180
PENGARUH KURS, BI RATE, INDEKS DJIA, INDEKS HSI DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS-INDEKS DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: IKA WULANDARI NIM : 109081000040 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

PENGARUH KURS, BI RATE, INDEKS DJIA, INDEKS HSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23942/1/Skripsi Ika baru.pdf · Judul Skripsi :”Analisis Pengaruh Kurs,

  • Upload
    ledang

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH KURS, BI RATE, INDEKS DJIA, INDEKS HSI DAN

INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS-INDEKS DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2008-2012

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

IKA WULANDARI

NIM : 109081000040

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

PENGARUH KURS, BI RATE, INDEKS DJIA, INDEKS HSI DAN

INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS-INDEKS DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2008-2012

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Ika Wulandari

NIM : 109081000040

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin SE., MAB.

NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19741127 200112 1 002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 09 April 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Ika Wulandari

NIM : 109081000040

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi :”Analisis Pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI

Rate), Indeks DJIA, Indeks Hsi dan Indeks Nikkei225 Terhadap

Indeks-indeks Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012”.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan

selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas

dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutan ke tahap Ujian Skripsi sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 April 2013

1. Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si.

NIP: 19830717 201101 1 011

( )

Ketua

2. Ade Suherlan, SE., MBA.

NIP. 19800525 200912 1 001

( )

Sekretaris

3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si

NIP. 19731221 200501 2 002

( )

Penguji Ahli

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Senin 26 Agustus 2013 telah melakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :

Nama : Ika Wulandari

Nim : 109081000040

Jurusan : Manajemen/Keuangan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI, dan

Indeks Nikkei225 Terhadap Indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2008-2012

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas

dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Agustus 2013

1. Herni Ali, HT, SE.,MM. ( )

NIDN : 0422125902 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE., MSi ( )

NIP: 19731221 200501 2002 Sekretaris

3. Amalia, SE., M.S.M ( )

NIP: 19731221 2005 01 2 002 Penguji Ahli

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )

NIP: 19690203 20112 1 003 Pembimbing 1

5. Indo Yama Nasarudin SE., MAB. ( )

NIP : 19741127 200112 1 002 Pembimbing 2

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ika Wulandari

No. Induk Mahasiswa : 109081000040

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Konsentrasi : Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa ijin pemilih karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian

yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa

saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi

berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, Agustus 2013

Yang Menyatakan,

(Ika Wulandari)

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ika Wulandari

2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 18 Oktober 1991

3. Alamat : Jln. Sukarela RT. 001 RW. 07

Paninggilan, Ciledug Tangerang Banten

15153

4. Telepon : 085694860180

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN Paninggilan 4 Tahun 1997-2003

2. SMPN 11 Tangerang Tahun 2003-2006

3. SMAN 3 Tangerang Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Parno

2. Ibu : Waginem

3. Alamat : Jln. Sukarela RT. 001 RW. 07 Paninggilan,

Ciledug Tangerang Banten 15153

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

2004 : Anggota Rohis SMPN 11 Tangerang

V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

1. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional Insurance Goes To Campus

“Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”.

iii

2. 11 Juni 2010 : Public Discussion “Membangun Brand Image

Melalui Strategi Public Relation dan Event”

3. 03 Agustus 2010 : Mata Kuliah Praktikum Qira`at dan Ibadah.

4. 10 Mei 2011 : CAFTA dan Tantangan Ekonomi Kerakyatan

dalam Menghadapi Perekonomian Global”.

5. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal”

Basic Training of Fundamental & Technical

Analysis.

6. 3 September 2012 : Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKSBT)/

Magang

iv

ABSTRACT

This Research aimed to analyzed the effect of exchange rate, BI Rate, Dow

Jones Industrial Average (DJIA) Index, HangSeng Index, and Nikkei225 Index on

conventional capital market (IHSG), Islamic capital market (JII), LQ45 and

Kompas100. With data used time series from 2008 to 2012. The statistical test

used was multiple linier regresion analysis. With significantly level 5%.

The result of this result showed that exchange rate, BI Rate and DJIA

significantly affect the variables IHSG, JII, LQ45 and Kompas100. Then

Nikkei225 index also significantly affect the variables IHSG, LQ45 and

Kompas100. While HangSeng index is not significantly affect the variables IHSG,

JII, Lq45 and Kompas100. With the adjusted R2

of IHSG is 0,957 or 95,7%, JII is

0,941 or 94,1%, LQ45 is 0,951 or 95,1% and Kompas100 is 0,956 or 95,6%.

Keywords : IHSG, JII, LQ45, Kompas100, Exchange Rate, BI Rate, DJIA Index,

HSI Index, and Nikkkei225 Index.

v

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs, BI Rate, indeks

DJIA, indeks (HangSeng) HSI dan indeks Nikkei225 terhadap indeks-indeks di

Bursa Efek Indonesia yang diwakilkan oleh IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100.

Dengan menggunakan data time series pada periode tahun 2008-2012. Metode

yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Dengan tingkat signifikansi

sebesar 5%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kurs, BI Rate, indeks DJIA berpengaruh

signifikan terhadap IHSG, JII, LQ45,dan Kompas100. Kemudian Indeks Nikkei

225 berpengaruh signifikan terhadap IHSG, LQ45 dan Kompas100. Sedangkan

indeks HangSeng tidak bepengengaruh terhadap IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas100. Dengan nilai adjusted R2

pada IHSG sebesar 0,957 atau 95,7%, JII

sebesar 0,941 atau 94,1%, LQ45 sebesar 0,951 atau 95,1% dan Kompas100

sebesar 0,956 atau 95,6%.

Kata Kunci : IHSG, JII, LQ45, Kompas100, Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks

HSI, dan Indeks Nikkkei225

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada

hentinya melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh hambanya, tak

terkecuali penulis. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Baginda

Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah

membawa kita dari jaman yang gelap gulita ke jaman yang terang benderang. Atas

rahmat Allah SWT penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul :” Analisis

Pengaruh Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI dan Indeks Nikkei225

Terhadap Indeks-Indeks di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012”. Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi.

Selama menjalani masa perkuliahan sekitar empat tahun banyak sekali

ilmu, pengalaman dan cerita yang penulis dapat baik dari para dosen pengajar,

para staf dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah serta dari teman-teman

seperjuangan yang bersama-sama menjalani masa perkuliahan dengan suka dan

duka yang didapat.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan beribu-ribu terima

kasih pada semua pihak yang telah membantu serta memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini

ingin penulis tujukan kepada :

vii

1. ALLAH SWT, yang selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada

penulis. Terima kasih atas jalan terbaik-Nya.

2. Kedua Orang Tuaku, bapak dan mama yang tiada henti memberikan

semangat, motivasi dan dukungan baik secara materil maupun nonmateril

secara ikhlas tanpa pamrih. Terima kasih buat kasih sayang, dan cinta yang

selalu dicurahkan kepada penulis hingga sampai saat ini. Semoga Allah SWT

selalu memberikan kesehatan dan kebahagian kepada mereka. Amin.

3. Untuk adikku tercinta, Ilham Dwi Saputra yang telah memberikan doa dan

motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi

kepada penulis selama menimba ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan bapak

Indoyama Nasarudin SE., MAB. Selaku dosen pembimbing II yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk semua

waktu, ilmu dan motivasinya sehingga skripsi dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membagikan ilmu dan pengalam kepada penulis selama kurang

lebih empat tahun ini. Semoga ilmu yang disampaikan bermanfaat dan di

balas oleh Allah SWT sebagai amal bakti. Amin.

viii

7. Seluruh staf dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi dan lain-

lainnya.

8. Andri Saputro yang selalu setia dan tak pernah bosan menemani penulis

dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk doa, semangat, dukungan

dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan : Eka Adianti Wigati, Eis Hartati, Ade Tiyar

Desty, Melissa Akmal, Fitria Saraswati, Mutia Dwi Amira, Dety Inayati dan

Siti Sulhah yang telah mengisi hari-hari penulis selama menuntut ilmu di

FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak cerita dan pengalaman yang

tak terlupakan yang telah kita lewati bersama. Semoga silahturahmi ini akan

terus terjaga sampai tua nanti. Amin. Gonna miss you guys.

10. Imas Atik Aisyah yang sudah banyak membantu dan memberikan motivasi

penulis dan teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi. Terima untuk

semuanya.

11. Teman- teman manajemen A dan Manajemen Keuangan yang telah melewati

hari-hari penuh perjuangan selama masa perkuliahan.

12. Rima Nur Amalina yang selalu ada disetiap penulis membutuhkannya.

Terima kasih untuk semua motivasi dan nasihat yang diberikan. Semoga

silahturahmi ini selalu terjaga dengan baik walaupun jarak memisahkan kita.

Amin.

Penulis menyadari betul bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka dengan rendah hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang

ix

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi dapat

memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan

bagi penulis sendiri pada khususnya. Akhir kata penulis sampaikan permohonan

maaf apabila dalam perjalanan panjang ini penulis melakukan kesalahan dan

kekhilafan dalam bertutur maupun dalam bertindak.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juli 2013

Penyusun

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... ii

ABSTRACT ......................................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 13

1. Tujuan Penelitian ................................................................... 13

2. Manfaat Penelitian ................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 16

A. Pasar Modal ................................................................................. 16

B. Indeks harga Saham Gabungan ..................................................... 18

C. JII ................................................................................................ 25

D. Indeks LQ45 .................................................................................. 28

E. Indeks Kompas100 ........................................................................ 30

F. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) .............................. 31

G. Indeks HangSeng .......................................................................... 33

H. Indeks Nikkei 225 ......................................................................... 34

I. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) ............................ 35

J. Kurs ............................................................................................... 36

xi

K. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................... 40

L. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 42

M. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 45

N. Perumusan Hipotesa ..................................................................... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 50

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 50

B. Metode Penentuan sampel ............................................................ 50

C. Metode Pengumpulan data ........................................................... 51

D. Metode Analisis .......................................................................... 53

1. Uji Multikolinieritas ................................................................ 53

2. Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 54

3. Uji autokorelasi ....................................................................... 55

4. Uji Normalitas ........................................................................ 57

5. Analisis Regresi Berganda ...................................................... 58

6. Uji Adjusted R Square (R2) ..................................................... 56

7. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .............................. 60

8. Uji Signifikansi Individual (Uji Satistik t) .............................. 61

E. Operasional Variabel ..................................................................... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 66

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 66

B. Hasil dan Pembahasan .................................................................. 68

1. Analisis Deskriptif.................................................................. 68

2. Analisis statistik ..................................................................... 87

2.1 Uji Normalitas ................................................................ 87

2.2 Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 92

2.3 Uji Autokorelasi ............................................................... 99

2.4 Uji Multikolinieritas ......................................................... 107

3. Uji Statistik ............................................................................ 110

3.1 Uji Statistik Persamaan I (IHSG) .................................... 110

3.2 Uji Statistik Persamaan II (JII) ........................................ 116

3.3 Uji Statistik Persamaan III (LQ45) ................................. 121

xii

3.4 Uji Statistik Persamaan IV (Kompas100) ........................ 126

C. Interpretasi ..................................................................................... 134

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................. 140

A. Kesimpulan ................................................................................... 140

B. Implikasi ....................................................................................... 141

C. Saran Untuk Penelitian Yang Akan Datang .................................. 142

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 143

LAMPIRAN ......................................................................................................... 147

xiii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 42

3.1 Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson 56

4.1 Tabel Kurs Rupiah Terhadap Dolar 69

4.2 Tabel Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) 71

4.3 Tabel Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) 73

4.4 Tabel Indeks HangSeng 75

4.5 Tabel Indeks Nikkei225 77

4.6 Tabel Indeks Harga Saham Gabungan 79

4.7 Tabel Jakarta Islamic Indeks 81

4.8 Tabel LQ45 83

4.9 Tabel Kompas100 85

4.10 Uji Normalitas IHSG 88

4.11 Uji Normalitas JII 89

4.12 Uji Normalitas LQ45 90

4.13 Uji Normalitas Kompas100 91

4.14 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel IHSG 93

4.15 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel JII 94

4.16 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel LQ45 96

4.17 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel Kompas100 98

4.18 Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson 100

4.19 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG 101

4.20 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG 102

4.21 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel JII 102

4.22 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel JII 104

4.23 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45 104

4.24 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45 105

xiv

4.25 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas100 106

4.26 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas100 107

4.27 Uji Multikolinieritas IHSG 108

4.28 Uji Multikolinieritas JII 109

4.29 Uji Multikolinieritas LQ45 109

4.30 Uji Multikolinieritas Kompas100 110

4.31 Uji F Terhadap Variabel IHSG 111

4.32 Uji t Terhadap Variabel IHSG 112

4.33 Uji Adjusted R2

Terhadap Variabel IHSG 115

4.34 Uji F Terhadap Variabel JII 116

4.35 Uji t Terhadap Variabel JII 117

4.36 Uji Adjusted R2

Terhadap Variabel JII 120

4.37 Uji F Terhadap Variabel LQ45 121

4.38 Uji t Terhadap Variabel LQ45 122

4.39 Uji Adjusted R2

Terhadap Variabel LQ45 125

4.40 Uji F Terhadap Variabel Kompas100 126

4.41 Uji t Terhadap Variabel Kompas100 127

4.42 Uji Adjusted R2 Terhadap Variabel Kompas100 130

4.43 Hasil Uji F, Uji t dan Adjusted R square Semua Model persamaan 131

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Grafik Pergerakan Indeks-indeks di BEJ 5

2.1 Kerangka Pemikiran 47

4.1 Grafik pergerakan Kurs Rupiah Terhadap Dolar 70

4.2 Grafik pergerakan BI Rate 72

4.3 Grafik pergerakan Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) 74

4.4 Grafik pergerakan Indeks HangSeng (HSI) 76

4.5 Grafik pergerakan Indeks Nikkei225 78

4.6 Grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan 80

4.7 Grafik pergerakan Jakarta Islamic Indeks 82

4.8 Grafik pergerakan Indeks LQ45 84

4.9 Grafik pergerakan Indeks Kompas100 86

4.10 Grafik p-p Plot terhadap Variabel IHSG 88

4.11 Grafik p-p Plot terhadap Variabel JII 89

4.12 Grafik p-p Plot terhadap Variabel LQ45 91

4.13 Grafik p-p Plot terhadap Variabel Kompas100 92

4.14 Scatterplot Terhadap Variabel IHSG 94

4.15 Scatterplot Terhadap Variabel JII 95

4.16 Scatterplot Terhadap Variabel LQ45 97

4.17 Scatterplot Terhadap Variabel Kompas100 99

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Mentah 147

2. Persamaan I (IHSG) 150

3. Persamaan II (JII) 153

4. Persamaan III (LQ45) 156

5. Persamaan IV (Kompas100) 159

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi adalah suatu hal yang sangat dicita-citakan masyarakat

pada umumnya agar bertambahlah harta yang dimiliki oleh

masyarakat tersebut. Macam-macam instrumen investasi yang ada di

masyarakat pada umumnya hanya berkisar pada instrumen-instrumen

yang umum dan telah banyak dikenal seperti tanah, rumah, emas,

deposito. Seiring dengan berkembangnya jaman, maka perkembangan

di bidang keuangan khususnya di bidang investasi pun semakin

marak, dengan bermunculannya macam-macam instrumen investasi

yang bisa jadi malah menimbulkan kebingungan yang tentunya tidak

terlalu mudah juga dipahami oleh masyarakat awam. (Antolis &

Dossugi, 2008 : 142).

Salah satu tempat untuk melakukan investasi adalah di pasar

modal. Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakan

perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi

beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk

mengatur bidang perekonomian tetapi tidak harus memiliki

perusahaan sendiri. Jika kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh

pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak

membuang-buang biaya. Akan tetapi, negara mempunyai kewajiban

2

membuat perundang-undangan agar pihak swasta dapat bersaing

dengan jujur dan tidak terjadi monopoli. (Samsul, 2006:43).

Dalam pasar modal terdapat beberapa macam indeks-indeks

yang di publikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, diantaranya adalah

IHSG, JII, LQ45, Kompas 100, indeks papan atas, dan berbagai

macam indeks di setiap sektor. Indeks-indeks ini dapat dijadikan

acuan (benchmark) atau indikator yang menggambarkan pergerakan

saham. Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima

fungsi, yaitu (Darmadji & Fakhruddin, 2001:95) :

1. Sebagai indikator trend pasar.

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.

3. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.

4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.

5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Di tahun 2009 indeks JII meningkat dari tahun sebelumnya

yang terkena dampak krisis global, meningkat cukup baik sebesar

2009.993 point sehingga indeks JII meningkat kembali mencapai level

417.182 point. Indeks JII sudah sangat baik pada tahun 2010

meskipun peningkatannya hanya sebesar 115.719 point sehingga

indeks JII menjadi 532.901 point. Peningkatan yang cukup baik dan

stabil pada akhir tahun 2011 sebesar 537.031 point meskipun sempat

terjadi penurunan di pertengahan tahun 2011. (Cholidah, 2012: 8).

3

Berdasarkan data dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, pada

penutupan akhir tahun 2011 lalu indeks JII mencapai pada posisi

537,031 poin. Sedangkan pada penutupan pada akhir tahun 2012 lalu,

posisi indeks JII berada di kisaran 594,789 poin. Ini artinya indeks JII

mengalami pertumbuhan kurang lebih sebesar 10 % dari tahun

sebelumnya. Pertumbuhan positif yang ditorehkan oleh JII sebagai

salah satu indeks saham syariah di Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang

semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada

tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan

nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen

dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi

yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi

merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi

Indonesia yang semakin kondusif. (Pasaribu, 2009).

Pada akhir tahun 2007 IHSG menunujukan pada angka

2,745.83 poin, kemudian di akhir tahun 2008 menunjukan penurunan

yang cukup jauh yakni di 1,355.41 poin. Penurunan ini dikarenakan

adanya krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun

2008 yang menyebabkan keguncangan perekonomian global.

Peristiwa ini menyebabkan terpuruknya Wallstreet. Jatuhnya indeks

saham terbesar tersebut ikut mengguncang pasar saham di beberapa

negara lainnya di dunia termasuk Indonesia.

4

Pada akhir tahun 2009 IHSG terus menunjukan peningkatan

yakni pada 2,534.36 poin, ini menunjukan tingkat kepercayaan

masyarakat mulai kembali pada periode ini. Pada akhir tahun 2010

mencapai pada titik 3,703.51 poin. IHSG semakin hari semakin

menunjukan eksistensinya. Kemudian pada akhir tahun 2011 IHSG

menembus angka 3,821.99 poin. Hingga pada akhir tahun 2012 IHSG

menunjukan angka 3,703.51 poin. Angka yang menggemberikan, hal

ini menunjukan bahwa pasar modal Indonesia cukup menarik bagi

para investor.

Pada akhir tahun 2008 indeks LQ45 menunjukan angka 270,23

angka ini semakin menunjukan peningkatan hingga pada akhir tahun

2012 indeks LQ45 menembus angka 735,04. Trend yang terjadi setiap

tahunnya menunjukan peningkatan yang signifikan di indeks LQ45

ini. Indeks LQ45 ini berisi emiten-emiten yang memiliki likuiditas

yang tinggi, sehingga tingkat kepercayaan investor pun semakin tinggi

untuk menanamkan modalnya pada bursa efek, dan pada akhirnya

akan meningkatkan angka indeks LQ45 ini.

Indeks Kompas100 berisikan perusahaan publik yang di

perdagangakan di Bursa Efek dan secara resmi indeks kompas100

diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan

koran Kompas pada hari Jumat tanggal 10 Agustus 2007. Saham-

saham yang terpilih untuk dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini

selain memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar

5

yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental

dan kinerja yang baik.

Indeks kompas100 juga menunjukan tren yang baik. Dimana

setiap tahun angka indeks ini menunjukan peningkatan. Pada akhir

tahun 2008 indeks Kompas100 berada pada angka 330,86. Kemudian

semakin meningkat di tiap tahunnya hingga pada akhir tahun 2012

indeks ini menembus angka 946,27 naik sekitar 3 kali lipat dari tahun

2008.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa indeks harga saham

gabungan (IHSG), Jakarta Islami Index (JII), indeks LQ45 dan

Kompas100 mengalami pergerakan dari tahun ke tahun. Kondisi

ekonomi dalam dan luar negeri memberikan pengaruhnya sendiri

terhadap indeks saham di Indonesia. Berikut adalah gambaran

perkembangan IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100.

Gambar 1.1

Grafik pergerakan Indeks-Indeks di BEJ

Sumber : yahoo finance (data diolah)

0,00

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

4.000,00

4.500,00

5.000,00

2008 2009 2010 2011 2012

IHSG

JII

LQ45

KOMPAS100

6

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Saham, antara

lain perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi

global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dan

lain-lain (Witjaksono, 2010:18). Selain faktor tersebut, perilaku

investor sendiri dan kondisi perekonomian negara tersebut juga akan

memberi pengaruh terhadap pergerakan Indeks Saham.

Perekonomian Indonesia yang berangsur-angsur pulih dan

membaik tampaknya memberikan pengaruh yang berarti bagi pasar

modal Indonesia yang beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu

instrumen investasi yang menarik bagi investor lokal dan asing. Hal

ini terlihat dari perkembangan indikator-indikator di pasar modal

sendiri, seperti indeks LQ45 dan IHSG. Dalam melakukan pemilihan

investasi di pasar modal, nilai harga saham menjadi pertimbangan

yang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasar saham

itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan mikro ekonomi

yang berasal dari dalam perusahaan penerbit seperti kinerja

perusahaan, kondisi keuangan dan kebijakan finansial yang diambil.

Faktor lingkungan makro ekonomi seperti perubahan kurs, tingkat

inflasi, dan indeks saham di pasar Amerika yang pengaruhnya tidak

dapat diabaikan sebagai dampak globalisasi pasar modal yang

keadaannya diluar kendali oleh perusahaan emiten atau oleh bursa itu

sendiri.

7

Krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah

mendorong jatuhnya nilai IHSG sebesar 50 persen dalam kurun waktu

yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika

Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia,

khususnya negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang

mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finasial global.

Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh

buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga,

menaikkan bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata

uang asing. (Pasaribu, dkk. 2009).

Dalam Ishomuddin (2010) pasar modal yang ada di Indonesia

merupakan pasar yang sedang berkembang yang dalam

perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi

secara umum serta kondisi ekonomi global dan pasar modal dunia.

