%
Total 81 100%
Angkatan
2014 1 1,23%
2015 4 4,94%
2016 2 2,47%
2017 51 62,96%
2018 23 28,40%
Total 81 100%
Dari kuesioner yang disebarkan juga didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2
Minat Karir Mahasiswa/i Akuntan
di Universitas Kristen Krida Wacana Tanjung Duren
Minat Karir Frekuensi Persentase
Akuntan Pemerintah 3 3,70%
Akuntan Perusahaan 13 16,05%
Akuntan Publik 36 44,44%
Konsultan Pajak 18 22,22%
Melanjutkan studi ke pasca sarjana 2 2,47%
Penganalisis Keuangan 2 2,47%
Pengusaha 2 2,47%
Perencana Keuangan 1 1,23%
Lain-lain 4 4,94%
Total 81 100%
Jika dilihat secara parsial, maka 36 mahasiswa/i akuntansi di Universitas Kristen Krida
Wacana Tanjung Duren lebih berminat memilih karir sebagai akuntan publik. Namun jika
dilihat secara simultan, sebanyak 45 mahasiswa/i akuntansi di Universitas Kristen Krida
Wacana Tanjung Duren tidak berminat memilih karir sebagai akuntan publik.
Tabel 4.3
Mahasiswa/i Akuntansi yang Berminat Memilih Karir sebagai Akuntan
Publik Berdasarkan Jenis Kelamin
Minat Menjadi
Akuntan Publik Frekuensi Persentase
Laki-laki 9 25%
Perempuan 27 75%
Total 36 100%
Dan jika dilihat dari tabel di atas, perempuan lebih berminat memilih karir sebagai akuntan
publik sebanyak 27 mahasiswi daripada mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 9 mahasiswa.
4.2. Analisis Data
Setelah dilakukan analisis dengan bantuan aplikasi SPSS 24, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
AP1 154,79 338,568 ,599 ,951
AP2 155,00 338,975 ,493 ,952
AP3 155,42 333,847 ,659 ,951
AP4 155,11 333,350 ,709 ,950
AP5 155,27 334,400 ,660 ,951
AP6 155,23 334,207 ,665 ,951
AP7 155,36 334,558 ,659 ,951
AP8 155,60 336,242 ,578 ,951
AP9 154,60 335,392 ,731 ,950
AP10 155,32 336,421 ,585 ,951
AP11 154,78 336,650 ,605 ,951
AP12 154,58 337,522 ,586 ,951
AP13 154,84 335,811 ,659 ,951
AP14 154,86 335,494 ,648 ,951
AP15 154,63 338,061 ,640 ,951
AP16 154,67 338,075 ,625 ,951
AP17 154,78 338,050 ,599 ,951
GJ1 154,52 342,903 ,424 ,952
GJ2 154,42 344,997 ,422 ,952
GJ3 154,41 343,019 ,561 ,951
GJ4 154,42 344,822 ,455 ,952
GJ5 154,77 341,907 ,413 ,952
GJ6 154,70 342,361 ,419 ,952
GJ7 154,43 345,273 ,427 ,952
GJ8 154,46 345,851 ,370 ,952
RS1 154,56 340,900 ,480 ,952
RS2 154,69 339,616 ,545 ,951
RS3 154,98 335,724 ,513 ,952
RS4 154,96 335,586 ,523 ,951
RS5 154,78 338,600 ,445 ,952
RS6 154,84 337,686 ,530 ,951
RS7 154,67 337,025 ,569 ,951
RS8 155,10 337,140 ,460 ,952
RS9 155,40 341,667 ,304 ,953
RS10 154,77 342,307 ,464 ,952
RS11 154,58 344,297 ,407 ,952
RS12 154,65 341,679 ,484 ,952
RS13 154,70 342,211 ,453 ,952
RS14 154,83 343,795 ,387 ,952
RS15 154,80 341,160 ,509 ,951
RS16 154,62 343,089 ,488 ,952
KO1 154,77 335,507 ,616 ,951
KO2 154,70 337,086 ,636 ,951
KO3 155,28 341,006 ,460 ,952
KO4 154,98 338,924 ,464 ,952
KO5 154,99 338,487 ,530 ,951
KO6 154,64 341,458 ,510 ,951
KO7 154,54 342,726 ,526 ,951
KO8 154,58 343,097 ,465 ,952
4.2.1. Uji Validitas / Validity
Untuk melakukan uji validitas terhadap butir indikator kuesioner yang telah dibagikan,
maka harus memperhatikan kolom Corrected Item-Total Correlation (rhitung) dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0: setiap butir indikator kuesioner yang digunakan dalam penelitian dinyatakan tidak valid
Ha: setiap butir indikator kuesioner yang digunakan dalam penelitian dinyatakan valid
Apabila,
rhitung < 0,3 H0 diterima rhitung > 0,3 H0
ditolak
Dari tabel Item-Total Statistics (Tabel 4.4), dapat dilihat bahwa rhitung pada masing-masing
butir indikator lebih besar dari 0,3, sehingga H0 ditolak.
