Upload
doanque
View
233
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KETERWAKILAN CFO WANITA, DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP
TINDAKAN PAJAK AGRESIF
(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Okky Oktaviyani Rahayu NIM: 109082000147
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/2016 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Okky Oktaviyani Rahayu
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 08 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Flamboyan 1 No. 343 RT. 008/010
Perumnas 1 Bekasi
Agama : Islam
Telepon : 08989710913
E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1996-2002: SD Negeri
2002-2005: SMP Negeri 07 Bekasi
2005-2008: SMA Negeri 02 Bekasi
2009-2016: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. Pengalaman Kerja
2010-2010: Lembaga Pendidikan Elfast sebagai Staff Pengajar
2013-2015: PT. Mitrawan Mandiri Selaras Abadi sebagai Staff
Accounting
vii
THE EFFECT OF EXECUTIVE COMPENSATION, CFOs FEMALE REPRESENTATION AND EXECUTIVE CHARACTERISTIC ON TAX
AGGRESSIVENESS
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of executive compensation, CFOs female representation, and executive characteristic on tax aggressiveness. This research used 56 sample of manufacturing firms listed in Indonesian Stock Exchange for period on 2012-2014 that acquired by purposive sampling method. The method of research analysis was used multiple regression analysis.
The result of this research showed that simultaneously, executive compensation, CFOs female representation, and executive characteristic has significant effect on tax aggressiveness. Partially, executive compensation and executive characteristic has significant effect on tax aggressiveness. While the CFOs female representation has no significant effect on tax aggressiveness.
Keywords: executive compensation, CFOs female representation, executive characteristic, and tax aggresiveness.
viii
PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KETERWAKILAN CFO WANITA DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP
TINDAKAN PAJAK AGRESIF
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif. Penelitian ini menggunakan sampel 56 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014 yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Sementara secara parsial, kompensasi eksekutif dan karakteristik eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Sedangkan keterwakilan CFO wanita tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif.
Kata Kunci: kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, karakteristik eksekutif, dan tindakan pajak agresif.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik
Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014, dengan baik dan
lancar.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan. Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan
ketetapan Allah SWT., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang
di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada
penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara moril maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada:
1. Keluarga tercinta, Mama dan Bapak, serta adik-adikku, Mieke dan Dhea atas
doa, dukungan, kesabaran dan keikhlasan yang tidak henti-hentinya. Syukur
saya panjatkan kepada Allah karena terlahir sebagai anak dari Mama dan
Bapak. Mama dan Bapak, beribu-ribu ucapan terima kasih atas segala
curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do’a dan motivasi yang telah
mama dan bapak berikan kepada saya, yang tak akan pernah bisa saya balas.
Hanya Allah yang bisa membalasnya, semoga mama dan bapak selalu ada
dalam rahmat Allah, aamin.
2. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku dosen pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga
x
dan pikirannya dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik
dan saran yang membangun selama proses penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku ketua jurusan akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
6. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
dan perhatiannya kepada para mahasiswa.
7. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Partner terbaikku Kamil, terima kasih atas dukungan, motivasi dan kasih
sayang yang tidak terhingga untuk terus menyemangati.
9. Sahabatku Eneng, terima kasih atas perhatian, suka cita dan kasih sayangmu.
Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai akhir hayat.
10. Teman-teman dan sahabat kelas Akuntansi D, terima kasih atas semua
kebersamaannya, kebahagiaan, dan persaudaraan yang telah kalian berikan.
11. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi, terima kasih atas semua persahabatan
dan motivasinya.
12. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah
kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik
yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.
Jakarta, Maret 2016
(Okky Oktaviyani Rahayu)
xi
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF.......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... vi
ABSTRACT................................................................................................... vii
ABSTRAK.................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................ 1
Perumusan Masalah....................................................... 10
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................... 11
1. Tujuan Penelitian...................................................... 11
2. Manfaat Penelitian.................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 13
xii
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil..... 13
1. Tindakan Pajak Agresif............................................. 13
2. Kompensasi Eksekutif............................................... 18
3. Keterwakilan CFO Wanita........................................ 33
4. Karakteristik Eksekutif.............................................. 41
B. Penelitian Sebelumnya................................................... 45
C. Kerangka Berpikir dan Pengembangan Hipotesis.......... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................. 55
B. Metode Penentuan Sampel............................................. 55
C. Metode Pengumpulan Data............................................ 56
D. Metode Analisis Data.................................................... 56
1. Analisis Statistik Deskriptif...................................... 57
2. Uji Asumsi Klasik..................................................... 57
a. Uji Normalitas Residual..................................... 57
b. Uji Multikolinearitas.......................................... 57
c. Uji Heterokedastisitas........................................ 57
d. Uji Autokorelasi................................................. 58
3. Uji Hipotesis............................................................. 58
a. Uji Determinasi (R2).......................................... 59
b. Uji F................................................................... 60
c. Uji t.................................................................... 60
E. Operasional Variabel Penelitian..................................... 60
1. Variabel Independen.................................................. 61
a. Kompensasi Eksekutif........................................ 61
b. Keterwakilan CFO Wanita................................. 61
c. Karakteristik Eksekutif....................................... 62
2. Variabel Dependen.................................................... 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 65
xiii
A. Gambaran Umum Objek Penelitian............................... 65
1. Deskripsi Objek Penelitian....................................... 65
2. Deskripsi Sampel Penelitian..................................... 65
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian................................. 66
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif..................................... 66
2. Hasil Uji Asumsi Klasik............................................ 68
a. Uji Normalitas...................................................... 68
b. Uji Multikolinearitas............................................ 69
c. Uji Heterokedastisitas.......................................... 70
d. Uji Autokorelasi................................................... 71
3. Hasil Uji Hipotesis.................................................... 72
a. Uji Determinasi (R2)............................................ 72
b. Uji F..................................................................... 73
c. Uji t...................................................................... 74
BAB V PENUTUP........................................................................... 79
A. Kesimpulan.................................................................... 79
B. Implikasi........................................................................ 80
C. Saran.............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 82
LAMPIRAN............................................................................................... 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Daftar Kasus-Kasus Penghindaran Pajak.......................... 3
Tabel 2.1 : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu...................................... 45
Tabel 3.1 : Operasional Variabel......................................................... 64
Tabel 4.1 : Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur.............. 66
Tabel 4.2 : Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................. 67
Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas.......................................................... 69
Tabel 4.4 : Hasil Uji Multikolonieritas................................................ 70
Tabel 4.5 : Hasil Uji Heterokedastisitas.............................................. 71
Tabel 4.6 : Hasil Uji Autokorelasi....................................................... 72
Tabel 4.7 : Hasil Uji Adjusted R2........................................................ 73
Tabel 4.8 : Hasil Uji F......................................................................... 74
Tabel 4.9 : Hasil Uji t.......................................................................... 75
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan
Lampiran 2 : Data Sampel Penelitian
Lampiran 3 : Output Hasil Pengolahan Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama suatu negara
dalam rangka pembiayaaan penyelenggaraan pemerintahan untuk penyediaan
barang dan jasa publik serta pembangunan. Dalam penjelasan Undang-
Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) telah
dinyatakan bahwa pajak merupakan salah satu sarana dan hak tiap wajib
pajak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan.
Namun bagi pelaku bisnis dan investor, pajak tetap dianggap sebagai
beban investasi. Oleh karena itu, adalah wajar apabila pengusaha berusaha
untuk menghindari beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang
efektif. Arnold dan McIntyre (1995) dalam Gunadi (2007:276) menyebut
bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan upaya penghindaran
atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan
perundangan (lawful fashion). Tax avoidance, harus dibedakan dari tax
evasion (penyeludupan pajak) yang secara umum bersifat melawan hukum
(ilegal) dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan secara lengkap
dan benar objek pajak atau perbuatan melanggar hukum (fraud) lainnya.
Walaupun secara legal dapat dibedakan, namun secara ekonomis baik
perencanaan pajak melalui tax avoidance maupun tax evasion sama-sama
berakibat berkurangnya penerimaan pajak. Rekayasa (aranggements) atas
2
transaksi-transaksi yang berpotensi meminimalkan beban pajak untuk
memperoleh penghematan pajak merupakan perencanaan pajak.
Menurut Ahmad (2005) dalam Gunadi (2009:279) perencanaan pajak
merupakan serangkaian proses atau tindakan yang dilakukan wajib pajak
untuk merekayasa sumber-sumber penghasilan dan beban maupun transaksi
lainnya dengan tujuan untuk minimalisasi, penangguhan atau eleminasi beban
pajak yang masih berada dalam kerangka peraturan perundang-undangan.
Untuk mencapai tujuan dimaksud, pengusaha harus memanfaatkan semua
pengurang, pengecualian, pembebasan, kemudahan dan kredit yang
disediakan oleh ketentuan maupun administrasi pajak. Kalau disandingkan
maka penghindaran (avoidance) melibatkan terutama komersialisasi dan
pemanfaatan secara efektif kebijakan pajak dalam peraturan perundang-
undangan. Sementara itu, penyelundupan atau penggelapan pajak dan
sejenisnya (tax evasion) terutama terjadi dengan penghilangan atau kurang
melaporkan objek pajak yang kadangkala didukung dengan rekayasa legal,
akuntansi, dan administratif lainnya. Sementara pajak agresif adalah
perencanaan pajak yang berada di antara tax avoidance dan tax evasion,
berada dalam ranah abu-abu (gray area) (Zuber, 2007:15).
Sudah banyak kasus-kasus penghindaran pajak yang terjadi baik di
Internasional maupun di Indonesia. Beberapa daftar kasus-kasus
penghindaran pajak dapat dilihat pada tabel 1.1. di halaman berikutnya.
3
Tabel 1.1 Daftar Kasus-Kasus Penghindaran Pajak
No Tahun Kasus 1 2013 Indonesia dikejutkan dengan putusan yang dikeluarkan
oleh Mahkamah Agung yang telah memberikan vonis kepada 14 perusahaan Asian Agri Group (AAG), hal ini diakibatkan terungkapnya penggelapan pajak yang dilakukan oleh perusahaan Asian Agri Group pada tahun 2006. Penggelapan yang dilakukan oleh perusahaan Asian Agri Group adalah dengan melakukan transfer pricing. Perusahaan Asian Agri Group (AAG) menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar, dan kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi, maka beban pajak di dalam negeri dapat ditekan. Selain itu, rekanan perusahaan Asian Agri Group sebagian besar adalah perusahaan fiktif. Diperkirakan penggelapan pajak yang dilakukan perusahaan Asian Agri Group (AAG) telah merugikan negara sejumlah Rp 1,3 triliun (Wirawinata, 2011).
2 2013 Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatra Utara (Kakanwil Ditjen Pajak Sumut) I, Medan Harta Indra Tarigan mengungkapkan satu kasus penghindaran pajak (tax avoidance) yang ditemukan pihaknya saat bertugas di Kanwil Pajak Sumut II Pematangsiantar. Dirjen pajak menemukan tujuh modus yang dilakukan para pengembang properti dalam melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Pertama, penggunaan harga di bawah harga jual sebenarnya dalam menghitung Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Kedua, tidak mendaftarkan diri menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun menagih Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketiga, tidak melaporkan seluruh penjualan. Keempat, tidak memotong dan memungut Pajak Penghasilan (PPh). Kelima, mengkreditkan pajak masukan secara tidak sah. Keenam, penghindaran PPn Barang Mewah dan PPh Pasal 22 atas hunian mewah. Ketujuh, menjual tanah dan bangunan, namun yang dilaporkan hanya penjualan tanah (Siregar, 2013).
Bersambung pada halaman berikut.
4
Tabel 1.1. (Lanjutan) No Tahun Kasus
3 2013 Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Kasus ini terjadi karena pemisahan perusahaan perakitan mobil (manufacturing). Pemisahan perusahaan ini mengakibatkan terjadinya penurunan gross margin sebesar 7%, yang seharusnya jika digabungkan dapat menghasilkan gross margin sebesar 14%. Hal ini yang membuat Dirjen Pajak mempertanyakan perbedaan selisih dari gross margin ini, karena pemisahan perusahaan ini seharusnya tidak berdampak pada berkurangnya keuntungan (gross margin) (Idris, 2013).
4 2014 Eropa diguncangkan dengan polemik fasilitas perpajakan Irlandia yang menyebabkan banyak perusahaan multinasional besar seperti: Amazon, Apple, Facebook, Paypal, Twitter memilih markas di Irlandia guna membayar pajak yang lebih rendah dibandingkan jika membuka markas di negara eropa lainnya. Hal tersebut tentunya menimbulkan kemarahan negara sumber penghasilan, seperti: Perancis, Inggris, dan USA yang merasa kontribusi pajak yang dibayarkan tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh dari negara tersebut (Santosa, 2015).
5 2014 Kasus penghindaran pajak yang menyangkut banyak perusahaan multinasional. Kasus tersebut melibatkan negara Luxembourg sebagai negara yang memberikan fasilitas pajak dengan skema pajak yang rumit dengan dibantu oleh kantor akuntan handal internasional (Santosa, 2015).
6 2015 Eropa kembali dikejutkan kasus perpajakan yang dilakukan oleh HSBC Swiss. International Consortium of Investigative Journalist (The Guardian dan BBC Inggris, Le Monde Perancis, dan 50 media lainnya) mengungkap kasus ini ke publik. HSBC Swiss diduga telah membantu customer kaya untuk menghindari pajak (Tax Avoidance) dengan menawarkan skema agresif untuk mengurangi pajak di negara asal, khususnya Eropa. Secara serentak, otoritas pajak negara Eropa: HMRC Inggris, CFE Perancis, dan negara belahan dunia lain seperti ATO Australia segera melakukan penyelidikan guna menemukan keterlibatan warganya yang menyembunyikan pundi-pundi kekayaannya (Santosa, 2015).
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
5
Dalam kasus lain, banyak perusahaan besar Indonesia memilih kantor
pusat di Singapura padahal sumber penghasilan berada di Indonesia, dengan
varian pembayaran jasa, royalti ke kantor pusat. Labuan FSA, dengan fasilitas
seperti negara Tax Haven countries, menjadi lokasi menarik untuk pendirian
entitas anak usaha. Walaupun tarif pajak Corporate tax Indonesia sudah
diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010, namun tarif ini relatif masih tinggi
apabila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN (Santosa, 2015).
Kasus-kasus penghindaran pajak di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar tindakan ini dimotivasi oleh usaha perusahaan melakukan penghindaran
dan penghematan pajak, guna mengurangi biaya pembayaran pajak agar lebih
kecil. Hal ini didukung dengan prinsip yang dimiliki oleh perusahaan yaitu
berusaha untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya dengan cara mengurangi
biaya-biaya perusahaan termasuk biaya untuk membayar pajak, jika
diperlukan perusahaan akan berusaha untuk dapat menghilangkan biaya untuk
membayar pajak.