Faktor ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri merupakan

faktor di luar fundamental perusahaan yang mempunyai pengaruh

terhadap keadaan pasar modal. Pengaruh makro ekonomi tersebut

tidak akan dengan seketika mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi

secara perlahan dalam jangka panjang. Sebaliknya, harga saham akan

terpengaruh dengan seketika oleh perubahan faktor makroekonomi

tersebut karena investor lebih cepat bereaksi. Ketika perubahan

makroekonomi itu terjadi, para investor akan memperhitungkan

dampaknya baik yang positif maupun negatif terhadap kinerja

8

perusahaan beberapa tahun kedepan, kemudian mengambil keputusan

membeli, menjual atau menahan saham yang bersangkutan (Samsul,

2006: 65). Oleh karena itu, harga saham lebih cepat menyesuaikan diri

terhadap perubahan variabel makroekonomi daripada kinerja

perusahaan yang bersangkutan.

Akibat globalisasi maka, perekonomian suatu negara akan

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Kapitalisme dan

liberalisme telah membuat posisi negara yang mempunyai sumber

daya besar akan lebih memengaruhi perekonomian dunia. Dengan

kata lain, baik atau buruknya kondisi perekonomian dunia lebih di

tentukan oleh negara-negara “kuat” tersebut. (Nachrowi & Usman,

2006:56).

Dengan semakin terbukanya pasar modal antar negara, maka

beberapa emiten di Bursa Efek Jakarta juga mencatatkan sahamnya di

bursa luar negeri (dual listing). Pergerakan harga saham pada

sejumlah bursa internasional cenderung berfluktuasi yang tentunya

akan memberikan dampak terhadap IHSG yang disebabkan karena

adanya saham perusahaan Indonesia yang dual listing. Dengan

keterbukaan pasar antar negara, investor asing dapat meningkatkan

return tanpa adanya peningkatan dalam resiko melakukan diversifikasi

portofolio internasional. Diversifikasi ini telah memberikan efek

terhadap tingkat permintaan saham di Bursa Efek Jakarta. Peningkatan

permintaan saham akan mempengaruhi harga saham yang

9

bersangkutan dan indeks harga saham gabungan (IHSG).

(Nurdiansyah, 2009 : 3)

Fluktuasi indeks juga terjadi pada pasar modal luar negeri.

Seperti pada pasar modal Amerika yang ditunjukan dengan indeks

Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang mengalami pergerakan

setiap harinya. Pada akhir tahun 2008, dimana Amerika dilanda krisis

ekonomi dan pada akhirnya berdampak buruk bagi pasar modal

Amerika. Dimana para investor menarik dananya dari pasar modal

untuk menghindari resiko kerugian sehingga menyebabkan indeks

DJIA mengalami penurunan yang drastis hingga pada titik terendah di

harga 7.062,93 pada bulan Februari 2009. Namun seiring berjalannya

waktu perekonomian Amerika kembali membaik dan indeks DJIA

juga ikut membaik hingga pada akhir tahun 2012 indeks DJIA

mencapai angka 13.437,13 hampir dua kali lipat dari harga

terendahnya pada tahun 2008.

Terpuruknya pasar modal Amerika juga berpengaruh terhadap

pasar modal negara-negara lainnya. Tidak terkecuali Indonesia,

HongKong dan Jepang. Pada pasar modal HongKong yang diwakilkan

oleh indeks HangSeng terjadi penurunan indeks hingga pada angka

12.811,57 pada bulan Februari 2009 sebagai akibat dari terpuruknya

ekonomi Amerika. Namun ketika kondisi sudah semakin membaik

indeks HangSeng juga mengalami peningkatan hingga indeks tertinggi

10

pada angka 22,656,92. Selama periode tahun 2009 hingga tahun 2012

indeks HangSeng Ini terus mengalami pergerakan tiap harinya.

Indeks Jepang yang diwakilkan oleh indeks Nikkei 225 juga tak

luput dari adanya krisis yang terjadi di Amerika. Pada Februari 2009

indeks Nikkei 225 mengalami titik terendahnya yaitu sebesar

7.568,42. Setelah pertengahan tahun 2009 indeks Nikkei mulai

menunjukan tren yang positif dimana mulai ada peningkatan harga.

Hingga akhir tahun 2012 indeks Nikkei 225 terus bergerak fluktuatif

mengikuti kondisi perekonomian Jepang maupun negara-negara

lainnya serta faktor-faktor lainnya.

Beberapa penelitian telah dilakukan diantaranya, indeks Dow

Jones dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG, dan

bentuk hubungan indeks Dow jones berbentuk hubungan positif atau

searah sedangkan tingkat suku bungan SBI berbentuk hubungan

negatif atau berbanding terbalik ( Toni Heryana, 2009). Variabel kurs

(nilai tukar) berpengaruh signifikan terhadap IHSG sedangkan tingkat

inflasi, tingkat suku bunga deposito dan jumlah uang beredar tidak

berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Jatiningsih dan Musdholifah,

2007).

Penelitian dari Moh Mansur (2005) mengenai perkembangan

indeks harga saham bursa global dalam hubungannya dengan besarnya

indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian ini menggunakan tujuh bursa global, yakni : KOSPI, HSI,

11

Nikkei 225, TAIEX, Dow Jones, FTSE, dan ASX. Metode yang

digunakan adalah Path Analysis. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pengaruh ketujuh indeks bursa saham global secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan tetapi secara individual hanya indeks

bursa KOSPI, Nikkei 225, TAIEX, dan ASX saja yang mempengaruhi

indeks harga saham gabungan di BEJ.

Nachrowi dan Usman (2007) melakukan penelitian terhadap

indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), Nikkei dan SET (index

Thailand) serta nilai tukar rupiah terhadap dolar menjelaskan bahwa

indeks DJIA dan Nikkei menunujukan hubungan yang positif dan

searah, sedangkan indeks SET dan nilai tukar rupiah terhadap dolar

menunjukan hasil yang negatif dan berhubungan terbalik.

Melihat fakta bahwa pergerakan indeks harga saham yang

tersedia di bursa efek Jakarta yang dari hari kehari bergerak fluktuatif

yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti faktor variabel

makroekonomi, pergerakan indeks bursa internasional dan masih

banyak lainnya. Dan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu

maka peneliti akan meneliti: “Analisis Pengaruh Kurs Rupiah

Terhadap Dolar, BI Rate, Indeks Dow Jones, Indeks Hang seng,

Indeks Nikkei 225 terhadap indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia”.

Kelebihan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah

bahwa penelitian ini bukan hanya melihat pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan indeks pasar bukan hanya dari indeks harga

12

saham gabungan (IHSG) tetapi juga melihat bagaimana pengaruhnya

terhadap indeks syariah (JII), indeks LQ 45 dan indeks Kompas100.

Keempat indeks ini dapat dianggap mewakili pasar modal Indonesia,

karena indeks-indeks ini mencakup perusahaan-perusahaan yang

mempunyai kapitalisasi besar di pasar modal Indonesia. Selain itu

penelitian ini juga melihat pengaruh perubahan indeks-indeks luar

negeri yang diduga memiliki pengaruh terhadap pergerakan pasar

modal Indonesia. Indeks luar negeri yang digunakan adalah indeks

DJIA yang dianggap mewakili indeks pasar modal Amerika dan

indeks HangSeng dan indeks Nikkei 225 yang dianggap mewakili

indeks Asia. Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk sebagai

acuan bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya di pasar

modal Indonesia dengan melihat indeks-indeks yang digunakan

sebagai cerminan kondisi pasar modal Indonesia dan faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan indeks-indeks tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang di jelaskan di atas maka

yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kurs rupiah terhadap dolar, BI rate,

indeks Dow Jones, indeks Hang Seng, dan indeks Nikkei 225

secara simultan terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

13

2. Apakah terdapat pengaruh kurs rupiah terhadap dolar secara parsial

terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

3. Apakah terdapat pengaruh BI Rate secara parsial terhadap IHSG,

JII, LQ45 dan Kompas 100.

4. Apakah terdapat pengaruh Indeks DJIA secara parsial terhadap

IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

5. Apakah terdapat pengaruh Indeks HangSeng (HSI) secara parsial

terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

6. Apakah terdapat pengaruh Indeks Nikkei225 secara parsial

terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh kurs rupiah

terhadap dolar, BI rate, indeks Dow Jones, indeks Hang

Seng, dan indeks Nikkei 225 secara simultan terhadap IHSG,

JII, LQ45 dan Kompas 100.

b. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh kurs rupiah

terhadap dolar secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas 100.

c. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh BI Rate secara

parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

14

d. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Indeks DJIA

secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

e. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Indeks

HangSeng (HSI) secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45

dan Kompas 100.

f. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Indeks

Nikkei225 secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas 100.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memperdalam

dan memperluas wawasan mengenai seberapa besar pengaruh

dari indeks bursa internasional dan variabel makro dapat

mempengaruhi indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Investor

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu

bahan refensi dan penyedia informasi sehingga dalam

melakukan investasi tidak mengalami kerugian dan juga dapat

menjadi bahan pertimbangan sebelum melakukan investasi di

pasar modal, khususnya dengan memperhatikan pengaruh dari

indeks bursa internasional, dan variabel makro ekonomi

terhadap indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia.

15

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat di jadikan bahan perbandingan terhadap

penelitian. Penelitian terdahulu yang sejenis, karena penelitian

tersebut menggunakan ruang, metode dan waktu yang berbeda-

beda sehingga dapat di jadikan sebagai bahan pembelajaran.

d. Bahan Pembaca dan Pengembangan penelitian selanjutnya

Sebagai sumber referensi dan tambahan pengetahuan dan

kerangka pengembangan penelitian selanjutnya yang sejenis,

dan dapat di jadikan sumber ilmu pengetahuan keuangan dan

menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi makro.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Mohamad Samsul (2006 : 43) pasar modal adalah tempat atau

sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen

keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. Hukum

mendefinisikan pasar modal sebagai “Kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Husnan (2001:3) mendefinisikan pasar modal sebagai

pasar untuk barbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang

yang bisa diperjual belikan dalam bentuk hutang maupun modal sendiri,

baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.

Sedangkan menurut Kamaruddin (2004:17) Pasar modal merupakan

sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana guna

menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Siamat (2004:487) pasar modal dalam arti sempit adalah suatu

tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang

disebut bursa efek. Bursa efek atau Stock Exchange adalah suatu sistem

17

yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek

yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil

wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas

pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme

permintaan dan penawaran.

Efek –efek yang terdapat dipasar modal diperdagangakan dalam 4

(empat) kategori pasar, yakni pasar perdana, pasar sekunder, pasar

ketiga dan pasar keempat. (Samsul, 2006: 46) :

Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang

untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke

masyarakat umum. Emiten menawarkan efek kepada masyarakat

luas melalui penjamin emisi, dan penjamin emisi menunjuk

beberapa agen penjual untuk menjangkau investor yang tersebar

di kota-kota besar seluruh negeri.

Pasar kedua atau pasar sekunder adalah tempat atau sarana

transaksi jual-beli efek antarinvestor dan harga dibentuk oleh

investor melalui perantara efek. Diakatakan tempat karena secara

fisik para perantara efek berada dalam satu gedung dilantai

perdagangan (trading floor), seperti di Bursa efek Jakarta.

Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market

maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.

Investor dapat memilih market maker yang memberi harga

terbaik. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki pasar ketiga.

18

Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antar investor jual

dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi

dilakukan secara tatap muka antar investor jual dan investor beli

untuk saham atas pembawa.

Dalam kegiatannya, pemerintah telah memberikan berbagai

fasilitas kepada perusahaan yang menawarkan saham atau obligasi

kepada masyarakat dengan memberikan kemudahan-kemudahan dan

juga memberikan peraturan-peraturan agar kepentingan masyarakat

terjamin, sehingga setiap perusahaan yang akan go public diteliti

kelayakannya. Pasar modal di Indonesia sudah dikenal sejak tahun

1912, tetapi karena suasana politik dan ekonomi kegiatannya terhenti

dan baru bisa aktif lagi tahun 1976 (Kamaruddin, 2004:17).

B. Indeks Harga Saham Gabungan

Menurut Samsul (2006: 185), Indeks Harga Saham gabungan

(composite stock price indeks = CSPI) merupakan indeks gabungan dari

seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) diterbitkan oleh bursa efek. Sementara itu, pihak di

luar bursa efek tidak tertarik menerbitkan IHSG karena indeks tersebut

masih kalah manfaatnya dengan indeks parsial, seperti untuk keperluan

hedging.

Abdul Halim (2005: 12-14) indeks harga saham (IHS) merupakan

ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam

19

variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian

ekonomi. Bahkan saat ini IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian

ekonom, tetapi juga menampung kejadian-kejadian sosial, politik, dan

keamanan. Dengan demikian, IHS dapat dijadikan barometer kesehatan

ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik

atas kondisi pasar terakhir (current market).

Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen

perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar

yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau

tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari

perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah

saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free

float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar,

sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut

berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.

(www.idx.co.id).

IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia

tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna

yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek

Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas

keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang

menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).

20

Mengapa IHS sering dikatakan merupakan cermin dari fenomena

ekonomi, sosial, politik, dan keamanan suatu negara? Logika

berpikirnya sebagai berikut. Sebagaimana diketahui bahwa, saham

sebagai bukti kepemilikan perusahaan merupakan suatu surat berharga

atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa efek

(go public). Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba. Apabila laba yang diperoleh

perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang

dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila deviden yang dibayarkan relatif

tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan

investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan

saham tersebut menjadi meningkat. Peningkatan harga saham ini akan

menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya. Sementara itu,

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tersebut tidak saja

ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya

yang ada, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain diluar perusahaan,

seperti kondisi sosial masyarakat, politik, dan keamanan. Semuanya itu

akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba, yang pada gilirannya akan berpengaruh juga terhadap fluktuasi

harga saham. Disinilah fenomena ekonomi, sosial, politik, dan

keamanan berperan dalam penentuan kesehatan ekonomi suatu negara.

21

Agar dapat melakukan investasi dipasar modal dengan baik, maka

investor harus mengatahui IHS. Dalam Halim (2005:12-14) di BEJ

terdapat 6 (enam) jenis indeks, yaitu:

1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), menggunakan saham

masing-masing perusahaan, dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan simbol :

IHSIt : indeks harga saham individual pada hari ke-t

NPt : nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar

saham yang tercatat dibursa dikalikan dengan harga

pasar per lembar.

ND : nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSI 100 ketika

saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah

sesuai dengan perubahan pasar.

2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan saham

masing-masing sektor usaha. Di BEJ indeks sektoral di bagi atas 9

(sembilan) sektor usaha, yaitu:

a. Sektor usaha primer (ekstraktif) meliputi :

1) Pertanian

2) Pertambangan

IHSIt = 𝑁𝑃𝑡

𝑁𝐷 × 100

22

b. Sektor usaha sekunder (manufaktur) meliputi :

1) Industri dasar dan kimia

2) Aneka industri

3) Industri barang konsumsi

c. Sektor usaha tersier (jasa) meliputi :

1) Properti dan real estat

2) Infrastruktur, utilitas, dan tranportasi

3) Keuangan

4) Perdagangan, jasa, dan investasi

3. Indeks LQ45 (ILQ45), menggunakan saham yang terpilih

berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan sesuaikan setiap

enam bulan sekali (setiap awal Februari dan Agustus). Dengan

demikian saham yang termasuk dalam indeks tersebut akan selalu

berubah.

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh

saham yang tercatat di bursa efek, dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan simbol :

IHSGt : indeks harga saham gabungan pada hari ke-t

𝐼𝐻𝑆𝐺t =NPt

ND × 100

23

NPt : nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar

saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar

per lembar.

ND : nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSG 100 pada

tanggal 10 Agustus 1982.

IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan dengan

kejadian-kejadian seperti: penawaran saham perdana, initial public

offering-IPO), right issues, company listing, dan konversi. Rumus

untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya kejadian-

kejadian tersebut adalah:

NDB : nilai dasar baru

NDL : nilai dasar lama

NPL : nilai pasar lama

NPT : nilai pasar tambahan

5. Indeks syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan

saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat islam.

Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan

usahanya tidak bertentangan dengan syariah islam. Usaha-usaha

berikut dikeluarkan dalam perhitungan JII, antara lain :

NDB =NPL +NPT

NPL × NDL

24

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi.

b. Usaha lembaga keuangan yang konvensional (mengandung

unsur riba).

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta

memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong

haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan atau

menyediakan barang-baranga atau jasa yang merusak moral dan

bersifat mudarat.

6. Indeks papan utama atau Main Board Index (MBI) dan Indeks

Papan pengembangan atau Development Board Index (DBI).

MBI dibentuk dengan menggunakan saham-saham yang

dipilih berdasarkan kriteria berikut. Pertama, perusahaan telah

melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business)

yang sama sekurang-kurangnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan

terakhir. Kedua, Laporan Keuangan Auditan perusahaan

memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 2

(dua) tahun terakhir. Ketiga, berdasarkan Laporan Keuangan

Auditan terakhir, perusahaan memiliki Aktiva Bersih Berwujud

(net tangible assets) sekurang-kurangnya Rp. 100 miliar, dan tidak

mengalami kondisi/gugatan perkara yang secara material

diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha. DBI

25

dibentuk dengan menggunakan saham perusahaan-perusahaan yang

tidak memenuhi seluruh kriteria diatas.

Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh

terhadap pergerakan IHSG yaitu (Pananda Pasaribu, 2009) : faktor

domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal ke Indonesia.

Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara

seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar,

suku bunga, maupun nilai tukar rupiah. Berbagai faktor

fundamental tersebut dianggap dapat berpengaruh pada ekspektasi

investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan Indeks.

Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk

globablisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh

dunia. Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari bursa-

bursa yang maju (developed) terhadap bursa yang sedang

berkembang. Krisis yang mengakibatkan jatuhnya bursa Amerika

Serikat yang terjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia

pada krisis tahun 1997, termasuk bursa Indonesia.

C. Jakarta Islamic Indeks (JII)

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang

dikembangkan oleh BEJ yang bekerja sama dengan Danareksa

Invesment Management untuk merespons kebutuhan informasi yang

berkaitan dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Indeks (JII)

26

merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang

diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari

1995 sebagai base date (dengan nilai 100). JII melakukan penyaringan

(filter) terhadap saham yang listing. Rujukan dalam penyaringannya

adalah fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional

(DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ memilah emiten yang unit

usahanya sesuai dengan syariah. (Rodoni, 2009: 52).

Indeks syariah atau biasa dikenal dengan JII (Jakarta Islamic

Index) merupakan salah satu indeks saham yang ada di Indonesia untuk

jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah dalam perhitungan

indeks harga rata-rata sahamnya. JII telah dikembangkan sejak tanggal

3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung

pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di

Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003 atas kerjasama antara Pasar Modal

Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa

Investment Management (PT DIM). Setiap periodenya, saham yang

masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah. JII

menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100.

Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang

digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan

Bursa Efek Surabaya. (Cholidah, 2012:29).

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan

kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis

27

syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan

syariah islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga

diharapkan dapat mendukung proses transparasi dan akuntabilitas

saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas

keinginan investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah

tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak

ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.

Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks

islam adalah indeks konvensional memasukan seluruh saham yang

tercatat dibursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting

saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku.

(Rodoni, 2009: 52).

Karena proses penyaringan ketat. Tidak jarang emiten-emiten

yang masuk kategori blue chip ditolak masuk JII, contohnya adalah

saham Gudang Garam dan HM Sampurna, meskipun kedua perusahaan

rokok ternama ini memiliki nilai kapitalisasi yang besar (mencapai 17-

20% dari total kapitalisasi pasar BEJ). Ia tidak lolos uji syariah, karena

tergolong usaha produk barang yang bersifat mudharat.

Contoh emiten lain adalah PT. Multi Bintang dan PT. Delta

Jakarta (keduanya) produsen minuman beralkohol serta bank-bank dan

asuransi-asuransi konvensional yang menganut sistem riba. Maka yang

terpilih hanyalah emiten-emiten unggulan yang lulus uji untuk tiga

28

kategori : seleksi syariah, seleksi nilai kapitalisasi dan seleksi nilai

Volume transaksi. (Rodoni, 2009: 57).

Menurut penelitian Departemen Keuangan yang bekerja sama

dengan BAPEPAM (2005), ada beberapa hal yang menjadi faktor

penyebab lambatnya perkembangan pasar modal syariah, antara lain:

1. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah

2. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah

3. Minat pemodal atas efek syariah

4. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah

5. Pola pengawasan (dari sisi syariah) oleh lembaga terkait

6. Pra-proses (persiapan) penerbitan efek syariah

7. Kelembagaan atau institusi yang mengatur dan mengawasi kegiatan

pasar modal syariah di Indonesia.

D. Indeks LQ45

Indeks LQ45 adalah indeks dengan nilai kapitalisasi pasar dari 45

saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal

itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ45, menggunakan 45

saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan

disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan

Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut

akan selalu berubah. (www.jurnal-sdm.blogspot.com)

29

Beberapa kriteria - kriteria seleksi untuk menentukan suatu

emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah

(www.bisnisindex.com) :

a. Kriteria yang pertama adalah :

1. Berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi

saham di pasar reguler.

2. Berada di TOP 90 % dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar.

b. Kriteria yang kedua :

1. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam

klasifikasi industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi

pasarnya.

2. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan Indeks LQ 45,

yaitu :

1. Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark) portofolio

investasi di pasar keuangan Indonesia,

2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko.

3. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang

notabene merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ.

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ45

adalah :

30

1. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga

minyak mentah dunia.

2. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ45

ke zone positif.

Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan

khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya

bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar

modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham

yang aktif diperdagangkan.

E. Indeks Kompas 100

Indeks KOMPAS 100 merupakan Indeks Harga Saham hasil

kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini

meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut (Antolis

dan Dossugi, 2008:148) :

1. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan.

2. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga

Saham Gabungan).

3. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola

perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan

saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham.

Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi

transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12

31

bulan terakhir. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian

diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan

nilai transaksi terbesar.

4. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40

saham dengan mempertimbangkan kinerja: hari transaksi dan

frekwensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler,

dengan proses sebagai berikut :

Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan hari

transaksi di pasar reguler.

Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan

frekuensi transaksi di pasar reguler.

Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan

Kapitalisasi Pasar.

Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham

dari hasil perhitungan butir (3) ditambah dengan daftar saham hasil

perhitungan butir (4). Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100

akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan

Februari dan pada bulan Agustus.

F. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA)

Dow Jones & Co didirikan pada tahun 1882 oleh Charles

Bergstresser. Namun indeks rata-rata pertamanya tidak dipublikasikan

di Wall Street Journal melainkan dipesaingnya yaitu Customers’s

32

Afternoon Letter. Awalnya tidak mengikut sertakan saham industrial.

Fokus pada saham pertumbuhan pada masa itu, mayoritas saham

perusahaan transportasi. Hal ini berarti indeks Dow Jones pertama

menghitung sembilan saham perkereta apian, perkapalan dan

perusahaan telekomunikasi. Rata-rata harga saham ini akhirnya

berevolusi menjadi rata-rata transportasi. Sampai pada 26 Mei 1896,

Dow dibagi menjadi indeks transportasi dan industrial, yang

menciptakan apa yang kita kenal sebagai Dow Jones Industrial

Averages. (wikipedia.org)

Pada awalnya, ditahun 1896 terdapat 12 perusahaan yang

terdaftar di DJIA (Dow Jones Industrial Average). Jumlah tersebut

diperbanyak menjadi 20 perusahaan pada tahun 1916, dan akhirnya

menjadi 30 perusahaan sejak 1928 hingga sekarang. Penentuan

perusahaan mana yang akan dimasukkan dan dikeluarkan dari Dow

Jones Industrial Average (DJIA) ditentukan oleh editor The Wall Street

Journal. Perusahaan yang termasuk di dalam DJIA diantaranya: 3M,

American International Group, Boeing, Citigroup, General Electric,

Intel, Microsoft, Walt Disney Company, dan lain sebagainya.

(www.bisnisindex.com)

Dalam duniainvestasi.com Indeks Dow Jones (Dow Jones

Industrial Average/DJIA) adalah salah satu indeks pasar yang didirikan

oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones &

Company, Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara

33

untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika.

Saat ini DJIA merupakan indeks pasar AS tertua yang masih berjalan.

Sekarang, bursa saham ini terdiri dari 30 perusahaan terbesar di

Amerika Serikat yang sudah secara luas go public. Pada awalnya di

tahun 1896 terdapat 12 perusahaan yang terdaftar di DJIA. Jumlah

keanggotaan bursa kemudian diperbanyak menjadi 20 pada tahun 1916

dan akhirnya menjadi 30 perusahaan sejak tahun 1928 hingga sekarang.

Pada umumnya indikator harga saham di USA adalah the DJIA,

Standard & Poor’s Composite, The New York Stock Exchange

Composite index, The American Stock Exchange Market Value Index,

The NASDAQ Composite.

Dalam Nachrowi dan Usman (2007 : 80) pengaruh Dow Jones

terhadap IHSG secara tidak langsung memberikan gambaran betapa

kuatnya pengaruh kinerja ekonomi kedua negara terhadap Indonesia.

Ketika Amerika mempunyai kinerja baik, maka Indonesia akan

menikmati pula kinerja tersebut. Tetapi ketika keduanya mempunyai

kinerja buruk, maka akan berdampak buruk pula bagi Indonesia.

G. Indeks Hang Seng

Indeks Hang Seng (HSI) adalah indeks yang mencatat kapitalisasi

pasar indeks saham di Hong Kong. Indeks Hang Seng ini merupakan

indikator utama dari keseluruhan performa pasar di Hong Kong dimana

HSI sendiri mewakili sekitar 67% dari kapitalisasi pasar disemua

perusahaan yang listing di Bursa saham Hong Kong. HSI di mulai pada

34

tanggal 24 November 1969 yang dikelola oleh HSI Service Limited,

yang merupakan anak perusahaan dimiliki Hang Seng Bank, bank

terbesar yang terdaftar di Hong Kong dalam kapitalisasi pasar.

(wikipedia.org).

Menurut Moh Mansur, 2005 Hang Seng Indeks (HSI) sebagai

barometer terkemuka dari harga saham “blue-chip” di Hongkong,

adalah salah satu indeks terkenal di kawasan Asia dan telah digunakan

secara meluas oleh para manager keuangan sebagai performance

benchmark mereka. Terdapat 33 perusahaan pilihan yang terdapat di

Hang Seng Indeks semuanya adalah perusahaan terkemuka dan para

investor institusi. Sejak diperkenalkannya Hang Seng Indeks dengan

saham-saham terpilihnya telah merefleksikan kepentingan dari berbagai

sektor industri.

Menurut Pasaribu (2009 : 17-18) Indeks Hang Seng mempunyai

pengaruh yang signifikan atas pergerakan IHSG. Ketika Indeks Hang

Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah yang sama. Kondisi ini

yang memungkinkan Indonesia terkena dampak krisis global walaupun

kondisi ekonomi Indonesia relatif baik.

H. Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah indeks pasar saham di Jepang yang terdiri dari

225 saham-saham blue-chip yang terdaftar di papan atas bursa Tokyo

sebagai indeks pengukur pergerakan harga saham. Metode

35

penghitungan indeks Nikkei 225 menggunakan Weighted Averaged

Method seperti halnya perhitungan Dow Jones.

(www.bisnisindex.com).

Dalam Nachrowi dan Usman (2007 : 80) pengaruh Nikkei

terhadap IHSG secara tidak langsung memberikan gambaran betapa

kuatnya pengaruh kinerja ekonomi kedua negara terhadap Indonesia.

Ketika Jepang mempunyai kinerja baik, maka Indonesia akan

menikmati pula kinerja tersebut. Tetapi ketika keduanya mempunyai

kinerja buruk, maka akan berdampak buruk pula bagi Indonesia.

Kemudian Moh Mansur (2006 : 217) menjelaskan bahwa indeks Nikkei

225 berpengaruh signifikan terhadap Indeks harga saham gabungan.

I. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap

atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur

Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan

diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank

Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di

pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

(www.bi.go.id).

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI

36

Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang

telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate

apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang

telah ditetapkan.

Tingkat suku bunga dapat didefinisikan sebagai tingkat

pengembalian aset yang mempunyai risiko mendekati nol. Investor dapat

menggunakan tingkat bunga sebagai patokan (benchmark) untuk

perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga mempunyai

hubungan negatif dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan

tingkat bunga yang lebih tinggi maka investor akan menjual sahamnya dan

mengganti pada instrumen berpendapatan tetap yang memberikan tingkat

bunga yang lebih tinggi. (Pasaribu, dkk. 2009 : 5).

J. Kurs

Siamat (2004:471) mengemukakan bahwa kurs adalah harga

suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lain. Sukirno

(2010:397) kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan

harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata

uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai

jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Menurut Hamdy (2010: 49). Kurs mata uang suatu negara dapat

mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi diartikan sebagai suatu

37

tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uangnya (domestic

currency) yang bertujuan (dalam jangka waktu relatif pendek) untuk :

1. Mendorong ekspor dan membatasi impor sehingga diharapkan

dapat memperbaiki posisi BOP atau BOT menjadi equilibrium atau

mendekati equilibrium.

2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

3. Dengan BOP yang lebih equilibrium, diharapkan kurs valas dapat

menjadi relatif lebih stabil.

Revaluasi adalah turunnya nilai mata uang negara-negara lain

apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain,

nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing.

Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikan

nilai mata uangnya terhadap mata uang asing yang dilakukan karena

perekonomiannya sudah mencukupi atau mendekati full employed atau

terjadi kecendrungan inflasi. Kebijakan ini dalam jangka pendek

bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hamdy, 2010:

49).

Dalam Saputra (2010) fluktuasi nilai tukar mata uang biasanya

hanya dipengaruhi oleh demand dan supply atas mata uang yang

bersangkutan. Namun belakangan ini, pergerakan nilai tukar rupiah

terhadap hard currencies (valuta asing yang nilainya kuat) dipengaruhi

38

oleh berbagai faktor yang kompleks. Faktor politik misalnya, memberi

pengaruh yang signifikan.

Dalam Mankiw (2006 : 128) Para ekonom membedakan kurs

menjadi dua, yaitu :

a) Kurs nominal (nominal exchange rate)

Adalah harga relatif dari mata uang dua negara simbolnya e.

Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah

120 per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di

pasar uang.

b) Kurs rill (real exchange rate)

Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua

negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa

memperdagangkan barang-barang yang dari suatu negara untuk

barang-barang dari negara lain.

Untuk melihat hubungan antara kurs rill dan kurs nominal, secara

umum perhitungannya sebagai berikut:

Menurut Wiyani dan Wijanto (2004) dalam Harjum Muharam dan

Zuraedah Nurafni MS (2008 : 25) pemicu kurs rupiah bergejolak antara

lain:

𝐾𝑢𝑟𝑠 =Kurs Nominal × Harga Barang Domestik

Harga Barang Luar Negeri

39

Efek memutar krisis keuangan dan moneter Thailand. Hal ini

berkaitan dengan tindakan investor asing mengalihkan

penanaman dana keluar dari ASEAN, karena menganggap

negara-negara ASEAN memiliki masalah yang sama.

Meningkatnya permintaan dollar berkaitan dengan besarnya

kewajiban luar negeri pihak swasta yang jatuh tempo dan tidak di-

rollover, dan juga didorong oleh naiknya kebutuhan untuk

melakukan hedging pinjaman swasta luar negeri.

Maraknya spekulasi pelaku pasar di dalam negeri dan luar negeri

yang dapat dilakukan dengan relatif mudah,mengingat semakin

berkembangnya transaksi derivatif dan pesatnya internasionalisasi

rupiah.

Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap prospek dan

kemampuan ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak

keuangan.

Kecenderungan menguatnya nilai dollar terhadap hampir seluruh

mata uang dunia, sehingga mendorong banyak investor

mengalihkan dana mereka ke mata uana dollar

Mudahnya masayarakat termakan isu.

Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh

perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara

lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam

menjalankan aktivitas operasional dan investasi akan menghadapi

40

resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi

oleh perusahaan akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut.

(Pasaribu, dkk. 2009 : 6).

Fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh terhadap beberapa

indikator makroekonomi demikian pula sebaliknya fluktuasi nilai tukar

juga dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator makroekonomi.

Stabilisasi mata uang merupakan persoalan yang penting untuk

mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan stabilisasi nilai mata uang terkait dengan sistem devisa yang

diterapkan pada suatu perekonomian. (Yuliadi, 2008:89).

K. Keterkaitan Antar Variabel

Dari hasil penelitian sebelumnya di temukan keterkaitan antar

variabel dependen (IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100) dengan variabel

Independen (Kurs, BI Rate, indeks Dow Jones, indeks Hang Seng dan

indeks Nikkei 225). Di bawah ini dijelaskan beberapa penelitian yang

sama dengan berbagai variasi variabel :

1. Variabel kurs berpengaruh signifikan terhadap indeks indeks harga

saham gabungan. Hubungan yang terjalin adalah hubungan negatif.

Dimana ketika kurs Rupiah terhadap Dolar naik maka akan

mengakibatkan indeks harga saham gabungan turun. Hal ini

dimungkinkan oleh adanya pengalihan investasi dari pasar modal

ke pasar valas, karena investor berusaha mendapatkan return yang

41

lebih besar di pasar valas. Selain itu naiknya nilai kurs US$

menjadi sinyal negatif bagi pasar modal, hal ini dikarenakan

melemahnya Rupiah menyebabkan gairah investasi menurun

karena investor lebih suka menanamkan modalnya keluar negeri.

(Ishomuddin, 2010).

2. Variabel BI Rate berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks

harga saham gabungan dan hubungan yang terjadi adalah hubungan

negatif dimana ketika BI Rate mengalami kenaikan maka indeks

saham di Indonesia akan mengalami penurunan. Hal ini

dikarenakan BI Rate naik maka akan mendorong investor menjual

saham dan menempatkan dananya di bank. Dana yang berada di

bank lebih aman dibandingkan di bursa efek. Investasi di bank

lebih aman dan berpendapatan tetap dibandingkan di bursa efek

yang lebih beresiko namun menjanjikan keuntungan yang lebih

besar dibandingkan yang dijanjikan oleh bank. (Nachrowi dan

Usman,2007).

3. Variabel indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berpengaruh

signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap indeks

saham di pasar modal Indonesia. Globalisasi telah memungkinkan

investor dari negara lain untuk berinvestasi di Indonesia. Oleh

karena itu, perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke

bursa negara lain, dimana bursa yang lebih besar akan

mempengaruhi bursa yang kecil. Signifikannya pengaruh DJIA

42

terhadap IHSG membuktikan bahwa terdapat integrasi antara pasar

saham di Amerika Serikat dengan pasar saham di Indonesia dalam

kurun waktu penelitian. (Ishomuddin, 2012).

4. Variabel Indeks HangSeng (HSI) berpengaruh signifikan terhadap

indeks saham di bursa efek Indonesia. Hubungannya adalah positif

dimana ketika indeks HangSeng naik maka indeks saham di pasar

modal Indonesia akan naik pula. Hal ini menunjukan bahwa ada

keterkaitan antara satu bursa dengan bursa lain, khususnya bursa

yang ada pada kawasan satu regional. (Pasaribu, 2009).

5. Variabel indeks Nikkei225 menurut penelitian yang dilakukan oleh

Moh Mansur (2005) dikatakan bahwa indeks Nikkei 225

berpengaruh signifikan terhadap indeks di pasar modal Indonesia.

dalam penelitian tersebut juga dikatakan bahwa pasar modal

regional Asia dan Australia akan lebih mempengaruhi pasar modal

Indonesia dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan dari pasar

modal dari kawasan Eropa dan Amerika.

L. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO. Nama dan Judul Variabel Metode Hasil

1. Nachrowi dan

Usman (2007).

“ Prediksi

IHSG Dengan

Model Garch

dan Model

X1 : Indeks

Nikkei

X2 : indeks

DJIA

X3 : indeks

Thailand

GARCH dan

ARIMA

Hasil penelitian

semua variabel bebas

mempunyai pengaruh

signifikan terhadap

IHSG. Indeks Nikkei

dan DJIA secara tidak

43

Arima”. (SET)

X4 : kurs

Y : IHSG

langsung

menggambarkan

betapa kuatnya

pengaruh antara

kinerja ekonomi

kedua negara

terhadap indonesia

sedangkan indeks

Thailand SET dan

kurs dolar ternyata

mempunyai koefisien

bertanda negatif.

2. Tegararief Ocki

Prakarsa dan

Budi Hartono

Kusuma (2008).

“ Analisis

Pengaruh

Tingka Bunga

SBI, Kurs

Tengah BI,

Tingkat Inflasi,

dan Indeks

Saham Dow

Jones di New

York Stock

Exchange

Dalam

Memprediksi

IHSG di BEJ”.

X1 : suku

bunga SBI

X2 : kurs

tengah BI

X3 : inflasi

X4 : indeks

Dow Jones

Y : IHSG

Regresi

berganda

(Multiple

Regression)

Hasil penelitian

menyatakan bahwa

variabel kurs tengah

BI, tingkat inflasi,

dan indeks saham

Dow Jones

berpengaruh

signifikan terhadap

IHSG. Sedangkan

variabel tingkat

bunga SBI tidak

berpengaruh terhadap

IHSG.

3. Pananda

Pasaribu, dkk.

(2009). “

Pengaruh

Variabel

Makroekonomi

terhadap

IHSG”.

X1: inflasi

triwulan

X2: SBI

triwulan

X3: rata2 M2

X4: Kurs

X5: PDB

X6: transaksi

berjalan

X7: rata2

cadangan

devisa

X8: rata2 Net

Buying asing

triwulan

X9:HSI

Regresi

berganda

(Multiple

Regression)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

sebagian besar faktor

domestik, yaitu

inflasi, SBI, dan kurs

tengah tidak

berpengaruh terhadap

pergerakan IHSG.

Sedangkan faktor

asing dan informasi

mengenai aliran

modal mempunyai

pengaruh yang cukup

signifikan atas

pergerakan IHSG.

44

X10: Dow

Jones

X11: Minyak

dunia

X12: FED rate

Y: IHSG

4. Yu Hsing

(2011). “

Impacts Of

Macroeconomic

Variables On

The Stock

Market In

Bulgaria And

Policy

Implications”.

X1: real

output

X2:

government

deficit

X3: money

supply

X4: domestic

interest rate

X5: exchange

rate

X6: inflasi

X7: indeks

pasar saham

US

X8: euro area

government

bond yield

Y : Bulgaria

stock

exchange

GARCH

Model

Penelitian dengan

menggunakan metode

GARCH ini

menunjukan bahwa

real GDP, rasio

M2/GDP dan US

stock market

berhubungan positif.

Dan variabel

government deficit,

exchange rate,

domestic interest rate,

inflasi, dan euro area

government bond

yield berpengaruh

negatif terhadap

Bulgaria stock

exchange

5. Seyed Mehdi

Hosseini, dkk.

(2011). “The

Role of

Macroeconomic

Variables on

Stock Market

Index

in China and

India”.

X1 : harga

minyak

mentah

X2 : uang

beredar (M2)

X3 :produksi

industri (IP)

X4 : inflasi

Y1 : indeks

China

Y2 : indeks

India

Multivariate

Cointegration

dan Vector

Error

Correction

Model

(VECM)

Tulisan ini meneliti

hubungan antara

indeks pasar saham

dan empat variabel

makroekonomi, yaitu

Harga minyak mentah

(COP), uang beredar

(M2), produksi

industri (IP) dan

tingkat inflasi (IR) di

Cina dan India.

Dalam Periode tahun

1999 sampai Januari

2009. Dengan

menggunakan

Multivariate

45

Cointegration dan

Vector Error

Correction Model,

menunjukkan bahwa

terdapat hubungan

jangka panjang dan

pendek antara

variabel ekonomi

makro dan indeks

pasar modal di

masing-masing kedua

negara. Sumber : kumpulan penelitian terdahulu

Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Periode

penelitian ini adalah Januari 2008 sampai Desember 2012. Penelitian

ini menggunakan indeks harga saham luar negeri untuk melihat

pengaruhnya terhadap indeks harga saham dalam negeri. Indeks harga

saham yang digunakan adalah indeks saham dari saham yang kuat,

seperti pasar saham di Amerika (Dow Jones), HongKong (HangSeng)

dan Jepang (Nikkei225). Selain itu penelitian ini juga melihat pengaruh

variabel-variabel bebasnya terhadap indeks harga saham syariah (JII)

bukan hanya di lihat dari indeks konvensionalnya saja serta di lihat pula

pengaruhnya terhadap indeks LQ45 dan indeks Kompas 100 yang

nerupakan indeks-indeks yang terdapat di Bursa Efek Indonesia yang

dapat dijadikan acuan dalam melakukan investasi.

M. Kerangka pemikiran

Sebelum melakukan pengolahan data, berikut ini akan dijelaskan

kerangka pemikiran yang akan di lakukan dalam penelitian ini.

Langkah-langkah yang akan di lakukan dalam penelitian ini, yaitu :

46

1. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menginput data

antara variabel independen (BI Rate, Kurs Rupiah Terhadap Dolar,

Indeks Dow Jones, Indeks Hang seng, Indeks Nikkei 225) dengan

variabel dependen (IHSG, JII, Indeks LQ45 dan Indeks

Kompas100) kemudian dilakukan uji asumsi klasik diantaranya

adalah uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan

heteroskedastisitas.

2. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan uji analisis regresi

berganda, kemudian menguji koefisien determinasi, F simultan dan

t parsial.

Secara sistematik alur penelitian terlihat pada gambar kerangka

berfikir sebagai berikut:

47

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Input Data

Variabel Dependen

IHSG

JII

Indeks LQ45

Indeks

Kompas100

Variabel Independen

Kurs

BI Rate

Indeks DJIA

Indeks HSI

Indeks Nikkei

225

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Heteroskedastisitas

Uji Multikolinieritas

Uji Autokorelasi

Analisis regresi Berganda

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ....................(i)

Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ....................(ii)

Y3 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ...................(iii)

Y4 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ...................(iv)

Uji t Parsial Uji F Simultan R2

Intepretasi Hasil

Kesimpulan, Implikasi & Saran

48

N. Perumusan Hipotesa

Untuk menganalsis apakah variabel tersebut mempunyai

pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta

Islamic Indeks (JII), Indeks LQ45 dan Indeks Kompas100 maka

penelitian ini mengemukakan hipotesis berdasarkan teori dan penelitian

sebelumnya sebagai berikut :

1. Hipotesa Model I (IHSG)

a). H0 : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan indeks

Nikkei225 tidak berpengaruh secara simultan terhadap

IHSG.

b). Ha : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan indeks

Nikkei225 berpengaruh secara simultan terhadap IHSG.

2. Hipotesa Model II (JII)

a). H0 : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan indeks

Nikkei225 tidak berpengaruh secara simultan terhadap

JII.

b). Ha : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan indeks

Nikkei225 berpengaruh secara simultan terhadap JII.

49

3. Hipotesa Model III (LQ45)

a). H0 : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan indeks

Nikkei225 tidak berpengaruh secara simultan

terhadap IHSG.

b). Ha : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan indeks

Nikkei225 berpengaruh secara simultan terhadap

IHSG.

4. Hipotesa Model IV (Kompas100)

a). H0 : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan

indeks Nikkei225 tidak berpengaruh secara

simultan terhadap IHSG.

b). Ha : Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks Hsi dan

indeks Nikkei225 berpengaruh secara simultan

terhadap IHSG.

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan dalam bab

sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate), kurs rupiah

terhadap dolar, Indeks Dow Jones, Indeks Hang seng, Indeks Nikkei 225

terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100. Periode penelitian ini di mulai

pada bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Desember 2012. Periode

tahun 2008 merupakan periode kejatuhan atau krisis yang terjadi di

Amerika sehingga menyebabkan anjloknya harga saham di Amerika dan

pastinya akan berpengaruh pula terhadap harga-harga saham di negara lain

tidak terkecuali Indonesia.

B. Metode Penentuan Sampel

Data dalam penelitian ini adalah data runtut waktu atau time series

adalah data yang terdiri dari atas satu objek tetapi meliputi beberapa

periode waktu. (Winarno, 2007: 2.2). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh aktivitas pergerakan harga saham di Indonesia yang diwakilkan

oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Indeks (JII),

indeks LQ45 dan indeks Kompas100 sebagai variabel dependennya.