Kesimpulannya adalah setiap butir indikator kuesioner yang digunakan dalam penelitian
dinyatakan valid, sehingga kuesioner
dapat digunakan untuk melakukan sebuah penelitian terkait pengaruh gaji, relasi sosial,
dan komitmen organisasi terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan
publik.
4.2.2. Uji Reliabilitas / Reliability
Untuk melakukan uji reliabilitas terhadap kekonsistenan jawaban responden dari waktu
ke waktu, maka harus memperhatikan kolom Cronbach’s Alpha if Item Deleted (Cronbach
Alpha) dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: jawaban atas hasil kuesioner dari waktu ke waktu dinyatakan tidak reliabel
Ha: jawaban atas hasil kuesioner dari waktu ke waktu dinyatakan reliabel
Apabila,
Cronbach Alpha < 0,6 H0 diterima
Cronbach Alpha > 0,6 H0 ditolak
Dari tabel Item-Total Statistics (Tabel 4.4), dapat dilihat bahwa Cronbach Alpha pada
masing-masing butir indikator lebih besar dari 0,6, sehingga H0 ditolak.
Kesimpulannya adalah jawaban atas hasil kuesioner dari waktu ke waktu dinyatakan
reliabel, sehingga jawaban atas hasil kuesioner yang telah dikumpulkan dapat dilakukan uji
Asumsi Klasik dan uji Hipotesis.
4.2.3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Model Summaryb
Model
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,685a ,469 ,448 6,634 1,848
a. Predictors: (Constant), KO, GJ, RS
b. Dependent Variable: AP
H0: variabel independen terdapat autokorelasi
Ha: variabel independen tidak terdapat autokorelasi Apabila,
D-W < 1,5 atau D-W > 2,5 H0 diterima 1,5 < D-W < 2,5
H0 ditolak
Dari tabel Model Summary (Tabel 4.5), diperoleh hasil D-W (1,848) berada diantara 1,5
dan 2,5 (1,5 < D-W (1,848) < 2,5), sehingga H0 ditolak.
Kesimpulannya adalah variabel independen pada penelitian pengaruh gaji, relasi sosial,
dan komitmen organisasi terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai
akuntan publik terbebas dari autokorelasi.
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.6
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Collinearity
Statistics
Model
B
Std.
Error
Beta
Tolera
nce
VIF
1 (Con
stant) ,295 7,181
,041 ,967
GJ ,092 ,259 ,035 ,357 ,722 ,727 1,376
RS ,491 ,122 ,398 4,035 ,000 ,708 1,413
KO ,847 ,231 ,372 3,671 ,000 ,672 1,489
a. Dependent Variable: AP
H0: terdapat multikolinearitas dalam model regresi linear berganda Ha: tidak terdapat
multikolinearitas dalam model regresi linear
berganda Apabila,
VIF > 10 H0 diterima VIF < 10 H0
ditolak
Dari tabel Coefficients (Tabel 4.6), diperoleh hasil sebagai berikut:
GJ : VIF (1,376) < 10 H0 ditolak RS : VIF (1,413) < 10
H0 ditolak KO : VIF (1,489) < 10 H0 ditolak
Kesimpulannya adalah pada variabel independen (gaji, relasi sosial, dan komitmen
organisasi) tidak terdapat multikolinearitas dalam model regresi linear berganda.
c. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.1 Diagram Scatterplot
Apabila,
1.) Titik-titik pada diagram Scatterplot berkumpul dan membentuk suatu garis diagram
atau pola, maka pada model regresi linear berganda terjadi heteroskedastisitas
2.) Titik-titik pada diagram Scatterplot menyebar dan tidak membentuk suatu garis
diagram atau pola, maka pada model regresi linear berganda tidak terjadi
heteroskedastisitas
Dari diagram Scatterplot (Gambar 4.1), diperoleh hasil dengan titik-titik menyebar dan
tidak membentuk suatu garis diagram atau
pola, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda pada penelitian
ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Gambar 4.2 Diagram Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual
Apabila,
1.) Titik-titik pada diagram Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
menyebar dan tidak membentuk suatu garis diagram atau pola, maka model regresi linear
berganda tidak berdistribusi normal
2.) Titik-titik pada diagram Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
berkumpul dan membentuk suatu garis diagram atau pola, maka model regresi linear
berganda berdistribusi normal.
