Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KONSENTRASI AIR KELAPA DAN LAMA
PERENDAMAN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
PADI (Oryza sativa L.) KADALUARSA
SITI AJAR NIM. 07C10407154
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2015
PENGARUH KONSENTRASI AIR KELAPA DAN LAMA
PERENDAMAN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
PADI (Oryza sativa L.) KADALUARSA
SKRIPSI
OLEH
SITI AJAR NIM. 07C10407154
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2015
JUDUL : PENGARUH KONSENTRASI AIR KELAPA
DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH PADI
(oryza sativa L.) KADALUARSA
NAMA MAHASISWA : SITI AJAR
NIM : 07C10407154
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Jasmi, SP., M. Sc Jekki Irawan, SP., MP
NIDN. 01 2708 8002 NIP. 198712012015041001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi
Ir. Rusdi Faizin, M. Si Iwandikasyah putra, SP., MP
NIP. 196308111992031001 NIP. 198104202015041002
Tanggal Lulus: 29 Oktober 2015
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul :
PENGARUH KONSENTRASI AIR KELAPA DAN LAMA PERENDAMAN
TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PADI (oryza sativa L.) KADALUARSA
Yang disusun oleh :
NAMA MAHASISWA : SITI AJAR
NIM : 07C10407154
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 29 Oktober 2015 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1. . Jasmi, SP., M. Sc
Pembimbing I/Ketua TIM Penguji ..............................................
2. . Jekki Irawan, SP., MP
Pembimbing II ..............................................
3. Irvan Subandar, SP., MP
Penguji Utama ..............................................
4. . Mita Setyowati, SP., M.Sc
Penguji Anggota ..............................................
Meulaboh 29 Oktober 2015
Ketua Program Studi
Iwandikasyah putra, SP., MP
NIP. 198104202015041002
ii
UCAPAN TERIMAKASIH
Bissmillahirrahmanirrahm.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat
ALLAH SWT karena dengan rahmat dan hidayah Nya penulis telah dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Dan
Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Padi ( Oryza sativa L.)
Kadaluarsa”. Tidak lupa pula shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia menuju jalan
kebenaran.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas dari doa
dan bantuan dari pihak lain. Maka pada kesempatan ini penulis menghaturkan
terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Jasmi, SP., M. Sc. sebagai pembimbing utama dan Bapak Jekki
Irawan, SP., MP sebagai pembimbing anggota yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dari awal sampai akhir penelitian
ini.
2. Dekan, Ketua Program Studi, Staf Akademik atas penyediaan sarana dan
prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas
Pertanian.
3. Rekan-rekan seangkatan atas segala bantuan dan dukungannya
iii
4. Almarhummah Ayahanda, Ibunda dan saudara tercinta atas segala doa
kasih sayang serta dorongan moril maupun materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya skripsi ini. Semoga memberi
manfaat bagi kita semua, amin yaa rabbal ‘aalamiin.
Penulis
Siti Ajar
RINGKASAN
SITI AJAR “Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Muda dan Lama Perendaman
Terhadap Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Kadaluarsa” di bawah bimbingan
Jasmi sebagai pembimbing utama dan Jekki Irawan sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat seberapa besar pengaruh konsentrasi dan
lama perendaman air kelapa terhadap perkecambahan benih padi kadaluarsa, yang
dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian UTU pada tanggal 17- 23 Agustus 2015.
Benih padi yang digunakan adalah benih padi ciherang sudah kadaluarsa selama 6
bulan, air kelapa muda dan kertas merang/kertas saring. Alat-alat yang akan digunakan dalam
penelitian ini berupa Germinator, mistar, petridis dan alat-alat tulis.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor yang diteliti adalah konsentrasi Air Kelapa (A)
dan Lama Perendaman Air Kelapa (L) dengan tiga ulangan. Faktor konsentrasi air kelapa :
tanpa Air Kelapa (kontrol), 15%, 35% dan 55%. Faktor Lama Perendaman : 12 Jam, 24
Jam, 36 Jam. Peubah yang diamati adalah Potensi Tumbuh (PT), Daya Berkecambah (DB),
Keserampakan Tumbuh (KsT) dan Kecepatan Tumbuh (KcT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh terhadap
potensi tumbuh, daya berkecambah, keserampakan tumbuh dan kecepatan tumbuh.
Konsentrasi yang terbaik adalah pada 55%. Lama perendaman dengan air kelapa berpengaruh
tidak nyata terhadap emua peubah yang diamati. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara
konsentrasi dan lama perendaman air kelapa muda.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................... i
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................................... 4
1.3. Hipotesis ................................................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 5
2.1. Deskripsi Benih ....................................................................................................... 5
2.2. Anatomi Benih ........................................................................................................ 7
2.3. Proses Perkecambahan ........................................................................................... 8
2.4. Konsentrasi Air Kelapa ........................................................................................... 11
2.5. Lama Perendaman Air Kelapa................................................................................. 13
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ................................................................. 14
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................. 14
3.2. Bahan dan Alat ...................................................................................................... 14
a. Bahan ................................................................................................................... 14
b. Alat ...................................................................................................................... 14
3.3. Rancangan Penelitian .............................................................................................. 14
3.4. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................................. 17
3.5. Pengamatan .............................................................................................................. 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 19
4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa ........................................................................... 19
4.2. Pengaruh Lama Perendaman Air Kelapa ................................................................. 21
4.3. Pengaruh Interaksi Antara Konsentrasi dan Lama Perendaman Air Kelapa ............ 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 24
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 24
5.2 Saran ....................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Susunan kombinasi perlakuan antara tingkat kemasakan buah dan
konsentrasi pupuk organik super ACI ............................................................ 16
2. Rata-rata Potensi Tumbuh, Daya Berkecambah, Keserampakan Tumbuh
dan Kecepatan Tumbuh pada Berbagai Konsentrasi Air Kelapa. ................... 19
3. Rata-rata Potensi Tumbuh, Daya Berkecambah, Keserampakan Tumbuh
dan Kecepatan Tumbuh pada Berbagai Lama Perendaman .......................... 22
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Rerata potensi tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa ............................... 28
2. Analisis ragam Rerata potensi tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada
perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa I ............. 28
3. Rerata daya berkecambah (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa ................................ 29
4. Analisis ragam Rerata potensi tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada
perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa ............... 29
5. Rerata kecepatan tumbuh (% etmal) benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa................................... 30
6. Analisis ragam kecepatan tumbuh (% etmal) benih padi kadaluarsa
pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa ................................................................................................................................ 30
7. Rata-rata keserampakan tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada
perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa................. 31
8. Anilisisis ragam keserampakan tumbuh (%) benih padi kadaluarsa
pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa ......... 31
27 Dokumentasi .................................................................................................. 32
28 Riwayat Hidup ............................................................................................... 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi (Oriza sativaI L.) merupakan tanaman komoditas utama yang paling
penting di Indonesia. Hal ini tidak lain karena makanan pokok di Indonesia adalah
nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di Indonesia
padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya seperti
China, Singapura, India, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain (Anonim,
2013).