51

Sedangkan variabel independennya di batasi pada pergerakan harga saham

indeks Dow Jones, pergerakan harga saham indeks Hang Seng

(Hongkong), pergerakan harga saham indeks Nikkei 225 (Jepang)

kemudian oleh variabel makro (Kurs rupiah terhadap Dolar dan BI Rate).

Mata uang yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah

Dollar USD, dikarenakan Dollar Amerika merupakan Hard Currency atau

mata uang dunia yang selalu di pergunakan oleh berbagai negara sebagai

alat bertransaksi jual beli.

Sampel dalam penelitian ini adalah pergerakan harga saham (IHSG,

JII, indeks LQ45 dan indeks Kompas100) selama periode Januari 2008

sampai Desember 2012. Kemudian variabel independennya adalah

pergerakan indeks saham Dow Jones, HangSeng dan Nikkei 225 serta

pergerakan kurs Rupiah terhadap Dolar dan BI Rate selama periode

periode Januari 2008 sampai Desember 2012.

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Muhammad Teguh (2005 : 117) langkah penting yang perlu

dilakukan di dalam kegiatan penelitian sebelum peneliti sampai kepada

konklusi adalah pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yakni jenis data yang di peroleh dan digali

melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya,

baik berupa data kuantitatif maupun data kualitatif: jenis data ini sering di

sebut data eksternal.

52

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan sumber

informasi lainnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Library Research (Riset Kepustakaan)

Penelitian kepustakaan di lakukan dengan cara mengunjungi

lembaga-lembaga yang terkait dalam pembuatan penelitian, seperti

mengunjungi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM),

Perpustakaan kemudian mengumpulkan, memilih, memahami dengan

cara membaca laporan atau jurnal penelitan terdahulu, seperti Jurnal,

Skripsi, Thesis dan lain sebagainya yang berkaitan dengan dengan

topik pembahasan penulis.

2. Internet Research

Untuk mendapatkan informasi yang lebih up to date maka

penulis menggunakan teknologi yang sudah sangat berkembang

dengan pesat yakni internet. Penggunaan internet ini di karenakan

ilmu yang berkembang sedemikian cepat, namun terkadang buku-

buku yang tersedia belum mampu memenuhi kebutuhan informasi

yang selalu berkembang sehingga di gunakan internet. Data–data yang

di peroleh dalam penelitian ini adalah dari www.yahoofinance.com ,

www.idx.go.id dan www.bi.go.id.

53

D. Metode Analisis

1. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka

variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama

dengan nol. (Ghazali, 2012:105).

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier

antarvariabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel

independen, maka multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan

regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu

variabel independen). (Winarno, 2011:5.1).

Multikolinieritas dapt dilihat dari nilai tolerance dan lawannya

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen

menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. (Ghazali, 2012:

106).

54

Kreteria untuk pengambilan keputusan ada atau tidaknya masalah

multikolinieritas adalah: nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai

VIF > 10 maka kesimpulannya adalah model regresi terdapat masalah

multikolinieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika

berbeda maka disebut heteroskedastisitas, model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

(Ghazali, 2012:139).

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas, diantaranya dengan melihat grafik scatter plot, uji

park, uji glejser, dan uji white. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi

heteroskedastisitas akan digunakan uji glejser.

Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser dengan

meregres nilai absolut (dependen) terhadap variabel independennya.

Dengan persamaan regresi :

Dengan hipotesis :

H0 : data tidak mengandung heteroskedastisitas

Ha : data mengandung heteroskedastisitas

|Ut| = α + βXt + vt

=

55

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi

dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul

pada data yang bersifat runtut waktu (time series), karena berdasarkan

sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa

sebelumnya. (Winarno, 2011:5.26).

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pad aperiode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu

(time series) karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok

cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang

sama pada periode berikutnya. (Ghazali, 2012:110).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari

nilai Durbin Watson-nya. Uji D-W merupakan salah satu uji yang

banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Hampir

semua statistik sudah menyediakan fasilitas untuk menghitung nilai d

(yang menggambarkan koefisien DW). Nilai d akan berada pada kisaran

0 hingga 4. Sebelumnya tentukan nilai dU dan dL dengan melihat tabel

Durbin Watson dengan α = 5% seperti tampak pada tabel 3.1 berikut

ini.

56

Tabel 3.1

Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson

Tolak

H0,

berarti

ada

autokore

lasi

positif

Tidak

dapat

diputus

kan

Tidak menolak H0,

berarti tidak ada

autokorelasi

Tidak

dapat

diputus

kan

Tolak

H0,

berarti

ada

autokore

lasi

negatif

0 dL dU 4-dU 4-dL

Sumber : Wing Wahyu Winarno, 2011:5.28

Dengan hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada Autokorelasi

Ha : Ada autokorelasi

Jika dalam hasil analisis terdapat masalah autokorelasi maka

dilakukan pengobatan menurut imam Ghazali (2012), langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure

autocorrelaition dan bukan karena kesalahan spesifikasi model

regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan

spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan

kedalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan

regresi tidak benar.

57

2. Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi

autokorelasi adalah dengan mentransformasi model awal menjadi

model difference. Dengan asumsi ρ tidak diketahui.

3. Nilai ρ di estimasi dengan rumus Theil-Nagar d

Dimana : d = nilai DW persamaan yang mengandung autokorelasi

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

4. Setelah didapat nilai ρ maka langkah selanjutnya adalah melakukan

transformasi nilai ρ kedalam persamaan regresi.

5. Terakhir lakukan analisis regresi berganda kembali dan hasilnya

akhir dari persamaan regresi tidak mengalami masalah autokorelasi.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka

uji stastistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghazali,

2012:160).

𝜌 = 𝑛2 (1 – 𝑑 / 2) 𝑘2

𝑛2 − 𝑘2

58

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji normalitas residual dengan

menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Uji

Kolmogrov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis (ghazali,

2012 :161) :

H0 : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian normalitas dengan

metode grafik normal p-p plot. Kriteria pengambilan keputusannya

adalah jika titik-titik data mendekati garis diagonal ditengah maka

kesimpulannya adalah data berdistribusi normal.

5. Analisis regresi berganda

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara

suatu variabel dependen dengan variabel independen. Analisis regresi

berganda digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar

pengaruh antara variabel independen (X) dengan variabel dependen

(Y). Metode ini juga bisa dijadikan ramalan, sehingga dapat

diperkirakan antara baik dan buruknya suatu variabel (X) terhadap

turunnya tingkat variabel (Y), begitu juga sebaliknya. Analisis regresi

ini mempunyai persamaan sebagai berikut :

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ....................(i)

Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ....................(ii)

Y3 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ...................(iii)

Y4 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + è ...................(iv)

59

Dimana:

Y1 = Indeks Harga Saham Gabungan

Y2 = Jakarta Islamic Indeks

Y3 = Indeks LQ45

Y4 = Indeks Kompas 100

a = Konstanta

X1 = Kurs

X2 = BI Rate

X3 = Indeks Dow Jones

X4 = Indeks HangSeng

X5 = Indeks Nikkei 225

b1..b5= Koefisien Regresi

è = Standar Eror

6. Uji Adjusted R Square (R2)

Korfisien determinasi (Goodness of Fit), yang di notasikan

dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena

dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang

terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur

seberapa dekatkah garis regresi yang tersetimasi dengan data

sesungguhnya. (Nachrowi & Usman, 2006:20).

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

60

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2

yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi

untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi

yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data

runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien

determinasi yang tinggi. (Ghazali, 2012:97).

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah

bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam

model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2

pasti

meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti

menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2

pada saat

mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2

, nilai

Adjusted R2

dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan kedalam model. (Ghazali, 2012:97).

7. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah

koefisien regresi yang di dapat signifikan (berbeda nyata). Maksud dari

signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara stastistik

tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti

61

dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel

bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk

kepentingan tersebut maka semua koefisien regresi harus di uji. Ada

dua jenis uji terhadap koefisien regresi yaitu, uji-F dan uji-t (Nachrowi

& Usman, 2006:16).

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.

(Ghazali, 2012:98).

Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat probabilitas

signifikansi. Jika probabilitas signifikansi >0.05, maka H0 diterima dan

jika probabilitas signifikansi <0.05, maka H0 ditolak. Selain itu

pengambilan keputusan juga dilakukan dengan membandingkan nilai F

tabel dengan F hitungnya. Nilai F tabel di dapat dari rumus

Dimana n = jumlah sampel dan k = jumlah variabel bebas. Jika F

hitung > F tabel maka Ho ditolak dan sebaliknya jika F hitung<F tabel

maka H0 diterima. (Nachrowi & Usman, 2006:18).

8. Uji Signifikan Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. (Ghazali, 2012:98).

Uji F = (df(n-k-1))

62

Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan (Rodoni,

2005:90) :

Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka H0 diterima, berarti

bahwa suatu variabel independen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Jika probabilitas signifikan < 0.05 maka H0 ditolak, berarti bahwa

suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Selain itu pengambilan keputusan juga dapat dengan

membandingkan nilai t tabel dengan t hitungnya. t tabel di dapat dari

rumus :

Dimana n adalah jumlah sampel penelitian dan k adalah jumlah

variabel bebas. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan sebaliknya

jika t hitung<t tabel maka H0 diterima.

E. Operasional variabel

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel dependen

(IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100) dan lima variabel Independen (Kurs,

BI Rate, DJIA, HSI, dan Nikkei 225). Definisi dari masing-masing

variabel adalah sebagai berikut :

Uji t = (df(n-k-1))

63

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) adalah indeks harga yang

merupakan gabungan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI), pengukuran yang dilakukan adalah dalam satuan

poin. Indeks ini mencakup pergerakan seluruh saham biasa dan saham

preferen yang tercatat di BEI.

2. Jakarta Islamic Indeks (JII)

Jakarta Islamic Indeks (JII) merupakan salah satu indeks saham yang

ada di Indonesia untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria

syariah dalam perhitungan indeks harga rata-rata sahamnya. Hanya

emiten yang memenuhi kriteria syariah yang dapat masuk ke dalam

Jakarta Islamic indeks (JII).

3. Indeks LQ45

Indeks LQ45 adalah indeks saham yang terpilih berdasarkan likuiditas

perdagangan saham dan sesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap

awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk

dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

4. Indeks Kompas 100

Indeks Kompas100 adalah suatu indeks saham dari 100 saham

perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Indeks Kompas100 secara resmi diterbitkan oleh Bursa Efek

Indonesia (BEI) bekerjasama dengan koran Kompas pada hari Jumat

tanggal 10 Agustus 2007. Saham-saham yang terpilih untuk

64

dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas

yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan

saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.

5. Kurs Rupiah Terhadap Dolar

Kurs adalah harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang

lain. Dalam penlitian ini nilai kurs yang dipakai di ukur atas dasar

harga kurs tengah rupiah terhadap dolar US $ di akhir periode tertentu

(1 bulan).

6. Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan

Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan

diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank

Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di

pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

7. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA)

Indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks dari pasar saham

Amerika yang berisikan 30 perusahaan yang menjadi salah satu

indikator pergerakan pasar saham Amerika. Indeks Dow Jones

merupakan indeks pasar saham Amerika yang tertua yang masih

berjalan.

65

8. Indeks HangSeng (HSI)

Indeks Hang Seng (HSI) adalah indeks yang mencatat kapitalisasi

pasar indeks saham di Hong Kong.

9. Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah indeks pasar saham di Jepang yang terdiri dari 225

saham-saham blue-chip yang terdaftar di papan atas bursa Tokyo

sebagai indeks pengukur pergerakan harga saham.

66

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Pasar modal Indonesia dimulai ketika pemerintah Hindia Belanda

mendirikan Bursa Efek di Jakarta (Batavia) pada akhir tahun 1912.

Efek-efek yang diperdagangakan dalam bursa ini terdiri atas saham-

saham dan obligasi yang diterbitkan perusahaan milik Belanda yang

beroperasi di Indonesia, obligasi pemerintah Hindia Belanda dan efek-

efek Belanda lain. Pendirian bursa efek oleh pemerintah Belanda

tersebut bertujuan untuk memobilisasi dana dalam rangka membiayai

perkebunan milik Belanda yang saat itu sedang dikembangkan secara

besar-besaran di Indonesia. (Siamat, 2004:487)

Pemerintah mulai kembali melakukan usaha pengaktifan pasar

modal Indonesia sejak 10 Agustus 1977 dengan membentuk Badan

Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) yang sejak tahun 1991 berubah

menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Usaha pengaktifan kembali

pasar modal tersebut diharapkan akan dapat ikut berperan memacu

pertumbuhan ekonomi melalui mobilisasi dana untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan pembangunan di luar sektor perbankan.

Perkembangan pasar modal dapat dikatakan cukup baik sampai 1983,

dimana sebanyak 23 perusahaan telah melakukan emisi saham dan 1

67

perusahaan melakukan emisi obligasi dengan nilai emisi seluruhnya

mencapai Rp 117 miliar.

Pada 22 Mei tahun 1995, diresmikan penggunaan sistem JATS

(Jakarta Automated Trading Systems). Sistem perdagangan baru yang

terpasang dan bersifat otomatis ini memberikan fasilitas yang

memungkinkan frekuensi perdagangan saham yang lebih besar dan

menjadikan pasar lebih adil serta praktik pasar yang lebih transparan

dibandingkan dengan sistem manual. Sejak diterapkan JATS, nilai

kapitalisasi pasar BEJ meningkat pesat disamping volume, nilai dan

frekuansi transaksi meningkat tajam. Hal ini terbukti dari data sampai

dengan November 1996 dimana nilai transaksi telah mencapai Rp 61,63

triliun yaitu melonjak hampir 90% dibandingkan dengan tahun 1995

yang hanya mencapai Rp 32,4 triliun. (Rodoni, 2005:110-111)

Perkembangan pasar modal dapat dilihat dari salah satu indikator

pasar modal yaitu instrumen saham. Perkembangan transaksi harga saham

dari tahun ke tahun cenderung meningkat, hal ini menunjukkan bahwa

minat masyarakat untuk menanamkan investasi di pasar modal semakin

besar. (Mustikaati, 2007).

Pergerakan bursa saham pada dasarnya didasari oleh

perkembangan harga saham yang terdaftar dan diperdagangkan di lantai

bursa, oleh karena itu maka perlu untuk menganalisis hubungan antara

indeks saham dengan harga saham yang tercatat di bursa secara

periodik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ada di Bursa

Efek Indonesia (BEI) tentunya tidak terlepas dari pengaruh indeks

68

harga saham di negara-negara lain, telebih negara-negara lain yang

menjadi acuan dari IHSG ini memiliki kapitalisasi yang besar dan

cenderung lebih likuid. Pengaruh secara eksternal ini dapat disebabkan

oleh kondisi ekonomi, lingkungan politik, dan juga sosio kultural.

B. Hasil Dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Dalam bab ini penulis menganalisis data yang telah terkumpul.

Data yang telah terkumpul tersebut berupa data IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas100 dari perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia

tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Kemudian data yang telah

terkumpul selanjutnya adalah berupa data makro ekonomi (Kurs dan

BI Rate) periode 2008 sampai dengan 2012 serta data indeks bursa

luar negeri (DJIA, HSI, dan Nikkei 225) periode 2008 sampai dengan

2012. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk mengetahui

apakah variabel kurs, tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate),

indeks DJIA, HSI, dan Nikkei225 memiliki pengaruh terhadap

imdeks-indeks di Bursa efek Indonesia (IHSG, JII, LQ45,

Kompas100) dan berapa besar pengaruhnya.

Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah

dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis

deskriptif dan analisis statistik. Analisis statistik merupakan analisis

69

yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa angka-

angka yang di analisis dengan bantuan komputer melalui program

SPSS. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis. Sedangkan

analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala

yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil

analisis statistik.

Berdasarkan pengambilan sample secara purposive Sampling

maka dapat diperoleh indeks harga saham sebagai berikut:

1. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008

sampai dengan 2012.

2. Saham perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia

periode 2008 sampai dengan 2012.

Adapun untuk menjelaskan variabel-variabel yang terdapat

dalam penelitian ini dapat ditunjukan dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Tabel Kurs Rupiah Terhadap Dolar

T

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 9291 11355 9365 9057 9000

Februari 9051 11980 9335 8823 9085

Maret 9217 11575 9115 8709 9180

April 9234 10713 9012 8574 9190

Mei 9318 10340 9180 8537 9565

Juni 9225 10225 9083 8597 9480

Juli 9118 9920 8952 8508 9485

Agustus 9153 10060 9041 8578 9560

September 9378 9681 8924 8823 9588

Oktober 10995 9545 8928 8835 9615

November 12151 9545 9013 9170 9605

Desember 10950 9480 8991 9068 9670

Sumber : Bank Indonesia, Berbagai tahun terbit. Data di olah

70

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai kurs tertinggi terdapat

pada bulan November 2008 yakni sebesar 12.151. Sedangkan nilai

kurs terendah terjadi pada bulan Juli 2011 yakni sebesar 8508. Nilai

kurs yang digunakan adalah nilai tengah dari kurs jual dan kurs beli.

Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai kurs bergerak

fluktuatif tiap bulannya. Untuk lebih jelas melihat pergerakan kurs

maka dapat di lihat dari grafik kurs Rupiah Terhadap Dolar periode

2008 sampai dengan 2012 berikut:

Gambar 4.1

Grafik Pergerakan Kurs Rupiah Terhadap Dolar

Sumber : Bank Indonesia, berbagai tahun terbit, data diolah

Berdasarkan gambar 4.1 secara umum terlihat bahwa nilai tukar

Rupiah terhadap Dolar (Kurs) mengalami tren naik pada akhir tahun

2008 sampai pada awal tahun 2009. Pada akhir tahun memang terjadi

krisis ekonomi di Amerika yang pada akhirnya berdampak pada

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Jan

-08

Jun

-08

No

p-0

8

Ap

r-0

9

Sep

-09

Feb

-10

Jul-

10

Des

-10

Mei

-11

Okt

-11

Mar

-12

Agu

st-…

KURS

KURS

71

perekonomian di negara-negara lain, tidak terkecuali Indonesia.

Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar mengakibatkan

sentimen negatif terhadap pasar modal. Begitu juga dengan nilai tukar

rupiah terhadap dolar yang melonjak naik pada akhir tahun 2008

hingga awal 2009, namun pada pertengahan 2009 nilai kurs Rupiah

terhadap dolar sudah menunjukan penurunan. Hal ini mengindikasikan

bahwa perekonomian mulai membaik.

Pada pertengahan 2009 nilai tukar Rupiah terhadap Dolar (Kurs)

mulai menunjukan tren yang positif. Kestabilan nilai mata uang

domesttik dapat menghindarkan investor asing di pasar modal

mengalami kerugian akibat perbedaan kurs valuta asing. Nilai mata

uang yang labil dapat membangkrutkan usaha investor asing maupun

investor lokal yang memiliki utang valuta asing. (Mohamad Samsul,

2006:32).

Tabel 4.2

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 0,0800 0,0875 0,0650 0,0650 0,0600

Februari 0,0800 0,0825 0,0650 0,0675 0,0575

Maret 0,0800 0,0775 0,0650 0,0675 0,0575

April 0,0800 0,0750 0,0650 0,0675 0,0575

Mei 0,0825 0,0725 0,0650 0,0675 0,0575

Juni 0,0850 0,0700 0,0650 0,0675 0,0575

Juli 0,0875 0,0675 0,0650 0,0675 0,0575

Agustus 0,0900 0,0650 0,0650 0,0675 0,0575

September 0,0925 0,0650 0,0650 0,0675 0,0575

Oktober 0,0950 0,0650 0,0650 0,0650 0,0575

November 0,0950 0,0650 0,0650 0,0600 0,0575

Desember 0,0925 0,0650 0,0650 0,0600 0,0575 Sumber : Bank Indonesia berbagai tahun terbit.

72

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga bank

Indonesia (BI Rate) tertinggi terdapat pada akhir tahun 2008 dimana

pada bulan Oktober dan November mencapai angka sebesar 0,095

(9,5%). Sedangkan tingkat suku bunga bank Indonesia (BI Rate)

terendah terjadi pada tahun 2012 dimana suku bungan Bank Indonesia

(BI Rate) mencapai angka 0,0575 (5,75%) angka ini konsisten hingga

akhir tahun 2012. Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa BI Rate

mengalami pergerakan di setiap tahunnya, untuk lebih jelas melihat

pergerakan tingkat suku bunga bank Indonesia (BI Rate) maka dapat

di lihat dari grafik tingkat suku bunga bank Indonesia (BI Rate)

periode 2008 sampai dengan 2012 berikut:

Gambar 4.2

Grafik Pergerakan BI Rate

Sumber : Bank Indonesia, berbagai tahun terbit, data diolah

00,010,020,030,040,050,060,070,080,09

0,1

Jan

-08

Jun

-08

No

p-0

8

Ap

r-0

9

Sep

-09

Feb

-10

Jul-

10

Des

-10

Mei

-11

Okt

-11

Mar

-12

Agu

st-1

2

BI-Rate

BI-Rate

73

Pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa pergerakan tingkat suku

bunga Bank Indonesia (BI Rate) cenderung mengalami penurunan tiap

tahunnya. Karena suku bunga yang cenderung turun tiap tahunnya

maka investor cenderung lebih suka membelanjakan uangnnya

daripada harus menginvestasikannya dalam bentuk tabungan. Dengan

investor membelanjakan uangnya maka permintaan barang dan jasa

akan terus meningkat, sehingga produksi barang dan jasa juga

meningkat untuk memenuhi arus permintaan yang ada. Secara teori

maka investasi yang meningkat dari sektor usaha disambut dengan

peningkatan permintaan akan membuat pertumbuhan ekonomi

terdorong, dimana dalam proses peningkatan produksi ini akan

diperlukan lebih banyak tenaga kerja sehingga pengangguran juga

akan menurun.