Dari diagram Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual (Gambar 4.2),
diperoleh hasil dengan titik-titik berkumpul dan membentuk suatu garis diagram atau pola
sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda pada penelitian ini berdistribusi
normal.
4.2.4. Uji Hipotesis
a. Uji F
Tabel 4.7
ANOVAa
Model
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
1 Regression 3041,567 3 1013,85
6
23,39
1
,000 b
Residual 3337,421 77 43,343
Total 6378,988 80
a. Dependent Variable: AP
b. Predictors: (Constant), KO, GJ, RS
H0: b1 = b2 = ... = bx = 0, maka gaji, relasi sosial, dan komitmen organisasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan
publik (secara simultan)
Ha: b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ bx ≠ 0, maka gaji, relasi sosial, dan komitmen organisasi berpengaruh
signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik (secara
simultan)
Apabila,
Nilai Sig. > α (0,05) H0 diterima Nilai Sig. < α (0,05)
H0 ditolak
Dari tabel ANOVA (Tabel 4.7), diperoleh hasil nilai Sig. (0,000) < α (0,05), yang artinya
H0 ditolak.
Kesimpulannya adalah bahwa gaji, relasi sosial, dan komitmen organisasi berpengaruh
signifikan positif terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik
(secara simultan).
Model regresi linear berganda yang terbentuk adalah sebagai berikut:
𝑨𝑷 = 𝟎, 𝟐𝟗𝟓 + 𝟎, 𝟎𝟗𝟐 𝑮𝑱 + 𝟎, 𝟒𝟗𝟏 𝑹𝑺 + 𝟎, 𝟖𝟒𝟕 𝑲𝑶
b. Uji T
H0: variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (secara parsial)
Ha: variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (secara parsial)
Apabila,
Nilai Sig. > α (0,05) H0 diterima Nilai Sig. < α (0,05)
H0 ditolak
Dari tabel Coefficients (Tabel 4.6), diperoleh hasil sebagai berikut:
GJ : Nilai Sig. (0,722) > α (0,05) H0 diterima RS : Nilai Sig. (0,000)
< α (0,05) H0 ditolak KO : Nilai Sig. (0,000) < α (0,05) H0 ditolak
Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.) Gaji tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai akuntan publik (secara parsial).
2.) Relasi sosial berpengaruh signifikan positif terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik (secara parsial).
3.) Komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik (secara parsial).
c. Uji Koefisien Determinan (R2)
Jika dilihat pada tabel Model Summary (Tabel 4.5), diperoleh hasil Adjusted R2 sebesar
0,448 atau 44,80%, yang artinya gaji, relasi sosial, dan komitmen organisasi berpengaruh
sebesar 44,80% terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik,
lalu sisanya sebesar 55,20% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada
penelitian ini.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Gaji, Relasi Sosial, dan Komitmen Organisasi Terhadap
Pemilihan Karir Mahasiswa/i Akuntansi sebagai Akuntan Publik
Berdasarkan uji F yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa gaji,
relasi sosial, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan
publik (secara simultan), dengan nilai sig. sebesar 0,000. Dari hasil ini
dapat dilihat bahwa hasil yang didapat sesuai dengan teori motivasi
dan teori persepsi yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Scara
simultan/keseluruhan, seorang mahasiswa/i akuntansi akan memilih
karir sebagai akuntan publik dengan melihat faktor gaji yang didapat
jika bekerja sebagai akuntan publik, relasi sosial yang dirasakan
ketika memilih karir sebagai akuntan publik, dan komitmen organisasi
atau pemahaman yang diterima oleh mahasiswa/i akuntansi mengenai
karir akuntan publik.