Tindakan pajak agresif dapat memberikan marginal benefit maupun
marginal cost. Marginal benefit yang mungkin didapat adalah adanya
penghematan pajak (tax savings) yang signifikan bagi perusahaan, sedangkan
marginal cost yang mungkin timbul adalah munculnya biaya atas
kemungkinan dikenainya denda atau sanksi perpajakan apabila dilakukan
pemeriksaan, penurunan harga saham perusahaan, reputational cost dan
political cost. Dalam penelitian ini tindakan pajak agresif diukur
menggunakan effective tax rate (ETR). ETR digunakan karena dianggap
6
dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan
laba fiskal (Frank et al., 2009:471).
Kompensasi merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu
manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari
manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem kompensasi membantu dalam
memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci organisasi serta memfasilitasi
pencapaian tujuan organisasi (Sutrisno, 2011:181). Kompensasi juga menjadi
pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral dan
disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181).
Thomson (2002) dalam Kadarisman (2012:26) mengemukakan bahwa
kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan
mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada
organisasi lainnya.
Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja.
Eksekutif bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik atau pemegang pemegang saham, dan sebagai imbalannya eksekutif
akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Pemilik perusahaan
mengharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja dengan kebijakan
pemberian kompensasi yang tepat (Santi dan Puji, 2014 dalam Khasanah,
2015:5).
7
Tindakan pajak agresif bisa muncul dari berbagai faktor, salah satunya
merupakan kompensasi. Manajemen memegang peranan penting dalam
memilih strategi yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan
para pemegang saham. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan kinerja
perusahaan menjadi lebih baik dan efisien. Salah satu strategi yang dilakukan
pihak manajemen adalah dengan efisiensi pembayaran pajak (Putri, 2014:2).
Sebelumnya, ada Armstrong et al. (2011:36) melakukan penelitian
mengenai hubungan kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan,
khususnya direktur pajak, terhadap tax planning perusahaan. Dalam
penelitian tersebut, mereka membuktikan adanya hubungan yang kuat antara
kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan dengan tax planning
melalui Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) effective tax rate.
Selain kompensasi, tindakan pajak agresif juga bisa muncul dari berbagai
faktor lain. Francis et al. (2014:27) melakukan penelitian mengenai
keterwakilan perempuan sebagai Chief Financial Officer (CFO) dalam
perusahaan-perusahaan Amerika yang terdaftar di ExecuComp database
terhadap tindakan pajak agresif. Dari hasil penelitian tersebut belum
ditemukan bukti bahwa keterwakilan wanita sebagai CFO berbeda dari
perilaku rekan-rekan pria dalam upaya pajak agresif (penghindaran pajak).
Namun dalam pelaporan keuangan perusahaan, Chief Financial Officer
(CFO) bersama Chief Executive Officer (CEO) merupakan pihak utama yang
terlibat dan berpengaruh secara langsung, yaitu keduanya merupakan pihak
yang menandatangani laporan keuangan dan bertanggung jawab atas
8
informasi yang disajikan. CFO bertanggung jawab untuk perencanaan
keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen yang
lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk
analisis data.
Dalam penelitian lainnya menunjukkan bahwa CFO wanita memiliki
pengaruh secara signifikan dengan tingkat manajemen laba (Peni dan
Vahaama, 2010:643). Oleh karenanya maka penelitian ini ingin menguji
bagaimana pengaruh keterwakilan perempuan sebagai CFO terhadap perilaku
pajak agresif pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya industri
manufaktur.
Selain ingin menguji pengaruh kompensasi eksekutif dan keterwakilan
CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif, penelitian ini juga ingin meneliti
bagaimana pengaruh karakteristik eksekutif pada perusahaan terhadap
tindakan pajak agresif. Dyreng et al. (2010:1185-1186) menyebutkan bahwa
karakter dari setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar
tingkat agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran
pajak. Walaupun tidak melanggar hukum, namun penghindaran pajak tidak
begitu saja dilakukan oleh semua perusahaan. Eksekutif yang memiliki
karakter pengambil resiko (risk taker) cenderung lebih berani untuk
melakukan penghindaran pajak dengan agresif. Sebaliknya, eksekutif yang
memiliki karakter penghindar resiko (risk averse) akan cenderung lebih
berhati-hati, karena walaupun tidak melanggar undang-undang, pembebanan
9
biaya yang tidak wajar dapat menimbulkan peluang dilakukannya
pemeriksaan pajak.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan di Indonesia sebelumnya. Budiman dan Setiyono (2012:15), dan
Swingly dan Sukartha (2015:58) menemukan bahwa karakteristik eksekutif
memiliki pengaruh terhadap tingkat penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji apakah terdapat
pengaruh karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif yang
dilakukan perusahaan.
Melanjutkan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggabungkan
pengujian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2004), Peni dan
Vahaama (2010), Dyreng et al. (2010), Putri (2014), Francis et al. (2014),
Armstrong et al. (2014), Carolina, dkk. (2014), dan Swingly dan Sukartha
(2015). Dengan komprehensivitas literatur yang menjadi acuan, maka
beberapa hal baru yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (1) Pengujian
pengaruh kompensasi eksekutif terhadap tindakan pajak agresif perusahaan
publik di Indonesia (khususnya industri manufaktur); (2) Pengujian pengaruh
keterwakilan CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif perusahaan publik
di Indonesia (khususnya industri manufaktur); (3) Pengujian pengaruh
karakteristik eksekutif perusahaan terhadap tindakan pajak agresif perusahaan
publik di Indonesia (khususnya industri manufaktur).
10
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk menyusun
skripsi dengan judul “Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan
CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak
Agresif”. Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas maka
perumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita dan karakteristik
eksekutif secara simultan berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif?
2. Apakah kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif?
3. Apakah keterwakilan CFO wanita berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif?
4. Apakah karakteristik eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif?
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO
wanita dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif secara
simultan.
b. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif terhadap tindakan
pajak agresif.
c. Untuk menganalisis pengaruh keterwakilan CFO wanita terhadap
tindakan pajak agresif.
d. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik eksekutif terhadap tindakan
pajak agresif.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1) Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat
menambah ilmu pengetahuan di bidang akuntansi dan perpajakan
khususnya mengenai pajak agresif dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan dapat menjadi bahan acuan serta referensi bagi
mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.
2) Bagi Masyarakat, sebagai pengetahuan mengenai perilaku-perilaku
perpajakan.
12
3) Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi peneliti lainnya yang
akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan untuk memperluas dan
memperdalam pengetahuan tentang perpajakan khususnya yang
berkaitan mengenai pajak agresif dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang
akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi pembuat kebijakan perpajakan, penelitian ini diharapkan sebagai
pengetahuan agar dapat memberikan perhatian lebih kepada
perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif agar penerimaan
negara yang bersumber dari pajak dapat dimaksimalkan.
2) Bagi investor diharapkan sebagai pengetahuan agar lebih berhati-hati
dalam menanamkan modalnya di perusahaan supaya tidak terkena
kemungkinan dampak dari tindakan pajak agresif yang dilakukan
perusahaan karena perusahaan yang agresif dalam tindakan pajaknya
cenderung agresif dalam pelaporan keuangannya.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Tindakan Pajak Agresif
Frank et al. (2009:468) mendefinisikan tindakan pajak agresif sebagai
suatu tindakan pengelolaan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena
pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong
tax evasion atau tidak. Tax evasion merupakan upaya yang dilakukan oleh
wajib pajak untuk mengurangi beban pajak dan memperoleh penghematan
pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang secara umum bersifat
melawan hukum (ilegal) dan mencakup perbuatan sengaja tidak
melaporkan secara lengkap dan benar objek pajak atau perbuatan
melanggar hukum (fraud) lainnya. Sedangkan tax avoidance merupakan
upaya penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka
memenuhi ketentuan perundangan (lawful fashion) (Arnold dan McIntyre,
1995 dalam Gunadi, 2007:276).
Sementara Zuber (2007:15) menyatakan bahwa:
“Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of aggressiveness. This gray area exists because there are tax shelters beyond what is specifically allowed by the tax law and the tax law does not specifically address all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax avoidance and tax evasion because neither term adequately describes all transactions. Therefore, aggressive transactions and decision-making may potentially become either tax avoidance or tax evasion issues”.
14
Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa di antara tax
avoidance dan tax evasion terdapat daerah abu-abu yang berpotensi
terjadinya agresivitas pajak. Transaksi dan pengambilan keputusan yang
agresif mungkin secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran
pajak maupun penggelapan pajak.
Pajak yang dibayarkan perusahaan merupakan proses transfer
kekayaan dari pihak perusahaaan kepada pemerintah sehingga beban pajak
yang dibayarkan tersebut menjadi biaya yang sangat besar bagi
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan cenderung melakukan usaha
penghindaran dan/atau penghematan pajak sebagai upaya untuk dapat
membayar pajak dengan seefisien mungkin (Hanlon dan Slemrod,
2009:126). Perusahaan yang berorientasi laba, baik perusahaan domestik
maupun perusahaan multinasional akan berusaha meminimalkan beban
pajak dengan cara memanfaatkan kelemahan sistem ketentuan pajak dari
suatu negara (Darussalam dan Septriadi, 2009).
Di banyak negara, skema penghindaran pajak dibedakan menjadi
penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance) dan
penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax
avoidance). Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyatakan
penghindaran pajak yang diperkenankan adalah defensive tax planning dan
istilah untuk penghindaran pajak yang tidak diperkenankan adalah
aggressive tax planning (Darussalam dan Septriadi, 2009).
15
Kemudian lebih lanjut Harari, et.al. (2013:9) menyatakan bahwa
agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai:
“The main purpose of the activity or activities that are the object of tax planning is to avoid paying taxes or to lower taxes significantly, and the commercial reason for that activity, if any, is marginal”.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa tindakan pajak
agresif merupakan tujuan utama dari aktivitas perencanaan pajak untuk
menghindari pembayaran pajak atau membuat rendah beban pajak yang
dibayarkan secara signifikan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tindakan pajak agresif dilakukan sebagai upaya paling akhir dari spektrum
serangkaian perilaku perencanaan pajak untuk tujuan mengurangi beban
pajak dan penghematan pajak yang nantinya dapat menghasilkan
pelaporan pajak yang agresif.
Dalam melakukan tindakan pajak agresif, terdapat beberapa
keuntungan dan kerugian. Chen et al. (2010:8) menyebutkan 3 keuntungan
tindakan pajak agresif, yaitu:
a. Penghematan pajak, sehingga bagian kas untuk pemegang saham
menjadi lebih besar.
b. Kompensasi bagi manajer yang berasal dari pemegang saham atas
tindakan pajak agresif yang dilakukan manajer tersebut.
c. Kesempatan bagi manajer untuk melakukan rent extraction, yakni
tindakan manajer yang tidak memaksimalkan kepentingan pemilik.
Hal ini dapat berupa penyusunan laporan keuangan yang agresif,
16
pengambilan sumber daya atau aset perusahaan untuk kepentingan
pribadi, atau melakukan transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
Sedangkan Desai dan Dharmapala (2004:18) menyebutkan 3 kerugian
dari tindakan pajak agresif, yaitu:
a. Adanya kemungkinan perusahaan terkena hukuman dari instansi
perpajakan akibat ditemukannya kecurangan-kecurangan yang
mungkin terjadi pada saat proses audit.
b. Tercederainya reputasi perusahaan akibat audit oleh instansi
perpajakan.
c. Turunnya harga saham perusahaan akibat adanya anggapan dari para
pemegang saham bahwa tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh
manajer merupakan tindakan rent extraction yang dapat merugikan
pemegang saham.
Umumnya suatu negara telah membuat suatu ketentuan untuk
menangkal praktik unacceptable tax avoidance atau aggressive tax
planning. Di Australia, skema-skema yang dapat dikategorikan sebagai
aggressive tax planning oleh Australian Taxation Office (ATO) adalah
sebagai berikut:
a. Transaksi yang dibuat semata-mata untuk tujuan menghindari pajak.
Dengan kata lain transaksi tersebut tidak mempunyai tujuan bisnis,
kalaupun ada tujuan bisnisnya tetapi sangat tidak signifikan.
17
b. Berusaha untuk mendapatkan fasilitas pajak yang sebenarnya fasilitas
pajak tersebut tidak ditujukan kepadanya.
c. Membuat transaksi yang berputar-putar yang akhirnya transaksi
tersebut akan kembali lagi kepadanya (round-robin flow of funds).
d. Penggelembungan nilai aset untuk mendapatkan biaya penyusutan
yang besar di masa yang akan datang.
e. Memanfaatkan suatu entitas usaha dimana penghasilan yang diterima
oleh entitas usaha tersebut dikecualikan sebagai objek pajak.
f. Transaksi bisnis yang melibatkan negara-negara yang dikategorikan
sebagai tax haven countries.
Sedangkan di Indonesia, dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku saat ini, belum ada definisi yang jelas mengenai
acceptable tax avoidance dan unacceptable tax avoidance atau aggressive
tax planning (Darussalam dan Septriadi, 2009).
Tindakan pajak agresif mempunyai lima komponen pengukuran, yaitu
effective tax rate (ETR), cash effective tax rate (CETR), book-tax
difference Manzon-Plesko (BTD_MP), book-tax difference Desai-
Dharmapala (BTD_DD) dan tax planning (TAXPLAN) (Sari dan Martani,
2010:10).
ETR digunakan karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap
antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al., 2009:471).
Sedangkan CETR digunakan karena diharapkan dapat mengidentifikasi
keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan
18
perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al., 2010:16).
Menurut Desai dan Dharmapala (2004:2-3), book-tax difference bisa
timbul karena adanya aktivitas perencanaan pajak dan manajemen laba,
maka nilai residu dari regresi nilai book-tax difference dan nilai total
akrual diharapkan murni merupakan cerminan dari aktivitas perencanaan
pajak. Sedangkan nilai tax planning (TAXPLAN) digunakan karena
dianggap dapat menggambarkan tingkat subsidi pajak yang digunakan.
2. Kompensasi Eksekutif
Kompensasi merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen.
Karena kompensasi merupakan aspek yang paling sensitif di dalam
hubungan kerja. Kasus yang terjadi dalam hubungan kerja mengandung
masalah kompensasi dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan,
kenaikan kompensasi, struktur kompensasi, dan skala kompensasi.
Kompensasi juga merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu
manajemen yang efektif dan kondusif. Sistem kompensasi yang baik dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis.
Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-
nilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
(Sutrisno, 2011:181). Masalah kompensasi selain sensitif, juga menjadi
pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral
dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181). Sistem kompensasi
yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
keberhasilan bisnis (Khasanah, 2015:4).
19
Nitisemito (1996:90) menyatakan bahwa kompensasi adalah balas jasa
yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerjanya, yang dapat dinilai
dengan uang dan cenderung diberikan secara tetap. Kompensasi
merupakan masalah yang sangat penting, karena salah satu tujuan utama
seseorang menjadi pekerja adalah adanya kompensasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Thomson (2002) dalam
Kadarisman (2012:26) yaitu kompensasi sebagai faktor penting yang
mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu
organisasi dan bukan pada organisasi lainnya.
Kompensasi merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga
atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi menjadi
semacam jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai
imbalan atas penggunaan tenaga kerjanya (Wibowo, 2013:348).