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina yaitu
sebesar (31%) dari total produksi dunia, India (20%), dan Indonesia (9%). Namun
hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara yaitu
5%-6% dari total produksi dunia. Thailand merupakan pengekspor padi utama
(26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan
Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan negara pengimpor padi terbesar
dunia yaitu sebesar 14% dari padi yang diperdagangkan di dunia diikuti
Bangladesh (4%), dan Brazil (3%) (Anonim, 2013).
Benih yang bermutu tinggi adalah benih yang memiliki daya berkecambah
tinggi. Pengadaan benih yang berkualitas serta ketersediaanya tidak terlepas dari
proses perkecambahannya. Perkecambahan yang baik akan meningkatkan
persentase perkecambahan, laju perkecambahan, dan daya berkecambah. Benih
bermutu ini tentunya didapat dari varietas unggul karena hal ini menjadi salah satu
komponen produksi pertanian yang sangat penting. Benih bermutu tinggi
2
mencakup mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis memerlukan penanganan
yang terencana dengan baik sejak tanaman dilapang, pengolahan, penyimpanan
dan distribusi. Penyimpanan benih merupakan suatu usaha untuk
mempertahankan mutu benih sampai benih tersebut ditanam oleh petani. Vigor
benih harus relevan dengan tingkat produksi artinya dari benih bervigor tinggi
akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor yang tinggi dapat dilihat
dari penampilan kecambah yang tahan terhadap berbagai faktor pembatas yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Ketahanan terhadap faktor
pembatas juga dipengaruhi oleh faktor genetis yang indentik dengan varietas
(Ichsan, 2006).
Benih kadaluarsa yaitu benih-benih yang telah mengalami penurunan
kualitasnya atau mengalami kemunduran sehingga apabila digunakan dalam usaha
budidaya tanaman akan tumbuh terbatas dan hasilnya juga sangat terbatas.
Dengan kata lain benih kadaluarsa yaitu benih yang sudah rendah daya kecambah
bahkan bisa tidak ada kecambah sama sekali. Benih yang sudah kadaluarsa dapat
menurunkan viabilitas benih (kemampuan berkecambah). Kemunduran viabilitas
suatu benih selama penyimpanan dapat diperlambat dengan cara memperhatikan
kadar air saat penyimpanan, suhu dan kelembaban ruang penyimpanan, ada
tidaknya mikroorganisme pada ruang penyimpanan dan keadaan udara disekitar
ruang penyimpanan. Viabilitas benih dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan sebelum panen, tingkat kemasakan benih saat panen, viabilitas awal
benih dan juga lingkungan selama penyimpanan benih.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), Air kelapa merupakan sumber alami
hormon tumbuh yang dipergunakan untuk memacu pembelah sel dan juga
3
merangsang pertumbuhan tanaman. Endosperm cair buah kelapa yang belum
matang mengandung senyawa yang dapat memacu sitokinesis. Penggunaan air
kelapa untuk budidaya tanaman secara kultur jaringan sudah umum digunakan
karena air kelapa termasuk kelompok sitokinin yang mengandung zeatin.
Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh dalam proses pembelahan suatu sel.
Air kelapa muda mengandung zat hara dan zat pengatur tumbuh yang
diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Air kelapa muda juga
mengandung senyawa organic seperti vitamin C, vitamin B, hormon auksin,
giberelin dan sitokinin. Air kelapa muda juga mengandung air, protein,
karbohidrat , mineral , vitamin, sedikit lemak, Ca, dan P (Purdyaningsih, 2013).
Walaupun air kelapa mengandung zat yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman namun penggunaan air kelapa untuk
memperbanyak tanaman secara konvensional ini belum banyak dilakukan.
Menurut penelitian Hidayat (2000), perendaman biji pinang selama 6, 12, 18, 24,
dan 30 jam dalam air kelapa dengan konsentrasi 100% didapat bahwa perlakuan
perendaman selama 24 jam memberikan hasil yang paling baik dalam
meningkatkan daya kecambah biji pinang dengan presentase perkecambahan
sebesar 98,66%.
Untuk meningkatkan perkecambahan pada biji atau benih kadaluarsa
diperlukan perlakuan khusus. Salah satu dari perlakuan khusus tersebut yaitu
dengan melakukan perendaman dalam air kelapa muda dengan konsentrasi dan
lama perendaman tertentu yang sudah ditetapkan. Air kelapa muda dipilih dalam
penelitian ini untuk melihat perkecambahan pada benih padi kadaluarsa karena
4
dalam air kelapa muda terkandung hormon auksin, sitokinin dan giberelin, yang
ketiganya ini merupakan hormon yang bekerja secara sinergis dalam proses
peningkatkan pembelahan, pertumbuhan sel dan perkembangan kultur sel tanaman
(Nur, 2011). Dalam penelitian ini perendaman benih padi kadaluarsa dilakukan
pada konsentrasi air kelapa muda 0%, 15%, 30%, dan 55% dengan lama
perendaman 12 jam, 2 jam, dan 36 jam.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti tentang pengaruh masing-
masing konsentrasi air kelapa muda dan lama perendaman terhadap
perkecambahan benih padi kadaluarsa.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar
pengaruh konsentrasi dan lama perendaman air kelapa terhadap perkecambahan
benih padi kadaluarsa.
1.3. Hipotesis
1. Konsentrasi air kelapa diduga berpengaruh terhadap viabilitas benih padi
kadaluarsa.
2. Lama perendaman air kelapa diduga berpengaruh terhadap viabilitas
benih padi kadaluarsa.
3. Diduga terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasi dan lama
perendaman air kelapa terhadap viabilitas benih padi kadaluarsa.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Benih
Biji atau benih yang disediakan untuk ditanam kembali, oleh sebab itu
haruslah benih yang baik. Benih yang sudah melalui proses seleksi diharapkan
dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Apabila benih telah masak berarti
benih tersebut telah siap untuk dipanen. Untuk sampai ke fase kemasakan suatu
benih telah mengalami beberapa fase antara lain fase pembuahan, fase
penimbunan zat makanan dan fase pemasakan (Anonimous, 2010).