4.3.2. Gaji Terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa/i Akuntansi sebagai
Akuntan Publik
Berdasarkan uji T yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa gaji tidak berpengaruh
signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik (secara
parsial), dengan nilai sig. sebesar 0,722. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Asmoro et al (2016) yang menyatakan bahwa penghargaan finansial/gaji
tidak berpengaruh terhadap minat mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik. Namun
hasil ini tidak sejalan dengan teori motivasi yang seharusnya gaji menjadi motivasi
mahasiswa/i dalam memilih karir sebagai akuntan publik, karena gaji seorang akuntan
publik yang terbilang cukup besar. Pada akhirnya, mahasiswa/i akuntansi tidak begitu
tertarik dengan gaji profesi akuntan publik karena mungkin lebih mengharapkan dana
pensiun, sehingga tidak sedikit pula mahasiswa/i yang memilih karir yang memberikan
dana pensiun (Asmoro et al, 2016).
4.3.3. Relasi Sosial Terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa/i Akuntansi
sebagai Akuntan Publik
Berdasarkan uji T yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa relasi sosial berpengaruh
signifikan positif terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik
(secara parsial), dengan nilai sig. Sebesar 0,000 dan β sebesar +0,491, yang artinya
semakin besar relasi sosial yang terbentuk dalam lingkung akuntan publik, semakin besar
juga minat mahasiswa/i akuntansi untuk memilih karir sebagai akuntan publik. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Iswahyuni (2018) dan Putra (2017)
yang menyatakan bahwa lingkungan sosial/nilai-nilai sosial berpengaruh signifikan
terhadap minat mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik.
Mahasiswa/i akuntansi tentunya memilih karir tidak hanya berdasarkan besaran gaji,
tetapi mereka membutuhkan sebuah relasi sosial dalam bekerja, relasi dengan sesama
junior, memiliki waktu untuk berinteraksi dengan teman-teman mereka, tidak hanya
duduk di belakang meja dan memeriksa laporan keuangan dari pagi hingga malam, bahkan
subuh.
4.3.4. Komitmen Organisasi Terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa/i
Akuntansi sebagai Akuntan Publik
Berdasarkan uji T yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa komitmen organisasi
berpengaruh signifikan positif terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai
akuntan publik (secara parsial), dengan nilai sig. sebesar 0,000 dan β sebesar +0,847, yang
artinya semakin besar komitmen organisasi yang dimiliki oleh mahasiswa/i akuntansi
mengenai profesi akuntan publik, semakin tinggi juga keinginan mahasiswa/i akuntansi
untuk memilih karir
sebagai akuntan publik. Hasil ini sejalan dengan seluruh hasil pada penelitian yang tertera
pada bab 2 sub bab pengembangan hipotesis.
Dengan komitmen organisasi yang tinggi membuat kinerja karyawan juga tinggi, hal ini
juga ternyata dialami oleh mahasiswa/i dalam memilih karir sebagai akuntan publik.
Sesuai dengan teori persepsi yang menjelaskan bahwa dengan memiliki wawasan tentang
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mereka impikan dan mengetahui kode etik sebagai
akuntan publik membuat mahasiswa/i akuntansi berminat untuk memilih karir sebagai
akuntan publik. Selain itu, mahasiswa/i akuntansi akan mendapat informasi dari senior
mereka, bertanya mengenai profesi akuntan publik, lalu dari informasi yang mereka dapat
dari senior mereka, ternyata meningkatkan minat mahasiswa/i akuntansi untuk memilih
karir sebagai akuntan publik.
Bab V
Penut
up
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gaji, relasi sosial, dan
komitmen organisasi terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai
akuntan publik. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif menggunakan
data primer melalui penyebaran kuesioner kepada mahasiswa/i jurusan
akuntansi di Universitas Kristen Krida Wacana. Dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel berupa purposive sampling, peneliti mendapatkan 81
responden dengan kriteria terdiri dari mahasiswa/i akuntansi angkatan 2014
s/d 2018 dan sudah atau sedang menempuh mata kuliah audit 1 dan 2.
Data yang didapat dari kuesioner tersebut diolah dengan bantuan aplikasi
SPSS 24. Setelah dilakukan pengujian dan analisis data, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Gaji, relasi sosial, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik
(secara simultan).
b. Gaji tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik (secara parsial).
c. Relasi sosial berpengaruh signifikan positif terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik (secara parsial).
d. Komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap pemilihan
karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik (secara parsial).