Werther dan Davis (1982) dalam Kadarisman (2012:1)
mengemukakan kompensasi sebagai berikut:
“Compensation is what employee receive in exchange of their work. Whether hourly wages or periodic salaries, the personnel department usually designs and administers employee compensation”.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa kompensasi
adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan atas kontribusinya
kepada organisasi. Baik upah per jam ataupun gaji periodik yang didesain
dan dikelola oleh bagian Sumber Daya Manusia (Kadarisman, 2012:1).
Kompensasi merupakan imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan
oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut
20
telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan
perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sastrohadiwiryo,
2002:181).
Lebih lanjut, Admosudiro (1994) dalam Kadarisman (2012:9)
mengemukakan bahwa kompensasi merupakan penghargaan kepada
pekerja secara adil dan layak untuk prestasi kerja dan atas jasa yang telah
dikeluarkan terhadap tujuan organisasi demi tercapainya tujuan organisasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Nawawi (1998) dalam Kadarisman
(2012:25), yaitu sebagai berikut:
“Kompensasi bagi organisasi/perusahaan berarti penghargaan atau ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut dengan bekerja.”
Sebagai penghargaan atas penyerahan dan pemberian segenap hasil
kerja atau performance pekerja kepada organisasi, maka organisasi
memberikan balas jasa, imbalan jasa, penghargaan, penghasilan,
kompensasi atau reward. Ditinjau dari sisi pandang organisasi, pemberian
imbalan jasa atau penghasilan akan selalu dikaitkan dengan kuantitas,
kualitas dan manfaat jasa yang dipersembahkan oleh pekerja bagi
organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi seberapa jauh tujuan
organisasi dapat dicapai, bahkan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
organisasi tersebut (Kadarisman, 2012:6).
Kompensasi mengandung arti yang lebih luas daripada upah atau gaji.
Upah atau gaji lebih menekankan pada balas jasa yang bersifat finansial,
21
sedangkan kompensasi mencakup balas jasa finansial maupun non-
finansial (Samsudin, 2006 dalam Kadarisman, 2012:49).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompensasi
merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan kepada tenaga kerja
yang jumlahnya tergantung dari hasil yang dicapai baik berupa finansial
maupun non-finansial. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong tenaga kerja
untuk bekerja lebih giat dan lebih baik sehingga prestasi dapat meningkat
yang pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai.
Jenin-Jenis Kompensasi
a. Direct Financial Compensation
Bentuk dari pemberian kompensasi ini adalah (Panggabean, 2002
dalam Sutrisno 2011:187):
1) Upah atau gaji (Wages or Salaries).
Upah biasanya berhubungan dengan tarif gaji perjam (semakin
lama kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah merupakan basis
bayaran yang kerap digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan
pemeliharaan. Sedangkan gaji umumnya berlaku untuk tarif
mingguan, bulanan atau tahunan.
2) Insentif (Incentive).
Merupakan tambahan-tambahan gaji diatas atau diluar gaji atau
upah yang diberikan oleh organisasi. Program-program insentif
disesuaikan dengan memberikan bayaran tambahan berdasarkan
22
produktivitas, penjualan, keuntungan-keuntungan atau upaya-upaya
pemangkasan biaya.
3) Bonus.
Dalam pemberian bonus sebagai kompensasi ini setiap orang
akan memperolehnya 10 berdasarkan hasil yang dicapai perusahaan
tanpa memperhitungkan upah aktual seseorang.
b. Indirect Financial Compensation
Bentuk dari pemberian kompensasi ini adalah (Panggabean, 2002
dalam Sutrisno 2011:187):
1) Tunjangan (Benefit).
Contoh-contoh tunjangan seperti asuransi kesehatan, asuransi
jiwa, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun
dan tunjangan-tunjangan lainnya yang berhubungan dengan
kepegawaian.
2) Fasilitas (Facility).
Merupakan kenikmatan/fasilitas seperti mobil perusahaan,
keanggotaan klub, tempat parkir khusus.
c. Non Financial Compensation
Suatu penghargaan bagi tenaga kerja yang bukan berbentuk
keuangan, dalam hal ini merupakan kebutuhan tenaga kerja yang
bukan berwujud uang, misalnya:
1) Pekerjaan dan jabatan yang menjanjikan masa depan.
2) Pengaturan jam kerja yang lebih santai dan fleksibel.
23
Macam-Macam Kompensasi
Menurut Wibowo (2013:348) dilihat dari cara pemberiannya
kompensasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kompensasi Langsung
Kompensasi langsung seperti upah dan gaji atau pay for
performance, seperti insentif dan gain sharing.
b. Kompensasi Tidak Langsung
Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang
diberikan terhadap semua tenaga kerja sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan para pekerja. Contohnya, berupa fasilitas-fasilitas
seperti: asuransi, tunjangan, uang pensiun atau jaminan keamanan dan
kesehatan.
Tujuan kompensasi tidak langsung antara lain sebagai berikut
(Hasibuan, 2011 dalam Hakim, 2011:173):
1) Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan tenaga kerja
kepada perusahaan.
2) Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi tenaga
kerja beserta keluarganya.
3) Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas tenaga kerja.
4) Menurunkan tingkat absensi dan turnover tenaga kerja.
5) Menciptakan suasana kerja yang baik dan nyaman.
6) Membantu kelancaran dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7) Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas tenaga kerja.
24
8) Mengefektifkan pengadaan tenaga kerja.
9) Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan
kualitas manusia Indonesia.
10) Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan.
11) Meningkatkan status sosial tenaga kerja beserta keluarganya.
Syarat Pemberian Kompensasi
Menurut Panggabean (2002:92) syarat pemberian kompensasi agar
mencapai tujuan dari pemberian kompensasi adalah:
a. Sederhana, peraturan dari sistem kompensasi harus singkat, jelas dan
dapat dimengerti.
b. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang
diharapkan untuk mereka lakukan.
c. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk
akal untuk memperoleh sesuatu.
d. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk
menentukan rencana kompensasi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi, yaitu (Noviyanto,
2011:2):
a. Faktor Intern Organisasi.
1) Dana Organisasi.
2) Serikat Pekerja.
25
b. Faktor Pribadi Tenaga Kerja.
1) Produktivitas Kerja.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh prestasi kerja. Prestasi
kerja merupakan faktor yang diperhitungkan dalam penetapan
kompensasi. Pemberian kompensasi ini dimaksud untuk
meningkatkan produktivitas kerja pekerja.
2) Posisi dan Jabatan.
Posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi menunjukkan
keberadaan dan tanggung jawabnya dalam hierarki organisasi.
Semakin tinggi posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi,
semakin besar tanggung jawabnya, maka semakin tinggi pula
kompensasi yang diterimanya. Hal tersebut berlaku sebaliknya.
3) Pendidikan dan Pengalaman.
Pekerja yang lebih berpengalaman dan berpendidikan lebih
tinggi akan mendapat kompensasi yang lebih besar dari pekerja
yang kurang pengalaman dan atau lebih rendah tingkat
pendidikannya. Pertimbangan faktor ini merupakan wujud
penghargaan organisasi pada keprofesionalan seseorang yang dapat
memacu pekerja untuk meningkatkan pengetahuannya.
4) Jenis dan Sifat Pekerjaan.
Besarnya kompensasi pekerja yang bekerja di lapangan berbeda
dengan pekerja yang bekerja dalam ruangan, demikian juga
kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan berbeda dengan
26
pekerjaan administratif. Begitu pula halnya dengan pekerjaan
manajemen berbeda dengan pekerjaan teknis. Pemberian
kompensasi yang berbeda ini selain karena pertimbangan
profesionalisme pekerja juga karena besarnya resiko dan tanggung
jawab yang dipikul oleh pekerja yang bersangkutan.
c. Faktor Ekstern Organisasi.
1) Penawaran dan Permintaan Kerja.
Mengacu pada hukum ekonomi pasar bebas, kondisi dimana
penawaran (supply) tenaga kerja lebih dari permintaan (demand)
akan menyebabkan rendahnya kompensasi yang diberikan.
Sebaiknya bila kondisi pasar kerja menunjukkan besarnya jumlah
permintaan tenaga kerja sementara penawaran hanya sedikit, maka
kompensasi yang diberikan akan besar.
2) Biaya Hidup.
Besarnya kompensasi terutama upah/gaji harus disesuaikan
dengan besarnya biaya hidup (cost of living). Yang dimaksud biaya
hidup disini adalah biaya hidup minimal.
3) Kebijaksanaan Pemerintah.
Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah berupaya melindungi
rakyatnya dari kesewenang-wenangan dan keadilan. Dalam
kaitannya dengan kompensasi, pemerintah menentukan upah
minimum, jam kerja/hari, untuk pria dan wanita, pada batas umur
tertentu.
27
4) Kondisi Perekonomian Nasional.
Kompensasi yang diterima oleh pekerja di negara-negara maju
jauh lebih besar dari yang diterima negara-negara berkembang dan
atau negara miskin. Besarnya rata-rata kompensasi yang diberikan
oleh organsasi-organisasi dalam suatu negara mencerminkan
kondisi perekonomian negara tersebut dan penghargaan negara
terhadap sumber daya manusianya.
Tujuan Pemberian Kompensasi
Menurut Notoadmodjo dalam Sutrisno (2011:188), ada beberapa
tujuan dari kebijakan pemberian kompensasi meliputi:
a. Menghargai prestasi kerja.
b. Menjamin keadilan sistem kompensasi.
c. Mempertahankan karyawan.
d. Memperoleh karyawan yang bermutu.
e. Pengendalian biaya.
f. Memenuhi peraturan-peraturan.
Fungsi Kompensasi
Menurut Martoyo (1994) dalam Noviyanto (2011:1), fungsi
kompensasi adalah:
a. Penggunaan Sumber Daya Manusia secara lebih efisien dan lebih
efektif.
b. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
28
Kompensasi yang efektif seharusnya dapat memenuhi kebutuhan
dasar, mempertimbangkan adanya keadilan internal dan eksternal, dan
pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan individu (Cascio, 1995
dalam Sutrisno, 2011:186). Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins
(1993) dalam Sutrisno (2011:186) yang mengemukakan bahwa
penghargaan dapat meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan kerja
apabila:
a. Mereka merasakan adanya keadilan dalam kompensasi.
b. Penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka.
c. Berkaitan dengan kebutuhan individu.
Menurut Cascio (1995) dalam Sutrisno (2011:186-187), diantara
prinsip-prinsip tersebut di atas yang paling penting adalah adanya
keadilan. Keadilan di tempat kerja, termasuk dalam pemberian kompensasi
ada dua macam, yaitu keadilan distributif dan prosedural. Keadilan
distributif berusaha untuk menjelaskan bagaimana seseorang bereaksi
terhadap jumlah kompensasi yang diterima, sedangkan keadilan prosedural
yang digunakan untuk menentukan kompensasi. Dengan kata lain,
keadilan distributif berkaitan dengan hasil akhirnya, sedangkan keadilan
prosedural berkaitan dengan alatnya. Sebagai akibatnya, keadilan
distributif lebih mempengaruhi kepuasan terhadap apa yang diberikan.
Adapun keadilan prosedural lebih mempengaruhi kepuasan terhadap
pimpinan dan komitmen organisasi.
29
Menurut Panggabean (2002) dalam Sutrisno (2011:185), agar
pemberian kompensasi terasa adil, maka proses yang harus dilakukan
adalah:
a. Menyelenggarakan survei kompensasi, yaitu survei mengenai jumlah
kompensasi yang diberikan bagi pekerjaan yang sebanding di
perusahaan lain (untuk menjamin keadilan eksternal).
b. Menentukan nilai tiap pekerjaan dalam perusahaan melalui evaluasi
pekerjaan (untuk menjamin keadilan internal).
c. Mengelompokkan pekerjaan yang sama/sejenis ke dalam tingkat
kompensasi yang sama pula (untuk menjamin keadilan karyawan).
d. Menyesuaikan tingkat kompensasi dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (menjamin kompensasi layak dan wajar).
Kriteria Keberhasilan Sistem Kompensasi
Menurut Irianto (2001:103) dalam mengukur keberhasilan
implementasi sistem kompensasi, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut::
a. Mendukung pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
b. Sesuai dengan dan mendukung strategi dan struktur organisasi.
c. Menarik dan dapat mempertahankan individu yang berkompeten
sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan.
d. Menetapkan spektrum yang lebih luas atas perilaku tugas (task
behavior) yang diinginkan dari seluruh anggota organisasi.
e. Merefleksikan ekuitas (persamaan-keadilan) bagi seluruh anggota
organisasi.
30
f. Sejalan dengan hukum atau perundang-undangan yang berlaku dalam
suatu wilayah yuridiksi tertentu dimana organisasi berada.
g. Dapat mencapai keenam kriteria tersebut dengan biaya yang
proposional sesuai dengan kondisi keuangan internal.
h. Dapat mencapai ketujuh kriteria tersebut diatas dalam kondisi dengan
penggunaan biaya yang paling efektif.
Kompensasi Eksekutif
Menurut Siagian (1992) dalam Septyani (2013:1), eksekutif
merupakan seseorang yang menduduki jabatan kepemimpinan tertentu
dalam suatu organisasi serta mempunyai hak dan wewenang
menggerakkan orang lain yang disebut “bawahan” dan para bawahan
itulah yang memikul tanggung jawab melaksanakan berbagai kegiatan
operasional dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain bahwa
eksekutif adalah manajer tingkat atas dari suatu organisasi, yang
memberikan pengaruh yang besar terhadap perusahaan, seperti direktur
utama, wakil direktur utama, direktur, manajer eksekutif termasuk
didalamnya komisaris utama dan komisaris.
Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja.
Eksekutif bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik atau pemegang pemegang saham, dan sebagai imbalannya
eksekutif akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Pemilik
perusahaan mengharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja
31
dengan kebijakan pemberian kompensasi yang tepat (Santi dan Puji, 2014
dalam Khasanah, 2015:5).
Paket kompensasi eksekutif pada dasarnya berisi hampir sama dengan
paket kompensasi karyawan pada umumnya yaitu terdiri dari komponen
gaji pokok, bonus, insentif, fasilitas serta tunjangan. Yang membedakan
adalah adanya jenis kompensasi khusus yang tidak diterima oleh karyawan
yaitu kompensasi dalam bentuk opsi saham (Dessler, 2007:58). Opsi
saham (stock options) merupakan hak untuk membeli saham perusahaan
pada harga tertentu selama jangka waktu tertentu, dengan harga saham di
bawah harga pasar dan selisih harga itu merupakan bonus (Sirait,
2007:205).
Program kompensasi eksekutif yang dirancang dengan baik dapat
memacu pertumbuhan kinerja perusahaan melalui dua cara, yaitu:
a. Dapat membantu perusahaan menarik orang-orang yang memiliki
bakat yang tepat dalam tugas dan tanggung jawab tertentu guna
mendorong pertumbuhan perusahaan.
b. Penempatan posisi kepemimpinan yang tepat. Rancangan rencana
kompensasi dapat memperkuat strategi pertumbuhan melalui
pengukuran kinerja dan tujuan-tujuan tertentu yang mempengaruhi
pertumbuhan perusahaan dan/atau unit usaha, selain itu dapat
menekan laju perputaran manajemen yang disebabkan oleh kinerja
manajemen yang buruk karena tidak puas dengan kompensasi yang
diterima (Burchman dan Jones, 2006:40).