Fase pembuahan terjadi setelah terjadinya penyerbukan yang ditandai
dengan pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat
makanan terjadi kenaikan berat kering benih dan turunnya kadar air. Selanjutnya
fase pemasakan dimana kadar air akan mencapai keseimbangan dengan
kelelmbaban udara diluar. Setelah mencapai tingkatan kemasakan benih, berat
kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan, tolak ukur yang sering
digunakan untuk menilai tingkat kemasakan benih yaitu warna, bau, kekerasan
kulit, rontoknya buah, pecahnya buah, kadar lain dan sebagainya (Anonimous,
2010).
Benih padi dapat tumbuh hingga setinggi 1-1.8 m, daunnya ramping
dengan panjang 50-100 cm dan lebar 2-2.5 cm. beras yang dapat dimakan
berukuran panjang 5-12 mm dan tebal 2-3 mm, bunga majemuk berbentuk
malai, jumlah buku dari ketiga malai mencapai 100-120 malai.
6
Padi termasuk keluarga padi-padian dengan batang rumput berbentuk
ramping berwarna hijau agak lunak yang beruas-ruas dan di dalamnya berongga
(kosong). Pada tiap-tiap buku batang tumbuh daun yang berbentuk pita dan
berpelepah membalut hampir sekeliling batang. Buahnya buah batu dan terjurai
pada tangkai, berwarna hijau dan setelah tua menjadi kuning. Dalam tanah dari
tiap buku tumbuh tunas yang dapat menggadakan batang yang sering disebut
dengan anak padi. Dari anak padi tersebut dapat pula tumbuh anaknya dan dari
sebutir padi bisa tumbuh 40-50 batang.
Bila telah sampai waktunya dari tiap-tiap batang keluar bunga. Bunga itu
bunga majemuk yang galibnya disebut sebagai bulir. Pada tiap bulir keluar 100
sampai 400 bunga. Pada bunga ada 2 helai sekam kelopak dan 2 helai sekam
mahkota. Waktu terjadi penyerbukan bunga itu merekah (terbuka). Kalau
penyerbukan telah berlalu maka dasar bunga itu tertutup kembali. Sekam mahkota
itulah yang selanjutnya menjadi kulit padi. Sekam mahkota yang dua lembar
tersebut tidak sama besarnya. Sekam mahkota yang besar pada beberapa macam
padi mempunyai ekor atau janggut. Padi yang berekor itu biasanya disebut orang
sebagai padi janggut atau padi bulu. Yang tidak berekor disebut cereh, dan
gabahnya mudah luruh. Padi bulu biasanya tak mudah luruh. Selanjutnya padi-
padi ini ada yang dijadikan beras untuk dimakan dan ada yang disimpan untuk
dijadikan benih kembali (Https://www.distan.majalengkang.go.id/article.padi-
oryza-sativa.tanaman-pangan).
7
2.2. Anatomi Benih Padi
Beras adalah bagian gabah yang telah dipisah dari sekam yang secara
anatomi disebut dengan nama palea atau bagian yang ditutupi dan lemma yaitu
bagian yang menutupi (https://id.wikipedia.org/wiki/Beras).
Gambar. 1. Benih Anatomi Padi
Proses perkecambahan secara morfologis meliputi pertumbuhan embryonic
axis sebagai akibat dari pembelahan sel yang kemudian diikuti dengan
pemanjangan dan pembesaran sel sehingga tumbuh radikula dan plumula menjadi
bibit yang normal. Hipogeal merupakan tipe perkecambahan pada tanaman padi
yaitu terjadinya pertumbuhan radikula diikuti dengan pemanjangan plumula.
Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan dari endosperma dan
menghantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh (Kuswanto,
1996). Bagian-bagian biji padi terdiri dari :
a. Plumula yaitu kuncup embrionik
b. Endosperm yaitu jaringan penyimpanan cadangan makanan
c. Hylum merupakan bekas luka dari kunikulus yang terputus saat biji menjadi
matang.
8
d. Apex yaitu ujung daun
e. Aleuron, lapisan terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan
kulit
f. Embrio, merupakan calon tanaman baru . Bagian daripada embrio pada benih terdiri
atas beberpa bagian yaitu epikotil (calon pucuk), kotiledon (calon daun pertama),
hipokotil (calon batang), radikel (calon akar) (https://id.wikipedia.org/wiki/Beras).
2.3. Proses Perkecambahan
Perkecambahan merupakan tahap awal dari suatu perkembangan suatu
tanaman yang berbiji. Pada tahap ini embrio yang dalam kondisi dormain
mengalami sejumlah perubahan fisiologis sehingga menjadi kecambah.Suatu
benih dikatakan berkecambah apabila plumula dan radikel tumbuh secara normal
dalam jangka waktu yang sesuai dengan ketentuan. Proses perkecambahan ini
merupaka proses metabolisme yang terdiri dari katabolisme dan anaiolisme.
Katabiolisme yaitu suatu proses terjadinya perombakan cadangan makanan
sehingga menghasilkan energi ATP sedangkan anabiolismeyaitu proses terjadinya
sintesa senyawa protein untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio (Hapsari,
2015).
Perkecambahan benih sering diartikan sebagai dimulainya proses
pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang, Taiz dan Zeiger (1998).
Suatu benih dapat berkecambah bila adanya faktor-faktor pendukung selama
terjadinya proses perkecambahan. Proses perkembangan benih dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
9
Faktor internal terdiri dari tingkat kemasakan benih yaitu apabila benih
yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta
pembentukan embrionya belum sempurna, Sutopo (2002); ukuran benih yaitu
benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih
banyak dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil pada jenis yang sama.
Berat benih ini berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena
berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen. Blackman, dalam Sutopo (2002); dormansi yaitu bila
suatu benih sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada
keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan untuk
perkecambahan; penghambat perkecambahan yaitu berupa kehadiran inhibitor
baik dalam benih maupun dipermukaan, adanya larutan dengan nilai osmotik yang
tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik.
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari: air yaitu penyerapan air oleh benih
dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya, dimana air
tersebut berfungsi untuk melembabkan kulit biji sehingga sehingga robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm, untuk memberikan fasilitas
masuknya oksigen kedalam biji, untuk mengencerkan protoplasma dan sebagai
alat transport larutan makanan dari endosperm ke titik tumbuh sehingga terbentuk
protoplasma baru; suhu yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan
perkecambahan dengan rata-rata suhu antara 26.5 s.d 350C; oksigen yaitu
meningkatnya proses respirasi yang disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi pada saat berlangsungnya
10
perkecambahan; cahaya, besarnya pengaruh kebutuhan cahaya dalam proses
perkecambahan terganatung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya dan lamanya
penyinaran; medium yaitu sebuah media yang digunakan untuk melakukan
perkecambahan dengan memilki sifat fisik yang baik, gembur, mampu menyerap
air, dan bebas dari organisme penyebab penyakit (Sutopo, 2002).