5.2. Saran
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan, diantaranya adalah:
a. Responden yang digunakan terbatas karena hanya mahasiswa/i
akuntansi di Universitas Kristen Krida Wacana.
b. Penelitian ini hanya menggunakan variabel gaji, relasi sosial, dan
komitmen organisasi untuk mencari pengaruhnya terhadap pemilihan
karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik.
c. Karena keterbatasan waktu, peneliti tidak dapat mengumpulkan hasil
responden dari mahasiswa/i akuntansi di luar Universitas Kristen Krida
Wacana.
d. Penelitian ini dibuat ketika sedang masa pandemi Covid-19, sehingga
menghambat peneliti untuk mengirimkan surat izin penyebaran
kuesioner ke kampus lain, khususnya kampus yang berdomisili di Jakarta
Barat.
Sehingga untuk menyempurnakan penelitian terkait gaji, relasi sosial, dan
komitmen organisasi terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai
akuntan publik, peneliti memberikan saran untuk para peneliti selanjutnya
sebagai berikut:
a. Penelitian ini akan mendapatkan data yang lebih lengkap apabila
menggunakan penelitian kualitatif dengan data primer berupa
wawancara.
b. Untuk populasi dapat diperluas mencakup seluruh kampus yang ada di
Jakarta Barat, sehingga data yang didapat lebih valid dan dapat
mengurangi bias.
c. Peneliti selanjutnya dapat menguji variabel lain terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik, seperti personalitas,
keluarga, jam kerja, fisik/kesehatan, pasar kerja, promosi karir,
persaingan, jenjang karir, dan nilai mata kuliah. (Variabel-variabel ini
didapat dari hasil kuesioner yang disebarkan oleh peneliti)
d. Untuk variabel komitmen organisasi dapat dilakukan pengujian ulang
karena masih sangat sedikit penelitian yang dilakukan terkait pengaruh
komitmen organisasi terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai akuntan publik.
Daftar Pustaka
Afrianto, D. 2019. Jumlah Akuntan Meningkat Drastis dalam 3 Tahun Terakhir.
https://economy.okezone.com/read/2016/02/16/320/1313171/jumlah-akuntan-
meningkat-drastis-dalam-3-tahun-terakhir
Asmoro, T K W et al. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa
Akuntansi Dalam Pemilihan Karir Sebagai Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi
Manajerial 1(1): 1–11
Avianti, I. 2015. Peluang dan Tantangan Akuntan di Era MEA.
Cahyani, R A et al. 2020. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Salatiga). Jurnal Ekobis Dewantara 3(1): 1–10
Dirgantara, G. 2019. Indonesia Butuh Lebih Banyak Akuntan Publik.
https://www.antaranews.com/berita/791557/indonesia-butuh-lebih-banyak-
akuntan-publik
Febriyanti, F. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa
Akuntansi dalam Pemilihan Karir sebagai Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi
6(1): 88–98
Ghozali, I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25
Edisi 9. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Handoko, M. 2012. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Heri. 2017. 10 Teknik Pengambilan Sampel dan Penjelasannya Lengkap
(SAMPLING). https://salamadian.com/teknik-pengambilan-sampel-sampling/
IAPI. 2020. Directory 2020. https://iapi.or.id/Iapi/detail/924
Ilham, M. 2020. Pengertian Komitmen Organisasi, Manfaat, Bentuk, Indikator dan
Faktor. https://www.materi.carageo.com/pengertian-komitmen-organisasi/
Iswahyuni, Y. 2018. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir
menjadi Akuntan Publik oleh Mahasiswa Program Studi Akuntansi STIE AKA
Semarang. Jurnal Akuntansi 5(1): 33–44
Jiwandono, D et al. 2017. Analisis Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan
dalam Rangka Mendukung Pengendalian Intern (Studi pada Pabrik Gula
Lestari Patianrowo Kabupaten Nganjuk). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)
51(2): 1–10
Juliansah, A dan Rossje V S. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Karir sebagai Profesi Akuntan Publik bagi Mahasiswa Akuntansi. Jurnal
Akuntansi Trisakti (e-Journal) 3(2): 113–134
KBBI. Relasi. https://kbbi.web.id/relasi
Khrisna. 2017. Data Sekunder dan Data Primer.
http://datariset.com/olahdata/detail/data-primer-dan-sekunder
Kurniawan. 2019. Berapa Gaji Rata-Rata Akuntan di Indonesia?.