32
Beberapa penelitian tentang kompensasi dikaitkan dengan teori
keagenan (agency theory). Teori keagenan memandang adanya hubungan
antara pemilik (prinsipal) dan manajemen perusahaan (agen). Prinsipal
mempercayai agen yang memberikan jasa manajerialnya. Dengan jasanya
tersebut, agen menerima kompensasi dari prinsipal. Kompensasi
merupakan nilai jasa yang diberikan pemilik perusahaan kepada
manajemen (Jensen dan Meckling, 1976:5).
Armstrong et al. (2011:36) melakukan penelitian mengenai hubungan
kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan, khususnya atas
kompensasi yang diterima oleh direktur pajak terhadap tax planning
perusahaan. Dalam penelitian tersebut, mereka membuktikan adanya
hubungan yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak
perusahaan dengan tax planning melalui GAAP effective tax rate.
Rego dan Wilson (2008:27) juga menemukan hubungan antara
kompensasi CEO dan CFO terhadap tindakan pajak agresif perusahaan yang
dikaitkan dengan kinerja perusahaan.
Desai dan Dharmapala (2006:30) meneliti bagaimana insentif
kompensasi berbasis ekuitas mempengaruhi keputusan berlindung pajak.
Karena insentif berbasis ekuitas harus menyelaraskan kepentingan
manajerial dengan para pemegang saham. Desai dan Dharmapala
memprediksi bahwa insentif tersebut harus mendorong manajer untuk
mengurangi pengalihan sewa dan meningkatkan kegiatan berlindung pajak
mereka. Namun, Desai dan Dharmapala juga menduga bahwa transaksi
33
penampungan pajak yang kompleks yang dirancang untuk mengaburkan
substansi ekonomi transaksi juga dapat mengaburkan laporan keuangan
perusahaan dan meningkatkan peluang bagi manajerial diversion.
Irawan dan Farahmita (2012:20) juga menemukan bahwa kompensasi
direksi berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Namun
hasil tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2014:15), dan Dewi dan Sari (2015:62), hasil penelitian keduanya
menunjukkan bahwa kompensasi eksekutif tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
3. Keterwakilan CFO Wanita
CFO (Chief Financial Officer) adalah jabatan di suatu perusahaan
yang memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola resiko keuangan
perusahaan. Pejabat ini juga bertanggung jawab untuk perencanaan
keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen
yang lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab
untuk analisis data. Dalam pelaporan keuangan perusahaan CEO dan CFO
merupakan pihak yang terlibat secara langsung, yaitu keduanya adalah
pihak yang menandatangani laporan keuangan dan bertanggung jawab atas
informasi yang disajikan (Nalikka, 2009:102).
Antara pria dan wanita pada dasarnya memiliki perbedaan yang dapat
ditinjau dari dua macam konsep, yaitu konsep biologis yang menekankan
pada jenis kelamin, dan konsep non-biologis yang lebih dikenal dengan
konsep gender. Perbedaan atas dasar konsep biologis lebih menunjuk pada
34
hal-hal yang berkaitan dengan perbedaan fisiologis, terutama pada fungsi
reproduksi, sedangkan konsep gender lebih menekankan pada perbedaan
atas dasar konstruksi sosiokultural (Thompson dan Priestley, 1996 dalam
Partini, 2013:1). Walaupun gender berkaitan dengan perbedaan jenis
kelamin, tetapi tidak semata-mata bertumpu pada perbedaan fisiologis.
Tumpuan lainnya adalah perbedaan psikologis. Ada dua teori untuk
melihat adanya perbedaan tersebut, yaitu teori Nature dan teori Nurture
(Budiman, 1985 dalam Partini, 2013:1). Pengikut teori Nature
beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita
disebabkan oleh faktor-faktor biologis. Sedangkan pengikut teori Nurture
beranggapan bahwa perbedaan tercipta melalui proses belajar dari
lingkungan.
Teori nature mengungkapkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita
adalah kodrat yang harus diterima. Perbedaan biologis memberikan
dampak berupa perbedaan peran dan tugas diantara keduanya. Baik pria
maupun wanita memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsi masing-
masing. Terdapat peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada
pula yang tidak dapat dipertukarkan karena memang berbeda secara kodrat
alamiah (Budiman, 1991 dalam Partini, 2013:209).
Deaux dan Kite (1987) dalam Partini (2013:10) menyebutkan bahwa
pada umumnya, pria adalah orang yang lebih kuat, lebih aktif, serta
ditandai dengan kebutuhan besar mencapai tujuan, dominasi, otonomi, dan
agresi. Sebaliknya, wanita dipandang sebagai lebih lemah dan kurang
35
aktif, lebih menaruh perhatian pada afiliasi, berkeinginan untuk mengasuh,
serta mengalah.
Literatur psikologi dan manajemen telah mengakui bahwa terdapat
perbedaan berbasis gender yang signifikan antara pria dan wanita. Sebagai
contoh adalah perbedaan dalam gaya kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, konservatisme, menghindari resiko, dan pembuatan
keputusan (Peni dan Vahaama, 2010:630).
Karam dan Ballington (1999) dalam Woischnik (2012:5) mengatakan
bahwa keterwakilan wanita memiliki peran yang sangat penting, karena
diyakini dapat memberikan perubahan positif dalam proses pembuatan
kebijakan yang lebih baik. Kehadiran kaum wanita merupakan prasyarat
bagi terwujudnya kesetaraan gender.
Gender berasal dari kata dalam bahasa Arab “Jinsiyyun” yang
kemudian diadopsi dalam bahasa Perancis dan Inggris menjadi “gender”
(Fakih, 1999:8). Gender diartikan sebagai perbedaan peran dan tanggung
jawab wanita dan pria yang ditentukan secara sosial. Gender berhubungan
dengan bagaimana persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan
sebagai wanita dan pria yang dibentuk masyarakat, bukan karena
perbedaan biologis. Peran gender dibentuk secara sosial, institusi sosial
memainkan peranan penting dalam pembentukkan peran gender dan
hubungan.
Istilah gender digunakan dalam konteks sosial untuk menjelaskan
karakteristik antara pria wanita maupun antara sifat-sifat feminim dan
36
maskulin dalam masyarakat. Menurut World Health Organizations
(WHO), “Gender” refers to the socially constructed roles, behaviours,
activities, and attributes that a given society considers appropriate for
men and women. Yang berarti gender merujuk pada peran, perilaku,
aktivitas dan atribut yang dibentuk secara sosial dianggap sesuai untuk pria
dan wanita (Kartikarini dan Mutmainah, 2013:2). Dengan perbedaan
gender tersebut, diasumsikan bahwa pria dan wanita akan bertindak atau
memiliki respons yang berbeda dalam menghadapi masalah yang sama.
Pria dan wanita akan menggunakan pertimbangan yang berbeda dalam
proses pengambilan keputusan dalam rangka merespon masalah yang
dihadapinya.
Parson dan Bales (1955) dalam Partini (2013:11) mengungkapkan
bahwa wanita lebih cocok pada pekerjaan yang bersifat ekspresif,
sedangkan pria lebih sesuai pada pekerjaan instrumental. Stoler (1982) dan
Boserup (1970) dalam Partini (2013:11) menggunakan istilah pekerjaan
domestik untuk wanita dan publik untuk pria. Sedangkan Doringer dan
Piore (1971) serta Standing (1978) dalam Partini (2013:11) menyebut
istilah jenis pekerjaan primer untuk pria, dan sekunder untuk wanita.
Sebenarnya pembagian kerja secara seksual bukan merupakan sesuatu
yang keliru atau salah, asalkan hal itu dapat menunjukkan adanya
keseimbangan (Budiman, 1991 dalam Partini, 2013:2). Konsekuensi
adanya pembagian kerja terlihat tatkala wanita masuk ke dalam angkatan
37
kerja, di mana terdapat pembedaan upah dan kesempatan (Carrel et al.,
1995 dalam Partini, 2013:2).
Teori peran memperhatikan perbedaan antar jenis kelamin yang
diekspresikan melalui perbedaan harapan, sikap, tingkah laku yang telah
mempola, dan kemungkinan berkarakteristik psikologis. Pria dianggap
memiliki intelektualitas dan emosi yang lebih tinggi, serta menginginkan
kerja yang penuh arti dengan harapan-harapan yang lebih besar daripada
wanita (Partini, 2013:13).
Schein (1994) dalam Partini (2013:24-25) menyatakan bahwa posisi
yang banyak diduduki wanita hanya pada tingkat bawah.
“Most women are still concentrated in lower management levels. Women represent only 11% of high level directors and managers, and no more than 3% at the top level of management of large companies in the private sector.”
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wagnerova (1983)
dalam Partini (2013:25) yang menunjukkan bahwa walaupun partisipasi
tenaga kerja wanita semakin bertambah, namun jika ditinjau dari kategori
pekerjaan maka wanita yang tergolong sebagai pekerja ahli hanya 25%.
Pria banyak memonopoli pekerjaan-pekerjaan manajerial, pria
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menyisihkan wanita dari
penyusunan berbagai macam program ketika perusahaan harus membuat
suatu keputusan penting (Reskin dan Phipps, 1988 dalam Partini,
2013:36). Pekerjaan menjadi semakin birokratis dan berbagai macam
aturan personal yang menghalangi wanita juga semakin diformalisasikan
(Taylor, 1977 dalam Partini, 2013:36). Namun kini peluang wanita untuk
38
memperoleh pekerjaan sebagai manajer dan administratur jumlahnya
semakin bertambah secara sangat perlahan-lahan. Di Amerika, pada tahun
1970 pekerjaan manajer dan administratur yang dipegang oleh wanita
adalah 16,6%. Angka ini menjadi 26,1% pada tahun 1980, walaupun
manajer wanita hanya berada pada pekerjaan sosial dan perpustakaan
(Reskin dan Phipps, 1988 dalam Partini, 2013:36).
Dewan direksi dan komisaris perusahaan yang heterogen akan mampu
untuk membuat keputusan berdasarkan evaluasi dari beberapa alternatif
dibandingkan dengan dewan direksi yang lebih homogen. Direktur wanita
memiliki pengalaman kerja yang berbeda dibandingkan dengan direktur
pria. Direktur wanita memiliki pemahaman yang lebih baik atas segmen
pasar perusahaan dibandingkan pria dan hal ini dapat mengembangkan
kualitas dalam proses pengambilan keputusan perusahaan (Singh &
Vinnicombe, 2004 dalam Nathania, 2014:77).
Management diversity menjadi hal yang penting untuk diperhatikan
berkaitan dengan corporate governance di Indonesia karena masih adanya
anggapan bahwa pria lebih layak untuk menduduki jabatan penting dalam
perusahaan. Kehadiran wanita dalam perusahaan sangat menguntungkan
untuk pengambilan keputusan. Sebagai contoh, partisipasi wanita dalam
dewan perusahaan dapat membantu menghindari proyek yang terlalu
beresiko karena wanita umumnya lebih menghindari resiko (risk averse)
dibandingkan pria (Byrnes et al., 1999 dalam Nathania, 2014:78) dan
memiliki sikap kehati-hatian yang tinggi (Kusumastuti, Supatmi dan
39
Sastra, 2007 dalam Nathania, 2014:78). Kedua, pria dan wanita memiliki
perbedaan kognitif (Hambrick dan Mason, 1984 dalam Nathania,
2014:78), wanita cenderung memiliki norma, perilaku, keyakinan, dan
perspektif yang berbeda (Pelled et al., 1999 dalam Nathania, 2014:78).
Pola kognitif ini akan memungkinkan dewan untuk mempertimbangkan
pilihan-pilihan yang lebih luas dan solusi terkait dengan permasalahan
perusahaan (Konrad et al., 2008 dalam Nathania, 2014:78).
Perbedaan gender dalam perilaku pengambilan resiko telah
dieksplorasi secara luas di bidang sastra maupun ekonomi sastra. Studi
yang ada menunjukkan bahwa wanita pada umumnya lebih menolak resiko
daripada pria (Francis et al., 2014:1). Jianakoplos dan Bernasek
(1998:620) dalam penelitiannya menyatakan bahwa wanita cenderung
memiliki aset kurang beresiko di portofolio investasi dan lebih untuk
memenuhi peraturan.
Sedangkan Aspray dan Cohoon (2007) dalam Arini, dkk. (2010:138)
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara peran gender dan tingkah
laku pengambilan resiko, yaitu peran gender feminim lebih cenderung
menghasilkan tingkah laku pengambilan resiko yang lebih tinggi. Namun
tampaknya masih diperlukan penelitian yang lebih banyak karena
minimnya penelitian yang dilakukan. Peran gender adalah sejauh mana
seseorang menghayati sifat dan fungsi dirinya (sesuai dengan jenis
kelamin dan gender yang ia yakini) sehingga dapat direpresentasikan
dalam tingkah laku.
40
Peran gender inilah yang mempengaruhi pandangan masyarakat
terhadap sifat dan tingkah laku yang semestinya ditampilkan oleh jenis
kelamin tertentu. Padahal belum pasti bahwa generalisasi dapat dilakukan
pada seluruh orang yang memiliki jenis kelamin yang sama karena setiap
orang juga memiliki keunikan individual (Hyde, 2007 dalam Arini, dkk.,
2010:134). Walaupun dapat memudahkan kategorisasi sosial, namun
terdapat juga dampak negatif dari peran gender yaitu kesalahan atribusi
agresifitas dan prestasi. Pria dipandang memiliki tingkat agresivitas yang
tinggi padahal kenyataannya tidak semua pria seperti itu. Wanita selalu
dianggap tidak memiliki keinginan untuk berprestasi oleh karenanya
terjadi standar ganda bagi wanita, yaitu wanita harus bekerja ekstra keras
untuk memperoleh kesuksesan dan rnendapatkan pengakuan dan
masyarakat (Hyde, 2007 dalam Arini, dkk., 2010:134).
Penelitian yang dilakukan oleh Vermeir dan Kenhove (2008:281)
menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih beretika dalam membuat
pertimbangan dan perilakunya dibanding pria. Sementara Barber dan
Odean (2000:3) menyatakan bahwa wanita cenderung menghindari resiko
dibanding pria.
Dapat dikatakan bahwa perbedaan gender dari top manajemen
perusahaan akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan arah
kebijakan perusahaan. Dikaitkan dengan manajemen laba, perbedaan
gender dari top manajemen perusahaan tentunya dapat diasumsikan akan
memiliki implikasi pada praktik manajemen laba dan kualitas pelaporan
41
keuangan. Peni dan Vahaama (2010:643) menyatakan bahwa keberadaan
salah satu dari CEO wanita ataupun CFO wanita akan menurunkan tingkat
manajemen laba. Sedangkan Barua et al. (2010) dalam Francis et al.,
(2014:2) menyatakan bahwa CFO wanita memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba.
Sementara itu, Francis et al. (2014:27) tidak menemukan bahwa
keterwakilan sampel perempuan sebagai CFO berbeda dari perilaku rekan-
rekan lelaki dalam upaya pajak agresif (penghindaran pajak). Dengan kata
lain, keterwakilan perempuan sebagai CFO tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tindakan pajak agresif.
