78
KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR, PELALAWAN, RIAU ZENYFERD SIMANGUNSONG A24061052 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

KONSERVASI TANAH DAN AIR

PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR,

PELALAWAN, RIAU

ZENYFERD SIMANGUNSONG

A24061052

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

2

RINGKASAN

ZENYFERD SIMANGUNSONG. Konservasi Tanah dan Air pada

Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur,

Pelalawan, Riau. (dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA)

Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan baik teori maupun

teknis, pengalaman lapang, keterampilan kerja dalam pengawasan dan

administrasi kegiatan kebun serta sebagai bahan perbandingan antara teori yang

didapat di kuliah dengan praktik langsung di lapangan dalam budidaya tanaman

kelapa sawit. Selain itu, untuk mengetahui secara khusus upaya peningkatan

produktivitas lahan dan sumber daya air pada kelapa sawit melalui kegiatan

konservasi tanah dan air di kebun. Magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah

Subur 2 (SLS 2), PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Pelalawan, Provinsi

Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 15

Februari 2010 sampai dengan 15 Juni 2010.

Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data

sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data

primer akan diambil dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan

harian, pendamping mandor hingga pendamping asisten atau kepala afdeling. Data

yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air diperoleh dari survei pelaksanaan

kegiatan konservasi kebun. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka

dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Wilayah SLS 2 mempunyai iklim tipe A (sangat basah) menurut

perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan 2 430 mm dengan 95 hari

hujan dalam setahun serta memiliki sembilan bulan basah dan satu bulan kering.

Wilayah kebun inti I (Kampar) khususnya afdeling OS terdiri atas 48.1% tanah

mineral, 33.6 % tanah pasir, dan 17.5 % gambut. Tanah pasir sulit untuk

menangkap air dan unsur hara sehingga diperlukan tindakan konservasi untuk

memperbaiki struktur tanah ini. Aplikasi pupuk kandang dan tandan kosong akan

membantu memperbaiki daya serap tanah dan menambah unsur hara tanah itu

sendiri. Tandan kosong kelapa sawit juga akan memacu pertumbuhan akar

Page 3: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

3

tanaman pada saat diapliksikan sebagai mulsa. Rorak dan bangunan air pada

umumnya bermanfaat untuk memanen air hujan, menampungnya serta membuat

air menjadi lebih banyak tersedia bagi tanah. Rorak dan bangunan air juga

bermanfaat mengubah run-off menjadi perkolasi pada tanah. Bulan kering biasa

terjadi pada bulan Juni sampai Agustus, sehingga dibutuhkan bangunan air

sebagai tindakan konservasi untuk menjaga ketersediaan air dan mengurangi air

terbuang keluar.

Tindakan konservasi tanah dan air bermanfaat untuk meningkatkan

produksi melalui perbaikan-perbaikan lingkungan tumbuh kelapa sawit sehingga

dapat memanfaatkan nutrisi hara yang dibutuhkan dengan efektif. Manajemen

yang baik dari pengelola kebun sangat diperlukan baik dalam pembuatan serta

pemeliharaan bangunan konservasi untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Page 4: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

4

KONSERVASI TANAH DAN AIR

PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR,

PELALAWAN, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

OLEH

ZENYFERD SIMANGUNSONG

A24061052

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

5

Judul : KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI

LEMBAH SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Nama : ZENYFERD SIMANGUNSONG

NRP : A24061052

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc

(NIP: 19490119 197412 1 001)

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr

(NIP. 19611101 198703 1 003)

Tanggal Lulus : ........................

Page 6: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 15 April 1988. Penulis

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Sudirman

Simangunsong dan Ibu Melva Sitorus.

Pada tahun 1994 penulis memulai pendidikan di SD Katholik Xaverius 9,

Kota Palembang dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan

sekolah di SLTP Negeri 27, Kota Palembang dan lulus pada tahun 2003. Pada

tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3, Kota Palembang dan

lulus pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah menempuh masa Tingkat

Persiapan Bersama (TPB) selama dua semester, penulis memilih mayor Agronomi

dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB dan minor Ekonomi Pertanian, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen. Skripsi magang yang disusun oleh penulis untuk

meraih gelar sarjana pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama

empat bulan di Riau yang berjudul “Konservasi Tanah dan Air pada

Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur,

Pelalawan, Riau” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.

Page 7: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi

kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan

penulisan skripsi yang berjudul “Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur-2, Pelalawan, Riau.

Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan kedua saudaraku terkasih atas dukungan doa, semangat

dan materi yang diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, Msc selaku dosen pembimbing

3. Bapak Ir. Pande Nyoman selaku Administratur PT SLS dan Bapak Dwi Setyadi

selaku kepala kebun Kampar (Inti I).

4. Bapak Teguh Suharijono selaku Kepala Afdeling OS, Bapak Dedy, Bapak

Kalvinus Hutabarat, Bapak Kasman, Bapak Hendra selaku mandor panen dan

rawat yang telah memberikan nasehat serta arahan selama kegiatan magang.

5. Seluruh staf dan non-staf PT Sari Lembah Subur.

6. Saudara-saudaraku pelayanan YoNM yang terkasih. (Filemon 1:4)

7. Semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya.

Bogor, Februari 2011

Penulis

Page 8: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

8

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ................................................................................ 1

Latar Belakang .......................................................................... 1

Tujuan ....................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit ............................... 3

Faktor Iklim ........................................................................ 3

Faktor Tanah ...................................................................... 3

Infiltrasi ..................................................................................... 5

Drainase dan Irigasi ................................................................... 5

Evapotranspirasi dan Curah Hujan ............................................ 6

Teknik Konservasi Tanah dan Air ............................................ 6

METODE MAGANG ......................................................................... 9

Tempat dan Waktu .................................................................... 9

Metode Pelaksanaan .................................................................. 9

Pengumpulan Data dan Informasi ............................................. 10

Analisis Data dan Informasi ...................................................... 10

KEADAAN UMUM ........................................................................... 12

Letak Geografis dan Wilayah Administratif ............................. 12

Keadaan Iklim dan Tanah ......................................................... 12

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ........................................ 13

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ................................. 14

Keadaan Tanaman dan Produksi ............................................... 16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ....................................... 18

Aspek Teknis .............................................................................. 18

Pengendalian Gulma ........................................................... 18

Pengelolaan Tajuk ............................................................... 20

Pengendalian Hama dan Penyakit ....................................... 21

Satuan Contoh Daun ............................................................ 24

Pemupukan .......................................................................... 25

Sensus Produksi .................................................................. 27

Pemanenan .......................................................................... 28

Konservasi Air dan Tanah ................................................... 31

Aspek Manajerial ....................................................................... 35

Mandor Panen ..................................................................... 35

Mandor Rawat ..................................................................... 36

Mandor Hama-Penyakit Tanaman ...................................... 37

Mandor I .............................................................................. 38

Krani Panen ......................................................................... 39

Page 9: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

9

Pendamping Asisten ............................................................ 39

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 41

Konservasi Tanah ....................................................................... 41

Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit .............................. 41

Pembuatan Rorak Organik .................................................. 43

Aplikasi Pupuk Kandang ..................................................... 44

Penanaman Penutup Tanah ................................................. 45

Pembuatan Tapak Timbun .................................................. 46

Konservasi Air ........................................................................... 47

Rorak Tadah Hujan ............................................................. 49

Bangunan Penahan Air (Long-Storage) dan Parit Irigasi .... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 53

Kesimpulan ................................................................................ 53

Saran ........................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 55

LAMPIRAN .......................................................................................... 56

Page 10: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

10

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Karyawan di PT SLS-2, Pelalawan, Riau Tahun

2010 ..................................................................................................... 15

2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di

SLS-2 ......................................................................................... 16

3. Data Produksi (Ton) Afdeling OS Lima Tahun Terakhir .......... 17

4. Standar Jumlah Pelepah pada Kelapa Sawit .............................. 20

5. Spesifikasi Ukuran Bangunan Konservasi ................................. 33

6. Rencana dan Realisasi Pembuatan Rorak Organik Afdeling OS

Tahun 2010 ................................................................................. 44

7. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2009 .............. 48

8. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2010 .............. 52

Page 11: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Dongkel Anak Kayu ..................................................................... 19

2. Pengendalian Hayati ..................................................................... 23

3. Alat dan Penaburan Pupuk ........................................................... 27

4. Tomasun dan Cangkem Kodok .................................................... 29

5. Abu Boiler .................................................................................... 31

6. Tanggul (Over-Flow) ................................................................... 33

7. Peralatan Aplikasi Tankos ............................................................ 34

8. Penempatan Tankos sebagai Mulsa dan Akar yang Tumbuh

di Bawah Tankos .......................................................................... 42

9. Tanaman Penutup Tanah pada TM dan TBM .............................. 46

10. Keadaan Sebelum Dibuat Tapak Timbun .................................... 47

11. Posisi Rorak pada Areal Datar dan Miring .................................. 49

12. Distribusi Air dari Long-storage Lewat Parit Irigasi ................... 50

13. Parit Irigasi yang Rusak oleh Spreader ........................................ 51

Page 12: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Lepas ...................... 57

2. Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor ........................... 59

3. Jurnal Harian sebagai Pendamping Asisten ........................... 60

4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan SLS Tahun

2000-2009 .............................................................................. 61

5. Data Target dan Realisasi Produksi OS (2006-2010) ............... 62

6. Jenis Tanah dan Pelaksanaan Konservasi Tiap Blok OS ......... 63

7. Peta Lokasi Kebun PT SLS - 2, Pelalawan, Riau ................... 64

7. Kupon Pemanen ...................................................................... 65

8. Bangunan Konservasi ............................................................. 66

Page 13: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman industri penting penghasil minyak

masak, industri maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan

keuntungan besar dan merupakan komoditas unggulan dalam penerimaan devisa

Negara. Yahya (1990) menyatakan, selain sebagai sumber devisa Negara, kelapa

sawit juga berperan dalam meningkatkan pendapatan petani sekaligus

memberikan kesempatan kerja yang lebih luas. Kelapa sawit mempunyai

beberapa keunggulan komparatif dibanding tanaman penghasil minyak nabati

lainnya. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produksi per hektar yang tinggi,

umur ekonomis yang panjang, daya adaptasi terhadap cekaman lingkungan yang

baik, serta pengolahan dan pemanfaatan yang luas baik di bidang pangan maupun

non-pangan.

Perkembangan areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami

peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 areal pertanaman

kelapa sawit mencapai 294 560 hektar dengan total produksi sebesar 721 172 ton

minyak sawit. Kemudian tahun 1990 meningkat menjadi 1 126 677 hektar dengan

total produksi sebesar 2 412 612 ton minyak sawit dan sampai tahun 2000 terus

meningkat menjadi 3 174 726 hektar dengan total produksi sebesar 7 001 000 ton.

Bahkan Indonesia menjadi Negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas

areal sebesar 7.07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 18.46 juta ton pada

tahun 2009 dengan perincian adalah sebagai berikut 2 565 000 hektar merupakan

perkebunan rakyat (PR) dengan produksi 5 085 000 ton minyak sawit, 687 000

hektar merupakan perkebunan besar Negara (PBN) dengan produksi sebesar 2 314

000 ton minyak sawit, serta 3 358 000 hektar perkebunan besar swasta (PBS)

dengan produksi sebesar 8 990 000 ton minyak sawit (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2009).

Keberhasilan budidaya kelapa sawit pada umumnya ditentukan oleh lima

faktor utama yaitu kesesuaian lahan, sarana produksi, manajemen, sumber daya

manusia dan masalah sosial. Faktor kesesuaian lahan mencangkup kondisi tanah

serta ketersediaan air. Kondisi tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah baik sifat

Page 14: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

2

fisik, kimia, maupun biologi tanah. Konservasi tanah diperlukan untuk mencegah

erosi, memperbaiki tanah yang rusak dan memelihara serta meningkatkan

produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Sementara

itu, konservasi air pada prinsipnya merupakan penggunaan air hujan yang jatuh ke

tanah se-efisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang

merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Berdasarkan PPKS

(2006), ketersediaan air juga memegang peranan penting dalam produksi kelapa

sawit. Kekeringan yang cukup lama biasanya menyebabkan terjadinya penurunan

produksi yang nyata karena kekeringan menyebabkan tanaman menghasilkan

lebih banyak bunga jantan. Selain itu, pengelolaan air (water management)

merupakan kunci keberhasilan budidaya kelapa sawit khususnya di tanah gambut.

Konservasi tanah dan air sangat penting dan semakin memerlukan

perhatian dalam budidaya kelapa sawit. Kondisi tanah yang baik akan

berpengaruh pada proses penyerapan air dan hara, respirasi akar serta

memudahkan pemeliharaan tanaman dan panen. Menurut Arsyad (2006), setiap

perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada

tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya.

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan meningkatkan pengetahuan baik teori maupun

teknis, pengalaman lapangan, keterampilan kerja dalam pengawasan dan

administrasi kebun, serta sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat di

kuliah dengan praktik langsung di lapangan dalam budidaya tanaman kelapa

sawit. Tujuan kegiatan magang lebih khusus adalah untuk mempelajari upaya

peningkatan produktivitas lahan dan sumber daya air pada perkebunan kelapa

sawit melalui kegiatan konservasi tanah dan air di kebun.

Page 15: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di

hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan.

Sebagai tanaman budidaya, kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang

baik agar mampu tumbuh optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor

utama pertumbuhan kelapa sawit di samping faktor-faktor lainnya seperti sifat

genetis dan perlakuan kultur teknis.

Faktor Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan kisaran 15

ºLU – 15 ºLS. Ketinggian tempat berhubungan dengan suhu udara, kelembaban,

serta penyinaran matahari. Tanaman tumbuh sempurna pada ketinggian 0 – 400 m

di atas permukan laut (dpl), kelembaban optimal 80 – 90 %, dan lama penyinaran

matahari 5 - 7 jam/hari. Curah hujan rata – rata tahunan yang memungkinkan

untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 – 3000 mm yang merata sepanjang

tahun, curah hujan optimal berkisar 1750 – 2500 mm dengan jumlah bulan kering

maksimal 3 bulan. Pertumbuhan tanaman kelapa sawit memerlukan suhu udara

antara 22º - 33ºC. Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang

cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Kecepatan angin sekitar 5 - 6 km/jam

sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu

kencang menyebabkan tanaman menjadi doyong bahkan roboh (PPKS, 2006).

Faktor Tanah

Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat

fisik dan kimia tanah. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat

dibudidayakan dengan baik di tanah mineral maupun di tanah gambut. Dengan

demikian, spektrum jenis tanah yang sesuai untuk kelapa sawit cukup lebar dan

dapat mencakup beragam jenis tanah. Berbagai jenis tanah mineral di Indonesia

cukup sesuai seperti Ultisol, Inceptisol, Entisol, Andisol, maupun Oxisol.

Page 16: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

4

Karakteristik tanah yang digunakan meliputi batuan di permukaan tanah,

kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah, dan tingkat

kemasaman tanah (pH). Tanah yang baik bagi tanaman kelapa sawit adalah tanah

lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat

berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika lebih dalam dari 100 cm.

Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada pH 5-6 dan pH 3,5-4 pada

lahan gambut. Sifat kimia tanah seperti kemasaman (pH) dapat diatasi melalui

pemupukan dolomite, kapur pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phosphate).

Sifat fisik dan biologi tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan bahan organik

(PPKS, 2006).