Tabel 4.3

Tabel Indeks Dow Jones Average Industrial (DJIA)

S

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 12650,36 8000,86 10067,33 11891,93 12632,91

Februari 12266,39 7062,93 10325,26 12226,34 12952,07

Maret 12262,89 7608,92 10856,63 12319,73 13212,04

April 12820,13 8168,12 11008,61 12810,54 13213,63

Mei 12638,32 8500,33 10136,63 12569,79 12393,45

Juni 11350,01 8447,00 9774,020 12414,34 12880,09

Juli 11378,02 9171,61 10465,94 12143,24 13008,68

Agustus 11543,96 9496,28 10014,72 11613,53 13090,84

September 10850,66 9712,28 10788,05 10913,38 13437,13

Oktober 9325,01 9712,73 11118,49 11955,01 13096,46

November 8829,04 10344,84 11006,02 12045,68 13025,58

Desember 8776,39 10428,05 11577,51 12217,56 13104,14

Sumber : yahoo finance

74

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai indeks DJIA tertinggi

terdapat pada bulan September 2012 yakni sebesar 13.437,13. Sedangkan

nilai indeks DJIA terendah terjadi pada bulan Februari 2009 yakni sebesar

7062,93. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai indeks DJIA

bergerak fluktuatif tiap bulannya. Untuk lebih jelas melihat pergerakan

indeks DJIA maka dapat di lihat dari grafik indeks DJIA periode 2008

sampai dengan 2012 berikut :

Gambar 4.3

Grafik Pergerakan Indeks Dow Jones Average Industrial (DJIA)

Sumber : Yahoo Finance

Pada gambar 4.3 menjelaskan bahwa indeks Dow Jones

Industrial Average (DJIA) mengalami penurunan pada periode akhir

tahu 2008 hingga awal tahun 2009. Krisis yang terjadi di Amerika

membawa dampak buruk pada investasi di pasar modal Amerika.

Penurunan angka ini mencapai pada nilai 7062,93 pada bulan Februari

tahun 2009. Akibat krisis yang mendera Amerika pada tahun 2008

mengakibatkan investor menjual aset-asetnya yang ada di pasar modal

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Jan

-08

Jun

-08

No

p-0

8

Ap

r-0

9

Sep

-09

Feb

-10

Jul-

10

Des

-10

Mei

-11

Okt

-11

Mar

-12

Agu

st-1

2

DJIA

DJIA

75

Amerika, hal ini dikarenakan untuk mengurang resiko yang akan

terjadi akibat krisis yang terjadi. Kemudian secara perlahan

kepercayaan investor kembali membaik terhadap pasar modal

Amerika, hal ini ditunjukan dengan semakin membaiknya indeks

DJIA yang terus menunjukan progres yang baik dan mengalami

kenaikan hingga pada akhir tahun 2012 menembus angka 13104,14.

Tabel 4.4

Tabel Indeks HangSeng (HongKong)

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 23455,74 13278,21 20121,99 23447,34 20390,49

Februari 24331,67 12811,57 20608,7 23338,02 21680,08

Maret 22849,2 13576,02 21239,35 23527,52 20555,58

April 25755,35 15520,99 21108,59 23720,81 21094,21

Mei 24533,12 18171 19765,19 23684,13 18629,52

Juni 22102,01 18378,73 20128,99 22398,1 19441,46

Juli 22731,1 20573,33 21029,81 22440,25 19796,81

Agustus 21261,89 19724,19 20536,49 20534,85 19482,57

September 18016,21 20955,25 22358,17 17592,41 20840,38

Oktober 13968,67 21752,87 23096,32 19864,87 21641,82

November 13888,24 21821,5 23007,99 17989,35 22030,39

Desember 14387,48 21872,5 23035,45 18434,39 22656,92 Sumber : Yahoo Finance

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai indeks HangSeng (HSI)

tertinggi terdapat pada bulan Desember 2012 yakni sebesar 22656,92.

Sedangkan nilai indeks HangSeng (HSI) terendah terjadi pada bulan

Februari 2009 yakni sebesar 12811,57. Dari tabel tersebut juga dapat

dilihat bahwa nilai indeks HangSeng (HSI) bergerak fluktuatif tiap

bulannya. Untuk lebih jelas melihat pergerakan indeks HangSeng

(HSI) maka dapat di lihat dari grafik indeks HangSeng (HSI) periode

2008 sampai dengan 2012 berikut :

76

Gambar 4.4

Grafik Pergerakan Indeks HangSeng (HSI) HongKong

Sumber : yahoo finance

Pada gambar 4.4 terlihat grafik pergerakan indeks HangSeng

tahun 2008 sampai 2012, pada awal 2008, Indeks Hang Seng

mengalami penurunan hingga 30 persen atau sekitar 9 ribuan poin.

Angka tersebut kemudian turun lagi melewati 20 ribu poin pada 5

September 2008. Dalam perdagangan Indeks Hang Seng hanya

mencapai angka 19.708,39 poin dan ditutup pada angka 19.933,28 poin.

Angka ini masih saja menurun pada 8 Oktober 2008 dengan angka

penutupan hanya 15.431,73 poin. Ini merupakan angka terendah yang

terjadi dalam dua tahun terakhir. Ternyata angka terendah itu belum

berakhir, pada akhir Oktober 2008, kembali jatuh hingga 10.676,29

poin. Tapi pada tahun 2009, terjadi berbagai perbaikan yang membuat

Indeks Hang Seng kembali pada angka 20 ribuan poin. Tanggal 29 Juli

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

Jan

-08

Mei

-08

Sep

-08

Jan

-09

Mei

-09

Sep

-09

Jan

-10

Mei

-10

Sep

-10

Jan

-11

Mei

-11

Sep

-11

Jan

-12

Mei

-12

Sep

-12

HSI

HSI

77

2009, Indeks Hang Seng sudah mencapai 20.063,93 poin dan sampai

saat ini pergerakannya tidak pernah turun dari angka 20 ribuan poin.

Tabel 4.5

Tabel Indeks Nikkei 225 (Tokyo)

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 13592,47 7994,05 10198,04 10237,92 8802,51

Februari 13603,02 7568,42 10126,03 10624,09 9723,24

Maret 12525,54 8109,53 11089,94 9755,10 10083,56

April 13849,99 8828,26 11057,40 9849,74 9520,89

Mei 14338,54 9522,50 9768,70 9693,73 8542,73

Juni 13481,38 9958,44 9382,64 9816,09 9006,78

Juli 13376,81 10356,83 9537,30 9833,03 8695,06

Agustus 13072,87 10492,53 8824,06 8955,20 8839,91

September 11259,86 10133,23 9369,35 8700,29 8870,16

Oktober 8576,98 10034,74 9202,45 8988,39 8928,29

November 8512,27 9345,55 9937,04 8434,61 9446,01

Desember 8859,56 10546,44 10228,92 8455,35 10395,18 Sumber : yahoo finance

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai indeks Nikkei 225

tertinggi terdapat pada bulan Mei 2008 yakni sebesar 14338,54.

Sedangkan nilai indeks Nikkei 225 terendah terjadi pada bulan

Februari 2009 yakni sebesar 7568,42. Dari tabel tersebut juga dapat

dilihat bahwa nilai indeks Nikkei 225 bergerak fluktuatif tiap

bulannya. Untuk lebih jelas melihat pergerakan indeks Nikkei 225

maka dapat di lihat dari grafik indeks Nikkei 225 periode 2008 sampai

dengan 2012 berikut :

78

Gambar 4.5

Grafik Pergerakan Indeks Nikkei 225 (Tokyo)

Sumber : data diolah

Pada gambar 4.5 terlihat bahwa indeks Nikkei 225 bergerak

sangat fluktuatif di taip bulannya. Pada saat krisis yang menimpa

dunia indeks Nikkei 225 juga tak luput terkena imbasnya, dan dampak

yang terburuk terjadi pada februari 2009 dimana indeks mencapai titik

terendahnya yakni pada harga 7568,42 hal ini dikarenakan dampak

wallstreet yang melemah akibat krisis.

Pada awal berdirinya Tokyo Stock Exchange (TSE) telah

menjadi aktifitas stock market yang paling berpengaruh di Jepang.

Pada masa itu telah diperkenalkan Index Tokyo Stock Exchange

market Average, yang merupakan hasil perhitungan dari keseluruhan

perusahaan yang sahamnya tercatat di TSE. Pada tahun 1968,

Chaiman dari TSE yaitu Morinaga, menghentikan model perhitungan

Index Average TSE, dan mencoba untuk mendapatkan model

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Jan

-08

Mei

-08

Sep

-08

Jan

-09

Mei

-09

Sep

-09

Jan

-10

Mei

-10

Sep

-10

Jan

-11

Mei

-11

Sep

-11

Jan

-12

Mei

-12

Sep

-12

N225

N225

79

perhitungan yang lebih akurat. Hingga akhirnya pada Juli 1970 Nihon

Keizai, Inc. mengajukan sistem perhitungan indeks yang lebih baik,

yang hingga kini dikenal dengan nama Nikkei 225 Stock Index. Indeks

ini merupakan gabungan dari 225 perusahaan yang memiliki

kredibilitas yang baik di market dan memiliki asset yang besar.

Tabel 4.6

Tabel Indeks Harga Saham Gabungan

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 2627,25 1332,67 2610,80 3409,17 3941,69

Februari 2721,94 1285,28 2549,03 3470,35 3985,21

Maret 2447,30 1434,07 2777,30 3678,67 4121,55

April 2304,52 1722,77 2971,25 3819,62 4180,73

Mei 2444,35 1916,83 2796,96 3836,97 3832,82

Juni 2349,11 2026,78 2913,68 3888,57 3955,58

Juli 2304,51 2323,24 3069,28 4130,80 4142,34

Agustus 2165,94 2341,54 3081,88 3841,73 4060,33

September 1832,51 2467,59 3501,30 3549,03 4262,56

Oktober 1256,70 2367,70 3635,32 3790,85 4350,29

November 1241,54 2415,84 3531,21 3715,08 4276,14

Desember 1355,41 2534,36 3703,51 3821,99 4316,69 Sumber : IDX Statistik, berbagai tahun terbit

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai indeks harga saham

gabungan (IHSG) tertinggi terdapat pada bulan Oktober 2012 yakni

sebesar 4350,29. Sedangkan nilai indeks harga saham gabungan

(IHSG) terendah terjadi pada bulan November 2008 yakni sebesar

1241,54. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa indeks harga

saham gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif tiap bulannya. Untuk

lebih jelas melihat pergerakan indeks indeks harga saham gabungan

(IHSG) maka dapat di lihat dari grafik indeks harga saham gabungan

(IHSG) periode 2008 sampai dengan 2012 berikut :

80

Gambar 4.6

Grafik Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Sumber : IDX Statistic, berbagai tahun terbit.

Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa IHSG mengalami tren

naik. Namun pada akhir tahun 2008 sampai awal 2009 mengalami

penurunan yang cukup signifikan. Hali ini dikarenakan pada tahun

2008 di Amerika terjadi krisis ekonomi yang pada akhirnya

berdampak pada perekonomian di negara-negara berkembang, tidak

terkecuali di Indonesia. Krisis yang terjadi di tahun 2008,

melemahnya bursa Amerika ditambah goncangan dari harga minyak

dunia yang melonjak semakin memperparah penurunan IHSG. Tahun

2008 menjadi antiklimaks bagi indeks harga saham gabungan (IHSG)

Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah enam tahun berturut-turut dalam

tren menguat. Kejatuhan IHSG tidak lepas dari memburuknya kinerja

bursa saham di dunia akibat resesi global. gejala pelemahan pasar

0,00

500,00

1000,00

1500,00

2000,00

2500,00

3000,00

3500,00

4000,00

4500,00

5000,00

Jan

-08

Mei

-08

Sep

-08

Jan

-09

Mei

-09

Sep

-09

Jan

-10

Mei

-10

Sep

-10

Jan

-11

Mei

-11

Sep

-11

Jan

-12

Mei

-12

Sep

-12

IHSG

IHSG

81

modal mulai terlihat dari berlanjutnya imbas krisis yang mencapai

puncak pada pertengahan September 2008.

Tabel 4.7

Tabel Jakarta Islamic Indeks (JII)

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 476,97 213,63 427,68 477,51 562,54

Februari 508,95 214,12 413,73 496,87 566,75

Maret 448,42 236,79 433,67 514,92 584,06

April 428,09 279,87 474,80 528,76 575,09

Mei 441,66 307,14 444,60 531,38 525,05

Juni 430,29 321,46 473,79 536,04 544,19

Juli 387,81 385,22 483,32 567,12 573,73

Agustus 356,10 380,66 473,79 529,16 569,94

September 286,39 401,53 526,52 492,30 600,84

Oktober 193,68 383,67 540,29 530,19 619,27

November 195,69 397,89 508,78 520,49 588,78

Desember 216,19 417,18 532,90 537,03 594,79 Sumber : IDX Statistic, berbagai tahun terbit.

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai indeks Jakarta Islamic

Indeks (JII) tertinggi terdapat pada bulan Oktober 2012 yakni sebesar

619,27. Sedangkan nilai Jakarta Islamic Indeks (JII) terendah terjadi

pada bulan Oktober 2008 yakni sebesar 193,68. Dari tabel tersebut

juga dapat dilihat bahwa indeks Jakarta Islamic Indeks (JII) bergerak

fluktuatif tiap bulannya. Untuk lebih jelas melihat pergerakan Jakarta

Islamic Indeks (JII) maka dapat di lihat dari grafik indeks Jakarta

Islamic Indeks (JII) periode 2008 sampai dengan 2012 berikut :

82

Gambar 4.7

Grafik Pergerakan Indeks Jakarta Islamic Indeks (JII)

Sumber : IDX Statistic, berbagai tahun terbit.

Pada bulan Oktober 2008, krisis global semakin meperburuk

kondisi bursa regional Asia yang akhirnya berdampak terhadap JII.

Kekacauan di Bursa Efek Indonesia terjadi karena aksi jual investor

asing yang terus berlanjut yang dampaknya penutupan sementara

(suspensi) bursa pada 8 Oktober 2008, hal ini dikarenakan jumlah

saham yang diperdagangkan tidak terlalu banyak tapi harga saham

terus turun. Namun, pada akhir bulan Oktober 2008 terlihat bursa

kembali menguat ini dipicu oleh maraknya aksi beli saham oleh

investor yang memanfaatkan kesempatan sebelum dilakukan

pemotongan tingkat suku bunga oleh The Federal Reserved Bank

(AS).

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

Jan

-08

Mei

-08

Sep

-08

Jan

-09

Mei

-09

Sep

-09

Jan

-10

Mei

-10

Sep

-10

Jan

-11

Mei

-11

Sep

-11

Jan

-12

Mei

-12

Sep

-12

JII

JII

83

Tabel 4.8

Tabel Indeks LQ45

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 564,32 262,56 510,45 597,85 692,16

Februari 590,77 249,01 496,03 614,02 692,77

Maret 525,41 283,08 539,80 659,05 712,55

April 493,46 341,73 573,37 680,63 711,38

Mei 518,36 373,07 543,59 682,25 645,69

Juni 495,17 392,12 566,10 690,65 674,79

Juli 481,30 454,42 589,93 729,84 712,77

Agustus 449,66 456,27 581,31 676,26 695,53

September 369,14 483,96 651,93 622,64 731,77

Oktober 241,35 464,20 673,42 675,57 751,12

November 241,50 476,26 638,08 656,41 726,81

Desember 270,23 498,29 661,38 673,51 735,04 Sumber : IDX Statistic, berbagai tahun terbit.

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai indeks LQ45 tertinggi

terdapat pada bulan Oktober 2012 yakni sebesar 751,12. Sedangkan

nilai indeks LQ45 terendah terjadi pada bulan Oktober 2008 yakni

sebesar 241,35. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa indeks

LQ45 bergerak fluktuatif tiap bulannya. Untuk lebih jelas melihat

pergerakan indeks indeks LQ45 maka dapat di lihat dari grafik indeks

LQ45 periode 2008 sampai dengan 2012 berikut :

84

Gambar 4.8

Grafik Pergerakan Indeks LQ45

Sumber : IDX Statistic, berbagai tahun terbit.

Sama seperti IHSG, indeks LQ45 juga mengalami sentimen

negatif pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009. Selain dari

dampak dari sentimen negatif bursa Asia yang mengakibatkan indeks

LQ45 tak luput di terpa penurunan pula, penyebab lainny adalah

perlambatan pertumbuhan perekonomian dan kembali menguatnya

harga minyak dunia. Hingga pada awal tahun 2009 indeks LQ45

masih mengalami penurunan. Memasuki periode pertengahan tahun

2009 indeks LQ45 mulai menunjukan tren positif, dimana mulai ada

peningkatan angka di indeks LQ45. Dan hingga saat ini pergerakan

indeks LQ45 masih bergerak fluktuatif cenderung naik.

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

800,00

Jan

-08

Jun

-08

No

p-0

8

Ap

r-0

9

Sep

-09

Feb

-10

Jul-

10

Des

-10

Mei

-11

Okt

-11

Mar

-12

Agu

st-1

2

LQ45

LQ45

85

Tabel 4.9

Tabel Indeks Kompas 100

Periode 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 661,51 323,85 628,29 782,23 891,16

Februari 688,40 302,24 610,83 802,32 897,49

Maret 614,93 349,00 668,75 851,88 927,44

April 575,54 421,40 715,67 880,53 932,14

Mei 606,13 463,81 675,34 881,25 841,57

Juni 579,06 490,20 701,91 894,91 874,45

Juli 565,23 565,62 735,15 942,95 919,66

Agustus 531,44 566,92 731,89 872,31 895,84

September 443,96 602,41 835,41 802,72 945,09

Oktober 299,44 574,02 853,36 864,11 967,54

November 299,18 587,42 820,08 840,10 941,71

Desember 330,86 612,45 860,70 865,20 946,27

Sumber : IDX Statistic, berbagai tahun terbit.

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai indeks Kompas100

tertinggi terdapat pada bulan Oktober 2012 yakni sebesar 967,53.

Sedangkan nilai indeks Kompas100 terendah terjadi pada bulan

November 2008 yakni sebesar 299,18. Dari tabel tersebut juga dapat

dilihat bahwa indeks Kompas100 bergerak fluktuatif tiap bulannya.

Untuk lebih jelas melihat pergerakan indeks indeks Kompas100 maka

dapat di lihat dari grafik indeks Kompas100 periode 2008 sampai

dengan 2012 berikut :

86

Gambar 4.9

Grafik Pergerakan Indeks Kompas 100

Sumber : IDX Statistic, berbagai tahun terbit

Bulan September 2008, bursa Asia anjlok dikarenakan dampak

dari bangkrutnya Lehman Brothers, bank investasi terbesar di dunia.

Hal ini membuat terguncangnya bursa global dikarenakan akan

mengancam sistem keuangan global. Di Indonesia, Kompas 100 ikut

terpuruk karena adanya panic selling investor. Kondisi yang tidak

menentu berpengaruh sampai awal Desember, mejelang pertengahan

Desember kondisi Keuangan global perlahan membaik, ditandai oleh

pergerakan sebagian bursa regional karena pangaruh sentimen positif

atas Wall Street. Januari 2009 pengaruh dari krisis yang menimpa

bursa global masih berdampak, ini terlihat dari anjloknya bursa Asia

sampai awal Januari. Pada Maret 2009 indeks Kompas 100 kembali

menguat dan berdampak pada menguatnya bursa di Indonesia.

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1000,00

1200,00

Jan

-08

Jun

-08

No

p-0

8

Ap

r-0

9

Sep

-09

Feb

-10

Jul-

10

Des

-10

Mei

-11

Okt

-11

Mar

-12

Agu

st-1

2

Kompas100

Kompas100

87

2. Analisis Statistik

Dalam bab ini penulis menganalisis data yang telah terkumpul.

Data yang telah dikumpulkan tersebut berupa data IHSG, JII, LQ45

dan Kompas 100 dari perusahaan yang listing di Bursa Efek

Indonesia tahun 2008 sampai tahun 2012 dan juga berupa data

makro ekonomi (Kurs dan BI Rate) serta indeks bursa internasional

(Indeks DJIA, HSI, Nikkei225) periode 2008 sampai 2012. Hasil

pengolahan data berupa informasi untuk menganalisis apakah Kurs,

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), Indeks DJIA, HSI

dan Nikkei225 memiliki pengaruh terhadap IHSG, JII, Indeks LQ45

dan Kompas100 serta berapa besar pengaruhnya.

2.1 Uji Normalitas

Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus

dilakukan adalah screening terhadap data yang akan diolah.

Salah satu asumsi penggunaan uji statistik parametrik adalah

asumsi normality. Asumsi normalitas merupakan asumsi bahwa

setiap variabel dan semua kombinasi linier dari variabel

berdistribusi normal. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai

residual dari analisis juga berdistribusi normal dan independen.

(Ghazali, 2012:29).

88

Tabel 4.10

Uji Normalitas IHSG

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.85846164E2

Most Extreme Differences Absolute .070

Positive .057

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z .543

Asymp. Sig. (2-tailed) .930

a. Test distribution is Normal.

Sumber : data diolah

Dari tabel 4.10 di dapat besarnya nilai Kolmogorov-

Smirnov adalah sebesar 0,543 dengan tingkat signifikan pada

0,930 hal ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual

terdistribusi normal.

Gambar 4.10

Grafik P-P Plot Terhadap Variabel IHSG

89

Berdasarkan Gambar 4.10 di atas, terlihat bahwa penyebaran

data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 4.11

Uji Normalitas JII

D

ari tabel 4.11 di dapat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov

adalah sebesar 0,608 dengan tingkat signifikan pada 0,854 hal

ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual

terdistribusi normal.

Gambar 4.11

Grafik P-P Plot Terhadap Variabel JII

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 26.47536180

Most Extreme Differences Absolute .078

Positive .078

Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z .608

Asymp. Sig. (2-tailed) .854

a. Test distribution is Normal.

Sumber : data diolah

90

Berdasarkan Gambar 4.11 di atas, terlihat bahwa

penyebaran data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data

berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

Tabel 4.12

Uji Normalitas LQ45

Sumber : data diolah

Dari tabel 4.12 di dapat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov

adalah sebesar 0,711 dengan tingkat signifikan pada 0,693 hal

ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual

terdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 30.61795016

Most Extreme Differences

Absolute .092

Positive .050

Negative -.092

Kolmogorov-Smirnov Z .711

Asymp. Sig. (2-tailed) .693

a. Test distribution is Normal.