4. Karakteristik Eksekutif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri
khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
Karakteristik merupakan ciri khas seseorang dalam meyakini,
bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik
tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia (Boeree,
2009:426).
Dyreng et al. (2010:1185-1186) menyatakan bahwa karakter dari
setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar tingkat
agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran
pajak.
Kemudian Low (2006:1) menyebutkan bahwa dalam menjalankan
tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter
42
yakni sebagai risk taker dan risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter
risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan
bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan,
posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi (Maccrimon dan
Wehrung, 1990:423). Eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak
ragu-ragu untuk melakukan pembiayaan dari hutang (Lewellen, 2003:3),
hal ini dilakukan supaya perusahaan tumbuh lebih cepat.
Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk
averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga
kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse
jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih resiko yang lebih
rendah (Low, 2006:1). Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia yang
lebih tua, sudah lama memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan
dengan perusahaan (Maccrimon dan Wehrung, 1990:424). Dibandingkan
dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitik beratkan pada
keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih besar.
Menurut Hartono (2008) dalam Budiman dan Setiyono (2012:4),
resiko ada kaitannya dengan return yang diperoleh perusahaan, bahwa
resiko merupakan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima
dengan yang diharapkan. Dengan demikian dapat diartikan semakin besar
deviasi antara outcome yang diterima dengan yang diharapkan
mengindikasikan semakin besar pula resiko yang ada. Seorang investor
akan menghadapi resiko investasi berupa kemungkinan terjadinya
43
perbedaan hasil yang diharapkan (expected return) dengan hasil yang
benar-benar terjadi (Penman, 2007 dalam Budiman dan Setiyono, 2012:4).
Hampir senada dengan Hartono (2008) dalam Budiman dan Setiyono
(2012:4), Paligorova (2010:8) mengartikan resiko perusahaan (corporate
risk) merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan
rumus deviasi standar. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa resiko
perusahaan (corporate risk) merupakan penyimpangan atau deviasi standar
dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang
direncanakan (downside risk) atau mungkin lebih dari yang direncanakan
(upside potential), semakin besar deviasi earning perusahaan
mengindikasikan semakin besar pula resiko perusahaan yang ada. Tinggi
rendahnya resiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif
apakah termasuk risk taker atau risk averse (Paligorova, 2010:24).
Coles at al., (2004:432) menyebutkan bahwa resiko perusahaan
(corporate risk) merupakan cermin dari policy yang diambil oleh pimpinan
perusahaan. Policy yang diambil pimpinan perusahaan bisa
mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taking atau risk
averse (Coles et al., 2004:432). Semakin tinggi corporate risk maka
eksekutif semakin memiliki karakter risk taker, demikian sebaliknya.
Terkait dengan karakter eksekutif, Lewellen (2003:3) menyebutkan
contoh perbedaan pengambilan keputusan bisnis oleh eksekutif yang
memiliki karakter risk taker dengan eksekutif yang memiliki karakter risk
averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk
44
memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari hutang, walaupun
pembiayaan yang terlalu tinggi dari hutang dapat menimbulkan resiko
kebangkrutan perusahaan. Sedangkan bagi eksekutif yang memiliki
karakter risk averse akan lebih berhati-hati dalam menentukan komposisi
hutangnya agar tidak terlalu besar untuk menghindari resiko kebangkrutan
yang tinggi.
MacCrimmon dan Wehrung (1990) dan Lewellen (2003) menyatakan
bahwa fokus utama eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah
pencapaian hasil atau memaksimalkan nilai perusahaan. Eksekutif ini
berusaha memaksimalkan nilai perusahaan, salah satunya dengan cara
memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari hutang, walaupun
pembiayaan yang terlalu tinggi dari hutang dapat menimbulkan resiko
kebangkrutan perusahaan. Bunga atas hutang ini di dalam peraturan
perpajakan termasuk ke dalam biaya yang diperkenankan menjadi
pengurang penghasilan kena pajak, sehingga banyak eksekutif risk taker
lebih suka memperbesar komposisi hutangnya dengan tujuan memperbesar
bunga hutang.
45
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Pengaruh Kompensasi Eksekutif (X1), Keterwakilan CFO Wanita (X2), dan Karakteristik Eksekutif (X3) terhadap Tindakan Pajak Agresif (Y)
No Peneliti, Judul, Tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2 X3 Y 1 Mihir A. Desai dan
Dhammika Dharmapala. Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives (2004)
Sampel: 943 perusahaan pada periode 1993-2002
Metode Analisis: Regresi OLS
Variabel Lainnya: Corporate Governance
Insentif kompensasi menjadi penentu yang signifikan terhadap aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance) √
√
2 Sonja Olhoft Rego dan Ryan Wilson. Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and Future Firm Performance (2008)
Sampel: 1.360 perusahaan pada periode 1992-2006
Metode Analisis: Regresi
Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan antara kompensasi CEO dan CFO terhadap tindakan pajak agresif perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan.
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
46
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No Peneliti, Judul, Tahun
Metode Penelitian Hasil Variabel X1 X2 X3 Y
3 Emilia Peni dan Sami Vahamaa. Female Executives and Earnings Management (2010)
Sampel: 500 perusahaan pada periode 2003-2007
Metode Analisis: Regresi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata CFO wanita cenderung lebih agresif dalam praktik manajemen laba dibandingkan CFO pria.
√ √
4 Scott D. Dyreng, Michelle Hanlon dan Edward L. Maydew. The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance (2010)
Sampel: 1.138 perusahaan pada periode 1992-2006
Metode Analisis: Regresi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter dari setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar tingkat agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak.
√ √
5 Christoper S. Armstrong, Jennifer L. Blouin dan David F. Larcker. The Incentives for Tax Planning (2011)
Sampel: 423 perusahaan pada periode 2002-2006
Metode Analisis: Regresi
Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan dengan tax planning melalui GAAP effective tax rate.
6 Judi Budiman dan Setiyono. Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (2012)
Sampel: 41 perusahaan pada periode 2006-2010
Metode Analisis: Regresi
Hasil pengujian menunjukkan bahwa karakter eksekutif perusahaan memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.
√ √
Bersambung pada halaman berikut.
47
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No Peneliti, Judul, Tahun
Metode Penelitian Hasil Variabel X1 X2 X3 Y
7 Bill Francis, Iftekhar Hasan, Qiang Wu dan Meng Yan. Are Female CFOs Less Tax Aggressive? Evidence From Tax Aggressiveness (2014)
Sampel: 974 perusahaan pada periode 1988-2007
Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil penelitian menunjukkan tidak menemukan bukti bahwa keterwakilan sampel perempuan sebagai CFO berbeda dari perilaku rekan-rekan lelaki dalam upaya pajak agresif (penghindaran pajak). Dengan kata lain, keterwakilan perempuan sebagai CFO tidak berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif.
√
√
8 Verani Carolina, Maria Natalia dan Debbianita. Karakteristik Eksekutif Terhadap Tax Avoidance dengan Leverage sebagai Variabel Intervening (2014)
Sampel: 20 perusahaan manufaktur pada periode 2010-2012
Metode Analisis: Regresi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh karakteristik eksekutif terhadap aktivitas penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.
√ √
9 Christoper S. Armstrong, Alan D. Jagolinzer dan David F. Larcker. Corporate Governance, Incentives and Tax Avoidance (2014)
Sampel: 4.128 perusahaan pada periode 2007-2011
Metode Analisis: Regresi OLS
Variabel Lainnya: Corporate Governance
Kompensasi Insentif berpengaruh positif terhadap aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance), dan merupakan penyumbang yang besar terhadap tindakan penghindaran pajak.
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
48
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No Peneliti, Judul, Tahun
Metode Penelitian Hasil Variabel X1 X2 X3 Y
10 Fertika Nofisa Putri. Pengaruh Karakteristik Kepemilikan dan Kompensasi Eksektif Terhadap Tax Aggressive (2014)
Sampel: 158 perusahaan (manufaktur) pada periode 2009-2012
Metode Analisis: Regresi Berganda
Variabel Lainnya: Karakteristik Kepemilikan
Kompensasi Eksekutif yang diproksikan dengan logaritma natural dari total kompensasi yang diterima oleh eksekutif tidak berpengaruh terhadap tax aggressive pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.
√
√
11 Calvin Swingly dan I Made Sukartha. Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth Pada Tax Avoidance (2015)
Sampel: 41 perusahaan (manufaktur) pada periode 2011-2013
Metode Analisis: Regresi Berganda
Variabel Lainnya: Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth
Hasil menunjukkan bahwa karakter eksekutif yang di proksikan dengan resiko perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
√ √
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
49
C. Kerangka Berpikir dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh antara Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita
dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif secara
simultan
Kompensasi menjadi komponen penting dalam penciptaan suatu
manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari
manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Termasuk CFO yang
menjadi salah satu bagian dari suatu manajemen dalam perusahaan. CFO
memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola resiko keuangan
perusahaan dan merupakan pihak yang terlibat secara langsung. Pimpinan
di dalam perusahaan (termasuk di dalamnya terdapat CFO) sebagai pihak
pengambil kebijakan dan keputusan memiliki karakter yang berbeda-beda.
Dan adanya kehadiran wanita dalam manajemen perusahaan dapat
membantu menghindari proyek yang terlalu beresiko karena wanita
umumnya lebih menghindari resiko (risk averse) dibandingkan pria. Oleh
karena itu, hipotesis yang dirumuskan adalah:
H1: Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik
Eksekutif secara simultan memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak
agresif.
2. Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif
Kompensasi merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu
manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari
50
manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem kompensasi
membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci organisasi
serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi (Sutrisno, 2011:181).
Kompensasi juga menjadi pendorong seseorang untuk bekerja. Karena
berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo,
2003:181).
Thomson (2002) dalam Kadarisman (2012:26) mengemukakan bahwa
kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan
mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada
organisasi lainnya.
Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja.
Eksekutif bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik atau pemegang pemegang saham, dan sebagai imbalannya
eksekutif akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Pemilik
perusahaan mengharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja
dengan kebijakan pemberian kompensasi yang tepat (Santi dan Puji, 2014
dalam Hasanah, 2015:5).
Armstrong et al. (2011:36) melakukan penelitian mengenai hubungan
kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan, khususnya atas
kompensasi yang diterima oleh direktur pajak terhadap tax planning
perusahaan. Dalam penelitian tersebut, mereka membuktikan adanya
51
hubungan yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak
perusahaan dengan tax planning melalui GAAP effective tax rate.
Rego dan Wilson (2008:27) juga menemukan hubungan antara
kompensasi CEO dan CFO terhadap tindakan pajak agresif perusahaan yang
dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Kemudian, Irawan dan Farahmita
(2012:20) juga menemukan bahwa kompensasi direksi berpengaruh
terhadap penghindaran pajak perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H2: Kompensasi Eksekutif memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak
agresif.
3. Pengaruh Keterwakilan CFO Wanita terhadap Tindakan Pajak
Agresif
CFO (Chief Financial Officer) adalah jabatan di suatu perusahaan
yang memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola resiko keuangan
perusahaan. Pejabat ini juga bertanggung jawab untuk perencanaan
keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen
yang lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab
untuk analisis data. Dalam pelaporan keuangan perusahaan CEO dan CFO
merupakan pihak yang terlibat secara langsung, yaitu keduanya adalah
pihak yang menandatangani laporan keuangan dan bertanggung jawab atas
informasi yang disajikan (Nalikka, 2009:102).
Variasi jenis kelamin dewan direksi dan dewan komisaris dalam
perusahaan-perusahaan besar semakin berkembang ditandai dengan lebih
52
banyaknya jumlah wanita yang berperan dalam perusahaan dengan latar
belakang etnis, suku, dan gaya hidup yang berbeda-beda (Langdon,
McMenamin & Krolik, 2002:181).
Sedangkan Aspray dan Cohoon (2007:33) menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara peran gender dan tingkah laku pengambilan resiko, yaitu
peran jender feminim lebih cenderung menghasilkan tingkah laku
pengambilan resiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H3: Keterwakilan CFO Wanita memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak
agresif.
4. Pengaruh Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif
Dyreng et al. (2010: 1185-1186) menyebutkan bahwa karakter dari
setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar tingkat
agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran
pajak. Walaupun tidak melanggar hukum, namun penghindaran pajak
tidak begitu saja dilakukan oleh semua perusahaan. Eksekutif yang
memiliki karakter pengambil resiko (risk taker) cenderung lebih berani
untuk melakukan penghindaran pajak dengan agresif. Sebaliknya,
eksekutif yang memiliki karakter penghindar resiko (risk averse) akan
cenderung lebih berhati-hati, karena walaupun tidak melanggar undang-
undang, pembebanan biaya yang tidak wajar dapat menimbulkan peluang
dilakukannya pemeriksaan pajak.
53
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan di Indonesia sebelumnya. Budiman dan Setiyono (2012:15), dan
Swingly dan Sukartha (2015:58) menemukan bahwa karakteristik
eksekutif memiliki pengaruh terhadap tingkat penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
H4: Karakteristik Eksekutif memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak
agresif.
54
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
Metode Analisis : Analisis Regresi Berganda
Kasus-kasus penghindaran pajak yang mengurangi pendapatan pajak negara
Perusahaan Manufaktur di BEI
Kompensasi Eksekutif (X1)
Keterwakilan CFO Wanita (X2)
Karakteristik Eksekutif (X3)
Tindakan Pajak Agresif (Y)
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan variabel independen, yaitu Kompensasi
Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap
variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif. Populasi penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Periode yang diambil untuk pengamatan dilakukan dari tahun 2012 sampai
dengan 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI. Metode yang digunakan peneliti adalah pemilihan sampel bertujuan
(purposive sampling), dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan dan
laporan tahunan dengan data yang lengkap dari tahun 2012 sampai dengan
2014.
2. Perusahaan manufaktur yang menggunakan satuan nilai rupiah dalam
menerbitkan laporan keuangannya dari tahun 2012 sampai dengan 2014.
56
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data terkait dengan
variabel yang digunakan dalam penelitian dari tahun 2012 sampai dengan
2014.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan
cara:
1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan.
Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan yang antara lain
berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis maupun situs dari internet. Ini
dikarenakan kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data
sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150).
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo,
2002:147). Data dalam penelitian ini didapatkan dari factbook dan
download melalui situs www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk mengukur penelitian ini memakai statistik
deskriptif dan pengujian hipotesis.
57
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar
deviasi, varian, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2011:19).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Residual
Uji normalitas dapat dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan one-sample kolmogrov-smirnov
test, yang mana jika nilai asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka distribusi
data dikatakan normal (Ghozali, 2011:160).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya hubungan antara variabel-variabel bebas.
Uji multikolinearitas diuji dengan Variance Inflation Factor (VIF)
dan nilai tolerance. Apabila nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka
dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas (Ghozali, 2011:105).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2011:139). Untuk menguji
58
terjadi atau tidaknya heterokedastisitas digunakan uji Glejser.