Karakteristik lahan merupakan dasar dalam penentuan kesesuaian lahan

yaitu layak tidaknya suatu areal untuk perkebunan kelapa sawit, dan tinggi atau

rendahnya intensitas faktor penentu suatu areal. Karakteristik lahan yang

diperlukan meliputi: curah hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas

permukaan laut, bentuk daerah atau lereng, kandungan batuan, kedalaman efektif

tanah atau gambut, tekstur tanah, kelas drainase, pH tanah, dan tingkat pelapukan

gambut (PPKS, 2006).

Tanah gambut (Histosol) merupakan tanah yang berkembang dari bahan

organik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit pada lahan

gambut antara lain tingkat kematangan gambut, kedalaman gambut, alternatif

pengelolaan air (water management), penanganan masalah defisiensi hara mikro,

dan penurunan muka tanah. Tingkat kematangan gambut terutama berkaitan

dengan tingkat pelapukan material organik sebagai bahan induk tanah gambut

yang dibedakan menjadi saprik (tingkat pelapukan lanjut), hemik (tingkat

pelapukan sedang), dan fibrik (gambut mentah). Secara umum, budidaya kelapa

sawit akan semakin potensial pada tanah gambut yang memiliki tingkat pelapukan

semakin lanjut. Kedalaman gambut sangat berkaitan dengan kemampuan daya

dukung mekanis. Pengelolaan air merupakan kunci keberhasilan budidaya kelapa

sawit pada tanah gambut (PPKS, 2006).

Page 17: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

5

Infiltrasi

Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya

melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan

bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di

dalam profil tanah disebut perkolasi. Laju infiltrasi adalah banyaknya air per

satuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm jam ¹

atau cm jam ¹. Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju

penyediaan air. Sifat-sifat tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas

infiltrasi adalah struktur tanah dan tekstur serta kandungan air tanah pada saat

infiltrasi terjadi. Pemupukan dengan pupuk organik dan penutupan tanah dengan

tanaman atau sisa-sisa tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi (Arsyad,

2006).

Drainase dan Irigasi

Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan

drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah,

sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar

dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak

dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah

sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).

Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi

sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat

sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum

tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang

berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak

dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan

mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan.

Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang

cukup (PPKS, 2006).

Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk

mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25%

dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga

Page 18: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

6

diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2

minggu (Pahan, 2008).

Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan

memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang

diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah

pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah

dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk

memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit,

pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan

atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006).

Evapotranspirasi dan Curah Hujan

Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi

yaitu jumlah air yang digunakan untuk transpirasi, diuapkan dari tanah dan

permukaan air serta permukaan tanaman, pada suatu areal pertanaman.

Evapotranspirasi dinyatakan dalam satuan volume per luas areal (m³ ha ¹) atau

dalam tinggi kolom air per satuan waktu (mm hari ¹) (Arsyad, 2006).

Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan

produksi buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen

karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan

berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong

peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan

karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar

dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah

mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan,

bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).

Teknik Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara

penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi

kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah erosi, (2)

Page 19: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

7

memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan

produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi

air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran air

agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim

kemarau (Arsyad, 2006).

Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu

(1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia. Pada perkebunan

kelapa sawit, teknik konservasi yang banyak digunakan adalah metode vegetatif

serta mekanik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian

tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh,

mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya

mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan

terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan

erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode

mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras,

penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad,

2006).

Pemeliharaan tanah pada kondisi topografi areal yang bergelombang

mengharuskan dibangunnya bangunan konservasi tanah dan air yang memadai.

Selain bermanfaat sebagai alat konservasi tanah dan air, bangunan ini juga

mempunyai peranan penting dalam kelancaran kegiatan pemeliharaan dan panen

kelapa sawit. Ketiadaan bangunan konservasi tanah dan air sering merupakan

penyebab rusaknya struktur tanah, drainase terhambat dan kurang efektifnya

pemupukan dan perawatan tanaman, tidak terlaksananya panen secara benar, serta

sulitnya pengawasan kebun (Dirattanhun, 2007).

Kerusakan tanah terutama disebabkan oleh erosi permukaan, akibat proses

pemindahan tanah lapisan atas yang kaya akan unsur hara dari suatu tempat yang

lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan kerugian yang

sangat besar, karena dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah dengan konservasi tanah.

Konservasi tanah meliputi konservasi tanah secara fisik, kimia, maupun biologi.

Page 20: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

8

Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya

adalah secara mekanis. Tindakan konservasi tanah secara mekanis ini dilakukan di

areal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan cara pembuatan

teras kontour, teras individu (tapak kuda), rorak, dan parit drainase. Parit drainase

ini berperan untuk mencegah supaya air tidak tergenang di lapangan, menurunkan

permukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu, serta

mencegah terjadinya pencucian pupuk (Dirattanhun, 2007).

Konservasi tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan

menanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crops (LCC).

Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma, melindungi

tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari tetesan

langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah.

(Dirattanhun, 2007).

Murtilaksono et al. (2007) menyatakan bahwa aplikasi guludan dan rorak

yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif

terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi

TBS kelapa sawit. Kedua teknik konservasi tanah dan air tersebut dapat

meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman

saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan.

Page 21: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur-2,

Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) PT Astra Agro Lestari Tbk,

Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat

bulan, mulai tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 15 Juni 2010.

Penulis ditempatkan di Afdeling OS, Kebun inti I (Kampar).

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Metode pelaksanaan

magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan

aspek manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan

keadaan yang terdapat di lapangan. Sebelum kegiatan dilaksanakan, pekerjaan

selalu diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh asisten dan diikuti oleh

mandor-mandor serta karyawan. Apel dilaksanakan pada pukul 05.30-06.00 WIB.

Pelaksanaan apel bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan dihari kemarin serta

memberi arahan untuk pekerjaan pada hari tersebut.

Pada bulan pertama dan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai

karyawan harian dan mengikuti semua kegiatan budidaya tanaman di lapangan

seperti pemeliharaan bibit di pembibitan, pemeliharaan tanaman (pemupukan,

pengendalian gulma, pembuatan rorak, panen). Penulis mencatat jenis, waktu dan

prestasi kegiatan dalam bentuk jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing

lapangan. Prestasi kerja yang didapat dibandingkan dengan norma kerja yang

berlaku di perusahaan (Lampiran 1).

Penulis berperan sebagai pendamping mandor pada bulan ketiga yang

bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga

kerja yang dibutuhkan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material

serta mengisi laporan harian. Pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan lembar

rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Hal-hal yang perlu

dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor adalah jumlah tenaga kerja

Page 22: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

10

dan material yang digunakan, prestasi kerja karyawan serta luas areal yang

dikerjakan. Jurnal kegiatan harian sebagai mandor tertera pada Lampiran 2.

Bulan keempat merupakan bulan terakhir dalam pelaksanaan kegiatan

magang. Penulis diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten atau

kepala afdeling yang juga melaksanakan tugas-tugas menyangkut aspek

manajerial yang lebih tinggi di atas mandor. Penulis mempelajari tugas dan

tanggung jawab Asisten, yaitu menyusun rencana kerja afdeling dan mengelola

seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien agar sesuai dengan rencana

kerja yang telah dibuat. Hal-hal yang dipelajari pada kegiatan manajerial ditingkat

asisten yaitu: membantu menyusun rencana kerja serta anggaran afdeling,

membantu pembuatan laporan asisten, membantu pengawasan tenaga kerja dan

membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Di samping kegiatan-kegiatan di

atas, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan di

lingkungan kebun tersebut seperti kerja bakti perumahan afdeling dan olah raga

bersama karyawan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Kegiatan magang di perkebunan PT Astra Agro Lestari meliputi kegiatan

pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode

langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh dengan bekerja langsung di

lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping mandor hingga pendamping

asisten/kepala afdeling. Data yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air

adalah sistem pembuatan irigasi, rorak, water flow, serta penggunaan pupuk

organik dalam mengubah agregat tanah. Data sekunder diperoleh dengan

menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang

dilaksanakan.

Analisis Data dan Informasi

Data primer yang diperoleh pada kegiatan konservasi tanah dan air, yaitu

curah hujan, spesifikasi rorak, pemupukan organik, tandan kosong dan abu boiler

pada kebun. Pengamatan dilakukan dengan mengadakan survei pada blok yang

diberi perlakuan konservasi tanah dan air. Survei dilaksanakan pada blok afdeling

Page 23: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

11

OS. Pembuatan aliran irigasi maupun drainase bertujuan agar kondisi lahan tidak

banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Penambahan bahan

organik pada hamparan blok dilakukan agar terjadi perbaikan agregat tanah

sehingga dapat mengikat air serta hara lebih banyak.

Page 24: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Perkebunan kelapa sawit PT. Sari Lembah Subur-2 terletak di wilayah

Kecamatan Ukui dan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Secara geografis lokasi PT. SLS terletak antara 0o7’12” – 0

o1’48” Lintang Selatan

dan antara 102o7’12” – 102

o15’0” Bujur Timur. Perhubungan untuk mencapai

daerah ini tergolong relatif mudah melalui jalan darat dari Pekanbaru (ibukota

provinsi) ke arah selatan di Ukui (ibukota Kecamatan Ukui) berjarak + 150 km,

ditempuh selama 3-4 jam perjalanan. Dari Ukui ke areal perkebunan melalui jalan

minyak pengerasan batu dengan konsisi cukup baik, ditempuh sekitar setengah

jam sampai di areal perkebunan.

Secara ekologis, wilayah PT. SLS berada di kawasan Sub- DAS Sungai

Kerumutan dan Genduang yang merupakan anak Sungai Kampar, sehingga secara

hidrologis kawasan tersebut masuk dalam DAS Kampar. Peta lokasi kebun PT

Sari Lembah Subur-2 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Tanah dan Iklim

Curah hujan tahunan rata-rata di perkebunan PT SLS-2 selama sepuluh

tahun terakhir (2000-2009) adalah 2 430 dengan rata-rata 95 hari hujan per-tahun,

9 bulan basah dan 1 bulan kering. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim

di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A, yaitu daerah sangat basah

dengan vegetasi hutan hujan tropika. Data curah hujan selama periode 2000-2009

disajikan pada Tabel Lampiran 4.

Jenis tanah di perkebunan PT SLS-2 pada umumnya adalah tanah podsolik

merah kuning dan tanah gambut. Bahan induk pembentuk tanah di daerah SLS-2

didominasi oleh batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, dan sebagian lagi

oleh endapan aluvium dan bahan organik dari sisa-sisa vegetasi. Pada beberapa

lokasi terdapat cekungan (backswamp, rawa pedalaman) yang senantiasa

menggenang dengan kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat. Tanah

pada perkebunan ini bereaksi sangat masam dengan pH (4,5-5,0). Kesesuaian

Page 25: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

13

lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit sebagian besar lahan di areal perkebunan

PT SLS-2 tergolong Kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marjinal). Kelas S2

dengan pembatas retensi hara (pH masam), sedangkan kelas S3 dengan pembatas

utama lereng agak curam sampai curam, tekstur agak kasar, drainase terhambat,

retensi hara (pH masam dan KTK rendah), gambut sedang serta bahaya

banjir/genangan. Sebagian besar kebun inti I (Kampar) khususnya OS memiliki

topografi datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

PT Sari Lembah Subur -2 memiliki areal konsesi seluas 15 000 ha yang

terdiri dari kebun inti I (Kampar) seluas 2 000 ha, kebun inti II (Tanglo dan

Kerumutan) seluas 5 000 ha, kebun plasma seluas 8 000 ha. Saat ini kebun inti

Kerumutan dipecah, afdeling OP dan OO disatukan ke kebun inti Tanglo

sedangkan afdeling OS dan OT ke kebun inti Kampar.

Page 26: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

14

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan PT Sari Lembah Subur dipimpin oleh seorang administratur

yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang meliputi

tanaman , pabrik, teknik, dan administrasi. Seluruh Operasional akan didukung

oleh bagian administrasi (gudang, HRGA dan finance), bagian SHE (Safety

Health Environment), bagian CD (Community Development), bagian tanaman

(afdeling), bagian HPT (hama penyakit tanaman) dan bagian teknik

(infrastruktur).

Kepala kebun bertugas mengkoordinasikan afdeling dalam unit usaha

dalam rangka pengelolaan tanaman dan produksi serta bertanggung jawab

langsung atas pengelolaan teknik di lapangan serta produksi. Dalam pelaksanaan

kerjanya kepala kebun dibantu oleh beberapa asisten (kepala afdeling). Kepala

afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas

pelaksanaan kerja di afdeling yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas sehari-

hari kepala afdeling dibantu oleh mandor I atas pelaksanaan kerja di kebun dan

kerani afdeling atas pelaksanaan administrasi di afdeling. Mandor I dibantu oleh

beberapa mandor yang langsung mengawasi pelaksanaan kerja di lapangan.

Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani afdeling.

Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana

kebun seperti perbengkelan, transportasi, infrastruktur dan bangunan. Dalam

pelaksanaan tugasnya kepala teknik dibantu oleh asisten-asisten, yaitu asisten

teknik, asisten perencanaan dan pengendalian, asisten transportasi dan

infrastruktur jalan, dan asisten bengkel. Dalam pengawasan kerja di lapangan,

setiap asisten dibantu seorang mekanik I dan beberapa mekanik II.

Kepala pabrik bertanggung jawab dalam pengolahan TBS dari penerimaan

buah hingga menghasilkan CPO. Pelaksanaan tugas kepala pabrik dibantu oleh

dua asisten proses dan asisten pemeliharaan. Asisten dibantu oleh mandor I dan

mandor dalam pengawasan kerja di pabrik.

Kepala CDO (Community Development Officer), petugas pengembangan

masyarakat bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) dan di

lingkungan sekitar perusahaan (eksternal) yaitu hubungan dengan pemerintahan

setempat, masyarakat sekitar dan permasalahan keamanan yang terjadi di

Page 27: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

15

perusahaan. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala CDO dibantu oleh beberapa

komandan regu dan satuan pengamanan yang ditempatkan di pos-pos penting.

Kepala tata usaha bertanggung jawab dalam bagian administrasi. Kepala

tata usaha dibantu oleh kepala bagian personalia dan umum, kepala bagian

keuangan dan kepala gudang. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala bagian dibantu

oleh seorang kerani I dan beberapa kerani II. Staf lainnya yaitu kepala bagian

penelitian dan pengembangan, Safety and Health Environment, dan tenaga medis

berkoordinasi langsung di bawah administratur. Pelaksanaan tugas staf tersebut

merupakan pekerjaan khusus untuk meningkatkan kualitas perusahaan.