91

Gambar 4.12

Grafik P-P Plot Terhadap Variabel LQ45

Berdasarkan Gambar 4.12 di atas, terlihat bahwa

penyebaran data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data

berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

Tabel 4.13

Uji Normalitas Kompas100

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 39.44027301

Most Extreme Differences Absolute .090

Positive .051

Negative -.090

Kolmogorov-Smirnov Z .696

Asymp. Sig. (2-tailed) .719

a. Test distribution is Normal.

92

Dari tabel 4.13 di dapat besarnya nilai Kolmogorov-

Smirnov adalah sebesar 0,696 dengan tingkat signifikan pada

0,719 hal ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual

terdistribusi normal.

Gambar 4.13

Grafik P-P Plot Terhadap Variabel Kompas 100

Berdasarkan Gambar 4.13 di atas, terlihat bahwa penyebaran

data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2.2 Uji Heteroskedastisitas

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu asumsi yang harus

dipenuhi agar taksiran parameter dalam model regresi bersifat

BLUE (Best linier Unbias Estimator) maka var (u1) harus sama

dengan σ2 (konsatan), atau dengan kata lain , semua residual

atau error mempunyai varian yang sama. Kondisi ini disebut

dengan homoekedastisitas. Sedangkan bila varian tidak

konsisten atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas.

93

(Nachrowi & Usman, 2006:109). Data yang baik adalah data

yang homoskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas

terdapat berbagai macam cara, dan yang akan dipakai dalam

penelitian ini adalah uji Glejser.

Tabel 4.14

Uji Heteroskedastisitas terhadap variabel IHSG Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.189 4.093 1.512 .144

KURS .000 .000 -.374 -1.022 .317

BI_RATE -10.798 22.054 -.187 -.490 .629

DJIA -4.133E-5 .000 -.110 -.330 .744

HSI .000 .000 -.743 -1.350 .189

N225 .000 .000 .419 .862 .397

a. Dependent Variable: AbsUt

Sumber : data diolah

Dalam tabel 4.14 dapat di lihat hasil tampilan output SPSS

dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen nilai AbsUt (IHSG). Hal ini terlihat dari

probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi

dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas (homoskedastisitas).

94

Gambar 4.14

Scatter Plot Terhadap Variabel IHSG

Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar

4.14 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas

maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized

Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji

heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada

model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

Tabel 4.15

Uji Heteroekedastisitas terhadap variabel JII

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .038 .078 .482 .632

KURS -2.460E-6 .000 -.118 -.474 .637 .275 3.641

BI_RATE .393 .340 .273 1.157 .253 .306 3.271

DJIA -2.648E-8 .000 -.003 -.013 .990 .441 2.270

HSI -1.076E-6 .000 -.187 -.549 .586 .146 6.847

N225 4.003E-7 .000 .036 .130 .897 .225 4.439

a. Dependent Variable: Absut

Sumber : Data diolah

95

Dalam tabel 4.15 dapat di lihat hasil tampilan output

SPSS dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun

variabel independen yang signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen nilai AbsUt (JII). Hal ini

terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat

kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas (homoskedastisitas).

Gambar 4.15

Scatter Plot Terhadap Variabel JII

Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar

4.15 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas

maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized

Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji

heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada

model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

96

Tabel 4.16

Uji Heteroskedastisitas terhadap variabel LQ45

D

D

alam tabel 4.16 dapat di lihat hasil tampilan output SPSS

dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen nilai AbsUt (LQ45). Hal ini terlihat dari

probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi

dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas (homoskedastisitas).

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e VIF

1 (Constant) -.008 .071 -.109 .914

KURS 5.226E-8 .000 .003 .011 .991 .275 3.641

BI_RATE .524 .309 .408 1.698 .095 .306 3.271

DJIA 8.951E-7 .000 .097 .484 .630 .441 2.270

HSI 8.888E-7 .000 .173 .499 .620 .146 6.847

N225 -3.453E-6 .000 -.344 -1.230 .224 .225 4.439

a. Dependent Variable: Absut

Sumber : data diolah

97

Gambar 4.16

Scatter Plot Terhadap Variabel LQ45

Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar

4.16 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas

maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized

Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji

heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada

model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

98

Tabel 4.17

Uji Heteroskedastisitas terhadap variabel Kompas100

Sumber : data diolah

Dalam tabel 4.17 dapat di lihat hasil tampilan output

SPSS dengan jela menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen nilai AbsUt (Kompas100). Hal ini terlihat

dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.

Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas (homoskedastisitas).

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .046 .069 .669 .507

KURS -2.601E-6 .000 -.146 -.573 .569 .275 3.641

BI_RATE .371 .297 .302 1.249 .217 .306 3.271

DJIA -1.199E-6 .000 -.136 -.673 .504 .441 2.270

HSI 1.007E-6 .000 .205 .587 .560 .146 6.847

N225 -3.231E-6 .000 -.337 -1.196 .237 .225 4.439

a. Dependent Variable: Absut

99

Gambar 4.17

Scatter Plot Terhadap Variabel Kompas 100

Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar

4.17 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas

maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized

Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji

heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada

model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

2.3 Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi regresi linier adalah tidak terdapatnya

autokorelasi. Autokorelasi ialah korelasi antara sesama urutan

pengamatan dari waktu ke waktu. Ada beberapa alasan mengapa

autokorelasi terjadi yaitu (Rodoni, 2005: 86) :

100

Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk kedalam

variabel-variabel X yang terus menerus sehingga sesuatu

akan terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai pada variabel-

variabel X-nya.

Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel X

lain yang tidak dimasukkan pada model.

Bentuk fungsi yang salah.

Adanya lags (tenggang waktu).

Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.

Untuk memeriksa adaya autokorelasi, biasanya dipakai uji

Durbin-Watson dengan hipotesis seperti di bawah ini:

Tabel 4.18

Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin

Watson

Tolak

H0,

berarti

ada

autokore

lasi

positif

Tidak

dapat

diputus

kan

Tidak menolak H0,

berarti tidak ada

autokorelasi

Tidak

dapat

diputus

kan

Tolak

H0,

berarti

ada

autokorel

asi

negatif

0 dL dU 2 4-dU 4-dL

1,408 1,767 2,233 2,592

Dengan hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada Autokorelasi

Ha : Ada autokorelasi

101

Tabel 4.19

Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .980a .960 .957 194.25971 .919

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: IHSG Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson

sebesar 0.919. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel

dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 60

(n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di dapat nilai

dL = 1.408 dan nilai dU = 1.767. oleh karena nilai DW 0.919

lebih kecil dari batas dL, maka dapat disimpulkan bahwa ada

autokorelasi positif.

Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard

error (SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga

diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari

nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi

dengan metode Theil-Nagar d

ρ = n2 (1 – d/2) + k

2 = (60)

2 (1 – 0,915/2) + (5)

2 = 0,5532

n2 – k

2 (60)

2 – (5)

2

Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam

model persamaan dan hasil output setelah dilakukan

pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut :

102

Tabel 4.20

Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .954a .911 .902 .05449 1.878

a. Predictors: (Constant), LN_N225Iit@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@, LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_IHSGit@ Sumber : data diolah

Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin

Watson sebesar 1.878 nilai ini lebih besar dari batas atas (dU)

1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 (4 - dU ), maka H0 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4.21

Uji Autokorelasi Terhadap Variabel JII

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .973a .946 .941 27.67394 .898

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: JII

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson

sebesar 0.898. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel

dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 60

(n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di dapat nilai

dL = 1.408 dan nilai dU = 1.767. Oleh karena nilai DW 0.898

103

lebih kecil dari batas dL, maka dapat disimpulkan bahwa ada

autokorelasi positif.

Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard

error (SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga

diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari

nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi

dengan metode Theil-Nagar d :

ρ = n2 (1 – d/2) + k

2 = (60)

2 (1 – 0,771/2) + (5)

2 = 0,6258

n2 – k

2 (60)

2 – (5)

2

Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam

model persamaan dan hasil output setelah dilakukan

pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut :

Tabel 4.22

Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel JII Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .924a .853 .839 .05414 2.036

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@, LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_JIIit@ Sumber : data diolah

Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin

Watson sebesar 2.036 nilai ini lebih besar dari batas atas (dU)

1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 (4 - dU ), maka H0 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

104

Tabel 4.23

Uji Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .977a .955 .951 32.00407 .926

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: LQ45

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson

sebesar 0.926. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel

dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 60

(n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di dapat nilai

dL = 1.408 dan nilai dU = 1.767. oleh karena nilai DW 0.919

lebih kecil dari batas dL, maka dapat disimpulkan bahwa ada

autokorelasi positif.

Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard

error (SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga

diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari

nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi

dengan metode Theil-Nagar d

ρ = n2 (1 – d/2) + k

2 = (60)

2 (1 – 0,5895/2) + (5)

2 = 0,6006

n2 – k

2 (60)

2 – (5)

2

Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam

model persamaan dan hasil output setelah dilakukan

pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut :

105

Tabel 4.24

Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .945a .892 .882 .04945 1.980

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@, LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_LQ45it@

Sumber : data diolah

Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin

Watson sebesar 1.980 nilai ini lebih besar dari batas atas (dU)

1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 (4 - dU ), maka H0 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4.25

Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas 100

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson

sebesar 0.983. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel

dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 60

(n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di dapat nilai

dL = 1.408 dan nilai dU = 1.767. oleh karena nilai DW 0.919

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .980a .960 .956 41.22579 .983

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: KOMPAS100

106

lebih kecil dari batas dL, maka dapat disimpulkan bahwa ada

autokorelasi positif.

Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard

error (SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga

diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari

nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi

dengan metode Theil-Nagar d

ρ = n2 (1 – d/2) + k

2 = (60)

2 (1 – 0,894/2) + (5)

2 = 0,5639

n2 – k

2 (60)

2 – (5)

2

Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam

model persamaan dan hasil output setelah dilakukan

pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut :

Tabel 4.26

Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas100

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .955a .912 .904 .04987 1.978

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@, LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_KOMPAS100it@

Sumber : Data diolah

Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin

Watson sebesar 1.978 nilai ini lebih besar dari batas atas (dU)

1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 (4 - dU ), maka H0 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

107

2.4 Uji Multikolinieritas

Asumsi model regresi berganda yang harus dipenuhi

selanjutnya adalah bahwa dalam model persamaan regresi tidak

terjadi korelasi yang signifikan antar variabel bebasnya. Dalam

stastistika, tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas

adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel

independen.

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan

setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas

variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai

tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. (Ghazali,

2012:105)

Tabel 4.27

Uji Multikolinieritas Terhadap IHSG

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

Sumber : Data diolah

108

Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel

independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan

memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari

10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah

multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi.

Tabel 4.28

Uji Multikolinieritas Terhadap JII

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

Sumber : Data diolah

Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel

independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan

memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari

10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah

multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi.

Tabel 4.29

Uji Multikolinieritas Terhadap LQ45

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

Sumber : Data diolah

109

Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel

independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan

memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari

10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah

multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi.

Tabel 4.30

Uji Multikolinieritas Terhadap Kompas100

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

Sumber : Data diolah

Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel

independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan

memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari

10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah

multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi.

3. Uji Hipotesis

3.1 Uji Statistik Persamaan i (IHSG)

Uji F Simultan

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

110

dependen. Pengambilan keputusan dilakukan dengan

membandingkan nilai signifikansinya dengan level signifikansi

sebesar 0,05. Jika sig>0.05, maka H0 diterima dan jika sig <0.05

maka H0 ditolak. Selain itu juga dapat membandingkan nilai F

hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F

hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0 ditolak dan

menerima Ha.

Tabel 4.31

Uji F Terhadap Variabel IHSG ANOVA

b

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 49460908,118 5 9892181,624 262,136 ,000a

Residual 2037788,997 54 37736,833 Total 51498697,115 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: IHSG Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel 4.31, nilai F hasil perhitungan sebesar

262,163 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) dan nilai F tabel

sebesar 2,39 (df,k (n-k-1) 5, (60-5-1= 54, α = 0.05), sehingga F

hitung > F tabel (262,163 > 2,39), maka H0 ditolak atau Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa Kurs, BI Rate, Indeks DJIA,

Indeks HSI, Indeks Nikkei225 secara bersama-sama

berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

111

Uji t Parsial

Tabel 4.32

Uji t Terhadap Variabel IHSG

Sumber : data diolah

a) Uji Terhadap Variabel Kurs

Hasil yang didapat pada tabel 4.32 di atas, variabel Kurs

menunjukkan nilai lebih sebesar 0,000 lebih kecil dari α (0,000

< 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel kurs = -3,977 dan t

tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α = 0,05),

sehingga t hitung > t tabel (3,977 > 2,00488). Maka H0 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Kurs berpengaruh

negatif terhadap IHSG.

b) Uji Terhadap Variabel BI Rate

Hasil yang didapat pada tabel 4.32 di atas, variabel BI Rate

menunjukkan hasil yang signifikan ada nilai 0,000 lebih kecil

dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel BI Rate

= -6,075 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

0,05), sehingga t hitung > t tabel (6,075 > 2,00488). Maka H0

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4527,534 885,748 5,112 ,000 KURS -,235 ,059 -,205 -3,977 ,000 ,276 3,626

BI_RATE -23522,023 3872,209 -,302 -6,075 ,000 ,297 3,367

DJIA ,330 ,023 ,584 14,343 ,000 ,442 2,262

HSI ,023 ,022 ,075 1,044 ,301 ,144 6,965

N225 -,193 ,035 -,328 -5,547 ,000 ,210 4,765

a. Dependent Variable: IHSG

112

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BI Rate

berpengaruh negatif terhadap IHSG.

c) Uji Terhadap Variabel Indeks DJIA

Hasil yang didapat pada tabel 4.32 di atas, variabel Indeks DJIA

menunjukan nilai 0,000 lebih kecil dari α (0,000 < 0,05).

Sedangkan nilai t hitung variabel indeks DJIA = 14,343 dan t

tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α = 0,05),

sehingga t hitung > t tabel 14,343 > 2,00488). Maka H0 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Indeks DJIA

berpengaruh positif terhadap IHSG.

d) Uji Terhadap Variabel Indeks HangSeng

Hasil yang didapat pada tabel 4.32 di atas, variabel Indeks

HangSeng menunjukkan 0,301 nilai lebih besar dari α (0,301 >

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel indeks HSI = 1,340 dan

t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α = 0,05),

sehingga t hitung < t tabel (1,044 < 2,00488). Maka H0 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Indeks HangSeng

tidak berpengaruh terhadap JII.

e) Uji Terhadap Variabel Indeks Nikkei 225

Hasil yang didapat pada tabel 4.32 di atas, variabel Indeks

Nikkei225 menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α (0,000 <

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel indeks Nikkei225 = -

5,547 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

113

0,05), sehingga t hitung > t tabel (5,547 > 2,00488). Maka H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Indeks

Nikkei225 berpengaruh negatif terhadap IHSG.

Berdasarkan tabel 4.32 dapat diperoleh model persamaan

regresi sebagai berikut:

Adapun interpretasi terhadap model regresi tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Apabila kurs, BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 bernilai 0, maka nilai IHSG adalah

4527,53.

2) Kurs = -0,235 maksudnya adalah jika setiap kenaikan

kurs sebesar 1000 (BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan IHSG

turun sebesar 0,235.

3) BI Rate = -23522,02 maksudnya adalah jika setiap

kenaikan BI Rate 1% (kurs, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan IHSG

turun sebesar 23522,02.

4) Indeks DJIA = 0,330 maksudnya adalah jika setiap

indeks DJIA naik 1000 (kurs, BI Rate, indeks HSI dan

IHSG= 4527,53 – 0,23kurs – 23522,02BI Rate + 0,330DJIA – 0,193N225

114

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan IHSG

naik sebesar 0,330.

5) Indeks Nikkei225 = -0,193 maksudnya adalah jika setiap

indeks Nikkei225 naik 1000 (kurs, BI Rate, indeks DJIA,

indeks HSI tetap) maka akan menyebabkan IHSG turun

sebesar 0,193.

Uji Adjusted R Square (R2)

Tabel 4.33

Uji Adjusted R2

terhadap Variabel IHSG

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,957 atau

sebesar 95,7%. Dapat disimpulkan bahwa Variabel indeks harga

saham gabungan dapat dijelaskan oleh variabel kurs Rupiah

terhadap Dolar, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI dan Indeks

Nikkei225 sebesar 95,7%. Sedangkan sisanya 4,3% (100% -

95,7%) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang

tidak dimasukkan kedalam penelitian seperti inflasi, Produk

Domestik Bruto (PDB), indeks Malaysia, indeks NYSE dan

lain-lain. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukan

angka sebesar 0,980 yang menandakan bahwa hubungan antara

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .980a .960 .957 194.25971

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: IHSG

Sumber : data diolah

115

variabel independen dan variabel dependen adalah kuat karena

memiliki nilai lebih dari 0,5 (0,980 > 0,5).

3.2 Uji Statistik persamaan ii (JII)

Uji F Simultan

Tabel 4.34

Uji F Terhadap Variabel JII

ANOVAb

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 723124,364 5 144624,873 188,843 ,000a

Residual 41355,742 54 765,847 Total 764480,106 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: JII Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel 4.34, nilai F hasil perhitungan sebesar

188,843 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) dan nilai F tabel

sebesar 2,39 (df,k (n-k-1) 5, (60-5-1= 54, α = 0.05), sehingga F

hitung > F tabel (188,843 > 2,39), maka H0 ditolak atau Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa Kurs, BI Rate, Indeks DJIA,

Indeks HSI, Indeks Nikkei225 secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII).

116

Uji t Parsial

Tabel 4.35

Uji t Terhadap Variabel JII Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e VIF

1 (Constant) 548,357 126,182 4,346 ,000

KURS -,028 ,008 -,202 -3,359 ,001 ,276 3,626

BI_RATE -3565,134 551,629 -,375 -6,463 ,000 ,297 3,367

DJIA ,034 ,003 ,501 10,521 ,000 ,442 2,262

HSI ,004 ,003 ,112 1,340 ,186 ,144 6,965

N225 -,007 ,005 -,097 -1,406 ,165 ,210 4,765

a. Dependent Variable: JII Sumber : data diolah

a) Uji Terhadap Variabel Kurs

Hasil yang didapat pada tabel 4.35 di atas, variabel Kurs

menunjukkan nilai 0,001 lebih kecil dari α (0,001 <

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel kurs = -3,359

dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

0,05), sehingga t hitung > t tabel (3,359 > 2,00488).

Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Kurs berpengaruh negatif terhadap JII.

b) Uji Terhadap Variabel BI Rate

Hasil yang didapat pada tabel 4.35 di atas, variabel BI

Rate menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α (0,000 <

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel BI Rate = -6,463

dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

0,05), sehingga t hitung > t tabel (6,463 > 2,00488).

117

Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel BI Rate berpengaruh negatif terhadap JII.

c) Uji Terhadap Variabel Indeks DJIA

Hasil yang didapat pada tabel 4.35 di atas, variabel

Indeks DJIA menunjukkan 0,000 nilai lebih kecil dari α

(0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel indeks

DJIA = 10,521 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1)

60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel

(10,521 > 2,00488). Maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Indeks DJIA berpengaruh

positif terhadap JII.

d) Uji Terhadap Variabel Indeks HangSeng

Hasil yang didapat pada tabel 4.35 di atas, variabel

Indeks HangSeng menunjukkan 0,186 nilai lebih besar

dari α (0,186 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel

indeks HSI = 1,340 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-

1) 60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel

(1,340 < 2,00488). Maka H0 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Indeks HangSeng tidak

berpengaruh terhadap JII.

e) Uji Terhadap Variabel Indeks Nikkei 225

Hasil yang didapat pada tabel 4.35 di atas, variabel

Indeks Nikkei225 menunjukkan 0,165 nilai lebih besar

118

dari α (0,165 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel

indeks Nikkei 225 = -1,406 dan t tabel sebesar 2,00488

(df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung < t

tabel (1,406 < 2,00488). Maka H0 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel Indeks Nikkei 225

tidak berpengaruh terhadap JII.

Berdasarkan tabel 4.35 dapat diperoleh model persamaan

regresi sebagai berikut:

Adapun interpretasi terhadap model regresi tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Apabila kurs, BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 bernilai 0 maka JII sebesar 548,36.

2) Kurs = -0,28 maksudnya adalah jika setiap kenaikan

kurs sebesar 1000 (BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan JII

turun sebesar 0,28.

3) BI Rate = -3565,13 maksudnya adalah jika setiap BI

Rate sebear 1% (kurs, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan JII

turun sebesar 3565,13.

JII= 548,36 – 0,28kurs– 3565,13BI Rate + 0,034DJIA

119

4) Indeks DJIA = 0,034 maksudnya adalah jika setiap

indeks DJIA naik 1000 (kurs, BI Rate, indeks HSI, dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan JII

naik sebesar 0,034.

Uji Adjusted R Square (R2)

Tabel 4.36

Uji Adjusted R2

terhadap Variabel JII

S

umber : data diolah

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,941 atau

sebesar 94,1%. Dapat disimpulkan bahwa Variabel Jakarta

islamic indeks (JII) dapat dijelaskan oleh variabel kurs Rupiah

terhadap Dolar, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI dan Indeks

Nikkei225 sebesar 94,1%. Sedangkan sisanya 5,9% (100% -

94,1%) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang

tidak dimasukkan kedalam penelitian seperti inflasi, Produk

Domestik Bruto (PDB), indeks Malaysia, indeks NYSE dan

lain-lain. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukan

angka sebesar 0,973 yang menandakan bahwa hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen adalah kuat karena

memiliki nilai lebih dari 0,5 (0,973 > 0,5).

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .973a .946 .941 27.67394

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HIS

b. Dependent Variable: JII

120

3.3 Uji Statistik persamaan iii (LQ45)

Uji F Simultan

Tabel 4.37

Uji F Terhadap Variabel LQ45 ANOVA

b

Model Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

1 Regression 1175903,192 5 235180,638 229,610 ,000a

Residual 55310,073 54 1024,261 Total 1231213,265 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HIS

b. Dependent Variable: LQ45 Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel 4.37, nilai F hasil perhitungan sebesar

229,610 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) dan nilai F tabel

sebesar 2,39 (df,k (n-k-1) 5, (60-5-1= 54, α = 0.05), sehingga F

hitung > F tabel (229,610 > 2,39), maka H0 ditolak atau Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa Kurs, BI Rate, Indeks DJIA,

Indeks HSI, Indeks Nikkei225 secara bersama-sama

berpengaruh terhadap indeks LQ45.