Apabila nilai sig > 0,05 maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas
(Ghozali, 2011:142).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya korelasi antar data yang diurutkan berdasarkan urutan
waktu (time series). Untuk pengujian autokorelasi dilakukan dengan
metode Durbin-Watson. Apabila nilai Durbin-Watson yang
dihasilkan berada dalam rentang -4 sampai dengan +4 maka dapat
dinyatakan bahwa model regresi terbebas dari gangguan autokorelasi
(Ghozali, 2011:111).
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
persamaan regesi berganda. Model ini digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen
dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier
(Indriantoro dan Supomo, 2002:211). Variabel independen terdiri dari
Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik
Eksekutif sedangkan variabel dependennya adalah Tindakan Pajak
Agresif. Persamaan regresi yang diinterpretasikan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Y = o + β1X1+ β2X2 + β3X3 + ε
59
Keterangan:
Y : Tindakan Pajak Agresif
0 : Intercept atau konstanta
β1 : Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila X1
berubah sebesar 1 satuan
X1 : Kompensasi Eksekutif
β2 : Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X2
berubah sebesar 1 satuan
X2 : Keterwakilan CFO Wanita
β3 : Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y apabila X3
berubah sebesar 1 satuan
X3 : Karakteristik Eksekutif
ε : Error term
Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan
Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t.
a. Uji Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika
nilai Adj R2 berkisar hampir satu, berarti semakin kuat kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan
sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati angka nol, berarti
60
semakin lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
b. Uji F
Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2011:98). Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
dan sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak.
c. Uji t
Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Langkah yang digunakan untuk menguji
hipotesis ini adalah dengan menentukan level of significance-nya.
Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5 % atau (α) =
0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign. t < 0,05
maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali,
2011:99).
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel
dependen dan independen.
1. Variabel Independen
61
a. Kompensasi Eksekutif
Kompensasi merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu
manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian
dari manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem
kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-
nilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan
organisasi (Sutrisno, 2011:181). Kompensasi juga menjadi
pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap
moral dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181).
Kompensasi menjadi faktor-faktor penentu keputusan kebijakan
perusahaan. Pada penelitian ini menggunakan proksi yang dilakukan
oleh Amstrong et al. (2011:36), dimana hanya menguji tingkat
kompensasi yang diberikan kepada dewan eksekutif. Penelitian ini
menggunakan proksi logaritma natural dari nilai total kompensasi
yang diterima direksi dan komisaris selama satu tahun (Putri,
2014:5). Data kompensasi dewan eksekutif terdapat dalam
pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Perusahaan.
b. Keterwakilan CFO Wanita
Untuk menguji pengaruh gender dan keterwakilan (keterkaitan)
wanita terhadap agresivitas pajak, penulis mengumpulkan informasi
jenis kelamin dari data yang tersedia dalam laporan tahunan
perusahaan. Dalam penelitian ini tingkat keterwakilan wanita diukur
62
dengan keterwakilan wanita sebagai CFO (Chief Financial Officer)
dalam jajaran direksi suatu perusahaan. CFO adalah jabatan di suatu
perusahaan terutama di suatu perusahaan terutama bertanggung
jawab untuk mengelola resiko keuangan perusahaan. CFO juga
bertanggung jawab untuk perencanaan keuangan dan pencatatan,
serta pelaporan keuangan untuk manajemen yang lebih tinggi. Dalam
beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk analisis data.
CFO sering kali disebut juga dengan direktur keuangan. Variabel ini
diproksikan dengan variabel dummy, jika perusahaan memiliki CFO
wanita diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak memiliki CFO wanita
diberi nilai 0 (nol) (Francis et al., 2014:16).
c. Karakteristik Eksekutif
Low (2006:1) mengatakan bahwa setiap individu eksekutif
memiliki salah satu dari 2 karakter yaitu sebagai pengambil risiko
(risk taker) atau penghindar risiko (risk averse). MacCrimmon dan
Wehrung (1990:423) menerangkan bahwa eksekutif yang bersifat
risk taker merupakan individu yang lebih berani dalamm mengambil
setiap keputusan bisnis. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker
ini lebih berani dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada
sekalipun peluang tersebut memiliki risiko yang cukup tinggi. Fokus
utama eksekutif ini adalah pencapaian hasil atau memaksimalkan
nilai perusahaan (MacCrimmon dan Wehrung, 1990; Lewellen,
2003).
63
Untuk mengetahui karakter eksekutif maka digunakan risiko
perusahaan (corporate risk) yang dimiliki perusahaan (Paligrova,
2010:8). Corporate risk mencerminkan penyimpangan atau standar
deviasi dari pendapatan, baik penyimpangan itu bersifat kurang dari
yang direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan.
Semakin besar penyimpangan terhadap laba mengindikasikan
semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Oleh Paligrova
(2010:8) untuk mengukur risiko perusahaan ini dihitung melalui
standar deviasi dari EBITDA (Earning Before Interest, Tax,
Depreciation, and Amortization) dibagi dengan total aset
perusahaan. Adapun rumus standar deviasi yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Corporate Risk = standar deviasi dari
2. Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan pajak agresif.
Dalam penelitian ini tindakan pajak agresif diukur menggunakan
effective tax rate (ETR) dalam mengukur tingkat tindakan pajak agresif.
Effective tax rate (ETR) digunakan sebagai pengukuran karena dianggap
dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku
dengan laba fiskal (Frank et al. 2009:471). Effective tax rate (ETR)
dihitung dengan cara membagi total beban pajak perusahaan dengan laba
sebelum pajak penghasilan.
ETR = total tax expense pretax income
64
Tabel 3.1. Operasional Variabel
Variabel Pengukuran Skala
Independen Dependen Kompensasi Eksekutif. Putri (2014)
Proksi logaritma natural dari nilai total kompensasi yang diterima direksi (eksekutif) selama satu tahun.
Nominal
Keterwakilan CFO Wanita. Francis et al. (2014)
Variabel ini diproksikan dengan variabel dummy, jika perusahaan memiliki CFO wanita diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak memiliki CFO wanita diberi nilai 0 (nol).
Rasio
Karakteristik Eksekutif. Carolina dkk. (2014)
Proksi corporate risk yaitu standar deviasi dari EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization) dibagi dengan total Aset. Corporate Risk = standar deviasi dari
Rasio
Tindakan Pajak Agresif. Putri (2014)
ETR (Effective tax rate) = total tax expense pretax income
Rasio
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2012 sampai dengan 2014.
Perusahaan manufaktur tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebelum 1 Januari 2012 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar
dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini
adalah ingin melihat pengaruh kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO
wanita dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif dalam
perusahaan manufaktur.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari periode
tahun 2012 sampai dengan 2014.
b. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
c. Laporan keuangan yang dipublikasikan memiliki data yang tersedia
lengkap yang diperlukan dalam penelitian.
66
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan untuk perusahaan manufaktur dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur
Uraian Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2012 sampai dengan 2014. 132
Perusahaan Manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan tidak lengkap 2012-2014.
(69)
Perusahaan Manufaktur yang tidak menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan keuangannya dari tahun 2012.
(7)
Jumlah perusahaan yang digunakan untuk penelitian. 56
Total keseluruhan sampel selama 3 tahun (2012-2014). 168
Sumber: Data Diolah
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 1.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
pengaruh variabel independen (kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO
wanita, dan karakteristik eksekutif) terhadap tindakan pajak agresif.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik
dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 21.0 untuk
memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel
yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan
67
penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan manufaktur periode
2012-2014 berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dipilih.
Tabel deskriptif menjelaskan variabel-variabel independen yaitu,
kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita dan karakteristik
eksekutif, dan variabel dependen yaitu tindakan pajak agresif. Data yang
akan diolah adalah data laporan tahunan periode 2012-2014.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 168 data
observasi untuk perusahaan manufaktur yang berasal dari perkalian antara
periode penelitian 3 tahun dari tahun 2012 sampai 2014 dengan jumlah
perusahaan sampel sebanyak 56 perusahaan.
Berikut adalah tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif,
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ETR 168 ,101 ,421 ,24958 ,039994
KE 168 16,274 27,726 23,19008 1,883757
FMCFO 168 0 1 ,19 ,394
RISK 168 ,008 ,120 ,02835 ,020169
Valid N (listwise) 168 Sumber: Data Sekunder Diolah
Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan Tabel 4.2, hasil analisis variabel dependen dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap ETR menunjukan nilai
minimum sebesar 0,101, nilai maksimum sebesar 0,421 dengan rata-rata
68
sebesar 0,24958 dan standar deviasi 0,039994. Hasil analisis variabel
independen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kompensasi
eksekutif (KE) menunjukkan nilai minimum sebesar 16,274, nilai
maksimum sebesar 27,726 dengan rata-rata sebesar 23,19008 dan standar
deviasi 1,883757.
Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik
deskriptif terhadap keterwakilan CFO wanita (FMCFO) menunjukkan nilai
minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata 0,19 dan
standar deviasi 0,394. Hasil analisis variabel independen dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap karakteristik eksekutif yang
diproksikan dengan nilai corporate risk (RISK) menunjukan nilai
minimum sebesar 0,008 nilai maksimum sebesar 0,120 dengan rata-rata
0,02835 dan standar deviasi 0,020169.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu
model yang lebih representatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam
penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolomogrov-
Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual dari analisis
mempunyai distribusi yang normal. Model regresi yang baik adalah
69
model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data Sekunder Diolah
Dari tabel 4.3. didapat bahwa nilai Kolomogrov-Smirnov sebesar
1,295 dengan signifikansi 0,070. Data terdistribusi normal bila
signifikansinya lebih dari 0,05. Karena asymp sig. yang didapat lebih
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini
terdistribusi normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
multikolonieritas. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolonieritas
dapat dilihat pada tabel 4.4 di halaman berikutnya.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
Residual
N 168
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,03871180
Most Extreme Differences Absolute ,100
Positive ,100
Negative -,085
Kolmogorov-Smirnov Z 1,295
Asymp. Sig. (2-tailed) ,070
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
70
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KE 1,000 1,000
FMCFO ,980 1,020
RISK ,980 1,020
a. Dependent Variable: ETR Sumber: Data Sekunder Diolah
Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa semua variabel
independen dan kontrol memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10.
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini
telah terbebas dari masalah multikolonieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang bebas dari masalah heteroskedastitisitas
(homoskedastisitas). Uji heterokedastisitas penelitian ini menggunakan
uji glejser. Selengkapnya mengenai hasil uji untuk heteroskedastisitas
dapat dilihat pada tabel 4.5 di halaman berikutnya.
71
Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,026 ,026 ,989 ,324
KE ,005 ,001 -,006 -,076 ,940
FMCFO ,000 ,005 -,001 ,015 ,988
RISK ,107 ,107 ,079 1,004 ,317
a. Dependent Variable: ABS_RES1 Sumber: Data Sekunder Diolah
Indikator terjadinya heteroskedastisitas adalah adanya signifikansi
< 5% antara variabel independen terhadap variabel dependen nilai
Absolut Residual (ABS_RES1). Dari hasil uji di atas, semua variabel
independen tidak memiliki signifikansi terhadap variabel dependen. Ini
menandakan tidak adanya heteroskedastisitas pada data yang diolah.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode Durbin-
Watson. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode tertentu dengan periode sebelumnya.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
masalah autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi
penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6 di halaman berikutnya.
72
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb Model R Durbin-Watson
1 ,251a 2,239
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO
b. Dependent Variable: ETR Sumber: Data Sekunder Diolah
Dari tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson
(DW hitung) sebesar 2,239. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
DW hitung berada dalam rentang -4 sampai dengan +4 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel terbebas dari autokorelasi.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Adj R2
Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2, atau
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien determinasi).
Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.7. di halaman berikutnya.
73
Tabel 4.7 Hasil Uji Adjusted R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,251a ,063 ,046 ,039064
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO
b. Dependent Variable: ETR Sumber: Data Sekunder Diolah
Dari tabel 4.7. di atas menunjukkan bahwa nilai Adj R2 sebesar
0,046 dalam hal ini sebesar 4,6% variasi variabel dependen (ETR)
yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (KE, FMCFO,
dan RISK), sedangkan sisanya yang sebesar 95,4% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi tindakan pajak agresif diantaranya adalah
karakteristik kepemilikan (Putri, 2014:15); Corporate Governance
(Desai dan Dharmapala, 2004:30; Armstrong et al., 2014:23); Ukuran
Perusahaan (Swingly dan Sukartha, 2015:58); Leverage (Swingly dan
Sukartha, 2015:58); Sales Growth (Swingly dan Sukartha, 2015:58)
dan Etika Bisnis (Labelle et al., 2012:12).
b. Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada
penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di
tabel 4.8. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat di
halaman berikutnya.
74
Tabel 4.8 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,017 3 ,006 3,681 ,013b
Residual ,250 164 ,002
Total ,267 167
a. Dependent Variable: ETR
b. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO Sumber: Data Sekunder Diolah
H1 : Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan
Karakteristik Eksekutif secara simultan memiliki
pengaruh terhadap tindakan pajak agresif.
Dari tabel 4.8. menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,681
dengan nilai sig. sebesar 0,013. Hal ini menandakan bahwa model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi tindakan pajak agresif
karena nilai signifikansi < alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan H1
dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan secara simultan antara kompensasi eksekutif, keterwakilan
CFO wanita, dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak
agresif.
c. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual (parsial), yaitu kompensasi eksekutif
(KE), keterwakilan CFO wanita (FMCFO), dan karakteristik eksekutif
yang diwakili oleh corporate risk (RISK) dalam menerangkan variabel
dependen, yaitu tindakan pajak agresif (ETR). Variabel independen
75
ditambahkan satu demi satu kedalam regresi effective tax rate (ETR).
Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat
nilai sig. yang ada di tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,341 ,038 9,083 ,000
KE -,004 ,002 -,170 -2,253 ,026 1,000 1,000
FMCFO ,010 ,008 ,101 1,327 ,186 ,980 1,020
RISK -,333 ,151 -,168 -2,202 ,029 ,980 1,020
a. Dependent Variable: ETR Sumber: Data Sekunder Diolah
H2 : Kompensasi eksekutif memiliki pengaruh terhadap tindakan
pajak agresif.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel
kompensasi eksekutif (KE) berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansinya sebesar 0,026.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yang
berarti bahwa H2 yang menyatakan kompensasi eksekutif berpengaruh
terhadap tindakan pajak agresif diterima.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Putri (2014:15), namun
mendukung penelitian Armstrong et al. (2011:36) dan (2014:23),
Desai dan Dharmapala (2004:30), dan Rego dan Wilson (2008:27)
yang menemukan bahwa kompensasi eksekutif yang diproksikan
dengan logaritma natural dari total kompensasi yang diterima pihak
76
eksekutif selama satu tahun berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif. Hal tersebut berarti semakin rendah kompensasi yang
diberikan perusahaan kepada eksekutif maka semakin tinggi
probabilitas terjadinya tindakan pajak agresif. Dengan memberikan
kompensasi yang rendah terhadap eksekutif, maka akan memotivasi
eksekutif untuk memperkecil pajak perusahaan. Dan buruknya nilai
perusahaan menyebabkan setiap peningkatan penyelarasan
kepentingan antara eksekutif dan pemegang saham menjadi alasan
utama yang mendorong eksekutif mengurangi tingkat penghindaran
pajak yang menyebabkan pembayaran pajak menjadi lebih tinggi.