Pembagian karyawan berdasarkan jabatan dan pekerjaan dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Karyawan di PT SLS-2, Pelalawan, Riau Tahun 2010

Sumber : Bagian Personalia PT SLS

No. Jabatan Jumlah

1. Staf

- Administratur 1

- Kepala Tata Usaha 1

- Kepala Kebun 2

- Kepala pabrik 2

- Kepala Teknik 1

- Kepala Community Development Officer (CDO) 1

- Staf SHE (Keamanan Kesehatan Lingkungan) 1

-Staf Plan and Control (CSA) 1

- Kepala gudang 1

- Asisten Afdeling 14

- Asisten pabrik 6

- Asisten bagian operasional 1

- Asisten bagian Plan and Control 1

- Asisten bagian Support 1

- Asisten Community Development (Pengembangan

Masyarakat)

1

- Asisten Proteksi Tanaman 1

- PIC PMS (Plantation Management System) 1

- Asisten SHE 1

- Asisten R & D 1

2. Golongan Harian Tetap (non-staf) 954

3. Pekerja Harian Lepas Borongan 694

Jumlah 1687

Page 28: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

16

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di SLS-2 adalah varietas

Tenera (Dura x Psifera) yang berasal dari Marihat. Tanaman kelapa sawit yang

terdapat di kebun inti (Kampar dan Tanglo) sebagian besar merupakan tanaman

menghasilkan dengan tahun tanam antara 1987 hingga 2002. Data populasi

tanaman kelapa sawit kebun inti tiap tahun disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SLS-2

Sumber : Kantor Besar SLS (Mei, 2010)

Dari Tabel 2 dapat dihitung rata-rata jumlah pokok/ha (SPH) untuk SLS-2

yaitu 125 pokok/ha, padahal berdasarkan perhitungan dengan jarak tanam 9m x

9m x 9m maka akan dihasilkan SPH 142 pokok/ha. Jadi populasinya 88% dari

yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh jarak tanam yang kurang tepat serta

banyak tanaman yang mati akibat penyakit. Kondisi tanaman kebun inti

khususnya afdeling OS (Kampar) banyak mengalami serangan penyakit busuk

Tahun tanam

Kampar Tanglo

Luas Jumlah pokok Luas Jumlah pokok

(ha) (pokok) (ha) (pokok)

1987 441,39 56012

1988 360,36 45799

1989 342,62 44161

1990 169,31 20151

1991 238,09 29290

1992 159,90 20578 83,44 9417

1993 333,03 42133 737,71 91292

1994 98,21 12085 1147,39 146524

1995 386,52 47291 965,04 114096

1996 392,47 49604 208,71 23794

1997 749,17 75589 101,57 8673

1998 215,85 27345 272,11 13397

1999 142,29 19664

2000 26,52 3546

2001 341,03 53652

2002 23,42 5455

Total 4420,18 552355 3515,97 407193

Pokok/ha

124,96

115,81

Page 29: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

17

pangkal batang yang disebabkan jamur Ganoderma sp. hingga beberapa pokok

kelapa sawit mengalami kematian.

Produksi tandan buah segar (TBS) untuk tahun 2010 pada kebun inti

mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data produksi

afdeling OS kebun inti (Kampar) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Produksi (Ton) Afdeling OS Lima Tahun Terakhir

Bulan Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Januari 1171,45 1239,66 1470,93 1563,44 1119,77

Februari 979,28 1079,30 1259,71 1058,55 926,86

Maret 1011,34 1014,29 1242,83 1327,86 1038,26

April 1077,57 1214,57 1261,78 1217,22 1021,16

Mei 1345,16 1417,22 1609,04 1327,43 751,67

Juni 1404,61 1412,19 1604,64 1893,91

Juli 1311,78 1747,48 1755,68 1726,34

Agustus 1763,62 1814,20 2092,76 1701,96

September 1780,27 1509,73 1450,97 1324,08

Oktober 1106,15 1473,22 1703,35 1850,17

November 1517,02 1756,74 1655,10 1660,29

Desember 1041,67 1635,48 1537,08 1482,97

Total 15509,92 17314,08 18643,87 18134,22 4857,72

Sumber : Kantor Afdeling OS (Mei, 2010)

Afdeling OS mengalami penurunan produksi setelah memasuki bulan

Januari hingga Mei tahun 2010. Sejak penulis mulai magang ke kebun dari bulan

Februari hingga bulan Juni 2010, kebun sedang mengalami penurunan produksi.

Penurunan produksi dipengaruhi oleh kondisi kekurangan air yang disebabkan

oleh curah hujan rendah pada periode musim kering yang panjang serta kondisi

tanah dengan kandungan pasir sangat tinggi.

Pencapaian produksi afdeling OS sering kali dibawah target yang

ditetapkan. Selain disebabkan oleh penurunan produksi, juga disebabkan oleh

tidak akuratnya penentuan target. Pelaksanaan sensus produksi yang kurang tepat

akan menyebabkan angka target yang kurang tepat pula. Data target dan

pencapaian produksi afdeling OS selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Page 30: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi

yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara

manual maupun kimia. PT SLS telah melaksanakan sistem zero-chemist sehingga

dalam pengendalian gulma di lapangan diterapkan cara manual tanpa bahan

herbisida. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada

piringan (cyrcle), gawangan hidup (path), dan tempat pengumpulan hasil (TPH).

Tumbuhan pakis (Nephrolepis biserata) merupakan gulma yang tidak diberantas

di PT SLS, namun dikendalikan pertumbuhannya. Pihak proteksi tanaman

perusahaan menganggap tumbuhan ini berfungsi sebagai tanaman inang musuh

alami (Sycanus sp.) bagi hama pemakan daun seperti ulat api serta dapat menjadi

penutup tanah yang mengurangi erosi.

Gulma pada perkebunan kelapa sawit antara lain Melastoma

malabatricum, Chromolaena odorata, Gleichenia linearis, Asystasia gangetica,

Clidemia hirta, Micania micrantha, Pennisetum polystachion, dan anak sawit

(kentosan). Tenaga kerja yang melaksanakan pengendalian gulma sebagian besar

merupakan karyawan harian sistem borongan dan karyawan kebun.

Piringan secara manual. Kegiatan ini sering juga dinamakan cyrcle

weeding manual. Piringan secara manual merupakan kegiatan pengendalian gulma

yang tumbuh di areal piringan tanpa adanya aplikasi herbisida. Tujuan dari

kegiatan ini adalah untuk mengefektifkan pemupukan dan proses pemanenan,

menghindari persaingan pemanfaatan unsur hara, pupuk dan air serta untuk

memudahkan pemeliharaan dan pengawasan. Piringan yang dibersihkan selebar

dua meter sejak dari pokok kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini

adalah cangkul garuk. Norma pekerjaan ini yaitu 41 piringan/HK.

Garuk jalur manual. Kegiatan ini disebut juga buka pasar angkong.

Garuk jalur manual merupakan kegiatan pengendalian gulma yang tumbuh di

sepanjang gawangan hidup khususnya jalur angkong. Jalur yang dibersihkan

Page 31: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

19

selebar satu meter sepanjang blok panen. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

mendukung lancarnya pekerjaan panen serta memberantas gulma yang terdapat

pada gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Norma

pekerjaan ini adalah 300 meter/HK.

Rawat TPH. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan TPH dari segala

gulma agar memudahkan peletakan TBS dan brondolan. Tiap TPH harus memiliki

parit drainase di sebelah kiri dan kanannya yang berguna sebagai saluran

pembuangan air hujan sehingga TPH tidak tergenang. Alat yang digunakan adalah

cangkul dan parang. Norma pekerjaan ini adalah 20 TPH/HK.

Dongkel anak kayu. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian

gulma secara selektif dengan cara mencabut semua jenis gulma berkayu beserta

akarnya dan dibuang ke gawangan mati dengan posisi akar menghadap ke atas.

Pekerja berjalan sampai ke pasar tengah lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya.

Jenis-jenis gulma berkayu antara lain: Melastoma malabathricum, Clidemia hirta,

Chromolaena odorata serta kentosan (anak sawit). Kendala yang dijumpai dalam

kegiatan DAK yaitu pada lokasi dengan populasi gulma yang terlalu rapat

sehingga norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK 0.5 ha/HK dan

prestasi kerja penulis 0.3 ha/HK. Pekerjaan DAK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dongkel Anak Kayu

Babat gawangan. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma

di sekitar gawangan mati dan gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah

parang babat. Pembabatan dilakukan setiap pekerja untuk tiap jalan pikul lalu

pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang

digunakan dalam kegiatan ini adalah karyawan harian lepas (KHL). Sistem kerja

Page 32: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

20

yang digunakan yaitu sistem kerja harian target dengan upah Rp 44 880,-/hari

dengan lama kerja 7 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babat gawangan

adalah 1 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.5 ha/HK. Kendala yang

sering dalam babat gawangan, yaitu kondisi gulma yang sudah terlalu tinggi dan

tidak merata sehingga menyebabkan hasil kerja sering tidak mencapai target.

Pengawasan yang kurang juga menyebabkan hasil kerja di tengah blok di bawah

kualitas yang diharapkan.

Pengelolaan Tajuk

Pengelolaan tajuk atau sering juga disebut pruning. Pruning merupakan

proses kerja pembuangan atau pemotongan pelepah daun tua yang dianggap tidak

produktif lagi dari tanaman kelapa sawit. Tujuan pelaksanaan pruning ini antara

lain mempermudah pelaksanaan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di

ketiak pelepah serta mendorong penyaluran zat hara yang diserap tanaman pada

daun-daun yang lebih produktif.

Permasalahan yang sering ditemukan dalam kegiatan pruning antara lain

under-pruning dan over-pruning. Under-pruning adalah jumlah pelepah yang

berlebihan dari yang seharusnya pada pokok kelapa sawit. Hal ini dapat

menyebabkan difisit unsur hara dan mempengaruhi proses munculnya buah. Over-

pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan

yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Jumlah pelepah yang kurang dari

standar karena dipruning terlalu berat akan menyebabkan tanaman lebih banyak

menghasilkan bunga jantan. Untuk menghindari permasalahan tersebut, perlu

dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat dan

penggunaan alat yang tepat. Tabel 4 menerangkan jumlah pelepah yang harus

dipertahankan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.

Tanaman yang berumur 3-8 tahun, pruning dikerjakan dengan

menggunakan dodos, sedangkan tanaman yang telah berumur di atas 8 tahun,

pekerjaan pruning dilakukan dengan menggunakan egrek. Pekerjaan pruning

merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan dengan rotasi dua kali dalam setahun,

pada bulan April dan Oktober. Pekerjaan pruning dilakukan oleh karyawan panen

itu sendiri. Ancak yang harus dipruning merupakan ancak panen mereka masing-

Page 33: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

21

masing. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem kerja borongan dengan norma

kerja 40 pokok/HK.

Tabel 4. Standar Jumlah Pelepah pada Kelapa Sawit

Sumber : Bagian Tanaman PT SLS (Mei, 2010)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama adalah pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh

serangga atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis

merugikan manusia. Sementara itu penyakit adalah faktor pengganggu tanaman

kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang secara ekonomis

dapat menurunkan hasil.

Sistem pengendalian yang diterapkan perusahaan adalah sistem

pengendalian hayati. Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama dan

penyakit dengan menggunakan musuh alami yang terbagi menjadi 3 macam, yaitu

parasitoid, predator serta patogen. Laboratorium HPT perusahaan

mengembangbiakkan Sycanus spp sebagai predator ulat api serta menanam

tanaman bermanfaat seperti Turnera subulata dan Antigonon sebagai tanaman

inang dan sumber nectar bagi imago parasitoid. Beberapa hama yang menyerang

tanaman kelapa sawit beserta pengendaliannya antara lain:

Ulat pemakan daun. Hama ulat pemakan daun yang sering menyerang

tanaman kelapa sawit adalah ulat api yaitu: Setora nitens, Thosea asigna, Thosea

bisura, Darna trima, Ploneta diducta dan ulat kantong yaitu: Mahasena corbetti,

Metisa plana.

Hama ini dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun

tanaman menghasilkan (TM) dan merupakan hama yang bersifat permanen,

sehingga setiap saat populasinya siap meledak. Akibat serangan ini daun kelapa

Umur

(Tahun)

Jumlah pelepah yang

harus dipertahankan

TBM III/TM I 64

4-7 60-64

7-10 56-60

10-15 48-56

>15 48

Page 34: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

22

sawit menjadi berlubang dan jika serangan berat, daun yang diserang akan tinggal

lidinya, sehingga proses asimilasi akan terganggu dan produksi akan menurun

sampai 5% dari total produksi per tahun.

Pengendalian yang dilakukan di kebun sejauh ini hanya pada tingkat

serangan ringan dan sedang. Hal ini karena kebun menggunakan agen hayati

dalam pengendaliannya, sehingga pertumbuhan hama ini dapat ditekan. Pada

TBM dengan luas serangan sampai dengan 50 ha dilakukan dengan pengutipan

ulat (Hand Picking). Jika luas serangan telah mencapai lebih dari 50 ha, harus

dilakukan penyemprotan.

Tikus (Rattus tiomanicus). merupakan hama penting pada kelapa sawit

karena dapat menyerang tanaman yang belum menghasilkan maupun tanaman

menghasilkan. Tanaman yang baru ditanam (TBM) akan diserang bagian

umbutnya dengan cara mengerat batang, apabila serangan terjadi pada titik

tumbuh maka tanaman dapat mati. Pada tanaman yang telah menghasilkan akan

diserang bunga jantannya, karena tikus mencari telur dan larva dari serangga

penyerbuk Elaeidobius kamerunicus. Selain itu tikus juga memakan daging buah

baik buah muda maupun yang sudah matang.

Pada awalnya pengendalian hama tikus dilakukan dengan menggunakan

ular kobra. Namun penggunaan ular kobra ini memiliki banyak kekurangan yaitu

keamanan BHL dan pemanen pada saat bekerja serta kemampuan ular kobra

dalam memangsa tikus relatif sedikit. Pengendalian hama tikus yang dilakukan

perusahaan saat ini yaitu dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba). Burung

hantu secara spesifik memangsa tikus di dalam kebun. Seekor burung hantu

dewasa mampu mengkonsumsi 5 - 8 ekor tikus per hari, sehingga sepasang

burung hantu membutuhkan tikus sebanyak kurang lebih 3 000 - 7 000 ekor tikus

dalam setahun. Daya jelajah burung hantu dalam sehari mencapai 25 ha. Dengan

demikian, untuk areal pertanaman kelapa sawit seluas 25 ha cukup ditempatkan

satu kandang burung hantu. Aplikasi kandang burung hantu dapat dilihat pada

Gambar 2.

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros Linn.) Kumbang tanduk sering

menggerek pucuk kelapa sawit sejak tanaman ditanam sampai tanaman berumur 3

tahun. Serangan ini biasanya terjadi di daerah pengembangan karena banyak sisa-

Page 35: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

23

sisa batang tanaman yang telah lapuk dan yang merupakan medium paling baik

untuk perkembangbiakan kumbang tersebut. Pada tanaman yang terserang terlihat

adanya bekas gerekan pada bagian pangkal batang mengarah ke titik tumbuh

tanaman. Selanjutnya pelepah daun muda putus dan membusuk atau kering.

Tanaman akan mati apabila titik tumbuhnya habis termakan oleh kumbang ini.

Pengendalian hama kumbang tanduk dilakukan dengan menggunakan

Fero-trap yaitu sejenis perangkap yang terbuat dari ember plastik atau kaleng yang

di tengahnya dipasang kisi atau sekat. Pada kisi tersebut digantungkan feromon,

yaitu hormon yang akan menarik kumbang tersebut untuk datang. Kumbang

selanjutnya akan menabrak kisi tersebut dan terjatuh ke dalam ember atau kaleng.

Pengendalian hama kumbang secara kimia menggunakan Marshall dengan dosis 5

gr/pohon dengan cara ditaburkan pada ketiak daun yang langsung mengelilingi

daun pupus. Aplikasi fero-trap dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) fero-trap (b) sarang burung hantu

Gambar 2. Pengendalian Hayati

Penyakit busuk pangkal batang. Penyakit ini disebabkan oleh jamur

Ganoderma Sp. dengan gejala serangan daun patah dan menggantung, mengering

dan mati, mulai muncul miselium pada pangkal batang, terdapat tubuh buah

(basidiocarp) pada pangkal batang serta lebih dari dua daun tombak tidak

membuka.