121

Uji t Parsial

Tabel 4.38

Uji t Terhadap Variabel LQ45

S Sumber : data diolah

a) Uji Terhadap Variabel Kurs

Hasil yang didapat pada tabel 4.38 di atas, variabel Kurs

menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α (0,000 <

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel kurs = -5,058

dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

0,05), sehingga t hitung > t tabel (5,058 > 2,00488).

Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Kurs berpengaruh negatif terhadap LQ45.

b) Uji Terhadap Variabel BI Rate

Hasil yang didapat pada tabel 4.38 di atas, variabel BI

Rate menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α (0,000 <

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel BI Rate = -5,515

dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

0,05), sehingga t hitung > t tabel (5,515 > 2,00488).

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

831,491 145,926 5,698 ,000

KURS -,049 ,010 -,278 -5,058 ,000 ,276 3,626

BI_RATE -3518,231 637,942 -,292 -5,515 ,000 ,297 3,367

DJIA ,045 ,004 ,510 11,755 ,000 ,442 2,262

HSI ,006 ,004 ,115 1,515 ,136 ,144 6,965

N225 -,019 ,006 -,211 -3,354 ,001 ,210 4,765

a. Dependent Variable: LQ45

122

Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel BI Rate berpengaruh negatif terhadap LQ45.

c) Uji Terhadap Variabel Indeks DJIA

Hasil yang didapat pada tabel 4.38 di atas, variabel

Indeks DJIA menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α

(0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel indeks

DJIA = 11,755 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1)

60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel

(11,755 > 2,00488). Maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Indeks DJIA berpengaruh

positif terhadap LQ45.

d) Uji Terhadap Variabel Indeks HangSeng

Hasil yang didapat pada tabel 4.38 di atas, variabel

Indeks HangSeng menunjukkan nilai 0,136 lebih besar

dari α (0,136 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel

indeks HSI = 1,515 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-

1) 60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel

(1,515 < 2,00488). Maka H0 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Indeks HangSeng tidak

berpengaruh terhadap LQ45.

e) Uji Terhadap Variabel Indeks Nikkei 225

Hasil yang didapat pada tabel 4.38 di atas, variabel

Indeks Nikkei225 menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil

123

dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel

indeks Nikkei225 = -3,354 dan t tabel sebesar 2,00488

(df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung > t

tabel (3,354 > 2,00488). Maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Indeks Nikkei225

berpengaruh negatif terhadap LQ45.

Berdasarkan tabel 4.38 dapat diperoleh model persamaan

regresi sebagai berikut:

Adapun interpretasi terhadap model regresi tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Apabila kurs, BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 bernilai 0, maka indeks LQ45 sebesar

831,49.

2) Kurs = -0,049 maksudnya adalah jika setiap kenaikan

kurs sebesar 1000 (BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI,

dan indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan

Indeks LQ45 turun sebesar 0,049.

3) BI Rate= -3518,23 maksudnya adalah jika setiap BI Rate

naik sebesar 1% (kurs, Indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan LQ45

turun sebesar 3518,23.

LQ45= 831,49 – 0,049kurs – 3518,23BI Rate + 0,045DJIA– 0,019N225

124

4) Indeks DJIA = 0,045 maksudnya adalah jika setiap

indeks DJIA sebesar 1000 (kurs, BI Rate, indeks HSI,

dan indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan

Indeks LQ45 naik sebesar 0,045.

5) Indeks Nikkei 225 = -0,019 maksudnya adalah jika

indeks nikkei225 naik 1000 (kurs, BI Rate, indeks DJIA

dan indeks HSI tetap) maka akan menyebabkan Indeks

LQ45 turun sebesar 0,019.

Uji Adjusted R Square (R2)

Tabel 4.39

Uji Adjusted R2

terhadap Variabel LQ45

Sumber : data diolah

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,951 atau

sebesar 95,1%. Dapat disimpulkan bahwa Variabel indeks LQ45

dapat dijelaskan oleh variabel kurs Rupiah terhadap Dolar, BI

Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI dan Indeks Nikkei225 sebesar

95,1%. Sedangkan sisanya 4,9% (100% - 95,1%) dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dimasukkan

kedalam penelitian seperti inflasi, Produk Domestik Bruto

(PDB), indeks Malaysia, indeks NYSE dan lain-lain. Adapun

angka koefisien korelasi (R) menunjukan angka sebesar 0,977

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .977a .955 .951 32.00407

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HIS

b. Dependent Variable: LQ45

125

yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen adalah kuat karena memiliki nilai lebih

dari 0,5 (0,977 > 0,5).

3.4 Uji Statistik persamaan iv (Kompas100)

Uji F Simultan

Tabel 4.40

Uji F Terhadap Variabel Kompas100

ANOVAb

Model Sum of Squares Df

Mean Square F Sig.

1 Regression 2192027,805 5 438405,561 257,951 ,000a

Residual 91776,573 54 1699,566 Total 2283804,378 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: KOMPAS100 Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel 4.28, nilai F hasil perhitungan sebesar

257,951 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) dan nilai F tabel

sebesar 2,39 (df,k (n-k-1) 5, (60-5-1= 54, α = 0.05), sehingga F

hitung > F tabel (257,951 > 2,39), maka H0 ditolak atau Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa Kurs, BI Rate, Indeks DJIA,

Indeks HSI, Indeks Nikkei225 secara bersama-sama

berpengaruh terhadap indeks Kompas100.

126

Uji t Parsial

Tabel 4.41

Uji t Terhadap Variabel Kompas100

a) Uji Terhadap Variabel Kurs

Hasil yang didapat pada tabel 4.41 di atas, variabel Kurs

menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α (0,000 <

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel kurs = -4,988

dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

0,05), sehingga t hitung > t tabel (4,988 > 2,00488).

Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Kurs berpengaruh negatif terhadap Kompas100.

b) Uji Terhadap Variabel BI Rate

Hasil yang didapat pada tabel 4.41 di atas, variabel BI

Rate menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α (0,000 <

0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel BI Rate = -5,764

dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α =

0,05), sehingga t hitung > t tabel (5,574 > 2,00488).

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1113,142 187,973 5,922 ,000

KURS -,063 ,013 -,259 -4,988 ,000 ,276 3,626

BI_RATE -4736,767 821,760 -,289 -5,764 ,000 ,297 3,367

DJIA ,061 ,005 ,516 12,586 ,000 ,442 2,262

HIS ,009 ,005 ,129 1,792 ,079 ,144 6,965

N225 -,037 ,007 -,300 -5,037 ,000 ,210 4,765

a. Dependent Variable: KOMPAS100

Sumber : data diolah

127

Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel BI Rate berpengaruh negative terhadap

Kompas100.

c) Uji Terhadap Variabel Indeks DJIA

Hasil yang didapat pada tabel 4.41 di atas, variabel

Indeks DJIA menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil dari α

(0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel indeks

DJIA = 12,586 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-1)

60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel

(12,586 > 2,00488). Maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Indeks DJIA berpengaruh

positif terhadap Kompas100.

d) Uji Terhadap Variabel Indeks HangSeng

Hasil yang didapat pada tabel 4.41 di atas, variabel

Indeks HangSeng menunjukkan nilai 0,079 lebih besar

dari α (0,079 > 0,05. Sedangkan nilai t hitung variabel

indeks HSI = 1,792 dan t tabel sebesar 2,00488 (df (n-k-

1) 60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel

(1,792 < 2,00488). Maka H0 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Indeks HangSeng tidak

berpengaruh terhadap Kompas100.

128

e) Uji Terhadap Variabel Indeks Nikkei 225

Hasil yang didapat pada tabel 4.41 di atas, variabel

Indeks Nikkei225 menunjukkan nilai 0,000 lebih kecil

dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung variabel

indeks Nikkei225 = -5,037 dan t tabel sebesar 2,00488

(df (n-k-1) 60-5-1 = 54, α = 0,05), sehingga t hitung > t

tabel (5,037 > 2,00488). Maka H0 ditolak sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel Indeks Nikkei225

berpengaruh negatif terhadap Kompas100.

Berdasarkan tabel 4.41 dapat diperoleh model persamaan

regresi sebagai berikut:

Adapun interpretasi terhadap model regresi tersebut adalah

1) Apabila kurs, BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 bernilai 0, maka indeks Kompas 100

adalah sebesar 1113,14.

2) Kurs = -0,063 maksudnya adalah jika setiap kenaikan

kurs sebesar 1000 (BI Rate, indeks DJIA, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan indeks

Kompas 100 turun sebesar 0,063.

3) BI Rate = -4736,77 maksudnya adalah jika setiap BI

Rate naik sebesar 1% (kurs, indeks DJIA, indeks HSI

Kompas100 = 1113,14 – 0,063kurs – 4736,77 BI Rate + 0,061DJIA– 0,037N225

129

dan indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan

indeks Kompas 100 turun sebesar 4736,77.

4) Indeks DJIA = 0,061 maksudnya adalah jika setiap

indeks DJIA sebesar 1000 (kurs, BI Rate, indeks HSI dan

indeks Nikkei225 tetap) maka akan menyebabkan indeks

Kompas 100 naik sebesar 0,061.

5) Indeks Nikkei225 = -0,037 maksudnya adalah jika setiap

indeks Nikkei225 naik sebesar 1000 (kurs, BI Rate,

indeks DJIA, dan indeks HSI tetap) maka akan

menyebabkan indeks Kompas 100 turun sebesar 0,037.

Uji Adjusted R Square (R2)

Tabel 4.42

Uji Adjusted R2

terhadap Variabel Kompas100

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .980a .960 .956 41.22579

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: KOMPAS100

Sumber : data diolah

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,956 atau

sebesar 95,6%. Dapat disimpulkan bahwa Variabel indeks

Kompas100 dapat dijelaskan oleh variabel kurs Rupiah terhadap

Dolar, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI dan Indeks Nikkei225

sebesar 95,6%. Sedangkan sisanya 4,4% (100% - 95,6%) dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dimasukkan

130

kedalam penelitian seperti inflasi, Produk Domestik Bruto

(PDB), indeks Malaysia, indeks NYSE dan lain-lain. Adapun

angka koefisien korelasi (R) menunjukan angka sebesar 0,980

yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen adalah kuat karena memiliki nilai lebih

dari 0,5 (0,980 > 0,5).

Tabel 4.43

Hasil Uji F, Uji t dan Adjusted R Square Semua Model Persamaan

Model Uji F

Simultan

α = 5%

Uji t

Parsial

α = 5%

Adjusted

R

Square

Konsisten

dengan

penelitian

i (IHSG) Sig =0.000

(0.000<0.05)

F hitung =

262,136

F tabel = 2,39

(F hitung > F

tabel)

Ho ditolak

Bepengaruh

bo =

4527,53

bkurs = -0,23

bBI Rate = -

23522,02

bDJIA =

0,330

bHSI =-0,23

bN225 =-

0,193

Sig kurs =

0,000 maka

Ho ditolak

Sig Bi

Rate =0,000

maka Ho

ditolak

Sig DJIA

=0,000

maka Ho

ditolak

Sig HSI

=0,301maka

Ho diterima

95,7% Kewal

(2012),

Oktaria

(2011),

dan

Nachrowi

dan

Usman

(2007).

131

Sig

Nikkei225

=0,000

maka Ho

ditolak

ii (JII) Sig =0.000

(0.000<0.05)

F hitung =

188,843

F tabel = 2,39

(F hitung > F

tabel)

Ho ditolak

Bepengaruh

bo = 548,36

bkurs = -0,28

bBI Rate = -

3565,13

bDJIA =

0,034

bHSI =-0,004

bN225 = -

0,007

Sig kurs =

0,001 maka

Ho ditolak

Sig Bi

Rate =0,000

maka Ho

ditolak

Sig DJIA

=0,000

maka Ho

ditolak

Sig HSI

=0,186

maka Ho

diterima

Sig

Nikkei225

=0,165

maka Ho

diterima

94,1% Kewal

(2012),

Wasriati

(2010)

dan Moh

Mansur

(2005).

iii (LQ45) Sig =0.000

(0.000<0.05)

F hitung =

229,610

F tabel = 2,39

bo = 831,49

bkurs = -

0,049

bBI Rate = -

3518,23

95,1% Sukono

dan

Indarto

(2012)

dan

132

(F hitung > F

tabel)

Ho ditolak

Bepengaruh

bDJIA =

0,045

bHSI =-0,006

bN225 = -

0,019

Sig kurs =

0,000 maka

Ho ditolak

Sig Bi

Rate =0,000

maka Ho

ditolak

Sig DJIA

=0,000

maka Ho

ditolak

Sig HSI

=0,136

maka Ho

diterima

Sig

Nikkei225

=0,001

maka Ho

ditolak

Prakarsa

dan

Kusuma

(2008).

iv

(Kompas100)

Sig =0.000

(0.000<0.05)

F hitung =

262,136

F tabel = 2,39

(F hitung > F

tabel)

Ho ditolak

Bepengaruh

bo =

1113,14

bkurs = -

0,063

bBI Rate = -

4736,77

bDJIA =

0,061

bHSI =-0,009

bN225 =

0,037

Sig kurs =

0,000 maka

95,6% Sukono

dan

Indarto

(2012)

dan

Prakarsa

dan

Kusuma

(2008).

133

Ho ditolak

Sig Bi

Rate =0,000

maka Ho

ditolak

Sig DJIA

=0,000

maka Ho

ditolak

Sig HSI

=0,079

maka Ho

diterima

Sig

Nikkei225

=0,000

maka Ho

ditolak

C. Interpretasi

Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap Dolar (Kurs) terhadap

Indeks-indeks di Bursa Efek di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat di

simpulkan bahwa nilai kurs rupiah terhadap dolar memiliki pengaruh

terhadap indeks-indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia seperti indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Indeks (JII), Indeks

LQ45 dan indeks Kompas100. Sedangkan pengaruh antara kurs dan

indeks-indeks tersebut adalah negatif. Hasil ini didukung oleh

134

penelitian kewal (2012), Oktaria (2011), Wasriati (2010) yang

menyatakan bahwa kurs berpengaruh dan memiliki pengaruh yang

negatif.

Pengaruh antara kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah,

artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi)

maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Hasil yang

diperoleh ini konsisten dengan teori, di mana menguatnya kurs rupiah

terhadap US $ merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang

mengalami inflasi. Menguatnya kurs rupiah terhadap US $ akan

menurunkan biaya produksi terutama biaya impor bahan baku dan akan

diikuti menurunnya tingkat bunga yang berlaku, hal ini akan

memberikan dampak positif pada laba perusahaan yang akhirnya

menaikkan pendapatan per lembar saham (EPS) dan pada akhirnya

investor akan semakin tertarik menginvestasikan uangnya di pasar

modal Indonesia. Dan pada akhirnya indeks-indeks di Bursa Efek

meningkat.

2. Pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap

Indeks-indeks di Bursa Efek di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap indeks-

indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia di dapat hasil bahwa BI Rate

memiliki berpengaruh terhadap indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia

dan pengaruh yang terjadi adalah pengaruh negatif. Penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nachrowi dan Usman

135

(2007) yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap

indeks di pasar modal Indonesia. Penjelasannya adalah sebagai berikut,

pada saat rupiah mengalami depresiasi, maka investor cenderung

memilih memegang Dolar sehingga mereka segera melepas sahamnya

di pasar modal Indonesia untuk dialihkan ke valuta asing. Akibatnya

indeks di pasar modal Indonesia cenderung turun.

Kenaikan suku bunga Bank Indonesia akan mendorong investor

menjual saham dan menempatkan dananya dibank. Dana di bank lebih

aman dibandingkan di bursa efek. Kenaikan suku bunga juga akan

mendorong jatuhnya indeks di pasar modal Indonesia.

Pengaruh negatif antara BI Rate dengan indeks-indeks di pasar

modal Indonesia ini mengindikasikan bahwa ada pengaruh berlawanan

arah antar keduanya. Dimana ketika pemerintah mengumumkan tingkat

bunga yang lebih tinggi maka investor akan menjual sahamnya dan

menggantikannya pada instrumen berpendapatan tetap yang

memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi.

3. Pengaruh indeks Dow Jones Average Industrial (DJIA) terhadap

Indeks-indeks di Bursa Efek di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukan bahwa indeks Dow Jones

berpengaruh positif terhadap indeks-indeks di pasar modal Indonesia

dan memiliki pengaruh yang positif, artinya apabila Indeks Dow Jones

semakin meningkat, maka indeks di Pasar modal Indonesia akan

136

semakin meningkat pula. Hasil ini konsisten dengan penelitian Sukono

dan Indarto (2012), Oktaria (2011), Prakarsa dan Kusuma (2008).

Sebagai akibat semakin luasnya globalisasi, maka tidak menutup

kemungkinan investor-investor asing menanamkan modalnya pada

pasar modal Indonesia. Pasar modal merupakan salah satu cermin

kondisi perekonomian suatu negara. Akibat globalisasi maka,

perekonomian suatu negara akan dipengaruhi oleh kondisi

perekonomian dunia. Kapitalisme dan liberalisme telah membuat

posisi negara yang mempunyai sumber daya besar akan lebih

memengaruhi perekonomian dunia. Dengan kata lain, baik atau

buruknya kondisi perekonomian dunia lebih di tentukan oleh negara-

negara “kuat” tersebut. (Nachrowi & Usman, 2006:56). Perubahan

ekonomi di negara Amerika sedikit banyak akan mempengaruhi

negara lain. Karena indeks DJIA mewakili negara Amerika yang

notabene negara super power.

4. Pengaruh indeks HangSeng (HSI) terhadap Indeks-indeks di Bursa

Efek di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan

bahwa indeks Hangseng (HongKong) tidak berpengaruh terhadap

indeks di Bursa Efek di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansi uji t parsial di setiap indeks pasar modal Indonesia yang

selalu menunjukan hasil tidak signifikan ( t parsial > 0,05). Hasil ini

konsisten dengan penelitian Moh. Mansur (2005) dan Darmawan

137

(2009) yang menyatakan bahwa indeks HangSeng tidak berpengaruh

terhadap indeks di pasar modal Indonesia. Namun, Nurdiansyah (2009)

dan Palina (2011) menyatakan bahwa HSI berpengaruh signifikan

terhadap indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia.

Jika dilihat dari segi regional, maka indeks HangSeng akan lebih

pengaruh terhadap indeks di pasar modal Indonesia, namun pada

kenyataannya dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

menjelaskan bahwa indeks HangSeng tidak mempengaruhi pasar modal

Indonesia. Hal ini mungkin saja terjadi karena tidak semua pasar modal

yang secara regional berdekatan maka akan mempengaruhi satu sama

lainnya.

5. Pengaruh indeks Nikkei225 terhadap Indeks-indeks di Bursa Efek

di Indonesia.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa indeks Nikkei225

berpengaruh terhadap indeks di pasar modal Indonesia (IHSG,LQ45

dan Kompas100) sedangkan untuk indeks Jakarta Islamic Indeks (JII)

menunjukan nilai signifikan sebesar 0,165 yang dapat disimpulkan

bahwa indeks Nikkei225 tidak berpengaruh terhadap indeks JII (0,165

> 0,05), namun uji secara simultan menunjukan bahwa indeks

Nikkei225 berpengaruh signifikan terhadap indeks JII. Hasil ini

konsisten dengan penelitian Moh. Mansur (2005) dan Darmawan

(2009).

138

Dengan semakin terbukanya pasar modal antar negara, maka

beberapa emiten di Bursa Efek Jakarta juga mencatatkan sahamnya di

bursa luar negeri (dual listing). Pergerakan harga saham pada

sejumlah bursa internasional cenderung berfluktuasi yang tentunya

akan memberikan dampak terhadap IHSG yang disebabkan karena

adanya saham perusahaan Indonesia yang dual listing. Dengan

keterbukaan pasar antar negara, investor asing dapat meningkatkan

return tanpa adanya peningkatan dalam resiko melakukan diversifikasi

portofolio internasional. Diversifikasi ini telah memberikan efek

terhadap tingkat permintaan saham di Bursa Efek Jakarta. Peningkatan

permintaan saham akan mempengaruhi harga saham yang

bersangkutan dan indeks harga saham gabungan (IHSG).

139

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji secara simultan menunjukan bahwa variabel kurs, BI

rate, indeks DJIA, Indeks HSI dan Indeks Nikkei225 berpengaruh

secara bersama-sama terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100.

2. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa variabel kurs rupiah

terhadap dollar berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen

IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100. Pengaruh yang terjadi adalah

pengaruh negatif, dimana ketika kurs naik maka IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas100 akan mengalami penurunan.

3. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa variabel BI Rate

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen IHSG, JII,

LQ45 dan Kompas 100. Pengaruh yang terjadi adalah pengaruh

negatif, dimana ketika BI Rate naik maka IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas100 akan mengalami penurunan.

4. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa variabel Indeks DJIA

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen IHSG, JII,

LQ45 dan Kompas 100. Pengaruh yang terjadi adalah pengaruh

140

positif, dimana ketika Indeks DJIA naik maka IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas100 akan mengalami kenaikan pula.

5. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa variabel Indeks HSI tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen IHSG, JII, LQ45 dan

Kompas 100.

6. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa variabel Indeks Nikkei225

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen IHSG, LQ45

dan Kompas 100. Sedangkan Indeks Nikkei225 tidak berpengaruh

terhadap variabel JII. Pengaruh yang terjadi adalah pengaruh positif,

dimana ketika Indeks DJIA naik maka IHSG, LQ45 dan Kompas100

akan mengalami kenaikan pula.

B. Implikasi

1. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka bagi

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pasar modal dan investasi,

serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan

informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperhatikan variabel-variabel

makroekonomi dan indeks luar negeri dalam pengambilan keputusan

investasi. Hal ini penting dilakukan agar dapat memilih investasi yang

labih tepat dan terhindar dari resiko kerugian.

141

C. Saran Untuk penelitian Yang Akan Datang

Penelitian ini dibuat dengan membandingkan indeks-indeks yang

ada di Bursa Efek Indonesia (IHSG,JII, LQ45 dan Kompas100) dengan

variabel makro dan indeks dari tiga negara yang penulis duga memiliki

pengaruh terhadap pasar modal Indonesia dan menggunakan kurun waktu

penelitian dari bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Desember 2012

(60) bulan. Penelitian lai dapat mencoba membuat model dalam kurun

waktu berbeda. Penelitian lain juga dapat menggunakan indeks dari

Negara-negara lainnya yang di duga memeliki pengaruh dengan indeks di

pasar modal Indonesia.