H3 : Keterwakilan CFO wanita memiliki pengaruh terhadap
tindakan pajak agresif.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel
keterwakilan CFO wanita (FMCFO) terhadap tindakan pajak agresif
tidak berpengaruh. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansinya
sebesar 0,186, lebih besar dari α = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian
regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H3 yang
menyatakan keterwakilan CFO wanita berpengaruh terhadap tindakan
pajak agresif ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Peni dan Vahaama (2010:643), namun mendukung
hasil penelitian Francis et al. (2014:27).
Terbatasnya jumlah sampel dan tahun untuk keterwakilan CFO
wanita dibandingkan dengan jumlah CFO pria pada perusahaan
77
manufaktur di Indonesia periode 2012-2014 yang diduga menjadi
perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya. Kemungkinan lain, jika
sebelumnya variabel dependen yang diuji adalah manajemen laba kali
ini peneliti menguji mengenai tindakan pajak agresif yang sebelumnya
baru dilakukan untuk perusahaan Amerika yang tercatat di ExecuComp
database (Francis et al., 2014:27). Perbedaan negara dan jumlah
sampel namun menemukan hasil yang saling mendukung, bahwa
antara keterwakilan CFO wanita dan tindakan pajak agresif tidak
berpengaruh. Hal tersebut berarti perilaku CFO wanita tidak berbeda
dari perilaku CFO pria dalam upaya pajak agresif. Dan perbedaan
gender tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, arah kebijakan,
pertimbangan maupun resiko.
H4 : Karakteristik eksekutif memiliki pengaruh terhadap
tindakan pajak agresif.
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel
karakteristik eksekutif yang diwakili oleh proksi corporate risk (RISK)
berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hal ini dapat dilihat pada
nilai signifikansinya sebesar 0,029, lebih kecil dari α = 0.05.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda dapat disimpulkan
bahwa H4 yang menyatakan karakteristik eksekutif berpengaruh
terhadap tindakan pajak agresif diterima.
Hasil ini mendukung penelitian Dyreng et al. (2010:1185),
Budiman dan Setiyono (2012:15), Carolina dkk. (2014:418), dan
78
Swingly dan Sukartha (2015:58) yang menemukan bahwa karakteristik
eksekutif yang diproksikan dengan corporate risk berpengaruh
terhadap tindakan pajak agresif. Hal tersebut berarti semakin tinggi
nilai corporate risk maka semakin rendah probabilitas terjadinya
tindakan pajak agresif. Semakin tinggi nilai corporate risk perusahaan
maka eksekutif semakin memiliki karakter risk taker. Hal ini berarti
perusahaan yang memiliki nilai corporate risk yang tinggi atau dalam
kata lain memiliki eksekutif yang cenderung risk taker maka akan
cenderung menyajikan laporan keuangan apa adanya untuk melihat
seberapa jauh kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan sehingga
peluang untuk melakukan penghindaran pajak menjadi rendah.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merujuk pada hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta temuan
penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian sebagai
berikut:
1. Peran kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik
eksekutif berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tindakan pajak
agresif.
2. Variabel kompensasi eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tindakan
pajak agresif. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Putri
(2014:15), namun mendukung penelitian Armstrong et al. (2011:36) dan
(2014:23), Desai dan Dharmapala (2004:30), dan Rego dan Wilson
(2008:27) yang menemukan bahwa kompensasi eksekutif yang
diproksikan dengan logaritma natural dari total kompensasi yang diterima
pihak eksekutif selama satu tahun berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif.
3. Variabel keterwakilan CFO wanita tidak berpengaruh terhadap tindakan
pajak agresif. Hasil ini mendukung penelitian Francis et al. (2014:27),
bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara hubungan
keterwakilan CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif.
80
4. Variabel karakteristik eksekutif yang diproksikan oleh corporate risk
berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hasil ini mendukung
penelitian Dyreng et al. (2010:1185), Budiman dan Setiyono (2012:15),
Carolina dkk. (2014:418), dan Swingly dan Sukartha (2015:58) yang
menemukan bahwa karakteristik eksekutif yang diproksikan dengan
corporate risk berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hal tersebut
berarti semakin tinggi nilai corporate risk (karakteristik eksekutif) maka
semakin rendah probabilitas terjadinya tindakan pajak agresif.
B. Implikasi
Dari kesimpulan diatas, maka implikasi penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi investor maupun kreditor, investor dan kreditor harus mampu menilai
laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan dengan melihat
aspek penting lainnya dalam perusahaan untuk menjadi bahan
pengambilan keputusan. Kompensasi eksekutif dan karakteristik eksekutif
melalui nilai corporate risk perusahaan juga harus menjadi bahan acuan
bagi investor dan kreditor. Perusahaan dengan kompensasi eksekutif dan
corporate risk yang rendah mengindikasikan probabilitas tindakan pajak
agresif perusahaan yang tinggi.
2. Bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak serta pembuat kebijakan, penelitian
ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengindikasikan perusahaan-
perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif, sehingga dapat
81
merumuskan kebijakan pencegahan atas tindakan agresifitas pajak
tersebut.
3. Bagi akademisi, peneliti serta pembaca, diharapkan untuk dapat
melanjutkan penelitian yang berkaitan mengenai kompensasi eksekutif,
keterwakilan CFO wanita, karakteristik eksekutif dan tindakan pajak
agresif, sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
C. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya,
saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan sampel yang lebih besar yang berasal dari berbagai industri
yang ada di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek indonesia sehingga
hasil yang pengujian lebih menyeluruh atau tergeneralisasi.
2. Menambahkan jumlah tahun penelitian agar dapat melihat pengaruhnya
secara lebih baik.
3. Menggunakan proksi pengukuran tindakan pajak agresif yang lain selain
effective tax rate (ETR), seperti cash effective tax rate (CETR), book-tax
difference Manzon-Plesko (BTD_MP), book-tax difference Desai-
Dharmapala (BTD_DD) dan tax planning (TAXPLAN).
82
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Rachel, Wustari Mangundjaja dan Gagan Hartana TB. “Hubungan Peran Jender dan Tingkah Laku Pengambilan Resiko Pada Wirausaha Perempuan dengan Usaha Kecil”, Jurnal ISSN Vol. 1 No. 2, 2010.
Armstrong, S. Christopher, Jennifer L. Blouin, dan David F. Larcker. “The Incentives for Tax planning”, SSRN Working Paper Series, 2011.
Armstrong, S. Christopher, Alan D. Jagolinzer dan David F. Larcker. “Corporate Governance, Incentives and Tax Avoidance”, Financial Journal, 2014.
Barber, Brad M dan Terrance Odean. “Boys Will Be Boys: Gender, Overconfidence, and Common Stock Investment”, Financial Analysts Journal, 2000.
Barua, Abhijit, Dasaratha V. Rama dan Vineeta Sharma. “Audit Committee Characteristics and Investment in Internal Auditing”, Journal Accounting Public, 2010.
Boeree, C. George. “Personality Theory: A Biosocial Approach”, 2009.
Budiman, Judi dan Setiyono. “Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)”, Working Paper, 2012.
Burchman, Seymour dan Blair Jones. “Executive Compensation as a Support for a Growth Strategy”, World at Work Journal, 2006.
Chen, Shuping, Xia Chen, Qiang Cheng dan Terry Shelvin. “Are Family Firms More Tax Aggressive than Non-Family Firms?”, Journal of Financial Economics, 2010.
Coles, Jeffrey L., Naveen D. Daniel dan Lalitha Naveen. “Managerial Incentives and Risk Taking”, Journal of Financial Economics, 2004.
Darussalam dan Danny Septriadi. “Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion, dan Anti Avoidance Rule”, Diakses pada tanggal 14 November 2015 melalui: www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=36&q=&hlm.
Desai, Mihir A. dan Dhammika Dharmapala. “Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives”, Economics Working Paper, 2004.
Dessler, Gary. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Indeks, Jakarta, 2007.
Dewi, Gusti Ayu Pradnyanita dan Maria M. Ratna Sari. “Pengaruh Insentif Eksekutif, Corporate Risk dan Corporate Governance Pada Tax Avoidance”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2015.
83
Dyreng, Scott D., Michelle Hanlon dan Edward L. Maydew. “The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance”, The Accounting Review Vol. 85 No. 4, 2010.
Fakih, Mansour. “Analisis Gender dan Transformasi Sosial”, Insist Press dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999.
Francis, Bill, Iftekhar Hasan, Qiang Wu, dan Meng Yan. “Are Female CFOs Less Tax Aggressive?Evidence from Tax Aggressiveness”, Journal of American Taxation Association, 2014.
Frank, Mary Margaret, Luann J. Lynch dan Sonja Olhoft Rego. “Tax Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting”, The Accounting Review of American Accounting Association, 2009.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.
Gunadi. “Akuntansi Pajak”, Grasindo, Jakarta, 2009.
Gunadi. “Pajak Internasional”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
Hakim, Khairul. “Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai”, Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 11 No. 02, 2011.
Hanlon, Michelle dan Joel Slemrod. “What Does Tax Aggressiveness Signal? Evidence from Stock Price Reactions to News About Tax Shelter Involvement”, Journal of Public Economics, 2009.
Harari, Moran, Ofer Sitbon dan Ronit Donyets Kedar. “Aggressive Tax Planning and Corporate Social Responsibility in Israel”, Accountancy Business and The Public Interest Working Paper, 2013.
Idris, Umar. “Sengketa Pajak Toyota Motor”, Diakses pada tanggal 18 November 2015 melalui: www.nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-palu-hakim.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis”, BPFE Yogyakarta, 2002.
Irawan, Hendra Putra dan Aria Farahmita. “Pengaruh Kompensasi Manajemen dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak Perusahaan”, Jurnal Universitas Indonesia, 2012.
Irianto, Yusuf. “Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Alam”, Insan Cendekiawan, Surabaya, 2001.
84
Jensen, Michael C. Dan William H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics Vol. 3 No. 4, 1976.
Jianakoplos, Nancy Ammon dan Alexandra Bernasek. “Are Women More Risk Averse?”, Proquest Social Science Journals, 1998.
Kadarisman, M. “Manajemen Kompensasi”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012.
Kartikarini, Nurrahmah dan Siti Mutmainah. “Analisis Pengaruh Diversitas Gender Terhadap Voluntary Corporate Governance Disclosure dalam Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro, 2013.
Khasanah, Iswatin. “Pengaruh Kompensasi Manajemen Eksekutif Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada 50 Perusahaan Best of The Best Versi Majalah Forbes Indonesia Tahun 2013)”, Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 2015.
Lewellen, Katharina. “Financing Decisions When Managers Are Risk Averse”, Working Paper of MIT Sloan School, 2003.
Low, Angie. “Managerial Risk-Taking Behavior and Equity-Based Compansation”, Working Paper Ohio State University, 2006.
MacCrimmon, Kenneth R. Dan Donald A. Wehrung. “Characteristics of Risk Taking Executives”, Journal of Management Science, 1990.
Nalikka, Aminah. “Impact of Gender Diversity on Voluntary Disclosure in Annual Reports”, Accounting and Tax Journal, 2009.
Nathania, Aditha. “Pengaruh Komposisi Dewan Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan”, Finesta Vol. 2 No. 1, 2014.
Nitisemito, Alex S. “Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1996.
Noviyanto. “Sistem Informasi Sumber Daya Manusia”, Working Paper Universitas Gunadarma, 2011.
Paligorova, Teodora. “Corporate Risk Taking and Ownership Structure”, Working Paper Bank of Canada, 2010.
Panggabean, Mutiara S. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2002.
Partini. “Bias Gender dalam Birokrasi”, Edisi Kedua, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2013.
85
Peni, Emilia dan Sami Vahamaa. “Female Executives and Earnings Management”, Journal of Managerial Finance Vol. 36 No. 7, 2010.
Putri, Fertika Nofisa. “Pengaruh Karakteristik Kepemilikan dan Kompensasi Eksekutif terhadap Tax Aggressive (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI), Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, 2014).
Rego, Sonja Olhoft dan Ryan Wilson. “Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and Future Firm Performance”, Working Paper of University Iowa, 2008.
Santosa, Anggoro Budi. “Pemagaran Pelarian Pajak Penghasilan”, Diakses pada tanggal 15 Februari 2016 melalui: www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilan.
Sari, Dewi Kartika dan Dwi Martani. “Karakteristik Kepemilikan Perusahaan, Corporate Governance dan Tindakan Pajak Agresif”, SNA 13 Purwokerto, 2010.
Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. “Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional”, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Septyani, Icha. “Peranan Eksekutif dalam Mengarahkan Perusahaan Melalui Persaingan Dalam Perencanaan Jangka Panjang”, Makalah Universitas Gunadarma, 2013.
Sirait, Justine T. “Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi”, Grasindo, Jakarta, 2007.
Siregar, Sarsin. “Ditjen Pajak Temukan 7 Modus Penghindaran Pajak Properti”, Diakses pada tanggal 18 November 2015 melalui: www.mdn.biz.id/n/50052/.
Sutrisno, Edy. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Prenada Media Group, Jakarta, 2011.
Swingly, Calvin dan I Made Sukartha. “Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2015.
Vermeir, Iris dan Patrick Van Kenhove. “Gender Differences in Double Standards”, Journal of Business Ethics, 2008.
Wibowo. “Manajemen Kinerja”, Edisi Ketiga, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013.
86
Wirawinata, Ari. “Kasus Penggelapan Pajak oleh PT. Asian Agri Group (AAG)”, Diakses pada tanggal 18 November 2015 melalui: http://ari-wirawinata.blogspot.co.id/2011/10/makalah-kasus-penggelapan-pajak-oleh-pt.html.
Woischnik, Jan. “Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen”, Gading Inti Prima, Jakarta, 2012.
www.idx.co.id
Zuber, Jill M. “Corporate Manager Aggressiveness in Tax Decision Making”, Dissertation of Philosophy University of Arkansas, 2007.
87
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan
No Emiten Kode 1 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 2 PT. Alkindo Naratama Tbk ALDO 3 PT. Asahimas Flat Glass Tbk AMFG 4 PT. Asiaplast Industries Tbk APLI 5 PT. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA 6 PT. Astra International Tbk ASII 7 PT. Astra Auto Part Tbk AUTO 8 PT. Sepatu Bata Tbk BATA 9 PT. Beton Jaya Manunggal Tbk BTON
10 PT. Cahaya Kalbar Tbk CEKA 11 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN 12 PT. Delta Djakarta Tbk DLTA 13 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS 14 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 15 PT. Ekadharma International Tbk EKAD 16 PT. Gudang Garam Tbk GGRM 17 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL 18 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 19 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 20 PT. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR 21 PT. Indal Alumunium Industry Tbk INAI 22 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 23 PT. Indospring Tbk INDS 24 PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 25 PT. Jembo Cable Company Tbk JECC 26 PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 27 PT. Kimia Farma Tbk KAEF 28 PT. KMI Wire and Cable Tbk KBLI 29 PT. Kabelindo Murni Tbk KBLM 30 PT. Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI 31 PT. Kedaung Indah Can Tbk KICI 32 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 33 PT. Lion Metal Works Tbk LION 34 PT. Martina Berto Tbk MBTO 35 PT. Merck Indonesia Tbk MERK 36 PT. Mayora Indah Tbk MYOR 37 PT. Nippres Tbk NIPS 38 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA
Bersambung pada halaman berikut.