Adapun tahapan-tahapan dalam suatu proses perkecambahan menurut
Hapsari (2015), dapat dirincikan sebagai berikut :
a. Tahap pertama, terjadinya penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih
menjadi lunak dan terjadi hidrasi oleh protoplasma.
b. Tahap kedua, dimulainya kegiatan oleh sel-sel dan enzim serta naiknya
tingkat respirasi benih.
c. Tahap ketiga, terjadinya penguraian karbohidrat, protein dan lemak menjadi
bentuk-bentuk yang melarut sehingga mudah ditranslokasikan ke titik-titik
tumbuh.
d. Tahap keempat, terjadinya asimilasi dari bahan-bahan yang sudah terurai
didaerah meristematik untuk menghasilkan energi dalam proses pembentukan
komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru.
e. Tahap kelima, pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
Menurut Khan (1992) dalam Azmi (2010) untuk meningkatkan
perkecambahan pada benih yang sudah kadaluarsa harus diberikan perlakuan
khusus sebelum ditanam yaitu dengan teknik invigorasi benih, antara lain dengan
carahardening, advancing, chitting, osmoconditioning, priming, moisturizing,
matriconditioning dan hydropriming. Selain itu solusi lain untuk meningkatkan
11
perkecambahan pada benih kadaluarsa yaitu dengan melakukan perendaman pada
larutan organik yang mengandung zpt dengan lama waktu perendaman tertentu.
Masa kadaluarsa benih berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan vigor
benih semangka (potensi tumbuh, daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan
keserampakan tumbuh). Viabilitas vigor benih terbaik dijumpai pada masa
kadaluarsa benih semangka 3 bulan dan terdapat interaksi yang sangat nyata
antara masa kadaluarsa dan penggunaan berbagai ekstrak bahan organik terhadap
potensi tumbuh benih semangka (Azmi, 2010).
2.3. Konsentrasi Air Kelapa Muda
Melakukan suatu penelitian pemberian konsentrasi air kelapa dilakukan
dalam beberapa faktor, hal ini bertujuan untuk mengamati tingkat konsentrasi
yang paling efektif untuk meningkatkan perkecambahan benih. Air kelapa sering
digunakan dalam proses invigorasi benih kadaluarsa karena dalam air kelapa
terdapat hormon alami yaitu auksin, giberelin dan sitokinin sebagai pendukung
pembelahan sel embrio kelapa.Sitokinin adalah hormon yang mensupport
pertumbuhan tunas, sumber dihasilkan sitokinin yaitu diujung akar. Auksin yaitu
hormon yang berfungsi dalam merangsang pertumbuhan akar, sumber dihasilkan
auksin adalah diujung tunas. Sedangkan giberelin yaitu kelompok hormon yang
berfungsi dalam proses pembungaan dan pembuahan dan sumber dihasilkannya
adalah didaun dan buah. Pemberian hormon ini harus berdasarkan konsentrasinya
karena semakin besar konsentrasi yang diberikan bisa mengakibatkan letal
(kematian) pada benih tanaman (Sandra, 2011).
12
Didalam air kelapa mengandung hormon yang berfungsi sebagi zat
pengatur tumbuh adalah sitokinin 5,8 mgL-1
, auksin 0,07 mgL-1
dan giberelin
(Junairiah dan Fatimah, 2004). Jadi sitokinin bersama auksin sangat berperan
dalam mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu
dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar sedangkan giberelin yaitu
hormon tumbuh alami yang berfungsi dalam percepatan perkecambahan
(Elfadhila, 2013).
Selain mengandung vitamin C air kelapa juga mengandung berbagai
macam vitamin lainnya seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam
folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Didalam air kelapa muda (7-8 bulan) juga
terdapat unsur gula, air (95,5%), protein (0,1%), lemak (0,1%), Karbohidrat
(4,0%), dan abu (0,4%) (Anonimous, 2012).
Penelitian Widyastuti (2006) menggunakan air kelapa untuk meningkatkan
perkecambahan biji pinang dengan perlakuan yang diberikan adalah air kelapa
berkonsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% dengan lama perendaman 24 jam. Hasil
yang didapat bahwa perlakuan air kelapa dengan konsentrasi 80% didapatkan
perkecambahan 97,78% sedangkan kontrol hanya 88,33%, artinya perlakuan air
kelapa dengan konsentrasi 80% bisa menghasilkan perkecambahan dengan
persentase tertinggi.
Selanjutnya Kurniawan (2001) menunjukkan bahwa dengan konsentrasi
air kelapa 15% dapat meningkatkan nilai viabilitas benih cabai yang telah
mengalami kemunduran.
13
2.4. Lama Perendaman Air Kelapa
Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah
lamanya waktu yang diperlukan benih untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan
beberapa faktor antara lain keadaan biji, permeabilitas kulit biji, dan tersedianya
air di sekeliling biji.Jika ketiga faktor tersebut tidak mendukung biji untuk
melakukan perkecambahan maka biji memiliki kemampuan untuk mengundurkan
fase perkecambahannya yang disebut dengan dormansi. Peranan hormon tumbuh
di dalam biji yang mengalami dormansi adalah dapat menstimulasi sintesis
ribonuklease, amilase dan protease di dalam biji (Anggraini, 2014).
Lama perendaman benih sangat mempengaruhi dalam proses
perkecambahan karena semakin lama waktu untuk perendaman semakin baik
persentase jumlah benih yang berkecambah. Sebaliknya pada biji yang tidak
direndam, kulit biji menjadi keras sehingga proses perkembangannya menjadi
lambat. Keberadaan air bagi biji akan mengimbibisi dinding sel biji dan
menentukan turgor sel sebelum membelah. Biji dapat diketahui berkecambah jika
yang pertama muncul dari biji tersebut adalah radikula (akar lembaga) yang
berasal dari kulit biji yang pecah akibat pembengkakan biji setelah biji mengalami
proses imbibisi. Pada biji yang kering gas O2 akan masuk ke dalam sel secara
difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio telah menyerap air, maka suplai
oksigen akan meningkat pada sel-sel hidup, sehingga terjadinya proses respirasi
dan CO2 yang dihasilkan lebih mudah berdifusi keluar. Sedangkan untuk biji yang
tidak direndam, dinding selnya hampir tidak permeable untuk gas, sehingga
masuknya O2 ke dalam biji akan menjadi lambat. Pada biji yang direndam dengan
air dapat membentuk alat transport makanan yang berasal dari endosperm,
14
kotiledon pada titik tumbuh pada embrionik di ujung yang nantinya akan
digunakan untuk membentuk protoplasma baru. Ketika suplai air rendah atau
tidak tersedia maka pembentukan sitoplasma baru akan berlangsung sangat lambat
karena air sangat berpengaruhterhadap kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang
berhubungan dengan kerja enzim (Kusuma, 2013).