Pengendalian penyakit ini antara lain dengan memusnahkan tubuh buah

yang ditemukan pada pangkal batang tanaman, Menumbang tanaman yang sudah

Page 36: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

24

tidak ekonomis, membongkar dan eradikasi gumpalan sistem perakaran yang

melekat dibonggol, titik tanaman kosong dan areal tanaman terinfeksi dibuat parit

isolasi mengelilingi pokok infeksi sedalam 60 - 80 cm dengan jarak 1.5 -2 m dari

pokok infeksi atau sesuai kanopi daun, menjaga sanitasi dengan menaburi parit

isolasi dengan belerang secara merata kurang lebih 3 kg kemudian ditutup dengan

tanah bekas galian selama 1 minggu. Setelah 1 minggu kemudian parit dibuka

sedalam kurang lebih 40 cm dan dibiarkan terbuka selama 1 minggu. Penaburan

cendawan antagonis ganoderma setelah perlakuan pemberian belerang, yaitu 150

gram Gliocadium sp. atau Trichoderma sp. dalam tiap pokok terinfeksi.

Satuan Contoh Daun

Satuan contoh daun atau Leaf sampling unit (LSU) merupakan satuan

pengambilan contoh daun kelapa sawit yang mewakili luasan areal tertentu.

Contoh daun selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan kebutuhan

pupuk tanaman dalam areal tersebut. Kegiatan pengambilan contoh daun ini akan

menghasilkan rekomendasi pemupukan oleh Departemen Riset Astra Agro

Lestari.

Kegiatan diawali dengan persiapan anggota khusus sebanyak 2 orang dan

1 orang koordinator (mandor proteksi tanaman). Pemberian tanda baris LSU dan

pokok LSU dengan cat berwarna biru. Karyawan ke lapangan menuju LSU yang

sudah ditetapkan sebelumnya dengan membawa perlengkapan. Perlengkapan yang

dibawa antara lain egrek, pisau pemotong, meteran, dan plastik kresek. Pokok

sampel LSU diukur tingginya dengan menggunakan egrek yang telah diberi

ukuran dan menggantungkannya pada pelepah 17. Bila tinggi tanaman melebihi

panjang egrek maka pada egrek ditambahkan meteran. Alasan pemilihan daun ke-

17 karena daun ke-17 menggambarkan status hara tanaman tersebut dan sangat

sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam status hara tanaman. Data tinggi

tanaman dicatat pada formulir yang telah disiapkan beserta gejala defisiensi hara

tanaman tersebut.

Potong pelepah ke-17 kurang lebih 1.5 m dari ujung batang pohon.

Pelepah yang jatuh diperiksa suntilnya untuk diambil 4 helai daunnya (2 sebelah

kanan 2 sebelah kiri). Empat helai daun tersebut diambil bagian tengah daunnya

Page 37: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

25

tanpa tulang daun dengan panjang kurang lebih 25 cm dan dimasukkan ke dalam

plastik kresek dan diberi form khusus sebagai tanda bloknya dan dilakukan di

bawah pukul 12.00 WIB. Sampel diiris-iris menjadi potongan kecil dengan

menggunakan pisau dan dibawa ke tempat pengeringan selambat-lambatnya 12

jam setelah pengambilan sampel. Sampel kemudian dikeringkan pada suhu ± 85

ºC selama 10 jam. Sampel yang telah kering diberi keterangan yang

mencantumkan nama PT, nama afdeling, tahun tanam, no blok dan luasnya serta

tanggal pengambilan samplenya. Sampel siap dikirim untuk dianalisis di

laboratorium.

Norma yang berlaku pada kegiatan ini adalah 1 blok/HK untuk dua orang

anggota tersebut. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah anggota

tersebut belum kompeten untuk menentukan daun ke-17, sehingga hasil akan

mempengaruhi analisis laboratorium. Pengirisan daun juga tidak boleh terlalu tipis

karena dapat menyebabkan daun tersebut gosong di dalam oven.

Pemupukan

Pemupukan adalah penambahan unsur hara ke dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dua kali

dalam setahun, yaitu semester I (Februari - Juni) dan semester II (Agustus -

Desember). Jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan pada semester I adalah NPK,

Rock phosphate (30% P2O5), Muriate of Potash (60% K2O), Kieserite (27%

MgO), dan Dolomite (60% CaCO3). Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan

hasil analisis daun atau leaf sample unit (LSU) yang dibuat oleh head office (HO).

Rekomendasi disampaikan kepada kebun pada awal tahun dan digunakan sebagai

acuan pemupukan tahun tersebut.

Pemupukan akan dapat mencapai sasaran jika dalam pelaksanaannya

dilakukan dengan prinsip 5 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat

waktu serta tepat tempat. Kegiatan pemupukan juga menjadi sangat penting

karena 50 - 60% biaya perawatan berasal dari pemupukan. Kebutuhan tenaga

pupuk disesuaikan dengan tonase pupuk yang akan diaplikasikan berdasarkan

kalibrasi. Alat yang digunakan dalam pemupukan adalah ayakan dan takaran

pupuk, dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 38: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

26

Kegiatan pemupukan diawali dengan persiapan piringan dan gawangan

yang telah siap dipupuk, dengan standar piringan bersih gulma dan gawangan

dapat dilalui. Persediaan pupuk di gudang mencukupi dan dilakukan kegiatan

penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang pupuk

berdasarkan dosis/pohon yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar

penguntilan. Satu karung untilan biasanya berisi 12.5 kg pupuk. Pupuk yang

diuntil dimasukkan ke dalam karung dan diikat dengan menggunakan tali. Norma

kerja penguntilan sebesar 1.25 ton/HK. Kesalahan dosis penguntilan banyak

terjadi di lapangan. Penguntil tidak menimbang pupuk secara akurat karena

mengejar waktu agar norma kerja tercapai. Pekerja juga tidak menggunakan alat

pelindung diri seperti masker dan sarung tangan sehingga dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan baik kulit maupun pernafasan.

Pelangsiran pupuk ke lapangan dilakukan dengan mobil truk. Pelangsiran

dilakukan pagi hari sebelum KHL pupuk apel pagi. Apel pagi dilakukan untuk

membagi kelompok dan menjelaskan kembali aturan pemupukan. Pupuk dilangsir

dengan cara dijatuhkan dari atas truk ke setiap baris pokok pada pinggiran blok.

Dengan mengetahui dosis/pokok serta jumlah pokok dalam satu baris, maka akan

diketahui berapa jumlah untilan yang dibutuhkan tiap baris blok tersebut. KHL

yang telah dibagi menjadi beberapa pasangan diberikan nomor urut untuk

mempermudah pembagian baris blok. KHL mengecer pupuk ke dalam blok.

Penaburan pupuk dilakukan setelah pengeceran ke dalam blok sudah

dilakukan seluruhnya. Pengawasan pemupukan menggunakan sistem “Gang”

yang berarti semua supervisi yang terdiri dari kepala afdeling beserta mandor

rawat dari semua afdeling dalam rayon kebun yang sama harus datang dan

mengawasi pelaksanaan pemupukan afdeling tersebut. Sistem ini memiliki

kelebihan dalam hal pengawasan sehingga pelaksanaan pemupukan dapat berjalan

dengan lancar dan sesuai.

Cara penaburan dengan menuangkan pupuk ke takaran lalu diisi ke dalam

ayakan dan digoyangkan dengan tangan sehingga pupuk tersebar secara merata di

piringan dengan radius 1.5 meter dari pokok tanaman. Proses penaburan pupuk

dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 39: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

27

(a) ayakan dan takaran (b) penaburan pupuk

Gambar 3. Alat dan Penaburan Pupuk.

Penaburan tidak boleh di atas bongkahan kayu, mengenai pelepah dan

pokok, atau pada piringan yang masih bergulma. Setelah kegiatan pemupukan

selesai, karung-karung bekas pupuk dikumpulkan dan diantar kembali ke gudang

dengan mobil transport KHL. Sistem kerja pemupukan dilakukan dengan target

harian 7 jam kerja dengan prestasi kerja 200 kg/hk tergantung kondisi areal kebun.

Sensus Produksi

Sensus produksi terdiri dari sensus produksi empat bulanan, sensus

produksi bulanan dan sensus produksi harian. Sensus produksi empat bulanan

dilakukan dengan cara menghitung seluruh buah yang ada. Sensus dilaksanakan

pada minggu ke-IV pada bulan Desember, April, dan Agustus setiap tahun.

Sensus empat bulan digunakan untuk menghitung taksasi produksi, kebutuhan

pemanen dan transportasi empat bulan ke depan.

Sensus produksi bulanan dilakukan dengan menghitung kembali buah-

buah merah yang akan dipanen bulan depan. Pelaksanaan taksasi bulanan

dilakukan setiap bulan minggu ke-IV. Sensus bulanan ini akan mengoreksi

proporsi bulanan hasil sensus empat bulan. Sensus produksi harian dilakukan oleh

mandor 1 untuk menghitung produksi ke-esokan harinya berdasarkan kriteria

buah masak. Sensus harian dipergunakan untuk mengatur tenaga pemanen dan

transportasi. Pelaksanaan sensus produksi harian dilakukan satu hari sebelum

panen.

Sensus produksi dilakukan dengan cara mengamati keadaan buah dan

menghitung jumlah pokok pada blok yang disensus tersebut. Pengambilan sampel

pokok sensus sebanyak sepuluh persen dari total jumlah pokok dalam satu blok.

Page 40: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

28

Data sensus akan menjadi acuan pihak Head Office (HO) untuk menentukan target

produksi bulanan. Norma kerja sensus produksi yaitu 60 ha/HK atau sekitar dua

blok/HK.

Pemanenan

Pemanenan adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit. Tugas

utama tenaga kerja panen yaitu menurunkan buah dari pokok dengan tingkat

kematangan yang telah ditetapkan dan mengantarkannya ke TPH dengan cara dan

waktu yang tepat. Tujuan kegiatan pemanenan adalah untuk mendapatkan

produksi dan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas

(ALB) yang rendah. Keberhasilan panen terletak pada tenaga pemanen, alat panen

serta sistem panen yang diterapkan.

Sistem panen yang digunakan akan mempengaruhi pembagian hanca

panen, penentuan tenaga panen, pengawasan panen, serta pengangkutan TBS.

Afdeling menggunakan sistem hanca giring tetap. Sistem ini merupakan

kombinasi dari kedua sistem panen. Melalui sistem ini, TBS dapat keluar ke TPH

lebih cepat dan pembagian hanca yang tetap sehingga akan mempermudah

pengawasan panen. Pemanen harus menyelesaikan blok panen secara tuntas tanpa

ada pengulangan.

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan

panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen adalah luasan

areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan rotasi panen yang

dijalankan. Satu seksi panen biasa dikerjakan tuntas dalam satu hari. Pelaksanaan

di kebun biasa menggunakan rotasi 6/7 yang artinya areal dibagi menjadi 6 seksi

dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen bisa berubah tergantung

kondisi kerapatan buah. Rotasi panen 9/10 biasa digunakan pada saat kerapatan

buah sedang rendah.

Kriteria panen merupakan indikasi saat yang tepat kapan buah harus

dipanen. Kriteria umum yang digunakan adalah warna tandan buah dan jumlah

brondolan yang jatuh di piringan. Buah dikatakan matang apabila berwarna merah

orange dan memenuhi kriteria fraksi dua. Fraksi dua artinya terdapat dua buah

Page 41: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

29

brondolan di piringan dalam setiap kilogram bobot tandan. Kriteria ini berlaku

untuk kondisi buah yang normal dan sehat.

Alat-alat panen yang digunakan antara lain dodos (tinggi pohon kurang

dari 4 meter), egrek (tinggi pohon lebih dari 4 meter), angkong sebagai alat angkut

TBS dan brondolan ke TPH, gancu sebagai alat bongkar TBS , dan tomasun.

Tomasun merupakan kapak khusus Astra Agro Lestari untuk memotong tangkai

tandan buah yang panjang sehingga membentuk “cangkem kodok” atau huruf V

pada bekas potongannya. Alat dan perlengkapan panen harus dibawa saat apel

pagi sebelum kegiatan panen dimulai. Peralatan panen harus diasah pada sore

harinya sehingga tidak mengganggu kegiatan panen. Kapak tomasun beserta hasil

potongannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tomasun dan Cangkem Kodok

Pelaksanaan kegiatan panen diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh

semua pemanen dari tiap kemandoran. Supervisi yang mengikuti apel pagi adalah

mandor I, mandor panen, asisten afdeling dan terkadang juga asisten kebun.

Supervisi memberikan arahan, evaluasi kegiatan panen yang telah dilaksanakan

serta pembagian hanca panen. Setelah apel pagi selesai, pemanen masuk ke hanca

yang telah dibagikan dengan membawa angkong, gancu, egrek, dodos, dan

tomasun. Pemanen menuju pohon dan setelah memastikan buah matang, pemanen

memotong pelepah dengan memperhatikan management canopy yang telah

diarahkan. Setelah itu pemanen memotong buah dengan menggunakan egrek atau

dodos sesuai ketinggian pohon yang dipanen. Pemanen harus menjaga jarak pada

saat memanen agar buah maupun pelepah yang jatuh tidak ke arah pemanen.

Page 42: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

30

Pemanen kemudian mengangkat pelepah dan menyusunnya di gawangan

mati. Pemanen memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan menggunakan

kampak tomasun. Hasil potongan harus berbentuk V (cangkem kodok) dengan

syarat sisa tangkai tidak boleh lebih dari 2 cm. Pemanen kemudian pindah ke

pohon berikutnya. Rata-rata pemanen membawa anggota keluarganya seperti istri

maupun anaknya sebagai rekan yang membantu pemanen dalam mengangkut

buah dari dalam hanca menuju TPH. Buah diangkut dengan menggunakan

angkong menuju TPH. Proses bongkar-muat buah pada angkong menggunakan

alat ganju. Rekan pemanen juga membantu mengutip brondolan yang tersebar di

piringan serta gawangan lalu memasukkannya ke dalam karung dan memuatnya

ke dalam angkong. Brondolan yang tertinggal di sekitar piringan dan gawangan

tidak boleh lebih dari 2 biji.

Setelah angkong penuh, pemanen atau rekannya membawa angkong dan

muatannya ke TPH, lalu menyusun TBS dan brondolan dengan rapi di atas terpal.

Pemakaian terpal bertujuan untuk mengurangi jumlah kotoran yang dapat terbawa

ke pabrik dan mempengaruhi rendemen minyak. Setelah semua TBS dalam hanca

dipanen, pemanen diwajibkan mencatat hasil kerja di kupon pemanen

setelah itu diletakkan pada salah satu janjang TBS di TPH. Hasil kerja yang diisi

oleh pemanen antara lain nomor blok, TPH, pemanen serta jumlah janjang yang

dipanen. Kriteria buah diisi oleh checker pada saat memuat buah ke truk. Kupon

pemanen dapat dilihat pada Lampiran 6.

Dalam pelaksanaan pemanenan masih ditemukan beberapa kesalahan

seperti memanen buah mentah, buah busuk, buah matang yang tertinggal di pohon

dan di gawangan, serta brondolan tinggal baik di sekitar piringan maupun ketiak

pelepah. Pemanen juga sering tidak memperhatikan kriteria songgo-dua saat

menurunkan pelepah. Alat perlindungan diri seperti helm, baju lengan panjang

dan sepatu boot juga kurang diperhatikan.