88
Sumber: www.idx.co.id
Lampiran 1 (Lanjutan) No Emiten Kode 39 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk RICY 40 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 41 PT. Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk SCCO 42 PT. Sekar Bumi Tbk SKBM 43 PT. Sekar Laut Tbk SKLT 44 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB 45 PT. Semen Gresik Tbk SMGR 46 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM 47 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 48 PT. Indo Acitama Tbk SRSN 49 PT. Siantar Top Tbk STTP 50 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID 51 PT. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 52 PT. Trisula International Tbk TRIS 53 PT. Trias Sentosa Tbk TRST 54 PT. Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 55 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ 56 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR
89
Lampiran 2: Data Sampel Penelitian
NO KODE TAHUN KE FMCFO RISK ETR 1 AISA 2012 16,27432987 0 0,016379392 0,218208435 2 ALDO 2012 20,99100747 0 0,012779405 0,254650547 3 AMFG 2012 24,07737161 0 0,012512174 0,252695057 4 APLI 2012 22,26766882 0 0,026429705 0,294816301 5 ARNA 2012 22,22065425 0 0,024190736 0,252446404 6 ASII 2012 27,573392 0 0,013609388 0,184816116 7 AUTO 2012 24,67308547 0 0,011556432 0,100884303 8 BATA 2012 23,29747984 0 0,03944557 0,300602855 9 BTON 2012 20,58215367 1 0,077934194 0,235535006
10 CEKA 2012 22,44872292 1 0,024392835 0,303055517 11 CPIN 2012 25,53710736 1 0,085174057 0,2060202 12 DLTA 2012 23,04858318 0 0,014241995 0,25767891 13 DPNS 2012 23,13482898 0 0,044174663 0,196791538 14 DVLA 2012 23,44301902 0 0,048943513 0,271756454 15 EKAD 2012 22,18188086 1 0,016554717 0,244786772 16 GGRM 2012 24,67437493 0 0,008156188 0,264333497 17 GJTL 2012 25,20643787 1 0,030036124 0,223104844 18 HMSP 2012 24,919249 0 0,022207239 0,256885226 19 ICBP 2012 25,4340655 0 0,019196235 0,245671129 20 IGAR 2012 20,66858734 0 0,033810242 0,244116973 21 INAI 2012 22,77918283 0 0,020452089 0,254335725 22 INDF 2012 26,9232759 0 0,021319016 0,242356133 23 INDS 2012 23,01798483 0 0,022017863 0,258464682 24 INTP 2012 24,54183494 0 0,026994889 0,236581484 25 JECC 2012 21,4605476 0 0,014289929 0,350675073 26 JPFA 2012 26,80037583 0 0,035578573 0,212701234 27 KAEF 2012 23,1746473 0 0,01625898 0,260598298 28 KBLI 2012 22,80558736 0 0,037351957 0,274541844 29 KBLM 2012 21,44597182 0 0,010859317 0,255346838 30 KDSI 2012 23,16451352 0 0,020574533 0,226674684 31 KICI 2012 21,72508809 0 0,041726505 0,266396773 32 KLBF 2012 24,29897659 0 0,010635494 0,230898743 33 LION 2012 21,7974471 0 0,038945183 0,176343107 34 MBTO 2012 20,95421459 0 0,018373538 0,308654115 35 MERK 2012 23,4887079 0 0,015781545 0,261157209 36 MYOR 2012 25,67737826 0 0,029104867 0,224404336 37 NIPS 2012 22,13766163 0 0,009610417 0,26403074 38 PYFA 2012 21,57869458 1 0,010721832 0,334138045
90
NO KODE TAHUN KE FMCFO RISK ETR 39 RICY 2012 23,50877078 0 0,04812595 0,24547867 40 ROTI 2012 23,75427772 1 0,021407445 0,253479539 41 SCCO 2012 22,22191396 0 0,027249495 0,244505186 42 SKBM 2012 21,35433312 0 0,052546341 0,232978074 43 SKLT 2012 20,91597633 0 0,014145321 0,317320524 44 SMCB 2012 23,97993828 0 0,047331184 0,278697952 45 SMGR 2012 24,76277998 0 0,014815001 0,216433259 46 SMSM 2012 24,3033652 0 0,042501664 0,22385989 47 SQBB 2012 21,50638762 0 0,010937206 0,252347953 48 SRSN 2012 23,31327644 0 0,119823347 0,2450773 49 STTP 2012 21,54951839 0 0,043785603 0,198574441 50 TCID 2012 22,76804806 0 0,014654192 0,260201123 51 TOTO 2012 20,73145422 0 0,022290835 0,29836961 52 TRIS 2012 21,32043723 1 0,03020209 0,256810339 53 TRST 2012 20,41529099 0 0,025541739 0,26781924 54 TSPC 2012 24,71962999 1 0,020253931 0,21812906 55 ULTJ 2012 21,19825701 0 0,038349991 0,228264885 56 UNVR 2012 24,45637746 0 0,011558154 0,251689987 57 AISA 2013 16,38314861 0 0,016379392 0,22879043 58 ALDO 2013 21,2605239 0 0,012779405 0,251584585 59 AMFG 2013 24,02622542 0 0,012512174 0,249349422 60 APLI 2013 22,29922684 0 0,026429705 0,313903822 61 ARNA 2013 22,51335725 0 0,024190736 0,248622688 62 ASII 2013 27,61387496 0 0,013609388 0,189877557 63 AUTO 2013 24,62102763 0 0,011556432 0,173989449 64 BATA 2013 23,14921834 0 0,03944557 0,304035031 65 BTON 2013 20,6681793 1 0,077934194 0,222082661 66 CEKA 2013 22,78736882 1 0,024392835 0,248219567 67 CPIN 2013 25,45219229 1 0,085174057 0,267329464 68 DLTA 2013 23,29224223 0 0,014241995 0,245253655 69 DPNS 2013 23,55985874 0 0,044174663 0,234870996 70 DVLA 2013 23,64534274 1 0,048943513 0,284258194 71 EKAD 2013 22,22734323 1 0,016554717 0,241162902 72 GGRM 2013 24,68201974 0 0,008156188 0,261492361 73 GJTL 2013 25,30912068 1 0,030036124 0,277180083 74 HMSP 2013 25,27097639 0 0,022207239 0,254396814 75 ICBP 2013 25,95610557 0 0,019196235 0,247287318 76 IGAR 2013 20,89049358 0 0,033810242 0,276863115 77 INAI 2013 23,67838443 0 0,020452089 0,189832762 78 INDF 2013 27,12045546 0 0,021319016 0,294094784
91
NO KODE TAHUN KE FMCFO RISK ETR 79 INDS 2013 23,20433161 0 0,022017863 0,200301209 80 INTP 2013 24,76798238 0 0,026994889 0,240003493 81 JECC 2013 21,44330613 0 0,014289929 0,201623797 82 JPFA 2013 26,07008285 0 0,035578573 0,284961052 83 KAEF 2013 24,0181502 0 0,01625898 0,24103123 84 KBLI 2013 22,85671048 0 0,037351957 0,300906557 85 KBLM 2013 21,37036908 0 0,010859317 0,280480904 86 KDSI 2013 23,21658207 0 0,020574533 0,236836373 87 KICI 2013 21,89190545 0 0,041726505 0,254136597 88 KLBF 2013 24,53701427 0 0,010635494 0,234038854 89 LION 2013 21,88210377 0 0,038945183 0,238344276 90 MBTO 2013 22,05000418 0 0,018373538 0,293884886 91 MERK 2013 23,50659647 0 0,015781545 0,252253861 92 MYOR 2013 25,7870927 0 0,029104867 0,252578683 93 NIPS 2013 22,33030086 0 0,009610417 0,256932555 94 PYFA 2013 21,62962991 1 0,010721832 0,27107622 95 RICY 2013 23,47552429 0 0,04812595 0,303291124 96 ROTI 2013 24,55533996 1 0,021407445 0,250419379 97 SCCO 2013 22,28243839 0 0,027249495 0,276913936 98 SKBM 2013 21,8817605 0 0,052546341 0,255897425 99 SKLT 2013 21,04567164 0 0,014145321 0,310750572 100 SMCB 2013 24,08980276 0 0,047331184 0,287489114 101 SMGR 2013 24,93390804 0 0,014815001 0,226302132 102 SMSM 2013 24,42745254 0 0,042501664 0,235159159 103 SQBB 2013 21,43853403 0 0,010937206 0,250454701 104 SRSN 2013 23,82815574 0 0,119823347 0,220323797 105 STTP 2013 21,52962239 0 0,043785603 0,198614778 106 TCID 2013 23,12344359 1 0,014654192 0,266375851 107 TOTO 2013 21,58671308 0 0,022290835 0,268088018 108 TRIS 2013 21,47204431 1 0,03020209 0,236340678 109 TRST 2013 23,27242525 0 0,025541739 0,244388164 110 TSPC 2013 24,79263441 1 0,020253931 0,230620713 111 ULTJ 2013 21,25858893 0 0,038349991 0,255524636 112 UNVR 2013 24,85527542 0 0,011558154 0,252302199 113 AISA 2014 17,06514834 0 0,016379392 0,219685839 114 ALDO 2014 21,28602693 0 0,012779405 0,253193688 115 AMFG 2014 24,05629144 0 0,012512174 0,232804233 116 APLI 2014 22,3000579 0 0,026429705 0,420786562 117 ARNA 2014 22,74216088 0 0,024190736 0,248948058 118 ASII 2014 27,7263313 0 0,013609388 0,191101199
92
NO KODE TAHUN KE FMCFO RISK ETR 119 AUTO 2014 24,5437874 0 0,011556432 0,136857827 120 BATA 2014 23,10908853 0 0,03944557 0,284500462 121 BTON 2014 20,71197562 1 0,077934194 0,203488537 122 CEKA 2014 22,9406353 1 0,024392835 0,281591254 123 CPIN 2014 25,51854385 1 0,085174057 0,170985509 124 DLTA 2014 23,40534858 0 0,014241995 0,240950849 125 DPNS 2014 23,54067031 0 0,044174663 0,154987462 126 DVLA 2014 23,9147354 1 0,048943513 0,235551193 127 EKAD 2014 22,29188175 1 0,016554717 0,30594611 128 GGRM 2014 24,71572532 0 0,008156188 0,25126158 129 GJTL 2014 25,58668414 1 0,030036124 0,31515839 130 HMSP 2014 25,40492473 0 0,022207239 0,257846545 131 ICBP 2014 25,90012153 0 0,019196235 0,25291046 132 IGAR 2014 21,16480678 0 0,033810242 0,275990888 133 INAI 2014 23,82452861 0 0,020452089 0,179865203 134 INDF 2014 27,16898883 0 0,021319016 0,293486889 135 INDS 2014 23,3461395 0 0,022017863 0,238049355 136 INTP 2014 24,88427167 0 0,026994889 0,223222657 137 JECC 2014 21,62611017 0 0,014289929 0,280592016 138 JPFA 2014 26,23042091 0 0,035578573 0,29067052 139 KAEF 2014 24,08780388 1 0,01625898 0,250561526 140 KBLI 2014 23,16962116 0 0,037351957 0,256637972 141 KBLM 2014 21,36511972 0 0,010859317 0,251069186 142 KDSI 2014 23,27096362 0 0,020574533 0,232656284 143 KICI 2014 22,1098417 0 0,041726505 0,256730141 144 KLBF 2014 24,52234408 0 0,010635494 0,232517943 145 LION 2014 22,41810234 0 0,038945183 0,220436009 146 MBTO 2014 22,56799736 0 0,018373538 0,23215677 147 MERK 2014 23,23484631 0 0,015781545 0,26667003 148 MYOR 2014 25,91752324 0 0,029104867 0,226309286 149 NIPS 2014 22,41129106 0 0,009610417 0,256043791 150 PYFA 2014 22,14911132 1 0,010721832 0,368232226 151 RICY 2014 24,02677688 0 0,04812595 0,239086889 152 ROTI 2014 24,35410852 1 0,021407445 0,25393515 153 SCCO 2014 22,32131021 0 0,027249495 0,24529212 154 SKBM 2014 22,20148624 0 0,052546341 0,188091513 155 SKLT 2014 21,36076881 0 0,014145321 0,300004725 156 SMCB 2014 24,53055036 0 0,047331184 0,336042295 157 SMGR 2014 25,12176752 0 0,014815001 0,213966826 158 SMSM 2014 24,52779271 0 0,042501664 0,221164187
93
NO KODE TAHUN KE FMCFO RISK ETR 159 SQBB 2014 21,49618353 0 0,010937206 0,251235422 160 SRSN 2014 23,81409413 0 0,119823347 0,168034873 161 STTP 2014 21,64358907 0 0,043785603 0,264057622 162 TCID 2014 22,70284159 1 0,014654192 0,271957373 163 TOTO 2014 21,77264614 0 0,022290835 0,230643632 164 TRIS 2014 21,22261415 1 0,03020209 0,245997954 165 TRST 2014 23,28944639 0 0,025541739 0,249005811 166 TSPC 2014 24,78886793 1 0,020253931 0,213319778 167 ULTJ 2014 21,65621701 0 0,038349991 0,245089425 168 UNVR 2014 24,84864061 0 0,011558154 0,252477425
94
Lampiran 3: Output Hasil Penelitian
1. Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ETR 168 ,101 ,421 ,24958 ,039994
KE 168 16,274 27,726 23,19008 1,883757
FMCFO 168 0 1 ,19 ,394
RISK 168 ,008 ,120 ,02835 ,020169
Valid N (listwise) 168 2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
Coefficientsa Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KE 1,000 1,000
FMCFO ,980 1,020
RISK ,980 1,020
a. Dependent Variable: ETR
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 168
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,03871180
Most Extreme Differences Absolute ,100
Positive ,100
Negative -,085
Kolmogorov-Smirnov Z 1,295
Asymp. Sig. (2-tailed) ,070
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
95
c. Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,026 ,026 ,992 ,323
KE ,005 ,001 -,006 -,071 ,943
FMCFO ,000 ,005 -,002 -,022 ,982
RISK ,106 ,107 ,079 ,995 ,321
a. Dependent Variable: ABS_RES1
d. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R Durbin-Watson
1 ,251a 2,239
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO
b. Dependent Variable: ETR
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Adj R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,251a ,063 ,046 ,039064
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO
b. Dependent Variable: ETR
96
b. Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,017 3 ,006 3,681 ,013b
Residual ,250 164 ,002
Total ,267 167
a. Dependent Variable: ETR
b. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO
c. Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,341 ,038 9,083 ,000
KE -,004 ,002 -,170 -2,253 ,026 1,000 1,000
FMCFO ,010 ,008 ,101 1,327 ,186 ,980 1,020
RISK -,333 ,151 -,168 -2,202 ,029 ,980 1,020
a. Dependent Variable: ETR