Fathonah dkk (2011) melakukan penelitian terhadap biji palem putri
dengan lamanya waktu perendaman dalam air kelapa selama 24 jam dengan
konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Dari hasil penelitian didapat 96,25%
prosentase perkecambahan dengan konsentrasi 75% dan ini merupakan
konsentrasi terbaik untuk meningkatkan prosentase perkecambahan selama 24 jam
perendaman dengan air kelapa.
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Umum Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar yang akan dimulai dari bulan Juli 2015 sampai selesai.
3.2. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi yag sudah
kadaluarsa selama 5 bulan, air kelapa muda dan kertas merang/kertas saring.
b. Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa Germinator,
mistar, petridis dan alat-alat tulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor yang diteliti adalah
konsentrasi Air Kelapa (A) dan Lama Perendaman Air Kelapa (L).
a. Faktor konsentrasi air kelapa :
A0 = Tanpa Air Kelapa (kontrol)
A1 = 15%
A2 = 35%
A3 = 55%
b. Faktor Lama Perendaman (P) :
16
L1 = 12 Jam
L2 = 24 Jam
L3 = 36 Jam
Berdasarkan banyaknya faktor dan taraf perlakuan yang dicobakan maka
diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan 36 satuan percobaan yang masing-masing
terdiri atas 3 kali ulangan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel
di bawah ini.
Tabel 3.1.Susunan Kombinasi Perlakuan antara Konsentrasi dan Lama
Perendaman Air Kelapa
No Kombinasi
Perlakuan
Konsentrasi Air Kelapa
(%) Lama Perendaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
A0L1
A0L2
A0L3
A1L1
A1L2
A1L3
A2L1
A2L2
A2L3
A3L1
A3L2
A3L3
0%
0%
0%
15%
15%
15%
35%
35%
35%
55%
55%
55%
12 Jam
24 Jam
36 Jam
12 Jam
24 Jam
36 Jam
12 Jam
24 Jam
36 Jam
12 Jam
24 Jam
36 Jam
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = + i + Sj + Vk + (SV)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Pengaruh bersama yang ditimbulkan oleh faktor Konsentrasi air
kelapa taraf ke-j dan faktor lama perendaman taraf ke-k yang
terdapat pada blok ke-i.
= Nilai tengah (rata-rata).
17
i = Pengaruh blok ke-i.
Sj = Pengaruh pada faktor Konsentrasi air kelapa pada taraf ke-j.
Vk = Pengaruh pada faktor lama perendaman taraf ke-k.
(SV)jk = Pengaruh interaksi antara faktor Konsentrasi air kelapa pada taraf
ke-j dengan faktor lama perendaman pada taraf ke-k.
ijk = Pengaruh acak.
Apabila dalam analisis sidik ragam tersebut ada pengaruh nyata terhadap
nilai rata-rata perlakuan maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan
dilakukan uji BNJ 5%.
3.4. Pelaksanaan Penelitian.
a. Persiapan Air Kelapa Muda
Buah kelapa muda yang sudah disiapkan, dibelah lalu diambil airnya.
Kemudian air kelapa muda tersebut dilarutkan sebanyak 200 ml dengan cara :
konsentrasi 15% (air kelapa 30 ml ditambah 170 ml air), konsentrasi 35% (air
kelapa 70 ml ditambah 130 ml air), dan konsentrasi 55% (air kelapa 110 ml
ditambah 90 ml air).
b. Perlakuan benih.
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi yang sudah
kadaluarsa selama 5 bulan. Sebelum beih ditanam, terlebih dahulu benih padi
direndam dengan air kelapa sesuai dengan perlakuan konsentrasi dan lama
perendaman air kelapa.
18
c. Perkecambahan Benih.
Setelah perendaman dengan air kelapa dengan waktu sesuai perlakuan,
lalu benih dikecambahkan dalam petridis sebanyak 25 biji. Lalu diamati selama 1
minggu.
3.5. Pengamatan
a. Potensi Tumbuh (PT)
Nilai potensi tumbuh diperoleh dengan mengamati jumlah benih yang
menunjukkan gejala tumbuh yaitu munculnya akar (radikel) atau plumula yang
menembus kulit benih. Pengamatan dilakukan pada hari ke-7 yang dinyatakan
dalam persen.
x 100%
b. Daya berkecambah (DB)
Daya berkecambah ditentukan dari benih normal dimana akar primer cukup
kuat. Pengamatan dilakukan 2 kali yaitu pada hari ke-5 (pengamatan I) dan ke-7
(pengamatan II) yang dinyatakan dalam persen.
x 100%
Keterangan : ∑ KN I = Jumlah kecambah normal pengamatan pertama
∑ KN II = Jumlah kecambah normal pengamatan kedua
c. Kecepatan Tumbuh (KcT)
Nilai kecepatan tumbuh dapat dihitung berdasarkan pengamatan jumlah benih
yang berkecambah normal setiap harinya yang dinyatakan dalam persen.
Keterangan : N1-Nn = Pengamatan (n= 1,2,3 dan seterusnya)
D1-Dn = Waktu pengamatan (n= 1,2,3 dan seterusnya)
19
d. Keserampakan Tumbuh (KsT)
Nilai keserampakan tumuh diamati dengan menghitung jumlah kecambah
normal kuat padi hari ke-7 dan dinyatakan dalam persen.
x 100%
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12) menunjukkan
bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh,
berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, namun berpengaruh tidak
nyata terhadap kecepatan tumbuh dan keserampakan tumbuh. Rata-rata potensi
tumbuh, daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan keserampakan tumbuh padi
kadaluarsa pada beberapa konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Potensi Tumbuh, Daya Berkecambah, Keserampakan Tumbuh
dan Kecepatan Tumbuh pada Berbagai Konsentrasi Air Kelapa
Parameter
Konsentrasi Air Kelapa (%)
BNJ
0% 15% 35% 55%
PT Arcsin 54,52 55,88 41,98 49,82 8,13
(%) 68,33 b 65,83 b 47,83 a 60,83 b
DB Arcsin 57,50 70,00 35,83 58,33 11,49
(%) 19,17 a 23,33 b 11,94 a 19,44 a
KsT Arcsin 63,33 65,83 44,58 60,83
(%) 22,78 21,94 15,69 20,28
KcT Arcsin 63,78 64,01 41,59 59,22
(%) 21,26 21,34 13,86 19,74
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (Uji BNJ)
PT = Potensi Tumbu
DB = Daya Berkecambah
KcT = Kecepatan Tumbuh
KsT = Keserampakan Tumbuh
Tabel 2 menunjukkan bahwa potensi tumbuh terendah dijumpai pada
perlakuan konsentrasi 35% dibandingkan tanpa pemberian air kelapa dan pada
konsentrasi 15% serta konsentrasi 55%. Sedangkan daya berkecambah benih padi
21
kadaluarsa terbaik dijumpai pada perlakuan 55% yang berbeda nyata dengan
tanpa pemberian air kelapa (0%), 15% air kelapa dan 35% air kelapa.