Organisasi panen terdiri dari mandor panen, krani panen, dan pemanen

yang dibentuk agar pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

Satu orang mandor panen membawahi 15 sampai 20 pemanen. Tenaga panen

merupakan faktor penting dalam kegiatan pemanenan. Luas hanca panen yang

harus diselesaikan pada taksasi normal antara 3 - 4 ha bergantung pada

Page 43: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

31

kemampuan masing-masing pemanen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung

dengan rumus :

Keterangan = SPH : Jumlah Tanaman per ha

AKP : Angka Kerapatan Panen

BJR : Bobot Janjang Rata-rata

Konservasi Air dan Tanah

Pengembangan yang sedang dilakukan oleh perusahaan berhubungan

dengan konservasi baik tanah maupun air. Tanah mempunyai fungsi utama

sebagai sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta

tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup

tumbuhan.

Melihat begitu besarnya pengaruh tanah dan air bagi pertumbuhan

tanaman, maka perbaikan-perbaikan sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas

tanah serta ketersediaan air yang optimal. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan

konservasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Aplikasi abu boiler. Abu boiler merupakan salah satu limbah pabrik yang

dimanfaatkan di dalam kebun. Abu boiler merupakan sisa dari cangkang kernel

serta serat mesokarp kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan bakar tungku

perapian di pabrik. Abu boiler ini mengandung unsur kalium yang berguna bagi

tanaman.

Dosis yang digunakan adalah 25 kg/pokok. Abu boiler ini ditaburkan di

atas tandan kosong (tankos). Abu boiler diaplikasikan dalam bentuk untilan

dengan bobot 25 kg/until. Pekerjaan tabur abu boiler ini dikerjakan oleh buruh

harian lepas dengan upah sebesar Rp.750/until.

Page 44: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

32

Gambar 5. Abu Boiler

Rorak (organik, tadah hujan), dan parit irigasi. Merupakan beberapa

kegiatan pengelolaan air yang dilakukan di afdeling OS PT.SLS. Kegiatan

pengelolaan air ini dimaksudkan untuk memanfaatkan air yang datang seperti air

hujan agar tidak langsung hilang baik oleh aliran permukaan (run-off) maupun

infiltrasi, tapi dapat di bendung terlebih dahulu untuk dimanfaatkan oleh

perakaran kelapa sawit.

Parit irigasi sengaja dibuat di sepanjang blok untuk mengalirkan air yang

telah dibendung dari parit besar, agar penyebaran air tanah dapat lebih merata dan

dimanfaatkan oleh pokok kelapa sawit di sepanjang blok. Pembuatan parit irigasi

dikerjakan oleh BHL dengan norma kerja 15 meter/HK.

Rorak tadah hujan dibuat untuk memanfaatkan air hujan yang datang

sehingga tertampung untuk sementara di dalam rorak dan diserap lebih lama dan

optimal oleh perakaran kelapa sawit di sekitarnya. Satu buah rorak tadah hujan

mewakili empat buah pokok kelapa sawit. Rorak tadah hujan dikerjakan oleh

BHL dengan norma kerja empat rorak/HK.

Rorak organik dibuat untuk setiap pokok kelapa sawit di dalam blok.

Dengan demikian, jumlah rorak organik sama dengan jumlah pokok dalam satu

blok. Rorak organik dibuat untuk menampung pupuk kandang (kotoran ayam)

dengan dosis 20 kg/rorak. Dengan perlakuan ini, diharapkan akan memperbaiki

sifat fisik tanah serta menambah unsur hara pada tanah tersebut. Selain pupuk

kandang, rorak ini juga dapat dimasukkan bahan organik lainnya seperti kompos

dan daun-daun busuk. Spesifikasi bangunan rorak dan parit irigasi serta bangunan

konservasi yang telah diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 45: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

33

Tanam Neprolephis. Neprolephis ditanam pada lokasi tanaman

menghasilkan (TM). Tujuan dari penanaman Neprolephis ini antara lain untuk

mengurangi run-off, mengurangi erosi tanah serta menjaga kelembaban tanah.

Neprolephis juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk

meletakkan telurnya. Tanam Neprolephis memiliki norma kerja 22 titik/HK.

Tabel 5. Spesifikasi Ukuran Bangunan Konservasi

Bangunan Konservasi Ukuran

(panjang x lebar x dalam)

Rorak tadah hujan 3m x 0,8m x 0,8m

Tandon air 18m x 3m x 1,5m

Long-bed tadah hujan 9m x 0,8m x 1m

Flat-bed tadah hujan 3m x 2m x 0,4m

Rorak organik 1,5m x 0,6m x 0,5m

Parit irigasi 4m x 0,6m x 1m

Bangunan konservasi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3.

Pembuatan tanggul (over-flow). Tanggul dapat dibuat pada parit yang

terdapat di dalam blok kebun. Tanggul dibuat untuk membendung aliran parit

menggunakan susunan karung yang diisi tanah serta beberapa kayu pasak sebagai

penahan. Aliran yang terbendung akan meningkatkan ketinggian permukaan air

hingga melampaui ketinggian karung sehingga terjadi over-flow. Ketinggian

permukaan air ini dapat dimanfaatkan dengan mengalirkannya ke tengah blok

kebun melalui parit irigasi. Dengan begitu, air dapat disebarkan secara merata ke

dalam blok. Tanggul dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tanggul (Over-Flow)

Page 46: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

34

Pembuatan tanggul ini membutuhkan 3 HK. Bahan-bahan yang

dibutuhkan antara lain: karung, tanah, kayu pasak, balok kayu, dan terpal.

Kekuatan pasak penahan harus diperhatikan kususnya pada saat musim hujan

karena aliran air yang deras dapat merusak bangunan tanggul (over-flow).

Aplikasi tandan kosong (tankos). Tandan kosong merupakan salah satu

limbah padat yang berasal dari pabrik kelapa sawit. Tandan kosong berasal dari

pengolahan TBS melalui proses perebusan dan pemisahan antara serat tandan

dengan brondolan. Serat tandan yang telah terpisah dari buah brondolan disebut

tandan kosong (tankos). Rata-rata produksi tankos kelapa sawit adalah berkisar

22% hingga 24% dari total bobot tandan buah segar (TBS) yang diproses di

pabrik kelapa sawit.

Tankos kelapa sawit mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalium, dan

magnesium. Aplikasi tankos ini dapat menekan pemakaian pupuk anorganik

buatan. Salah satu aspek penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa sawit

untuk menyerap dan menahan air, sehingga diharapkan dapat mempertahankan

kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya.

Dalam satu pokok terdapat satu titik tankos dengan ukuran luas penutupan

1,5m x 4m/ titik. Bobot tankos dalam satu titik adalah 225 kg, sehingga dalam

satu hektar dibutuhkan tankos sebanyak 30 ton. Pekerja menggunakan gancu dan

angkong untuk melangsir tankos tersebut ke dalam blok. Norma kerja rata-rata

untuk tiap pekerja adalah 25 titik. Upah untuk pekerjaan ini adalah Rp.2000/titik.

Gambar 7. Peralatan Aplikasi Tankos

Page 47: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

35

Aspek Manajerial

Tingkat manajerial terdiri atas kepala afdeling, mandor I, kerani afdeling,

kerani panen, serta mandor. Hubungan antara kepala afdeling dengan mandor I,

kerani dan mandor adalah garis instruksi. Hubungan antara mandor I dengan

kerani afdeling adalah garis koordinasi, sedangkan terhadap mandor adalah garis

instruksi. Mandor lapangan terdiri atas mandor panen, mandor rawat, mandor

hama dan penyakit.

Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor

adalah mengerti tata cara dan tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung

kebutuhan tenaga kerja dan material yang dibutuhkan, mengawasi jalannya

pekerjaan, mengevaluasi setiap pekerjaan, dan mengisi laporan harian. Pekerjaan

yang dilakukan berpedoman kepada Lembar Rencana Kerja (LRK) yang telah

disetujui oleh kepala afdeling. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, mandor

melakukan apel terlebih dahulu untuk memberikan penjelasan tentang pekerjaan

yang akan dilaksanakan.

Mandor Panen

Mandor panen bertugas memastikan semua kegiatan panen berjalan

dengan baik. Mandor panen memberikan arahan pembagian kerja untuk pemanen,

membagi hanca panen dan memastikan hanca tersebut tuntas, melakukan kontrol

lapangan dan sensus buah untuk rotasi berikutnya, berkoordinasi dengan kerani

panen menjaga kualitas buah di TPH dan memastikan buah telah terangkut semua.

Dalam setiap afdeling biasanya terdapat dua kemandoran panen. Satu

kemandoran terdiri dari 15 sampai 20 pemanen tergantung kebutuhan tenaga

panen. Kemandoran satu dan kemandoran dua bekerja pada blok yang sama. Hal

ini untuk memudahkan pengawasan hanca pemanen. Mandor panen telah

mengetahui hanca tiap anggota panennya sehingga jika terdapat kesalahan dalam

pelaksanaan panen dapat dengan mudah diketahui.

Mandor panen memberikan pengarahan serta evaluasi pada saat apel pagi.

Barisan apel pagi diatur sesuai kelas pemanen berdasarkan hasil panen hari

sebelumnya. Kelas pemanen ditandai oleh bendera dengan warna yang berbeda.

Page 48: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

36

Bendera merah untuk kelas pemanen A, hijau kelas pemanen B dan kuning kelas

pemanen C. Mandor panen juga membagikan bendera kecil dengan nomor

masing-masing pemanen yang akan dibawa oleh pemanen dan ditancapkan pada

hanca pemanen tersebut. Mandor akan mengumpulkan bendera tersebut pada sore

hari setelah kegiatan panen selesai sambil memeriksa hanca panen kemandoran

tersebut.

Selain pengawasan di lapangan, mandor panen juga harus mengisi data

administrasi panen meliputi:

Laporan Harian Produksi Panen, yang berisi nama pemanen, pemakaian

Hari Kerja (HK), blok, jumlah janjang (output), buah busuk, buah mentah,

keadaan tangkai, kondisi brondolan, buah tinggal, dan susunan pelepah.

Formulir Absensi Karyawan, yang berisi nama karyawan, jabatan dan jenis

pekerjaan. Formulir ini akan diserahkan kepada kepala afdeling untuk

ditanda tangani dan selanjutnya diserahkan ke kantor besar.

Sensus Panen Harian, merupakan kegiatan sensus yang dilaksanakan

untuk memperkirakan produksi panen besok. Formulir Sensus Panen

berisi, nomor blok, nomor jalan pikul, nomor pokok dan jumlah buah

matang.

Mandor Rawat

Mandor rawat bertanggung jawab terhadap semua kegiatan rawat seperti

pemupukan, pengendalian gulma maupun kegiatan perbaikan (improvement) yang

ada di afdeling. Mandor rawat berjumlah dua orang untuk setiap afdeling. Setiap

jenis pekerjaan rawat juga berpedoman pada lembar rencana kerja (LRK) yang

telah dibuat. Selain LRK, afdeling juga membuat rencana kerja harian baik

kegiatan rawat maupun panen. Rencana kerja harian dibuat sehari sebelumnya dan

diserahkan kepada kantor besar. Kepala kebun maupun Administratur sekali-kali

dapat melakukan pemeriksaan mendadak dengan berpedoman pada rencana kerja

harian tersebut.

Dalam proses pemupukan, mandor rawat harus memeriksa untilan yang

terdapat di tempat penguntilan di kantor besar. Jumlah untilan harus sesuai dengan

kebutuhan di afdeling. Mandor rawat mengisi bon permintaan barang yang

Page 49: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

37

ditanda-tangani oleh kepala afdeling, kepala kebun serta kepala gudang. Mandor

rawat harus terus mengawasi truk pengangkut pupuk hingga sampai ke afdeling.

Mandor rawat juga bertanggung jawab mengawasi pengeceran untilan pada blok

yang dipupuk. Pada saat pelaksanaan pemupukan, mandor rawat beserta tim

supervisi yang lain ikut mengawasi BHL dalam bekerja.

Mandor rawat juga melakukan apel pagi untuk memberi pengarahan

kepada BHL. Mandor rawat bertugas menyiapkan alat dan material untuk

pekerjaan hari tersebut. Setelah BHL selesai bekerja, mandor melakukan

pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan mereka. Mandor rawat juga melakukan

kalibrasi antara perencanaan dan realisasi untuk hasil rawatan yang didapatkan.

Untuk kegiatan laporan administrasi, mandor rawat bertugas mengisi laporan

harian serta laporan mingguan dari setiap kegiatan rawat yang telah dilaksanakan.

Formulir laporan rawat antara lain:

Laporan hasil kerja karyawan kemandoran rawat, yang berisi nama

karyawan, aktivitas kegiatan, blok yang dikerjakan, HK, gaji pokok, dan

premi.

Check-sheet, merupakan form kegiatan yang mendata pekerjaan rawat

yang telah dilaksanakan setiap bulan. Laporan ini berisi item rawat, luasan

yang telah dilaksanakan, dan waktu pelaksanaan. Check-sheet sangat

dibutuhkan oleh kerani afdeling dalam pembuatan laporan.

Mandor Hama-Penyakit Tanaman

Serangan hama dan penyakit pada pokok kelapa sawit sangat

mempengaruhi kualitas serta kuantitas produksi di lapangan. Beberapa hama dan

penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian pokok kelapa sawit. Selama

penulis melakukan pengamatan di lapangan, hama yang ditemukan antara lain

tikus, ulat api, kumbang badak, serta rayap. Dalam mengamati keadaan populasi

dan penyebaran hama, PT. SLS menggunakan sistem EWS (Early Warning

System) yaitu sistem pengamatan secara dini terhadap OPT (Organisme

Pengganggu Tanaman). Pelaksanaan EWS dilakukan secara rutin dengan rotasi

satu bulan sekali. Dengan melakukan EWS, akan diperoleh informasi seperti:

Page 50: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

38

jenis, populasi, kategori, intensitas dan luas serangan OPT serta akan diperoleh

pola sebaran OPT.

Pelaksanaan EWS dimulai dengan penentuan titik sampel (TS) dan baris

sampel (BS) dalam blok. Penentuan TS harus menyebar merata dengan norma

satu ha terdapat satu TS. Blok dengan luas 30 ha akan diwakili oleh 30 TS. Pokok

sampel (PS) yang diamati yaitu pokok-pokok yang berada di sekeliling TS pada

lingkaran I dan II. Pada setiap PS hanya diambil satu pelepah saja, yaitu pelepah

nomor 8 - 16 dengan gejala serangan paling berat. PS yang periksa yaitu PS pada

lingkaran I terlebih dahulu, kemudian pindah ke lingkaran II.

Mandor Hama-Penyakit juga bertanggung jawab dalam pengendalian

penyakit yang terdapat di lapangan. Serangan penyakit yang umum menyerang

pokok kelapa sawit adalah jamur Ganoderma sp penyebab penyakit busuk pangkal

batang. Mandor bekerja sama dengan pemanen untuk mendeteksi pokok kelapa

sawit yang terinfeksi Ganoderma sp. Mandor menjelaskan ciri-ciri pokok yang

terserang serta ciri-ciri tubuh buah jamur Ganoderma sp. Setiap pokok yang

terdeteksi akan didata dan ditentukan waktu untuk pengendaliannya. Mandor juga

harus mempersiapkan alat, material serta pekerja yang akan melakukan

pengendalian Ganoderma sp tersebut.