https://www.superprof.co.id/blog/gaji-menjadi-akuntan/
LinovHR, A. 2020. 10 Manfaat Membangun Relasi dengan Rekan Kerja.
https://www.linovhr.com/manfaat-membangun-relasi-dengan-rekan-kerja/
Manarul. 2018. Pengertian Karir dan Contohnya secara Umum Paling Jelas.
https://blog.uad.ac.id/manarul1400001060/2018/07/25/pengertian-karir-dan-
contohnya-secara-umum-paling-jelas/
Manis, S. 2018. Pengertian Karir, Aspek, Faktor dan Bentuk Pengembangan Karir
Menurut Para Ahli Lengkap. https://www.pelajaran.co.id/2018/22/pengertian-
karir-aspek-faktor-dan-bentuk-pengembangan-karir-menurut-para-ahli-
lengkap.html
Meutia, K I dan Cahyadi H. 2019. Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis
(JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT 4(1): 119–126
Ningrum, T A dan Laeli B. 2020. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komitmen
Organisasi Terhadap Keinginan Berpindah Kerja Karyawan. Tadbir Muwahhid
4(1): 45–58
Nurfitriyani, A. 2020. Tantangan Akuntan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional
Pasca Pandemi Covid-19.
https://www.wartaekonomi.co.id/read305686/tantangan-akuntan-dalam-
pemulihan-ekonomi-nasional-pasca-pandemi-covid-19
PP RI No. 78 Tahun 2015
Prabowo, Y S. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Lulusan
Sarjana menjadi Akuntan Publik. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi
15(2): 171–194
Pribadi, I A. 2015. BPK: Jumlah Auditor Sangat Belum Memadai.
https://www.antaranews.com/berita/527276/bpk-jumlah-auditor-sangat-belum-
memadai
PRSA. 2012. About Public Relations. https://www.prsa.org/about/all-about-pr
Putra. 2020. Pengertian Motivasi: Fungsi, Tujuan dan Jenis-Jenis Teori Motivasi.
https://salamadian.com/pengertian-motivasi/
Putra, S E. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Pemilihan Karir
Mahasiswa Akuntansi sebagai Auditor Pemerintah (Studi Empiris Mahasiswa
Jurusan Akuntansi UGM, UI, Unri, Unand, UIN Suska, dan UIR). JOM Fekon
4(1): 353–365
Riadi, M. 2020. Persepsi (Pengertian, Proses, Jenis, dan Faktor yang
Mempengaruhi). https://www.kajianpustaka.com/2020/05/persepsi-pengertian-
proses-jenis-dan-faktor-yang-mempengaruhi.html
Rommalla, S. 2018. Prinsip-Prinsip Dasar Upah/Gaji Berdasarkan Peraturan
Pemerintah. https://www.gadjian.com/blog/2018/04/11/prinsip-prinsip-dasar-
upahgaji-berdasarkan-peraturan-pemerintah/#:~:text=Pasal 11 PP No.
78,adil%2C berdasarkan standar yang objektif.&text=Dalam prinsip dasar gaji
atau,bekerja dengan tetap mendapatkan gaji
Saputri, D L. 2018. Hubungan Kompensasi Dengan Kinerja Karyawan Food And
Beverage Department Di Hotel Grand Central Pekanbaru. JOM FISIP 5(1): 1–
11
Setianto, A I dan Yusri A H. 2017. Factors Affecting The Interests of Accounting
Students Study Program Selection Career Public Accountants. Journal of
Applied Managerial Accounting 1(1): 51–61
Sherman, K.2017. Manfaat Membangun Relasi dalam Berbagai Aspek
Kehidupan. https://magazine.job-like.com/manfaat-membangun-relasi-dalam-
berbagai-aspek-kehidupan/
Srimindarti, C et al. 2015. Keahlian Auditor dan Turnover Intention sebagai
Mediasi Pengaruh Locus of Control dan Komitmen Organisasi Terhadap
Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 12(1): 1–20
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
UU No. 15 Tahun 2011
Yulianti, R dan Cut H. 2016. Pengaruh Komitmen Organisasi, Independensi
Terhadap Kinerja Auditor BPKP Kota Banda Aceh. Jurnal Dinamika Akuntansi
Dan Bisnis 3(1): 57–61
Zahir, F. 2019. Prospek Kerja Jurusan Akuntansi, Bikin Ngiler!.
https://bills.alterra.id/prospek-kerja-jurusan-akuntansi-bikin-ngiler