Keserampakan tumbuh dan kecepatan tumbuh menunjukkan berpengaruh tidak
nyata pada perlakuan konsentrasi air kelapa. Hal ini diduga karena konsentrasi air
kelapa belum mampu meningkatkan viabilitas benih padi kadaluarsa yang memicu
metabolisme didalam benih sehingga mengakibatkan benih tidak dapat
mempercepat proses kecambah dan keserampakannyapun tidak meningkat. Selain
itu, benih yang digunakan dalam penelitian adalah benih kadaluarsa yang tingkat
kemundurannya sudah menurun terutama dalam segi kecepatan kecambahnya
sehingga aktivitas enzim dalam benihpun menurun.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), air kelapa merupakan sumber alami
hormon tumbuh yang dipergunakan untuk memacu pembelah sel dan juga
merangsang pertumbuhan tanaman. Endosperm cair buah kelapa yang belum
matang mengandung senyawa yang dapat memacu sitokinesis. Sitokinin
merupakan zat pengatur tumbuh dalam proses pembelahan suatu sel.
Selain itu, air kelapa muda mengandung zat hara dan zat pengatur tumbuh
yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Air kelapa
muda juga mengandung senyawa organic seperti vitamin C, vitamin B, hormon
auksin, giberelin dan sitokinin. Air kelapa muda juga mengandung air, protein,
karbohidrat , mineral , vitamin, sedikit lemak, Ca, dan P. (Purdyaningsih, 2013).
Potensi tumbuh dan daya berkecambah padi kadaluarsa terendah dijumpai
pada perlakuan konsentrasi air kelapa 15% yang berbeda tidak nyata dengan tanpa
air kelapa dan konsentrasi air kelapa 35%.. Hal ini diduga karena pd konsentrasi
22
tersebut belum mampu melalukan perbaikan-perbaikan (recovery), baik secara
fisiologis maupun kimiawi.
Kuswanto (1996) menyatakan bahwa proses perkecambahan benih dapat
dirangsang dengan penambahan atau perlakuan dengan zat tertentu sebelum benih
dikecambahkan atau pada saat proses perkecambahan sedang berlangsung.
Rangsangan yang diberikan dapt meningkatkan laju imbibisi, rspirasi dan
metabolisme pada proses perkecambahan.
Tidak berpengaruh nyata terhadap keserampakan tumbuh dan kecepatan
tumbuh akibat pemberian air kelapa, diduga disebabkan karena perbedaan tekanan
osmotik diluar sel juga mempengaruhi peningkatan viabilitas benih. Besarnya
tekanan tersebut akan menentukan banyaknya air yang masuk ke dalam benih.
Peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut di luar benih dapat memperlambat
kecepatan imbibisi benih (Gardner dalam Fauzi 2003) sehingga mempengaruhi
terhadap keserampakan dan kecepatan tumbuh benih kadaluarsa.
Konsentrasi air kelapa dapat meningkatkan potensi dan daya berkecambah
benih kadaluarsa, namun tidak mampu mempercepat benih untuk berkecambah
dan keserampakannya.
4.2. Pengaruh Lama Perendaman Air Kelapa
Hasil uji F pada analisis ragam(lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12) menunjukkan
bahwa lamanya perendaman air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap potensi
tumbuh, daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan keserampakan tumbuh. Rata-
rata potensi tumbuh, daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan keserampakan
tumbuh padi kadaluarsa pada beberapa konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada
Tabel 3.
23
Tabel 3. Rata-rata Potensi Tumbuh, Daya Berkecambah, Keserampakan Tumbuh
dan Kecepatan Tumbuh (%) pada Beberapa Lama Perendaman Air
Kelapa
Parameter Lama Perendaman Air Kelapa
L1 (12 jam) L2 (24 jam) L3 (36 jam)
PT Arcsin 70,33 63,75 72,13
(%) 82, 50 77,00 84,58
DB Arcsin 76,25 72,50 72,92
(%) 90,00 82,92 88,33
KsT Arcsin 85,83 70,42 78,33
(%) 91,67 91,67 90,42
KcT Arcsin 58,39 54,82 56,17
(%) 85,62 84,78 85,72
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (Uji BNJ)
PT = Potensi Tumbu
DB = Daya Berkecambah
KcT = Kecepatan Tumbuh
KsT = Keserampakan Tumbuh
Tabel 3 menunjukkan bahwa potensi tumbuh, daya berkecambah dan
kecepatan tumbuh dan keserampakan tumbuh berpengaruh tidak nyata akibat
perendaman air kelapa benih padi kadaluarsa.
Lama perendaman air kelapa tidak mampu meningkatkan potensi tumbuh,
daya berkecambah, keserampakan tumbuh dan kecepatan tumbuh. Hal ini diduga
karena perendaman benih dalam larutan osmotik yang mengurangi penyerapan air
sehingga menyebabkan terhambatnya penyerapan air oleh benih. Menurut Halmer
dan Bewley dalam ilyas (1996), absorbsi air secara terkontrol meningkatkan
membran kembali ke bentuk yang normal atau mendekati normal dengan cara
teratur.
Lakitan (1996) menyatakan bahwa ada tiga fase penyrapan air yaitu fase I
yang merupakan fase awal, penyerapan air berlangsung sebagai akibat tarikan
24
terhadap molekul air karena besarnya potensi matriks dari dinding sel dan bahan-
bahan lain yang terkandung dalam sel. Proses penyerapan air fase I ini merupakan
peristiwa fisaka yang dikenal degan imbibisi. Setelah fase ini berlangsung maka
akan terjadi stagnasi dalam penyerapan oleh benih, fase ini disebut fase II atau lag
phase. Pada fase ini akan terjadi reaksi enzim dan beberapa proses metabolisme
akan segera dimulai sebagai persiapan perkecambahan benih. Setelah fase II
berhenti, benih memasuki fase II dimana penyerapan air paa fase ini berkaitan
dengan proses pertumbuahn kecambah.