Data administrasi yang dikerjakan oleh mandor hama penyakit antara lain:

Rekapitulasi serangan hama (ulat api, tikus) yang berisi tanggal deteksi,

blok afdeling, kondisi serangan, jumlah predator, fase hama (telur,

kepompong, imago), kondisi hama tersebut.

laporan serangan ganoderma, yang berisi blok afdeling, nomor baris dan

pokok, keadaan pokok terserang, tanggal pengendalian (cincang, tumbang,

bakar).

Mandor I

Mandor I merupakan mandor yang membawahi semua mandor kegiatan di

afdeling. Mandor I bertugas menerima instruksi sari kepala afdeling dan member

arahan kepada mandor kegiatan, melakukan kontrol lapangan untuk mengecek

kesesuaian dengan rencana kerja, merekap laporan harian mandor, melakukan

sensus buah untuk panen minggu depan dan esok hari, monitoring angkutan buah,

Page 51: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

39

monitoring rotasi panen, serta melakukan review dengan mandor. Mandor I

merupakan tangan kanan kepala afdeling di lapangan. Umumnya mandor I lebih

banyak ikut membantu dalam kegiatan panen seperti menjaga kualitas buah,

melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan buah restan, kebersihan

pengutipan brondolan serta proses evakuasi TBS sampai ke pabrik dengan lancar.

Kerani Panen

Tugas kerani panen adalah menghitung jumlah produksi pemanen di TPH ,

memastikan ketuntasan buah yang terangkut, memeriksa dan menghitung buah

restan serta memastikan ketersediaan unit angkutan TBS ke pabrik. Kerani panen

ikut truk angkut TBS dalam menjalankan tugasnya. Kerani panen mengumpulkan

kupon panen (Gambar Lampiran 2.) pada setiap TPH dan merekap jumlah hasil

panen hari tersebut. Hasil panen akan diberitahukan kepada pemanen pada saat

apel pagi keesokan harinya sekaligus melakukan cross-check jumlah TBS kepada

pemanen. Laporan admistrasi yang dikerjakan kerani panen antara lain:

Kupon Panen, yang berisi nomor blok, TPH, nomor pemanen, jumlah

janjang, serta kondisi buah (buah merah, tangkai panjang, buah busuk).

Notes kerani Panen, yang berisi blok, nomor pemanen, dan kondisi buah.

Surat Pengantar Buah (SPB), yang berisi nomor polisi truk, nama sopir,

blok, tahun tanam, jumlah janjang, serta jam keberangkatan truk.

Laporan Harian Angkutan Panen, yang berisi afdeling, tanggal, nomor

SPB, nama sopir, nomor polisi truk, jumlah janjang, jam keberangkatan,

data dari pabrik (nomor NP, Tonase), serta laporan buah restan.

Pendamping Asisten

Tugas dan tanggung jawab seorang asisten afdeling adalah memastikan

semua kegiatan operasional, administrasi dan pengendalian biaya pada divisi atau

afdeling yang dipimpin agar terlaksana sesuai dengan rencana kerja yang telah

dibuat. Asisten berusaha mencapai target produksi yang telah ditetapkan dengan

pengendalian biaya seminimal mungkin. Asisten afdeling bertanggung jawab

Page 52: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

40

penuh terhadap semua kegiatan di Afdeling baik kegiatan operasional maupun

kegiatan di lingkungan perumahan selama 24 jam.

Selama menjadi pendamping asisten, penulis ikut membantu melakukan

supervisi terhadap kegiatan-kegiatan pemeliharaan, panen dan perbaikan

(improvement) yang sedang dilaksanakan di kebun. Penulis mengawasi proses

penguntilan pupuk, pengiriman untilan ke afdeling, pengeceran untilan serta

pelaksanaan pemupukan di afdeling. Penulis ikut bersama asisten menjadi

supervisi pemupukan di afdeling lain. Penulis juga mengawasi kegiatan-kegiatan

perbaikan seperti pembuatan rorak, tanggul serta memeriksa spesifikasi ukuran

bangunan tersebut. Penulis menjadi pendamping asisten selama satu bulan pada

bulan ke-empat pelaksanaan magang. kegiatan-kegiatan asisten afdeling antara

lain: Apel pagi, cek administrasi dan LPPH per kemandoran, cek lapangan atas

kerja panen dan rawat, review harian dengan mandor, review harian dengan

kepala kebun, cek pengangkutan buah dan monitoring angkutan TBS, membuat

rencana kerja bulan berikutnya, serta kontrol lapangan bersama.

Page 53: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konservasi Tanah

Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam

usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan

tanah kebun inti I (Kampar) khususnya afdeling OS dijelaskan pada Lampiran 8,

sebagian besar terdiri dari tanah mineral podsolik merah kuning (48,1%), tanah

berpasir (33,6%) dan tanah gambut (17,5%). Afdeling OS memiliki topografi

relatif datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%. Tanah mineral pada kebun

ini memiliki keterbatasan daya resap air serta tingginya aliran permukaan dan

erosi tanah. Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah sebagian besar berada

pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Jika lapisan tanah bagian atas

mengalami erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin hara. Sebagian kondisi tanah

pada kebun merupakan tanah berpasir, sehingga sangat sulit untuk menyerap air.

Pada lahan gambut, faktor yang mempengaruhi adalah kandungan unsur hara serta

keadaan drainase kebun.

Berdasarkan kendala yang ada, diperlukan upaya pengendalian erosi dan

perbaikan saluran drainase. Pengendalian erosi tidak hanya dilakukan untuk

keseluruhan lahan pada masing-masing blok, tetapi juga untuk masing-masing

piringan dari setiap pohon agar erosi pada bidang ini dapat dikurangi. Untuk

memperbaiki sifat fisik tanah, maka perlu penambahan kandungan bahan organik

tanah dengan memberikan kompos, pupuk kandang atau bahan-bahan organik

lainnya seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Beberapa upaya konservasi

yang telah dilaksanakan di kebun antara lain: pelaksanaan konservasi tanah seperti

aplikasi tandan kosong, pembuatan rorak organik, aplikasi pupuk kandang,

penanaman penutup tanah, pembuatan tapak timbun. Pelaksanaan konservasi air

seperti rorak tadah hujan, bangunan penahan air serta parit irigasi.

Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Pemberian tandan kosong kelapa sawit di lapangan dapat memberikan

manfaat baik dari aspek kimia maupun aspek fisik tanah. Tandan kosong kelapa

Page 54: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

42

sawit mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg yang dibutuhkan oleh tanaman.

Menurut Darmosarkoro dan Rahutomo (2000), satu ton tandan kosong sawit

setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg RP, 12 kg MoP, dan 2 kg kiserit. Berdasarkan

potensi kandungan nutrisi yang ada maka aplikasi tandan kosong kelapa sawit

dapat dilakukan untuk menekan pemakaian pupuk kimia. Ditinjau berdasarkan

manfaat dari aspek fisik, ternyata tandan kosong mampu menyerap dan menahan

air karena menurut Darmosarkoro et al. (2001) tandan kosong kelapa sawit

mengandung berbagai macam serat dengan komposisi 45.95% sellulosa, 16.49%

lignin dan 22.84% hemisellulosa . Dengan demikian, diharapkan tankos dapat

mempertahankan kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya terutama dengan

memperhatikan penempatan tandan kosong yang tepat.

Penempatan tandan kosong di lapangan dilakukan dengan dua cara yaitu

pemberian sebagai mulsa dan aplikasi dalam rorak. Pemberian sebagai mulsa

dilakukan dengan menebar tankos pada gawangan mati dari jalur pokok sampai

batas piringan (Gambar1.a). Aplikasi tandan kosong sangat efektif pada daerah-

daerah dengan topografi bergelombang sampai berbukit. Tandan kosong dapat

menahan laju kecepatan air dan butir-butir tanah yang hanyut pada proses aliran

permukaan (run-off), sehingga kerusakan tanah akibat erosi dapat diminimalisasi.

Kelembaban tanah di sekitar aplikasi tandan kosong akan memicu pertumbuhan

sistem perakaran terutama akar sekunder dan tersier. Seperti pada Gambar 8.

(a). penempatan tankos (b). akar yang tumbuh pada tankos

Gambar 8. Penempatan Tankos sebagai Mulsa, Akar Tumbuh di Bawah Tankos

Dari kondisi ini akan diperoleh manfaat, yaitu perbaikan kondisi tanah

melalui konservasi air dan tanah serta perbaikan terhadap sistem perakaran

Page 55: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

43

tanaman yang akan menunjang produktivitas tanaman. Sementara itu, aplikasi

tankos dalam rorak lebih ditujukan bagi tanah-tanah bertekstur pasir tinggi yang

strukturnya lepas. Tandan kosong dimasukkan ke dalam rorak organik yang

berukuran 150cm x 60cm x 50cm lalu ditimbun kembali dengan tanah dan

dipadatkan. Pada kebun Kampar sendiri penempatan aplikasi tandan kosong lebih

banyak dilaksanakan sebagai mulsa.

Pelaksanaan aplikasi tandan kosong kelapa sawit banyak mengalami

masalah di lapangan. Berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP), tankos

diturunkan dari truk di collection road tepat di depan gawangan mati. Tumpukan

tankos ini harus habis diecer pada hari itu juga. Pada kenyataannya pekerjaan ini

sering terlantar karena keterbatasan tenaga kerja, sehingga tumpukan tankos akan

menutupi jalan dan menghambat proses pekerjaan panen dan rawat pada blok

tersebut. Selain itu, truk yang mengangkut tankos dari pabrik seringkali melebihi

kapasitas truk. Hal ini menyebabkan tankos-tankos akan berjatuhan dan tercecer

di sepanjang jalur truk.

Pembuatan Rorak Organik

Pembuatan rorak organik di kebun bertujuan untuk mengatasi

permasalahan penyerapan hara sehingga kebutuhan hara tanaman kelapa sawit

dapat terpenuhi secara optimal. Kondisi lahan pada kebun inti (kampar)

khususnya afdeling OS merupakan lahan dengan tekstur tanah berpasir tinggi,

sehingga sering terjadi pencucian unsur hara yang disebabkan oleh tingginya

infiltrasi dan perkolasi air hujan pada tanah tersebut. Hasil penelitian Sutarta dan

Winarna (2007) menunjukkan bahwa kehilangan hara akibat run-off dan erosi

tanah diperkirakan sebesar 5-8% hara N, 10-15% untuk hara K, 4-8% untuk hara

Mg, dan kurang dari 2% hara P.

Bahan organik tanah dapat meningkatkan ph tanah, meningkatkan

kapasitas tukar kation (KTK) dan memperbaiki struktur tanah yang akan

mendorong pertumbuhan tanaman dan serapan hara tanah. Berkembangnya

struktur tanah juga akan meningkatkan kemampuan tanah mempertahankan

kelembabannya (Sutarta, 2007).

Page 56: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

44

Pembuatan rorak organik satu untuk satu pohon. Rorak yang telah dibuat

akan diisi dengan bahan organik seperti tandan kosong, pelepah daun dan pupuk

kandang. Pupuk anorganik tidak diaplikasikan di dalam rorak tersebut. Pembuatan

rorak diukur berdasarkan kedalaman perakaran sawit yaitu sekitar 60 cm dengan

lebar 50 cm. Panjang rorak dibuat menurut kondisi di lapangan yaitu 150 cm.

Kendala yang sering ditemukan di kebun adalah ukuran rorak yang dibuat oleh

BHL lebih kecil dari ukuran yang diharapkan. Data rencana dan realisasi

pembuatan rorak organik di afdeling OS dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rencana dan Realisasi Pembuatan Rorak Organik Afdeling OS Tahun

2010

Blok Jumlah

Pokok Luas (ha)

Total (unit)

Target Realisasi

OS.7 3118 25,36 1 578 2 017

OS.17 3253 22,56 1 626 3 249

OS.21 3708 22,19 1 860 2 065

OS.23 3688 27,43 1 820 2 630

OS.24 3560 27,56 1 786 5 434

OS.29 2865 22,13 1 410 2 681

OS.31 2120 16,37 1 058 917

Total 11 138 18 993 Sumber : Kantor Afdeling OS

Realisasi pembuatan rorak organik melebihi dari rencana yang telah

dibuat. Dapat kita lihat pada Tabel 6 bahwa rencana pembuatan rorak organik

sebesar 11 138 unit, sedangkan realisasinya mencapai 18 993 unit. Namun,

hampir di setiap blok realisasi belum mencapai jumlah rorak yang seharusnya

berdasarkan jumlah pokok di setiap blok tersebut. Hal ini berarti belum semua

pokok kelapa sawit terealisasi rorak organik.

Aplikasi Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang diaplikasikan ke

dalam rorak. Pupuk kandang dapat meningkatkan pasokan hara tanah serta

memperbaiki sifat fisik tanah tersebut. Menurut Atmojo (2003), bahan organik

tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai

Page 57: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

45

peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat

tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah.

Kondisi tanah berpasir pada sebagian tanah mineral kebun Kampar akan

sangat efektif bila diaplikasikan bahan organik pupuk kandang ini. Pemberian

pupuk kandang pada tanah berpasir akan meningkatkan pori berukuran menengah

serta menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan

menahan air.

Pupuk kandang yang diaplikasikan di kebun merupakan kotoran ayam

yang dipasok dari daerah Sumatera Barat. Pada beberapa kejadian, pupuk kandang

yang dikirim ke kebun sudah tidak murni lagi atau dengan kata lain telah

dicampur dengan sekam dan tanah. Pupuk kandang biasanya terdiri atas campuran

0.5 % N, 0.25 % P2O5, dan 0,5 % K2O. Aplikasi pupuk kandang dengan cara

ditabur di dalam rorak organik. Dosis pupuk kandang yang diberikan sebesar 20

kg tiap unit rorak. Sehingga untuk SPH 142 pokok/ha, maka dosis pupuk kandang

yang diberikan adalah 2.8 ton/ha. Menurut Jamilah (2003) dosis pupuk kandang

untuk memperbaiki sifat fisik tanah minimal 15 ton/ha. Penerapan dosis pupuk

kandang yang kecil di kebun karena biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan

serta penaburan di kebun.

Penanaman Penutup Tanah

Penanaman penutup tanah dapat melindungi tanah dari erosi permukaan

baik yang disebabkan oleh run-off maupun titik-titik air hujan. Penutupan tanah

juga dapat mengurangi evaporasi dan menjaga kelembaban tanah. Jenis tanaman

penutup tanah yang diaplikasikan di kebun berbeda antara lokasi TBM dan TM.

Pada lokasi TBM, penutup tanah yang ditanam adalah Mucuna sp., sedangkan

pada lokasi TM penutup tanah yang ditanam adalah Neprolephis biserrata. Dapat

diperhatikan pada Gambar 9.

Tanaman Neprolephis yang ditanam di lokasi TM dapat tumbuh dan

menyebar dengan cepat. Pertumbuhan Neprolephis ini harus dibatasi agar tidak

melewati bahkan menutupi piringan pohon karena dapat mengganggu proses

panen serta pemupukan. Neprolephis yang terlalu lebat juga akan mengakibatkan

persaingan unsur hara terhadap pokok kelapa sawit. Penulis melakukan

Page 58: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

46

pengamatan langsung di laboratorium proteksi tanaman PT SLS bahwa Selain

sebagai penutup tanah, tanaman Neprolephis ini juga bermanfaat sebagai tanaman

inang musuh alami ulat api yaitu Sycanus sp. Serangga predator ulat api ini sering

meletakkan telurnya pada daun Neprolephis.

(a) Mucuna sp. (b) Neprolephis biserrata

Gambar 9. Tanaman Penutup Tanah pada TM dan TBM

Pembuatan Tapak Timbun

Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk menaikan permukaan tanah pada

piringan kelapa sawit. Tapak timbun diaplikasikan pada piringan kelapa sawit

yang mengalami penurunan tanah (sering terjadi pada tanah gambut) sehingga

akar terbuka. Akar yang terbuka tidak dapat menyerap unsur hara pada tanah.

Selain pada penurunan tanah, tapak timbun juga diaplikasikan pada kondisi

piringan yang tergenang air. Kondisi piringan yang tergenang akan mempersulit

proses panen serta pemupukan. Selain itu, genangan dalam jangka waktu lama

akan menyebabkan akar tanaman kelapa sawit busuk sehingga menghambat

pertumbuhan serta mengurangi produksi kelapa sawit. Lihat pada Gambar 10.

Tapak timbun dibuat dengan jari-jari dua meter dari pangkal batang kelapa

sawit. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, jari-jari tapak timbun yang

dibuat lebih kecil dari yang seharusnya yaitu 1.5 meter. Hal ini sering menjadi

masalah antara mandor rawat dengan BHL tersebut. Penyebab masalah ini karena

BHL merasa upah yang diberikan terlalu rendah yaitu Rp.7 000/unit. Beberapa

kondisi lahan di kebun memiliki kandungan liat yang tinggi sehingga tanah sering

lengket pada mata cangkul. Hal tersebut sangat memberatkan BHL dalam berkerja

dan mencapai target.

Page 59: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

47

(a) lahan tergenang (b) akar terbuka

Gambar 10. Keadaan Sebelum Dibuat Tapak Timbun

Konservasi Air

Wilayah SLS-2 merupakan wilayah dengan tipe iklim A (sangat basah)

berdasarkan perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan tahunan rata-

rata sepuluh tahun terakhir adalah 2 430 mm dan jumlah hari hujan rata-rata

sebesar 95 hari dengan penyebaran curah hujan merata sepanjang tahun.

Pengukuran curah hujan menggunakan alat umbrometer yang diletakkan di kantor

besar.

Kecukupan kebutuhan air bagi tanaman bergantung pada kondisi tanaman,

tanah, dan iklim. Perhitungan kecukupan air tanaman kelapa sawit untuk tujuan

praktis di lapangan dapat dilakukan dengan asumsi umum yaitu bahwa

keseimbangan air merupakan jumlah air dari curah hujan ditambah dengan

cadangan awal air dalam tanah kemudian dikurangi dengan evapotranspirasi

(Darmosakoro et al.,2001). Evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm/bulan

jika hari hujan ≤ 10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan > 10

hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah cadangan air dalam tanah

maksimum 200 mm. Perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 60: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

48

Tabel 7. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2009

Bulan HH CH

(mm)

Cad.

Awal

(mm)

Evapotranspirasi

(mm)

Keseimbangan

(mm)

Cad.

Akhir

(mm)

Drainase

(mm)

Defisit

Air

(mm)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c)+(d)-(e) (g) (h) (i)

Jan 6 124 89 150 63 63 0 0

Feb 5 195 63 150 108 108 0 0

Mar 12 178 108 120 166 166 0 0

Apr 9 156 166 150 172 172 0 0

Mei 0 0 172 150 22 22 0 0

Jun 2 25 22 150 -103 0 0 103

Jul 2 20 0 150 -130 0 0 130

Agust 7 182 0 150 32 32 0 0

Sep 10 355 32 150 237 200 37 0

Okt 5 150 200 150 200 200 0 0

Nop 14 348 200 120 428 200 228 0

Des 17 319 200 120 399 200 199 0

Total 89 2 052

464 233

Nilai keseimbangan air menunjukkan tingkat kesediaan air per bulan.

Keseimbangan air dengan nilai < 0 mm menunjukkan adanya defisit air,

sedangkan keseimbangan air dengan nilai > 0 mm menunjukkan tidak adanya

defisit air. Jika keseimbangan air dalam perhitungan tersebut > 200 mm, maka

kelebihan air akan disimpan sebagai cadangan awal dalam tanah untuk bulan

berikutnya.

Darmosakoro et al. (2001) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit

ditinjau dari kebutuhan airnya dapat tumbuh baik pada lahan dengan curah hujan

yang cukup ( 1750 - 3000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang merata

sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan < 60 mm). Pada

pengamatan secara umum di perkebunan kelapa sawit, pertumbuhan dan produksi

tanaman akan mulai terpengaruh jika mengalami defisit air di atas 200 mm.

Jumlah curah hujan PT SLS-2 sebesar 2 052 mm seperti dipaparkan di atas

telah memenuhi syarat kebutuhan air tanaman kelapa sawit. Namun, pada tahun

2009 PT SLS-2 mengalami bulan kering yaitu 25 mm pada bulan Juni serta

sebesar 20 mm pada bulan Juli. Hal ini menyebabkan terjadinya defisit air sebesar

103 mm pada bulan Juni dan defisit 130 mm pada bulan Juli. Dengan demikian,

lahan di kebun PT SLS-2 mengalami defisit air sebesar 233 mm pada tahun 2009.

Page 61: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

49

Keadaan tanah yang bervariasi di dalam afdeling serta perbedaannya

dalam kemampuan menangkap air menyebabkan beberapa perlakuan yang

dibutuhkan untuk menjaga ketinggian dan ketersedian air tersebut. Tahun 2009

afdeling OS memulai pembuatan beberapa bangunan air seperti rorak tadah hujan

(RTH), parit irigasi, tanggul air, dan flat-bed.

Rorak Tadah Hujan

Rorak tadah hujan (RTH) bermanfaat untuk menampung air hujan serta air

aliran permukaan (run-off) agar air tidak mengalir keluar blok dan terbuang begitu

saja. RTH memiliki ukuran 3x0,8x0,8 meter. Rorak dibuat pada gawangan mati

kelapa sawit dan untuk satu unit rorak mewakili empat pokok kelapa sawit. Pada

areal datar, galian rorak dibuat sejajar dengan barisan tanaman, sedangkan pada

areal miring galian rorak dibuat tegak lurus arah lereng atau sejajar kontur.

Galian rorak diposisikan agar dapat memanen air yang mengalir di

permukaan serta menampung serasah organik pada top soil agar tidak terbawa

keluar oleh erosi. Pada blok yang melakukan pemupukan secara mekanis, posisi

rorak harus disesuaikan agar tidak mengganggu jalur alat penebar pupuk

(spreader) tersebut.

(a) (b)

Keterangan : Rorak Jalan Panen

Pokok kelapa sawit

Gambar 11. Posisi Rorak pada Areal Datar (a) dan Miring (b)

Page 62: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

50

Bangunan Penahan Air (Long-Storage) dan Parit Irigasi

Long-storage merupakan bangunan air yang berfungsi menyimpan air di

dalam sungai, kanal, dan parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan

aliran untuk menaikkan permukaan air dan dialirkan ke lahan melalui parit irigasi.

Pada umumnya bangunan air ini berupa tanggul, pintu air, dan check-dam.

Tanggul merupakan bangunan air yang paling banyak diaplikasikan pada afdeling

OS. Seperti yang kita ketahui bahwa afdeling OS relatif datar sehingga

dibutuhkan bangunan air seperti ini untuk mendistribusikan air ke lahan.

Pada lahan yang relatif datar, ketinggian air harus cukup agar dapat

mengalirkan air ke tengah blok. Bangunan air di afdeling OS merupakan

bangunan tidak permanen karena terkendala masalah biaya. Tanggul biasanya

dibuat pada parit atau kanal yang secara alami terdapat di kebun. Aliran ditahan

dengan menggunakan papan dan karung berisi tanah. Penahanan air akan

menyebabkan naiknya permukaan kanal sehingga dapat dialirkan melalui parit

irigasi. Parit irigasi dibuat dengan lebar 50 cm ke tengah blok. Dengan adanya

parit irigasi ini diharapkan akan mengubah aliran permukaan (run-off) dan air dari

kanal menjadi perkolasi di dalam blok.

Gambar 12. Distribusi Air dari Long-storage Lewat Parit Irigasi

Muka air dinaikkan

Page 63: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

51

Kendala yang terjadi di lapangan bahwa tanggul (tidak permanen) sering

rusak saat terjadi hujan yang cukup deras. Tekanan air merusak tumpukan karung

berisi tanah yang berfungsi sebagai penahan aliran air kanal atau parit tersebut.

Selain itu, parit irigasi juga sering rusak karena dilewati oleh alat penabur pupuk

(spreader) pada saat melaksanakan pemupukan mekanis. Dalam hal ini perlu kerja

sama dan saling pengertian antara pihak teknik yang mengoperasikan spreader

dengan pihak afdeling.

Gambar 13. Parit Irigasi yang Rusak oleh Spreader

Pembuatan setiap bangunan konservasi air di kebun belum sepenuhnya

tepat sasaran. Ketinggian permukaan air tanah tidak sama di setiap blok. Hal ini

disebabkan jenis tanah yang berbeda-beda antar blok (Lampiran 6). Kedalaman air

tanah optimum untuk kelapa sawit ± 60 cm. Pada tanah yang lebih banyak

mengandung pasir tentu ketinggian air tanahnya lebih rendah dibandingkan pada

tanah mineral ataupun gambut. Pembuatan rorak tadah hujan serta parit irigasi

tidak berdasarkan kondisi tanah pada tiap kebun. Pembuatan parit irigasi pada

tanah yang tinggi akan kandungan liat menyebabkan penggenangan yang cukup

lama terutama pada saat musim hujan. Hal ini justru akan menghambat

pertumbuhan akar tanaman.

Pada tabel Lampiran 6. dapat dilihat penyebaran perlakuan kegiatan

konservasi yang telah dilakukan di setiap blok. Rorak organik dapat mengatasi

permasalahan penyerapan hara khususnya pada tanah berpasir tinggi. Dari tabel

Lampiran 6. pembuatan rorak organik yang kurang tepat terdapat pada blok 21,

Page 64: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

52

29, dan 31. Ketiga blok tersebut memiliki kandungan pasir 0 % sedangkan

kandungan mineral cukup tinggi. Berdasarkan kandungan tersebut, dapat

dikatakan bahwa penyerapan unsur hara pada blok-blok tersebut cukup baik

sehingga kurang tepat bila diaplikasikan rorak organik. Sebaliknya, banyak

terdapat blok-blok dengan kandungan pasir cukup tinggi yang belum

diaplikasikan rorak organik seperti yang dapat dilihat pada tabel Lampiran 6.

tersebut.

Tabel 8. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2010

Bulan HH CH

(mm)

Cad.

Awal

(mm)

Evapotranspirasi

(mm)

Keseimbangan

(mm)

Cad.

Akhir

(mm)

Drainase

(mm)

Defisit

Air

(mm)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c)+(d)-(e) (g) (h) (i)

Jan 8 171 200 150 221 200 21 0

Feb 8 247 200 150 297 200 97 0

Mar 9 211 200 150 261 200 61 0

Apr 9 223 200 150 273 200 73 0

Mei - - - - - - - -

Jun - - - - - - - -

Jul - - - - - - - -

Agust - - - - - - - -

Sep - - - - - - - -

Okt - - - - - - - -

Nop - - - - - - - -

Des - - - - - - - -

Total 34 852 800

252 0

Berdasarkan data pada Tabel 8, dari bulan Januari hingga April, PT SLS

memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Pada bagian yang dilingkari

membuktikan bahwa terdapat kelebihan air dalam empat bulan terakhir, sehingga

air harus dikeluarkan melalui jaringan drainase. Seperti pada Gambar 14, akan

terjadi genangan yang cukup lama apabila pembuatan parit irigasi tidak

memperhatikan kondisi tanahnya. Pembuatan parit irigasi sampai pada saat ini

antara lain blok 20, 23, serta 26.

Page 65: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pelaksanaan magang yang dilaksanakan penulis banyak memberikan

manfaat dengan menambah pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit,

memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja sebagai BHL, pendamping

mandor serta pendamping asisten baik dari aspek teknis maupun manajerial dalam

bidang perkebunan.

Konservasi tanah yang telah dilakukan di kebun inti I (Kampar) antara lain

aplikasi tandan kosong sawit, pembuatan rorak organik, aplikasi pupuk kandang,

penanaman tanaman penutup tanah, serta pembuatan tapak timbun. Kegiatan

konservasi tanah ini dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi

erosi, meningkatkan kemampuan tanah menahan air (water-holding capacity),

serta meningkatkan daya serap unsur hara. Sementara itu, konservasi air yang

telah dilakukan antara lain pembuatan rorak tadah hujan, bangunan penahan air,

serta parit irigasi. Sistem konservasi air ini dimaksudkan untuk menerima air lebih

banyak sehingga dapat dimanfaatkan oleh pokok kelapa sawit. Penerapan sistem

konservasi tanah dan air ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan

serta ketersediaan air pada lahan.

Kegiatan pembuatan bangunan konservasi masih belum sepenuhnya

berjalan dengan efektif. Pelaksanaan pekerjaan secara nyata di lapangan tidak

sesuai dengan perencanaan. Hasil pekerjaan kurang sesuai dengan aturan yang

ditetapkan di antaranya pembuatan tapak timbun dan rorak. Pembuatan bangunan

konservasi ini tidak selalu baik untuk tanaman, tetapi juga dapat merusak antara

lain terjadi penggenangan yang cukup lama.

Page 66: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

54

Saran

Saran penulis kepada PT Sari Lembah Subur-2 untuk pembuatan

bangunan konservasi adalah pengawasan yang lebih baik agar hasil pekerjaan

BHL sesuai dengan ketetapan yang diberikan. Manajemen yang teratur agar

perencanaan pekerjaan yang telah dibuat dapat terselesaikan sesuai target serta

membangun kerja sama yang baik antara pihak teknik dan pihak tanaman agar

pekerjaan dapat berjalan lancar tanpa menghambat pekerjaan yang lain.

Perencanaan serta aplikasi kegiatan pengembangan seperti pembuatan

bangunan konservasi dan air sebaiknya berdasarkan data-data informasi kondisi

lahan yang lengkap. Dengan demikian, kegiatan pengembangan maupun tindakan

kultur teknis kelapa sawit dapat dilakukan secara lebih optimal dan tepat sasaran.

Page 67: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 396 hal.

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan

Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta

Darmosakoro, W. dan S. Rahutomo. 2000. Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai

Bahan Pembenah Tanah, hal 167 - 168. Dalam W. Darmosakoro, E.S.

Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS.

Medan

Darmosarkoro, W.,I.Y. Harahap, dan E. Syamsuddin. 2001. Kultur Teknis pada

Tanaman Kelapa Sawit pada Kondisi Kekeringan dan Upaya

Penanggulangannya, hal 229. Dalam W. Darmosakoro, E.S. Sutarta, dan

Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

[Dirattanhun]Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. 2007. Budidaya Kelapa

Sawit.

http://ditjenbun.deptan.go.id/tahunanbun/tahunan (26/11/2010)

[Ditjenbun]Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Statistik.

www.ditjenbud.deptan.go.id.

Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan terhadap

Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. USU Digital

Library. Medan.

Murtilaksono, K., E.S. Sutarta, N.H. Darlan, Sudarmo. 2007. Penerapan Teknik

Konservasi Tanah dan Air dalam Upaya Peningkatan Produksi Kelapa

Sawit. Prosiding HITI. Yogyakarta. Vol. IX:311-314.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hilir). Penebar Swadaya (PS). Jakarta. 412 hal.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 61 hal.

Sutarta, E.S. dan Winarna. 2007. Langkah Alternatif di Bidang Teknis

Pemupukan di Masa Krisis Ekonomi. hal 217 - 222. Dalam W.

Darmosakoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan

Kelapa Sawit. PPKS. Medan

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurusan

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 52 hal.

Page 68: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

LAMPIRAN

Page 69: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

57

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas

(KHL) di PT SLS - 2, Pelalawan Riau Tahun 2010.

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Lokasi

Penulis Karyawan Standar

.........(satuan/HK).........

17 Februari Survey Kebun - - - Afd OS

18 Februari Survey Parit Irigasi - - - Afd OS 23

19 Februari Cek Pemupukan - - - Afd OD

20 Februari Olahraga - - - Kilo bravo

22 Februari Rawat TPH 10 20 20 Afd OS 2

23 Februari Rawat TPH 12 20 20 Afd OS 2,3

24 Februari Babat gawangan 0,5 1 1 Afd OS 14

25 Februari Tapak timbun 2 7 7 Afd OS 30

27 Februari Pembuatan bokasi - - - Afd OD

1 Maret Garuk piringan 25 45 45 Afd OS 10

2 Maret Babat gawangan 0,5 1 1 Afd OS 12

3 Maret Rorak organik 5 12 12 Afd OS 17

4 Maret Rorak organik 5 12 12 Afd OS 17

5 Maret Garuk piringan 25 45 45 Afd OS 26

6 Maret Tanam Neprolephis 20 22 22 Afd OS 23

8 Maret Tanam Neprolephis 15 22 22 Afd OS 20

9 Maret Tanam Neprolephis 20 22 22 Afd OS 20

10 Maret Parit irigasi 10 15 15 Afd OS 23

11 Maret Parit irigasi 9 15 15 Afd OS 23

12 Maret Tanam Neprolephis 20 22 22 Afd OS 21

13 Maret Babat gawangan 0,5 1 1 Afd OS 14

15 Maret Path manual 200 300 300 Afd OS 5

17 Maret Path manual 200 300 300 Afd OS 5

18 Maret Rorak tadah hujan 2 4 4 Afd OS 8

19 Maret Rorak tadah hujan 2 4 4 Afd OS 8

20 Maret Path manual 220 310 300 Afd OS 5

22 Maret Tabur pupuk

kandang

15 30 30 Afd OS 20

23 Maret Tabur pupuk

kandang

15 30 30 Afd OS 20

24 Maret Tabur pupuk

kandang

15 30 30 Afd OS 20

25 Maret Aplikasi abu boiler 40 60 60 Afd OS 13

26 Maret Aplikasi abu boiler 40 60 60 Afd OS 13

27 Maret Aplikasi abu boiler 40 60 60 Afd OS 13

29 Maret Tapak timbun 2 7 7 Afd OS 29

30 Maret Aplikasi abu boiler 40 60 60 Afd OS 13

Page 70: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

58

Lampiran 1 (Lanjutan)

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Lokasi

Penulis Karyawan Standar

31 Maret Rorak tadah hujan 2 4 4 Afd OS 8

1 April Aplikasi tankos 12 22 22 Afd OS 9

3 April Aplikasi tankos 12 22 22 Afd OS 12

5 April Garuk piringan 25 45 45 Afd OS 26

6 April Garuk piringan 27 45 45 Afd OS 26

7 April Path manual 200 300 300 Afd OS 8

8 April Dongkel anak kayu 0,3 0,5 0,5 Afd OS 15

9 April Tapak timbun 3 7 7 Afd OS 31

10 April Dongkel anak kayu 0,3 0,5 0,5 Afd OS 15

12 April Rorak organik 8 12 12 Afd OS 24

13 April Tanam Neprolephis 15 22 22 Afd OS 9

14 April Aplikasi tankos 15 22 22 Afd OS 16

15 April Aplikasi abu boiler 40 60 60 Afd OS 14

Page 71: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

59

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT

SLS - 2, Pelalawan Riau 2010

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja

Lokasi

Jumlah

KHL

yang

diawasi

(orang)

Luas

areal

yang

diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(jam)

16 April Pemupukan borat 15 77,3 5 Afd OS 1,2,4

17 April Pemupukan borat 15 72,04 5 Afd OS 5,8,11

19 April Garuk piringan 23 9,3 7 Afd OS 10

20 April - Rawat TPH

- Rawat Gawangan

- 3

- 4

-64 unit

- 4

- 7

- 7

-Afd OS 7,10

-Afd OS 14,21

21 April Rawat TPH 1 30 unit 7 Afd OS 7,10

22 April Pemupukan borat 15 73,3 5 Afd OS

22,19,15

23 April Pemupukan borat 13 53 6 Afd OS 9,12

24 April Pemupukan

spreader

13 25,18 7 Afd OS 12

26 April Rorak tadah hujan 6 0,8 7 Afd OS 2

27 April Buat TPH 12 26 unit 7 Afd OS 11,14

28 April Buat parit irigasi 11 110 mtr 7 Afd OS 20

29 April Babat gawangan 5 5 7 Afd OS 24

30 April Babat gawangan 4 4 7 Afd OS 24

1 Mei Rorak tadah hujan 3 0,3 7 Afd OS 2

3 Mei Rawat TPH 2 60 unit 7 Afd OS 9

4 Mei Pasang patok blok 1 3 blok 7 Afd OS

9,12,16

5 Mei Path manual 7 7 pasar 7 Afd OS 11

6 Mei Garuk piringan 16 5,4 7 Afd OS 8

7 Mei Rawat TPH 2 20 unit 7 Afd OS 27,30

8 Mei Tabur pupuk

kandang

9 4 7 Afd OS 24

10 Mei Garuk piringan 18 3,5 7 Afd OS 8

11 Mei Rorak tadah hujan 3 0,5 7 Afd OS 2

12 Mei Parit irigasi 12 360 mtr 7 Afd OS 20

14 Mei Tanam Neprolephis 20 4 7 Afd OS 15

15 Mei Path manual 4 4 7 Afd OS 14

Page 72: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

60

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di PT

SLS - 2, Pelalawan Riau Tahun 2010

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja

Lokasi

Jumlah

Mandor

yang

diawasi

(orang)

Luas

Areal

yang

diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(jam)

17 Mei Panen 2 5 blok 7 OS 19,22,25,

28,31

18 Mei TPH timbun 1 20 7 OS 4

19 Mei Path manual 1 900 mtr 7 OS 14

20 Mei Tabur abu boiler 1 6,6 7 OS 14

21 Mei Panen 2 6 blok 7 OS 21,24,

27,30,29,26

22 Mei Rawat gawangan 1 2 7 OS 30

24 Mei Path manual 1 10 pasar 7 OS 5

25 Mei Aplikasi pupuk

kandang

1 2 6 OS 21

26 Mei Petak antigonon 1 20 7 OS 18

27 Mei Dongkel anak kayu 1 6 7 OS 22

29 Mei Garuk piringan 1 7 7 OS 27

31 Mei Panen 2 5 blok 7 OS 3,6,9,12,15

1 Juni Panen 2 6 blok 7 OS 1,2,4,7,

10,13

2 Juni Panen 2 6 blok 7 OS 5,8,11,14,

18,17

3 Juni Tabur Tankos 1 2 7 OS 7

4 Juni Tabur Tankos 1 4 7 OS 12

5 Juni Rawat TPH 1 1 7 OS 16

7 Juni Panen 2 7 blok 7 OS 1,2,3,4,

6,7,9

8 Juni Tabur Tankos 1 4 7 OS 12

9 Juni Panen 2 5 blok 7 OS 17,21,24,

27,30

10 Juni Garuk piringan 1 4,5 7 OS 25

11 Juni Rawat infras 1 80 mtr 7 OS 5

12 Juni Panen 2 5 blok 7 OS 3,6,9,12.15

14 Juni Panen 2 6 blok 7 OS 1,2,4,7,

10,13

15 Juni Dongkel anak kayu 1 3 7 OS 23

Page 73: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

61

Lampiran 4. Data Curah Hujan PT SLS - 2, Pelalawan, Riau Selama 10 Tahun Terakhir (2000-2009)

Sumber : Kerani ADM PT Sari Lembah Subur

Keterangan : HH : Hari Hujan (hari) Q = Rata-rata BK x 100%

CH : Curah Hujan (mm) Rata-rata BB

BB : Bulan Basah (> 100 mm) = 1,0 x 100% = 10,99%

BK : Bulan Kering (< 60 mm) 9,1

Jadi menurut Schmidth-Ferguson, tipe iklim di SLS adalah A

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

Bulan HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

Jan 5 124 10 660,8 7 207,5 12 376,3 8 248,8 5 121,0 9 324,0 9 342,0 7 86,0 6 124,0 8 261,4

Feb 7 100 5 221,0 1 84,5 8 213,3 1 12,0 3 72,0 6 178,0 9 340,0 2 22,0 5 195,0 5 143,8

Mar 5 106 4 212,5 5 136,0 9 266,3 11 219,5 12 313,0 2 64,0 0 - 18 323,8 12 178,0 8 181,9

Apr 5 271 5 345,0 10 168,5 19 315,9 10 231,0 11 291,0 10 367,5 5 184,0 11 216,0 9 156,0 10 254,6

Mei 6 147 3 120,5 8 171,0 8 164,5 9 152,0 11 320,0 5 167,0 6 217,0 18 60,0 6 97,0 8 161,6

Jun 8 359 4 147,0 3 63,0 7 104,5 - - 7 161,0 4 123,0 2 40,0 9 134,5 2 25,0 5 115,7

Jul - - 1 5,3 5 64,0 9 253,2 14 218,0 10 249,0 2 88,0 7 102,0 11 75,2 2 20,0 6 107,5

Agt 9 294 6 144,0 5 56,9 11 250,5 3 96,0 5 117,0 0 - 3 51,0 9 73,3 7 182,0 6 126,5

Sep 10 263 6 70,3 6 203,0 11 312,0 13 342,0 10 296,0 10 473,0 8 224,0 9 195,5 10 355,0 9 273,4

Okt 6 161 10 294,7 6 123,0 10 266,9 15 353,5 2 71,0 6 234,0 7 128,0 10 258,0 5 150,0 8 204,0

Nov 12 281 16 321,7 18 727,5 13 408,2 14 334,0 9 241,0 11 440,0 12 224,0 10 176,0 14 348,0 13 350,1

Des 7 204 3 60,2 18 321,4 10 245,5 14 267,0 10 290,0 12 521,0 8 183,0 6 56,0 18 351,0 11 249,9

Total 80 2310 73 2.603,0 92 2.326,3 127 3.177,1 112 2.473,8 95 2.542,0 77 2.979,5 76 2.035,0 120 1.676,3 96 2.181,0 94,8 2.430,4

BB

10

9

8

12

9

10

9

9

6

9

9,1

BK 1 1 1 - 1 - - 2 2 2 1

Page 74: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

62

Lampiran 5. Data Target dan Realisasi Produksi Afdeling OS Selama 5 Tahun Terakhir (2006-2010)

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010

Target Realisasi Deviasi Target Realisasi Deviasi Target Realisasi Deviasi Target Realisasi Deviasi Target Realisasi Deviasi

Januari 1217,10 1171,45 -45,65 1565,76 1239,66 -326,10 1565,76 1470,93 -94,83 1451,81 1563,44 111,63 1765,55 1119,77 -645,78

Februari 1168,30 979,28 -189,02 1272,31 1079,30 -193,01 1272,31 1259,71 -12,60 1451,81 1058,55 -393,26 1498,32 926,86 -571,46

Maret 1261,56 1011,34 -250,22 1438,53 1014,29 -424,24 1438,53 1242,83 -195,70 1451,81 1327,86 -123,95 1585,83 1038,26 -547,57

April 1620,60 1077,57 -543,03 1489,83 1214,57 -275,26 1489,83 1261,78 -228,05 1451,81 1217,22 -234,59 1447,61 1021,16 -426,45

Mei 1694,10 1345,16 -348,94 1617,06 1417,22 -199,84 1617,06 1609,04 -8,02 1451,81 1327,43 -124,38 1561,65 751,67 -809,98

Juni 1438,40 1404,61 -33,79 1588,33 1412,19 -176,14 1588,33 1604,64 16,31 1451,81 1893,91 442,10

Juli 1387,70 1311,78 -75,92 1740,19 1747,48 7,29 1740,19 1755,68 15,49 1451,81 1726,34 274,53

Agustus 1537,90 1763,62 225,72 1926,93 1814,20 -112,73 1926,93 2092,76 165,83 1451,81 1701,96 250,15

September 1788,10 1780,27 -7,83 1972,07 1509,73 -462,34 1972,07 1450,97 -521,10 1451,81 1324,08 -127,73

Oktober 2047,00 1106,15 -940,85 2011,06 1473,22 -537,84 2011,06 1703,35 -307,71 1451,81 1850,17 398,36

Nopember 1789,70 1517,02 -272,68 1826,37 1756,74 -69,63 1826,37 1655,10 -171,27 1451,81 1660,29 208,48

Desember 1698,00 1041,67 -656,33 2072,63 1635,48 -437,15 2072,63 1537,08 -535,55 1451,81 1482,97 31,16

Rata-rata 1554,04 1292,49 -261,55 1710,09 1442,84 -267,25 1710,09 1553,66 -156,43 1451,81 1511,19 59,38 1571,79 971,54 -600,25

Page 75: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

63

Lampiran 6. Jenis Tanah dan Pelaksanaan Konservasi Setiap Blok Afdeling OS

Blok Luas

(ha)

Keadaan Tanah Kegiatan Konservasi

Mineral

(%)

Pasir

(%)

Gambut

(%)

RTH Rorak

Organik

Pupuk

kandang

Parit

Irigasi

Tanam

Neprole

phis

1 27,74 35 46 18 √

2 25,21 13 59 28 √

3 19,22 22 52 26 √

4 24,35 67 0 33

5 24,4 34 33 33 √

6 23,34 35 55 8

7 25,36 48 51 0

√ √

8 27,94 28 39 32

9 23,7 99 0 0

10 21,51 67 32 0 √

11 19,7 24 40 35

12 25,18 99 0 0 √

13 26,41 54 45 0 √

14 28,03 57 42 0

15 25,58 45 54 0

16 23,54 82 17 0 √

17 22,56 0 99 0 √ √ √

18 23,21 44 0 56

19 23,84 28 62 8

20 25,17 83 0 16

21 22,19 55 0 45

√ √

22 23,88 37 62 0

23 27,43 27 54 18

√ √ √

24 27,56 60 25 14

√ √

25 26,97 37 59 4

26 28,49 71 0 28 √

27 26,29 46 34 19

28 23,27 0 82 17 √

29 22,13 41 0 58 √ √ √

30 17,84 66 0 33

31 16,37 87 0 12

√ √

Total 748,41 48,1 33,6 17,5

Page 76: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

64

Lampiran 7. Peta Lokasi Kebun PT SLS - 2, Pelalawan, Riau

Page 77: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

65

Lampiran 8. Kupon Pemanen

Keterangan : - BM : Buah Mentah

- TP : Tangkai Panjang

- BB : Buah Busuk

- JJG : Janjang

Page 78: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA

66

Keterangan :

(a) Flat-bed tadah

hujan.

(b) Parit irigasi.

(c) Rorak tadah

hujan.

(d) Over-flow

(e) Over-flow

permanen

Lampiran 9. Bangunan Konservasi

(a) (b)

(c) (d)

(e)