142

DAFTAR PUSTAKA

Antolis, Teguh dan Dossugi, Samuel. “Pengaruh Fluktuasi IHSG, Inflasi, Dan

Suku Bunga Terhadap Imbal Hasil Unitlink Berbasis Saham” Journal of

Applied Finance and Accounting Vol. 1 No.1 November 2008:141-165.

Bank Indonesia. “Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia”. Beberapa tahun

terbitan.

____________ “Statistik Ekonomi dan Perbankan Indonesia”. Beberapa tahun

terbitan.

Cholidah, Rizka. “Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks

JII Periode Tahun 2007-2011”. Skripsi FEB Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2012.

Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M. “Pasar Modal Indonesia:

Pendekatan Tanya Jawab”. Jakarta : Salemba 4. 2001.

Darmawan, Fajar Budhi. “Pengaruh Indeks DJIA, FTSE 100, NKY 225 dan HSI

Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Sebelum, Ketika Dan Sesudah

subprime Mortagage pada Tahun 2006-2009”. Thesis Fakultas

Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada. 2009.

Darmawi, Hermawan. “Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial”.

Jakarta : Bumi Aksara. 2006.

Fatiyah, Siti. “Analisis Pengaruh Faktor Variabel Makroekonomi Luar Negeri

Dan Dalam Negeri Terhadap Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia

(2004-2010)”. Skripsi FEB Manajemen, UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta. 2012.

Ghazali, Imam. “Aplikasi analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 20”.

Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro. 2012.

Gujarati, N Demodar. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Jakarta : Penerbit Erlangga.

2006.

Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional”. Jakarta: Mitra Wacana

Media. 2010.

Halim, Abdul. “Analisis Investasi”. Jakarta : Salemba Empat. 2005.

Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN

Jakarta. 2009.

143

Heryana, Toni. “Pengaruh Indeks Bursa Internasional Dow Jones dan Tingkat

Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Eefek

Jakarta”. Jurnal Percikan : Vol. 101 Edisi Juni 2009.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. “Investasi Pada Pasar Modal

Syariah”. Jakarta : Kencana. 2008.

Husnan, Suad.”Dasar-dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas”.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN. 2001.

Hosseini, Seyyed Mehdi. “The Role of Macroeconomic Variables on Stock Market

Index in China and India”. International Journal of Economics and

Finance Vol. 3, No. 6; November 2011.

Hsing, Yu. “ Impacts Of Macroeconomic Variables On The Stock Market In

Bulgaria And Policy Impilcation”. Jurnal Of economic and Business

Volume XIV, 2011 : 41-53.

Indonesian Stock Exchange. “IDX Statisitic”. Beberapa Tahun Terbit.

Ishomuddin.” Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Dalam Dan Luar

Negeri Terhadap IHSG di BEI Periode 199.1-2009.12”. Skripsi FE

UNDIP, Semarang. 2010.

Jatiningsih, Oksiana dan Musdholifah. “Pengaruh Variabel Makroekonomi

Terhadap Indeks Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal

Aplikasi Manajemen. Volume 5, Nomor 1. April 2007.

Kamaruddin, Ahmad. “Dasar-dasar Manajemen Investasi & Portofolio”. Jakarta :

PT. Rineka Cipta. 2004.

Kewal, Suramaya Suci. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan

PDB Terhadap IHSG”. Jurnal Economia Vol.8 No.1 April 2012.

Mankiw, N. Gregory. “Makroekonomi” edisi 6, Harvard University, Edisi

Indonesia. Jakarta : Erlangga. 2006.

Mansur, Moh. “Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG di BEJ Periode

Tahun 2000-2002”. Bandung. Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3,

November 2005 : 203 – 219.

Mauliano, Deddy Azhar. “Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan

Indeks Harga Saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi,

Gunadarma, Depok. 2009.

Muharam, Harjum dan Nurafni Zuraedah. “ Analisis Pengaruh Nilai Tukar

Rupiah dan Indeks Saham Dow Jones Industrial Average Terhadap

IHSG di BEJ”. Jurnal Maksi Vol.8 No. 1 Januari 2008: 24-42.

144

Nachrowi, N.D, dan Hardius Usman. “ Prediksi IHSG Dengan Model GARCH

Dan ARIMA”. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia, 2007 : 73-

91.

______________, “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk analisis

Ekonomi dan Keuangan”. Jakarta : LEMBAGA Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. 2006.

Nurdiansyah, Dian. “ Analisis Hubungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indonesia, Amerika (DJIA), Tokyo (Nikkei), Hongkong (HSI) dan Korea

(KOSPI)”. Skripsi FEB Manajemen, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2009.

Oktaria, Sela. “Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia, Variabel Makroekonomi,

Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Skripsi FEB Manajemen, UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2011.

Samsul, Mohamad. “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”. Jakarta : Penerbit

Erlangga. 2006.

Saputra, Handika Bepa. “ Analisis Pengaruh Fluktuasi Harga Minyak Mentah

Dunia, Kurs dan Inflasi Terhadap Perdagangan Saham di Pasar Modal

Syariah (JII) dan Pasar Modal Konvensional (IHSG)”. Skripsi FEB

Manajemen, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2010.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan. Kebijakan Moneter dan

Perbankan“. Edisi Kelima. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. 2004.

Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar”. Jakarta : Rajawali Pers.

2010.

Teguh, Muhammad. “Metodologi Penelitian Ekonomi”. Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada. 2005.

Palina, Adlin. “Analisis Hubungan Indeks Harga Saham Negara-Negara Amerika

(DJIA), Hongkong (HSI), Jepang (Nikkei 225), dan Korea (KOSPI)

Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”. Skripsi FEB

Manajemen, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2011.

Pasaribu, Pananda dkk. “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap IHSG”.

Jurnal Ekonomi, Vol 14, No 2. 2009.

Prakarsa, Tegararief Ocki dan Kusuma, Budi Hartono. “Analisis Pengeruh

Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Tengah BI, Tingkat Inflasi, dan Indeks

Saham Dow Jones di New York Stock Exchange Dalam Memprediksi

IHSG di BEJ”. Jurnal Ekonomi, November 2008.

145

Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental Pada Pasar Modal”.

Jakarta : Center for Social Economies Studies (CSES) Press. 2005.

_____________, “Investasi Syariah”. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

2009.

Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2011.

Witjaksono, Ardian Agung. “ Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga

Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225,

dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG”. Tesis UNDIP, Semarang.

2010.

Yuliadi, Imamudin. “Ekonomi Moneter”. Jakarta : PT. Indeks. 2008.

Publikasi:

www.bapepam.go.id

www.bi.go.id

www.bisnisindex.com

www.duniainvestasi.com

www.idx.co.id

www.jurnal-sdm.blogspot.com

www.wikipedia.org

www.yahoofinance.com

146

LAMPIRAN 1 Data Mentah

Data variabel dependen

Bulan IHSG JII LQ45 Kompas100

Jan-08 2627,25 476,97 564,32 661,51

Feb-08 2721,94 508,95 590,77 688,40

Mar-08 2447,30 448,42 525,41 614,93

Apr-08 2304,52 428,09 493,46 575,54

Mei-08 2444,35 441,66 518,36 606,13

Jun-08 2349,11 430,29 495,17 579,06

Jul-08 2304,51 387,81 481,30 565,23

Agust-08 2165,94 356,10 449,66 531,44

Sep-08 1832,51 286,39 369,14 443,96

Okt-08 1256,70 193,68 241,35 299,44

Nop-08 1241,54 195,69 241,50 299,18

Des-08 1355,41 216,19 270,23 330,86

Jan-09 1332,67 213,63 262,56 323,85

Feb-09 1285,28 214,12 249,01 302,24

Mar-09 1434,07 236,79 283,08 349,00

Apr-09 1722,77 279,87 341,73 421,40

Mei-09 1916,83 307,14 373,07 463,81

Jun-09 2026,78 321,46 392,12 490,20

Jul-09 2323,24 385,22 454,42 565,62

Agust-09 2341,54 380,66 456,27 566,92

Sep-09 2467,59 401,53 483,96 602,41

Okt-09 2367,70 383,67 464,20 574,02

Nop-09 2415,84 397,89 476,26 587,42

Des-09 2534,36 417,18 498,29 612,45

Jan-10 2610,80 427,68 510,45 628,29

Feb-10 2549,03 413,73 496,03 610,83

Mar-10 2777,30 433,67 539,80 668,75

Apr-10 2971,25 474,80 573,37 715,67

Mei-10 2796,96 444,60 543,59 675,34

Jun-10 2913,68 473,79 566,10 701,91

Jul-10 3069,28 483,32 589,93 735,15

Agust-10 3081,88 473,79 581,31 731,89

Sep-10 3501,30 526,52 651,93 835,41

Okt-10 3635,32 540,29 673,42 853,36

Nop-10 3531,21 508,78 638,08 820,08

Des-10 3703,51 532,90 661,38 860,70

Jan-11 3409,17 477,51 597,85 782,23

147

Feb-11 3470,35 496,87 614,02 802,32

Mar-11 3678,67 514,92 659,05 851,88

Apr-11 3819,62 528,76 680,63 880,53

Mei-11 3836,97 531,38 682,25 881,25

Jun-11 3888,57 536,04 690,65 894,91

Jul-11 4130,80 567,12 729,84 942,95

Agust-11 3841,73 529,16 676,26 872,31

Sep-11 3549,03 492,30 622,64 802,72

Okt-11 3790,85 530,19 675,57 864,11

Nop-11 3715,08 520,49 656,41 840,10

Des-11 3821,99 537,03 673,51 865,20

Jan-12 3941,69 562,54 692,16 891,16

Feb-12 3985,21 566,75 692,77 897,49

Mar-12 4121,55 584,06 712,55 927,44

Apr-12 4180,73 575,09 711,38 932,14

Mei-12 3832,82 525,05 645,69 841,57

Jun-12 3955,58 544,19 674,79 874,45

Jul-12 4142,34 573,73 712,77 919,66

Agust-12 4060,33 569,94 695,53 895,84

Sep-12 4262,56 600,84 731,77 945,09

Okt-12 4350,29 619,27 751,12 967,54

Nop-12 4276,14 588,78 726,81 941,71

Des-12 4316,69 594,79 735,04 946,27

Data variabel independen

Bulan Kurs BI Rate DJIA HSI N225

Jan-08 9291 0,0800 12650,36 23455,74 13592,47

Feb-08 9051 0,0800 12266,39 24331,67 13603,02

Mar-08 9217 0,0800 12262,89 22849,2 12525,54

Apr-08 9234 0,0800 12820,13 25755,35 13849,99

Mei-08 9318 0,0825 12638,32 24533,12 14338,54

Jun-08 9225 0,0850 11350,01 22102,01 13481,38

Jul-08 9118 0,0875 11378,02 22731,1 13376,81

Agust-08 9153 0,0900 11543,96 21261,89 13072,87

Sep-08 9378 0,0925 10850,66 18016,21 11259,86

Okt-08 10995 0,0950 9325,01 13968,67 8576,98

Nop-08 12151 0,0950 8829,04 13888,24 8512,27

Des-08 10950 0,0925 8776,39 14387,48 8859,56

Jan-09 11355 0,0875 8000,86 13278,21 7994,05

Feb-09 11980 0,0825 7062,93 12811,57 7568,42

148

Mar-09 11575 0,0775 7608,92 13576,02 8109,53

Apr-09 10713 0,0750 8168,12 15520,99 8828,26

Mei-09 10340 0,0725 8500,33 18171 9522,5

Jun-09 10225 0,0700 8447 18378,73 9958,44

Jul-09 9920 0,0675 9171,61 20573,33 10356,83

Agust-09 10060 0,0650 9496,28 19724,19 10492,53

Sep-09 9681 0,0650 9712,28 20955,25 10133,23

Okt-09 9545 0,0650 9712,73 21752,87 10034,74

Nop-09 9545 0,0650 10344,84 21821,5 9345,55

Des-09 9480 0,0650 10428,05 21872,5 10546,44

Jan-10 9365 0,0650 10067,33 20121,99 10198,04

Feb-10 9335 0,0650 10325,26 20608,7 10126,03

Mar-10 9115 0,0650 10856,63 21239,35 11089,94

Apr-10 9012 0,0650 11008,61 21108,59 11057,4

Mei-10 9180 0,0650 10136,63 19765,19 9768,7

Jun-10 9083 0,0650 9774,02 20128,99 9382,64

Jul-10 8952 0,0650 10465,94 21029,81 9537,3

Agust-10 9041 0,0650 10014,72 20536,49 8824,06

Sep-10 8924 0,0650 10788,05 22358,17 9369,35

Okt-10 8928 0,0650 11118,49 23096,32 9202,45

Nop-10 9013 0,0650 11006,02 23007,99 9937,04

Des-10 8991 0,0650 11577,51 23035,45 10228,92

Jan-11 9057 0,0650 11891,93 23447,34 10237,92

Feb-11 8823 0,0675 12226,34 23338,02 10624,09

Mar-11 8709 0,0675 12319,73 23527,52 9755,1

Apr-11 8574 0,0675 12810,54 23720,81 9849,74

Mei-11 8537 0,0675 12569,79 23684,13 9693,73

Jun-11 8597 0,0675 12414,34 22398,1 9816,09

Jul-11 8508 0,0675 12143,24 22440,25 9833,03

Agust-11 8578 0,0675 11613,53 20534,85 8955,2

Sep-11 8823 0,0675 10913,38 17592,41 8700,29

Okt-11 8835 0,0650 11955,01 19864,87 8988,39

Nop-11 9170 0,0600 12045,68 17989,35 8434,61

Des-11 9068 0,0600 12217,56 18434,39 8455,35

Jan-12 9000 0,0600 12632,91 20390,49 8802,51

Feb-12 9085 0,0575 12952,07 21680,08 9723,24

Mar-12 9180 0,0575 13212,04 20555,58 10083,56

Apr-12 9190 0,0575 13213,63 21094,21 9520,89

Mei-12 9565 0,0575 12393,45 18629,52 8542,73

Jun-12 9480 0,0575 12880,09 19441,46 9006,78

Jul-12 9485 0,0575 13008,68 19796,81 8695,06

149

Agust-12 9560 0,0575 13090,84 19482,57 8839,91

Sep-12 9588 0,0575 13437,13 20840,38 8870,16

Okt-12 9615 0,0575 13096,46 21641,82 8928,29

Nop-12 9605 0,0575 13025,58 22030,39 9446,01

Des-12 9670 0,0575 13104,14 22656,92 10395,18

LAMPIRAN 2 Persamaan i (IHSG)

Uji Normalitas terhadap variabel IHSG

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.85846164E2

Most Extreme Differences Absolute .070

Positive .057

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z .543

Asymp. Sig. (2-tailed) .930

a. Test distribution is Normal.

Normal P-P Plot Untuk Variabel IHSG

150

Uji Heteroskedastisitas terhadap Variabel IHSG

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.189 4.093 1.512 .144

KURS .000 .000 -.374 -1.022 .317

BI_RATE -10.798 22.054 -.187 -.490 .629

DJIA -4.133E-5 .000 -.110 -.330 .744

HSI .000 .000 -.743 -1.350 .189

N225 .000 .000 .419 .862 .397

Scatterplot Terhadap Variabel IHSG

Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .980a .960 .957 194.25971 .919

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: IHSG

151

Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG (Sesudah Pengobatan)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .954a .911 .902 .05449 1.878

a. Predictors: (Constant), LN_N225Iit@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@,

LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_IHSGit@

Uji Multikolinieritas Terhdap IHSG

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

Tabel Anova terhadap Variabel IHSG

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 49460908,118 5 9892181,624 262,136 ,000a

Residual 2037788,997 54 37736,833 Total 51498697,115 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: IHSG

152

Uji t parsial terhadap Variabel IHSG

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standard

ized

Coefficie

nts

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4527,534 885,748 5,112 ,000 KURS -,235 ,059 -,205 -3,977 ,000 ,276 3,626

BI_RATE -23522,023 3872,209 -,302 -6,075 ,000 ,297 3,367

DJIA ,330 ,023 ,584 14,343 ,000 ,442 2,262

HSI ,023 ,022 ,075 1,044 ,301 ,144 6,965

N225 -,193 ,035 -,328 -5,547 ,000 ,210 4,765

a. Dependent Variable: IHSG

Lampiran 3 Persamaan ii (JII)

Uji Normalitas terhadap variabel JII

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 26.47536180

Most Extreme

Differences

Absolute .078

Positive .078

Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z .608

Asymp. Sig. (2-tailed) .854

a. Test distribution is Normal.

Normal P-P Plot Untuk Variabel JII

153

Uji Heteroskedastisitas terhadap Variabel JII

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .038 .078 .482 .632

KURS -2.460E-6 .000 -.118 -.474 .637 .275 3.641

BI_RATE .393 .340 .273 1.157 .253 .306 3.271

DJIA -2.648E-8 .000 -.003 -.013 .990 .441 2.270

HSI -1.076E-6 .000 -.187 -.549 .586 .146 6.847

N225 4.003E-7 .000 .036 .130 .897 .225 4.439

a. Dependent Variable: Absut

Scatterplot Terhadap Variabel JII

Uji Autokorelasi terhadap Variabel JII

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .973a .946 .941 27.67394 .898

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: JII

Uji Autokorelasi terhadap Variabel JII (Sesudah Pengobatan)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .924a .853 .839 .05414 2.036

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@,

LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_JIIit@

154

Uji Multikolinieritas Terhdap JII

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

Tabel Anova terhadap Variabel JII

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 723124,364 5 144624,873 188,843 ,000a

Residual 41355,742 54 765,847 Total 764480,106 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: JII

Uji t parsial terhadap Variabel JII

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 548,357 126,182 4,346 ,000 KURS -,028 ,008 -,202 -3,359 ,001 ,276 3,626

BI_RATE -3565,134 551,629 -,375 -6,463 ,000 ,297 3,367

DJIA ,034 ,003 ,501 10,521 ,000 ,442 2,262

HSI ,004 ,003 ,112 1,340 ,186 ,144 6,965

N225 -,007 ,005 -,097 -1,406 ,165 ,210 4,765

a. Dependent Variable: JII

155

Lampiran 3 persamaan iii (LQ45)

Uji Normalitas terhadap variabel LQ45

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 30.61795016

Most Extreme Differences Absolute .092

Positive .050

Negative -.092

Kolmogorov-Smirnov Z .711

Asymp. Sig. (2-tailed) .693

a. Test distribution is Normal.

Normal P-P Plot Untuk Variabel LQ45

Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel LQ45

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.008 .071 -.109 .914

KURS 5.226E-8 .000 .003 .011 .991 .275 3.641

BI_RATE .524 .309 .408 1.698 .095 .306 3.271

DJIA 8.951E-7 .000 .097 .484 .630 .441 2.270

HSI 8.888E-7 .000 .173 .499 .620 .146 6.847

N225 -3.453E-6 .000 -.344 -1.230 .224 .225 4.439

a. Dependent Variable: Absut

156

Scatterplot Terhadap Variabel LQ45

Uji Autokorelasi terhadap Variabel LQ45

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .977a .955 .951 32.00407 .926

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

a. Dependent Variable: LQ45

Uji Autokorelasi terhadap Variabel LQ45 (Sesudah Pengobatan)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .945a .892 .882 .04945 1.980

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@,

LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_LQ45it@

Uji Multikolinieritas Terhdap LQ45

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

157

Tabel Anova terhadap Variabel LQ45

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1175903,192 5 235180,638 229,610 ,000a

Residual 55310,073 54 1024,261 Total 1231213,265 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: LQ45

Uji t parsial terhadap Variabel LQ45

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant

) 831,491 145,926 5,698 ,000

KURS -,049 ,010 -,278 -5,058 ,000 ,276 3,626

BI_RATE -3518,231 637,942 -,292 -5,515 ,000 ,297 3,367

DJIA ,045 ,004 ,510 11,755 ,000 ,442 2,262

HSI ,006 ,004 ,115 1,515 ,136 ,144 6,965

N225 -,019 ,006 -,211 -3,354 ,001 ,210 4,765

a. Dependent Variable: LQ45

158

Lampiran 4 Persamaan iv (Kompas100)

Uji Normalitas terhadap Variabel Kompas100

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 39.44027301

Most Extreme Differences Absolute .090

Positive .051

Negative -.090

Kolmogorov-Smirnov Z .696

Asymp. Sig. (2-tailed) .719

a. Test distribution is Normal.

Normal P-P Plot Untuk Variabel Kompas100

Uji Heteroskedastisitas Terhadap variabel Kompas100

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .046 .069 .669 .507

KURS -2.601E-6 .000 -.146 -.573 .569 .275 3.641

BI_RATE .371 .297 .302 1.249 .217 .306 3.271

DJIA -1.199E-6 .000 -.136 -.673 .504 .441 2.270

HSI 1.007E-6 .000 .205 .587 .560 .146 6.847

N225 -3.231E-6 .000 -.337 -1.196 .237 .225 4.439

a. Dependent Variable: Absut

159

Scatterplot Terhadap Variabel Kompas100

Uji Autokorelasi terhadap Variabel Kompas100

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .980a .960 .956 41.22579 .983

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI

b. Dependent Variable: KOMPAS100

Uji Autokorelasi terhadap Variabel Kompas100 (Sesudah pengobatan)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .955a .912 .904 .04987 1.978

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@, LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_KOMPAS100it@

Uji Multikolinieritas Terhdap Kompas100

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965

N225 ,210 4,765

160

Tabel Anova terhadap Variabel Kompas100

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2192027,805 5 438405,561 257,951 ,000a

Residual 91776,573 54 1699,566 Total 2283804,378 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI c. Dependent Variable: KOMPAS10

Uji t parsial terhadap Variabel Kompas100

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 1113,142 187,973 5,922 ,000 KURS -,063 ,013 -,259 -4,988 ,000 ,276 3,626

BI_RATE -4736,767 821,760 -,289 -5,764 ,000 ,297 3,367

DJIA ,061 ,005 ,516 12,586 ,000 ,442 2,262

HSI ,009 ,005 ,129 1,792 ,079 ,144 6,965

N225 -,037 ,007 -,300 -5,037 ,000 ,210 4,765

a. Dependent Variable: KOMPAS100