Imbibisi air kedalam benih mrmbutuhkan waktu yang lama, waktu tersebut
ditentukan oleh sejumlah faktor. Imbibisi berlangsung jika potensial osmotik
larutan disekitar benih lebih rendah dari pada porensial osmotik larutan di dalam
sel-sel benih (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
4.3 Pengaruh Interaksi Antara Konsentrasi dan Lama Perendaman Air
Kelapa Muda
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara faktor konsentrasi
dan lama perendaman air kelapa terhadap potensi tumbuh, daya berkecambah,
kecepatan tumbuh dan keserampakan tumbuh.
25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Konsentrasi air kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap potensi tumbuh
dan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, namun berpengaruh
tidak nyata terhadap kecepatan dan keserampakan tumbuh. Potensi tumbuh
terendah dijumpai pada konsentrasi air kelapa 35% , sedangkan daya
berkecambah terbaik dijumpai pada konsentrasi 55%.
2. Lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap potensi tumbuh, daya
berkecambah, kecepatan dan keserampakan tumbuh.
5.2 Saran
1. Penggunaan air kelapa muda dengan konsentrasi 55% dapat dipertimbangkan
untuk meningkatkan viabilitas benih padi yang telah mengalami kadaluarsa.
2. Perlu ditingkat lagi lama perendaman dengan air kelapa untuk benih
kadaluarsa terhadap viabilitas benih
3. Perlu penelitian untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh alami yang
lain pada benih-benih yang telah kadaluarsa.
25
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Jakarta.
Anggraini, Elisa Aprilian. 2014. Pengaruh Lama Perendaman Biji Kacang Hijau
terhadap Kecepatan Perkecambahan. Makalah. Diakses tanggal 1
Februari 2014.
Anonim, 2013. Klasifikasi dan Morfologi Padi Tanaman Padi (Oryza sativa).
Artikel Petani Hebat. Diakses September 2013.
Azmi,Syaiful.2010. Pengaruh Masa Kadaluarsa dan Penggunaan Berbagai Ekstrak
Bahan Organik Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Semangka (Citrullus
vulgaris Schard.). Jurnal Agrista. Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh. Vol. 14, No. 2 : 244-50.
Elfadhila, 2013. Air Kelapa. Artikel. Diakses tanggal 23 Maret 2013.
Fathonah, Johani dan Herlina. 2011. Penggunaan Air Kelapa untuk Meningkatkan
Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Putri (Veitchia Merillii). Jurnal
SAGU. Laboratorium Botan iFakultas MIPA Biolagi, Universitas Riau.
Vol. 10, No. 1 : 24-28.
Fatimah dan Junairiah. 2004. Peranan Hormon Giberellin Dalam Pemecahan
Dormansi Bibit Jati. (Tectona grandis linn. F).
http://infolitbang.ristek.go.id/indek.php. Diakses 15 Oktober 2013.
Fauzi, A.2003. Pengaruh Ekstrak Buah Pisang Ambon dan Lama Inkubasi
terhadap Invigorasi Benih Cabai (Capsicum annum L.) Kadaluarsa. Skripsi
(tidak dipublikasi). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh. 46 hal.
Hapsari, Irma. 2015. Proses Terjadinya Perkecambahan. Artikel Astalog.Com.
Diakses tanggal 28 Juli 2015.
Hidayat P. 2000. Pengaruh Lama Perendaman Benih Pinang (Area catechu L.)
Dalam Air Kelapa Muda Terhadap Perkecambahan. Skripsi Fakultas
Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Kandungandanmanfaatpadi. Diakses tanggal 11 Juni
2015
Http://www.biojanna.org/unsurkimiadalambuahkelapa. Diakses tanggal 23 April
2015
Https://id.m.wikipedia.org/wiki/Beras. Diakses tanggal 14 Mei 2015
26
Https://Pengertiandefinisi.blogspot.com/2010/definisibenih,html. Diakses tanggal
10 Oktober 2010
Https://www.distan.majalengkang.go.id/article.padi-oryza-sativa.tanaman-
pangan). Diakses tanggal 28 April 2015.
Ichsan, Cut Nur. 2006. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi
(Oryza Sativa L.) yang Diproduksi Pada Temperatur Yang Berbeda
Selama Kemasakan. Jurnal Floratek. Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh. No.2 : 37 – 42.
Ilyas, S. 1996. Perubahan Fisiologis dan Biokemis dalam Proses “Seed
Conditioning” Keluarga Benih. 6 (2) : 70-79.
Khan, A. A, 1992. Preplant Physiological Seed Conditioning. P. 131-181. In. J.
Janick (ed). Hort. Rew. Wiley and Son, New York.
Kurniawan, T. 2001. Pengaruh Air Kelapa dan Substrat terhadap Viabilitas
Benih Cabai (Capsicum annum L.). Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Kusuma, Mita. 2013. Fisiologi Tumbuhan-Pengaruh Lama Perendaman Biji.
Makalah. Diakses tanggal 21 Mei 2013.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Edisi
ke-1. Andi. Yogyakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal.
Mugnisyah, W. Q dan A. Setiawan. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
129 hal.
Nur, Kukuh. 2011. Hormon Tumbuhan, Artikel Teknologi Pertanian. Diakses
tanggal 10 September 2011.
Purdyaningsih, Eko. 2013. Kajian Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Urine
Sapi Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam. Balai besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan.
Salisbury FB dan CW Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Perkembangan
Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Jilid Tiga. Terj. D. R. Lukman dan
Sumaryono. ITB, Bandung.
Sandra, Edhi. 2011. Hormon dan Pertumbuhan Tanaman. Artikel. Diakses
tanggal 22 April 2011.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. 5th Ed. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
27
Taiz, L dan E Zeiger. 1998. Plant Physiology. Second Ed. Sinnuer Associates,
Massachuset.
Widyastuti. 2006. Pengaruh Perendaman dalam Air Kelapa Muda Terhadap
Perkecambahan Benih Pinang (Areca catechu L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian Unversitas Riau. Pekanbaru.
Lampiran 1. Rerata potensi tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan konsentrasi air
kelapa dan lama perendaman air kelapa
Ulangan arcsin √x
Perlakuan I II III I II III Total Rerata
A0L1 100,00 95,00 90,00 90,00 77,08 71,57 238,64 79,55
A0L2 100,00 90,00 50,00 90,00 71,57 45,00 206,57 68,86
A0L3 100,00 95,00 100,00 90,00 77,08 90,00 257,08 85,69
A1L1 100,00 75,00 100,00 90,00 60,00 90,00 240,00 80,00
A1L2 95,00 100,00 95,00 77,08 90,00 77,08 244,16 81,39
A1L3 85,00 45,00 95,00 67,21 42,13 77,08 186,42 62,14
A2L1 45,00 65,00 55,00 42,13 53,73 47,87 143,73 47,91
A2L2 65,00 40,00 40,00 53,73 39,23 39,23 132,19 44,06
A2L3 100,00 55,00 100,00 90,00 47,87 90,00 227,87 75,96
A3L1 90,00 75,00 100,00 71,57 60,00 90,00 221,57 73,86
A3L2 65,00 70,00 90,00 53,73 56,79 71,57 182,08 60,69
A3L3 65,00 80,00 95,00 53,73 63,43 77,08 194,24 64,75
Ŷ= 68,74
Lampiran 2. Analisis ragan potensi tumbuh benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa
Sumber
Keragaman DB JK KT F hit
F Tabel
0,05 0,01
Blok 2 923,571 461,786 2,504
3,44 5,72
A 3 2590,654 863,551 4,683 * 3,05 4,82
L 2 467,363 233,681 1,267 tn
3,44 5,72
A X L 6 2750,628 458,438 2,486 tn
2,55 3,76
Galat 22 4056,615 184,392 -
Total 35 10788,831 - - - -
KK = 5,36%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata
Lampiran 3. Rerata daya berkecambah (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan konsentrasi
air kelapa dan lama perendaman air kelapa
Perlakuan Ulangan arcsin √x
I II III I II III
Total Rerata
A0L1 60,00 80,00 100,00 50,77 63,43 90,00 204,20 68,07
A0L2 95,00 95,00 40,00 77,08 77,08 39,23 193,39 64,46
A0L3 100,00 80,00 40,00 90,00 63,43 39,23 192,67 64,22
A1L1 100,00 85,00 100,00 90,00 67,21 90,00 247,21 82,40
A1L2 100,00 65,00 95,00 90,00 53,73 77,08 220,81 73,60
A1L3 100,00 95,00 100,00 90,00 77,08 90,00 257,08 85,69
A2L1 60,00 30,00 60,00 50,77 33,21 50,77 134,75 44,92
A2L2 40,00 65,00 40,00 39,23 53,73 39,23 132,19 44,06
A2L3 50,00 40,00 45,00 45,00 39,23 42,13 126,36 42,12
A3L1 90,00 60,00 90,00 71,57 50,77 71,57 193,90 64,63
A3L2 80,00 60,00 95,00 63,43 50,77 77,08 191,28 63,76
A3L3 55,00 80,00 90,00 47,87 63,43 71,57 182,87 60,96
Ŷ = 73,89
Lampiran 4. Analisis ragam daya berkecambah (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa
Sumber
Keragaman DB JK KT F hit
F Tabel
0,05 0,01
Blok 2 384,722 192,361 0,521 tn
3,44 5,72
A 3 9744,444 3248,148 8,806 **
3,05 4,82
L 2 101,389 50,694 0,137 tn
3,44 5,72
A X L 9 259,722 28,858 0,078 tn
2,34 3,35
Galat 22 8115,278 368,876 - - -
Total 35 18605,556 - - - -
KK = 5,93%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata
Lampiran 5. Rerata kecepatan tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa
Ulangan arcsin √x
Perlakuan I II III I II III Total Rerata
A0L1 82,37 91,90 91,86 65,17 73,47 73,42 212,06 70,69
A0L2 100,00 94,27 44,48 90,00 76,16 41,83 207,98 69,33
A0L3 100,00 92,07 68,45 90,00 73,65 55,83 219,47 73,16
A1L1 87,70 81,38 92,95 69,47 64,44 74,60 208,51 69,50
A1L2 91,40 76,20 88,40 72,95 60,80 70,09 203,85 67,95
A1L3 86,39 74,60 89,07 68,35 59,73 70,70 198,78 66,26
A2L1 56,18 50,37 66,02 48,55 45,21 54,35 148,11 49,37
A2L2 50,95 64,55 47,55 45,55 53,46 43,59 142,60 47,53
A2L3 64,79 48,27 50,45 53,60 44,01 45,26 142,87 47,62
A3L1 89,19 62,21 92,37 70,81 52,07 73,96 196,84 65,61
A3L2 74,70 71,17 90,61 59,80 57,52 72,15 189,48 63,16
A3L3 65,95 72,60 91,82 54,30 58,43 73,38 186,12 62,04
Ŷ = 76,20
Lampiran 6. Analisis ragam kecepatan tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa
Sumber
Keragaman DB JK KT F hit
F Tabel
0,05 0,01
Blok 2 923,571135 461,786 0,218 tn
3,44 5,72
A 3 2590,65396 863,551 0,408 tn
3,05 4,82
L 2 467,362948 233,681 0,110 tn
3,44 5,72
A X L 6 2750,62772 458,438 0,217 tn
2,55 3,76
Galat 22 46580,2167 2117,283 - - -
Total 35 10497,222 - - - -
KK = 4.86%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata
Lampiran 7. Rerata keserampakan tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada perlakuan
konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa
Ulangan arcsin √x
Perlakuan I II III I II III Total Rerata
S0V1 100,00 95,00 90,00 90,00 77,08 71,57 238,64 79,55
S0V2 100,00 90,00 50,00 90,00 71,57 45,00 206,57 68,86
S0V3 100,00 95,00 100,00 90,00 77,08 90,00 257,08 85,69
S0V4 100,00 75,00 100,00 90,00 60,00 90,00 240,00 80,00
S1V1 95,00 100,00 95,00 77,08 90,00 77,08 244,16 81,39
S1V2 85,00 45,00 95,00 67,21 42,13 77,08 186,42 62,14
S1V3 45,00 65,00 55,00 42,13 53,73 47,87 143,73 47,91
S1V4 65,00 40,00 40,00 53,73 39,23 39,23 132,19 44,06
S2V1 100,00 55,00 100,00 90,00 47,87 90,00 227,87 75,96
S2V2 90,00 75,00 100,00 71,57 60,00 90,00 221,57 73,86
S2V3 65,00 70,00 90,00 53,73 56,79 71,57 182,08 60,69
S2V4 65,00 80,00 95,00 53,73 63,43 77,08 194,24 64,75
Lampiran 8. Analisis ragam keserampakan tumbuh (%) benih padi kadaluarsa pada
perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman air kelapa
Sumber
Keragaman DB JK KT F hit
F Tabel
0,05 0,01
Blok 2 729,167 364,583 1,618 tn
3,44 5,72
A 3 4579,861111 1526,620 6,775 **
3,05 4,82
L 2 2987,500 1493,750 6,630 **
3,44 5,72
A X L 6 215,2777778 35,880 0,159 tn
2,55 3,76
Galat 22 4956,944 225,316 - - -
Total 35 13468,750 - - - -
BNJ
KK = 4,97%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata